Produk: sembako

  • Bupati Bogor Pasang Badan Terhadap Kades Klapanunggal yang Viral Minta THR: Salah Saya – Halaman all

    Bupati Bogor Pasang Badan Terhadap Kades Klapanunggal yang Viral Minta THR: Salah Saya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BOGOR- Bupati Bogor Rudy Susmanto mengatakan dirinya bersalah terkait aksi kepala desa atau kades Klapanunggal Ade Endang Saripudin.

    Kades Klapanunggal menjadi sorotan karena viral meminta Tunjangan Hari Raya (THR) Rp165 juta ke perusahaan di Klapanunggal. 

    “Kalau soal itu, kita harus akui, yang salah adalah saya sebagai Bupati Bogor,” ujarnya kepada wartawan, Sabtu (5/4/2025).

    Padahal Gubernur Jabar Dedi Mulyadi secara tegas meminta polisi segera menangkap Kades Klapanunggal.

    Ia mengatakan, pemerintah daerah telah melarang agar tidak ada pihak yang meminta THR khususnya lembaga pemerintahan.

    Bahkan, kebijakat tersebut diturunkan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dituangkan ke dalam Peraturan Bupati Bogor.

    “Kebijakan itu turun pada bulan suci Ramadan, dan ternyata sudah berjalan (oknum meminta THR) bahkan sebelum sampai ke kecamatan dan kepala desa,” katanya.

    Akan hal tersebut, Rudy Susmanto menegaskan bahwa telah mengambil langkah-langkah melalui Inspektorat untuk menindaklanjuti permasalahan yang muncul kemarahan publik. 

    Namun di samping itu, eks Ketua DPRD Kabupaten Bogor periode 2019-2024 itu mengatakan kepala desa memiliki dedikasi yang besar terhadap masyarakat, khususnya dalam penanganan bencana.

    “Di lokasi bencana, para kepala desa tidak pulang. Saat sembako habis, mereka tetap bertahan. Anggota gabungan kelelahan, tapi mereka tetap bekerja. Pernahkah ada yang mengucapkan terima kasih kepada mereka?” katanya.

    Penulis: Muamarrudin Irfani

  • Diskon Gede-gedean Produk Aneka Sepeda, Hanya di Transmart Full Day Sale

    Diskon Gede-gedean Produk Aneka Sepeda, Hanya di Transmart Full Day Sale

    Jakarta

    Transmart kembali menggelar pesta diskon Full Day Sale spesial pada Minggu (6/4) sejak toko buka hingga pukul 22.00. Diskon yang ditawarkan tak main-main dan berlaku untuk berbagai produk.

    Produk aneka sepeda diskon gede-gedean hingga 60+20%. Produk aneka sepeda dibanderol dengan harga promo mulai dari Rp 1.299.000 dari harga normalnya mulai dari Rp 1.499.000. Harga ini berlaku khusus di Pulau Jawa.

    Beli sepeda bakal jadi lebih murah dengan tambahan diskon khusus 20% kalau transaksi pakai Allo Prime, Allo Paylater, kartu kredit Bank Mega, atau Bank Mega Syariah. Produk sepeda harganya jadi mulai dari Rp 1.039.200. Pembeli pun jadi hemat Rp 459.800 dari harga normal.

    Begitu pula di gerai Transmart luar Pulau Jawa, produk ini juga diskon dari harga normalnya yang mulai dari Rp 1.599.000 menjadi mulai dari Rp 1.399.000. Makin hemat dengan tambahan diskon 20%, harganya jadi mulai dari Rp 1.119.200. Pembeli pun jadi hemat Rp 479.800 dari harga normal.

    Perlu dicatat, ada syarat dan ketentuan berlaku bagi pembelian produk ini. Promo juga tidak berlaku untuk pembelian partai besar, dan minimal transaksinya Rp 300.000.

    Selama gelaran Transmart Full Day Sale hari ini, ada diskon hingga 50+20% untuk berbagai produk seperti produk rumah tangga, sembako, furniture, elektronik, hingga fesyen. Tambahan 20% bisa didapatkan jika melakukan pembayaran menggunakan Allo Prime, Kartu Kredit Bank Mega atau Bank Mega Syariah.

    Untuk yang belum punya Kartu Kredit Bank Mega, nggak perlu khawatir. Ada unit pembukaan instan yang tersedia di gerai Cibubur dan Central Park. Sementara untuk yang belum punya Allo Prime, cukup download aplikasi Allo Bank di PlayStore atau AppStore. Tinggal klik link ini, download, dan upgrade ke Allo Prime.

    (shc/ara)

  • Soal Kades Minta THR, Bupati Bogor: yang Salah Saya!

    Soal Kades Minta THR, Bupati Bogor: yang Salah Saya!

    JABAR EKSPRES – Belakangan ini ramai kepala desa di Kabupaten Bogor yang meminta Tunjungan Hari Raya (THR) kepada perusahaan di wilayahnya.

    Surat edaran permohonan THR Kepala Desa Klapanunggal itu ramai di media sosial dan menuai perhatian publik.

    Bupati Bogor, Rudy Susmanto merespon terkait ramainya kejadian itu. Kata dia, kesalahannya ada pada dirinya selaku kepala daerah.

    BACA JUGA: Arus Balik di Stasiun Bandung dan Kiaracondong Meningkat, Puncaknya Diperkirakan Besok

    “Kalau soal itu, kita harus akui, yang salah adalah saya sebagai Bupati Bogor,” ujarnya, di Podcast Pokwan DPRD Kabupaten Bogor, Jumat (4/4/2025) malam.

    Rudy menjelaskan, kebijakan yang memicu polemik tersebut (Larangan meminta THR) sebenarnya merupakan kebijakan dari tingkat provinsi Jawa Barat yang kemudian dituangkan dalam peraturan bupati.

    “Kebijakan itu turun pada bulan suci Ramadan, dan ternyata sudah berjalan (Banyak kades sudah meminta THR ke perusahaan), bahkan sebelum sampai ke kecamatan dan kepala desa,” katanya.

    Kendati begitu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tidak tinggal diam. Langkah demi langkah telah diambil melalui ispektorat untuk menidaklanjuti polemik tersebut.

    BACA JUGA: Pemkot Bandung Kecolongan, Pungli di Bonbin Masih Terjadi!

    Politisi Partai Gerinda ini juga menyoroti akibat polemik itu, banyak kades yang justru ikut terseret citra negatif.

    Padahal, menurutnya, banyak kepala desa telah menunjukkan dedikasi luar biasa, terutama dalam penanganan bencana di sejumlah wilayah.

    “Di lokasi bencana, para kepala desa tidak pulang. Saat sembako habis, mereka tetap bertahan. Anggota gabungan kelelahan, tapi mereka tetap bekerja. Pernahkah ada yang mengucapkan terima kasih kepada mereka?” ungkapnya.

    BACA JUGA: Pembangunan Sekolah Rakyat Dinilai Merugikan dan Bibit Driskiminasi Baru

    Disisi lain, sebagai Bupati yang baru menjabat, ia mengaku siap menerima kritik dan tekanan.

    “Dijelekkan, dijatuhkan, itu hal biasa. Kalau tidak mau dibusukkan, jangan jadi Bupati,” pungkasnya.

  • Meski Uang Kompensasi Supir Dikembalikan, Gubernur Jabar Pastikan Penyelidikan Berlanjut

    Meski Uang Kompensasi Supir Dikembalikan, Gubernur Jabar Pastikan Penyelidikan Berlanjut

    JABAR EKSPRES – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memastikan proses hukum terkait dengan polemik uang kompensasi para supir angkot di Puncak terus berjalan.

    Meski sudah menerima laporan mengenai pengembalian uang kepada para sopir, Dedi menegaskan akan tetap melakukan penyelidikan.

    Hal ini bertujuan agar memberikan efek jera kepada siapapun yang melakukan pemangkasan bantuan dari Provinsi Jawa Barat.

    “Logika sederhana, kalo ada pengembalian itu artinya didahului oleh pengambil. Satu kata dari saya selidiki,” tulis Dedi diunggahan Instagram pribadinya, Jumat (4/4).

    BACA JUGA: Puncak Arus Balik 2025, Polisi Siapkan Rekayasa Lalin di Jalur Padat

    Dedi turut memposting klarifikasi salah satu sopir angkot yang sebelumnya mengeluhkan adanya pemotongan uang kompensasi tersebut.

    Diketahui, Sopir yang ada dalam video itu bernama Emen. Dia ditelpon langsung oleh Dedi Mulyadi untuk menjelaskan fakta sebenarnya.

    Dalam video itu, Emen mengatakan, persoalan itu sudah selesai dan tidak ada pungutan apapun.

    “Dari mulai kemarin diintogerasi oleh pak Dedi dan nyampe hari ini Alhamdulillah sudah clear, bahwa tidak ada pungutan apapun dan uangnya sudah dikembalikan,” ujarnya.

    BACA JUGA: Weekend Terakhir Libur Lebaran, Masyarakat masih Padati Jalur menuju Lembang 

    Emen menyebut, dirinya sudah berkumpul dengan pihak Organda, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bogor, serta Kelompok Kerja Sub Unit (KKSU).

    Dia meminta diralat atas ucapannya kepada Gubernur Jawa Barat mengenai uang kompensasi itu.

    Padahal sebelumnya Emen menyebut, ada tiga pihak yang terlibat pemotong dana kompensasi berasal dari dari Bank Jabar Peduli dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) itu.

    Tiga pihak yang disebutkan yakni, Dishub Kabupaten Bogor, Organda, dan KKSU.

    BACA JUGA: Kepala Dishub Bogor Klarifikasi Soal Pemotongan Uang Kompensasi Sopir Angkot: Sudah Selesai

    Diberitakan sebelumnya, ada sekitar 653 sopir angkot dari tiga trayek Cisarua-Bogor, Bogor-Pasirmuncang, dan Bogor-Cibedug yang diberikan kompensasi.

    kompensasi itu diberikan kepada sopir dengan total Rp 1,5 juta, 1 juta untuk kompenasi sopir, lalu 500 ribu berbentuk barang sembako.

  • Sosok Nandar yang Diancam Dedi Mulyadi Gara-gara Sunat Uang Bantuan Milik Sopir Angkot di Puncak – Halaman all

    Sosok Nandar yang Diancam Dedi Mulyadi Gara-gara Sunat Uang Bantuan Milik Sopir Angkot di Puncak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Siapakah Nandar, Ketua Pengurus Kelompok Kerja Sub Unit (KKSU) yang diancam Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi?

    Nama Nandar muncul setelah viral uang bantuan sopir angkot dari Dedi Mulyadi disunat pihak tertentu.

    Menanggapi kabar itu, Dedi Mulyadi menghubungi sopir angkot Puncak Bogor yang mengaku dimintai uang Rp 200 ribu.

    Dari total bantuan Rp 1,5 juta, sopir angkot seharusnya mendapat uang tunai Rp 1 juta dan sembako senilai Rp 500 ribu.

    Namun setelah disunat Rp 200 ribu, para sopir angkot hanya mendapat uang tunai Rp 800 ribu.

    Emen, sopir angkot Cisarua mengatakan kalau pemotongan itu dilakukan oleh sejumlah oknum.

    “Kan uang Rp 1 juta ya. Bilangnya yang mungut, keikhlasan. Tapi keikhlasannya ditarget Pak, Rp 200 ribu,” tutur Emen di Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel.

    Menurut Emen, saat itu ada sejumlah oknum Dishub, Organda, dan KKSU.

    Akhirnya Emen pun menyebutkan nama pengurus KKSU yang menerima uang itu.

    “Kita cuma dipinta Rp 200 ribu, semuanya, kita nyerahin Rp 4 juta. Ketua KKSU yang terima uang, Pak Nandar,” ungkapnya.

    Dedi Mulyadi pun meminta siapapun yang menerima uang itu untuk mengembalikan ke para sopir angkot.

    “Yang ngambil, segera kembalikan. Kalau enggak, saya proses,” kata Dedi Mulyadi.

    Usai diancam akan diproses oleh Dedi Mulyadi, Nandar pun kini mengembalikan uang yang disunat dari para sopir angkot wilayah Puncak, Kabupaten Bogor.

    Nandar pun menegaskan kalau uang itu merupakan ucapan terima kasih dari para sopir angkot.

    Nandar bersama Emen pun sudah bertemu dan melakukan klarifikasi soal uang itu.

    Namun ia tetap bersikukuh melakukan potongan dan mengklaim hanya menerima dari para sopir angkot.

    “Saya mohon maaf, mungkin itu rekan kita yang ada di lapangan memberikan insentif atau apa aja tanda berterima kasih,” kata Nandar.

    Ia juga mengungkap total uang yang dipotong itu sejumlah belasan juta.

    “Itu total nilainya Rp 11.200.000. Rekan-rekan sudah sepakat, kita kembalikan,” kata Nandar.

    Tak hanya itu, Nandar juga meminta maaf kepada sopir yang belum mendapatkan bantuan dari Dedi Mulyadi.

    “Saya mohon maaf juga, karena waktu itu di situ sudah mendesak, Kami tidak ada waktu lagi untuk mendata, jadi apa adanya yang didata di lapangan, yang sehari-hari narik. Jadi yang tidak terdata, yang tidak kebagian, itu tidak ada di lapangan,” jelasnya.

    Nandar juga memastikan kalau uang yang diterimanya itu tidak mengalir ke Dishub dan Organda.

    “Saya mohon maaf untuk Dishub, untuk Organda. Saya tidak ada masalah sangkut paut ke masalah Dishub. Tidak ada istilahnya imbalan ke Dishub, sama sekali tidak ada,” tandasnya.

    Sementara itu, Emen juga tiba-tiba mengklarifikasi kalau saat itu Dishub dan Organda ada di lokasi untuk pembagian bantuan saja.

    “Untuk Dishub dan Organda hanya ada yang memberikan dan ngumpul pada waktu di lokasi. untuk masalah dishub dan organda tidak ada sangkut pautnya, hanya memberikan di lokasi tersebut,” tuturnya.

    Ia juga memebenarkan kalau uang yang dipotong itu akan dikembalikan oleh KKSU ke para sopir angkot.

    “Sudah berkoordinasi, uang Rp 11,2 juta akan dikembalikan ke sopir angkot. Soal uang potongan itu bukan masalah, hanya salah paham saja,” tandasnya.

    Sementara itu, Dedi Mulyadi meminta kasus itu tetap diselidiki meski uangnya sudah dikembalikan.

    “Logika sederhana : “Kalau ada pengembalian, itu artinya didahului oleh pengambilan”. Satu kata dari saya ; SELIDIKI !!!,” tulis Dedi Mulyadi di akun Instagramnya.

    Penjelasan Pihak Dishub

    Seperti diketahui, dugaan pemotongan uang kompensasi terhadap sopir angkutan kota (angkot) di jalur Puncak, Bogor, selama libur Lebaran 2025 menjadi sorotan publik.

    Kabar tersebut bahkan telah sampai ke telinga Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang berwenang dalam pengambilan kebijakan.

    Bagaimana Penjelasan dari Dinas Perhubungan?

    Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, Dadang Kosasih, menegaskan bahwa pihaknya tidak terlibat dalam pungutan yang diduga dilakukan. 

    “Itu miskomunikasi. Kita klarifikasi bahwa tidak ada anggota Dishub yang turut serta terkait masalah pemungutan itu. Kita sudah sepakat bahwa tidak ada pemungutan yang Rp 200 ribu,” ujarnya kepada wartawan pada Jumat, 4 April 2025.

    Meskipun demikian, Dadang Kosasih mengakui bahwa terdapat sopir angkot yang mengeluarkan sejumlah uang dari kompensasi yang diterima.

    Kompensasi tersebut senilai Rp 15 juta, terdiri dari Rp 1 juta uang tunai dan Rp 500 ribu dalam bentuk sembako.

    Ia menyebutkan bahwa total uang yang terhimpun dari para sopir angkot mencapai Rp 112 juta.

    “Jadi, tidak semuanya yang beredar di media bahwa itu ada Rp 200 ribu. Setelah diklarifikasi, ada yang memberikan Rp 50 ribu, Rp 100 ribu, dan Rp 200 ribu,” ungkapnya.

    Penyelesaian Masalah

    Dadang Kosasih juga menyatakan bahwa persoalan dugaan pemotongan uang kompensasi ini telah diselesaikan.

    Uang yang diberikan oleh sopir kepada Kelompok Kerja Sub Unit (KKSU) sebagai ucapan terima kasih telah dikembalikan. 

    “Semuanya sudah dikembalikan ke sopir yang berhak menerimanya. Jika ada kendaraan yang masih beroperasi, kita akan lakukan penindakan secara tegas,” tegasnya.

    Dengan penjelasan ini, diharapkan isu pemotongan hak sopir angkot di Puncak dapat teratasi dan tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.

    Sumber: Tribun Bogor

  • Titik Terang Penyebab Kompensasi Sopir Angkot Puncak Bogor Berkurang

    Titik Terang Penyebab Kompensasi Sopir Angkot Puncak Bogor Berkurang

    Kabupaten Bogor

    Aksi nekat angkot beroperasi di kawasan Puncak Bogor selama libur lebaran menguak dugaan pemotongan kompensasi. Kini, terang sudah penyebab kompensasi sopir angkot berkurang.

    Sejumlah sopir angkot masih kedapatan mencari penumpang selama libur lebaran Idul Fitri. Sopir mengaku nekat ‘narik’ angkot karena kompensasi pembatasan operasional dipotong.

    Sebagai informasi, kompensasi itu diberikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) kepada sopir angkot agar tidak beroperasi di kawasan Puncak Bogor selama libur lebaran. Sehingga diharapkan wisatawan bisa lancar selama berkunjung ke Puncak Bogor.

    Sopir diberi kompensasi sebesar Rp 1,5 juta berupa uang Rp 1 juta dan sembako senilai Rp 500 ribu. Namun, Dishub Kabupaten Bogor mendapat laporan sejumlah sopir angkot mengaku tak menerima kompensasi secara penuh.

    “Nah betul banyak juga, dan saya juga dapat informasi itu ada pemotongan, jadi (diterima sopir) Rp 800 ribu. Kita akan pantau siapa yang melakukan ini, yang jelas Rp 1,5 juta harus full ke sopir,” kata Kabid Lalu Lintas Dishub Kabupaten Bogor, Dadang Kosasih, kepada wartawan.

    Kabar itu didalami Dishub dan Polres Bogor. Akhirnya, didapatkan titik terang penyebab kompensasi sopir angkot Puncak Bogor berkurang.

    Pemicu Kompensasi Sopir Angkot Berkurang

    Foto: Angkot diminta tak beroperasi pada H+1 hingga H+7 Lebaran di wilayah Pincak, Bogor. Meski demikian, masih ada angkot yang melintas di Puncak. (Rizky AM/detikcom)

    Kabar kompensasi sopir angkot Puncak Bogor dipotong ramai diusut. Ternyata, sopir tak menerima kompensasi secara penuh karena memberikan ‘sumbangan sukarela’.

    Sekretaris Dishub Jabar, Dhani Gumelar, telah menelusuri kabar pemotongan dana kompensasi bagi sopir angkot di Bogor. Berdasarkan penelusuran di lapangan, beberapa sopir angkot mengaku memberikan sumbangan secara sukarela kepada koordinator dan paguyuban.

    “Adapun yang terjadi adalah adanya sumbangan sukarela dari beberapa pengemudi kepada koordinator lapangan/paguyuban,” kata Dhani dilansir detikJabar, Jumat (4/4).

    Dia menyatakan Dishub Jabar, Dishub Bogor, dan Organda Bogor tak melakukan pemotongan kompensasi. Dia mengatakan pihak yang menerima sumbangan itu telah meminta maaf.

    “Yang bersangkutan telah memberikan keterangan, dan pernyataan maaf secara tertulis,” ucapnya.

    Dishub Kabupaten Bogor menambahkan, kekurangan kompensasi tersebut karena sopir memberikan sumbangan ke Kelompok Kerja Sub Unit (KKSU).

    “Seikhlasnya, lurus ke KKSU tapi diperkembang segala macem ada pemotongan sekitar Rp 200 ribu. Hal ini sudah diklarifikasi semua, udah dibalikin uangnya semua,” kata Kabid Lalu Lintas Dishub Kabupaten Bogor, Dadang Kosasih, Jumat (4/4).

    Sumbangan itu totalnya sebesar Rp 11,2 juta. Dia menyebut uang sumbangan itu telah dikembaikan kepada sopir angkot.

    “Rp 11,2 juta (yang dikembalikan). Jadi sopir itu ada yang ngasih Rp 50 ribu, Rp 100 ribu, ada yang Rp 200 ribu. Jadi tidak semuanya yang beredar sekarang di informasi di media bahwa itu ada (pemotongan) Rp 200 ribu, tidak (ada pemotongan),” sebutnya.

    KKSU Kembalikan Rp 11,2 Juta ke Sopir

    Foto: Pihak KKSU mengembalikan uang ‘pemotongan’ kompensasi sopir angkot Puncak Bogor (dok Dishub Kabupaten Bogor)

    Pada Jumat (4/4), perwakilan sopir angkot Bogor telah menerima uang ‘pemotongan’ kompensasi dari pihak KKSU. Pengembalian uang itu diterima perwakilan sopir bernama Emen.

    Emen juga klarifikasi soal dugaan pemotongan kompensasi. Dia menyatakan dishub dan organda tak ada kaitan dengan pemotongan kompensasi.

    “Saya Emen, perwakilan sopir angkot Kabupaten Bogor dengan ini mengklarifikasi untuk masalah yang kemarin karena masalah itu semua tidak ada benarnya,” kata Emen dalam video yang diunggah Dishub Kabupaten Bogor di akun Instagram @dishub.bogorkab.

    “Untuk masalah dishub dan organda tidak ada sangkut pautnya,” tambahnya.

    Lalu perwakilan sopir angkot Kabupaten Bogor juga menerima uang Rp 11,2 juta dari pihak KKSU. Uang tersebut berasal dari ‘sumbangan sukarela’ sopir angkot kepada KKSU.

    “Pengembalian uang yang telah diterima KKSU secara sukarela sebagai ucapan terima kasih atas kerja keras KKSU yang telah mendata sehari semalam kegiatan kompensasi setopnya angkot Cisarua dari Gubernur Jawa Barat,” kata salah seorang dalam prosesi pengembalian uang.

    Halaman 2 dari 3

    (jbr/jbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Dishub Bantah Potong Uang Kompensasi Sopir Angkot, Klaim Sopir Memberi sebagai Bentuk Keikhlasan – Halaman all

    Dishub Bantah Potong Uang Kompensasi Sopir Angkot, Klaim Sopir Memberi sebagai Bentuk Keikhlasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kabupaten Bogor, Dadang Kosasih, membantah melakukan pemotongan uang kompensasi bagi sopir angkot di Kawasan Puncak Bogor.

    Dadang mengatakan, uang yang diberikan kepada Kelompok Koperasi Serba Usaha (KKSU) itu, awalnya merupakan bentuk keikhlasan dari para sopir sendiri.

    “Tadinya sopir memberikan seikhlasnya ke KKSU, tetapi kemudian berkembang, ada pemotongan Rp200.000,” kata Dadang saat ditemui di Pos Dishub Gadog, Puncak Bogor, Jumat (4/4/2025), dilansir Kompas.com.

    Dadang mengatakan, informasi yang meluas di media sosial itu hanya miskomunikasi saja.

    “Terkait informasi yang di luar yang simpang siur dalam artian dari mulai Organda, Dishub, dengan KKSU, dan pemilik kendaraan kita sudah sepakat bahwa yang tersampaikan oleh kemarin di sampaikan ke Gubernur (Dedi Mulyadi) itu sama sekali tidak benar. Hal ini karena miskomunikasi,” ujarnya.

    Dishub pun mengeklaim telah menuntaskan persoalan tersebut dengan membantu proses pengembalian uang yang sempat dipotong. 

    Total dana sebesar Rp11,2 juta yang sebelumnya dikumpulkan dari para sopir telah dikembalikan sepenuhnya. 

    “Sekarang hari ini kita sudah saksikan semua bahwa yang potongan Rp200.000, Rp100.000, dan Rp50.000, yang jumlahnya Rp11,2 juta sudah diserahkan kembali ke sopir.”

    “Ini murni dari KKSU langsung yang kemarin ada pungutan itu ternyata itu keikhlasan dari sopir,” ujar Dadang.

    Sebelumnya, Sekretaris DPC Organda Kabupaten Bogor, Haryandi, juga membantah jika adanya pemotongan uang kompensasi untuk sopir angkot.

    “Itu tidak benar adanya, tetapi betul ada anggota kami di lapangan menerima sejumlah uang sebagai ucapan terima kasih, yang sifatnya seikhlasnya dari beberapa para pengurus paguyuban atau komunitas,” ujarnya kepada wartawan di Simpang Gadog, Kamis (3/4/2025), dikutip dari TribunnewsBogor.com.

    Haryandi mengungkapkan, uang yang terhimpun sebagai ucapan terima kasih tanpa dipatok dari para sopir angkot tersebut berjumlah Rp3,2 juta.

    Ia pun menegaskan jika dalam menghimpun uang tersebut tanpa ada paksaan dan juga tidak semua sopir angkot memberikan kontribusinya.

    Sementara itu, ia menjelaskan imbalan tersebut diberikan sebagai ucapan terima kasih karena timnya telah membantu proses pendataan dalam waktu singkat setelah kebijakan itu diambil.

    “Sekali lagi kami dari Organda Kabupaten Bogor menyatakan bahwa hal pemotongan itu tidak benar adanya, tetapi hanya menerima imbalan terima kasih sesuatu yang sekali lagi sifatnya sukarela,” katanya.

    Duduk Perkara

    Sebelumnya diberitakan, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengambil kebijakan menghentikan sementara operasional angkot di jalur Puncak Bogor selama sepekan, yakni saat musim libur lebaran 2025 untuk mengantisipasi kemacetan.

    Sebagai pengganti penghasilan, para sopir angkot akan menerima kompensasi sebesar Rp1,5 juta.

    Uang tersebut terdiri dari Rp1 juta uang tunai dan Rp500 ribu berbentuk sembako.

    Namun, baru-baru ini beredar kabar jika adanya pemotongan terhadap kompensasi tersebut sebesar Rp200 ribu, sehingga sopir angkot hanya menerima Rp800 ribu.

    Seorang sopir angkot, Emen, mengatakan bahwa benar dirinya hanya mendapat uang Rp800 ribu.

    “Kan dari bapak sekian, bilangnya (potongan) keikhlasan, tapi dipatok Rp200 ribu,” kata Emen dikutip dari Wartakotalive.com.

    Emen mengungkap sosok yang berani menyunat bantuan tersebut, yakni oknum pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor, Organisasi Angkutan Darat (Organda), dan KKSU.

    “Itu pak dari Dishub Kabupaten Bogor, organda sama KKSU,” kata Emen.

    Namun, sayangnya Emen tak mengenal pasti nama-nama pegawai Dishub Kabupaten Bogor yang memotong bantuan Dedi Mulyadi itu.

    “Siapa saya kurang tahu, pokoknya orang-orang Dishub. KKSU juga bukan ketuanya, ada oknum,” katanya.

    Kendati demikian, Emen menyebut satu nama dari KKSU.

    “Nerimanya? Tahu pak, ketuanya pak Nandar,” kata Emen saat ditelepon Dedi Mulyadi.

    Dia yang tergabung dalam komunitas Seksi juga menyerahkan uang Rp200 ribu per orangnya.

    “Gak tahu, kita mah cuma diminta. Semuanya, saya aja komunitas ada 20 nyerahin Rp4 juta ke KKSU, kata KKSU buat Dishub baru organda, KKSU,” ujar Emen.

    Saat mendengar itu, Dedi Mulyadi langsung bereaksi.

    “Rp200 ribu kali 500 lumayan Rp100 juta,”ujarnya.

    Dedi Mulyadi pun menganggap bahwa tindakan tersebut termasuk premanisme.

    “Berarti itu premanisme. Itu preman yang berbaju seragam,” kata Dedi.

    Dedi Mulyadi lantas menekankan bakal menyeret tiga lembaga itu ke ranah hukum.

    “Kalau nanti saya proses minta polisi nangkap orang yang motonginnya, bapak bersedia jadi saksi ? Saya backup, gubernur yang backup,” katanya.

    “Saya mau minta ini proses hukum aja ini,” tegas Dedi Mulyadi.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Diduga Sunat Uang Kompensasi Sopir Angkot di Puncak Bogor, Organda: Sebagai Ucapan Terimakasih

    (Tribunnews.com/Rifqah) (TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani) (Wartakotalive.com/Valentino Verry) (Kompas.com)

  • 1
                    
                        Bantah Potong Uang Kompensasi Dedi Mulyadi, Dishub: Itu Keikhlasan Sopir
                        Bandung

    1 Bantah Potong Uang Kompensasi Dedi Mulyadi, Dishub: Itu Keikhlasan Sopir Bandung

    Bantah Potong Uang Kompensasi Dedi Mulyadi, Dishub: Itu Keikhlasan Sopir
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com –
    Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menegaskan bahwa pemotongan uang kompensasi bagi sopir angkot di kawasan Puncak Bogor, bukan dilakukan oleh petugas Dishub, melainkan bentuk keikhlasan dari para sopir sendiri.
    Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kabupaten Bogor, Dadang Kosasih, menyebut bahwa tidak ada paksaan dalam pemberian uang tersebut.
     
    Menurutnya, para sopir awalnya secara sukarela menyerahkan uang kepada Kelompok Koperasi Serba Usaha (KKSU).
    “Tadinya sopir memberikan seikhlasnya ke KKSU, tetapi kemudian berkembang, ada pemotongan Rp 200.000,” kata Dadang saat ditemui di Pos Dishub Gadog, Puncak Bogor, Jumat (4/4/2025).
    Ia menjelaskan bahwa simpang siur informasi di media sosial yang menyebut adanya pemotongan oleh Dishub atau Organda tidak benar.
    Hal tersebut, menurutnya, terjadi karena miskomunikasi antar pihak.
    “Terkait informasi yang di luar yang simpang siur dalam artian dari mulai Organda, Dishub, dengan KKSU, dan pemilik kendaraan kita sudah sepakat bahwa yang tersampaikan oleh kemarin di sampaikan ke Gubernur itu sama sekali tidak benar. Hal ini karena mis komunikasi,” ujarnya.
    Total dana sebesar Rp 11,2 juta yang sebelumnya dikumpulkan dari para sopir telah dikembalikan sepenuhnya.
    “Sekarang hari ini kita sudah saksikan semua bahwa yang potongan Rp 200.000, Rp 100.000, dan Rp 50.000, yang jumlahnya Rp 11,2 juta sudah diserahkan kembali ke sopir. Ini murni dari KKSU langsung yang kemarin ada pungutan itu ternyata itu keikhlasan dari sopir,” ujar Dadang.
    Sebelumnya diberitakan, sejumlah sopir angkot di Bogor menyampaikan keluhannya kepada Gubernur Jabar Dedi Mulyadi karena uang kompensasi agar tidak beroperasi selama arus mudik dan balik Lebaran 1446 Hijriah dipotong sebesar Rp 200.000 per kepala oleh oknum petugas.
    Dedi Mulyadi memberikan uang kompensasi kepada sopir angkot, kusir delman, penarik becak hingga pengemudi ojek sebesar Rp 3 juta per orang.
    Kompensasi itu diberikan dalam dua tahap dengan rincian, uang tunai Rp 1 juta dan paket sembako senilai Rp 500.000 yang dibagikan dua tahap, sebelum dan sesudah Lebaran.
    Dedi meminta, para sopir angkot tidak perlu khawatir karena dirinya akan mengganti kerugian akibat ulah oknum petugas Dishub Organda dan KKSU.
    “Untuk sopir angkot yang dipotong jangan cemas ya, saya akan siapkan Rp 200.000 lagi sebagai uang pengganti,” ujarnya dalam rekaman yang video yang diterima Kompas.com, Jumat (4/4/2025).
    Dedi juga akan membawa kasus pemotongan uang yang dilakukan oleh oknum petugas Organda dan KKSU ini ke ranah hukum.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sopir Angkot Ngadu Uang Kompensasi Disunat Rp200 Ribu, Dedi Mulyadi: Saya Minta Polisi Menangkap! – Halaman all

    Sopir Angkot Ngadu Uang Kompensasi Disunat Rp200 Ribu, Dedi Mulyadi: Saya Minta Polisi Menangkap! – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sopir angkot di Kabupaten Bogor, mengaku uang kompensasi dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, disunat oknum.

    Seorang sopir angkot bernama Emen mengatakan, potongan itu dibuat seolah-olah iuran seikhlasnya dari para sopir angkot. Namun, iuran itu dipatok Rp200 ribu.

    Sebelum Lebaran 2025, Dedi Mulyadi menyerahkan secara simbolis kompensasi untuk sopir angkot.

    Kompensasi itu dari Bank Jabar Peduli dan Baznas.

    Adapun total bantuan yang diberikan senilai Rp1 juta dan sembako senilai Rp500 ribu.

    “Ini kan bantuannya bukan dari saya, satu bantuan dari Bank Jabar Peduli, kedua bantuan dari Baznas.”

    “Total nilainya Rp1 juta dalam bentuk uang. Rp500 ribu dalam bentuk paket makanan pokok, kan gitu. Terus yang terjadi seperti apa?” kata Dedi Mulyadi, dikutip dari YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Jumat (4/4/2025).

    Kepada Gubernur Jawa Barat, Emen pun menceritakan soal pemotongan uang bantuan yang diterima sopir angkot.

    “Yang terjadi, kan uang Rp1 juta ya. Bilangnya yang mungut itu keikhlasan tapi keikhlasannya itu ditarget Rp200 ribu,” ucap Emen.

    Mendengar hal itu, Dedi Mulyadi lantas menanyakan siapa pihak yang melakukan pemotongan uang bantuan tersebut.

    “Berarti dipotong Rp200 ribu? Yang motongnya siapa?” tanya Dedi Mulyadi.

    Emen menuturkan, pemotongan itu dilakukan oleh oknum pegawai Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, Organisasi Angkutan Darat (Organda), dan KKSU.

    Menurut Dedi Mulyadi, seharusnya uang bantuan itu diberikan oleh Dishub kepada para sopir angkot.

    “Yang terjadi pemotongan Rp200 ribu. Dari Dishub (Kabupaten Bogor), Organda sama KKSU,” ungkap Emen.

    Emen pun mengaku tak tahu uang itu akan dipergunakan untuk apa. Ia hanya menuruti permintaan tersebut.

    “Makanya kita nanya buat apa uangnya, kalau kita tahu jelas mah gak apa-apa,” jelasnya.

    Dedi Mulyadi terus mencecar aliran uang tersebut dan siapa pelakunya.

    “Kita cuma diminta Rp200 ribu, semuanya. Kita nyerahin Rp4 juta, Ketua KKSU yang terima uang, Pak Nandar,” sebutnya.

    Dedi Mulyadi menyebut, apa yang dilakukan oknum tersebut merupakan aksi premanisme.

    Ia pun akan membawa kasus ini ke ranah hukum.

    “Itu preman yang berbaju seragam. Nanti kalau kemudian saya proses, saya minta polisi menangkap orang-orang yang motonginnya, Bapak bersedia jadi saksi?” terang Dedi Mulyadi.

    “Siap,” tegas Eman.

    “Ya udah saya backup, saya mau minta ini proses hukum saja,” timpal Dedi Mulyadi.

    Sementara itu, Sekretaris DPC Organda Kabupaten Bogor, Haryandi, membantah adanya pemotongan uang kompensasi untuk sopir angkot.

    Berdasarkan hasil penelusurannya, hal tersebut merupakan inisiatif dari sejumlah pengurus komunitasnya masing-masing.

    “Itu tidak benar adanya, tetapi betul ada anggota kami di lapangan menerima sejumlah uang sebagai ucapan terima kasih.”

    “Yang sifatnya seikhlasnya dari beberapa para pengurus paguyuban atau komunitas,” terangnya, Kamis (3/4/2025), dilansir TribunnewsBogor.com.

    Haryandi mengungkapkan, uang yang terkumpul sebagai ucapan terima kasih tanpa dipatok dari para sopir angkot itu berjumlah Rp3,2 juta.

    Ia pun menegaskan, jika dalam menghimpun uang tersebut tanpa ada paksaan.

    Selain itu, kata dia, tidak semua sopir angkot memberikan uang yang disebutnya sebagai ucapan terima kasih tersebut.

    Disebut uang ucapan terima kasih lantaran timnya telah membantu proses pendataan dalam Waktu singkat setelah kebijakan kompensasi bagi sopir angkot itu diterapkan.

    “Sekali lagi, kami dari Organda Kabupaten Bogor menyatakan bahwa hal pemotongan tidak benar adanya.”

    “Tetapi hanya menerima imbalan terima kasih sesuatu yang sekali lagi sifatnya sukarela,” tandasnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Diduga Sunat Uang Kompensasi Sopir Angkot di Puncak Bogor, Organda: Sebagai Ucapan Terimakasih

    (Tribunnews.om/Nanda Lusiana, TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani)

  • 7
                    
                        Uang Kompensasi dari Dedi Mulyadi Disunat Oknum, Sopir Angkot Cuma Terima Rp 400.000
                        Bandung

    7 Uang Kompensasi dari Dedi Mulyadi Disunat Oknum, Sopir Angkot Cuma Terima Rp 400.000 Bandung

    Uang Kompensasi dari Dedi Mulyadi Disunat Oknum, Sopir Angkot Cuma Terima Rp 400.000
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com –
    Dugaan pemotongan
    uang kompensasi
    bagi sopir angkutan kota (angkot) terjadi di Kabupaten
    Bogor
    , Jawa Barat.
    Seorang
    sopir angkot
    jurusan Cisarua, Ade (58), mengungkapkan bahwa ia seharusnya menerima uang kompensasi sebesar Rp 1 juta, namun mengalami pemotongan hingga Rp 200.000 per orang oleh oknum dari Dinas Perhubungan (Dishub) dan Organda.
    “Uangnya dicokot per-satu orang Rp 200 ribu, jadi bantuan (dari
    Dedi Mulyadi
    ) itu kita nggak nerima utuh,” kata Ade saat ditemui di dalam angkotnya, Jumat (4/4/2025).
    Ade menjelaskan bahwa petugas sempat menyampaikan bahwa pemotongan tersebut diperuntukkan bagi para pengurus sebagai uang iuran sukarela.
    Menurutnya, pemotongan ini tidak hanya dialami olehnya, tetapi hampir semua sopir angkot juga merasakannya.
    Bantuan uang tunai yang diterima bervariasi, dengan jumlah antara Rp 800.000 hingga Rp 400.000.
    “Kalau saya cuman nerima Rp 400.000 karena Rp 800.000 itu kan harus dibagi lagi ama yang punya mobil (angkot). Jadi yang saya terima di tangan Rp 400.000 aja,” ungkapnya.
    Ade menambahkan bahwa semua sopir angkot mengalami pemotongan yang sama, sehingga banyak dari mereka yang mengeluh.
    “Makanya, temen-temen sopir pada komplain. Kok kayak gini, jadi tersiksa. Waktunya rame kok malah dicegat (diliburkan), padahal duitnya aja dipotong,” imbuhnya.
    Awalnya, Ade mendukung kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang meliburkan angkot untuk mencegah kemacetan.
    Namun, kini ia merasa kebijakan tersebut justru merugikan sopir angkot, meskipun ada uang kompensasi.
    “Momen libur Lebaran adalah ladang rezeki bagi para sopir angkot. Uang yang dihasilkan selama libur Lebaran bisa menghidupi keluarga,” jelasnya.
    “Kita mau diliburkan, tapi uang (kompensasi) harusnya tetep utuh, jangan dipotong-potong. Udah mah dicegat enggak boleh narik, duit bantuannya dipotong pula, kita nggak ikhlaslah. Berapa unit totalnya, bisa sampai puluhan juta itu kalau dikumpulin,” tambah Ade.
    Sebagai bentuk protes, Ade mengaku akan tetap beroperasi sesuai rute bersama rekan-rekannya. “Kita tetep narik lah, bodo amat mau melanggar. Duit bantuannya aja dipotong per-orang,” pungkasnya.
    Sebelumnya, Gubernur Dedi Mulyadi meliburkan operasional angkot di jalur wisata Puncak Bogor selama libur Hari Raya Idul Fitri 1446 H, yang berlangsung satu pekan penuh.
    Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi kemacetan di sepanjang jalur Puncak Bogor.
    “Dengan kebijakan ini, diharapkan jalur Puncak lebih lancar dan nyaman bagi pemudik, dari mulai jalan Raya Ciawi hingga ke Puncak,” kata Dedi saat berkunjung ke Polres Bogor, Kamis (27/3/2025).
    Sebagai dukungan, sopir angkot yang diliburkan dijanjikan mendapatkan uang kompensasi sebesar Rp 1,5 juta dan sembako.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.