Produk: SBN

  • Utang Luar Negeri RI Jadi Rp 6.881 T, Begini Datanya

    Utang Luar Negeri RI Jadi Rp 6.881 T, Begini Datanya

    Jakarta

    Utang luar negeri (ULN) mengalami penurunan pada kuartal IV tahun 2024 kemarin. Posisi utang Indonesia pada kuartal IV 2024 tercatat sebesar US$ 424,8 miliar atau setara dengan Rp 6.881,7 triliun (asumsi kurs Rp 16.200). Angka ini turun dibandingkan dengan posisi ULN pada kuartal III 2024 yang tercatat sebesar US$ 428,1 miliar.

    Namun, secara tahunan ULN Indonesia tumbuh 4,0%, sedikit melambat pertumbuhannya dibandingkan 8,3% pada kuartal III 2024.

    “Penurunan posisi ULN tersebut bersumber dari ULN sektor publik maupun swasta. Perkembangan posisi ULN kuartal IV 2024 juga dipengaruhi oleh faktor penguatan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Senin (17/2/2025).

    Bila dirinci, ULN dari sektor pemerintah mencatat penurunan. Posisi ULN pemerintah pada kuartal IV 2024 tercatat sebesar US$ 203,1 miliar, turun dibandingkan dengan posisi kuartal III 2024 sebesar US$ 204,1 miliar.

    Secara tahunan, ULN pemerintah tumbuh melambat menjadi 3,3% (yoy) dari 8,4% (yoy) pada kuartal III 2024. Penurunan posisi ULN pemerintah bersumber dari turunnya posisi surat utang dipengaruhi penguatan mata uang dolar AS.

    Sementara itu, pinjaman luar negeri dan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional dan domestik masih mencatat net inflow seiring tetap terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia.

    “Pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara pruden, terukur, dan fleksibel untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal,” kata Ramdan Denny.

    Sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan pengelolaan ULN.

    Berdasarkan sektor ekonomi, Bank Indonesia mencatatkan ULN pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebanyak 20,8% dari total ULN pemerintah. Kemudian ada juga untuk Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 19,7%.

    Lalu, untuk Jasa Pendidikan sebesar 16,7% dari total ULN Pemerintah, Konstruksi sebesar 13,4%, serta Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 9,0%.

    Posisi ULN pemerintah juga dijamin tetap terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah.

    Kemudian ULN sektor swasta juga menurun. Pada kuartal IV 2024, posisi ULN swasta tercatat sebesar US$ 194,1 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi kuartal III 2024 sebesar US$ 196,3 miliar. Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,2%, lebih dalam dibandingkan 0,6% pada kuartal III 2024.

    Perkembangan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 2,5% (yoy) dan 2,1% (yoy).

    Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, Pengadaan Listrik dan Gas, serta Pertambangan dan Penggalian dengan pangsa mencapai 79,5% dari total ULN swasta. ULN swasta juga tetap didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,7% terhadap total ULN swasta.

    Ramdan Denny menegaskan struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 30,4% pada kuartal IV 2024, dari 31,1% pada kuartal III 2024, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 84,8% dari total ULN.

    “Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” papar Ramdan Denny.

    (kil/kil)

  • Rp 9,61 Triliun Modal Asing Cabut dari Indonesia  – Page 3

    Rp 9,61 Triliun Modal Asing Cabut dari Indonesia  – Page 3

     

    Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing mengalir keluar pada pekan kedua Februari 2025. Sepanjang 2025, tercatat masih banyak modal asing yang keluar dari Indonesia.

    Direktur Eksekutif Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, berdasarkan data transaksi 10–13 Februari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp9,61 triliun

    “Nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp9,61 triliun, terdiri dari jual neto Rp2,42 triliun di pasar saham, Rp2,51 triliun di pasar SBN, dan Rp4,68 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” kata Ramdan dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Minggu (15/2/2025).

    Ramdan menambahkan, Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 13 Februari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp7,59 triliun di pasar saham, beli neto Rp10,11 triliun di pasar SBN dan Rp4,60 triliun di SRBI.

    “Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” jelas Ramdan.

    Adapun premi CDS Indonesia 5 tahun per 13 Februari 2025 sebesar 72,22 bps, turun dibanding dengan 7 Februari 2025 sebesar 74,22 bps. Sedangkan Rupiah dibuka pada level (bid) Rp16.280 per dolar AS dan Yield SBN 10 tahun turun di 6,81%.

    Rupiah Sempat Perkasa

    Sebelumnya, Nilai tukar rupiah (kurs) menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat 14 Februari 2025. Kurs rupiah menguat hingga 77,50 poin atau 0,47 persen menjadi 16.283 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 6.361 per dolar AS.

    Analis mata uang Lukman Leong memproyeksikan kurs rupiah akan bergerak menguat pada hari ini, karena dipengaruhi oleh adanya potensi inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) AS serta kebijakan tarif timbal balik yang ditandatangani Presiden AS Donald Trump.

     

  • Aliran Modal Asing Keluar Rp 9,61 Triliun dalam Sepekan

    Aliran Modal Asing Keluar Rp 9,61 Triliun dalam Sepekan

    Jakarta, Beritasatu.com – Bank Indonesia (BI) melaporkan adanya arus keluar modal asing sebesar Rp 9,61 triliun dalam sepekan periode 10-13 Februari 2025. Sebagian besar dana asing yang keluar berasal dari investasi di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

    Ramdan Denny Prakoso selaku kepala departemen komunikasi BI mengungkapkan, aliran keluar modal asing melalui SRBI mencapai Rp 4,68 triliun. Sementara itu, modal asing yang keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 2,51 triliun, dan dari pasar saham sebesar Rp 2,42 triliun.

    “Dalam periode 10-13 Februari 2025, nonresiden mencatatkan jual neto Rp 9,61 triliun. Perinciannya, jual neto Rp 2,42 triliun di pasar saham, Rp 2,51 triliun di pasar SBN, serta Rp 4,68 triliun di SRBI,” ujar Ramdan Denny dalam keterangan resminya, Minggu (16/2/2025).

    Secara kumulatif, sejak awal tahun hingga 13 Februari 2025, investor asing mencatatkan jual neto Rp 7,59 triliun di pasar saham. Di sisi lain, investor asing masih mencatatkan beli neto Rp 10,11 triliun di pasar SBN dan Rp 4,6 triliun di SRBI.

    Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US Treasury Note tenor 10 tahun mengalami kenaikan hingga 4,529% pada Kamis (13/2/2025). Premi risiko investasi Indonesia, yang diukur dengan credit default swap (CDS) tenor lima tahun, turun menjadi 72,22 basis poin pada Kamis (13/2/2025) dibandingkan 74,22 basis poin pada Jumat (7/2/2025).

    Adapun berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dari BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat berada di level Rp 16.285 per dolar AS pada Jumat (14/2/2025).

    “Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah serta otoritas terkait, sambil mengoptimalkan bauran kebijakan guna menjaga stabilitas ekonomi eksternal Indonesia,” tambah Ramdan terkait aliran modal asing yang keluar dari Indonesia. 

  • Modal Asing Rp9,61 Triliun Kabur dari RI Pekan Ini, Investor Ramai Jual SRBI

    Modal Asing Rp9,61 Triliun Kabur dari RI Pekan Ini, Investor Ramai Jual SRBI

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia melaporkan adanya aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia pada pekan kedua Februari 2025 senilai Rp9,61 triliun, meski rupiah terpantau mengalami penguatan. 

    Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 109 poin atau 0,67% ke level Rp16.252 per dolar AS pada Jumat (14/2/2025). 

    Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, data aliran modal yang menjadi indikator stabilitas nilai rupiah tersebut meninggalkan Tanah Air di semua pasar. 

    “Terdiri dari jual neto Rp2,42 triliun di pasar saham, Rp2,51 triliun di pasar surat berharga negara [SBN], dan Rp4,68 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia [SRBI],” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip pada Sabtu (15/2/2025). 

    Secara kumulatif atau mengacu data setelmen sampai dengan 13 Februari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp7,59 triliun di pasar saham. 

    Berbeda dengan pasar saham, investor asing terpantau rajin melakukan aksi beli neto di pasar SBN dan di SRBI yang masing-masing senilai Rp10,11 triliun dan Rp4,60 triliun.

    “Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujar Denny. 

    Sejalan dengan hal tersebut, premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 13 Februari 2025 sebesar 72,22 bps, turun dibandingkan dengan 7 Februari 2025 sebesar 74,22 bps.

    Sementara rupiah dibuka pada level (bid) Rp16.280 per dolar AS pada Jumat pagi (14/2/2025) atau menguat dari penutupan pasar hari Kamis (!3/2/2025) pada level (bid) Rp16.350 per dolar AS.

    Penguatan rupiah tersebut beriringan dengan DXY atau indeks dolar terhadap enam mata uang negara utama, yakni euro, yen Jepang, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss, yang melemah ke level 107,31 pada akhir Kamis (13/2/2025). 

    Di sisi lain, imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun turun ke level 6,82% pada Kamis, dan terus menurun ke 6,81% pada Jumat pagi. 

    Berbeda dengan surat utang yang pemerintah AS keluarkan alias US Treasury Note 10 tahun, yield justru naik ke level 4,529% pada Kamis (13/2/2025). 

    Sebelumnya dalam data historis Bank Indonesia, SRBI yang menjadi instrumen untuk menarik aliran modal masuk tercatat rutin outflow sepanjang 2025. 

    Direktur Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI Triwahyono menyampaikan bahwa outflow dari SRBI terjadi seiring dengan membaiknya aliran modal yang masuk melalui pasar SBN. 

    Bahkan, akibat outflow yang terjadi tersebut, Triwahyono menyampaikan outstanding SRBI perlahan mulai menurun. 

    “Outstanding SRBI sudah di bawah Rp900 triliun, sekarang [per 6 Februari 2025] Rp860 triliun, akhir tahun lalu kita sempat sampai Rp970 triliun, inflow terhadap pasar SBN sudah kembali membaik,” ujarnya dalam Pelatihan Wartawan BI di Banda Aceh, Jumat (7/2/2025). 

    Meski demikian, Triwahyono menegaskan bahwa bank sentral tetap membutuhkan aliran modal asing masuk yang besar utamanya dalam saham, SBN, dan SRBI untuk menstabilkan rupiah. 

  • Modal asing keluar bersih Rp9,61 triliun pekan kedua Februari

    Modal asing keluar bersih Rp9,61 triliun pekan kedua Februari

    Arsip Foto – Petugas menyusun uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jumat (1/3/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

    BI: Modal asing keluar bersih Rp9,61 triliun pekan kedua Februari
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 14 Februari 2025 – 23:59 WIB

    Elshinta.com – Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik sebesar Rp9,61 triliun pada pekan kedua bulan ini, yakni periode transaksi 10-13 Februari 2025.

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, di Jakarta, Jumat (14/2), merincikan jumlah tersebut terdiri dari modal keluar bersih di pasar saham, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masing-masing sebesar Rp2,42 triliun, Rp2,51 triliun, dan Rp4,68 triliun.

    Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen hingga 13 Februari 2025, modal asing keluar bersih di pasar saham sebesar Rp7,59 triliun. Sedangkan modal asing masuk bersih di SBN dan SBRI masing-masing sebesar Rp10,11 triliun dan Rp4,60 triliun.

    Premi risiko investasi (credit default swaps/CDS) Indonesia 5 tahun tercatat turun dari 74,22 basis point (bps) per 7 Februari 2025 menjadi 72,22 bps per 13 Februari 2025.

    Nilai tukar rupiah dibuka sedikit menguat di level Rp16.280 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan Kamis (13/2) di level Rp16.350 per dolar AS.

    Adapun indeks dolar AS (DXY) tercatat melemah ke level 107,31 pada akhir perdagangan Kamis (13/2).

    DXY merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang negara utama, antara lain euro, yen Jepang, pound Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.

    Imbal hasil atau yield SBN 10 tahun turun ke level 6,81 persen pada Jumat (14/2) pagi, dari sebelumnya 6,82 persen pada akhir perdagangan Kamis (13/2).

    Sementara imbal hasil US Treasury Note 10 tahun naik ke level 4,529 persen pada akhir perdagangan Kamis (13/2).

    Ramdan pun menyampaikan, BI terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.

    Sumber : Antara

  • Cara Jual SBN di Pasar Sekunder Sebelum Jatuh Tempo, Mudah!

    Cara Jual SBN di Pasar Sekunder Sebelum Jatuh Tempo, Mudah!

    Pasar sekunder adalah bursa atau pasar tempat surat berharga diperdagangkan antar investor setelah penawaran awal dilakukan di pasar perdana. Contohnya, jika Anda membeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI) di pasar perdana, Anda dapat menjualnya kembali di pasar sekunder.

    Saat melakukan penjualan di pasar sekunder, harga SBN bisa mengalami perubahan, baik meningkat maupun menurun. Hal itu bisa menghasilkan potensi keuntungan (capital gain) atau kerugian (capital loss).

    Produk-produk SBN yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder adalah yang bersifat tradable seperti Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Sukuk Ritel (SR).

    Cara jual SBN di pasar sekunder sebelum jatuh tempo

    Berikut cara menjual SBN di pasar sekunder sebelum jatuh tempo melalui Mitra Distribusi (Midis):

    Masuk ke portofolio Anda yang berisi produk SBN. Pilih jenis SBN (ORI atau SR) yang ingin Anda jual, lalu klik Jual. Input nominal SBN yang ingin dijual dan klik Lanjut. Rincian Penjualan SBN akan muncul di layar, pastikan sudah sesuai, lalu klik Jual Sekarang. Masukkan PIN Anda untuk konfirmasi. Order penjualan SBN Anda diterima, dan pihak Midis akan mencari calon pembeli dalam waktu maksimal 7 hari kerja. Setelah pembeli ditemukan, tim Midis akan melakukan verifikasi transaksi. Setelah transaksi terverifikasi, dana hasil penjualan akan masuk ke RDN Wallet Anda maksimal 4 hari kerja.

    Lalu, kapan SBN bisa dijual di pasar sekunder? Penjualan di pasar sekunder baru bisa dilakukan setelah melewati masa Minimum Holding Period yang tercantum dalam memorandum informasi masing-masing produk SBN tradable.

    Masa holding ini merupakan periode minimum yang harus dilalui investor sebelum dapat menjual surat berharga tersebut di pasar sekunder. Setiap jenis SBN memiliki ketentuan holding period yang berbeda, dan hal ini dijelaskan secara rinci dalam dokumen informasi yang disediakan saat pembelian.

    Adapun nominal penjualan SBN yang bisa dilakukan minimum sebesar Rp1.000.000 dan kelipatannya.

    Bagaimana jika SBN sudah jatuh tempo?

    Jika SBN yang dimiliki oleh investor mencapai jatuh tempo, prosesnya lebih simpel. Nasabah tidak perlu melakukan tindakan apa pun karena pada saat jatuh tempo, dana investasi—termasuk pokok dan bunga (kupon)—akan otomatis dikembalikan ke RDN investor.

    Ini memberikan kenyamanan bagi investor yang tidak ingin repot melakukan transaksi lebih lanjut dan hanya ingin menunggu sampai masa investasi berakhir.

    Demikianlah cara jual SBN di pasar sekunder sebelum periode jatuh tempo. Semoga bermanfaat.

  • Menguat Tipis, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.291 Per Dolar AS

    Menguat Tipis, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.291 Per Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini, Jumat (14/2/2025) sedikit menguat.

    Dari data Bloomberg pada pukul 09.35 WIB di pasar spot exchange, rupiah berada pada level Rp 16.291 per dolar AS atau menguat 69,5 poin (0,42%).

    Sehari sebelumnya, nilai tukar rupiah menguat tipis 0,09% ke level Rp 16.361 per dolar AS. Dalam pasar obligasi, indeks obligasi turun tipis sebesar 0,02% dan imbal hasil SBN tenor 10 tahun stabil di level 6,84%.

    Pada saat nilai tukar rupiah hari ini dibuka menguat, indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan hari ini.

    IHSG pada pukul 09.27 WIB menguat 0,76% atau 50,07 poin ke level 6.663,6. IHSG pada awal perdagangan hari ini bergerak dalam rentang 6.663-6.679. 

  • Efisiensi Anggaran Besar-besaran Pemerintahan Prabowo, Dalih untuk Bayar Utang Warisan Jokowi?

    Efisiensi Anggaran Besar-besaran Pemerintahan Prabowo, Dalih untuk Bayar Utang Warisan Jokowi?

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Efisiensi anggaran pemerintahan Prabowo Subianto menuai pro dan kontra. Di luar itu, muncul spekulasi, apakah dilakukan untuk membayar utang jatuh tempo warisan Jokowi?

    Diketahui, utang pemerintah pusat hingga akhir Agustus 2024 saja sudah mencapai Rp8.502,69 triliun. Tahun 2025, pemerintahan Prabowo harus membayar utang mencapai Rp1.350an triliun.

    Jurnalis Tempo, Khairul Anam mengatakan pemerintahan saat ini menghadapi persoalan serius terkait utang. Bukan hanya tahun ini.

    “Pemerintahan Prabowo akan menghadapi persoalan serius soal utang. Tahun ini ada Rp800 triliun masa jatuh tempo. Tahun depan, tahun depan, tahun depan. Sampai masa pemerintahannya dia itu besarnya nggak beda jauh,” kata Khairul dikutip dari siniar Jelasin Dong Tempo di YouTube, Selasa (11/2/2025).

    Rp800 triliun itu, kata dia belum semuanya. Belum termasuk bunga dan defisit anggaran.

    “Belum lagi bayar bunganya. Belum lagi utang untuk menambal defisit anggaran,” terangnya.

    Karenanya, menurut Khairul, Prabowo mesti pintar-pintar mengatur keuangan untuk pemerintahannya. Mengingat warisan utang yang tak sedikit.

    “Jadi dengan warisan utang Jokowi yang begitu besar, mestinya Jokowi sudah paham dia harus mengatur keinginan dengan realitas yang mereka hadapi,” terangnya.

    “Jadi kalau memang uangnya tidak cukup, jangan maksa dulu,” tambahnya.

    Diketahui, Kemenkeu mencatat, per 2025 utang jatuh tempo mencapai Rp800,33 triliun yang terdiri dari utang Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp705,5 triliun dan pinjaman Rp94,83 triliun.

  • Beli ORI027 Pakai wondr by BNI Bisa Dapat Cashback hingga Rp 27 Juta

    Beli ORI027 Pakai wondr by BNI Bisa Dapat Cashback hingga Rp 27 Juta

    Jakarta

    PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) atau BNI mendukung inklusi keuangan di Tanah Air dengan menghadirkan layanan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) Ritel di wondr by BNI. Layanan tersebut memudahkan masyarakat dalam berinvestasi sekaligus memperoleh cashback hingga Rp27 juta.

    Saat ini, pemerintah kembali menawarkan instrumen investasi ritel yang bisa dibeli masyarakat umum melalui ORI027. Masa penawaran ORI027 akan berakhir 20 Februari 2025 untuk tenor investasi mulai dari 3 tahun sampai 6 tahun dengan kupon tetap hingga 6,75%.

    SEVP Retail Digital Solutions BNI, Rian Eriana Kaslan mengatakan BNI turut menyukseskan penjualan ORI melalui layanan digital banking yang memudahkan masyarakat berinvestasi dengan imbal hasil yang menarik.

    “Bagi masyarakat yang belum memiliki rekening investasi, tidak perlu khawatir, sebab dengan mengunduh wondr by BNI, nasabah dapat melakukan pembukaan rekening investasi yang sudah tersedia sejak Januari 2025. Dengan fitur tersebut, nasabah tidak perlu lagi ke kantor cabang, cukup dari satu genggaman untuk berinvestasi dan segera jadiin maumu,” tutur Rian dalam keterangannya, Selasa (11/2/2025).

    Pembelian ORI melalui wondr by BNI dirancang dengan proses yang cepat dan mudah diakses oleh nasabah. Lewat aplikasi ini, nasabah dapat memeriksa ketersediaan kuota, melihat simulasi pendapatan, serta mengakses pencairan kupon langsung ke rekening BNI mereka.

    “Proses pengajuan selesai dalam satu hari kerja dan setelahnya nasabah bisa segera berinvestasi,” tambah Rian.

    Promo Cashback hingga Rp27 Juta

    Sebagai bentuk apresiasi, BNI menawarkan cashback hingga Rp27 juta bagi nasabah yang bertransaksi ORI027 melalui wondr by BNI. Reward tersebut diberikan kepada nasabah yang baru pertama kali berinvestasi maupun yang sudah memiliki portofolio SBN ritel sebelumnya.

    “Cashback akan langsung ditransfer ke rekening sumber dana nasabah,” jelas Rian.

    Dengan akses mudah serta program cashback yang menarik, BNI turut mendorong partisipasi masyarakat dalam sektor keuangan domestik sekaligus mendukung pembiayaan pembangunan nasional. Program cashback hingga Rp 27 Juta ini tidak hanya untuk masyarakat Indonesia yang ada di Indonesia saja, namun juga dapat dilakukan oleh warga negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri.

    “Kami yakin kemudahan berinvestasi ORI027 melalui wondr by BNI tidak hanya dapat dirasakan oleh para nasabah yang berada di Indonesia saja namun juga para Diaspora yang berada di luar negeri sehingga akan memperkuat kepercayaan nasabah terhadap inovasi digital kami, sekaligus memainkan peran penting dalam mendorong pembangunan di Indonesia serta meningkatkan perekonomian inklusif dan berkelanjutan,” pungkasnya.

    (akd/ega)

  • Pasar SUN Dibayangi Ketidakpastian Global, Investor Incar Tenor Pendek

    Pasar SUN Dibayangi Ketidakpastian Global, Investor Incar Tenor Pendek

    Jakarta, Beritasatu.com – Pasar Surat Utang Negara (SUN) pada pekan depan masih dibayangi oleh ketidakpastian global akibat kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dalam situasi ini, investor cenderung mengalihkan minat ke surat utang tenor pendek untuk mengurangi risiko.

    Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, sentimen global, khususnya ketidakstabilan kebijakan tarif impor yang diterapkan Trump, akan menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan yield SUN. Selain itu, investor juga akan mencermati sejumlah rilis data ekonomi dalam negeri, seperti neraca perdagangan dan keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI rate).

    “Trade balance kemungkinan sedikit menurun, tetapi ini wajar untuk Januari. Sementara itu, BI rate diperkirakan tetap, meski ada potensi tambahan kebijakan makroprudensial yang lebih longgar, seperti penurunan reserve requirement perbankan atau pelonggaran likuiditas,” ujar Fikri kepada Beritasatu.com, Minggu (9/2/2025).

    Menurutnya, kombinasi kebijakan pro-growth dari Bank Indonesia dan ketidakpastian global dapat menekan yield pasar SUN pekan ini, meskipun penurunannya diperkirakan tidak sebesar pekan lalu. Investor masih menunggu arah kebijakan lanjutan dari AS, terutama terkait tarif dagang dengan China dan Meksiko.

    Fikri menambahkan bahwa investor asing masih menunjukkan minat terhadap Surat Berharga Negara (SBN), terlihat dari tren net buy sejak awal Februari dan hasil lelang SBN pekan lalu yang cukup kuat. Namun, pergerakan pasar tetap dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar rupiah.

    “Pekan lalu, yield SUN 10 tahun sempat berada di kisaran 6,87%-6,89%. Pekan ini, potensi penurunannya ada, tetapi terbatas di level 6,82%-6,84%. Market juga akan mencermati data new home sales AS yang bisa memberikan tekanan inflasi di sana,” jelasnya.

    Dari sisi penerbitan, sebelumnya pemerintah telah menggelar lelang SUN dengan target indikatif Rp 24 triliun, sementara permintaan mencapai Rp 77,7 triliun, mencerminkan tingginya minat investor.

    Ke depan, permintaan diperkirakan masih akan terpusat pada tenor pendek, seperti SPSN dan PBS034 yang memiliki tenor sekitar 11 tahun.

    Pada Selasa, (11/2/2025) mendatang, pemerintah berencana melelang tujuh seri Surat Utang Negara dengan target indikatif sebesar Rp 10 triliun.

    Fikri menilai bahwa ketidakstabilan di pasar lebih banyak disebabkan oleh pernyataan-pernyataan Trump daripada kebijakan ekonominya secara keseluruhan (Trumponomics).

    Meskipun Menteri Keuangan AS Scott Bessent menganggap lebih stabil, tetapi pernyataan Trump yang sering berubah masih menjadi faktor yang diperhatikan investor.

    “Contohnya, Trump mengumumkan tarif ke China, tetapi kemudian direvisi bahwa produk di bawah US$ 8.000 tidak terkena cukai. Hal ini membuat pasar lebih berhati-hati dalam mengambil posisi,” paparnya.

    Dengan kondisi tersebut, Fikri memperkirakan perbankan masih akan menjadi investor utama dalam lelang pasar SUN mendatang, terutama karena tren switching dari SRBI ke SBN akibat penurunan yield SRBI.