Produk: startup

  • Pertumbuhan Industri Data Center RI Perlu Ditopang Insentif dan Iklim Investasi Kondusif

    Pertumbuhan Industri Data Center RI Perlu Ditopang Insentif dan Iklim Investasi Kondusif

    Bisnis.com, JAKARTA — Kebijakan penciptaan iklim investasi yang mendukung dan insentif yang menarik diyakini menjadi kunci pertumbuhan ekosistem dan industri pusat data yang lebih positif di Indonesia.

    Industri pusat data (data center) di Indonesia memiliki prospek sangat cerah seiring potensi nilai ekonomi digital ditaksir mencapai US$365 miliar pada 2030. Berbagai sektor pun mulai terdigitalisasi termasuk pengelolaan data, yang memerlukan kehadiran data center. Pasar pusat data dan komputasi awan (cloud) di Asean saat ini berada di jalur pertumbuhan pesat sehingga diproyeksikan mencapai US$ 600 miliar pada 2030. Bahkan, bisa tembus US$1 triliun dengan kebijakan tepat. 

    Data Statista menyebutkan nilai bisnis pusat data Indonesia terus tumbuh mencapai US$2,52 miliar tahun 2025 dan terus naik mencapai US$5,82 miliar pada 2030 atau tumbuh dengan compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 6,69%. 

    Direktur Kebijakan dan Strategi Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Digital Denny Setiawan mengatakan berdasarkan laporan structure research, Indonesia idealnya punya kapasitas data center hingga 2.700 megawatt (MW).

    Meskipun Indonesia sudah menjadi salah satu pemain utama, namun kapasitas pusat data masih 500-an MW dan sudah peringkat kedua terbesar di Asia Tenggara. Kapasitas yang tersedia tersebut tentu masih akan terus berkembang dan tantangan Indonesia adalah agar dapat benar-benar menjadi hub data center di Asia Tenggara. Terlebih, pengolahan data membutuhkan kapasitas data center yang untuk mengolah berbagai data yang sudah mulai berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

    Menurutnya, dalam rangka mengembangkan ekosistem pusat data, Indonesia perlu menciptakan iklim investasi yang lebih menarik dengan menawarkan insentif dan menyederhanakan regulasi. Insentif pajak bagi penyedia pusat data dan pelanggan yang mengimpor perangkat ke pusat data dapat meningkatkan daya saing Indonesia, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara kompetitor di Asean seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. 

    “Agar insentif ini efektif, skema yang diterapkan harus disertai dengan kepastian kebijakan jangka panjang untuk meyakinkan investor,” ujarnya dalam keterangan, Jumat (29/8/2025). 

    Selain itu, diperlukan penyederhanaan proses perizinan. Perencanaan strategis dan infrastruktur pendukung juga menjadi kunci dalam pengembangan pusat data di Indonesia. 

    Di lihat dari lokasi, pembangunan pusat data baru saat ini perlu diarahkan agar tersebar di wilayah Barat, Tengah, dan Timur Indonesia, tidak hanya terpusat di Batam, Jakarta, dan Cikarang. Dia menilai lokasi ideal sebaiknya berada dekat dengan titik pendaratan sistem komunikasi kabel laut (SKKL) untuk meminimalisasi latensi data. Meskipun PLN memiliki kelebihan pasokan listrik, namun tarif listrik untuk pusat data juga masih tergolong masuk kategori bisnis bukan industri. 

    Di sisi lain, penyediaan energi hijau menjadi salah satu faktor penting untuk menarik investasi. Untuk mendukung semua upaya ini, diperlukan mekanisme nasional yang terintegrasi untuk pendataan lokasi dan kapasitas pusat data. 

    “Data yang terintegrasi akan memberikan peta jalan yang lebih terarah untuk pengembangan di masa depan,” kata Denny. 

    Associate Director & Head of Industrial Services Leads Property Esti Susanti menuturkan lonjakan kebutuhan data center hyperscale, komputasi awan (cloud), dan AI membuat peta data center di Indonesia berubah cepat hingga menjelma menjadi hub digital penting di Asia Tenggara. 

    “Kami turut mengiringi perkembangan tersebut dengan membantu menghubungkan kebutuhan investor dengan lahan yang tepat,” ucapnya. 

    Menurutnya, terdapat tiga pihak utama yang setidaknya perlu didorong untuk saling berkolaborasi guna menopang pertumbuhan ekosistem data center di Tanah Air yang lebih baik, yakni pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan kawasan industri dan pelaku penyedia layanan data center.

    Ketua Umum Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) Hendra Suryakusuma berpendapat kehadiran data center makin penting dan terus tumbuh di era transformasi digital dan merupakan hulu yang sangat dibutuhkan karena adanya evolusi digital, yang mencakup di dalamnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), koneksi perangkat pintar, media sosial, serba internet (internet of things), cloud computing, e-commerce, dan kota pintar (smart city).

    “Evolusi digital perlu adanya volume data, trafik internet protocol (IP), storage, processing power yang pada ujungnya membutuhkan kehadiran data center,” tuturnya. 

    Dia berharap pemerintah untuk lebih memperhatikan perkembangan Indonesia bagian timur yang punya potensi investasi besar data center, namun kekurangan dukungan infrastruktur yang memadai.

    “Indonesia timur memerlukan infrastruktur yang lebih memadai antara lain pembenahan kabel fiber optik agar lebih baik untuk internet guna menunjang operasional data center,” ujar Hendra. 

    Chief Cloud Officer Lintasarta Gidion Suranta Barus menuturkan pihaknya hadir menjawab kebutuhan dengan GPU Merdeka dan Cloudeka, memberikan infrastruktur sovereign AI yang bisa diakses startup, korporasi, maupun lembaga riset di dalam negeri.

    Dengan adanya regulasi data sovereignty, kehadiran data center lokal berbasis GPU menjadi strategi enabler agar inovasi AI bisa berkembang tanpa harus tergantung pada infrastruktur asing.

    Dia mengungkapkan tantangan nasional saat ini terkait distribusi pusat data masih terkonsentrasi di Jakarta sebesar 55% sehingga menciptakan beban risiko dan menghambat pemerataan. 

    “Kami berkomitmen untuk memperluas footprint backbone connectivity dengan keandalan high bandwidth, low latency, dan high availability ke pusat data di wilayah strategis lain agar pertumbuhan lebih merata,” katanya. 

  • Bahlil Sebut Freeport Belum Ajukan Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Tembaga

    Bahlil Sebut Freeport Belum Ajukan Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Tembaga

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengaku belum menerima pengajuan perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga dari PT Freeport Indonesia (PTFI). Adapun, izin ekspor tersebut akan berakhir pada 16 September mendatang. 

    Untuk diketahui, ekspor konsentrat tembaga Freeport yang sudah diberikan izin yakni sebanyak 1,4 juta wet ton. Sementara itu, hingga pertengahan Agustus 2025, Freeport baru menggunakan 65% dari kuota ekspor tersebut.

    Kendati demikian, Bahlil menegaskan hingga saat ini pihak PTFI tidak mengajukan permintaan perpanjangan izin ekspor. Alhasil, dia menyimpulkan bahwa tidak ada lagi kondisi kahar yang terjadi di smelter PTFI.

    “Sampai dengan hari ini tidak ada pengajuan dan kalau tidak ada pengajuan saya anggap semuanya sudah baik,” kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (29/8/2025). 

    Menurut Bahlil, saat ini smelter pemurnian Freeport yang mengalami kebakaran pada Oktober lalu sudah mulai produksi secara maksimal bertahap 70%-80% saat ini. 

    Sebagai informasi, PTFI telah menghadapi berbagai masalah berulang dengan fasilitas smelternya dalam 12 bulan terakhir. Tahun lalu, insiden kebakaran menunda pengoperasian smelter barunya di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. 

    Insiden yang disimpulkan sebagai kondisi kahar ini membuat pemerintah kembali memberikan relaksasi ekspor konsentrat yang sejatinya telah dilarang sejak Juni 2023.   

    Belum lama ini, satu unit smelter perusahaan yang dikelola PT Smelting juga mengalami kerusakan. Hal ini belakangan menyebabkan kapasitas penyerapan konsentrat tembaga dari tambang Grasberg, Papua, berkurang. Alhasil, kerusakan itu mengakibatkan 100.000 ton konsentrat tak dapat diproses.

    Adapun sinyal pengajuan perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat dilontarkan langsung oleh Presiden Direktur PTFI Tony Wenas. Pasalnya, dua smelter milik perusahaan belum beroperasi dengan kapasitas penuh. 

    Ketika ditanya apakah akan mengajukan kembali perpanjangan izin ekspor, Tony mengatakan, hal itu bergantung pada hasil evaluasi pemerintah. 

    “Kan akan dievaluasi oleh pemerintah, jadi sesuai dengan Kepmen [Keputusan Menteri ESDM]-nya memang akan dievaluasi pada saat mau berakhirnya. Itu yang kita tunggu hasil evaluasi dari pemerintah lah,” ujar Tony. 

    Menurut Tony, evaluasi yang dilakukan pemerintah membutuhkan waktu yang tak singkat. Di sisi lain, ramp up atau peningkatan kapasitas produksi smelter baru Freeport di JIIPE masih terus dilakukan sesuai dengan kurva yang direncanakan PTFI. 

    “Itu [ramp up] mulai dengan 40%, 50%, 60%, sekarang mendekati 70%,” ucap Tony. 

    Sementara itu, perbaikan smelter di PT Smelting ditargetkan rampung pada 7 September 2025 mendatang. Tony menjelaskan, perbaikan pada pabrik oksigen di PT Smelting telah menyebabkan penundaan startup fasilitas smelter, setelah shutdown selama 1 bulan untuk perawatan.   

    “Lagi downtime karena maintenance, terus kemudian pabrik oksigennya yang ada di sebelah situ, yang dibutuhkan untuk operasi itu ada kerusakan, mungkin sekitar tanggal 7 September sudah bisa berproduksi lagi,” tuturnya.

  • Telkom Luncurkan Pusat Pengembangan AI, Garap Potensi Market Rp56 Triliun

    Telkom Luncurkan Pusat Pengembangan AI, Garap Potensi Market Rp56 Triliun

    Bisnis.com, MANGUPURA – PT Telkom Indonesia (Persero) meluncurkan AI Center of Excellence pada Kamis (28/8/2025) sebagai respons atas tingginya kebutuhan Artificial Intelligence (AI) alias kecerdasan buatan di dunia industri. 

    Direktur IT Digital Telkom Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi mengatakan, AI Center of Excellence, disebar di 9 kota strategis, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Bali, Aceh, Makassar, Labuan Bajo, dan Papua. 

    Di 9 kota besar itu, penggunaan AI meningkat pesat mulai dari pemerintahan, enterprise hingga UMKM. Bahkan AI seakan telah menjadi fenomena FOMO (Fear of Missing Out) di kalangan mereka.

    Didorong komitmen memenuhi kebutuhan itu, Telkom siap menghadirkan layanan AI melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. 

    “Untuk berkolaborasi perlu tempat. Jadi nanti terjadi link and match antara produk dan customer,” jelas Faisal kepada media, Kamis (28/8/2025).

    Dia memaparkan, Telkom akan menjadi penggerak dengan menggandeng seperti teknologi provider, solution provider khusus di bidang AI, startup, pemilik platform AI dan lainnya.

    Dalam kerja sama nanti, Telkom akan melakukan kustomisasi terhadap produk yang dimiliki partner. 

    Direktur Enterprise & Business Service Telkom Veranita Yosephine menegaskan keseriusan mengembangkan AI untuk meningkatkan produktivitas bagi pelanggan mulai dari pemerintahan, korporat hingga UMKM. Hingga 2028, potensi market AI mencapai Rp56 triliun. 

    “Peluang enterprise bisnis masih besar. Saat ini kontribusinya kurang dari 20% dari total revenue Telkom Group. Di negara lain, kontribusi enterprise sudah di atas 30-35 %” ungkap Vera. 

    Besarnya potensi market AI ini, menjadi peluang bagi Telkom untuk berkolaborasi dengan perusahaan sejenis untuk menyediakan AI sesuai dengan kebutuhan market.

    Menurutnya, AI memiliki impak besar bagi produktivitas yang dihasilkan, analisa data lebih akurat bahkan membantu pengambilan keputusan dengan lebih baik. Apalagi di semua sektor saat ini tengah melakukan efisiensi. 

    “Sekarang ini kita harus mendorong efisiensi untuk bisa memberikan harga yang affordable di tengah situasi ekonomi dan ekspektasi dari konsumen,” ujar Vera.

  • Kemenperin resmikan Apple Academy di Bali, perkuat inovasi domestik

    Kemenperin resmikan Apple Academy di Bali, perkuat inovasi domestik

    bukti nyata pemenuhan komitmen investasi Apple, sekaligus kontribusi konkret dalam mencetak talenta digital kelas dunia

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meresmikan beroperasinya Apple Developer Academy BINUS Bali, sebagai bagian dari pemenuhan komitmen investasi Apple di Indonesia.

    Kehadiran akademi ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan ekosistem talenta digital nasional serta mendukung penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) berbasis inovasi.

    “Peresmian ini tidak hanya menandai kemajuan investasi Apple dalam inovasi di Indonesia, tetapi juga membuka peluang lebih besar bagi tumbuhnya inovasi di dalam negeri. Kami menantikan kemitraan yang terus berlanjut dengan Apple di Indonesia,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis.

    Ia menyampaikan Apple Developer Academy telah menyediakan fasilitas dan kurikulum yang membantu para pelajar Indonesia dalam mengembangkan pola pikir inovatif, keterampilan digital, serta keahlian yang diperlukan untuk menjadi pengembang kelas dunia.

    Menperin menegaskan kerja sama ini telah dikukuhkan melalui nota kesepahaman (MoU) antara Kemenperin dan Apple.

    Penandatanganan MoU antara Kemenperin dengan Apple menjadi dasar penting dalam pelaksanaan berbagai program pengembangan inovasi, termasuk keberlanjutan Apple Developer Academy, rencana pendirian Apple Developer Academy baru, pembentukan Apple Innovation and Software Technology Institute, Apple Professional Developers Institute, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Perangkat Lunak Apple di Indonesia bersama-sama dengan perguruan tinggi melalui Indonesia Chips Design Collaborative Center (ICDEC) .

    “Pembukaan Apple Developer Academy BINUS Bali pada hari ini merupakan bagian dari komitmen tersebut, sekaligus bukti nyata kontribusi Apple dalam meningkatkan kapasitas talenta digital Indonesia dan memperkuat ekosistem inovasi nasional,” katanya.

    Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Setia Diarta yang hadir di peresmian tersebut menegaskan pentingnya program ini bagi ekosistem industri nasional.

    “Kehadiran Apple Developer Academy BINUS Bali merupakan bukti nyata pemenuhan komitmen investasi Apple, sekaligus kontribusi konkret dalam mencetak talenta digital kelas dunia yang akan memperkuat ekosistem inovasi nasional,” ungkapnya.

    Apalagi, pada triwulan I tahun 2025, sektor industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik memiliki kinerja yang gemilang dengan tumbuh sebesar 6,18 persen, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.

    Khusus subsektor perangkat handphone, komputer genggam dan tablet (HKT), produksi dalam negeri sepanjang tahun 2024 tercatat sebanyak 48,89 juta unit, dan hingga triwulan II tahun 2025 telah mencapai 14,27 juta unit.

    Apple Developer Academy BINUS Bali berlokasi di Parc23, Denpasar, dengan kapasitas mencapai 220 peserta per angkatan.

    Fasilitas akademi ini dirancang modern dengan ruang kolaborasi, area pembelajaran fleksibel dan ruang konferensi, sehingga mendukung terciptanya lingkungan belajar yang kreatif dan inklusif.

    Akademi ini merupakan Apple Developer Academy internasional pertama di Asia, hasil kolaborasi antara Apple dengan BINUS University. Program intensif selama sembilan bulan penuh ini terbuka untuk individu berusia 18 tahun ke atas, tanpa memandang latar belakang pendidikan.

    Melalui pendekatan Challenge-Based Learning (CBL), peserta dilatih tidak hanya dalam keterampilan teknis seperti coding dan desain, tetapi juga dalam keterampilan profesional seperti komunikasi, kepemimpinan dan pemecahan masalah.

    Sejak hadir di Indonesia, Apple Developer Academy telah melahirkan lebih dari 2.000 alumni, dengan 89 persen di antaranya terserap di dunia kerja di berbagai sektor industri, termasuk startup teknologi, perbankan, kesehatan dan manufaktur.

    Beberapa karya inovatif yang lahir dari akademi ini antara lain HerLens, aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk deteksi dini kanker serviks, serta PetaNetra, aplikasi navigasi berbasis augmented reality untuk penyandang disabilitas netra.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • AI Jadi ‘Game Changer’ Ekonomi Digital Indonesia, AWS Ungkap Bukti Nyata

    AI Jadi ‘Game Changer’ Ekonomi Digital Indonesia, AWS Ungkap Bukti Nyata

    Jakarta

    Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tak hanya sebagai tren semata saat ini, namun pemanfaatan teknologi teranyar itu berpotensi menjadi mesin pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.

    Menurut studi pasar AWS khusus untuk Indonesia, adopsi AI tumbuh sangat cepat sepanjang 2023-2024. Setidaknya 18 juta pelaku usaha di Indonesia telah memanfaatkan teknologi AI. Dari jumlah tersebut, 59% mencatat pertumbuhan pendapatan dan 68% memperoleh efisiensi operasional berkat teknologi ini.

    “AI adalah the next biggest opportunity setelah cloud computing. Tugas kami sebagai penyedia teknologi adalah membawa semua teknologi itu ke bumi pertiwi,” ujar Anthony dalam acara Detik Leaders Forum.

    Anthony kemudian memaparkan sejumlah penerapan nyata AI di Indonesia oleh sejumlah perusahaan. Misalnya, Halodoc meluncurkan Zero-Touch Insurance Claim Processing, memangkas biaya pemrosesan klaim hingga 50%, Telkomsel menghadirkan Safia, AI untuk IT service management, yang mempercepat penyelesaian isu hingga 80%lebih singkat, hingga Bank BJB memanfaatkan AI untuk modernisasi aplikasi lama, dari proses yang semula butuh 2-3 minggu kini hanya beberapa menit.

    Selain itu, AWS juga menggandeng mitra lokal seperti eCloudValley, perusahaan penyedia layanan teknologi yang membantu startup, UMKM, hingga perusahaan besar mengadopsi AI, termasuk di sektor pertanian dengan penerapan ERP dan data trust.

    “Yang penting bukan hanya perusahaan besar, tapi juga UMKM bisa mendapatkan akses AI yang affordable. Banyak model AI canggih sekarang sudah tersedia dengan harga murah bahkan gratis, dan tugas kami adalah memastikan aksesnya terbuka,” jelas Anthony.

    Ia menambahkan, sebagai bentuk keseriusan AWS, perusahaan teknologi telah menanamkan investasi USD 5 miliar atau setara Rp 80 triliunan dengan kurs saat ini melalui region Jakarta untuk menghadirkan layanan cloud dan AI terbaik bagi masyarakat Indonesia.

    “Kami percaya sama potensi Indonesia,” ucap Anthony.

    Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan di era teknologi dewasa ini, AI memang menjadi game changer. Disampaikannya, AI berperan sebagai ‘booster’ bagi ekonomi digital.

    “Saya ibaratkan AI itu nutrisi bagi ekonomi digital kita untuk berkembang lebih cepat. Cloud computing adalah tulang punggung, sementara AI memberi efisiensi dan inovasi,” kata Direktur Eksekutif Celios Nailul Huda pada kesempatan yang sama.

    Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan bahwa perkembangan AI tidak lagi sekadar riset, melainkan sudah hadir nyata dalam kehidupan sehari-hari, industri, hingga investasi global. Disampaikan Meutya, AI kini mampu menjadi jembatan antara manusia dan dunia digital, termasuk melalui robotik, drone, maupun mesin cerdas yang mampu bekerja dengan sendirinya.

    “Kita berada dalam era revolusi industri dan transformasi digital. Ada tiga arus besar: transformasi fisik, transformasi digital, dan transformasi biologi. AI menjadi bagian penting dari transformasi digital, bersama blockchain, cloud computing, dan big data,” ujar Meutya.

    Berdasarkan data yang dipaparkannya bahwa hingga tahun 2030, diperkirakan akan muncul lebih dari 40 kota mega yang mendorong transformasi besar pada infrastruktur dan sistem transportasi digital global. Pada tahun yang sama, kata Meutya, jumlah pengguna ponsel pintar diprediksi melampaui 7 miliar orang atau lebih dari 60% populasi global.

    Meutya mengatakan kondisi ini akan mempercepat arus informasi dan kolaborasi. Di sisi lain kemajuan di bidang rekayasa genetika dan biologi juga membawa dampak besar bagi kesehatan manusia menunjukkan bahwa perubahan industri menyentuh aspek yang paling mendasar .

    “Dan semua perkembangan menegaskan bahwa masa depan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu beradaptasi, berinovasi, dan berkolaborasi. Sekali lagi masa depan milik siapa? Mereka yang mampu beradaptasi, berinovasi, berkolaborasi,” pungkasnya.

    (agt/fyk)

  • Braze Bidik Startup hingga Pelaku UMKM, Perkuat Posisi di Indonesia

    Braze Bidik Startup hingga Pelaku UMKM, Perkuat Posisi di Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA— Penyedia teknologi customer engagement global, Braze, mengincar korporasi besar, startup, hingga UMKM guna memperkuat pasar mereka di Indonesia. 

    Country Director Braze Indonesia, Franz Sihaloho mengatakan perusahaan ingin ingin menjangkau startup hingga pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dinilai masih minim adopsi teknologi dalam strategi pemasaran dan komunikasi pelanggan.

    “Jadi memang kami menarget bukan cuma dari big enterprises, terutama startup, sama tradisional company, belum mengadopsi teknologi customer engagement, ini masih sangat tradisional,” kata Franz dalam Media Briefing and Small Group Media Interview-Grow with Braze di Jakarta pada Rabu (27/8/2025). 

    Franz menambahkan, Braze juga ingin memperluas jangkauan ke segmen menengah. Dia menekankan Braze ingin berkontribusi membantu bisnis mikro dan kecil untuk dapat berkembang menjadi perusahaan menengah hingga besar, sejalan dengan arahan pemerintah.

    Wakil Presiden APAC & GCC Braze, Shahid Nizami, menuturkan strategi ekspansi perusahaan selalu berangkat dari kebutuhan pelanggan. Menurutnya, pendekatan Braze sederhana yakni mendengarkan apa yang dibutuhkan pasar dan menjawabnya. Hal tersebut juga dilakukan perusahaan saat menyasar pasar Indonesia. 

    “Seperti yang saya katakan sebelumnya, ini adalah pasar besar untuk kami, kami akan terus berinvestasi di pasar [Indonesia]. Kami memiliki profesional di tim kami, yang tidak hanya mendukung pelanggan Indonesia, tapi juga pelanggan daerah,” katanya.

    Salah satu inovasi terbaru yang akan diperkenalkan adalah AI Decisioning, teknologi hasil akuisisi perusahaan OfferFit. AI Decisioning memungkinkan brand melakukan segmentasi pelanggan secara hyper-personalized.Dengan kemampuan itu, setiap pelanggan bisa mendapatkan pesan yang berbeda sesuai kebutuhannya. 

    Untuk memperkenalkan teknologi ini, Braze berencana menggelar sejumlah webinar dan talkshow di Indonesia dalam beberapa bulan ke depan.

    “Jadi, Braze akan melakukan webinar ke berbagai wilayah Indonesia dan juga akan fokus untuk meng-engage semakin banyak target customer bahwa teknologi AI itu bisa dipakai bahkan sampai ke level personal,” kata Shahid.

  • Dibajak Gaji Tinggi, Karyawan Malah Kompak Resign Baru Sebulan Kerja

    Dibajak Gaji Tinggi, Karyawan Malah Kompak Resign Baru Sebulan Kerja

    Jakarta, CNBC Indonesia – Taruhan besar Meta pada pengembangan “superintelligence” mulai goyah. Sejumlah karyawan kunci justru memilih hengkang meski perusahaan menawarkan gaji selangit demi memperkuat divisi barunya.

    Menurut laporan Business Insider, setidaknya delapan pegawai Meta keluar dalam dua bulan terakhir, termasuk peneliti, insinyur, hingga pimpinan senior produk. Mereka mundur tak lama setelah CEO Mark Zuckerberg mengumumkan pembentukan Meta Superintelligence Labs (MSL), divisi anyar yang dirancang menghadirkan “personal superintelligence” untuk semua orang.

    Para pegawai yang keluar sebagian besar merupakan veteran yang sebelumnya membangun infrastruktur inti AI Meta, diikuti beberapa rekrutan baru yang sempat digoda dengan tawaran kompensasi gaji bernilai ratusan juta dolar, serta merekrut talenta dari OpenAI dan Google DeepMind.

    “Beberapa orang keluar adalah hal yang normal bagi organisasi sebesar ini. Sebagian besar dari mereka sudah bekerja di perusahaan selama bertahun-tahun, dan kami mendoakan yang terbaik bagi mereka,” kata juru bicara Meta.

    Namun, kedatangan pegawai baru dengan gaji besar justru memicu ketegangan internal. Ancaman eksodus mulai bermunculan di tengah operasi AI Meta yang terus meluas, terutama mereka yang telah bergabung sebelum dorongan besar ke arah superintelligence.

    Salah satu veteran, Bert Maher, memutuskan hengkang setelah 12 tahun di Meta untuk bergabung dengan Anthropic. Ia sebelumnya ikut mengembangkan PyTorch, perangkat lunak open source yang populer untuk melatih AI, dan Triton, bahasa pemrograman untuk mengoptimalkan model AI.

    Tony Liu, yang delapan tahun bekerja di Meta memimpin tim PyTorch GPU, juga mundur. Melalui LinkedIn, Liu menyebut akan meluncurkan newsletter seputar pengembangan dan skala sistem AI.

    Chi-Hao Wu, spesialis AI dan machine learning, keluar setelah lima tahun untuk menjadi Chief AI Officer di startup Memories.ai. Ia menuturkan bahwa beberapa pekerja merasa kondisi kerja di Meta kerap tidak stabil karena seringnya reorganisasi.

    Beberapa eks pegawai Meta justru bergabung ke OpenAI, rival terkuat perusahaan dalam persaingan AI.

    Tak hanya veteran, sejumlah rekrutan anyar juga buru-buru angkat kaki dari perusahaan. Wired melaporkan dua peneliti, Avi Verma dan Ethan Knight, keluar kurang dari sebulan setelah bergabung dan kembali ke OpenAI.

    Sementara itu, Rishabh Agarwal yang baru bergabung dari Google DeepMind pada April lalu, memilih hengkang setelah lima bulan. Lewat posting di X, ia memuji kepadatan talenta dan komputasi di Meta, namun mengaku ingin mengambil risiko berbeda.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Australia luncurkan program kewirausahaan Kinetik Nex di Makassar

    Australia luncurkan program kewirausahaan Kinetik Nex di Makassar

    ANTARA – Pemerintah Australia menyediakan Rp1,6 miliar untuk 5 dari 15 startup atau pelaku usaha inovatif yang mengembangkan program kewirausahaan sekaligus sebagai solusi perubahan iklim. Hal itu dikemukakan Konjen Australia Todd Diaz disela-sela peluncuran Program KINETIK NEX di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (27/8). (Suriani Mappong/Soni Namura/Rijalul Vikry)

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Google Cloud Pastikan Perubahan Mendasar di Asia Tenggara

    Google Cloud Pastikan Perubahan Mendasar di Asia Tenggara

    Bisnis.com, JAKARTA – Google Cloud memastikan bahwa teknolog kecerdasan buatan (artificial intelligent) telah membuat perubahan mendasar di Asia Tenggara, dan siap menciptakan fase pertumbuhan cepat hingga mencapai US$270 miliar.

    Mark Micallef, Managing Director Southeast Asia Google Cloud, mengatakan bahwa perubahan mendasar sedang berlangsung di kawasan Asia Tenggara, dan kecerdasan buatan (AI) adalah teknologi paling signifikan di dalamnya.

    “AI adalah teknologi paling signifikan di zaman kita, siap untuk mendorong fase pertumbuhan Asia Tenggara berikutnya dan mendorong perekonomiannya sebesar US$270 miliar,” ujarnya di acara bertajuk Lets Talk Google Cloud di Singapura, Rabu (27/8/2025).

    Pemerintah, perusahaan, dan startup telah beralih ke Google Cloud AI untuk meningkatkan produktivitas, mempercepat inovasi, dan meningkatkan perekonomian mereka dalam rantai nilai.

    Momentum ini, katanya, juga tercermin dalam pertumbuhan bisnis Google Cloud. Secara global, Google Cloud menghasilkan pendapatan US$13,6 miliar pada kuartal kedua tahun ini, meningkat 32% dibandingkan tahun sebelumnya.

    Hal ini didorong oleh pelanggan yang berinovasi Bersama AI Google Cloud dengan cara-cara baru, dalam skala yang luar biasa. Hal yang sama juga terjadi di kawasan Asia Tenggara.

    Mark mengungkapkan setidaknya empat contoh bukti penerapan AI Google Cloud di Asia Tenggara.

    Pertama, di Indonesia. Menurutnya, sebanyak 7 dari 10 bank teratas, ketiga perusahaan telekomunikasi besar, dan peritel besar seperti Salim Group dan Alfamart, serta 70% unicorn lokal membangun platform di Google Cloud.

    Kedua, di Malaysia. Perintah Malaysia telah membekali 445.000 pegawai negeri dengan agen Gemini bawaan Google Workspace untuk mentransformasi penyediaan layanan publik.

    Ketiga di Singapura. FairPrice Group membuka Store of Tomorrow pertama di Asia Tenggara. Toko ini menawarkan pengalaman berbelanja menyeluruh dan operasional toko yang didukung oleh Google Cloud AI.

    Keempat, DBS adalah bank pertama di Asia yang menyoroti dampak ekonomi AI dalam hasil keuangan mereka. Didukung oleh Google Cloud, inisiatif AI mereka menghasilkan lebih dari US$700 juta pada 2024. Mereka kini memperdalam kemitraan dengan Google Cloud untuk membuka nilai yang lebih besar dari AI generatif dan agensi.

    Menurut Mark, kesamaan dari contoh-contoh tersebut adalah komitmen di tingkat dewan direksi untuk mengintegrasikan AI ke dalam proses bisnis inti. “Dan mereka memilih Google Cloud karena dua alasan Utama.”

    Pertama, tumpukan AI Google Cloud yang terintegrasi penuh dirancang bersama, mulai dari perangkat keras hingga model untuk memberikan kinerja dan laba atas investasi terbaik.

    Kedua, Google Cloud menyediakan interoperabilitas dan kebebasan memilih di setiap lapisan tumpukan ini, yang memungkinkan perusahaan untuk mempersiapkan investasi teknologi mereka di masa depan.

    Mark juga memastikan bahwa Google Cloud berinvestasi besar-besaran untuk mendukung transformasi berkelanjutan di Asia Tenggara.

    Untuk tetap terdepan dalam memenuhi permintaan komputasi AI yang terus meningkat, Google Cloud terus memperluas kapasitas wilayah cloud di Indonesia dan Singapura. Google Cloud juga segera meluncurkan wilayah cloud baru di Malaysia dan Thailand.

    Melalui program tingkat nasional terstruktur seperti AI Cloud Takeoff dan Indonesia BerdAIa, Google menyediakan sumber daya dan keahlian yang telah terbukti bagi perusahaan untuk menerapkan solusi AI praktis, dengan cepat, aman, dan hemat biaya.

    Melalui program pelatihan keterampilan lokal di enam negara, Google Cloud secara aktif memperkuat kemahiran pengembang dalam perangkat AI perusahaan seperti Vertex AI dan Gemini Code Assist, mengembangkan kumpulan talenta di kawasan ini untuk era baru ini.

    Sebagai perusahaan yang mengutamakan AI, misi Google adalah mengelola informasi dunia dan menjadikannya dapat diakses dan bermanfaat secara universal. Google Cloud memperluas misi ini ke tingkat perusahaan.

     

    1756310601_d486e0f9-f21a-4341-b8d4-ccdcbf1dced5.

  • Aplikasi Pengganti Google Laku Keras, Banyak yang Antre

    Aplikasi Pengganti Google Laku Keras, Banyak yang Antre

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perlombaan di sektor teknologi kecerdasan buatan (AI) makin sengit. Pemain lama seperti Google, Meta, dan Apple tak segan-segan menggelontorkan investasi bejibun untuk mengembangkan AI.

    Di saat bersamaan, muncul nama pemain-pemain baru yang hadir dengan inovasi AI kawakan. Bahkan, tak jarang yang hendak mendobrak dominasi para raksasa teknologi kawakan.

    Hal ini memicu minat raksasa teknologi untuk mengakuisisi startup yang baru berkembang. Dengan begitu, raksasa teknologi bisa tumbuh lebih jauh dan memanfaatkan inovasi dari pemain baru.

    Pada Juni lalu, Apple dan Meta dalam waktu berdekatan dikabarkan berniat mencaplok Perplexity. Sebagai informasi, Perplexity menawarkan layanan pencarian berbasis AI yang digadang-gadang sebagai ‘pengganti’ Google.

    Beberapa saat lalu, Perplexity blak-blakan menyebut ingin mencaplok browser Chrome milik Google untuk memperkuat browser Comet miliknya. Namun, belum ada kabar lebih lanjut soal rencana tersebut.

    Terbaru, rumor soal Apple yang ingin membeli Perplexity kembali beredar. Dikutip dari Reuters, Rabu (27/8/2025), Apple disebut sedang dalam diskusi internal untuk mengakuisisi Perplexity dan layanan asal Prancis, Mistral.

    Informasi tersebut dilaporkan oleh The Information pada Selasa (26/8) waktu setempat, mengutip beberapa sumber yang mengetahui kabar tersebut.

    Pada Juli lalu, CEO Apple Tim Cook mengatakan pihaknya terbuka untuk melakukan akuisisi terkait AI dalam rangka mengakselerasi roadmap AI perusahaan.

    Reuters belum bisa memverifikasi laporan dari The Information.

    Sebagai informasi, Perplexity merupakan startup yang dibekingi Nvidia dan pendiri Amazon Jeff Bezos. Perplexity mengatakan belum mengetahui obrolan soal merger.

    Apple dan Mistral tak segera merespons permintaan komentar dari Reuters.

    Mistral yang juga didukung oleh Nvidia bernilai lebih dari US$6 miliar setelah putaran pendanaan Seri B tahun lalu. Financial Times melaporkan bulan ini bahwa perusahaan Prancis tersebut sedang dalam pembicaraan untuk mengumpulkan US$1 miliar dengan valuasi US$10 miliar.

    Sebelumnya, Bloomberg News juga pernah melaporkan bahwa para eksekutif Apple telah mengadakan pembicaraan internal tentang kemungkinan mengajukan penawaran untuk Perplexity. Kita tunggu saja!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]