Produk: startup

  • Privy Siap Tadah Pendanaan Baru Tahun Depan, Jumlah Pelanggan Melonjak

    Privy Siap Tadah Pendanaan Baru Tahun Depan, Jumlah Pelanggan Melonjak

    Bisnis.com, JAKARTA — Privy, startup penyedia identitas digital dan tanda tangan elektronik yang sah dan legal, mencatatkan lonjakan pelanggan hingga 38 kali lipat selama pada 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pencapaian ini membawa perusahaan dalam jalur memperoleh pendanaan baru.

    Chief Operating Officer (COO) Privy Nitin Mathur mengungkapkan dalam setahun terakhir perusahaan mencatat peningkatan jumlah klien korporasi dari sekitar 4.000 lebih perusahaan pada 2023 menjadi lebih dari 155.000 pada 2024.

    Nitin menjelaskan bahwa pertumbuhan luar biasa tersebut didorong oleh dua segmen besar yaitu klien enterprise dan bisnis kecil-menengah (UKM). Dari sisi enterprise, Privy kini melayani sekitar 5.500 perusahaan besar. Namun, kontribusi utama justru datang dari sektor UKM.

    “Pertumbuhan paling signifikan berasal dari usaha kecil dan menengah. Mereka semakin sadar akan pentingnya digital trust, apalagi di tengah maraknya isu deepfake dan transaksi digital yang makin kompleks,” kata Nitin di Jakarta, Selasa (16/9/2025).

    Chief Operating Officer (COO) Privy Nitin Mathur

    Salah satu faktor pendorong utama pertumbuhan tersebut, kata Nitin, adalah kerja sama dengan pemerintah. Privy menjadi mitra eksklusif dalam platform e-catalogue dan e-procurement nasional, yang memungkinkan pelaku bisnis skala kecil hingga menengah untuk mengadopsi layanan Privy secara masif.

    Nitin menekankan kehadiran Privy bukan sekadar wacana teknologi, melainkan menjawab masalah nyata berupa pemalsuan identitas melalui tanda tangan digital. Pemalsuan ini turut berkontribusi atas sejumlah aktivitas ilegal yang tercatat merugikan negara hingga Rp142 triliun. 

    “Kami menyelesaikan masalah serius. Digital trust kini menjadi kebutuhan utama hampir di setiap transaksi bisnis. Itulah mengapa permintaan terhadap otoritas sertifikasi dan tanda tangan digital melonjak pesat,” ujarnya.

    Pendanaan Baru di Depan Mata

    Privy terakhir kali menggalang pendanaan seri C pada 2022 sebesar Rp746 miliar dari investor global termasuk KKR dan Ventura Capital asal Amerika Serikat. Nitin menegaskan bahwa saat ini perusahaan kembali dalam proses untuk mengamankan putaran pendanaan berikutnya.

    “Kami telah bertemu dengan investor kami, dan sedang aktif menjajaki putaran pendanaan baru. Targetnya, kami bisa mendapatkan komitmen term sheet pada akhir tahun ini, dengan rencana transaksi dan pencairan dana awal tahun depan,” jelasnya.

    Pendanaan baru ini, kata Nitin, akan digunakan untuk menopang ekspansi bisnis dan memperkuat ekosistem kepercayaan digital di Indonesia.

  • Komdigi Hanya Kantongi Rp8 Triliun, Digitalisasi Terancam hingga Kesenjangan Melebar

    Komdigi Hanya Kantongi Rp8 Triliun, Digitalisasi Terancam hingga Kesenjangan Melebar

    Bisnis.com, JAKARTA— Pengamat Telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menilai alokasi anggaran Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) sebesar Rp8 triliun pada 2026 akan berdampak signifikan terhadap digitalisasi di Indonesia.

    Padahal, sebelumnya Komdigi sempat mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp12,6 triliun. Jika usulan itu disetujui, total kebutuhan anggaran Komdigi untuk tahun anggaran 2026 seharusnya mencapai Rp20,3 triliun.

    “Penyediaan internet di daerah terpencil, seperti Indonesia Timur, akan terhambat, memperlebar kesenjangan digital. Proyek strategis seperti pusat data nasional (PDN) dan pengembangan AI bisa tertunda, yang dipastikan ini bisa mengurangi daya saing ekonomi digital di ASEAN,” kata Heru kepada Bisnis pada Senin (15/9/2025).

    Heru menambahkan, transformasi layanan publik, seperti aplikasi terpadu, juga berisiko melambat sehingga mempengaruhi efisiensi birokrasi. 

    Selain itu, startup lokal mungkin kesulitan mendapat dukungan infrastruktur, yang bisa menghambat inovasi. Dengan anggaran terbatas, lanjut dia, fokus mungkin bergeser ke pemeliharaan sistem existing ketimbang ekspansi ambisius. 

    “Meski begitu, kolaborasi dengan swasta bisa menjadi solusi untuk menjaga momentum. Tanpa strategi cerdas, Indonesia berisiko tertinggal dalam revolusi digital global,” kata Heru.

    Menurutnya, Komdigi harus memprioritaskan proyek berdampak tinggi dengan anggaran Rp8 triliun tersebut. Seperti halnya perluasan infrastruktur digital di wilayah 3T, meningkatkan kecepatan broadband ke 100 Mbps di wilayah strategis. 

    “Prioritaskan keamanan ruang digital, seperti mencegah konten negatif demi perlindungan masyarakat,” kata Heru.

    Heru mengaku khawatir digitalisasi bisa terpinggirkan, sehingga menghambat investasi di sektor AI, big data, maupun keamanan siber. 

    “Kesenjangan akses internet Jawa-luar Jawa bakal melebar, proyek seperti pusat data nasional (PDN) yang melambat dan transformasi layanan publik mandek. Ekonomi digital, yang seharusnya jadi pendorong pertumbuhan 5,4 persen, berisiko tertinggal dari ASEAN,” paparnya.

    Dia menambahkan, meski ada peluang dukungan anggaran dari kementerian lain, misalnya untuk pertanian digital, tanpa prioritas yang jelas Indonesia bisa kehilangan momentum menuju Indonesia 5.0. 

    “Mau tidak mau harus dimaksimalkan kolaborasi dengan swasta meski tetap tantangannya juga besar menanti,” ujarnya.

    Infrastruktur telekomunikasi di daerah 3T

    Heru juga menilai tidak adanya tambahan anggaran ini menjadi sinyal undervaluation atas potensi digital sebagai pendorong pertumbuhan jangka panjang, terutama di tengah revolusi AI global. 

    “Absennya pembangunan digital dari delapan agenda utama menunjukkan kurangnya komitmen politik kuat dan berisiko membuat Indonesia ketinggalan momentum transformasi besar menuju Indonesia Emas 2045,” ucapnya.

    Menurutnya, pemangkasan ini menandakan Indonesia terlalu fokus pada kebutuhan jangka pendek dan mengesampingkan fondasi jangka panjang. Padahal, lanjut dia, dunia kini berlomba di AI, big data, dan konektivitas. Dia menyoroti Singapura dan Korea Selatan yang alokasikan miliaran dolar untuk digital. 

    “Mengabaikan sektor ini menunjukkan kurangnya visi strategis untuk bersaing di ekonomi global, dimana digital diprediksi sumbang 20% PDB dunia pada 2030,” tutur Heru.

    Heru menilai ekonomi digital Indonesia yang saat ini baru berkontribusi sekitar 4–5% terhadap PDB membutuhkan dorongan besar agar bisa mencapai target ambisius 8 persen. Dia menegaskan, jika sektor digital diabaikan, maka efisiensi, inovasi, dan daya saing akan terancam, sehingga visi pertumbuhan ekonomi besar menjadi sulit tercapai.

    Sebelumnya, Komdigi menghadiri rapat tertutup bersama Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin (15/9/2025). Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengungkapkan rapat tersebut membahas anggaran Komdigi. Sesuai hasil pembahasan Badan Anggaran (Banggar), anggaran Komdigi ditetapkan sebesar Rp8 triliun, sama dengan pagu awal.

    “[Anggaran Komdigi] Rp8 triliun, jadi tadi ini kurang lebih sama dengan pagu awal, kemudian menjadi pagu definitifnya,” kata Meutya usai rapat di Kompleks Parlemen, Senin (15/9/2025).

    Meutya menegaskan, pihaknya akan patuh pada keputusan Banggar dan menata ulang prioritas penggunaan anggaran agar program utama, khususnya yang terkait dengan Asta Cita Presiden serta quick wins Komdigi, tetap bisa dijalankan.

    Dia menyebut terdapat sejumlah program prioritas, antara lain pembangunan infrastruktur digital, pengawasan ruang digital yang aman untuk masyarakat, hingga komunikasi publik yang dapat mendukung pertumbuhan ekosistem startup.

    Berdasarkan Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2026, Komdigi mendapat alokasi sebesar Rp8,08 triliun. Angka ini lebih rendah dibanding outlook 2025 yang mencapai Rp9,52 triliun.

  • Startup Tak Terkenal Mendadak Jadi Sorotan, Raksasa Besar Bilang Ini

    Startup Tak Terkenal Mendadak Jadi Sorotan, Raksasa Besar Bilang Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Nama startup Palantir mendadak ramai disebut-sebut oleh para investor. CEO Salesforce Marc Benioff misalnya, yang secara terang-terangan memuji startup perangkat lunak manajemen data itu.

    Dalam wawancara dengan CNBC Internasional di konferensi Communacopia+Technology Goldman Sachs di San Francisco, Benioff mengaku terinspirasi oleh kesuksesan Palantir.

    “Astaga. Saya sangat terinspirasi oleh perusahaan itu,” kata Benioff.

    Ia menambahkan, valuasi Palantir saat ini mencapai 100 kali lipat pendapatan mereka, bahkan bisa melonjak hingga 1000 kali lipat.

    Meski begitu, dari sisi pendapatan, Salesforce masih jauh lebih besar. Perusahaan yang menjadi komponen Dow Jones Industrial Average ini meraup lebih dari US$10 miliar pada kuartal terakhir, atau 10 kali lipat dibanding Palantir. Namun, pertumbuhan Palantir jauh lebih cepat yakni 48%, sedangkan Salesforce hanya tumbuh 10%.

    Benioff bahkan menilai harga produk Palantir sebagai perangkat lunak enterprise termahal yang pernah dia lihat. Ia sempat bergurau bahwa mungkin Salesforce kurang mahal dalam menentukan harga produknya.

    Pernyataan ini bukan yang pertama. Pekan lalu, Benioff juga sempat menyebut harga Palantir luar biasa, sembari menegaskan bahwa Salesforce menawarkan produk kompetitif dengan biaya lebih rendah.

    CEO Palantir Alex Karp menanggapi bahwa perusahaannya berfokus pada penciptaan nilai dan hanya meminta kompensasi wajar atas hal tersebut.

    Kedua perusahaan memang sesekali bersaing dalam kontrak pemerintah. Benioff bahkan membanggakan kemenangan Salesforce dalam memenangkan kontrak dengan Angkatan Darat AS, mengalahkan Palantir.

    Palantir berdiri pada 2003, empat tahun setelah Salesforce, dan baru melantai di Bursa Efek New York pada 2020. Saat ini kapitalisasi pasar Palantir mencapai US$406 miliar, lebih tinggi dari Salesforce yang bernilai US$231 miliar.

    Saham Palantir juga menjadi salah satu yang paling sering diperdagangkan di platform Robinhood, menjadikannya favorit investor ritel.

    Namun, kinerja saham Salesforce justru merosot. Sepanjang tahun ini, sahamnya turun 27%, menjadi yang terburuk di antara saham teknologi berkapitalisasi besar.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • DPR Kasih Anggaran Rp 8 Triliun, Ini Fokus Komdigi Tahun Depan

    DPR Kasih Anggaran Rp 8 Triliun, Ini Fokus Komdigi Tahun Depan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengungkap bahwa Komdigi mendapatkan pagu anggaran 2026 sebesar Rp 8 triliun.

    “Rp8 triliun, jadi tadi ini kurang lebih sama dengan pagu awal, kemudian pagu anggaran, dan ini pagu definitifnya,” kata Meutya ditemui usai rapat tertutup bersama Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (15/9/2025).

    Komdigi, kata dia, akan mengikuti keputusan rapat di Banggar, karena belum ada kenaikan untuk anggaran di Kementerian yang ia pimpin.

    Meski tanpa penambahan alokasi, Komdigi tetap memprioritaskan sejumlah program strategis. Ia menyatakan Komdigi akan memanfaatkan secara optimal dana tersebut.

    “Kami patuh dan tentu kita mengatur ulang prioritas dari anggaran yang ada, agar semua program-program khususnya yang terkait dengan Astacita presiden dan juga quick wins dari Komdigi ini bisa dilakukan dengan baik,” jelas Meutya.

    Lantas, apa saja prioritas Komdigi dengan anggaran Rp8 triliun tersebut? Menkomdigi menyebut ada tiga sektor utama yang akan difokuskan.

    Pertama infrastruktur digital harus terus berjalan, konektivitas harus terus bisa dijalankan di berbagai penjuru di Indonesia.

    Kemudian yang kedua untuk pengawasan ruang digital yang lebih baik, lebih aman, lebih ramah terhadap anak-anak. Di antaranya adalah pornografi, judi online, dan sebagainya itu terus menjadi prioritas. Juga termasuk komunikasi publik.

    Selain itu, Meutya juga menekankan pentingnya menjaga keberlangsungan ekosistem digital, termasuk mendukung pertumbuhan startup di Indonesia. “Di masa seperti ini kita memerlukan sekali juga untuk engine of growth dari startup-startup kita,” imbuhnya.

    Usul Tambahan Rp12,6 Triliun

    Sebelumnya, dalam rapat bersama Komisi I DPR RI pada Juli lalu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp12,6 triliun untuk tahun anggaran 2026.

    Sekretaris Jenderal Komdigi, Ismail, menjelaskan bahwa berdasarkan surat bersama Kementerian Keuangan dan Bappenas Nomor S-356, Komdigi memperoleh pagu indikatif 2026 sebesar Rp7,75 triliun.

    Jumlah tersebut terdiri dari dana rupiah murni Rp2,9 triliun dan beberapa komponen tambahan lainnya.

    Namun, kebutuhan riil Komdigi tahun depan mencapai Rp20,36 triliun, sehingga terdapat kekurangan Rp12,6 triliun.

    “Untuk kebutuhan 2026 kami sudah mendapatkan masukan dari seluruh unit kerja. Kebutuhan Komdigi ini ada di angka Rp20,36 triliun. Sehingga dibutuhkan kekurangan anggaran sebesar Rp12,615 triliun,” jelas Ismail.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Anggaran Komdigi Rp8 Triliun Tahun Depan, Ini Daftar Infrastruktur Prioritas

    Anggaran Komdigi Rp8 Triliun Tahun Depan, Ini Daftar Infrastruktur Prioritas

    Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menetapkan sejumlah program prioritas untuk tahun depan, meski alokasi anggarannya dipastikan tidak mengalami kenaikan.

    Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menjelaskan, program utama yang dijalankan Komdigi meliputi pembangunan infrastruktur digital, peningkatan pengawasan ruang digital, komunikasi publik, serta pengembangan ekosistem digital.

    “Yang pertama infrastruktur digital kan harus terus berjalan, konektivitas harus terus bisa dijalankan di berbagai penjuru di Indonesia,” kata Meutya usai rapat tertutup dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen Senin (15/9/2025). 

    Mengutip laman resmi Komdigi, beberapa program pembangunan infrastruktur digital antara lain mempercepat pembangunan jaringan serat optik (fiberisasi) hingga ke tingkat kecamatan, memperluas jangkauan broadband tetap (fixed broadband) dan mobile broadband dengan kecepatan internet yang ditargetkan mencapai 100 Mbps pada tahun 2029, serta membangun ekosistem Pusat Data Nasional (PDN). 

    Selain itu, Komdigi juga mengimplementasikan Sistem Penghubung Layanan Pemerintah (SPLP) guna memperkuat pertukaran data antarinstansi.

    Program prioritas kedua adalah peningkatan pengawasan ruang digital agar lebih aman dan ramah bagi anak-anak. Komdigi sebelumnya telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21/2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP TUNAS).

    Aturan tersebut mewajibkan seluruh Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) untuk melindungi anak-anak di ruang digital, mulai dari menyaring konten berbahaya, menyediakan fitur pelaporan yang mudah diakses, hingga menjamin penanganan laporan yang cepat dan transparan. 

    PSE juga diwajibkan melakukan verifikasi usia serta menerapkan langkah teknis guna mengurangi risiko anak terpapar konten negatif. Jika melanggar, pemerintah dapat menjatuhkan sanksi administratif hingga pemblokiran platform.

    Meutya menegaskan, regulasi ini lahir dari kekhawatiran atas adanya platform digital yang secara sengaja menyebarkan konten bermuatan negatif kepada kelompok rentan.

    “Tentu di antaranya adalah [penanganan] pornografi, judi online, dan sebagainya itu terus menjadi prioritas,” kata Meutya. 

    Selain itu, komunikasi publik juga menjadi fokus, termasuk mendukung pertumbuhan ekosistem digital agar melahirkan lebih banyak startup baru. “Di masa seperti ini, kita sangat memerlukan engine of growth dari startup-startup kita,” tambah Meutya. 

    Diberitakan sebelumnya, Meutya mengungkapkan Komdigi hanya mendapat anggaran Rp8 triliun untuk tahun depan. 

    Angka ini sama dengan pagu awal yang ditetapkan Badan Anggaran (Banggar) DPR, meskipun Komdigi sempat mengusulkan tambahan Rp12,6 triliun sehingga kebutuhan totalnya mencapai Rp20,3 triliun.

    “[Anggaran Komdigi] Rp8 triliun, jadi tadi ini kurang lebih sama dengan pagu awal, kemudian pagu anggaran, dan ini pagu definitifnya,” kata Meutya. 

  • Komdigi Tak Dapat Tambahan Anggaran, Pagu 2026 Tetap Rp8 Triliun

    Komdigi Tak Dapat Tambahan Anggaran, Pagu 2026 Tetap Rp8 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) rapat tertutup bersama Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin (15/9/2025). Rapat tersebut menyepakati bahwa anggara Komdigi pada 2026 tidak berubah.

    Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengungkapkan rapat tersebut membahas anggaran Komdigi. Sesuai hasil pembahasan Badan Anggaran (Banggar), anggaran Komdigi ditetapkan sebesar Rp8 triliun, sama dengan pagu awal. 

    Dengan demikian, tidak ada tambahan anggaran, meski sebelumnya Komdigi sempat mengusulkan penambahan sebesar Rp12,6 triliun untuk tahun anggaran 2026. Jika usulan itu diterima, total kebutuhan anggaran Komdigi seharusnya mencapai Rp20,3 triliun, naik signifikan dibandingkan pagu awal.

    “[Anggaran Komdigi] Rp8 triliun, jadi tadi ini kurang lebih sama dengan pagu awal, kemudian pagu anggaran, dan ini pagu definitifnya,” kata Meutya usai rapat di Kompleks Parlemen, Senin (15/9/2025).

    Meutya menegaskan, pihaknya akan patuh pada keputusan Banggar belum ada kenaikan anggaran bagi Komdigi. Karena itu, pihaknya akan menata ulang prioritas penggunaan anggaran agar program-program utama, khususnya yang terkait dengan Asta Cita Presiden serta quick wins Komdigi, tetap bisa dijalankan dengan baik.

    Dia menjelaskan, terdapat sejumlah program prioritas Komdigi. Pertama, pembangunan infrastruktur digital yang harus terus berjalan untuk memastikan konektivitas di seluruh wilayah Indonesia.

    Kedua, peningkatan pengawasan ruang digital agar lebih aman dan ramah bagi anak-anak. 

    “Tentu di antaranya adalah [penanganan] pornografi, judi online, dan sebagainya itu terus menjadi prioritas,” katanya.

    Selain itu, komunikasi publik juga menjadi fokus, termasuk pengembangan ekosistem digital agar tetap tumbuh dan melahirkan startup baru. 

    “Di masa seperti ini, kita sangat memerlukan engine of growth dari startup-startup kita,” tambahnya.

    Berdasarkan Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2026, Komdigi mendapat alokasi sebesar Rp8,08 triliun. Angka ini lebih rendah dibanding outlook 2025 yang mencapai Rp9,52 triliun.

  • xAI Milik Elon Musk PHK 500 Karyawan, Tim Anotasi Data Disingkirkan

    xAI Milik Elon Musk PHK 500 Karyawan, Tim Anotasi Data Disingkirkan

    Bisnis.com, JAKARTA— Startup kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI) milik Elon Musk, xAI, dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 500 anggota tim anotasi data pada 12 September kemarin. 

    Tim anotasi data adalah kelompok profesional yang mengemban tugas krusial, memberi label dan mengkategorikan data secara akurat sehingga lebih mudah dianalisis dan dapat menghasilkan hasil yang andal 

    Melansir TechCrunch, Senin (15/9/2025), informasi ini berasal dari pesan internal yang dilaporkan Business Insider.

    Dalam surat tersebut, manajemen xAI menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari perubahan strategi, yaitu mempercepat ekspansi dan memprioritaskan perekrutan AI tutor spesialis, sambil mengurangi peran tutor AI generalis.

    “Seiring pergeseran fokus ini, sebagian besar posisi tutor AI generalis tidak lagi dibutuhkan, dan dengan demikian hubungan kerja Anda dengan xAI berakhir,” tulis perusahaan dalam pesan internalnya.

    Business Insider melaporkan, sekitar sepertiga dari 1.500 anggota tim data annotation xAI terdampak oleh PHK ini. Tim tersebut sebelumnya berperan penting dalam memberi label dan menyiapkan data untuk melatih chatbot Grok milik xAI.

    Saat dimintai konfirmasi, pihak xAI merujuk pada pernyataan resmi di platform X media sosial milik Musk yang diakuisisi awal tahun ini yang menyebut perusahaan akan segera memperbesar tim AI tutor spesialis hingga 10 kali lipat.

    “Kami tengah membuka lowongan di berbagai bidang seperti STEM, keuangan, medis, keamanan, dan lainnya,” tulis pernyataan tersebut.

    PHK ini terjadi di tengah kabar suntikan modal jumbo dari SpaceX bagi xAI. Pada Juli 2025, SpaceX, perusahaan dirgantara milik Elon Musk, dikabarkan bakal menginvestasikan US$2 miliar atau Rp32,44 triliun ke xAI.

    Reuters pada Minggu (13/7/2025) melaporkan menurut sumber WJS, SpaceX bakal menggelontorkan investasi besar ke xAI. Langkah ini diambil tak lama setelah xAI menyelesaikan merger dengan X (sebelumnya Twitter). 

    SpaceX dan xAI tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.

    Salah satu hasil nyata dari integrasi ini adalah penggunaan chatbot Grok, produk andalan xAI, yang kini telah digunakan untuk mendukung layanan pelanggan Starlink.

    Grok juga tengah dipersiapkan untuk integrasi lebih lanjut ke dalam robot Optimus milik Tesla serta fitur asisten suara di kendaraan Tesla. 

    Elon Musk menargetkan terciptanya ekosistem AI yang terintegrasi lintas bisnis dari otomotif, media sosial, hingga ruang angkasa. Dengan mengembangkan dan mengintegrasikan AI secara internal, Musk berharap dapat menekan biaya lisensi model eksternal dan meningkatkan keunggulan kompetitif di industri padat modal seperti otomotif dan aerospace menurut laporan AInvest. 

    Dalam perkembangan lain, SpaceX juga terus mencari pendanaan baru dengan valuasi US$400 miliar atau sekitar Rp6,5 triliun (Kurs: Rp16.000).

  • Ada Loker Jadi Data Analys untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Ada Loker Jadi Data Analys untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Jakarta

    Multicipta Persada Rekasatya yang berlokasi Kab. Purwakarta, Provinsi Jawa Barat tengah membuka lowongan untuk posisi Data Analys. Lowongan kerja ini terbuka untuk lulusan mimal S1.

    Lowongan kerja ini disampaikan perusahaan dalam program “Cari(in) Kerja!” dari detikcom. Berikut rincian informasi lowongan dan syarat daftarnya.

    Tanggung Jawab:
    1. Mengumpulkan, membersihkan, dan memverifikasi data dari berbagai sumber.
    2. Melakukan analisis data untuk mendukung pengambilan keputusan bisnis.
    3. Membuat laporan, dashboard, dan visualisasi data secara berkala.
    4. Mengidentifikasi tren, pola, dan insight dari data perusahaan.
    5. Memberikan rekomendasi berbasis data kepada tim manajemen.
    6. Berkoordinasi dengan tim terkait (IT, bisnis, manajemen) untuk kebutuhan data.
    7. Menjaga akurasi, kerahasiaan, dan keamanan data perusahaan.

    Persyaratan:
    1. Pendidikan minimal S1 di bidang Statistik, Matematika, Ilmu Komputer, Ekonomi, atau bidang terkait.
    2. Menguasai SQL, Excel, dan alat analisis data (misalnya Python/R, Power BI, Tableau).
    3. Memiliki kemampuan analitis yang kuat dan teliti terhadap detail.
    4. Memahami konsep database, data visualization, serta teknik analisis statistik.
    5. Mampu mengolah data besar (big data) menjadi informasi yang mudah dipahami.
    6. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk menyajikan hasil analisis.
    7. Pengalaman sebagai Data Analyst minimal 1-2 tahun lebih disukai.

    Bagi kamu yang berminat untuk melamar lowongan kerja ini, hubungi perusahaan di nomor 087829441455 atau melalui email di (info.mpersadarekasatya@gmail.com).

    Disclaimer: Informasi lowongan kerja ini merupakan kiriman pembaca. detikcom hanya mempublikasikan dan tidak bertanggung jawab atas keabsahan isi maupun proses rekrutmen. Harap berhati-hati serta lakukan pengecekan lebih lanjut sebelum melamar.

    detikcom membantu memudahkan pencarian lowongan kerja sekaligus memfasilitasi perusahaan atau lembaga yang membuka lowongan melalui program Cari(in) Kerja! Informasi selengkapnya bisa langsung klik Cari(in) Kerja! di sini, dan dengan mengakses program tersebut maka Anda bisa berbagi sekaligus mendapatkan informasi lowongan kerja.

    Cari(in) Kerja merupakan platform lowongan kerja yang menyambungkan profesional, fresh graduates, hingga pekerja informal dan semi-formal dengan peluang kerja dari perusahaan besar, startup, hingga UMKM di seluruh Indonesia.

    (igo/eds)

  • Adi Rahman Adiwoso, Bapak Satelit Indonesia yang Melawan Arus

    Adi Rahman Adiwoso, Bapak Satelit Indonesia yang Melawan Arus

    Orlando

    Di tengah gemerlap teknologi satelit global, ada sosok yang diam-diam mengukir sejarah di Indonesia. Sosok tersebut adalah Adi Rahman Adiwoso, CEO PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN).

    Banyak orang yang menjulukinya sebagai ‘Bapak Satelit Indonesia’ karena perannya membangun konektivitas nasional melalui satelit, salah satunya Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) sekaligus Ketua Dewan Pembina Asosiasi Antariksa Indonesia (ARIKSA), Rudiantara

    Namun pria berusia 72 tahun ini santai saja dengan julukan tersebut. “Saya cuma menikmati hidup saya,” ujarnya santai.

    Perjalanan Adi penuh keberanian melawan arus, dari menolak kewarganegaraan Amerika hingga mendirikan PSN di tengah ketiadaan regulasi. Ini kisahnya.

    Awal Karier di Negeri Paman Sam

    Adi memulai petualangannya di Purdue University, Amerika Serikat, mengambil jurusan Aeronautics dan Astronautics. Ia lulus dalam waktu singkat, hanya 5 semester. Ia kemudian magang di Hughes Aircraft Company pada 1974, perusahaan di balik satelit Palapa yang legendaris.

    “Waktu itu saya kedinginan di Amerika, tapi semangat belajar besar,” kenangnya.

    Kesempatan emas datang saat ia mendapat Hughes Fellowship, beasiswa yang memungkinkannya melanjutkan S2 di California Institute of Technology (Caltech). Sambil kuliah, ia bekerja 20 jam seminggu untuk membiayai hidup.

    “Saya suka kerja sampai jam 3 sore, bahkan lebih, karena bisa pakai komputer kantor sendirian. Zaman dulu kan nggak ada laptop,” ceritanya dengan tawa.

    CEO PSN Adi Rahman Adiwoso Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Membangun Palapa: Menyatukan NKRI

    Pada 1975, Adi mendapat tugas memasang stasiun bumi Palapa di Indonesia. Ia berkeliling ke pelosok, dari Waingapu hingga Flores, di tengah minimnya infrastruktur.

    “Belum ada hotel, ATM, bawa tas penuh duit cash,” ujarnya.

    Pengalaman ini membuka matanya tentang betapa terbatasnya komunikasi di Indonesia saat itu.

    “Kalau mau telepon gubernur, pakai radio HF. Kadang nyambung, kadang nggak,” ungkapnya.

    Ketika satelit Palapa menyala, Adi menyaksikan momen bersejarah: seorang bupati di Waingapu terpukau melihat TVRI di layar 12 inch Sony Trinitron.

    “Saya baru sadar setelah 20 tahun, Palapa itu bukan sekadar satelit. Itu alat mempersatukan NKRI,” katanya.

    Saat itu, televisi dan radio nasional belum ada, dan kebijakan pusat bisa butuh berbulan-bulan sampai ke daerah.

    Unicorn Pertama Indonesia

    Adi Rahman Adiwoso usai peluncuran Satelit Nusantara Lima. Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Setelah hampir 9 tahun di Amerika, Adi ditawari kewarganegaraan Amerika oleh Hughes Aircraft. Ia menolak. “Banyak orang pengen jadi warga Amerika, saya malah nggak kepengen,” ungkapnya. Di usia 28, ia memilih pulang ke Indonesia dengan semangat membangun. “Kalau gagal, saya bisa balik. Kalau berhasil, saya tinggal,” katanya kepada bosnya saat itu.

    Keputusan ini terbayar. Adi mendirikan PT RKN, startup yang membuat gerbang jalan tol pertama di Indonesia, mengalahkan kompetitor dari Perancis dan Jepang.

    “Anak Indonesia kalau dikasih kesempatan, pasti bisa. Yang kurang cuma keberanian,” tegasnya.

    Pada 1991, bersama Profesor Iskandar Alisjahbana, Adi mendirikan PSN, perusahaan satelit swasta pertama di Indonesia. Tantangannya besar: regulasi satelit saat itu hanya mengizinkan Telkom dan Indosat beroperasi. Dengan keberanian dan dukungan dari Presiden Soeharto serta Menteri BJ Habibie, PSN akhirnya mendapat izin, meski awalnya tak boleh melayani pasar dalam negeri.

    PSN melesat cepat. Pada 1995, perusahaan ini go public di Nasdaq, Amerika Serikat, dengan valuasi USD 1 miliar, menjadikannya unicorn pertama Indonesia.

    Namun, perjalanan tak selalu mulus. Krisis moneter 1997-1998 membuat PSN terlilit utang USD 650 juta. “Saat itu Rp 2.000 jadi Rp16.000 per dolar, babak belur,” kenang Adi.

    Tapi ia tak menyerah. Dengan strategi rekapitalisasi, PSN bangkit dan meluncurkan satelit Nusantara 1 pada 2014 hingga akhirnya pada 11 September 2025 melesatkan Satelit Nusantara Lima.

    Filosofi Hidup: Never Give Up

    Adi memegang filosofi ‘never give up’. Baginya, kegagalan adalah ‘sukses yang tertunda’.

    Meski dijuluki ‘Bapak Satelit Indonesia’, Adi tetap rendah hati. “Saya nggak peduli orang bilang apa. Saya cuma ingin bikin sesuatu yang bermanfaat,” ujarnya.

    Visi ini terlihat dari usahanya membangun bandar antariksa di Biak dan mendorong anak muda terjun ke bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).

    Kini, di usia 72 tahun, Adi tak berhenti bermimpi. Ia ingin Indonesia punya kedaulatan antariksa, dengan PSN sebagai pemimpin kapasitas satelit di Asia Pasifik.

    “Kalau elo mau jadi nomor satu, harus kerja keras. Indonesia punya potensi, tapi kita jangan jadi juara mediocrity,” pesannya.

    Kisah Adi adalah bukti bahwa keberanian, kerja keras, dan visi besar bisa mengubah wajah teknologi Indonesia. Apa pelajaran yang bisa kita ambil darinya untuk masa depan?

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Satelit Nusantara Lima Milik Indonesia Siap Meluncur 9 September”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/fay)

  • Lulusan SMA Bisa Daftar, Gaji di Atas 5 Juta

    Lulusan SMA Bisa Daftar, Gaji di Atas 5 Juta

    Jakarta

    Di tengah maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan sengitnya persaingan saat mencari kerja, detikcom membantu para pemburu lowongan kerja sekaligus memfasilitasi perusahaan atau lembaga yang membuka lowongan melalui program Cari(in) Kerja!

    Melalui program ini, detikcom menerima sejumlah informasi lowongan kerja yang dikirimkan pembaca. Salah satunya ada lowongan kerja sebagai Sales Executive di Mingyu Indonesia, Medan. Berikut rinciannya:

    Persyaratan:
    – Pria/wanita usia 25-40 tahun
    – Tamatan SMA/sederajat
    – Berpengalaman minimal 1 tahun di bidang yg sama.
    – Bermotivasi, semangat kerja, dan berorientasi pada target.
    – Kemampuan presentasi, komunikasi, dan negosiasi yg baik.
    – Jujur, disiplin, dan tanggung jawab.

    Benefit:
    – Gaji di atas 5 juta
    – Insentif
    – Komisi
    – Jenjang karir
    – Reward

    Bagi kamu yang berminat untuk melamar lowongan kerja ini bisa mengirimkan email ke (mingyuidn@gmail.com).

    Disclaimer: Informasi lowongan kerja ini merupakan kiriman pembaca. detikcom hanya mempublikasikan dan tidak bertanggung jawab atas keabsahan isi maupun proses rekrutmen. Harap berhati-hati serta lakukan pengecekan lebih lanjut sebelum melamar.

    detikcom membantu memudahkan pencarian lowongan kerja sekaligus memfasilitasi perusahaan atau lembaga yang membuka lowongan melalui program Cari(in) Kerja! Informasi selengkapnya bisa langsung klik Cari(in) Kerja! di sini, dan dengan mengakses program tersebut maka Anda bisa berbagi sekaligus mendapatkan informasi lowongan kerja.

    Cari(in) Kerja merupakan platform lowongan kerja yang menyambungkan profesional, fresh graduates, hingga pekerja informal dan semi-formal dengan peluang kerja dari perusahaan besar, startup, hingga UMKM di seluruh Indonesia.

    (igo/eds)