Produk: startup

  • Garuda Spark dan AI Center Komdigi Berpotensi Dongkrak Indeks Digital RI

    Garuda Spark dan AI Center Komdigi Berpotensi Dongkrak Indeks Digital RI

    Bisnis.com, JAKARTA— Inisiatif pemerintah menghadirkan Garuda Spark Innovation dan AI Center disebut berpeluang membuat skor Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) meningkat.

    Garuda Spark Innovation dan AI Center adalah wadah pengembangan ekosistem inovasi digital yang diinisiasi pemerintah Indonesia, terutama melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), untuk mendorong pertumbuhan startup, pengembangan artificial intelligence (AI), serta kolaborasi lintas sektor di berbagai daerah.

    Pengamat Telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, memproyeksikan IMDI 2026 bisa mencapai 45,8–46,3 poin, lebih tinggi dari proyeksi Komdigi yang mematok angka 45,33 poin.

    Heru menilai, potensi peningkatan IMDI tahun depan besar jika sejumlah inisiatif digital dijalankan secara berkelanjutan.

    “IMDI 2026 bisa mencapai 45,8–46,3, dengan tren positif bertahan jika inisiatif seperti Garuda Spark Innovation Hub diperluas, AI Center dibangun dan dikembangkan, serta infrastruktur diperhatikan. Tantangan pemerataan di daerah timur Indonesia menuntut strategi cerdas, seperti pelatihan digital masif,” kata Heru kepada Bisnis, Rabu (8/10/2025).

    Dia mengatakan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci agar kenaikan indeks tidak stagnan. Menurutnya, tanpa inovasi tambahan, peningkatan nilai IMDI bisa terhambat, namun kolaborasi yang solid antara pemerintah dan swasta akan memastikan langkah Indonesia dalam transformasi digital tidak hanya stabil, tetapi juga melesat lebih cepat.

    Heru juga menyoroti pilar Keterampilan Digital sebagai faktor penentu utama peningkatan IMDI 2026, terutama dalam konteks pemerataan di daerah.

    Menurutnya, literasi digital harus berjalan beriringan dengan pembangunan infrastruktur agar manfaat transformasi digital dirasakan secara menyeluruh.

    “Karena apa gunanya jaringan tanpa kemampuan menggunakannya? Dan bagaimana keterampilan digital bisa bagus jika infrastrukturnya tidak tersedia,” katanya.

    Dia mencontohkan, daerah seperti Maluku Tengah atau Sorong, yang masih tertinggal dibandingkan Jakarta dengan skor 50,50, membutuhkan pendekatan berbasis komunitas dan aplikasi yang ramah pengguna.

    “Dengan prioritas tepat, IMDI tak hanya naik, tapi memastikan setiap warga, dari kota hingga desa, jadi pelaku transformasi digital menuju Indonesia Emas 2045,” kata Heru.

    Lebih lanjut, Heru menilai capaian IMDI 2025 bukan hasil kebetulan, melainkan buah dari strategi terukur pemerintah. “Kenaikan IMDI 1,19 poin di 2025 bukan kebetulan, melainkan hasil strategi terukur. Walaupun harusnya bisa naik 10–20 poin,” katanya.

    Dia menyebut terdapat tiga pendorong utama peningkatan IMDI 2025 yakni penambahan infrastruktur digital yang membuka akses hingga ke pelosok, peningkatan pilar keterampilan digital melalui integrasi indeks literasi digital dan pelatihan nasional, serta kolaborasi multipihak yang melibatkan belasan ribu unit usaha.

    Namun, Heru mengingatkan, keberlanjutan peningkatan indeks bergantung pada alokasi anggaran dan penguatan innovation hub di daerah tertinggal.

    “Keberlanjutan bergantung pada anggaran yang dialokasikan dan analitik data yang ketat. Perkuatan innovation hub di daerah tertinggal akan mendorong akselerasi. Jika stagnasi diabaikan, memang ada risiko IMDI melambat. Semoga kenaikan ini bukan hanya akan bertahan, melainkan menjadi fondasi kokoh menuju Indonesia digital yang unggul dan merata,” tutur Heru.

    Sebelumnya, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Komdigi, Boni Pudjianto, mengatakan pihaknya menargetkan nilai IMDI 2026 mencapai 45,33 poin, naik sekitar 0,8 poin dari capaian tahun ini. 

    Dia menjelaskan, peningkatan akan diupayakan melalui tiga langkah utama: penguatan infrastruktur digital, peningkatan literasi dan keterampilan digital dasar masyarakat, serta pengembangan kompetensi digital SDM nasional sesuai kebutuhan industri masa depan. 

    Boni menambahkan, kesenjangan antarwilayah masih menjadi tantangan utama, terutama di kawasan timur Indonesia. Untuk itu, Komdigi akan memprioritaskan wilayah dengan nilai IMDI terendah sebagai fokus pengembangan SDM digital.

  • Cari Kerja Makin Susah, Kena PHK Banting Setir Jadi Virtual Assistant

    Cari Kerja Makin Susah, Kena PHK Banting Setir Jadi Virtual Assistant

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mencari pekerjaan di tengah ketidakpastian ekonomi kini bukan perkara mudah. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih terjadi di Indonesia membuat banyak orang harus memutar otak untuk mencari penghasilan baru.

    Satu Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat, pada Agustus 2025 terdapat 830 pekerja yang terkena PHK. Pada Juli 2025, jumlahnya lebih besar yakni 1.118 orang.

    Jumlah PHK terbanyak berasal dari Jawa Barat (261 orang), disusul Sumatra Selatan (113 orang), dan Kalimantan Timur (100 orang). Sementara itu, DKI Jakarta mencatat 48 pekerja terdampak PHK, Jawa Timur 51 orang, dan Banten sebanyak 36 pekerja.

    Di sisi lain, lulusan kuliah juga makin susah mendapat kerja, dikarenakan persaingan yang makin sengit dan industri yang makin efisien gara-gara perkembangan teknologi. Dalam beberapa ‘job fair’ yang digelar, tampak para fresh graduate berlomba-lomba menyebar CV, tetapi tak semua mendapat kabar baik. 

    Sebagai orang tua, Ia mengaku prihatin dengan kondisi dunia kerja saat ini. Pihaknya mengatakan kondisi saat ini makin susah untuk mencari kerja, berbeda jauh dari saat dirinya mencari kerja 1985 silam.

    “Wah, memang kasian anak muda sekarang, nyari kerja makin susah karena makin banyak orang. Dulu saya di 1985, masih agak gampang karena belum banyak orang, beda banget kondisinya. Dulu saya kirim lamaran, banyak yang cari saya, sekarang boro-boro,” kata Suparman, orang tua yang mengantar anaknya mencari kerja di Job Fest 2025 beberapa saat lalu.

    Virtual Assistant, Profesi Baru di Era Serba Digital

    Di tengah sulitnya mencari pekerjaan kantoran, profesi virtual assistant (VA) muncul sebagai alternatif baru yang diminati banyak orang.

    Virtual assistant adalah seseorang yang memberikan layanan dukungan administratif atau operasional kepada bisnis secara jarak jauh.

    Seiring berkembangnya teknologi dan budaya kerja fleksibel, profesi ini makin populer, terutama di kalangan pekerja lepas, ibu rumah tangga, hingga korban PHK.

    Tugas seorang VA sangat beragam, mulai dari membalas email, membuat laporan, mengelola media sosial, hingga membantu strategi pemasaran digital.

    Virtual assistant banyak dicari oleh wirausaha, startup, dan bisnis online yang membutuhkan tenaga tambahan tanpa harus mempekerjakan karyawan tetap atau menyewa kantor.

    Dari Jurnalis ke Virtual Assistant

    Setelah lebih dari 11 tahun berkarier sebagai wartawan, Dinda Juwita tak pernah menyangka harus kehilangan pekerjaannya akibat PHK pada Mei 2025. Alih-alih sedih karena di PHK, ia memilih memanfaatkan masa jedanya untuk belajar hal baru.

    “Sebetulnya aku nggak buru-buru cari kerja baru banget. Karena yaudahlah pengen istirahat dulu, udah belasan tahun kerja,” kata Dinda saat berbincang dengan CNBC Indonesia.

    Namun, setelah beberapa minggu beristirahat, Dinda merasa tidak betah menganggur. Terbiasa dengan ritme kerja cepat sebagai jurnalis, ia kemudian mencari kegiatan produktif.

    Dari situ, ia ingat pernah muncul kursus SGB VA, lembaga pelatihan yang sering ia lihat iklannya di media sosial.

    “Awalnya aku ikut free webinar-nya dulu. Di akhir acara, mereka jelaskan detail soal kursus, mulai dari jenisnya, biaya, sampai perbedaan antara kelas premium dan reguler,” ujarnya.

    Kursus tersebut memberikan pembekalan mulai dari pengenalan profesi VA, pelatihan, hingga membuka jaringan klien bagi pesertanya. Ketika mengikut kelas tersebut, Dinda juga mendapatkan sesi mentoring pribadi untuk membahas perkembangan kemampuannya dengan mengambil ‘penjurusan’ minat yang dia inginkan.

    “Kalau di tempat kursusku itu ada penjurusan kayak di kampus. Jadi ada semacam kita maunya fokus di social media specialist, atau marketer,” jelasnya.

    Apa yang Dikerjakan?

    Meski masih baru di dunia virtual assistant, Dinda sudah mendapatkan satu klien asal dari luar negeri.

    “Aku beruntung dapat klien dari mutual friend yang butuh bantuan short term, nggak sampe 2 bulan. Karena aku ambil jalur social media specialist, tugasnya bantu bikin konten untuk akun media sosial bisnisnya,” jelas Dinda.

    Dinda mengatakan bahwa kliennya adalah seorang perempuan asal Singapura yang merupakan mantan profesional venture capital dan kini membangun platform edukasi investasi. Dalam proyek itu, Dinda membantu membuat materi konten dan strategi di media sosial.

    Salah satu tugas utamanya adalah mengolah ulang atau repurpose materi dari podcast yang dimiliki kliennya menjadi berbagai bentuk konten baru di media sosial.

    “Jadi fokus konten yang aku kerjakan itu adalah rerpurpose dari konten yang dia bikin. Klienku punya semacam podcast, dan aku mengembangkan ide lanjutan dari situ,” jelasnya.

    Ia menjelaskan, podcast milik kliennya berdurasi cukup panjang, sekitar 40 menit per episode, dengan topik yang beragam. Salah satu tema yang pernah diangkat, misalnya, membahas tentang bagaimana teknologi kecerdasan buatan (AI) membantu venture capital dalam mengembangkan bisnis.

    Dinda bertugas mendengarkan setiap episode secara menyeluruh untuk menemukan bagian-bagian menarik yang bisa diolah menjadi konten baru. “Dari 10 podcast misalnya, aku pilih satu per satu, aku dengerin dulu pembicaraannya. Untungnya klienku ini cukup terorganisir, jadi setiap episode sudah punya summary per bagian,” ujarnya.

    Setelah menentukan bagian menarik, Dinda mengembangkannya dan kemudian membuat versi konten yang akan dipublikasikan di platform seperti Instagram dan LinkedIn.

    “Aku bikin postingan untuk suplai konten di Instagram dan LinkedIn sesuai dengan brand guideline yang sudah ada. Mulai dari warna, font, sampai template-nya, semua sudah disiapkan klien,” jelasnya.

    Menurut Dinda, proses kerjanya juga melibatkan beberapa kali revisi dan persetujuan dari klien sebelum konten diunggah. “Setelah selesai dan disetujui, itu sudah bukan bagian tugasku lagi. Urusan metrics atau engagement itu tanggung jawab tim klien,” tambahnya.

    Kemampuan Bahasa Inggris Diperlukan

    Ia menambahkan, kemampuan berbahasa Inggris menjadi keterampilan dasar yang penting dimiliki seorang virtual assistant. “Gak harus fasih, tapi setidaknya punya kemampuan basic English sudah cukup. Yang penting bisa berkomunikasi, karena sebagian besar klien berasal dari luar negeri,” ujarnya.

    Menurut Dinda, dengan kemauan belajar dan komunikasi yang baik, profesi asisten virtual bisa menjadi jalan baru untuk tetap produktif sekaligus menambah penghasilan di tengah ketatnya persaingan dunia kerja.

    “Jadi apa ya, menurutku sangat membantu buat orang-orang yang mau switch career, mau menjadikan virtual assistant sebagai pekerjaan sampingannya, itu sangat menjanjikan, tapi aku juga gak mau lebay ya. Tapi emang semua itu tergantung kitanya. Tergantung kita ulet juga, tergantung mau gak belajar,” pungkasnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Telkomsel NextDev 2025 Cetak Technopreneur Melalui Kurikulum Berbasis AI

    Telkomsel NextDev 2025 Cetak Technopreneur Melalui Kurikulum Berbasis AI

    Bisnis.com, JAKARTA – Telkomsel gelar NextDev Tahun ke-11, program impact incubator yang sejak 2015 menjadi inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) unggulan untuk memberdayakan technopreneurs tahap awal di Indonesia. Memasuki dekade keduanya, NextDev hadir dengan fokus utama AI-Powered Innovation Curriculum, yang dirancang untuk mendorong technopreneurs menciptakan solusi digital berdampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI).

    Vice President Corporate Communications and Social Responsibility Telkomsel, Abdullah Fahmi, mengatakan, “Telkomsel bangga mempersembahkan NextDev Tahun ke-11 dengan fokus pada AI-Powered Innovation Curriculum. NextDev berkomitmen sebagai impact incubator yang mendukung technopreneurs Indonesia melahirkan solusi digital yang inovatif, serta memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Selain itu, kami terus konsisten mendorong inovasi berbasis data yang memberikan manfaat bagi industri dan masyarakat, serta memperkuat ekosistem digital Indonesia.”

    Alumni NextDev Tahun ke-9 dan Founder Startup Smartcoop, M. Ihsan Firdaus menambahkan, “NextDev telah menjadi katalis penting bagi kami dalam membentuk ekosistem technopreneurs Indonesia. Memasuki dekade kedua, kami berharap program ini terus relevan menghadirkan kurikulum yang mampu menjawab tantangan masa depan. Kami mengapresiasi konsistensi Telkomsel dalam mendukung technopreneurs untuk menciptakan solusi digital AI yang berdampak, tetaplah menjadi bagian terpenting dari perkembangan ekosistem digital di negeri ini.”

    Inovasi di NextDev Tahun ke-11

    NextDev Tahun ke-11 mengusung AI-Powered Innovation Curriculum sebagai landasan kurikulum utama. Fokus AI diterapkan sejak tahap seleksi, memprioritaskan technopreneurs dengan integrasi AI dalam solusi digital mereka.

    Tahun ini, NextDev Tahun ke-11 tidak lagi membagi peserta dalam kategori khusus, sehingga memberikan kesempatan bagi technopreneurs dari berbagai sektor untuk berpartisipasi. Technopreneurs dapat mendaftarkan digital business-nya dengan mengakses link pendaftaran program NextDev di tsel.id/11thnextdevregist hingga 7 November 2025.

    Sejumlah hal baru di NextDev meliputi:

    Pendampingan Ahli: Bimbingan fokus pada empat pilar utama, yaitu strategi, keuangan, pemasaran, dan produktivitas untuk membangun fondasi bisnis kokoh.
    Konsultasi Diagnostik: Menyediakan Konsultasi khusus dan teknis untuk mengidentifikasi masalah dan menerapkan solusi efektif.
    Rujukan Alumni: Seleksi mempertimbangkan rekomendasi alumni NextDev untuk menjaga kualitas peserta.
    Ekosistem Inklusif: Melakukan kolaborasi lintas ekosistem digital dengan melibatkan investor, komunitas, dan pemimpin industri.
    Onsite Coaching: Sesi tatap muka di roadshow kota-kota utama, yang memungkinkan konsultasi langsung dengan mentor untuk memecahkan tantangan bisnis.

    Technopreneurs lokal melakukan on-site coaching NextDev yang memungkinkan konsultasi langsung dengan mentor untuk memecahkan tantangan bisnis.

    Tiga Tahapan NextDev Tahun ke-11

    Rangkaian NextDev Tahun ke-11 dirancang dalam tiga fase utama untuk menginkubasi para peserta:

    1.Scouting (September – Desember 2025)

    Tahap awal ini bertujuan untuk merekrut technopreneurs potensial melalui serangkaian acara. Open Session di Bandung (9 Oktober) dan Roadshow di tiga kota: Makassar (14 Oktober), Medan (23 Oktober), dan Bali (30 Oktober). Dalam setiap acara, peserta berkesempatan mengikuti berbagai kegiatan seperti diskusi bersama para ahli, pameran komunitas, pembinaan tatap muka, dan sesi pitching yang akan memilih lima technopreneurs terbaik dari masing-masing kota untuk mendapatkan fast track untuk langsung lolos ke tahap Top 18.

    2.Academy (Januari – April 2026)

    Technopreneurs yang lolos seleksi akan memasuki tahap inkubasi intensif selama empat bulan. Fase ini mencakup bootcamp, sesi mentoring, dan diskusi bersama para ahli. Kurikulumnya akan fokus pada empat area utama, yaitu: strategi pertumbuhan bisnis, memperkuat fundamental business, pemasaran dan penjualan, serta strategi implementasi AI.

    3.Summit (April 2026)

    Merupakan puncak dari seluruh rangkaian program. NextDev Summit akan menghadirkan pameran, sesi konferensi, final pitch, dan awarding bagi technopreneurs terbaik. Sesi ini juga menjadi wahana untuk mempertemukan para finalis dengan investor dan pelaku ekosistem digital lainnya.

    Telkomsel mengajak  technopreneurs visioner di Indonesia untuk bergabung dalam impact incubator NextDev. Manfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan kapabilitas, berkolaborasi dengan para ahli, serta mendapatkan akses ke jaringan ekosistem digital. Informasi selengkapnya terkait NextDev Tahun ke-11 dapat diakses melalui nextdev.co.id.

  • Cetak Technopreneurs Unggulan, Telkomsel Gelar NextDev Tahun ke-11

    Cetak Technopreneurs Unggulan, Telkomsel Gelar NextDev Tahun ke-11

    Jakarta, CNBC Indonesia – Telkomsel kembali menggelar NextDev Tahun ke-11. Ini merupakan program impact incubator yang sejak 2015 menjadi inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) unggulan bagi Telkomsel untuk memberdayakan technopreneurs tahap awal di Indonesia.

    Memasuki dekade keduanya, NextDev kini memiliki fokus utama AI-Powered Innovation Curriculum yang dirancang untuk mendorong technopreneurs menciptakan solusi digital berdampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan dengan memanfaatkan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

    Vice President Corporate Communications and Social Responsibility Telkomsel, Abdullah Fahmi mengatakan, pihaknya bangga mempersembahkan NextDev Tahun ke-11 dengan fokus pada AI-Powered Innovation Curriculum. Menurutnya, NextDev berkomitmen sebagai impact incubator yang akan mendukung technopreneurs Indonesia dalam melahirkan solusi digital yang inovatif serta berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

    “Selain itu, kami terus konsisten mendorong inovasi berbasis data yang memberikan manfaat bagi industri dan masyarakat, serta memperkuat ekosistem digital Indonesia,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Kamis (9/10/2025).

    Sementara itu, Alumni NextDev Tahun ke-9 dan Founder Startup Smartcoop, M. Ihsan Firdaus mengatakan, NextDev menjadi katalis penting bagi dirinya dalam membentuk ekosistem technopreneurs Indonesia. Memasuki dekade kedua, Ihsan berharap program ini dapat terus relevan menghadirkan kurikulum yang mampu menjawab tantangan masa depan.

    “Kami mengapresiasi konsistensi Telkomsel dalam mendukung technopreneurs untuk menciptakan solusi digital AI yang berdampak, tetaplah menjadi bagian terpenting dari perkembangan ekosistem digital di negeri ini,” jelas dia.

    Inovasi di NextDev Tahun ke-11

    Sebagaimana diketahui, NextDev Tahun ke-11 mengusung AI-Powered Innovation Curriculum sebagai landasan kurikulum utama. Fokus terhadap AI diterapkan sejak tahap seleksi dengan memprioritaskan technopreneurs melalui integrasi AI dalam solusi digital mereka.

    Pada 2025, NextDev tidak lagi membagi peserta dalam kategori khusus, sehingga memberikan kesempatan bagi technopreneurs dari berbagai sektor untuk berpartisipasi. Technopreneurs dapat mendaftarkan digital business-nya dengan mengakses link pendaftaran program NextDev di tsel.id/11thnextdevregist yang berlaku hingga 7 November 2025.

    Terdapat sejumlah hal baru yang hadir di NextDev 2025, antara lain:

    • Pendampingan Ahli: Bimbingan fokus pada empat pilar utama, antara lain strategi, keuangan, pemasaran, dan produktivitas untuk membangun fondasi bisnis kokoh.

    • Konsultasi Diagnostik: Menyediakan Konsultasi khusus dan teknis untuk mengidentifikasi masalah dan menerapkan solusi efektif.

    • Rujukan Alumni: Seleksi mempertimbangkan rekomendasi alumni NextDev untuk menjaga kualitas peserta.

    • Ekosistem Inklusif: Melakukan kolaborasi lintas ekosistem digital dengan melibatkan investor, komunitas, dan pemimpin industri.

    • Onsite Coaching: Sesi tatap muka di roadshow kota-kota utama, yang memungkinkan konsultasi langsung dengan mentor untuk memecahkan tantangan bisnis.

    Tiga Tahapan NextDev Tahun ke-11

    Lebih lanjut, terdapat tiga fase utama rangkaian NextDev Tahun ke-11 yang dirancang untuk menginkubasi para peserta:

    1. Scouting (September – Desember 2025)

    Tahap awal ini bertujuan untuk merekrut technopreneurs potensial melalui serangkaian acara. Open Session berlangsung di Bandung pada 9 Oktober dan Roadshow dilaksanakan di tiga kota, yaitu Makassar pada 14 Oktober, Medan pada 23 Oktober, dan Bali pada 30 Oktober. Dalam setiap acara, peserta berkesempatan mengikuti berbagai kegiatan seperti diskusi bersama para ahli, pameran komunitas, pembinaan tatap muka, dan sesi pitching yang akan memilih lima technopreneurs terbaik dari masing-masing kota untuk mendapatkan fast track untuk langsung lolos ke tahap Top 18.

    2. Academy (Januari – April 2026)

    Technopreneurs yang lolos seleksi akan memasuki tahap inkubasi intensif selama empat bulan. Fase ini mencakup bootcamp, sesi mentoring, dan diskusi bersama para ahli. Kurikulumnya akan fokus pada empat area utama, yakni strategi pertumbuhan bisnis, memperkuat fundamental business, pemasaran dan penjualan, serta strategi implementasi AI.

    3. Summit (April 2026)

    Tahap ini menjadi puncak dari seluruh rangkaian program. NextDev Summit akan menghadirkan pameran, sesi konferensi, final pitch, dan awarding bagi technopreneurs terbaik. Sesi ini juga menjadi wahana untuk mempertemukan para finalis dengan investor dan pelaku ekosistem digital lainnya.

    Lantas, Telkomsel mengajak para technopreneurs visioner di Indonesia untuk bergabung dalam impact incubator NextDev. Technopreneurs dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan kapabilitas, berkolaborasi dengan para ahli, serta mendapatkan akses ke jaringan ekosistem digital. Informasi selengkapnya terkait NextDev Tahun ke-11 dapat diakses melalui situs nextdev.co.id.

    (dpu/dpu)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Peringatan Buat Trump, China Makin Kuat Sebentar Lagi Kalahkan AS

    Peringatan Buat Trump, China Makin Kuat Sebentar Lagi Kalahkan AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dengan serangkaian pembatasan dan larangan dari Amerika Serikat (AS), nyatanya tak membuat China lemah. Bahkan Beijing dinilai jauh lebih kuat dan siap mengalahkan musuh bebuyutannya itu.

    CEO Nvidia, Jensen Huang mengatakan AS tak jauh di depan China soal perlombaan AI. Pria dengan kekayaan Rp 2.700 triliun itu juga memuji model sumber terbuka China dan menyebutnya jauh lebih maju.

    Nvidia mungkin tengah memimpin di industri chip dunia. Namun perusahaan itu berada di posisi sulit dengan perang dua negara yang kian memanas.

    Nvidia sempat dilarang berjualan di China. Sebaliknya negara itu melarang perusahaan teknologinya menggunakan produk dari Nvidia.

    Tak hanya itu, China punya sejumlah tenaga yang bisa diandalkan untuk mengalahkannya. Salah satunya melalui Huawei yang berencana meluncurkan sistem komputasi baru untuk mendukung chip buatan sendiri Ascend, diperkirakan paling cepat untuk tahun depan.

    Selain itu, dua raksasa China, Alibaba dan Baidu dilaporkan menggunakan chip yang dirancang internal untuk model AI.

    “Jangan lupa negara ini bukan tanpa chip, Mereka punya Huawei. Mereka punya startup canggih dan berjiwa wirausaha mengembangkan chip AI,” kata Huang, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (9/10/2025).

    Huang juga menyoroti kurangnya regulasi untuk industri di China. Dengan begitu, dia mengatakan membuat China akan lebih cepat dalam mengadopso teknologi baru.

    Huang menambahkan jika aplikasi di China berkembang pesat. Ucapannya sejalan dengan target Dewan Negara China untuk adopsi AI bisa mencapai 70% pada 2027.

    Huang mengharapkan jika perusahaan AS bisa lebih cepat mengadopsi aplikasi AI. Karena dari sanalah kemenangan industri AI bisa terwujud.

    “Saya harap perusahaan-perusahaan di Amerika di masyarakat Amerika bisa cepat mengadopsi aplikasi AI, sebab pada akhirnya revolusi industri ini akan menang pada aplikasi AI, untuk lapisan difusi,” jelasnya.

    Larangan dan pembatasan yang dibuat AS untuk China kemungkinan bisa jadi senjata makan tuan. Huang menegaskan teknologi AS bisa tertinggal jika tidak disebarluaskan ke seluruh dunia.

    “Jika Amerika menguasai 80% dunia, maka kita bisa memenangkan perlombaan AI. Jika AS menguasai 20% dunia maka kita kalah dalam perlombaan AI,” dia menuturkan.

     

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Data Center Raksasa Membludak di Mana-mana, Ini Dampaknya

    Data Center Raksasa Membludak di Mana-mana, Ini Dampaknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) memicu investasi gila-gilaan untuk membangun infrastruktur data center sebagai ‘tulang punggung’. Beberapa saat lalu, Citigroup memperkirakan total belanja infrastruktur AI akan menembus US$2,8 triliun atau setara Rp46.000 triliun hingga 2029 mendatang.

    Jumlah itu naik dari proyeksi sebelumnya yang ‘hanya’ mematok US$2,3 triliun atau sekitar Rp38.000 triliun. Namun, ada dampak yang ditimbulkan dari maraknya pembangunan data center di mana-mana.

    CEO Dell Technologies Michael Dell mengatakan permintaan daya komputasi memang sangat besar untuk menopang inovasi AI di masa depan. Namun, ia menilai produksi data center AI pada akhirnya akan membludak dan melebihi kebutuhan yang ada.

    “Saya yakin pada titik tertentu akan terlalu banyak [data center] yang dibangun, namun kita tidak melihat tanda-tandanya,” kata Dell dalam program ‘Closing Bell: Overtime’ CNBC International, dikutip Rabu (8/10/2025).

    Dell mengatakan bisnis jaringan server pembuat hardware tersebut melonjak 58% pada tahun lalu dan melejit 69% pada kuartal sebelumnya. Model bahasa besar (LLM) yang berevolusi ke multimodal dan sistem multi-agen membuat permintaan kapasitas dan daya pemrosesan AI terus menguat.

    Server AI Dell sendiri ditenagai oleh chip Blackwell Ultra dari Nvidia. Dell kemudia menjual perangkatnya ke konsumen seperti penyedia layanan cloud CoreWave dan startup xAI milik Elon Musk.

    Saham Dell melonjak 3% pada perdagangan Selasa (7/10) waktu setempat, setelah meningkatkan prediksi pendapatan jangka panjang dan pertumbuhan laba dalam pertemua bersama analis.

    Dell meningkatkan prediksi pertumbuhan pendapatan tahunannya menjadi 7-9%, naik dari target sebelumnya 3-4%.

    Perusahaan mencatat kinerja moncer pada kuartal-II (Q2) 2025 yang dilaporkan pada Agustus 2025. Dell mengungkap rencananya mengapalkan server AI senilai US$20 miliar pada tahun fiskal 2026. Jumlah itu meningkat 2 kali lipat dari tahun lalu.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Matematika Fondasi AI: Startup Ini Ingin Ubah Proses Belajar Jadi Menyenangkan – Page 3

    Matematika Fondasi AI: Startup Ini Ingin Ubah Proses Belajar Jadi Menyenangkan – Page 3

    Masih seputar matematika, siswi kelas 1 SD asal Surabaya, Jawa Timur belum lama ini meraih juara dalam ajang olimpiade matematika internasional. Uniknya, sang adik, Jeremie The yang duduk di TK B juga meraih juara dalam ajang lomba matematika taraf internasional.

    Maggie The tampil gemilang dengan memenangkan dua kompetisi bergengsi sekaligus. Siswa Sampoerna Academy Pakuwon Indah Surabaya, Singapore and Asian Schools Math Olympiad (SASMO) 2025 serta Singapore International Math Olympiad Challenge (SIMOC) 2025.

    SASMO merupakan salah satu kompetisi matematika terbesar di Asia dari tingkat SD hingga SMA. Merujuk pada laman resmi SASMO, total ada 66 ribu kontestan yang mendaftar dari 8 ribuan sekolah dari 42 negara.

    Sementara itu, Singapore International Math Olympiad Challenge (SIMOC) adalah kompetisi tahunan yang bertujuan menunjukkan keterampilan me dan berinteraksi dengan teman sebaya dalam semangat kompetisi.

    Tak mau kalah, adik Maggie yakni Jeremie pun ikut mencatatkan prestasi dengan meraih juara di ajang World Mathematics Invitational (WMI) 2025. WMI adalah kompetisi matematika yang terbuka untuk siswa dari berbagai jenjang, mulai dari TK hingga SMA.

    Prestasi Maggie dan Jeremie menjadi kabar menggembirakan, sekaligus inspirasi bagi anak-anak Indonesia lainnya. Dari ruang kelas TK hingga SD, mereka menunjukkan bahwa kemampuan logika, ketekunan, dan kreativitas bisa mengantar anak-anak bangsa bersaing di panggung global.

  • Biznet Gio Gaet Startup Bandung untuk Dorong Inovasi AI Nasional – Page 3

    Biznet Gio Gaet Startup Bandung untuk Dorong Inovasi AI Nasional – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Penyedia layanan cloud lokal, Biznet Gio, meluncurkan layanan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang diklaim menawarkan solusi aman, efisien, dan mudah diakses untuk berbagai sektor industri di Indonesia.

    Ada dua produk utama yang diperkenalkan. Pertama, NEO GPU (GPUaaS), yaitu layanan komputasi AI berbasis GPU (Graphics Processing Unit) dengan skema bayar sesuai pemakaian (pay-as-you-go) yang dimulai dari hitungan per jam.

    Kedua, NEO Inference, yaitu sebuah platform AI yang menyederhanakan akses ke berbagai model AI terpilih melalui satu Application Programming Interface (API) terpadu.

    Mengingat pengolahan AI seringkali melibatkan data sensitif, keamanan infrastruktur menjadi perhatian utama Biznet Gio.

    “Biznet Gio AI Services dirancang untuk membangun ekosistem AI yang terpercaya, aman, dan mudah diakses di Indonesia,” kata CEO Biznet Gio, Dondy Bappedyanto, dikutip Selasa (7/10/2025).

    Dengan NEO GPU, ia menekankan bahwa bisnis dapat mengelola proyek AI besar tanpa terbebani biaya infrastruktur, sementara NEO Inference memudahkan adopsi AI lebih cepat dan efisien.

     

  • AMD Teken Kontrak Jumbo dengan OpenAI, Tantang Dominasi Nvidia di AI

    AMD Teken Kontrak Jumbo dengan OpenAI, Tantang Dominasi Nvidia di AI

    Bisnis.com, JAKARTA – Advanced Micro Devices Inc. (AMD) meraih kesepakatan besar untuk memasok chip kepada OpenAI, yang memberi peluang bagi produsen chip asal AS itu untuk menantang dominasi Nvidia Corp. di industri komputasi AI.

    Melansir Bloomberg pada Selasa (7/10/2025), berdasarkan perjanjian itu, OpenAI akan menggunakan chip grafis AMD dengan kapasitas 6 gigawatt dalam beberapa tahun mendatang, setara dengan lebih dari setengah ukuran kontrak yang baru-baru ini ditandatangani startup AI itu dengan Nvidia. 

    Sebagai bagian dari kesepakatan, OpenAI berhak membeli hingga 160 juta saham AMD dengan harga US$0,01 per lembar jika proyek mencapai target tertentu. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 10% saham beredar AMD. 

    Target tersebut mensyaratkan kenaikan harga saham AMD hingga level US$600. Pada Jumat lalu, saham AMD ditutup di posisi US$164,67.

    Bagi AMD, kontrak ini menjadi ujian besar yang bisa menghasilkan pendapatan baru puluhan miliar dolar sekaligus memperkuat posisinya sebagai penantang serius di pasar AI. 

    Namun, langkah tersebut juga membawa risiko, karena ketergantungan AMD terhadap industri AI yang oleh sebagian pihak dikhawatirkan tengah membentuk gelembung.

    “Ini jelas merupakan proyek terbesar yang kami umumkan sejauh ini. Sekarang kami memulai pembangunan skala masif. Ini kesepakatan besar, baik bagi perusahaan, pemegang saham, maupun tim kami,” kata CEO AMD Lisa Su dikutip dari Bloomberg, Selasa (7/10/2025).

    Secara terpisah, dalam konferensi telepon, Su menambahkan, kesepakatan ini didesain agar OpenAI juga termotivasi melihat AMD sukses. Menurutnya, semakin banyak OpenAI menggunakan chip AMD, semakin besar pendapatan yang diperoleh keduanya,

    Saham AMD sempat melonjak hingga 38%, menyentuh level intraday US$226,71, kenaikan terbesar sejak April 2016. Sebaliknya, saham Nvidia terkoreksi hingga 2,3%.

    Perjanjian ini menambah deretan kontrak besar OpenAI dalam memperluas kapasitas pusat data, mencerminkan keyakinan industri teknologi bahwa permintaan untuk perangkat AI bertenaga tinggi akan terus tumbuh. 

    Sebelumnya, Nvidia berkomitmen investasi hingga US$100 miliar dalam pembangunan infrastruktur AI bersama OpenAI dengan kapasitas minimal 10 gigawatt, setara dengan kebutuhan listrik puncak Kota New York.

    Namun, pembiayaan proyek raksasa tersebut masih menyisakan tanda tanya. CEO OpenAI Sam Altman sebelumnya sempat menyebut rencana belanja “triliunan dolar” untuk infrastruktur AI, dan tengah menyiapkan instrumen pendanaan baru, tanpa memberikan detail. Presiden OpenAI Greg Brockman menambahkan, perusahaan mengeksplorasi berbagai opsi pembiayaan, mulai dari utang hingga ekuitas.

    Di sisi lain, kekhawatiran muncul bahwa industri AI bisa mengalami nasib seperti gelembung dot-com pada akhir 1990-an, mengingat nilai kontrak chip dan pusat data AI yang kini mencapai puluhan miliar dolar di seluruh dunia.

    Bagi AMD, kesepakatan ini memastikan teknologinya tetap masuk dalam ekosistem utama pembangunan pusat data AI. Saat ini, AMD masih jauh tertinggal dari Nvidia di pasar prosesor akselerator. 

    Tahun ini, pendapatan AMD dari bisnis tersebut diperkirakan mencapai US$6,55 miliar, dengan tambahan kontribusi dari kerja sama OpenAI mulai tahun depan, dan percepatan signifikan pada 2027.

    Struktur kesepakatan berlaku hingga 5 Oktober 2030. Lisa Su menegaskan, AMD dan OpenAI akan segera memulai implementasi.

    Kesepakatan ini juga bisa membantu OpenAI mengurangi ketergantungan pada produk Nvidia, yang divisi pusat datanya mencatat pendapatan US$115 miliar tahun lalu, lebih besar daripada total pendapatan tahunan seluruh pesaingnya.

    Menurut analis Bernstein, Stacy Rasgon, perjanjian AMD–OpenAI ini berpotensi menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk AMD tidak lagi sekadar taktik tawar-menawar melawan Nvidia, tetapi sudah menjadi minat nyata dari klien besar.

    “AMD kini sepenuhnya bergantung pada keberhasilan rencana besar OpenAI. Altman bisa saja menggiring ekonomi ke arah kehancuran, atau justru membawa kita ke masa depan. Saat ini, jawabannya masih tanda tanya,” ujarnya.

    Sejak lama dikenal sebagai pesaing Intel di pasar prosesor PC dan server, AMD kini semakin memikat investor berkat ekspansi ke chip AI. 

  • Tembus Rp 8 Triliun, OpenAI Jadi Startup Termahal di Dunia – Page 3

    Tembus Rp 8 Triliun, OpenAI Jadi Startup Termahal di Dunia – Page 3

    CEO OpenAI, Sam Altman, berusaha menepis kekhawatiran itu. Dalam kunjungan ke kompleks pusat data raksasa di Abilene, Texas, Altman menyebut bahwa perjalanan bisnis teknologi selalu diwarnai pasang surut.

    “Selama sepuluh tahun kami beroperasi dan dalam puluhan tahun ke depan, akan selalu ada masa naik-turun. Ada yang berinvestasi berlebihan hingga merugi, dan ada yang kurang berinvestasi hingga kehilangan peluang besar,” ujarnya.

    Altman menambahkan, perusahaan pasti akan membuat beberapa keputusan investasi yang kurang tepat dan mengalami fluktuasi jangka pendek.

    Namun, ia optimistis bahwa dalam jangka panjang, AI akan mendorong pertumbuhan ekonomi baru yang belum pernah terjadi sebelumnya, sekaligus membawa kemajuan besar di bidang ilmu pengetahuan, kualitas hidup, dan kreativitas manusia.