Produk: SBN

  • Per April, pemerintah tarik pembiayaan utang Rp304 triliun

    Per April, pemerintah tarik pembiayaan utang Rp304 triliun

    Artinya, pembiayaan mencatat ‘on track’ dengan kinerja baik

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah menarik pembiayaan utang baru senilai Rp304 triliun hingga 30 April 2025, setara 39,2 persen dari target APBN sebesar Rp775,9 triliun.

    Sementara itu, pembiayaan non utang tercatat sebesar Rp24,9 triliun, sehingga total realisasi pembiayaan anggaran sebesar Rp279,2 triliun atau 45,3 persen dari target APBN sebesar Rp616,2 triliun.

    “Artinya, pembiayaan mencatat on track dengan kinerja baik,” kata Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Mei 2025 di Jakarta, Jumat.

    Thomas mengatakan pemenuhan target pembiayaan mempertimbangkan berbagai langkah mitigasi risiko.

    Salah satunya yaitu pengadaan pembiayaan utang dilakukan secara prudent, fleksibel, oportunistik dan terukur. Pertimbangan itu mencakup aspek timing, sizing, instrument, maupun currency mix.

    Kemudian, Kemenkeu juga memitigasi melalui pelaksanaan prefunding, cash buffer yang memadai, serta active cash dan debt management.

    Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kinerja pasar Surat Berharga Negara (SBN) tetap terjaga di tengah meningkatnya tekanan global.

    Hal itu tecermin dari catatan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) seri benchmark tenor 10 tahun yang cenderung menurun meski mengalami fluktuasi.

    Yield SBN 10 tahun turun 2 basis poin (bps) menjadi 7,00 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) pada kuartal I-2025.

    Meski sempat naik setelah pengumuman tarif resiprokal Amerika Serikat (AS), yield kembali turun sebesar 4,5 bps ke level 6,98 persen pada 22 April 2025.

    Mengingat hubungan terbalik antara harga SUN dan yield, maka penurunan yield menunjukkan minat investor yang tetap tinggi terhadap obligasi Pemerintah Indonesia.

    Dari segi porsi kepemilikan, andil investor asing terhadap SBN naik sebesar Rp15,23 triliun (ytd) atau sekitar 14,30 persen per 27 Maret 2025.

    Hingga 22 April 2025, investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp12,78 triliun, meski proporsinya sedikit turun menjadi 14,25 persen.

    Sementara itu, Bank Indonesia (BI) telah membeli surat berharga negara (SBN) dengan total sebesar Rp80,98 triliun sejak awal tahun 2025 hingga 22 April 2025.

    Pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp54,98 trilliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp26,00 triliun.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Gigin Praginanto Sorot Tajam Proyeksi Pemerintah soal Rupiah yang Bakal Melemah

    Gigin Praginanto Sorot Tajam Proyeksi Pemerintah soal Rupiah yang Bakal Melemah

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – – Pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada dalam kisaran Rp16.500 hingga Rp16.900 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2026.

    Proyeksi ini ada dalam dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026.

    Disebutkan, lebih tinggi dibanding asumsi nilai tukar tahun 2025 sebesar Rp16.000 per dolar AS.

    “Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan berada di rentang Rp 16.500-Rp 16.900,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

    Adapun suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun diperkirakan berada di kisaran 6,6% hingga 7,2%, didukung oleh spread yang kompetitif dan tingkat kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

    Merespon hal ini, Pengamat Kebijakan Publik, Gigin Praginanto memberi sedikit pernyataan menohok.

    Lewat cuitan di media sosial X pribadinya, Gigin Praginanto membenarkan proyeksi bakal melemahnya rupiah.

    Ia menyebut untuk Rupiah sudah pasti bakal melemah, karena adanya faktor-faktor yang membuat Rupiah melemah

    “Pasti melemah karena perekonomiannya makin kapitalistik,” tulisnya dikutip Kamis (22/5/2025).

    Belum lagi menurutnya, perekonomian yang semakin kapitalistik itu juga dikuasai oleh sekelompok orang. Maka faktor Rupiah melemah makin jelas

    “Dan dikuasai Peng-Peng serta para begundalnya,” tuturnya. (Erfyansyah/fajar)

  • Sri Mulyani Targetkan Pertumbuhan 5,8% di 2026, DPR Ingatkan Risiko Eksternal

    Sri Mulyani Targetkan Pertumbuhan 5,8% di 2026, DPR Ingatkan Risiko Eksternal

    Jakarta (beritajatim.com) – Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5,2–5,8 persen pada 2026 sebagaimana disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam sidang paripurna DPR RI pada Senin, 20 Mei 2025. Penyampaian asumsi makro dan kebijakan fiskal RAPBN 2026 ini bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.

    Dalam pemaparan tersebut, selain pertumbuhan ekonomi, pemerintah juga mengajukan asumsi inflasi sebesar 1,5–3,5 persen, nilai tukar rupiah Rp16.500–Rp16.900 per dolar AS, serta suku bunga SBN 6,6–7,2 persen. Sementara harga minyak mentah Indonesia (ICP) dipatok pada kisaran USD 60–80 per barel, dengan target lifting minyak bumi 600–605 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi 953–1017 ribu barel setara minyak per hari.

    Namun, Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah mengingatkan bahwa target tersebut perlu dicermati dengan lebih realistis mengingat berbagai tantangan yang sedang dan akan dihadapi. Salah satunya adalah dampak perang tarif yang mengguncang perdagangan global dan mendorong praktik proteksionisme.

    “Kebijakan perang tarif telah mengguncang tata perdagangan global. Dan memperhadapkan perdagangan global dalam situasi yang proteksionis, yang sesungguhnya berlawanan dengan prinsip dan komitmen dari kerjasama perdagangan regional dan global yang mutualistik,” ujarnya.

    Ia juga menggarisbawahi bahwa pada tahun 2025 pemerintah menghadapi risiko shortfall pajak akibat menurunnya harga komoditas ekspor, tekanan terhadap sektor manufaktur, dan lesunya konsumsi rumah tangga. Kondisi ini diperkirakan akan berlanjut pada tahun depan dan dapat mengganggu pencapaian target pendapatan negara.

    “Pendapatan negara menjadi pilar penting untuk memastikan penganggaran berbagai program strategis, termasuk untuk pemenuhan kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang yang jatuh tempo di tahun depan yang sangat besar,” tegas Said.

    Untuk itu, pemerintah diminta menetapkan target pendapatan yang realistis-optimistis, disertai dengan kebijakan ekstensifikasi perpajakan, antara lain melalui optimalisasi cukai, tarif minerba, dan sektor digital. Pemberlakuan sistem administrasi pajak berbasis core tax system juga dinilai perlu mempertimbangkan kesiapan literasi wajib pajak serta jaminan keamanan sistem.

    Selain aspek fiskal, DPR juga menyoroti lambatnya realisasi program ketahanan pangan dan energi. Program redistribusi lahan dinilai belum berjalan optimal, sementara sektor pertanian justru mengalami disrupsi dari sisi lahan, tenaga kerja, dan teknologi.

    Pemerintah didesak untuk menuntaskan redistribusi 4,5 juta hektare lahan bagi petani dan perkebunan rakyat, serta meningkatkan adopsi teknologi modern di sektor pertanian. Hal serupa juga berlaku untuk sektor energi, di mana pembangunan lima kilang minyak nasional termasuk proyek petrokimia di Tuban masih belum tuntas.

    Di sektor industri, DPR mencatat adanya pelemahan signifikan yang berdampak pada menyusutnya kelas menengah. Data BPS menunjukkan penurunan jumlah penduduk kelas menengah dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta pada 2024, atau turun sebanyak 9,48 juta orang.

    “Pemerintah perlu merevitalisasi sektor industri dengan menyiapkan ekosistem industri yang menopangnya seperti tenaga kerja, dukungan pendanaan, riset dan pengembangan teknologi, serta dukungan fiskal,” tambah Said.

    Meski pemerintah mengklaim telah menyusun delapan program strategis nasional untuk 2026, DPR menilai target penurunan tingkat pengangguran dan gini rasio dalam RAPBN masih belum menunjukkan progres yang signifikan. Target tingkat pengangguran 4,44–4,96 persen dan gini rasio 0,377–0,380 dinilai tidak cukup untuk menunjukkan keberpihakan pada penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kesenjangan sosial. [beq]

  • Nilai Tukar Rupiah Hari ini 8 Mei 2025: Dolar AS Turun Lagi ke Level Rp 16.585, Euro di Rp 18.933 – Halaman all

    Nilai Tukar Rupiah Hari ini 8 Mei 2025: Dolar AS Turun Lagi ke Level Rp 16.585, Euro di Rp 18.933 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut adalah informasi terkait nilai tukar rupiah terhadap beberapa valuta asing dunia pada perdagangan Kamis (8/5/2025), hari ini.

    Berdasarkan data terkini dari informasi valas Bank BNI, nilai tukar rupiah (IDR) pada 8 Mei 2025 terhadap dolar AS (USD) berada di level Rp16.585 per USD.

    Pergerakan ini mencerminkan penguatan moderat dibandingkan posisi sebelumnya di bulan Maret 2025. 

    Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap euro (EUR), rupiah tercatat pada Rp 18.933 per EUR, menunjukkan depresiasi signifikan seiring kenaikan kurs pajak yang ditetapkan pemerintah pada awal tahun.

    Terhadap ringgit Malaysia (MYR) dan baht Thailand (THB), rupiah cenderung stabil dengan volatilitas rendah, didukung oleh kebijakan moneter domestik yang konsisten dan permintaan valas regional yang terkendali.

    Faktor utama yang memengaruhi pergerakan ini meliputi inflasi domestik, cadangan devisa, serta dinamika pasar global seperti indeks dolar AS (DXY) yang melemah ke level 103,83 pada Maret 2025, memberikan ruang bagi penguatan rupiah secara selektif.

    Namun demikian, kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun ke 6,93 persen turut menarik investor asing, memperkuat permintaan rupiah dalam jangka pendek.

    Ke depan, analisis skenario terbaik memproyeksikan potensi kenaikan nilai tukar rupiah terhadap euro dan poundsterling hingga Rp16.512,38 per EUR pada titik tertentu, meski risiko volatilitas tetap ada akibat ketidakpastian geopolitik dan harga komoditas.

    Pemerintah perlu menjaga stabilitas makroekonomi melalui koordinasi kebijakan fiskal-moneter dan pengelolaan impor untuk mengurangi defisit transaksi berjalan.

    Secara keseluruhan, rupiah diharapkan bertahan dalam rentang stabil, didukung oleh fundamental ekonomi Indonesia yang solid di tengah tantangan global.

    Daftar Kurs Rupiah (IDR) terhadap Valas Dunia Pada 8 Mei 2025

    Berikut adalah daftar kurs Rupiah terhadap beberapa valuta asing utama pada 8 Mei 2025, berdasarkan data yang tersedia dari BNI pada pukul 14:05 WIB (GMT+07:00).

    NILAI TUKAR RUPIAH – Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Jakarta Pusat, Senin, (8/4/2025). Berdasarkan data terkini dari informasi valas Bank BNI, nilai tukar rupiah (IDR) pada 8 Mei 2025 menguat tipis di hadapan Dolar AS dan Euro Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

    MATA UANG
     BID RATE (IDR)
    ASK RATE (IDR)

    USD
    16.345
    16.585

    SGD
    12.510
    12.930

    AUD
    10.456
    10.816

    EUR
    18.393
    18.933

    GBP
    21.722
    22.262

    CAD
    11.705
    12.125

    CHF
    19.750
    20.290

    HKD
    2.029
    2.209

    JPY
    112,24
    117,04

    SAR
    4.183
    4.603

    MYR
    3.642
    4.062

    THB
    498
    510

    NZD
    9.672
    10.032

    CNY
    2.198
    2.348

    AED
    4.363
    4.603

    KRW
    8,20
    15,40

     

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • CSIS: Dulu Ekonomi RI Disebut Komodo, Kini Berpotensi Jadi Cicak

    CSIS: Dulu Ekonomi RI Disebut Komodo, Kini Berpotensi Jadi Cicak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketahanan ekonomi Indonesia dari efek perlambatan ekonomi global kini terlihat makin melemah, menurut pandangan Center Centre for strategic and international Studies (CSIS).

    Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, semakin melemahnya ketahanan ekonomi Indonesia kini terlihat dari pergerakan kurs rupiah yang melemah terhadap dolar AS. Padahal, indeks dolar cenderung tengah tertekan efek kebijakan perang dagang Presiden AS Donald Trump.

    “Dulu-dulu ketika ada terjadi shock di tingkatan dunia, perekonomian Indonesia sering disebut cukup resilient. Bahkan The Economist tahun 2011 atau 2012 menyebut Indonesia itu sebagai The Komodo Economy,” kata Yose saat konferensi pers “Setengah Tahun Pemerintahan Prabowo”, Rabu (7/5/20240

    “Julukan itu karena kulitnya tebal seperti Komodo Dragon. Tetapi apakah sekarang ini kita masih akan bisa menjadi komodo ekonomi? Mudah-mudahan tidak menjadi cicak ekonomi,” tegasnya.

    Sejak Trump mengumumkan pengenaan tarif resiprokal yang tinggi kepada negara-negara mitra dagang utamanya, Yose menegaskan, kondisi rupiah terus melemah terhadap dolar AS. Padahal, indeks dolar juga terus melemah seusai periode yang Trump sebut sebagai Liberation Day.

    Kurs rupiah saat itu sudah tembus di level atas Rp 16.800 dan bahkan sudah menyentuh level Rp 16.900 per 9 April 2025. Sementara itu indeks dolar terus menurun ke level bawah 99.

    “Ini sebenarnya cukup mengkhawatirkan karena kita akan menjadi negara mata uang kita akan melemah sendiri dibandingkan dengan seluruh mata uang lainnya,” tegas Yose.

    Di sisi lain, ia mengatakan aliran modal asing tercatat terus keluar dari pasar keuangan domestik. Berdasarkan catatan BI, sepanjang tahun ini, dari awal tahun sampai dengan data setelmen hingga 30 April 2025, non residen tercatat jual neto sebesar Rp 49,56 triliun di pasar saham, Rp 12,05 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp 23,01 triliun di pasar SBN.

    Yose berpendapat, mengkhawatirkannya ketahanan ekonomi domestik ini dipicu oleh permasalahan yang selama ini terbilang menjadi tameng saat masa krisis, namun kini malah melemah, yaitu masalah transparansi fiskal, dan isu tidak independennya kebijakan moneter.

    Diperburuk dengan permasalahan yang selama krisis selalu menjadi masalah, yakni sektor riil atau iklim bisnis yang masih tersandung inefisiensi, serta ketenagakerjaan maupun daya beli yang kini makin tertekan.

    “Kita bisa lihat bagaimana fiskal kita mulai sedikit demi sedikit digerogoti, kemudian dari sisi monetary, bahkan independensi dari bank sentral sudah mulai dipertanyakan di situ. Dan ini tentunya akan membuat kepercayaan kepada perekonomian Indonesia juga akan semakin berkurang,” tegas Yose.

    Makanya, ia berpendapat, ke depannya pertumbuhan ekonomi akan semakin tertekan. Laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 yang telah ke posisi 4,87 menjadi awal tak akan lagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang selama satu dekade terakhir terus stagnan di kisaran 5%.

    “Kita tidak lagi bisa mengandalkan pasar ekspor kita. Pasar ekspor yang akan semakin mengecil dan juga tentunya ini berimbas juga kepada government revenue, kepada pendapatan pemerintah,” tuturnya.

    (arj/mij)

  • BI mulai turunkan outstanding SRBI untuk buka ruang likuiditas bank

    BI mulai turunkan outstanding SRBI untuk buka ruang likuiditas bank

    Ini menunjukkan bahwa Bank Indonesia mencoba merilis likuiditas yang ada untuk bisa digunakan oleh perbankan dalam menyalurkan kredit,

    Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) secara bertahap menurunkan jumlah outstanding Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) guna meningkatkan ruang likuiditas bagi perbankan, yang pada akhirnya diharapkan dapat memperkuat kemampuan penyaluran kredit ke sektor riil.

    Per 21 April 2025, posisi outstanding SRBI tercatat Rp881,86 triliun atau menyusut Rp41,67 triliun dari posisi akhir Desember 2024 yang mencapai Rp923,53 triliun.

    “Ini menunjukkan bahwa Bank Indonesia mencoba merilis likuiditas yang ada untuk bisa digunakan oleh perbankan dalam menyalurkan kredit,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Erwin Gunawan Hutapea dalam acara Taklimat Media di Jakarta, Rabu.

    Erwin menjelaskan, BI telah menyediakan beragam instrumen yang dapat digunakan pelaku pasar untuk mengelola likuiditas mereka, termasuk bagi bank yang mengalami kelebihan likuiditas secara temporer.

    Ia menambahkan bahwa instrumen moneter pada dasarnya berfungsi menyerap likuiditas residual, yakni dana yang masih “menggantung” di pasar uang dan belum disalurkan perbankan untuk pembiayaan kegiatan ekonomi.

    Oleh sebab itu, BI menyediakan instrumen penempatan yang bersifat sementara atau temporer, dalam hal ini termasuk SRBI.

    “Karena kalau liquidity itu tidak disediakan tempat temporer untuk penempatan sesuai dengan tenornya, liquidity itu akan bersifat excess liquidity yang berpotensi untuk digunakan kegiatan-kegiatan yang memang bisa menimbulkan risiko,” kata dia.

    Secara keseluruhan, Erwin mengatakan bahwa BI juga ingin operasi moneter yang dilakukan turut mendorong pertumbuhan ekonomi, apalagi di tengah situasi perlambatan ekonomi seperti saat ini.

    BI juga telah mengimplementasikan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) berupa pengurangan giro wajib minimum (GWM), yang memberikan dampak likuiditas permanen bagi perbankan dan memperluas ruang penyaluran dana ke sektor riil melalui kredit.

    “Jadi upaya kita menambah likuiditas, (salah satunya) dengan menurunkan outstanding SRBI. Menambah swap, kita upayakan. Kemudian, menyediakan repo, karena repo ini sangat tergantung kebutuhan pelaku pasar, mereka akses atau tidak. Kemudian, kita melakukan pembelian SBN baik itu di pasar sekunder maupun di pasar primer,” jelas Erwin.

    Adapun terkait Surat Berharga Negara (SBN), selama tahun 2025 hingga 22 April 2025, BI telah membeli SBN dengan total sebesar Rp80,98 triliun. Jumlah ini terdiri dari pembelian melalui pasar sekunder sebesar Rp54,98 triliun serta melalui pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp26,00 triliun.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pertumbuhan ekonomi RI triwulan I masih cukup tinggi bagi investor

    Pertumbuhan ekonomi RI triwulan I masih cukup tinggi bagi investor

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI: Pertumbuhan ekonomi RI triwulan I masih cukup tinggi bagi investor
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 07 Mei 2025 – 18:55 WIB

    Elshinta.com – Bank Indonesia (BI) memandang, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 yang mencapai 4,87 persen year on year (yoy) dinilai masih cukup tinggi bagi investor, meskipun di bawah konsensus pelaku pasar yang sebesar 4,92 persen yoy.

    “Tapi 4,87 persen still high enough bagi investor, apalagi nilai tukar kita juga menunjukkan kondisi yang membaik,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Erwin Gunawan Hutapea dalam acara Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu.

    Erwin mencatat, nilai tukar rupiah semakin membaik dengan pergerakan di bawah Rp16.500 per dolar Amerika Serikat (AS), bahkan sempat menyentuh di level 16.420 per dolar AS. Pada hari ini, Rabu (7/5), rupiah bergerak di level Rp16.500-an per dolar AS.

    Ia memastikan, BI akan tetap berada di pasar untuk menjaga kepercayaan pelaku pasar. BI juga memastikan kecukupan likuiditas untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan investor yang melakukan repatriasi dividen dan korporasi yang melakukan pembayaran utang luar negeri.

    Secara akumulasi, Erwin mengamini beberapa waktu belakangan terjadi outflow terutama dipengaruhi outflow dari pasar saham. Akan tetapi, ia melihat bahwa saat ini tekanan outflow sudah mulai mereda. Modal asing yang masuk terutama ke Surat Berharga Negara (SBN) saat ini juga sudah mulai lebih baik.

    “Ini tanda-tanda, yang menurut hemat kami, kepercayaan investor sudah mulai kembali. Tinggal kita bagaimana upaya dan langkah yang kita lakukan menjaga agar supply instrumen tetap ada, agar stabilitas dalam konteks nilai tukar dan kecukupan likuiditas rupiah tetap berada di pasar,” kata dia.

    Dari sisi global, Erwin menyampaikan bahwa ketidakpastian global yang didorong oleh tarif resiprokal AS masih terus berlangsung. Risiko konflik India-Pakistan yang baru-baru ini terjadi juga perlu diantisipasi. Sebab, kondisi geopolitik tetap menjadi faktor yang mempengaruhi pelaku pasar dalam melihat lanskap perekonomian dan pasar keuangan global.

    Selanjutnya, risiko perlambatan ekonomi dunia terutama yang terjadi di AS dan Tiongkok tampaknya semakin nyata. Bank Indonesia pun menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 dari semula 3,2 persen menjadi 2,9 persen. Secara khusus, BI mengoreksi proyeksi ekonomi AS dan China masing-masing menjadi 2 persen dan 4 persen.

    Pertumbuhan ekonomi AS yang akan terkoreksi serta defisit transaksi perdagangan yang lebih buruk dari perkiraan, hal ini turut menimbulkan tekanan bagi bank sentral AS atau The Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga (Fed Funds Rate/FFR).

    “Bacaan mereka (AS), inflasinya tidak turun secepat yang mereka kira sebelumnya, sehingga mereka masih menimbang-nimbang untuk melakukan cutting (suku bunga),” ujar Erwin.

    Sementara itu, beberapa bank sentral sudah mulai melakukan pemangkasan suku bunga seperti Filipina dan China. Erwin mengatakan, respon bank sentral apakah akan serentak melakukan pemangkasan di tengah perlambatan ekonomi global, keputusan ini akan sangat dinantikan pelaku pasar.

    “Tapi setiap bank sentral di tengah mandat yang mereka miliki juga mempertimbangkan faktor-faktor selain mendorong pertumbuhan, misalnya stabilitas. Karena begitu kita cutting rate dalam konteks konstelasi yang sedang bergerak sangat dinamis, ini kan sangat mempengaruhi bagaimana investor global itu akan melakukan rebalancing portfolio mereka,” kata Erwin.

    Sumber : Antara

  • Modus Dua Tersangka Kasus Judi Online Samarkan Uang Hasil TPPU, Melalui Perusahaan Cangkang – Halaman all

    Modus Dua Tersangka Kasus Judi Online Samarkan Uang Hasil TPPU, Melalui Perusahaan Cangkang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dittipideksus Bareskrim Polri mengungkap kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dari judi online (Judol) pada Rabu (7/5/2025).

    Dari pengungkapan kasus ini polisi menetapkan dua orang tersangka. 

    Kabareskrim Polri, Komjen Wahyu Widada menuturkan modus Dua tersangka menyamarkan uang TPPU dengan mendirikan perusahaan cangkang atau fiktif guna memfasilitasi 12 situs judol.

    “Modus operandi yang dilakukan para tersangka, mendirikan, mengendalikan, dan menggunakan perusahaan PT AST dan PT DBC untuk menempatkan, menerima, dan mentransaksikan uang hasil judi online,” ujarnya saat konferensi pers di Lobby Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu (7/5/2025).

    Menurutnya, kedua tersangka itu memiliki peran mendirikan dan menjalankan perusahaan cangkang yang bergerak dalam bidang teknologi informasi. 

    Tersangka inisial OHW selaku Komisaris PT A2Z Solusiindo Teknologi dan tersangka inisial H selaku Direktur PT A2Z Solusiindo Teknologi.

    “Menampung uang hasil judol pada rekening nomini lalu mendirikan perusahaan cangkang untuk menerima dan mengirim uang pada para tersangka,” tuturnya.

    Keduanya juga mentransfer uang pada rekening nomini pada beberapa pihak terafiliasi sebagai layering guna menyamarkan asal usul uang.

    Selain itu para tersangka melakukan pembelian aset berupa obligasi dan kepentingan pribadi lainnya mulai tahun 2018-2025.

    Menurutnya, pengungkapan itu dilakukan berdasarkan hasil koordinasi dan analisa yang dilakukan tim, baik dari PPATK maupun penyidik Dittipideksus Bareskrim Polri.

    Komjen Wahyu membeberkan, perputaran uang hasil judol itu ditempatkan ke berbagai rekening, rekening nomini, dan perusahaan cangkang dalam rangka menyamarkan layering yang telah dilakukan.

    Adapun total nilai barang bukti yang telah disita polisi dari para tersangka sejumlah Rp530 miliar lebih dengan perincian 4.656 rekening dari 22 bank dengan nilai objek Rp 250 miliar lebih atau tepatnya Rp 250.548.846.330. 

    Lalu, surat berharga negara atau obligasi bernilai Rp276 miliar lebih atau Rp 267.500.000.000.

    Ada juga empat unit kendaraan roda empat bertenaga listrik beserta surat tanda nomor kendaraan dengan rincian 1 unit merek Mercedes Bens dan 3 unit merek BYD. 

    “Selain itu, penyidik melakukan penyitaan dan pemblokiran terhadap 197 rekening lainnya dari 8 bank,” katanya.

    Kedua tersangka diduga melanggar pasal 4 UU nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan TPPU dengan hukuman pidana penjara maksimal 20 tahun dan denda paling banyak sejumlah Rp5 miliar.

  • Indonesia Makin Jor-joran Tarik Utang Baru, Bank Dunia Proyeksi Rasio Utang Bisa Tembus 40% pada 2025

    Indonesia Makin Jor-joran Tarik Utang Baru, Bank Dunia Proyeksi Rasio Utang Bisa Tembus 40% pada 2025

    Sementara dalam dokumen Laporan Kinerja DJPPR 2024, Kementerian Keuangan memastikan bahwa pemerintah akan terus mengambil kebijakan pengendalian rasio utang terhadap PDB pada level yang aman.

    Ditambah dengan pengelolaan yang baik seperti mempertimbangkan kemampuan membayar kembali, keserasian antara komposisi aset dan utang valas, serta parameter risiko keuangan negara lainnya.

    Adapun batas aman debt to GDP ratio yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN dan APBD tidak melebihi 60% dari PDB tahun yang bersangkutan.

    Defisit Fiskal Dikhawatirkan Melonjak

    Penarikan utang baru diproyeksikan untuk pembiayaan sejumlah program prioritas baru pemerintah. Pengeluaran negara yang terus membengkak di tengah seretnya penerimaan negara dikhawatirkan akan mendorong defisit fiskal melonjak 2,7 persen dari PDB.

    Di sisi lain, Undang-undang (UU) No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, mengamanatkan defisit anggaran harus di bawah 3 persen. Jika defisit anggaran melampaui 3 persen, pemerintah bisa disebut melanggar Undang-undang yang berisiko serius.

    Nah, untuk menekan defisit anggaran, salah satu caranya dengan makin jor-joran menerbitkan surat berharga negara (SBN). Namun, batas rasio utang pemerintah juga sudah ditetapkan maksimal 60 persen terhadap PDB.

    Meski rasio utang saat ini masih cukup jauh dari angka 60 persen, tetapi pemerintahan di masa mendatang akan terus menanggung beban utang serta bunganya.

  • Indonesia Kebanjiran Rp 2,36 Triliun Modal Asing, Ini Rinciannya – Page 3

    Indonesia Kebanjiran Rp 2,36 Triliun Modal Asing, Ini Rinciannya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing mengalir masuk pada pekan Keempat April 2025. Sepanjang 2025, tercatat masih banyak modal asing yang keluar dari Indonesia.

    Direktur Eksekutif Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, berdasarkan data transaksi 21 sampai dengan 24 April 2025  nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp2,36 triliun.

    “Nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp2,36 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp1,33 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp11,13 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp7,44 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” kata Ramdan dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Minggu (27/4/2025).

    Ramdan menambahkan selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 24 April 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp48,79 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp18,50 triliun di pasar SBN dan jual neto sebesar Rp12,64 triliun di SRBI.

    “Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” jelas Ramdan

    Premi CDS Indonesia 5 tahun per 24 April 2025 sebesar 98,96 bps, turun dibanding dengan 18 April 2025 sebesar 104,87 bps.

    Rupiah ditutup pada level (bid) Rp 16.865 per dolar AS. Sedangkan Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik terbatas ke 6,93%.

    Pergerakan Rupiah

    Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dinilai masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional.

    Demikian disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) seperti dikutip dari Antara, Kamis (24/4/2025).

    “Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional lainnya dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia di dalam menjaga stabilitas perekonomian,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar secara daring, dipantau di Jakarta, Kamis.