Produk: smelter

  • Prabowo Resmikan Proyek Baterai EV CATL, Ekonom Soroti Hilirisasi dan Tantangan Lingkungan

    Prabowo Resmikan Proyek Baterai EV CATL, Ekonom Soroti Hilirisasi dan Tantangan Lingkungan

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat memberikan sejumlah catatan terkait peresmian mega proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Karawang, Jawa Barat.

    Adapun proyek yang dimaksud adalah proyek hasil investasi bersama perusahaan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) dan PT Industri Baterai Indonesia (IBC). CBL merupakan anak usaha dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL).

    Proyek tersebut pun baru saja diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto, Minggu (29/6/2025). Pabrik ini direncanakan memiliki kapasitas awal sebesar 6,9 GWh per tahun pada fase pertama yang akan mulai beroperasi pada akhir 2026, dan akan diekspansi hingga mencapai kapasitas total 15 GWh per pada fase kedua.

    Ekonom Senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Ishak Razak menilai, proyek tersebut memang memiliki potensi besar untuk memperkuat hilirisasi nikel di Indonesia. Terlebih, RI menguasai 52% cadangan nikel dunia.

    “Proyek ini dapat meningkatkan nilai ekspor, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong transfer teknologi,” ucap Ishak kepada Bisnis.

    Selain itu, proyek dengan total investasi dari proyek ini mencapai US$5,9 miliar atau setara Rp96,04 triliun (asumsi kurs Rp16.278 per US$) itu menjanjikan. Pasalnya, peresmian proyek itu seiring dengan tingginya permintaan global baterai lithium-ion.

    Menurut Ishak, proyek itu juga menjadi penting lantaran mencakup kerja sama strategis dengan investor global. Karenanya, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam rantai pasok baterai global.

    Oleh karena itu, Ishak mengingatkan pemerintah untuk tersus kepastian investasi melalui negosiasi yang transparan dan kuat. Dengan begitu, proyek pabrik baterai itu bisa berjalan kian mulus.

    Di samping itu, pemerintah juga perlu membuat strategi agar investasi ini tetap berkelanjutan. Sebab, penggunaan LFP alias Lithium Ferro Phosphate terus meningkat dibandingkan baterai berbasis nikel pada EV.

    Tak hanya itu, pemerintah perlu mendorong munculnya produsen lokal yang memiliki kemampuan untuk memproduksi EV. Dengan begitu, negara ini tidak hanya bergantung pada produsen EV asing.

    “Kita perlu belajar dari China yg sukses mengembangkan EV yg merupakan buah dari kebijakan joint venture pabrikan asing dengan domestik,” imbuh Ishak.

    Lebih lanjut, Ishak pun menyoroti isu lingkungan. Dia pun mengingatkan pemerintah harus memperhatikan hal tersebut.

    Ashak tahu saja, proyek hilirisasi nikel ini dibangun di Kawasan Industri PT Feni Haltim (FTH), Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara, untuk hulu. FTH sendiri merupakan perusahaan patungan antara Hong Kong CBL Limited (HKCBL) dan ANTAM.

    Sementara untuk hilir, dibangun pabrik di kawasan Artha Industrial Hill (AIH) dan Karawang New Industry City (KNIC), Jawa Barat. Proyek yang dibangun di atas lahan seluas 3.023 hektare (Ha) itu memiliki masa pembangunan selama lima tahun (2024-2029). Sedangkan khusus di hilir atau pabrik di Karawang dibangun di lahan seluas 43 Ha.

    Proyek ini ini mencakup enam sub proyek utama. Perinciannya, lima sub proyek di Halmahera yakni pengembangan tambang nikel laterit, peleburan pirometalurgi, peleburan hidrometalurgi, produksi material baterai, dan daur ulang baterai. Sedangkan, satu sub proyek di Karawang, yakni manufaktur baterai.

    Khusus proyek pabrik baterai lithium ion di Karawang, IBC dan CBL membentuk perusahaan patungan bernama PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB).

    Ishak mengingatkan pengelolaan limbah HPAL dari tambang dan smelter nikel harus memenuhi standar ESG alias Environmental, Social, and Governance yang transparan dan sesuai dengan benchmark global.

    “Proyek ini menjadi momentum untuk menegakkan prinsip-prinsip pengelolaan tambang dan turunannya secara berkelanjutan,” ucapnya.

    Ishak menambahkan bahwa peningkatan investasi infrastruktur EV perlu diperkuat untuk mendorong pasar mobil listrik domestik. Di satu sisi, implementasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) bagi produsen EV perlu dikawal agar tidak lagi molor.

    “Selain itu insentif EV dan infrastruktur SPKLU/SPBKLU masih krusial agar keberhasilan proyek dan hilirisasi nikel berkelanjutan,” kata Ishak.

    Sementara itu, Direktur Pelaksana Energy Shift Institute Putra Adhiguna mengatakan, perkembangan proyek baterai EV di Karawang perlu disikapi positif. Sebab, pabrik itu bisa memberi nilai lebih pada hilirisasi nikel.

    Dia juga berharap industri baterai itu bisa mendorong perbaikan standar lingkungan dan sosial.

    “Kelebihan kapasitas produksi baterai dunia sudah sangat besar sehingga keuntungan juga cukup tergerus, namun mengembangkan pabrikan di luar Tiongkok tetap penting,” kata Putra.

    Dia pun memberikan catatan agar pabrik baru itu kelak harus mampu memenuhi standar yang lebih tinggi seperti Uni Eropa. Sebab, 70% kendaraan listrik baru China tidak menggunakan baterai berbasis nikel.

  • Indonesia-China Garap Proyek Baterai Mobil Listrik

    Indonesia-China Garap Proyek Baterai Mobil Listrik

    Jakarta

    Perusahaan Indonesia dan China bekerja sama menggarap proyek baterai kendaraan listrik. Presiden Prabowo Subianto melakukan peresmian groundbreaking ekosistem industri baterai kendaraan listrik.

    Industri baterai kendaraan listrik terintegrasi garapan Konsorsium Antam-IBC-CBL akan berdiri di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Proyek ini digarap oleh Antam, konsorsium BUMN Indonesia Battery Corporation, dan juga konsorsium perusahaan China CATL, Brunp, dan Lygend.

    Industri baterai kendaraan listrik yang akan digarap perusahaan Indonesia dan China ini bakal memproduksi baterai kendaraan listrik dengan kapasitas maksimal 15 GWh dalam dua tahap. Tahap pertama akan menghasilkan 6,9 GWh pada tahun depan.

    “Groundbreaking ini bukti keseriusan pimpinan kita, kerja sama kita dengan mitra, sahabat, mitra kita kawan kita saudara kita dari Tiongkok kita bekerja sama dengan program yang menurut saya bisa dikatakan kolosal,” kata Prabowo dalam peresmian yang ditayangkan secara virtual, seperti dikutip detikFinance, Minggu (29/6/2025).

    “Bisa dikatakan ini terobosan luar biasa. Dari sini kita hasilkan energi terbarukan dan ramah lingkungan, ini yang dicita-citakan seluruh dunia,” ujar Prabowo.

    Proyek ini mencakup enam sub proyek proyek utama. Lima di antaranya bertempat di Kabupaten Halmahera Timur dan satunya lagi di Kabupaten Karawang.

    Pertama di Halmahera, Antam bekerja sama dengan Hong Kong CBL Limited (HK CBL) resmi membentuk perusahaan patungan PT Feni Haltim (PT FHT) untuk mengembangkan kawasan industri energi baru di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara.

    Kawasan Industri ini mencakup lima subproyek utama, yaitu, pertambangan nikel, proyek smelter pirometalurgi, proyek smelter hidrometalurgi, proyek Bahan Baterai dengan produk Bahan Katoda Nickel Cobalt Manganese (NCM), hingga proyek daur ulang baterai menghasilkan produk Nikel Cobalt Mangan Sulfat dan Lithium dan Lithium Karbonat.

    Kedua, berlokasi di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, telah dimulai proyek pengembangan pabrik baterai Lithium Ion yang merupakan perusahaan patungan antara Indonesia Battery Corporation (IBC) dan Konsorsium CBL.

    Prabowo mengapresiasi kerja keras kebinetnya mewujudkan hilirisasi. Ia berharap hilirisasi akan terwujud dalam waktu dekat.

    “Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada siang hari ini, hari Minggu, 29 Juni 2025, saya Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia, dengan penuh kebanggaan, meresmikan groundbreaking Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi. Konsorsium ANTAM, Indonesia Battery Corporation, dan CBL, Contemporary Brunt Ligand. Terima kasih. Dengan demikian, saya nyatakan dimulai,” ujar Prabowo.

    (rgr/lua)

  • Prabowo Yakin RI Swasembada Energi Dalam 5 Tahun!

    Prabowo Yakin RI Swasembada Energi Dalam 5 Tahun!

    Karawang, CNBC Indonesia – Presiden RI Prabowo Subianto meyakini, bahwa Indonesia bisa mencapai visi swasembada energi dalam jangka waktu lima atau enam tahun ke depan. Hal ini didukung dengan maraknya pengembangan energi di tanah air.

    “Lima tahun, paling lambat enam tahun, kita bisa swasembada energi. Dan salah satu nanti jalan kita menuju swasembada energi adalah listrik, listrik dari tenaga surya. Dan listrik dari tenaga surya kuncinya adalah baterai,” kata Prabowo dalam peresmian groundbreaking pembangunan proyek Ekosistem Baterai EV, di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025).

    Prabowo menyebutkan, khususnya proyek sel baterai kapasitas 15 Giga Watt hour (GWh) yang diresmikan saat ini, bisa mendorong tercapainya swasembada energi yang sudah ditargetkan lama.

    “Dari sini kita bisa menghasilkan energi terbarukan dan ramah lingkungan yang dicita-citakan seluruh dunia. Sudah-sudah sekalian saya diberitahu oleh para pakar bahwa bangsa kita ini sungguh-sungguh bisa swasembada energi. Dan hitungan saya tidak lama, tidak lama,” tambahnya.

    Asal tahu saja, Prabowo meresmikan Groundbreaking proyek industri baterai EV terbesar se Asia, yang memiliki total investasi keseluruhan dari hulu-hilir mencapai US$ 5,9 miliar setara Rp 96,04 triliun (asumsi kurs Rp 16.278 per US$).

    Proyek tersebut terdiri dari total enam usaha patungan (Joint Venture/JV) mulai dari proyek hulu hingga hilir. Detailnya, JV satu hingga tiga merupakan ekosistem baterai di sisi hulu. Sedangkan, JV empat hingga enam merupakan ekosistem baterai di sisi hilir.

    Hulu:

    JV 1: Proyek pertambangan nikel PT Sumberdaya Arindo (SDA) kapasitas produksi nikel saprolite 7,8 juta wet metric ton (wmt) dan limonite 6 juta wmt, total 13,8 juta wmt dengan porsi kepemilikan saham PT Antam sebesar 51% dan CBL sebesar 49%. Proyek ini sudah mulai berproduksi sejak tahun 2023 lalu.

    JV 2: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Feni Haltim (FHT) kapasitas 88 ribu ton refined nickel alloy per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT Antam sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2027 mendatang.

    JV 3: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO) kapasitas 55 ribu ton MHP per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT Antam sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

    Hilir:

    JV 4: Proyek material baterai yang akan memproduksi bahan katoda, kobalt sulfat, dan prekursor terner kapasitas 30 ribu ton Li-hydroxide berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

    JV 5: Proyek sel baterai PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB) berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC). Proyek ini terbagi menjadi fase 1 dengan kapasitas 6,9 GWh/tahun dan fase 2 kapasitas 8,1 GWh/tahun, total kapasitas 15 GWh/tahun. Adapun, porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2026 mendatang untuk fase 1, dan pada tahun 2028 mendatang untuk fase 2.

    JV 6: Proyek daur ulang baterai berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kapasitas 20 ribu ton logam/tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT IBC sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan tahun 2031 mendatang.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Prabowo: Nilai Tambah Proyek Baterai Listrik Rp779 Triliun, 8 Kali Lipat Investasi

    Prabowo: Nilai Tambah Proyek Baterai Listrik Rp779 Triliun, 8 Kali Lipat Investasi

    Bisnis.com, KARAWANG — Presiden Prabowo Subianto memperkirakan nilai tambah dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi konsorsium anak usaha CATL dan BUMN Indonesia bisa mencapai delapan kali nilai investasinya.

    Hal itu disampaikan Prabowo saat meresmikan proyek ekosistem baterai kendaraan listrik hulu ke hilir itu di Kawasan Industri Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025).

    Proyek terintegrasi yang berlokasi di Karawang dan Halmahera Timur, Maluku Utara itu disebut menelan investasi sekitar US$5,9 miliar (atau Rp95,7 triliun sesuai kursi Jisdor BI 26 Juni 2025 Rp16.233 per dolar AS).

    Prabowo menyebut nilai tambah yang dihasilkan dari mega proyek baterai listrik itu bisa delapan kalinya nilai investasi proyek, sehingga bisa sekitar US$48 miliar (Rp779 triliun sesuai kurs Jisdor BI 26 Juni 2025 Rp16.233 per dolar AS).

    “Proyek ini terobosan dengan investasi US$5,9 miliar akan menghasilkan nilai US$48 miliar, diperkirakan 8 kali nilai tambahnya. Nilai tambah sebesar itu tidak hanya Maluku Utara yg dipercepat pembangunannya, provinsi lain akan menikmatinya, seluruh bangsa akan menikmatinya,” tutur Prabowo di Karawang, Minggu (29/6/2025).

    Selain menghasilkan nilai tambah, lanjut Prabowo, adanya ekosistem baterai listrik terintegrasi itu bisa mendorong adopsi kendaraan dengan energi terbarukan.

    Harapannya, hal itu bisa juga menghemat pengeluaran negara dalam bentuk subsidi bahan bakar dan listrik, serta impor bahan bakar. Nilainya yakni US$58 miliar per tahun (setara Rp941,5 triliun sesuai kurs Jisdor BI 26 Juni 2025 Rp16.233 per dolar AS).

    “Kita akan hemat kurang lebih US$58 miliar tiap tahun. Menghemat dari subsidi bahan bakar dan listrik, dan impor bahan bakar dari luar. Saya optimis, 4-5 tahun lagi pembangunan akan dipercepat lagi,” ungkapnya.

    Untuk diketahui, proyek ekosistem baterai mobil listrik terintegrasi itu berada di Karawang, Jawa Barat, serta di Halmahera Timur, Maluku Utara. Sebagian besar proyek yang merupakan hulu pengolahan nikel termasuk smelter berada di Halmahera Timur, sedangkan pabrik baterainya berlokasi di Karawang.

    Pabrik baterainya berada di Artha Industrial Hill, milik grup konglomerat Artha Graha yang dipimpin Tommy Winata, dan merupakan bagian dari Kawasan Industri Karawang, Jawa Barat.

    Keseluruhan proyek baterai listrik hulu ke hilir ini merupakan milik konsorsium antara PT Aneka Tambang Tbk. atau Antam (ANTM), PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dan anak usaha CATL yaitu CATL, Brunp and Lygend (CBL). Konsorsium membentuk perusahaan patungan yakni PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB).

    Ekosistem baterai mobil listrik terintegrasi itu meliputi enam proyek industri dari hulu ke hilir. Ada lima proyek yang dikembangkan di Halmahera Timur, sedangkan satu berada di Karawang.

    Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), proyek hilirisasi nikel dari hulu ke hilir ini menelan investasi sekitar Rp100 triliun. Proyek ini diperkirakan bisa menghasilkan daya sebesar 15 gigawatt per hour (GWh).

  • Proyek Baterai Listrik Raksasa RI-China Ciptakan Nilai Tambah 8 Kali Lipat

    Proyek Baterai Listrik Raksasa RI-China Ciptakan Nilai Tambah 8 Kali Lipat

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto menyatakan proyek pengembangan ekosistem industri baterai listrik terintegrasi garapan Konsorsium Antam-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat dapat menciptakan nilai tambah besar.

    Menurutnya nilai tambah hingga 8 kali lipat dapat terjadi dari proyek tersebut. Prabowo memaparkan investasi proyek tersebut senilai US$ 5,9 miliar atau sekitar Rp 95,43 triliun (kurs Rp 16.175). Namun dengan investasi tersebut, proyek ini mampu menghasilkan US$ 48 miliar atau sekitar Rp 776 triliun untuk ekonomi Indonesia.

    “Jadi memang tadi saya katakan proyek ini terobosan dengan investasi US$ 5,9 miliar akan hasilkan nilai US$ 48 miliar diperkirakan, 8 kali nilai tambahnya,” sebut Prabowo saat melakukan groundbreaking proyek di Halmahera Selatan dan Karawang itu, Minggu (29/6/2025).

    Prabowo meyakini nilai tambah sebesar itu tidak hanya dirasakan di Provinsi Maluku Utara ataupun Jawa Barat saja. Namun, kawasan-kawasan di sekitar pengembangan ekosistem baterai ini diyakini bakal dapat berkah ekonomi juga.

    “Nilai tambah sebesar itu tidak hanya Maluku Utara yang dipercepat pembangunannya, provinsi lain akan menikmatinya, seluruh bangsa akan menikmatinya,” beber Prabowo.

    Pengembangan ekosistem baterai listrik hasil kerja sama perusahaan Indonesia dan China ini mencakup enam sub-proyek utama. Lima di antaranya bertempat di Kabupaten Halmahera Timur dan satunya lagi di Kabupaten Karawang.

    Pertama, di Halmahera, Antam bekerja sama dengan Hong Kong CBL Limited (HK CBL) resmi membentuk perusahaan patungan PT Feni Haltim (PT FHT) untuk mengembangkan kawasan industri energi baru di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara.

    Kawasan Industri ini mencakup LIMA subproyek utama, yaitu, pertambangan nikel, proyek smelter pirometalurgi, proyek smelter hidrometalurgi, proyek Bahan Baterai dengan produk Bahan Katoda Nickel Cobalt Manganese (NCM), hingga proyek daur ulang baterai menghasilkan produk Nikel Cobalt Mangan Sulfat dan Lithium dan Lithium Karbonat.

    Kedua, berlokasi di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat telah dimulai proyek pengembangan pabrik baterai Lithium Ion yang merupakan Perusahaan Patungan antara Indonesia Battery Corporation (IBC) dan Konsorsium CBL.

    Proyek ini dibangun di kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Kabupaten Karawang dengan luas 43 Ha, proses pembangunan sudah dimulai sejak bulan November 2024.

    (hal/kil)

  • Proyek Baterai EV Jalan, RI Bisa Hemat Impor BBM 300 Ribu Kilo Liter

    Proyek Baterai EV Jalan, RI Bisa Hemat Impor BBM 300 Ribu Kilo Liter

    Karawang, CNBC Indonesia – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Indonesia bisa menghemat impor 300 ribu kilo liter bahan bakar minyak (BBM). Hal ini jika, Indonesia berhasil mengoperasikan pabrik sel baterai electric vehicle/EV yang memiliki kapasitas total hingga 15 Giga Watt hour (GWh).

    “Ini bisa menghemat impor BBM sekitar 300.000 kiloliter per tahun kalau hanya 15 GWh,” jelasnya dalam acara peresmian Groundbreaking Ekosistem Baterai Terbesar di Asia, di Karawang Jawa Barat, Minggu (29/6/2025).

    Dia mengatakan proyek dengan nilai investasi mencapai US$ 5,9 miliar setara Rp 96,04 triliun (asumsi kurs Rp 16.278 per US$) itu juga menjadi upaya pemerintah untuk mencapai visi Prabowo khususnya pada swasembada energi.

    “Pak Presiden, kami juga laporkan, proyek ini mendukung arahan Bapak Presiden terkait dengan kemandirian energi kita,” tegasnya.

    Asal tahu saja, proyek tersebut dioperasikan oleh PT Aneka Tambang (Antam), PT Indonesia Battery Corporation (IBC), dan perusahaan asal China yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) yang merupakan perusahaan patungan dari CATL, Brunp dan Lygend

    Berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC), Karawang, Jawa Barat, Prabowo secara simbolis meresmikan groundbreaking pembangunan proyek hulu-hilir baterai tersebut.

    Proyek Industri Baterai Terintegrasi Terbesar di Asia

    Proyek tersebut terdiri dari total enam usaha patungan (Joint Venture/JV) mulai dari proyek hulu hingga hilir. Detailnya, JV satu hingga tiga merupakan ekosistem baterai di sisi hulu. Sedangkan, JV empat hingga enam merupakan ekosistem baterai di sisi hilir.

    Hulu:

    JV 1: Proyek pertambangan nikel PT Sumberdaya Arindo (SDA) kapasitas produksi nikel saprolite 7,8 juta wet metric ton (wmt) dan limonite 6 juta wmt, total 13,8 juta wmt dengan porsi kepemilikan saham PT Antam sebesar 51% dan CBL sebesar 49%. Proyek ini sudah mulai berproduksi sejak tahun 2023 lalu.

    JV 2: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis Rotary Kiln Electric Furnace(RKEF) PT Feni Haltim (FHT) kapasitas 88 ribu ton refined nickel alloy per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT Antam sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2027 mendatang.

    JV 3: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO) kapasitas 55 ribu ton MHP per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT Antam sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

    Hilir:

    JV 4: Proyek material baterai yang akan memproduksi bahan katoda, kobalt sulfat, dan prekursor terner kapasitas 30 ribu ton Li-hydroxide berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

    JV 5: Proyek sel baterai PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB) berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC). Proyek ini terbagi menjadi fase 1 dengan kapasitas 6,9 GWh/tahun dan fase 2 kapasitas 8,1 GWh/tahun, total kapasitas 15 GWh/tahun. Adapun, porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2026 mendatang untuk fase 1, dan pada tahun 2028 mendatang untuk fase 2.

    JV 6: Proyek daur ulang baterai berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kapasitas 20 ribu ton logam/tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT IBC sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan tahun 2031 mendatang.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Smelter Nikel High Grade Balikpapan Mulai Beroperasi Perdana

    Smelter Nikel High Grade Balikpapan Mulai Beroperasi Perdana

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Mitra Murni Perkasa (MMP) resmi memasuki tahap power on untuk smelter nikel matte high grade di kawasan industri Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Kamis (26/6/2025).

    Pencapaian ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan MMP sebagai smelter nikel matte yang dibangun dengan 100% penanaman modal dalam negeri (PMDN), sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global baterai dan transisi energi bersih. 

    Smelter MMP menghasilkan kapasitas hingga 28.000 metrik ton high grade nickel matte per tahun, menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) 2 x 48 MVA yang dilengkapi converter modern.

    Teknologi adaptif memungkinkan proses peleburan dan pemurnian nikel berjalan lebih efisien, hemat energi, dan rendah emisi. Operasional smelter ini didukung oleh pasokan listrik dari PLN, termasuk skema Renewable Energy Certificate (REC) sebagai bentuk komitmen terhadap energi rendah karbon. 

    Presiden Direktur MMP, Adhi Dharma Mustopo, menyampaikan bahwa momen ini bukan sekadar proses teknis, tetapi juga cerminan kesiapan MMP dalam menjalankan operasi berstandar tinggi dan berkelanjutan. 

    “Smelter ini dibangun sepenuhnya 100% PMDN dengan semangat dari dan untuk negeri sebagai sebuah bukti bahwa Indonesia mampu membangun infrastruktur strategis yang kompetitif secara global,” ujarnya dalam keterangan resminya, Sabtu (28/6/2025).

    Smelter Nikel MMP merupakan bagian dari langkah diversifikasi MMSGI dalam memperluas kontribusi di sektor hilirisasi nikel.

    Prinsip ESG terintegrasi pada proyek ini, mulai dari penggunaan teknologi rendah emisi, pengelolaan lingkungan, tata kelola perusahaan berstandar IFC Performance Standards, hingga penyerapan dan pengembangan tenaga kerja anak bangsa. MMP menargetkan hingga 1.000 lapangan kerja. Selain itu, MMP mengembangkan program pelatihan berkelanjutan untuk mencetak SDM yang kompeten dan sadar lingkungan. 

    Dari sisi keselamatan dan operasional, MMP menerapkan sistem Health, Safety, and Environment (HSE) yang ketat dan berbasis evaluasi berkala. Seluruh kegiatan operasional dirancang untuk memenuhi standar industri global dengan tetap mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan di sekitar wilayah operasi. 

    “MMP siap berkontribusi dalam memperkuat hilirisasi nikel Indonesia serta membawa manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat, khususnya di Kalimantan Timur dan Indonesia secara luas,” jelas Adhi. 

  • Hilirisasi Nikel Dorong Indonesia jadi Negara Maju dan Pemain Global di Industri Baterai EV

    Hilirisasi Nikel Dorong Indonesia jadi Negara Maju dan Pemain Global di Industri Baterai EV

    JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus mendorong hilirisasi nikel sebagai strategi utama dalam memperkuat daya saing ekonomi nasional dan membangun ekosistem industri baterai kendaraan listrik (EV). Langkah ini tidak hanya mendukung transisi menuju energi hijau, tetapi juga membuka jalan menuju status sebagai negara industri maju.

    Sejalan dengan komitmen Net Zero Emission 2060, pengembangan industri baterai dan kendaraan listrik menjadi bagian penting dalam transisi energi Indonesia. Selain mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, langkah ini juga membuka peluang pengembangan teknologi bersih serta mendorong infrastruktur ramah lingkungan.

    Program hilirisasi nikel yang dimulai pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan dilanjutkan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto diyakini dapat menjadi motor penggerak transformasi ekonomi Indonesia. Jika dijalankan secara menyeluruh dari hulu hingga ke hilir hingga menghasilkan produk akhir seperti baterai, program ini tidak hanya akan meningkatkan daya saing industri nasional tetapi juga membuka jalan bagi Indonesia untuk menjadi negara maju berbasis energi bersih.

    Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menyatakan bahwa hilirisasi yang dilanjutkan dengan industrialisasi akan memperbesar peluang Indonesia untuk mengambil peran strategis di pasar global.

    “Selama ini kan Indonesia mengandalkan konsumsi gitu ya. Kalau manufaktur yang tadi berkembang karena adanya industrialisasi, maka di dalam kemungkinan Indonesia akan menjadi negara maju, negara yang berbasis pada industri,” ujar Fahmy saat dihubungi media, dikutip Jumat, 27 Juni.

    Fahmy menekankan pentingnya investasi yang tidak berhenti hanya pada tahap pembangunan smelter, tetapi berlanjut hingga tahap akhir seperti pembuatan baterai atau bahkan kendaraan listrik. Ia juga menyoroti pentingnya transfer teknologi sebagai bagian dari strategi jangka panjang.

    “Kalau misalnya tenaga kerja kita belum memenuhi syarat tadi, maka harus ada kesepakatan tentang transfer of technology. Paling tidak lima tahun itu proses, nah lima tahun yang kedua tenaga kerja Indonesia sudah mampu sendiri untuk menghasilkan baterai listrik,” ucapnya.

    Hilirisasi nikel membawa sejumlah manfaat strategis, yaitu meningkatkan nilai tambah dalam negeri, menarik investasi asing, membuka lapangan kerja, serta memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok industri baterai dunia. Dengan cadangan nikel dan mineral penting lainnya yang melimpah, Indonesia berada di posisi ideal untuk menjadi pemain utama dalam energi hijau global.

    Dihubungi terpisah, Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Toto Pranoto mengatakan hilirisasi nikel yang dilaksanakan mulai kepemimpinan Jokowi memberikan kontribusi cukup besar untuk Indonesia.

    “Hilirisasi nikel jelaas memberikan kontribusi positif bagi pendapatan negara,” ujar Toto.

    Namun demikian, ia juga mengingatkan bahwa pertumbuhan industri ini harus dibarengi dengan tata kelola yang baik dan perhatian terhadap dampak lingkungan serta manfaat bagi ekonomi lokal. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memastikan tidak ada manipulasi yang berakibat kepada kerugian negara.

  • Migrasi Baru asal Tiongkok Perlu Dikaji Dengan Pendekatan Baru

    Migrasi Baru asal Tiongkok Perlu Dikaji Dengan Pendekatan Baru

    Bisnis.com, JAKARTA- Istilah ‘migran’ yang belakangan ini digunakan untuk merujuk pada warga asal Tiongkok yang datang ke Indonesia dan Asia Tenggara dalam beberapa dasawarsa terakhir, dianggap rancu dan cenderung menimbulkan problema baik dalam aspek akademis maupun aspek sosial.

    Hal ini karena istilah migran itu disematkan kepada orang-orang asal Tiongkok yang sebenarnya datang untuk sementara waktu ke negara tujuan, entah sebagai pekerja, pelajar, pebisnis, ataupun kegiatan lainnya.

    Karena mereka datang untuk sementara dan dalam kelompok relatif besar, mereka tak dapat diharapkan untuk melakukan proses adaptasi dalam hal sosial dan budaya, seperti pendahulu mereka, yaitu etnis Tionghoa di Asia Tenggara, termasuk orang-orang Tionghoa Indonesia.

    Pandangan di atas disampaikan Profesor Leo Suryadinata, peneliti senior pada ISEAS Yusof Ishak Institute, Singapura sebagai pembicara dalam seminar berjudul “Peran Migran Baru Tiongkok (Xin Yimin) di Asia Tenggara,” yang diselenggarakan oleh Program Magister Ilmu Komunikasi (Mikom) dan Magister Ilmu Hubungan Internasional (MHI) Universitas Pelita Harapan (UPH), bersama dengan Forum Sinologi Indonesia (FSI), pada Kamis (25/6/2025) di Jakarta.

    Leo Suryadinata, Peneliti dan ilmuwan sosial yang menerima anugerah kebudayaan dari pemerintah Republik Indonesia pada 2018 itu, mengemukakan berbagai karaktersitik migran baru asal Tiongkok (Xin Yimin) yang berbeda dari etnis Tionghoa di Asia Tenggara dan Indonesia.

    Menurutnya, orang-orang Tionghoa yang termasuk sebagai migran lama meninggalkan Tiongkok menuju negara tujuan, kebanyakan ke Asia Tenggara, selambatnya pada awal abad ke 20, dan dilatarbelakangi faktor ekonomi, khususnya kemiskinan.

    “Orang-orang Tionghoa itu sebagian besar menuju dan bermukim di Asia Tenggara, dan menganggap Asia Tenggara sebagai tanah air mereka,” terang Leo.

    Berbeda dengan Xin Yimin, mereka yang dikategorikan sebagai migran lama rata rata berasal dari provinsi-provinsi di Selatan Tiongkok, seperti Fujian, Guangzhou, dan Hainan.

    Berbeda dari etnik Tionghoa yang sudah berakar di Asia Tenggara dan Indonesia, migran baru asal Tiongkok tidak datang untuk menetap.

    Menurut Leo, mereka menjadikan negara-negara tujuan sebagai tempat untuk transit dalam proses migrasi yang bersifat sementara itu. Oleh karenanya mereka tak lagi berpegang pada istilah luodi shenggen (berakar di tanah yang mereka pijak) dan cenderung berpindah-pindah seperti daun teratai yang tak berakar.

    “Karena mereka datang dengan jumlah besar, mereka akan berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama kelompok mereka, sehingga proses integrasi antara mereka dan masyarakat setempat menjadi sangat sulit,” tutur Leo.

    Leo beranggapan bahwa fenomena migran baru asal Tiongkok harus dikaji dengan sebuah pendekatan baru yang meskipun tetap kritis, tetapi tanpa bersifat apriori.

    Sementara itu, ketua FSI yang juga Dosen Magister Ilmu Komunikasi (Mikom) Universitas Pelita Harapan (UPH), Johanes Herlijanto, menyesalkan masih adanya pandangan yang menyamakan antara warga Tionghoa yang baru dengan etnik Tionghoa di Indonesia dan Asia Tenggara.

    Johanes menyatakan bahwa pandangan semacam itu kurang adil terhadap etnik Tionghoa yang bukan hanya telah berakar dan beradaptasi, tetapi juga telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi kawasan Asia Tenggara, tempat mereka menetap selama berabad-abad.

    “Tionghoa Indonesia, misalnya, telah memberikan sumbangsih yang signifikan bagi bangsa Indonesia. Mereka adalah orang Indonesia yang selalu mengedepankan identitas kebangsaan Indonesia,” tutur pemerhati Tionghoa asal UPH itu.

    Peneliti Pusat Riset Kependudukan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Triyono sependapat dengan Profesor Leo Suryadinata dalam hal dampak positif dan negatif dari kehadiran investasi dan migran baru asal China.

    “Kehadiran industri smelter di Sulawesi Tengah dan Tenggara menghidupkan perekonomian di daerah tersebut, ini hal yang jarang diungkap ke publik,” tuturnya.

    Namun sosiolog tamatan Universitas Gajah Mada (UGM) itu juga menuturkan mengenai adanya persoalan budaya yang diakibatkan kehadiran migran baru asal Tiongkok itu. Persoalan itu antara lain mencakup miskomunikasi, mispersepsi, serta praduga antara migran asal Tiongkok dan masyarakat setempat.

  • Prabowo Bakal Resmikan Pabrik Ekosistem EV, Bahlil: Terbesar di Dunia

    Prabowo Bakal Resmikan Pabrik Ekosistem EV, Bahlil: Terbesar di Dunia

    Jakarta

    Presiden Prabowo dijadwalkan bakal meresmikan groundbreaking alias peletakan batu pertama pembangunan pabrik ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi pada 29 Juni 2025.

    Kabar ini diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, proyek tersebut merupakan buah dari investasi China Contemporary Amperex Technology (CATL). Investasi tersebut, kata dia, menggarap ekosistem baterai listrik dari hulu ke hilir.

    “Kami sedang membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi. Tanggal 29 besok akan diresmikan, Insya Allah oleh Bapak Presiden,” ucap Bahlil dalam Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 Lemhannas RI di Jakarta, Selasa dikutip dari Antara.

    “Dari tambang, smelter, HPAL, prekursor, sampai katoda. Ini pertama kali di dunia sebesar ini,” kata Bahlil.

    Adapun total investasi dalam proyek tersebut berkisar 6 miliar dolar AS. Bahlil meyakini negara-negara lain berpikir, bila keseluruhan proses produksi dilakukan di Indonesia, maka biaya produksinya akan lebih murah.

    “Ini yang kami bicarakan tentang dampak efek positif dan negatif dari negara-negara yang menganggap bahwa ini penting untuk kita melakukan kompetisi secara baik,” tutur dia.

    Sebelumnya, Bahlil menyampaikan bahwa pembangunan pabrik ekosistem baterai EV terintegrasi itu berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara.

    Proyek tersebut merupakan salah satu dari 18 proyek hilirisasi senilai hampir 45 miliar dolar AS, dan proyek itu bakal dimulai pada Juni 2025.

    Bahlil menyebut, proyek hilirisasi itu mencakup hilirisasi nikel, bauksit, refinery, storage, gasifikasi (DME) batu bara, kemudian hilirisasi sektor perikanan, pertanian, kehutanan, dan pengembangan ekosistem baterai mobil milik Indonesia.

    (riar/dry)