Produk: Rusunawa

  • Warga rela direlokasi ke rusunawa setelah puluhan tahun di kolong tol

    Warga rela direlokasi ke rusunawa setelah puluhan tahun di kolong tol

    Warga berjalan di bedeng yang dibangun di kolong Tol Jembatan Tiga, Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, pada Minggu (1/12/2034). (ANTARA/Mario Sofia Nasution)

    Warga rela direlokasi ke rusunawa setelah puluhan tahun di kolong tol
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 01 Desember 2024 – 18:00 WIB

    Elshinta.com – Warga mengaku relawan direlokasi ke Rusunawa Tongkol, Pademangan, setelah puluhan tahun tinggal di rumah bedeng yang mereka bangun di kolong Tol Jembatan Tiga Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

    “Saya hidup di sini sejak 1993 hingga memiliki lima anak dan lima cucu di sini,” kata Wasto, salah satu warga kolong tol tersebut saat relokasi dari lokasi tinggalnya selama ini di Jakarta, Minggu.

    Ia mengemukakan, dulu di lokasi tersebut adalah perkampungan. Dia ikut menggarap lahan lalu ada penggusuran jalan tol dan warga di sini pindah.

    “Setelah pembangunan selesai dan bisa ditempati beberapa warga kembali ke sini,” kata dia.

    Dulunya dia datang ke lokasi dan membangun tempat tinggal dengan membeli triplek bekas yang ditata hingga bisa ditempati.

    “Anak saya lahir di sini semua, sekarang tiga anak sudah berumah tangga dan dua anak masih belum menikah. Mereka semua tinggal di sini,” kata warga yang mengaku berasal dari Brebes, Jawa Tengah, itu.

    Menurut dia, untuk kebutuhan listrik ada warga yang menyalurkan dan dirinya membayar Rp20 ribu per bulan. Sedangkan untuk kebutuhan air, ada yang membuat sumur sendiri dan ada juga warga membeli melalui air gerobakan.

    “Semua warga di sini dari berbagai daerah, ada Brebes, Indramayu, Solo dan lainnya. Mereka ada yang memiliki KTP Jakarta,” kata dia.

    Ia mengaku senang dengan program pemerintah yang merelokasi dirinya dan warga ke rumah susun.

    Ia juga mengaku dapat lokasi di rumah susun yang memiliki satu kamar dan anak-anak yang lain sudah menikah dapat tempat pula.

    “Sejauh ini ngomongnya gak ada biaya tapi nanti ada biaya bulanan. Nanti juga dipikirkan,” kata dia.

    Warga lainnya bernama Siti Aminah mengaku tinggal di bawah kolong tol ini sejak 2002.

    Ia mengaku awalnya mengontrak rumah dan berjualan. Waktu ada uang dia beli bahan untuk hunian seperti kayu dan triplek.

    “Ada uang sejutaan dibeli bahan untuk hunian di sini dan sudah tinggal hampir 20 tahun di sini,” kata dia.

    Ia mengaku rela dipindahkan ke rusun agar bisa mendapatkan hunian yang lebih baik lagi.
    “Saya di sini berjualan dan nanti bisa jualan di sana juga untuk bayar sewa,” kata dia.

    Sebelumnya, Lurah Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Tommy Haryanto mengatakan, ada 500 kepala keluarga (KK) yang memiliki KTP Jakarta di kolong tol Jembatan Tiga ini.

    “Mereka direlokasi secara bertahap ke rusun yang sudah disiapkan pemerintah. Mereka yang bisa masuk rusun tentu yang memiliki KTP DKI Jakarta,” kata dia.

    Ia mengatakan, pemindahan ini dilakukan secara bertahap dan hari ini dilakukan relokasi terhadap 34 KK. “Besok kita lakukan lagi relokasi dan datanya sudah ada,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Pemkot Jakut relokasi warga kolong Tol Jembatan Tiga Pluit ke rusunawa

    Pemkot Jakut relokasi warga kolong Tol Jembatan Tiga Pluit ke rusunawa

    Puluhan warga yang selama ini tinggal di kolong Tol Jembatan Tiga Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, direlokasi ke Rusunawa Tongkol Pademangan pada Minggu (1/12/2024). (ANTARA/Mario Sofia Nasution)

    Pemkot Jakut relokasi warga kolong Tol Jembatan Tiga Pluit ke rusunawa
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 01 Desember 2024 – 13:19 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Kota Jakarta Utara merelokasi 34 Kepala Keluarga (KK) yang selama ini tinggal di kolong Tol Jembatan Tiga Pluit ke Rusunawa Tongkol Pademangan.

    “Hari ini kami memindahkan 34 KK yang memiliki KTP Jakarta ke lokasi rusun yang lebih layak. Pemindahan ini dilakukan secara bertahap,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Kota (Sekkot) Administrasi Jakarta Utara, Wawan Budi Rohman di Jakarta, Minggu.

    Ia mengatakan, selama ini warga tersebut tinggal di kolong tol yang dari sudut kesehatan, kebersihan dan keamanan sangat kurang layak.

    Menurut dia, pemindahan ini tidak dilakukan secara mendadak tapi proses yang sudah berjalan cukup lama dan mereka yang memiliki KTP Jakarta dipindahkan ke Rusunawa Tongkol Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.

    “Kita juga lakukan pemeriksaan kesehatan sebelum memindahkan mereka,” kata dia.

    Ia mengatakan, warga tersebut akan mendapatkan fasilitas rusun berupa kamar, air, listrik serta uang sewa gratis selama enam bulan sesuai arahan dari pimpinan.

    Setelah enam bulan, mereka yang direlokasi membayar tarif khusus di bawah tarif biasa.
    “Sebelum kita pindahkan mereka, kita ajak dulu ke rusun untuk melihat kondisi tempat tinggal mereka nantinya,” kata dia.

    Lurah Penjaringan Tommy Haryanto mengatakan, total ada 500 KK yang memiliki KTP DKI Jakarta dan yang akan dipindahkan secara bertahap.

    “Hari ini pemindahan tahap pertama dan selanjutnya dilakukan di hari berikutnya sesuai dengan jadwal yang ada,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Puluhan tahun tinggal di kolong tol, warga rela direlokasi ke rusunawa

    Puluhan tahun tinggal di kolong tol, warga rela direlokasi ke rusunawa

    Saya hidup di sini sejak 1993 hingga memiliki lima anak dan lima cucu di sini

    Jakarta (ANTARA) – Warga mengaku rela direlokasi ke Rusunawa
    Tongkol, Pademangan, setelah puluhan tahun tinggal di rumah bedeng yang mereka bangun di kolong Tol Jembatan Tiga Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

    “Saya hidup di sini sejak 1993 hingga memiliki lima anak dan lima cucu di sini,” kata Wasto, salah satu warga kolong tol tersebut saat relokasi dari lokasi tinggalnya selama ini di Jakarta, Minggu.

    Ia mengemukakan, dulu di lokasi tersebut adalah perkampungan. Dia ikut menggarap lahan lalu ada penggusuran jalan tol dan warga di sini pindah.

    “Setelah pembangunan selesai dan bisa ditempati beberapa warga kembali ke sini,” kata dia.

    Dulunya dia datang ke lokasi dan membangun tempat tinggal dengan membeli triplek bekas yang ditata hingga bisa ditempati.

    “Anak saya lahir di sini semua, sekarang tiga anak sudah berumah tangga dan dua anak masih belum menikah. Mereka semua tinggal di sini,” kata warga yang mengaku berasal dari Brebes, Jawa Tengah, itu.

    “Semua warga di sini dari berbagai daerah, ada Brebes, Indramayu, Solo dan lainnya. Mereka ada yang memiliki KTP Jakarta,” kata dia.

    Ia mengaku senang dengan program pemerintah yang merelokasi dirinya dan warga ke rumah susun.

    Ia juga mengaku dapat lokasi di rumah susun yang memiliki satu kamar dan anak-anak yang lain sudah menikah dapat tempat pula.

    “Sejauh ini ngomongnya gak ada biaya tapi nanti ada biaya bulanan. Nanti juga dipikirkan,” kata dia.

    Warga lainnya bernama Siti Aminah mengaku tinggal di bawah kolong tol ini sejak 2002.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2024

  • Momen Sekda Jakarta Terus Dibisiki Maruarar Sirait soal Relokasi Warga Kolong Tol…

    Momen Sekda Jakarta Terus Dibisiki Maruarar Sirait soal Relokasi Warga Kolong Tol…

    Momen Sekda Jakarta Terus Dibisiki Maruarar Sirait soal Relokasi Warga Kolong Tol…
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait membisiki Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Marullah Matali saat sesi wawancara cegat (
    doorstop
    ) usai mereka merelokasi sejumlah warga kolong jembatan dan kolong tol ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
    Pada momen ini, Marullah berdiri di antara Marullah dan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
    Hadir juga Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi, dan Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta Kelik Indriyanto.
    Mulanya Marullah menjawab pertanyaan salah satu wartawan tentang bagaimana nasib warga yang direlokasi tidak sanggup membayar biaya sewa setelah enam bulan.
    Marullah menjelaskan, biaya sewa rusunawa dengan tipe 36 senilai Rp 550.000 per bulan. Bagi warga yang baru direlokasi akan digratiskan selama enam bulan ke depan, kecuali listrik dan air.
    “Kami yakin, ketika mereka berada di sini selama enam bulan, mereka sudah bisa menghasilkan sesuatu,” kata Marullah di Rusunawa Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (30/11/2024).
    Selama kurun waktu enam bulan itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memberikan pelatihan keterampilan untuk bekal warga yang direlokasi mendapatkan pekerjaan.
    “Enam bulan kemudian mereka Insya Allah akan mendapatkan pekerjaan, mereka menghasilkan sesuatu dan mereka bisa membayar…,” kata Marullah yang seketika kalimatnya terpenggal.
    Maruarar yang berada di samping kirinya tiba-tiba membisiki Marullah. Tidak diketahui apa yang disampaikan Maruara. Tak berselang lama, Marullah kembali melanjutkan kalimatnya.
    “Sebagian mereka memang sudah ini, sudah punya pekerjaan. Jadi, pekerjaan yang mereka geluti di tempat yang lama itu, masih menghasilkan,” ungkap Marullah setelah mendapatkan bisikan dari Maruarar.
    “Enam bulan kemudian pun masih ada (penghasilan), dan Insya Allah mereka bisa membayar Rp 550.000 yang menjadi kewajiban mereka membayar di sini,” tambahnya.
    Diberitakan sebelumnya, 139 kepala keluarga (KK) yang sebelumnya bertempat tinggal di kolong tol atau kolong jembatan berbagai wilayah di Jakarta direlokasi ke rusunawa.
    Sebanyak 44 KK terdiri dari 22 unit tipe 30 dengan biaya retribusi Rp 360.000 per bulan dan 22 unit tipe 36 dengan retribusi Rp 550.00 per bulan.
    Kemudian sebanyak 95 KK direlokasi ke Rusunawa Daan Mogot Blok sebanyak 20 unit, Rusunawa Daan Mogot Tower sebanyak 4 unit, Rusunawa Tegal Alur sebanyak 26 unit, Rusunawa PIK I Pulogadung sebanyak 45 unit. Adapun 95 KK itu mendapatkan unit dengan tipe 36.
    Di luar 139 KK itu, ada sebanyak 6 KK yang sebelumnya bertempat tinggal di kolong tol jembatan Sungai Landak yang akan dipindahkan ke Rusunawa Nagrak. Terakhir, 1 KK yang sebelumnya bermukim di kolong tol Fly Over Basura direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek.
    “Untuk warga kolong jembatan dan kolong tol wilayah lainnya, secara bertahap juga akan dilaksanakan perpindahan ke lokasi rusunawa yang masih tersedia sebanyak 874 unit,” ujar Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kelik Indriyanto di Rusunawa Rawa Buaya, Sabtu.
    “Di mana pada saat ini jajaran wali kota di wilayah lainnya sedang berproses juga untuk pendataan dan verifikasi kepada warga kolom jembatan dan kolom tol,” kata dia.
    Pemprov DKI Jakarta juga akan membebaskan biaya retribusi selama enam bulan untuk warga kolong jembatan yang baru saja dipindahkan.
    Namun untuk pembayaran listrik dan air, menjadi tanggung jawab warga untuk membayar sendiri sesuai dengan penggunaan dari masing-masing unit.
    “Akan dilaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pemberian pelatihan keterampilan, pemberian bantuan natura, dan peralatan serta pemberian akses berusaha atau bekerja dari instansi terkait,” pungkas dia
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kisah Keluarga Tiga Generasi Pindah ke Rusun, Tinggalkan Kenangan Puluhan Tahun di Kolong Tol

    Kisah Keluarga Tiga Generasi Pindah ke Rusun, Tinggalkan Kenangan Puluhan Tahun di Kolong Tol

    Kisah Keluarga Tiga Generasi Pindah ke Rusun, Tinggalkan Kenangan Puluhan Tahun di Kolong Tol
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Sudah 24 tahun, Wulan (24) hidup di bawah
    kolong Tol
    Angke atau kolong jalan Tol Cawang-Tomang-Pluit Kilometer 17, Jelambar Baru, Jakarta Barat.
    Meskipun sederhana, banyak kenangan yang terlukis di sana.
    Beton
    kolong tol
    menjadi saksi bisu dari kerasnya kehidupan keluarga Wulan.
    Bagaimana tidak?
    Di bawah kolong tol itu, Wulan lahir dari rahim ibundanya, Yulihartari (56), yang merupakan buah madu kasih dengan Kamsari (68).
    Sementara, Wulan kini sudah mempunyai anak yang bernama Nur Hasanah (3).
    Namun, suaminya sudah meninggal dunia.
    “Saya lahir di sana (kolong tol), 24 tahun tinggal di sana, lalu saya melahirkan anak juga di sana. Anak saya satu, usianya 3 tahun,” ujar Wulan saat ditemui Kompas.com di
    Rusunawa
    Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (30/11/2024).
    Dalam periode 24 tahun terakhir ini, panas dan dingin menjadi sahabat keluarga Wulan.
    Layaknya Katara dalam Avatar: The Last Airbender, keluarga Wulan harus tidur di atas air ketika musim hujan tiba.
    “Sering banjir di situ. Kalau sudah banjir, ya sudah, kami tidurnya di atas air,” jawab Wulan dengan santai.
    Wulan mengandalkan juru parkir (jukir) liar di sebuah persimpangan sebagai mata pencaharian utama.
    Kakak angkatnya, Effendi (26), bekerja serabutan jika ada panggilan.
    “Kerja markir dapat Rp 20.000, Rp 30.000, cuma buat beli susu sama buat makan besok, sudah habis, sudah enggak ada lagi. Boro-boro bisa menabung,” keluh Wulan.
    Sudah beberapa tahun terakhir, Yulihartari terpaksa berhenti bekerja sebagai tukang cuci gosok pakaian.
    Dia diminta Kamsari untuk berhenti karena kerap jatuh sakit.
    Sedangkan, sudah tiga bulan terakhir Kamsari tidak lagi bekerja tarik bajaj.
    Sebab, kendaraan roda tiga itu dicuri oleh orang yang tak bertanggung jawab.
    “Sekarang (Kamsari) enggak kerja. Itu saja pas bajajnya hilang, bapak saya diminta ganti rugi Rp 10 juta,” ungkap Wulan dengan nada memelas.
    Beruntung, ada orang baik yang meminjamkan uang sehingga urusan bajaj tidak terlalu dipusingkan keluarga Wulan.
    Tinggal cicilan per bulan saja.
    Kini, keluarga Wulan menjadi salah satu keluarga yang direlokasi oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dari kolong tol ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
    Keluarga Wulan mendapatkan tempat di Rusunawa Rawa Buaya.
    Saat pertama kali mengetahui pengumuman akan direlokasi, keluarga Wulan cukup terkejut.
    Awalnya, mereka berpikir keras akan bermukim di mana.
    “Tadinya kan kami sudah enak di situ, tiba-tiba ada gusuran. Orangtua saya juga syok, keluarga saya juga syok gara-gara pindah ke sini. Di kolong sana juga sudah lumayan lama,” ucap Wulan.
    “Sebenarnya sih, orang-orang juga enggak mau ya kan pindah ke sini. Bingung saya juga sih. Bahagia ada, sedih juga ada. Kan lumayan lama kami tinggal di sana, banyak kenangan di sana,” kata Wulan lagi.
    Namun, keluarga Wulan tetap mengikuti arahan dari Pemprov DKI Jakarta.
    Mereka menyadari bahwa selama ini bermukim bukan di tempat yang layak.
    Oleh karena itu, keluarga Wulan menerima tawaran dari Pemprov DKI Jakarta untuk direlokasi ke rusunawa.
    “Kami turuti apa kata pemerintah saja. Kalau misalnya kami harus pindah, ya pindah,” ujar dia.
    Wulan mengaku sudah melihat huniannya. Rasa haru seketika mengalir dalam tubuhnya.
    Sebab, Wulan sudah tidak lagi menjadi pengendali air seperti Katara.
    “Sudah enggak tidur di atas air lagi. Sudah bersyukur dapat hunian kayak begini, sudah terima kasih, enggak kena panas, enggak kena hujan. Buat tempati orangtua juga enak,” kata Wulan.
    Dia mengaku akan beradaptasi dengan lingkungan barunya selama enam bulan ke depan.
    Jangka waktu itu merupakan pembebasan biaya sewa bagi warga yang direlokasi dari kolong tol.
    Setelah enam bulan habis, keluarga Wulan akan membayar Rp 550.000 per bulan karena mereka memilih tipe 36.
    “Untuk lanjut atau enggak setelah enam bulan, ya bagaimana nanti saja, beradaptasi dulu. Setelah itu, ya lihat nanti,” pungkas Wulan.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Rumah-rumah Kosong di Kolong Tol Angke, Ditinggal Pemilik ke Kehidupan Baru…

    Rumah-rumah Kosong di Kolong Tol Angke, Ditinggal Pemilik ke Kehidupan Baru…

    Rumah-rumah Kosong di Kolong Tol Angke, Ditinggal Pemilik ke Kehidupan Baru…
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Di bawah naungan kolong Tol Angke, deretan rumah semi permanen yang dulunya penuh orang kini tampak lengang. Sebagian besar telah ditinggalkan, menyisakan dinding tripleks yang sunyi dan pintu-pintu yang digembok rapat.
    Para pemilik yang bertahun-tahun menetap di sana, kini melangkah ke kehidupan baru di
    Rusun Rawa Buaya
    .
    Sambil mengemas barang-barang seperti kasur dan lemari plastik, warga seperti Desi (26) mengakui beratnya meninggalkan tempat yang telah menjadi rumah sejak kecil. 
    “Sebenarnya tidak mau pindah, tapi ya bagaimana lagi,” ujarnya, Sabtu (30/11/2024).
    Kata Desi, hanya warga dengan KTP Jakarta yang dapat direlokasi ke rusun.
    Selama enam bulan pertama, warga akan tinggal di rusun secara gratis, namun setelah itu diwajibkan membayar biaya sewa.
    “Saya ambil yang tipe 30, kemarin Rp 300.000 per bulan, belum termasuk air dan listrik. Kalau dihitung semua, ya lumayan mahal,” kata dia.
    Namun, tidak semua penghuni beruntung. Mereka yang ber-KTP luar Jakarta, seperti Yoknio (71), hanya bisa menatap rumah-rumah kosong itu dengan kebingungan.
    Dia tidak mendapatkan jatah unit rusun karena ber-KTP Tangerang.
    Yoknio, yang telah tinggal di kolong tol sejak tahun 2012, harus meninggalkan tempat tersebut tanpa memiliki tujuan jelas.
    “Saya KTP Tangerang, bingung mau tinggal di mana. Di Tangerang sudah tidak ada keluarga. Barang sudah di-packing, tapi bingung mau dikemanain,” ujar Yoknio.
    Menurut Yoknio, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana memberikan kompensasi berupa uang ganti rugi bagi warga non-KTP Jakarta.
    Yoknio sebenarnya bersedia tinggal di rusun jika diizinkan.
    Tetapi dia juga khawatir tidak mampu membayar biaya sewa setelah masa gratis enam bulan pertama berakhir.
    “Saya mau-mau saja yang penting masih bisa usaha. Kalau di rusun memang dikasih bantuan selama enam bulan gratis, ke depannya bayar. Tetapi, kita bakal panjang tinggal di sana, jadi takut bingung bayarnya nanti,” kata Yoknio.
    Sebanyak 139 kepala keluarga (KK) yang sebelumnya bertempat tinggal di kolong tol atau kolong jembatan berbagai wilayah di Jakarta direlokasi ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
     
    Hal tersebut diumumkan Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta Kelik Indroyanto dalam acara penyerahan kunci kepada penghuni perpindahan kolong tol Jalan Inspeksi Kanal Barat (Jelambar Baru) ke Rusunawa Rawa Buaya.
    “Terdapat 139 KK yang ber-KTP DKI yang akan dipindahkan ke beberapa lokasi rusunawa yang dikelola Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta,” ujar Kelik di Rusunawa Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (30/11/2024).
    Sebanyak 44 KK terdiri dari 22 unit tipe 30 dengan biaya retribusi Rp 360.000 per bulan dan 22 unit tipe 36 dengan retribusi Rp 550.00 per bulan.
    Kemudian sebanyak 95 KK direlokasi ke Rusunawa Daan Mogot Blok sebanyak 20 unit, Rusunawa Daan Mogot Tower sebanyak 4 unit, Rusunawa Tegal Alur sebanyak 26 unit, Rusunawa PIK I Pulogadung sebanyak 45 unit. Adapun 95 KK itu mendapatkan unit dengan tipe 36.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pemerintah harap relokasi warga kolong tol bisa tingkatkan hidup

    Pemerintah harap relokasi warga kolong tol bisa tingkatkan hidup

    Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Republik Indonesia Maruarar Sirait berbincang dengan warga yang direlokasi di Rusunawa Rawa Buaya, Jakarta Barat, Sabtu (30/11/2024). ANTARA/Siti Nurhaliza

    Pemerintah harap relokasi warga kolong tol bisa tingkatkan hidup
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Sabtu, 30 November 2024 – 23:35 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah berharap relokasi warga kolong tol atau jembatan di Jakarta ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa) untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

    “Ini komitmen yang harus kita bangun bersama untuk kesejahteraan. Kita berharap, bukan hanya memindahkan tempat tidurnya, tapi memindahkan juga ruang untuk bisa bekerja, termasuk beribadah yang lebih baik lagi dan kualitas hidup,” kata Menteri Koordinator (Menko) Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam acara penyerahan kunci kepada penghuni perpindahan kolong tol Jalan Inspeksi Kanal Barat (Jelambar Baru) ke Rusunawa Rawa Buaya, Jakarta Barat, Sabtu.

    Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana memindahkan 1.054 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di bawah kolong jembatan dan tol yang tersebar di Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur ke sejumlah rusunawa.

    Dalam kesempatan ini, Menko AHY merelokasi 44 KK warga yang tinggal di kolong Tol Jalan Inspeksi Kanal Baray ke Rumah Susun (Rusun) Rawa Buaya, Jakarta Barat.

    AHY menyebut beberapa keluarga tersebut banyak yang sudah puluhan tahun tinggal di tempat yang kurang layak tersebut.

    “Untuk pertama kalinya bagi saudara-saudara kita yang bukan hanya tahunan, bukan hanya belasan tahun, bahkan puluhan tahun, tiga generasi, hidup dengan penuh keterbatasan. Kita yang tidak pernah merasakan hidup di bawah kolong jembatan tentu tidak bisa pura-pura memahami bagaimana situasi ini,” ujar AHY.

    AHY mengaku terharu usai mendengar beberapa warga yang sudah tinggal puluhan tahun di kolong jembatan.

    Bagi AHY, warga kerap menahan rasa cemas hingga takut selama tinggal di kolong jembatan atau tol.

    “Pagi, siang, malam, dalam rasa cemas, takut, rasa tidak aman, dengan banyak sekali tantangan secara ekonomi. Tadi, kalau kita dengarkan testimoni satu per satu, mungkin berkaca-kaca mata kita,” ungkap AHY.

    Lebih lanjut, AHY berharap, dengan adanya pemindahan warga ke Rusun Rawa Buaya yang lebih layak ini dapat mengubah nasib keluarga tersebut ke depan.

    “Karena sekali lagi, tentu sangat berat apa yang harus dihadapi oleh saudara-saudara kita tadi dan Alhamdulillah hari ini, kita bisa menjadi bagian dari itikad mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia,” sebut AHY.

    AHY turut mengapresiasi Pemprov DKI Jakarta dan seluruh jajaran wali kota yang terlibat secara langsung untuk bisa meyakinkan masyarakat agar mau direlokasi ke rusun di Jakarta demi memperbaiki dari garis kemiskinan dan mencapai kehidupan yang lebih layak.

    Tiga generasi

    Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Republik Indonesia Maruarar Sirait berbincang dengan warga yang direlokasi di Rusunawa Rawa Buaya, Jakarta Barat.

    Maruarar menyebut, ada warga yang sudah 40 tahun di bawah kolong jembatan.

    “Ibu siapa namanya? Sudah berapa lama di kolong jembatan?,” tanya Maruarar ke warga.

    “Ibu Yani, ini anak saya usianya 23 tahun dan dia juga sudah punya anak. Jadi, sudah tiga generasi. Jadi, ibunya ada di kolong dan anaknya dia lahir di kolong juga pak,” jawab Yani.

    Yani pun mengaku senang ketika bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak bersama anak dan cucunya.

    Lebih lanjut, Maruarar meminta Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi dan walikota se-Jakarta untuk bisa lebih bekerja keras menciptakan kualitas hidup masyarakat Jakarta yang lebih baik.

    Maruarar juga menyarankan Taman Kalijodo yang memiliki luas lima hektare bisa dikelola menjadi lebih baik dengan dibuat jalur lari (jogging track) dan tempat pelaku UMKM berdagang.

    “Ya usul saya, dibuat yang bagus tamannya, nanti ada buat jogging track, bisa buat UMKM. Yang dilatih, nanti dengan kepala dinas pemberdayaan UMKM bisa dagang ke situ. Tapi dibuat yang rapi,” ucap Maruarar.

    Sumber : Antara

  • Buat Sayembara Tangkap Harun Masiku, Ara: Saya Tidak Mau Negara Kalah dengan Koruptor

    Buat Sayembara Tangkap Harun Masiku, Ara: Saya Tidak Mau Negara Kalah dengan Koruptor

    Jakarta, Beritasatu.com – Politikus Partai Gerindra, Maruarar Sirait, mengungkapkan alasan dirinya mengadakan sayembara untuk menangkap buronan KPK Harun Masiku. Dalam sayembara ini, ia menawarkan hadiah senilai Rp 8 miliar dari uang pribadinya.

    Menurut Ara, sapaan akrab Maruarar, langkah tersebut dilakukan karena ia merasa tidak rela apabila Indonesia tunduk kepada seorang koruptor.

    “Saya sebagai warga negara tidak terima negara saya, bangsa ini, kalah dengan koruptor yang namanya Harun Masiku. Saya yakin ada masalah-masalah besar yang dia simpan, dan dia melibatkan orang-orang besar. Saya tidak tahu ya,” kata Ara saat ditemui di Rusunawa Rawa Buaya, Sabtu, (30/11/23).

    Menteri perumahan dan kawasan permukiman (PKP) tersebut menambahkan, sayembara ini diharapkan menjadi momentum dalam melibatkan masyarakat dalam memburu pelaku korupsi seperti Harun Masiku.

    “Ini sudah waktunya rakyat terlibat. Pasang mata dan telinga baik-baik, dari berkat yang Tuhan kasih kepada saya, saya tidak mau negara ini kalah dari koruptor yang namanya Harun Masiku. Negara ini harus menang,” tegasnya.

    Ara juga mengungkapkan, sejak mengadakan sayembara penangkapan Harun Masiku, ia menerima dukungan positif dari sejumlah pihak, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

  • Bikin Sayembara Tangkap Harun Masiku, Maruarar: Saya Tidak Terima Bangsa Ini Kalah oleh Koruptor

    Bikin Sayembara Tangkap Harun Masiku, Maruarar: Saya Tidak Terima Bangsa Ini Kalah oleh Koruptor

    Bikin Sayembara Tangkap Harun Masiku, Maruarar: Saya Tidak Terima Bangsa Ini Kalah oleh Koruptor
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Politikus Partai Gerindra, Maruarar Sirait, mengaku tidak terima jika Indonesia harus kalah oleh koruptor.
    Itu sebabnya Ara, sapaan Maruarar, membuat sayembara dengan hadiah Rp 8 miliar untuk warga yang berhasil menangkap buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Harun Masiku.
    “Saya sebagai warga negara tidak terima bangsa ini kalah oleh koruptor seperti Harun Masiku,” ujar Ara saat ditemui di Rusunawa Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (30/11/2024).
    Menurut Ara, Harun Masiku menyimpan rahasia besar yang dapat melibatkan pihak-pihak berkepentingan.
    Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) itu menegaskan pentingnya peran masyarakat dalam memberantas korupsi, terutama kasus Harun Masiku.
    “Sudah waktunya rakyat terlibat. Pasang mata dan telinga. Dengan berkat yang Tuhan berikan kepada saya, saya tidak mau bangsa ini kalah oleh koruptor seperti Harun Masiku. Negara ini harus menang,” tegasnya.
    Ara juga mengungkapkan bahwa ia mendapatkan dukungan dari KPK dan beberapa anggota DPR RI setelah mengumumkan sayembara tersebut.
    Sebelumnya, Ara menawarkan hadiah Rp 8 miliar dari dana pribadinya sebagai insentif untuk menemukan Harun Masiku.
    Ia menekankan bahwa partisipasi publik sangat penting untuk memastikan tidak ada individu yang kebal hukum di Indonesia.
    “Kita ingin memastikan bahwa tidak ada yang kebal hukum di negara ini. Masa seorang tersangka yang sudah bertahun-tahun bisa bebas berkeliaran?” kata Ara saat ditemui di Stasiun Manggarai, Rabu (27/11/2024), seperti dikutip dari Kontan.co.id.
    Ara menambahkan, kasus Harun Masiku perlu diungkap kembali mengingat minimnya perkembangan selama bertahun-tahun.
    Untuk diketahui, eks kader PDI-P Harun Masiku menjadi buron atas kasus dugaan suap terhadap mantan Komisioner KPU Wahyu Setiawan.
    Harun merupakan salah satu dari empat tersangka dalam kasus dugaan suap terkait pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR RI periode 2019-2024.
    Ia diduga menyuap Wahyu Setiawan sebesar Rp 1,5 miliar, yang sebagian dari dana itu diduga disiapkan untuk diberikan kepada komisioner KPU lainnya. Tujuannya adalah agar KPU menetapkan Harun sebagai anggota DPR RI.
    Dalam Pemilu Legislatif 2019, Harun yang berada di posisi keenam berupaya menggantikan Nazarudin Kiemas yang meninggal dunia. Padahal, kursi tersebut seharusnya diberikan kepada calon legislatif dengan suara terbanyak kedua, yakni Riezky Aprilia.
    PDI-P mengklaim bahwa proses penunjukan Harun sebagai pengganti Nazarudin telah melalui mekanisme pergantian antarwaktu (PAW).
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • AHY, Maruarar, dan Tito Karnavian Ikut Serahkan Kunci Rusun untuk 139 KK Warga Kolong Jembatan

    AHY, Maruarar, dan Tito Karnavian Ikut Serahkan Kunci Rusun untuk 139 KK Warga Kolong Jembatan

    AHY, Maruarar, dan Tito Karnavian Ikut Serahkan Kunci Rusun untuk 139 KK Warga Kolong Jembatan
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Sebanyak tiga menteri dan satu wakil menteri kabinet Merah Putih berkumpul untuk menyerahkan secara simbolis kunci rumah susun sederhana sewa (rusunawa) untuk warga yang sebelumnya bermukim di kolong jembatan, Sabtu (30/11/2024).
    Mereka yang menyerahkan adalah Menteri Koordinator (Menko) Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait, Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, dan Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Marullah Matali.
    Dalam kesempatan ini, hadir juga Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi dan Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta Kelik Indriyanto.
    Maruarar dalam sambutannya menceritakan, ia pada Jumat (29/11/2024) malam bersama Marullah sempat menyambangi warga yang bertempat tinggal di kolong jembatan. Beberapa ada yang mau direlokasi, ada juga yang tidak.
    Di sana, ia juga berbincang dengan beberapa warga mengenai keluh kesahnya selama tinggal di kolong jembatan.
    “Sampai sekitar pukul 01.30 WIB dini hari, masuk ke (kolong) jembatan. Di sana ada yang lahir di situ, punya anak, dan anaknya lahir di situ lagi,” kata Maruarar di Rusunawa Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (30/11/2024).
    “Jadi, yang paling lama itu ada yang tinggal 40 tahun di bawah kolong jembatan,” tambah dia.
    Dalam kesempatan yang sama, Kelik mengumumkan, sebanyak 139 kepala keluarga (KK) yang sebelumnya bertempat tinggal di kolong tol atau kolong jembatan berbagai wilayah di Jakarta direlokasi ke rusunawa.
    Sebanyak 44 KK terdiri dari 22 unit tipe 30 dengan biaya retribusi Rp 360.000 per bulan dan 22 unit tipe 36 dengan retribusi Rp 550.000 per bulan.
    Kemudian sebanyak 95 KK direlokasi ke Rusunawa Daan Mogot Blok sebanyak 20 unit, Rusunawa Daan Mogot Tower sebanyak 4 unit, Rusunawa Tegal Alur sebanyak 26 unit, Rusunawa PIK I Pulogadung sebanyak 45 unit. Adapun 95 KK itu mendapatkan unit dengan tipe 36.
    Di luar 139 KK itu, ada sebanyak 6 KK yang sebelumnya bertempat tinggal di kolong tol jembatan Sungai Landak yang akan dipindahkan ke Rusunawa Nagrak. Terakhir, 1 KK yang sebelumnya bermukim di kolong tol Fly Over Basura direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek.
    “Untuk warga kolong jembatan dan kolong tol wilayah lainnya, secara bertahap juga akan dilaksanakan perpindahan ke lokasi rusunawa yang masih tersedia sebanyak 874 unit,” ujar Kelik.
    “Di mana pada saat ini jajaran wali kota di wilayah lainnya sedang berproses juga untuk pendataan dan verifikasi kepada warga kolom jembatan dan kolom tol,” kata dia.
    Pemprov DKI Jakarta juga akan membebaskan biaya retribusi selama enam bulan untuk warga kolong jembatan yang baru saja dipindahkan.
    Namun untuk pembayaran listrik dan air, menjadi tanggung jawab warga untuk membayar sendiri sesuai dengan penggunaan dari masing-masing unit.
    “Akan dilaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pemberian pelatihan keterampilan, pemberian bantuan natura, dan peralatan serta pemberian akses berusaha atau bekerja dari instansi terkait,” pungkas dia.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.