Produk: SBN

  • Nilai tukar rupiah tetap terkendali karena kebijakan stabilisasi

    Nilai tukar rupiah tetap terkendali karena kebijakan stabilisasi

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI: Nilai tukar rupiah tetap terkendali karena kebijakan stabilisasi
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 23 April 2025 – 17:04 WIB

    Elshinta.com – Bank Indonesia (BI) menyampaikan nilai tukar rupiah tetap terkendali karena didukung kebijakan stabilisasi, yang dilakukan bank sentral di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.

    Nilai tukar rupiah pada 27 Maret 2025 di posisi Rp16.560 per dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat 0,12 persen point to point (ptp) dibandingkan dengan level akhir Februari 2025.

    “Namun demikian, tekanan kuat terhadap nilai tukar rupiah terjadi di pasar off-shore (non deliverable forward/NDF) pada saat libur panjang pasar domestik dalam rangka Idul Fitri 1446 H, akibat kebijakan tarif resiprokal AS,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Bank Indonesia pada 7 April 2025 melakukan intervensi di pasar off-shore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York guna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global.

    Respons kebijakan ini memberikan hasil positif, tercermin dari perkembangan rupiah yang terkendali dan menguat menjadi Rp16.855 per dolar AS pada 22 April 2025, dibandingkan dengan level Rp16.865 per dolar AS pada hari pertama pembukaan pasar domestik pascalibur 8 April 2025.

    “Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian,” kata Perry.

    Ke depan, ujar Perry, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

    Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder.

    Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

    Sumber : Antara

  • Jaga Stabilitas Rupiah, BI Sudah Borong SBN Rp 80,98 Triliun

    Jaga Stabilitas Rupiah, BI Sudah Borong SBN Rp 80,98 Triliun

    Jakarta, Beritasatu.com – Hingga 22 April 2025, Bank Indonesia (BI) telah mengucurkan dana sebesar Rp 80,98 triliun untuk pembelian surat berharga negara (SBN). Langkah ini merupakan bagian dari strategi BI dalam memperkuat pendalaman pasar keuangan dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global.

    Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder maupun primer. Hal ini mencerminkan sinergi kuat antara kebijakan moneter BI dan kebijakan fiskal pemerintah.

    “BI melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat operasi moneter,” ujar Perry dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur (RDG) BI yang digelar secara virtual, Rabu (23/4/2025).

    Total pembelian SBN sebesar Rp 80,98 triliun terdiri dari Rp 54,98 triliun dari pasar sekunder, dan Rp 26 triliun dari pasar primer, dalam bentuk surat perbendaharaan negara (SPN), termasuk surat berharga berbasis syariah

    Perry menjelaskan, BI akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen kebijakan moneter guna memperkuat ketahanan eksternal ekonomi nasional dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.

    Tekanan Global
    BI juga mencatat, sejak awal 2025 hingga akhir Maret 2025, aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio menunjukkan net inflows sebesar US$ 1,6 miliar. Namun, hingga 21 April 2025 terjadi net outflows sebesar US$ 2,8 miliar, dipicu oleh ketidakpastian global akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat.

    Meski begitu, Perry menegaskan tekanan arus keluar modal mulai mereda, terutama pada instrumen SBN, seiring dengan tetap kuatnya prospek ekonomi domestik dan terjaganya ketahanan eksternal.

    “Ke depan, berbagai inovasi instrumen yang telah diterbitkan akan dioptimalkan untuk memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujar Perry terkait langkah BI membeli SBN.

  • BI: Rupiah yang stabil beri kepercayaan investor untuk masuk ke RI

    BI: Rupiah yang stabil beri kepercayaan investor untuk masuk ke RI

    Jakarta (ANTARA) – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah yang stabil akan memberikan kepercayaan (confidence) bagi investor asing untuk masuk dan berinvestasi di Indonesia.

    “Setidaknya, mereka (investor asing) masuk dulu di portfolio investment,” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Data BI bahwa aliran masuk modal asing ke instrumen keuangan domestik dalam bentuk investasi portofolio sejak awal tahun 2025 hingga akhir Maret 2025 mencatat net inflows 1,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

    Pada April 2025 (hingga 21 April 2025), investasi portofolio mencatat net outflows 2,8 miliar dolar AS akibat kuatnya dampak ketidakpastian global pascapengumuman tarif resiprokal AS.

    Namun, perkembangan terkini menunjukkan tekanan outflows mulai berkurang terutama pada Surat Berharga Negara (SBN), sejalan tetap baiknya prospek perekonomian Indonesia, termasuk ketahanan eksternal yang terjaga baik.

    “Sampai di akhir Maret ini, SBN dan SRBI itu kami sudah melihat inflow. Dan bahkan lelang kemarin, SBN hari Selasa kemarin dan hari Kamis lalu, SRBI hari Rabu lalu, kami juga melihat inflow dari asing sudah masuk, sehingga ini tentunya akan menjadi penguat untuk rupiah dengan suplai dolar yang bertambah,” kata Destry.

    BI kini memiliki kombinasi instrumen untuk intervensi yang lebih lengkap.

    Tidak hanya triple intervention pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian SBN di pasar sekunder tetapi juga intervensi di pasar off-shore non delivery forward (NDF).

    “Di mana kami (di pasar off-shore) akan standby 24 jam karena market-nya juga 24 jam di Hong Kong, kemudian di Eropa, dan juga di Amerika,” ujar Destry.

    BI memastikan tetap berada di market untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah serta menjaga kecukupan likuiditas melalui pembelian dari SBN di pasar sekunder.

    Adapun sejak awal 2025 hingga 22 April 2025, BI telah membeli SBN dengan total Rp80,98 triliun sejak awal 2025 hingga 22 April 2025.

    Pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder Rp54,98 triliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah Rp26,00 triliun.

    Nilai tukar rupiah pada 27 Maret 2025 tercatat Rp16.560 per dolar AS atau menguat 0,12 persen point to point (ptp) ketimbang dengan level akhir Februari 2025.

    BI mencatat bahwa tekanan kuat terhadap nilai tukar rupiah terjadi di pasar off-shore pada saat libur panjang pasar domestik dalam rangka Idul Fitri 1446 H, akibat kebijakan tarif resiprokal AS.

    Pada 7 April 2025, BI pun melakukan intervensi di pasar off-shore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York guna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global.

    Respons kebijakan ini memberikan hasil positif, tercermin dari perkembangan rupiah yang terkendali dan menguat menjadi Rp16.855 per dolar AS pada 22 April 2025, dibandingkan dengan level Rp16.865 per dolar AS pada hari pertama pembukaan pasar domestik pascalibur 8 April 2025.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Iskandar Zulkarnaen
    Copyright © ANTARA 2025

  • BI Borong SBN Rp 80,98 Triliun, Strategi Jitu Redam Gejolak Rupiah – Page 3

    BI Borong SBN Rp 80,98 Triliun, Strategi Jitu Redam Gejolak Rupiah – Page 3

    Perry menyebut nilai tukar rupiah sempat berada dalam kondisi terkendali sebelum libur Ramadan dan Idul Fitri. Namun, dinamika global, khususnya kebijakan resiprokal yang meningkat selama masa liburan, menimbulkan tekanan besar terhadap nilai tukar di pasar luar negeri, khususnya pada instrumen non-delivery forward (NDF).

    “Sebelum liburan Ramadan dan Idul Fitri, rupiah itu terkendali dan bagus. Tapi kemudian selama liburan Ramadan terjadi kebijakan resiprokal yang semakin tinggi dan menimbulkan tekanan-tekanan nilai tukar di luar negeri non-delivery forward,” kata Perry dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (23/4/2025).

    BI pun memutuskan untuk melakukan intervensi secara intensif di pasar NDF luar negeri, mencakup pasar Hong Kong, Eropa, hingga Amerika Serikat, yang dilakukan secara berkesinambungan sepanjang waktu. Hasilnya, tekanan terhadap rupiah yang sempat menyentuh angka Rp17.400 berhasil diredam dan dikembalikan ke level Rp16.800.

    “Oleh karena itu, kami menyelenggarakan rapat Dewan Gubernur pada 7 April 2025. Kami lakukan rapat Dewan Gubernur secara sah meskipun pada liburan karena kondisi global yang memerlukan itu,” jelasnya.

    Perry mengatakan, BI juga memastikan akan terus melanjutkan langkah-langkah stabilisasi melalui intervensi NDF, seiring dengan komitmennya menjaga kestabilan nilai tukar di tengah ketidakpastian global yang tinggi.

    “Karena itu kami bisa menstabilkan nilai tukar rupiah yang pada waktu itu pernah mencapai Rp 17.300 bahkan Rp 17.400 di pasar Hongkong dan Eropa yang kemudian kami stabilkan. Dan Alhamdulillah puji Tuhan sekarang stabil di Rp 16.800,” ujarnya.

  • BI prakirakan NPI pada 2025 tetap baik di tengah ketidakpastian global

    BI prakirakan NPI pada 2025 tetap baik di tengah ketidakpastian global

    Neraca Pembayaran Indonesia tetap baik sehingga mampu mendukung ketahanan eksternal

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bank sentral memprakirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun 2025 tetap baik di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

    NPI pada 2025 yang diprakirakan tetap baik ditopang defisit transaksi berjalan yang rendah dalam kisaran defisit 0,5 persen sampai dengan 1,3 persen dari PDB serta surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut.

    “Neraca Pembayaran Indonesia tetap baik sehingga mampu mendukung ketahanan eksternal,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Surplus neraca perdagangan berlanjut pada Maret 2025 sebesar 4,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS), meningkat dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar 3,1 miliar dolar AS.

    Aliran masuk modal asing ke instrumen keuangan domestik dalam bentuk investasi portofolio sejak awal tahun 2025 hingga akhir Maret 2025 mencatat net inflows 1,6 miliar dolar AS.

    Pada April 2025 (hingga 21 April 2025), investasi portofolio mencatat net outflows 2,8 miliar dolar AS akibat kuatnya dampak ketidakpastian global pascapengumuman tarif resiprokal AS.

    Perkembangan terkini menunjukkan tekanan outflows mulai berkurang terutama pada Surat Berharga Negara (SBN), sejalan tetap baiknya prospek perekonomian Indonesia, termasuk ketahanan eksternal yang terjaga baik.

    Sementara posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2025 tercatat tinggi sebesar 157,1 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • BI telah beli SBN senilai Rp80,98 trilliun hingga 22 April 2025

    BI telah beli SBN senilai Rp80,98 trilliun hingga 22 April 2025

    Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) telah membeli surat berharga negara (SBN) dengan total sebesar Rp80,98 triliun sejak awal tahun 2025 hingga 22 April 2025.

    Pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp54,98 trilliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp26,00 triliun.

    “Bank Indonesia juga melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat operasi moneter yang mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal Pemerintah,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Ke depan, Perry mengatakan bahwa berbagai inovasi instrumen yang telah diterbitkan akan dioptimalkan guna terus memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.

    Penguatan respons kebijakan moneter juga terus dilakukan, termasuk optimalisasi strategi operasi moneter pro-market dalam rangka stabilitas nilai tukar rupiah dan pencapaian sasaran inflasi.

    Sebagai upaya pendalaman pasar uang dan pasar valas, serta strategi mendorong aliran masuk modal asing ke pasar keuangan dalam negeri, instrumen moneter pro-market Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) terus dioptimalkan.

    Hingga 21 April 2025, total posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp881,86 triliun, 1,40 miliar dolar Amerika Serikat (AS), dan 277 juta dolar AS.

    Kepemilikan nonresiden dalam SRBI per tanggal 21 April 2025 mencapai Rp209,90 triliun (23,80 persen dari total outstanding).

    “Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar, sehingga memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam stabilisasi nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi,” kata Perry.

    Adapun transmisi kebijakan moneter tetap baik di tengah kenaikan risiko dari dinamika global.

    Sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Januari 2025 dan operasi moneter yang ditempuh Bank Indonesia, suku bunga pasar uang (INDONIA) terus menurun menjadi 5,77 persen pada 21 April 2025 dari semula sebesar 6,03 persen pada awal Januari 2025.

    Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 16 April 2025 juga menurun, namun tetap menarik untuk aliran masuk modal asing, yakni dari masing-masing 7,16 persen; 7,20 persen; dan 7,27 persen pada awal Januari 2025 menjadi 6,59 persen; 6,61 persen; dan 6,64 persen per 16 April 2025.

    Imbal hasil SBN juga tetap menarik, meskipun untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,96 persen menjadi 6,54 persen, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,98 persen menjadi 6,94 persen.

    Adapun suku bunga perbankan tercatat rendah ditopang oleh kecukupan likuiditas perbankan sejalan dengan implementasi penguatan KLM serta publikasi transparansi SBDK.

    Likuiditas yang cukup tersebut mampu meningkatkan efisiensi pembentukan suku bunga perbankan sehingga mendukung penyaluran kredit perbankan.

    Pada Maret 2025, suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit tercatat masing-masing sebesar 4,77 persen dan 9,20 persen, relatif stabil dibandingkan dengan level pada bulan sebelumnya.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

  • BI: Nilai tukar rupiah tetap terkendali karena kebijakan stabilisasi

    BI: Nilai tukar rupiah tetap terkendali karena kebijakan stabilisasi

    Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian

    Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) menyampaikan nilai tukar rupiah tetap terkendali karena didukung kebijakan stabilisasi, yang dilakukan bank sentral di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.

    Nilai tukar rupiah pada 27 Maret 2025 di posisi Rp16.560 per dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat 0,12 persen point to point (ptp) dibandingkan dengan level akhir Februari 2025.

    “Namun demikian, tekanan kuat terhadap nilai tukar rupiah terjadi di pasar off-shore (non deliverable forward/NDF) pada saat libur panjang pasar domestik dalam rangka Idul Fitri 1446 H, akibat kebijakan tarif resiprokal AS,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Bank Indonesia pada 7 April 2025 melakukan intervensi di pasar off-shore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York guna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global.

    Respons kebijakan ini memberikan hasil positif, tercermin dari perkembangan rupiah yang terkendali dan menguat menjadi Rp16.855 per dolar AS pada 22 April 2025, dibandingkan dengan level Rp16.865 per dolar AS pada hari pertama pembukaan pasar domestik pascalibur 8 April 2025.

    “Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian,” kata Perry.

    Ke depan, ujar Perry, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

    Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder.

    Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Nilai Tukar Rupiah Pagi Ini Menguat ke Level Rp 16.798 Per Dolar AS

    Nilai Tukar Rupiah Pagi Ini Menguat ke Level Rp 16.798 Per Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Senin (21/4/2025) pagi.

    Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.37 WIB di pasar spot exchange, rupiah diperdagangkan di posisi Rp 16.798 per dolar AS, naik 78,5 poin atau setara 0,46% dibandingkan perdagangan akhir pekan lalu.

    Pada akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah menguat tipis 0,02% ke level Rp 16.834 per dolar AS. Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga ditutup menguat 0,60% menjadi 6.438,27, didorong oleh penguatan pada sektor basic materials dan infrastruktur.

    Dalam pasar obligasi, indeks obligasi naik 0,11% dan imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun stabil di level 6,95%.

    Pada saat nilai tukar rupiah pagi ini naik, IHSG hari ini belum stabil. Setelah sempat dibuka menguat, IHSG tiba-tiba jatuh. Pada pukul 09.46 WIB, IHSG melemah 0,22% atau 14,15 poin ke level 6.425. 

  • Nilai Tukar Rupiah Pagi Ini Menguat ke Level Rp 16.798 Per Dolar AS

    Modal Asing Keluar Bersih Rp 11,96 Triliun pada Pekan Ketiga April

    Jakarta, Beritasatu.com – Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa selama periode transaksi 14 hingga 16 April 2025, aliran modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik mencapai Rp 11,96 triliun.

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, mengungkapkan nilai tersebut berasal dari arus keluar bersih asing di pasar saham sebesar Rp 13,01 triliun dan dari instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) senilai Rp2,24 triliun. Di sisi lain, terdapat arus masuk bersih modal asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 3,28 triliun, sehingga total arus modal asing keluar bersih menjadi Rp 11,96 triliun.

    Secara kumulatif, sejak awal tahun hingga 16 April 2025, pasar saham mencatat arus keluar bersih sebesar Rp 36,86 triliun dan SRBI sebesar Rp 7,94 triliun. Sedangkan di pasar SBN, terjadi arus masuk bersih sebesar Rp 9,63 triliun.

    Sementara itu, premi risiko investasi Indonesia yang diukur dari Credit Default Swap (CDS) tenor 5 tahun mengalami penurunan dari 111,73 basis poin pada 11 April menjadi 106,39 basis poin pada 16 April 2025.

    Dari sisi nilai tukar, rupiah dibuka menguat tipis ke posisi Rp 16.810 per dolar AS pada Kamis (17/4/2025), sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 16.820 per dolar AS pada Rabu (16/4/2025).

    Untuk indeks dolar AS (DXY), tercatat mengalami pelemahan ke angka 99,38 pada penutupan perdagangan Rabu, yang mencerminkan pelemahan dolar terhadap enam mata uang utama dunia seperti euro, yen, dan pound sterling.

    Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia (SBN) tenor 10 tahun tetap berada di level 6,93 persen, sementara imbal hasil US Treasury 10 tahun turun menjadi 4,277% pada akhir perdagangan hari yang sama.

    Ketika asing mencatatkan modal keluar bersih, Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan lembaga terkait lainnya, serta mengoptimalkan kebijakan terintegrasi demi menjaga stabilitas ekonomi nasional dan ketahanan eksternal Indonesia.

  • Program 3 Juta Rumah, DPR: Ada Kewajiban Pengembang Bangun Rumah Sederhana – Page 3

    Program 3 Juta Rumah, DPR: Ada Kewajiban Pengembang Bangun Rumah Sederhana – Page 3

    Salah satu langkah utama yang diambil adalah melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), yang merupakan program pendanaan berbasis APBN dengan suku bunga rendah.

    FLPP ini disalurkan melalui Tapera dan perbankan untuk mendukung pembiayaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Program ini bertujuan memastikan bahwa masyarakat berpendapatan rendah bisa membeli rumah dengan biaya yang terjangkau.

    “Kalau dari fiskal sendiri terhadap perumahan itu cukup banyak instrumen yang sudah kita sedang dan terus akan didukung. Pertama melalui FLPP, yaitu fasilitas likuiditas. Yang ini adalah sebuah sumber dana APBN dengan suku bunga yang sangat rendah, yang disalurkan oleh Tapera, kemudian melalui perbankan,” jelas Menkeu.

    Tidak hanya FLPP, pemerintah juga memberikan Penanaman Modal Negara (PMN) kepada PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). Dana PMN ini kemudian disalurkan melalui perbankan untuk meningkatkan aksesibilitas perumahan bagi MBR.

    “Kita juga memberikan PMN kepada PT SMF. Itu juga dananya di blend kepada perbankan. Tujuannya terutama untuk masyarakat berpendapatan rendah,” ujar Sri Mulyani.

    Program ini bertujuan untuk menurunkan biaya pembiayaan rumah bagi MBR, dengan cara menyediakan dana murah yang berasal langsung dari APBN.

    “Masyarakat berpendapatan rendah, itu memang akan menikmati subsidi. Sehingga biaya dari dananya tadi harus berasal dari dana yang paling murah, yaitu dari APBN langsung,” ujar Menkeu.

    Sebagai bendahara negara, Sri Mulyani juga menekankan pentingnya penerbitan Surat Berharga Negara Perumahan yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan pembiayaan sektor perumahan.

    Surat berharga ini akan dialokasikan untuk mendukung pembiayaan rumah bagi MBR. Dalam implementasinya, mekanisme FLPP akan dimodifikasi dan diperbesar volumenya untuk menjangkau lebih banyak masyarakat.