Produk: SBN

  • BI Ungkap Utang Luar Negeri RI Melambat, Totalnya Rp 6.949 T

    BI Ungkap Utang Luar Negeri RI Melambat, Totalnya Rp 6.949 T

    Jakarta

    Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia tumbuh melambat pada November 2024. Berdasarkan catatan BI, ULN Indonesia pada November 2024 sebesar US$ 424,1 miliar atau sekitar Rp 6.949.337.503.430.001 (asumsi kurs Rp 16.327 pukul 10.51 WIB).

    Secara tahunan, angka tersebut tumbuh 5,4% yoy, lebih rendah dibanding pertumbuhan pada Oktober 2024 sebesar 7,7% yoy. “Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ULN sektor publik dan penurunan ULN swasta,” kata Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, Kamis (16/1/2025).

    Ramdan mengatakan, ULN pemerintah tumbuh lebih rendah pada November 2024 yang tercatat sebesar US$ 203,0 miliar atau tumbuh sebesar 5,4% yoy, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Oktober 2024 sebesar 8,6% yoy.

    Ia mengatakan, perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional dan penarikan pinjaman luar negeri yang digunakan untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek pemerintah.

    Sementara ULN swasta tercatat menurun. Ramdan mengatakan pada November 2024, posisi ULN swasta tercatat sebesar US$ 194,6 miliar atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,6% yoy, lebih dalam dari kontraksi 1,4% yoy pada Oktober 2024.

    “Perkembangan tersebut terutama didorong oleh ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (non-financial corporations) yang mencatat kontraksi 1,7% yoy,” terangnya.

    Ramdan mengatakan, struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Ia mengatakan, hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga sebesar 30,5% pada November 2024.

    Selain itu, dominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 84,7% dari total ULN juga menjadi salah satu faktor yang menjadi kesehatan ULN. BI dan pemerintah, kata Ramdan, akan terus menjaga agar struktur ULN tetap sehat melalui perkuatan koordinasi dalam pemantauan perkembangan.

    “Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian,” tutupnya.

    Tonton juga Video: Pemerintah Ajukan Utang Luar Negeri Rp 29 Triliun pada 2024

    (rrd/rrd)

  • Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan pada Level Rp 16.387 Per Dolar AS

    Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan pada Level Rp 16.387 Per Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini, Kamis (16/1/2025), masih tertekan.

    Dari data Bloomberg pada pukul 09.17 WIB di pasar spot exchange, rupiah berada pada level Rp 16.387 per dolar AS atau melemah 62 poin (0,38%).

    Sehari sebelumnya, nilai tukar rupiah juga tertekan dan melemah sebesar 0,34% ke level Rp 16.325 per dolar AS. Sementara itu dalam pasar obligasi, imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun 1 bps menjadi 7,27% dan indeks obligasi turun sebesar 0,06%.

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melaporkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awal tahun hingga 14 Januari 2025 melemah sebesar 1,00% dari level nilai tukar akhir 2024. Menurutnya, nilai tukar rupiah masih terkendali di tengah ketidakpastian global yang tinggi, didukung oleh kebijakan stabilisasi BI.

    Dikatakan Perry, penurunan nilai tukar relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara lainnya, seperti rupee India, peso Filipina, dan baht Thailand yang masing-masing melemah sebesar 1,20%, 1,33%, dan 1,92%.

    Sementara itu, pada saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih tertekan, Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan hari ini bergerak di zona hijau. IHSG pada pukul 09.10 WIB menguat 0,69% atau 49,01 poin ke level 7.128,5.

  • BI Rate Turun Jadi 5,75%, Ramai Ekonom Kaget

    BI Rate Turun Jadi 5,75%, Ramai Ekonom Kaget

    Jakarta, CNBC Indonesia – Keputusan dewan gubernur Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75% pada Januari 2025 membuat sejumlah kalangan ekonom terkejut. Sebab, pemangkasan ini dilakukan BI tatkala kurs rupiah malah sedang tertekan di level .

    Pasca Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2025 pada pukul 14.00 WIB tadi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun langsung tertekan lebih dalam. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,34% di angka Rp16.315/US$ pada hari ini, Rabu (15/1/2025). Hal ini berbanding terbalik dengan posisi kemarin (14/1/2025) yang menguat 0,06%.

    Di sisi lain, konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 15 lembaga/institusi secara absolut memproyeksikan bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya di level 6%. Maka, tak heran bahwa sejumlah ekonom kenamaan di dalam negeri terkejut dengan keputusan BI, karena BI juga telah menahan suku bunganya selama empat bulan beruntun.

    Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menjadi salah satu ekonom yang mengaku terkejut dengan keputusan dewan gubernur BI hari ini. Ia mengungkapkan, ini karena kurs rupiah saat ini tengah tertekan, meskipun dari sisi tekanan inflasi sangat terkendali.

    “Iya ini unexpected. Dari segi inflasi memang sangat terkendali, sehingga ada ruang untuk dorong pertumbuhan. Tapi, memang kurs juga agak tertekan,” tegas David kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/1/2025).

    Meski begitu, David mengakui untuk menghadapi tekanan kurs saat ini, BI memiliki banyak senjata, di antaranya ialah melalui instrumen operasi moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang memiliki suku bunga atau imbal hasil sangat cukup menarik. Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per 10 Januari 2025 di level 7,06%; 7,10%; dan 7,23%.

    “Jadi BI tampaknya akan mencoba jaga attractiveness Rupiah via SRBI rate yang relatif menarik,” tegas David.

    Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo juga menjadi salah satu ekonom yang mengungkapkan keterkejutannya. Namun, ia menitikberatkan bahwa kebijakan pemangkasan BI Rate ini dilakukan saat surat berharga di dalam negeri tengah dalam posisi tertekan.

    Sebagaimana diketahui, pada pekan kedua Januari 2025, berdasarkan catatan Bank Indonesia, pasar SBN Indonesia mulai bergejolak, karena para investor mulai melakukan aksi jual neto sebesar Rp 2,9 triliun, padahal pada pekan pertama Januari 2025 masih tercatat beli neto Rp 1,94 triliun.

    “Jadi timingnya cukup surprising, mengingat ada tekanan ke surat berharga dalam negeri. Upside nya memang masih ada ruang karena Fed Fund Rate (suku bunga Bank Sentral AS) dan BI rate ada gap 1,5%, dan ini membantu mengurangi beban utang pemerintah,” ucap Banjaran.

    Kendati demikian, Banjaran mengakui, keputusan penurunan BI Rate tersebut sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah pada Januari 2025 yang lebih rendah dibandingkan pelemahan nilai tukar negara yang memiliki kapasitas ekonomi setara dengan Indonesia.

    BI pun mencatat nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Januari 2025 (hingga 14 Januari 2025) hanya melemah sebesar 1,00% (ptp) dari level nilai tukar akhir 2024. Perkembangan ini relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya, seperti rupee India, peso Filipina, dan baht Thailand yang masing-masing melemah sebesar 1,20%; 1,33%; dan 1,92%.

    “⁠Keputusan tersebut juga didorong oleh tetap rendahnya perkiraan inflasi pada 2025 dan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ucap Banjaran.

    Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang juga mengaku terkejut atas keputusan hasil RDG BI bulan ini. Ia mengatakan, BI secara tak terduga memangkas suku bunga acuan menjadi 5,75% di tengah kondisi kurs yang tengah bergerak di level Rp 16.300/US$.

    “Dengan Rupiah yang berpotensi bergerak di sekitar 16.300 pada kuartal I-2025, mengikuti tren mata uang Asia lainnya seperti Baht Thailand, Peso Filipina, dan Rupee India, tekanan depresiasi berpotensi masih akan terus berlanjut,” ucap Hosianna.

    Ia menganggap, sebagai respons dari kebijakan BI Rate ini, di tengah tekanan kurs, BI akan mempertahankan penerbitan SRBI untuk menjaga stabilitas rupiah terhadap dolar AS. Hosianna memperkirakan penerbitan obligasi secara bruto instrumen itu akan meningkat menjadi Rp 1,44 triliun.

    “Untuk mengelola likuiditas, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal, termasuk meningkatkan pembelian obligasi pemerintah di pasar sekunder melalui pengalihan utang,” tuturnya.

    Di luar tiga ekonom itu, sebetulnya juga ada beberapa ekonom yang tak terkejut dengan keputusan BI, di antaranya ialah Head of Macroeconomic and Financial Market Research Permata Bank Faisal Rachman. Ia mengatakan, sebetulnya ruang keputusan pemangkasan suku bunga acuan oleh dewan gubernur BI itu telah terbuka sejak Desember 2024.

    “Keputusan BI dalam RDG bulan Januari 2025 untuk memotong BI-rate sebesar 25 bps ke 5,75% tidak terlalu mengejutkan. Karena sebenarnya ruang pemotongan sudah ada sejak Desember 2024 seperti penjelasan kami bulan Desember lalu,” tutur Faisal.

    Meski nilai tukar rupiah memang cenderung melemah bulan Januari 2025 ini, namun Faisal mengingatkan, permasalahan tekanan kurs ini ini merupakan fenomena global, karena dolar AS menguat hampir ke semua mata uang dunia, seiring dengan ketidakpastian global yang tetap berlangsung. BI pun menganggap tekanan kurs ini sudah mulai dapat terukur dan terkendali.

    Yang menjadi masalah adalah risiko pada sisi pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi pada 2025 menurutnya kemungkinan akan tertekan baik dari faktor dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri, risiko Trade War akibat Trump 2.0 akan berisiko menurunkan kinerja ekspor Indonesia.

    Sementara itu, dari dalam negeri, risiko pelemahan tingkat permintaan akan berlanjut, seperti yang terindikasi dari inflasi yang sangat rendah mendekati batas bawah target sasaran, yang menunjukkan lemahnya tingkat permintaan.

    “Jadi langkah BI ini sebenarnya sudah sesuai dengan view kami sebelumnya, namun pemotongan di Desember tertunda ke Januari,” ucap Faisal.

    Ekonom Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto juga memiliki sikap serupa dengan Faisal. Ia mengaku tak terkejut dengan keputusan Perry Cs karena sinyal ekonomi melemah sudah ia wanti-wanti sedari lama, sehingga terus mendorong BI untuk menurunkan suku bunga acuannya.

    “Saya sebenarnya tidak kaget ya karena dari beberapa bulan yang lalu saya sih juga menyuarakan supaya suku bunga BI rate ini turun ya demi mendongkrak performa ekonomi Indonesia, terutama dari sisi sektor riil yang memang masyarakat kita butuh suku bunga yang lebih rendah, baik itu untuk kebutuhan bisnis maupun untuk kebutuhan terkait konsumsi,” kata Myrdal.

    Ia pun menganggap wajar BI Rate awal tahun ini turun, karena transmisi imported inflation dari pelemahan kurs beberapa waktu terakhir tidak terjadi, tercermin dari angka inflasi yang sangat rendah di level 1,57% pada 2024.

    “Dan gap antara BI rate dan inflasi juga sangat lebar jadi sebenarnya masih banyak ruang untuk BI rate turun dan ditambah lagi kita lihat pressure imported inflation ke depan nya pun juga so far so good, kalau kita lihat tidak terlalu melonjak,” ucapnya.

    “Apalagi kalau kita cermati dari pergerakan harga komoditas terutama minyak juga saat ini sulit untuk melonjak signifikan, walaupun ada perang di mana-mana tapi harga minyak masih konsisten di bawah level US$ 82 per barel,” tegas Myrdal.

    Ia menekankan, BI rate yang rendah saat ini sangat dibutuhkan Indonesia karena untuk menyinergikan antara kebijakan fiskal yang sudah sangat didesain tahun ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berpotensi melemah.

    Di sisi lain, program-program prioritas Presiden Prabowo Subianto juga ia ingatkan sebetulnya butuh dukungan dari kebijakan moneter yang longgar dari BI, di antaranya ialah program pembangunan 3 juta rumah per tahun, dan berbagai program penyelamatan daya beli supaya penjualan barang tahan lama seperti otomotif dapat kembali bergeliat.

    “Jadi walaupun pemerintah sudah jor-joran beri insentif fiskal dan PPN yang naik hanya diberikan untuk beberapa golongan yang sangat selektif tapi kalau misalnya BI rate tidak turun ini kelihatannya kurang greget ya makanya kita apresiasi lah BI rate sudah turun,” ungkapnya.

    (arj/haa)

  • Rupiah Menguat terhadap Dolar AS di Tengah Rencana Tarif Perdagangan Donald Trump – Page 3

    Rupiah Menguat terhadap Dolar AS di Tengah Rencana Tarif Perdagangan Donald Trump – Page 3

    Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah menguat terhadap dolar AS pada Selasa pagi. Rupiah menguat 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.265 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.283 per dolar AS.

    Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, nilai tukar atau kurs rupiah melemah seiring tren apresiasi dolar Amerika Serikat (AS) karena dipicu rilis data pasar tenaga kerja AS yang menguat.

    Tercatat, data tenaga kerja AS Non Farm Payrolls (NFP) pada Desember 2024 tercatat sebesar 256 ribu, lebih baik dari bulan sebelumnya yang sebesar 212 ribu.

    “Data tersebut menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat pada Desember 2024, sehingga menimbulkan kekhawatiran atas arah kebijakan suku bunga The Fed yang high for longer,” ujarnya dikutip dari Antara, Selasa (14/1/2025).

    Depresiasi kurs rupiah dan kenaikan yield UST (US Treasuries) mempengaruhi yield Surat Berharga Negara (SBN) yang naik 7-11 basis points (bps).

    Sepanjang hari Senin, 13 Januari 2025, volume perdagangan obligasi pemerintah membukukan Rp16,81 triliun, lebih tinggi dari volume perdagangan Jumat, 10 Januari 2025 sebesar Rp12,23 triliun.

    “Pemerintah menggelar lelang obligasi pada Senin, 13 Januari 2025 untuk seri SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) dengan target indikatif sebesar IDR10 triliun. Seri yang dilelang dalam lelang ini adalah SPNS6mo, SPNS9mo, PBS003, PBS030, PBS034, PBS039, dan PBS038,” kata dia.

    Di sisi lain, laporan terbaru dari tim ekonomi Presiden AS terpilih Donald Trump mengenai pendekatan moderat untuk kenaikan tarif impor memicu sentimen risk on di pasar keuangan. Namun, investor cenderung tetap berhati-hati hari ini karena mereka akan menunggu rilis data Consumer Price Index (CPI) AS Desember 2024 pada Rabu, 15 Januari 2025.

     

     

  • Rupiah diperkirakan melemah seiring tren apresiasi dolar AS

    Rupiah diperkirakan melemah seiring tren apresiasi dolar AS

    pasar tenaga kerja AS masih ketat pada Desember 2024, sehingga menimbulkan kekhawatiran atas arah kebijakan suku bunga The Fed

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, nilai tukar (kurs) rupiah melemah seiring tren apresiasi dolar Amerika Serikat (AS) karena dipicu rilis data pasar tenaga kerja AS yang menguat.

    Tercatat, data tenaga kerja AS Non Farm Payrolls (NFP) pada Desember 2024 tercatat sebesar 256 ribu, lebih baik dari bulan sebelumnya yang sebesar 212 ribu.

    “Data tersebut menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat pada Desember 2024, sehingga menimbulkan kekhawatiran atas arah kebijakan suku bunga The Fed yang high for longer,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

    Depresiasi kurs rupiah dan kenaikan yield UST (US Treasuries) mempengaruhi yield Surat Berharga Negara (SBN) yang naik 7-11 basis points (bps).

    Sepanjang hari Senin (13/1), volume perdagangan obligasi pemerintah membukukan Rp16,81 triliun, lebih tinggi dari volume perdagangan Jumat (10/1) sebesar Rp12,23 triliun.

    “Pemerintah menggelar lelang obligasi (pada Senin 13/1) untuk seri SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) dengan target indikatif sebesar IDR10 triliun. Seri yang dilelang dalam lelang ini adalah SPNS6mo, SPNS9mo, PBS003, PBS030, PBS034, PBS039, dan PBS038,” kata dia.

    Di sisi lain, laporan terbaru dari tim ekonomi Presiden AS terpilih Donald Trump mengenai pendekatan moderat untuk kenaikan tarif impor memicu sentimen risk on di pasar keuangan. Namun, investor cenderung tetap berhati-hati hari ini karena mereka akan menunggu rilis data Consumer Price Index (CPI) AS Desember 2024 pada Rabu (15/1).

    Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.265 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.283 per dolar AS.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan pada Level Rp 16.387 Per Dolar AS

    Kembali Melemah, Nilai Tukar Rupiah Tertekan pada Level Rp 16.271 Per Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini, Senin (13/1/2025), kembali melemah.

    Dari data Bloomberg pada pukul 09.55 WIB di pasar spot exchange, rupiah berada pada level Rp 16.271 per dolar AS atau melemah 81,5 poin (0,50%).

    Sebelumnya pada perdagangan akhir minggu lalu, nilai tukar rupiah menguat 0,17% ke posisi Rp 16.190 per dolar AS. Sementara itu dalam pasar obligasi, imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun 3 bps ke level 4,18% dan indeks obligasi turun tipis 0,01%.

    Dalam merespons kondisi pelemahan rupiah, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir telah menahan suku bunga acuan pada level 6%.

    Sementara itu, pada saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus tertekan, indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini juga dibuka melemah. IHSG pada pukul 09.30 WIB melemah 0,31% atau 22,18 poin ke level 7.066,6.

  • Saham Bukalapak Makin Merosot, Hari Ini Dibuka Melemah – Halaman all

    Saham Bukalapak Makin Merosot, Hari Ini Dibuka Melemah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) kembali merosot. Pada perdagangan Kamis (9/1/2025) ini, harga per saham dibuka sebesar Rp 115.

    Harga saham BUKA hari ini dibuka lebih rendah dibanding hari sebelumnya, yaitu sebesar Rp 117.

    Harga saham BUKA pada pukul 09.10 WIB sempat menyentuh Rp 112 per saham. Kapitalisasi pasar BUKA saat ini sebesar Rp 11,76 triliun.

    Sebagaimana diketahui, Bukalapak hanya menutup layanan marketplace yang selama ini dikelolanya mulai Selasa 7 Januari 2025.

    Manajemen Bukalapak menyampaikan pemberitahuan ini melalui surat elektronik yang diunggah di blog Bukalapak.

    Dalam pernyataan resminya, mereka menyatakan menghentikan operasional penjualan produk fisik seperti barang elektronik, gadget, busana, dan sebagainya di marketplace Bukalapak.

    Strategi ini mereka ambil sebagai transformasi untuk fokus pada produk virtual (seperti pulsa prabayar, token listrik, dan sebagainya).

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis Bukalapak di blognya.

    Namun begitu, pengguna masih dapat membuat pesanan hingga Kamis, 9 Februari 2025 pukul 23.59 WIB untuk produk fisik di Bukalapak.

    Rincian produk fisik yang masih dapat dipesan hingga 9 Februari 2025 di marketplace Bukalapak adalah Aksesoris Rumah, Elektronik, Evoucher, Fashion Anak, Fashion Pria, Fashion Wanita, Food, Games, Handphone Hobi & Koleksi, Industrial, Kamera.

    Lalu produk Kesehatan, Komputer, Logam Mulia, Luxury Media Mobil, Part & Aksesoris, Motor Olahraga, Perawatan & Kecantikan, Perawatan Rumah Tangga, Personal Care, Rumah Tangga, Sepeda, Tiket & Voucher, Vape.

    Kemudian, mulai 1 Februari 2025, Bukalapak akan menonaktifkan fitur untuk menambahkan produk baru.

    Pelapak tidak dapat menambah produk baru setelah periode ini.

    Semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret 2025 pukul 23.59 WIB akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem. Dana dari pesanan yang dibatalkan akan dikembalikan kepada pembeli melalui BukaDompet.

    Ke depan, Bukalapak hanya akan fokus menjual produk virtual seperti Pulsa Prabayar. Paket Data. Token Listrik, Listrik Pascabayar, Prakerja, Angsuran Kredit, iuran BPJS Kesehatan, Air PDAM, Telkom, Pulsa Pascabayar, TV Kabel & Internet. Pajak PBB, Penerimaan Negara, Voucher Streaming. Bayar Denda Tilang, Bayar PPh Final, Bayar PPN Bayar, PPh 21, Bayar SBN, Bayar Bea BPJS Ketenagakerjaan BMoney Voucer dan Digital Emas.

    Bukalapak menyediakan panduan untuk penjual menjelang penutupan layanan marketplace ini.

    Pada blog resminya, Bukalapak menyediakan panduan dan langkah bagi pedagang untuk menarik saldo dan pengembalian dana, serta mengunduh data transaksi dan riwayat penjualan.

    “Kami sepenuhnya memahami bahwa perubahan ini akan berdampak pada usaha Pelapak, dan kami berkomitmen untuk membuat proses transisi ini berjalan sebaik mungkin,” tulis Bukalapak. 

  • Bukalapak tidak tutup, ini layanan virtual yang jadi fokus perusahaan

    Bukalapak tidak tutup, ini layanan virtual yang jadi fokus perusahaan

    Sumber foto: Antara/elshinta.com

    Bukalapak tidak tutup, ini layanan virtual yang jadi fokus perusahaan
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 08 Januari 2025 – 19:07 WIB

    Elshinta.com – Salah satu e-commerce terbesar di Indonesia, Bukalapak, baru-baru ini mengumumkan akan menghentikan layanan penjualan produk fisik di platform marketplace mereka dalam waktu dekat.

    Namun, berdasarkan pengumuman yang diunggah pada situs resmi blog perusahaan, yang diakses Rabu, Bukalapak tidak tutup, melainkan saat ini mereka akan segera bertransisi ke produk virtual.

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada produk virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak,” tulis perusahaan seperti dikutip pada Rabu.

    Adapun produk-produk virtual yang dimaksud adalah seperti pulsa prabayar dan pascabayar, paket data internet, token listrik, listrik pascabayar, Prakerja, Bukasend, BMoney, voucher streaming, voucher digital emas, dan TV kabel & internet.

    Perusahaan juga akan berfokus pada penyediaan layanan seperti angsuran kredit, pajak PBB, bayar denda tilang, bayar bea, PPh final, PPh 21, PPN, SBN, Penerimaan Negara, BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, hingga pembayaran PDAM dan Telkom.

    Pada 9 Februari 2025 pukul 23:59 WIB akan menjadi tanggal terakhir pembeli dapat membuat pesanan untuk kategori produk fisik seperti kategori aksesoris rumah, elektronik, fashion, games, perawatan rumah tangga, peralatan kantor, perawatan dan kecantikan, otomotif, dan masih banyak lagi.

    Sementara mulai 1 Februari mendatang, fitur untuk menambahkan produk baru akan dinonaktifkan. Pelapak tidak dapat menambah produk baru setelah periode ini.

    Para penjual atau pelapak disarankan untuk menyelesaikan pengelolaan pesanan yang masuk sebelum tanggal akhir operasional Marketplace untuk menghindari pembatalan otomatis pesanan yang belum terpenuhi.

    “Semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret 2025 pukul 23:59 WIB akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem. Dana dari pesanan yang dibatalkan akan dikembalikan kepada pembeli melalui BukaDompet,” ujar perusahaan.

    Kebutuhan lainnya seperti pencairan dana di luar dari tanggal 14 Maret 2024 dapat dilakukan via email kepada Bukalapak melalui: bl.id/bukabantuan.

    “Kami berkomitmen untuk mendukung seluruh pengguna Bukalapak selama masa transisi ini. Jika ada pertanyaan lebih lanjut atau membutuhkan bantuan, silakan hubungi BukaBantuan,” perusahaan menambahkan.

    Sumber : Antara

  • Bukalapak Bakal Lapor Menko Airlangga Terkait Penutupan Layanan Marketplace  – Halaman all

    Bukalapak Bakal Lapor Menko Airlangga Terkait Penutupan Layanan Marketplace  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, perusahaan Bukalapak bakal melaporkan penutupan layanan marketplace pada pekan depan.

    “Dia (Bukalapak) mau laporan, saya mau dengar dulu,” kata Airlangga kepada wartawan di Gedung Ali Wardhana, Rabu (8/1/2025).

    “Mungkin Minggu depan,” sambungnya.

    Airlangga menegaskan bahwa upaya pelaporan Bukalapak ke Kemenko Perekonomian merupakan inisiatif dari perusahaan. Artinya, pemerintah tidak secara langsung mengundang adanya pertemuan itu.

    “Datang sendiri, enggak dipanggil juga datang,” imbuhnya menegaskan.

    Adapun Bukalapak mengumumkan penutupan layanan produk fisik di marketplace dan mengubah penjualan hanya produk-produk virtual mulai Selasa (7/1/2025).

    Mengutip keterangan dalam blog resminya, Bukalapak menyebut bahwa perubahan layanan ini merupakan bagian transformasi dari layanan yang sudah berjalan.

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis keterangan resmi dikutip Tribunnews, Rabu (8/1/2025).

    Adapun produk-produk virtual yang dimaksud meliputi Pulsa Prabayar, Paket Data, Token Listrik, Listrik Pascabayar, Prakerja, Bukasend, Angsuran Kredit, BPJS Kesehatan, Air PDAM, Telkom, Pulsa Pascabayar, TV Kabel & Internet, Pajak PBB, Penerimaan Negara.

    Kemudian Voucher Streaming, Bayar Denda Tilang, Bayar PPh Final, Bayar PPN, Bayar PPh 21, Bayar SBN, Bayar Bea, BPJS Ketenagakerjaan, BMoney, Voucher Digital Emas.

  • Bukalapak Hanya Jual Produk Virtual, Pengamat: Upaya Bertahan di Industri Start-up – Halaman all

    Bukalapak Hanya Jual Produk Virtual, Pengamat: Upaya Bertahan di Industri Start-up – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Teknologi dan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi berpendapat, penutupan layanan marketplace di e-commerce Bukalapak hingga beralih ke penjualan produk-produk virtual, merupakan cara perusahaan untuk bertahan di industri start-up.

    “Sehingga ya mungkin nampaknya dan mungkin ini alternatif yang dapat mungkin dipertahankan oleh Bukalapak. Sambil mungkin nama Bukalapak itu tetap ada,” kata Heru saat dihubungi Tribunnews, Rabu (8/1/2025). 

    Sebab menurut Heru, penjualan produk-produk virtual di platform e-commerce ini sudah marak terjadi. Artinya bukan hanya Bukalapak satu-satunya yang menjual produk virtual.  

    Bahkan, Heru memprediksi peralihan layanan penjualan dari marketplace ke produk-produk virtual ini justru akan menurunkan pasar Bukalapak yang sudah ada sebelumnya.

    “Tapi dengan pasar yang ada juga kan sekarang juga hampir semua e-commerce juga jual hal yang serupa. Jadi ya pasarnya juga tidak sebesar yang mungkin juga kalau hanya satu dua pemainnya,” ungkapnya.

    Di satu sisi, Heru menilai perubahan layanan di Bukalapak ini mengindikasikan bahwa menjadi perusahaan ‘unicorn’ atau memiliki nilai valuasi mencapai Rp 14 triliun lebih tidak akan selamanya menjadi ‘decacorn’ dengan nilai valuasi 10 kali lipat daripada perusahaan unicorn.

    “Karena bisa jadi di tengah jalan terjadi perubahan model bisnis, perubahan kompetisi gitu ya, yang membuat posisi dari yang tadinya unicorn bisa jadi tidak lagi menjadi unicorn, yang decacorn mungkin bisa turun atau apa itu bisa saja terjadi. Jadi tidak level yang selamanya itu bisa disandang,” papar dia.

    Adapun Bukalapak mengumumkan penutupan layanan produk fisik di marketplace dan mengubah penjualan hanya produk-produk virtual mulai Selasa (7/1/2025).

    Mengutip keterangan dalam blog resminya, Bukalapak menyebut bahwa perubahan layanan ini merupakan bagian transformasi dari layanan yang sudah berjalan.

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis keterangan resmi dikutip Tribunnews, Rabu (8/1/2025).

    Adapun produk-produk virtual yang dimaksud meliputi Pulsa Prabayar, Paket Data, Token Listrik, Listrik Pascabayar, Prakerja, Bukasend, Angsuran Kredit, BPJS Kesehatan, Air PDAM, Telkom, Pulsa Pascabayar, TV Kabel & Internet, Pajak PBB, Penerimaan Negara.

    Kemudian Voucher Streaming, Bayar Denda Tilang, Bayar PPh Final, Bayar PPN, Bayar PPh 21, Bayar SBN, Bayar Bea, BPJS Ketenagakerjaan, BMoney, Voucher Digital Emas.