Produk: Rusunawa

  • 198 Warga Mengungsi di Musala dan Rusunawa, Lokasi Ini Sudah Surut

    198 Warga Mengungsi di Musala dan Rusunawa, Lokasi Ini Sudah Surut

    PIKIRAN RAKYAT – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat 198 warga mengungsi di musala dan rusunawa terdekat akibat banjir di Jakarta Barat hingga Sabtu, 8 Februari 2025 pukul 14.00 WIB.

    Data ratusan warga yang mengungsi karena banjir tersebut dikonfirmasi oleh Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji.

    “Ratusan pengungsi berada di enam lokasi,” kata Isnawa di Jakarta pada Sabtu, 8 Februari 2025 seperti dilansir dari laman Antara.

    Lokasi Banjir di Jakarta Barat

    Ia merinci 6 lokasi banjir di Masjid Shofatul Ummah, Pegadungan, Kalideres (10 kepala keluarga/40 warga), serta Rusunawa V RT 15/RW 3, Tegal Alur, Kalideres (3 KK/11 orang).

    Musholla Al Hidayah RW 3, Tegal Alur, Kalideres (6 KK/30 orang), RPTRA Alur Anggrek RT 8/RW 4, Tegal Alur, Kalideres (18 KK/41 warga) serta Musholla Al Mukhlisin, RT 2/ RW 4, Tegal Alur, Kalideres (9 KK/36 jiwa).

    “Lalu, Musholla Nurul Mu’min RW 10, Cengkareng Barat, Cengkareng dengan 10 KK/40 jiwa,” ujar Isnawa menambahkan.

    Sementara itu, bantuan yang diberikan di antaranya 40 kotak makanan siap saji serta 4 dus air mineral.

    BPBD DKI mencatat banjir di Jakarta Barat masih melanda di 20 RT dan 3 ruas jalan hingga pukul 14.00 WIB.

    Sebanyak 20 RT ini berada di Jakarta Barat yakni Kedaung Kaliangke (7 RT), 6 RT di Tegal Alur, 3 di Pegadungan, Kapuk (1), Cengkareng Barat (1), dan Cengkareng Timur (2).

    Penyebab Banjir di Jakarta Barat

    Penyebab banjir dengan ketinggian air 30 sampai dengan 100 cm tersebut adalah curah hujan yang tinggi.

    Sebanyak 3 ruas jalan tergenang di Jalan Tanjung Duren Raya, RT 12/RW 2 dan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat dengan ketinggian 30 cm.

    Jalan Benda Raya RT 2/RW 1, Kamal, Jakarta Barat dengan ketinggian 25 cm, serta Jalan Bumi Cengkareng Indah (Rusun BCI), Cengkareng Timur, Jakarta Barat setinggi 60 cm.

    “Banjir yang sudah surut yakni Rawa Buaya satu RT dan Jelambar satu RT,” ucapnya.

    Air juga sudah surut di Jalan Perumahan Green Garden RW 4 (McD), Kedoya Utara (Jakarta Barat), jalan bawah tanah (underpass) Matraman, Kenari (Jakarta Pusat) serta Jalan Prof. Latumenten RT 7/RW 4, Jelambar (Jakarta Barat).***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Gaduh Soal Sewa Rusun, DPRD Jakarta Desak Dinas PRKP Cabut Kebijakan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 Februari 2025

    Gaduh Soal Sewa Rusun, DPRD Jakarta Desak Dinas PRKP Cabut Kebijakan Megapolitan 9 Februari 2025

    Gaduh Soal Sewa Rusun, DPRD Jakarta Desak Dinas PRKP Cabut Kebijakan
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com – Anggota Komisi D DPRD Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Ida Mahmudah, mengkritik kebijakan pembatasan masa sewa rumah susun (Rusun) di Jakarta yang baru-baru ini diumumkan oleh Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP).
    Wakil rakyat dari komisi yang membidangi dinas tersebut menilai kebijakan itu tidak tepat dan justru memberatkan masyarakat kecil.
    “Saya minta Dinas PRKP segera menghentikan kegaduhan ini. Kebijakan ini ngawur. Rakyat kecil baru saja menghadapi masalah kenaikan harga LPG, sekarang harus khawatir dengan batas waktu sewa Rusun,” ujar Ida dalam keterangannya, Sabtu (8/2/2025).
    Ida juga menyoroti kurangnya sosialisasi terkait kebijakan ini sehingga menimbulkan keresahan di kalangan penghuni Rusun.
    Ia meminta agar pemerintah mencabut pernyataan untuk sementara dan melakukan publikasi ulang dengan pendekatan yang lebih baik.
    “Jangan membuat masyarakat resah. Saya minta pernyataan ini dicabut dulu, kemudian dipublikasikan ulang agar penghuni Rusun bisa tenang,” tegas Ida.
    Ia pun menekankan, banyak penghuni Rusun yang belum mampu membeli rumah sendiri dan tetap harus membayar sewa setiap bulan, di samping memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
    “Kalau mereka punya tunggakan sebesar itu, berarti mereka belum sejahtera. Jangan sampai kebijakan ini justru membuat mereka kembali tinggal di kolong tol atau bantaran kali,” ungkapnya.
    Ia juga mengingatkan bahwa kesejahteraan warga adalah prioritas bagi Gubernur Jakarta terpilih Pramono Anung dan Wakil Gubernur Rano Karno.
    “Kalau ada yang menganggur, berikan pelatihan kerja atau bantu mereka membuka usaha. Pemerintah harus hadir memberikan solusi, bukan justru menekan mereka yang sedang kesulitan,” kata Ida.
    Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jakarta melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) berencana membatasi masa sewa hunian di rusun.
    Sekretaris DPRKP Jakarta, Meli Budiastuti menyatakan, peraturan ini tengah dirumuskan dalam usulan revisi Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 111 Tahun 2014.
    “Pergub sudah hampir final, sudah ada di Biro Hukum. Orang tinggal di rusun itu bukan untuk selamanya. Bukan untuk warisan juga, tidak bisa diturunkan,” ujar Meli saat dikonfirmasi, Kamis (6/2/2025).
    Berdasarkan rencana ini, penghuni terprogram hanya dapat menyewa selama maksimal 10 tahun dengan skema lima kali perpanjangan.
    Sedangkan penghuni umum hanya dapat menyewa selama enam tahun dengan skema tiga kali perpanjangan.
    DPRKP beralasan kebijakan ini disebut untuk mendorong masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang tadinya terbiasa menyewa rumah dapat memiliki hunian.
    Ke depan, DPRKP akan menyalurkan dana Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui fasilitas pembiayaan pemilikan rumah.
    Program ini menawarkan bunga tetap lima persen dengan tenor hingga 20 tahun bagi MBR yang memenuhi syarat.
    Adapun rusunawa hanya diperuntukkan bagi warga dengan keterbatasan finansial.
    Jika penghasilan penghuni melebihi batas maksimal sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2024, mereka tidak lagi diperbolehkan tinggal di rusunawa.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ratusan warga mengungsi di mushalla dan rusunawa akibat banjir

    Ratusan warga mengungsi di mushalla dan rusunawa akibat banjir

    Ilustrasi – Warga berjalan melintasi banjir di kawasan Wijaya Timur, Petogogan, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.

    Ratusan warga mengungsi di mushalla dan rusunawa akibat banjir
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Sabtu, 08 Februari 2025 – 18:15 WIB

    Elshinta.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat hingga Sabtu pukul 14.00 WIB sebanyak 198 jiwa mengungsi di mushalla dan rusunawa terdekat akibat banjir di Jakarta.

    “Ratusan pengungsi berada di enam lokasi,” kata Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji di Jakarta, Sabtu.

    Isnawa merinci enam lokasi itu yakni Masjid Shofatul Ummah, Pegadungan, Kalideres (10 kepala keluarga/40 jiwa) dan Rusunawa V RT 15/RW 03, Tegal Alur, Kalideres (3 KK/11 jiwa).

    Mushalla Al Hidayah RW 03, Tegal Alur, Kalideres (6 KK/30 jiwa), RPTRA Alur Anggrek RT 08/RW 04, Tegal Alur, Kalideres (18 KK/41 jiwa), dan musholla Al Mukhlisin, RT 02/ RW 04, Tegal Alur, Kalideres (9 KK/36 jiwa).

    “Lalu, Mushalla Nurul Mu’min RW 10, Cengkareng Barat, Cengkareng dengan 10 KK/40 jiwa,” ujarnya.

    Adapun bantuan yang diberikan yakni 40 kotak makanan siap saji dan empat dus air mineral.

    Hingga pukul 14.00 WIB, BPBD DKI mencatat banjir masih melanda di 20 RT dan tiga ruas jalan.

    Sebanyak 20 RT itu berada di Jakarta Barat yakni Kedaung Kaliangke (tujuh RT), Tegal Alur (enam RT), Pegadungan (tiga RT), Kapuk (satu RT), Cengkareng Barat (satu RT) dan Cengkareng Timur (dua RT).

    Penyebab banjir dengan ketinggian air 30 hingga 100 sentimeter (cm) yakni curah hujan tinggi.

    Kemudian, tiga ruas jalan yang tergenang yakni Jalan Tanjung Duren Raya, RT 012/RW 02, Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat dengan ketinggian air 30 cm.

    Lalu, Jalan Benda Raya RT 02/RW 01, Kamal, Jakarta Barat dengan ketinggian air 25 cm dan Jalan Bumi Cengkareng Indah (Rusun BCI), Cengkareng Timur, Jakarta Barat dengan ketinggian air 60 cm.

    “Banjir yang sudah surut yakni Rawa Buaya satu RT dan Jelambar satu RT,” ujarnya.

    Kemudian, jalan banjir yang sudah surut yakni Jalan Perumahan Green Garden RW 04 (McD), Kedoya Utara (Jakarta Barat), jalan bawah tanah (underpass) Matraman, Kenari (Jakarta Pusat), dan Jalan Prof. Latumenten RT 07/RW 04, Jelambar (Jakarta Barat).

    Sumber : Antara

  • Banjir Jakarta, 198 Jiwa Mengungsi di Mushalla dan Rusunawa
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Februari 2025

    Banjir Jakarta, 198 Jiwa Mengungsi di Mushalla dan Rusunawa Megapolitan 8 Februari 2025

    Banjir Jakarta, 198 Jiwa Mengungsi di Mushalla dan Rusunawa
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jakarta memaksa 198 warga mengungsi ke mushalla dan rusunawa terdekat.
    Data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta pada Sabtu (8/2/2025) pukul 14.00 WIB, menunjukkan para pengungsi tersebar di enam lokasi.
    “Ratusan warga terdampak banjir mengungsi di enam titik yang telah disediakan,” ujar Kepala BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji pada Sabtu, dikutip dari Antara.
    Berikut daftar enam pengungsian:
    BPBD Jakarta
    telah menyalurkan bantuan berupa 40 kotak makanan siap saji serta empat dus air mineral untuk membantu warga terdampak.
    BPBD Jakarta mencatat banjir menggenangi 20 RT serta tiga ruas jalan di Jakarta Barat pada Sabtu siang.
    Wilayah terdampak meliputi tujuh RT di Kedaung Kaliangke, enam RT di Tegal Alur, tiga RT di Pegadungan, serta masing-masing satu RT di Kapuk dan Cengkareng Barat.
    Selain permukiman, tiga ruas jalan juga banjir yakni Jalan Tanjung Duren Raya RT 012/RW 02 di Tanjung Duren Utara dengan ketinggian air 30 cm.
    Jalan Benda Raya RT 02/RW 01 di Kamal dengan genangan setinggi 25 cm, serta Jalan Bumi Cengkareng Indah (Rusun BCI) di Cengkareng Timur yang terendam hingga 60 cm.
    Hujan dengan intensitas tinggi menjadi faktor utama penyebab banjir di wilayah tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ini Strategi Pj. Gubernur Tarik PAD dari JGU dan Jamkrida Usai Perseroda

    Ini Strategi Pj. Gubernur Tarik PAD dari JGU dan Jamkrida Usai Perseroda

    Surabaya (beritajatim.com) – Penjabat (Pj.) Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono menyampaikan jawaban eksekutif atas pandangan umum fraksi DPRD Provinsi Jawa Timur terhadap Raperda tentang Perusahaan Perseroan Daerah Jatim Grha Utama (JGU) dan Perusahaan Perseroan Daerah Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Jawa Timur di Rapat Paripurna DPRD Jawa Timur, Sabtu (8/2/2025).

    Dalam kesempatan tersebut, ia mengatakan bahwa PT JGU (Perseroda) akan menggunakan beberapa strategi untuk mampu menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sepadan dengan investasi. Di mana, penyertaan modal Pemerintah Provinsi Jawa Timur kepada PT JGU sampai saat ini sebesar Rp 785,6 miliar.

    “Salah satu strateginya adalah Settlement Asset, yakni pengembalian modal dan bagi hasil dalam bentuk aset persediaan yang kemudian dikembangkan dan dijual kepada konsumen pada proyek properti. Seperti yang telah dilakukan pada Perumahan Graha Puncak Anomsari,” kata Adhy.

    Upaya lain dilakukan melalui pengembangan kerja sama usaha properti, aset, dan land banking guna menciptakan potensi monetisasi aset yang lebih optimal. Selain itu, ada pula pengembangan kerja sama usaha komoditas pangan untuk memperkuat rantai pasok dan meningkatkan stabilitas usaha di sektor perdagangan pangan.

    “Kami juga ingin menyampaikan beberapa aset-aset milik Pemprov Jatim yang saat ini dalam pengelolaan PT JGU merupakan penyertaan modal daerah atau inbreng. Salah satunya adalah Lahan Rusunawa di Siwalankerto, Surabaya seluas 2,2 Ha yang telah bersertifikat atas nama Pemprov Jatim,” jelas dia.

    Di atas lahan ini, Pj. Gubernur Adhy menerangkan, telah berdiri Apartemen Sederhana Sewa yang terdiri dari 5 tower dengan tinggi masing-masing 5 lantai. Terdapat perbedaan luas lahan dalam Perda Nomor 13 Tahun 2008 luas lahan tercatat 22.000 m², dalam sertifikat tercatat 21.497 m², terdapat selisih 503 m².

    “Sedangkan untuk bagaimana perusahaan akan mengelola potensi dampak terhadap masyarakat dan lingkungan, bentuk tanggung jawab sosial yang akan dilakukan antara lain adalah PT Pratama Jatim Lestari yang merupakan anak perusahaan PT JGU telah dan akan melaksanakan program CSR berupa penyaluran bantuan uang tunai dari hasil penjualan daur ulang pengolahan sampah B3 berupa batako kepada masyarakat,” ungkap Adhy.

    Tak hanya itu, optimalisasi peran perusahaan terhadap masyarakat dilakukan dengan pembangunan rumah sangat sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah kurang lebih sebanyak 1.000 unit.

    Rumah-rumah ini akan tersebar di berbagai wilayah Jawa Timur dan bekerjasama dengan petani nelayan (Gapoktan), BUMN dan BUMD Provinsi lain, serta BUMD kabupaten/kota.

    Sementara itu, terkait Perusahaan Perseroan Daerah Penjaminan Kredit Daerah Jawa Timur, Pj. Gubernur Adhy memastikan bahwa pengelolaannya berada di bawah pengawasan yang ketat.

    “Kami memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil selalu berpihak pada kepentingan masyarakat, serta setiap pengelolaan anggaran yang dikelola oleh BUMD, untuk dilakukan dengan prinsip transparan, akuntabel dan dengan pengawasan yang efektif,” ujarnya.

    Lebih jauh, ia mengharapkan juga adanya keseriusan terhadap UMKM sebagai market potensial sekaligus lahan pelayanan, sehingga tidak saja mendapatkan laba yang lebih besar, namun juga dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Mengingat, UMKM tahun 2024 di Jatim telah mencapai 9,78 juta.

    “Adapun strategi yang akan dibangun untuk peningkatan PAD dalam lima tahun ke depan adalah melalui optimalisasi penggunaan teknologi berbasis digital, sinergi BUMD, dan pengembangan marketplace sebagai potensi pasar penjaminan untuk koperasi dan UMKM sehingga dapat menjangkau seluruh koperasi dan UMKM di Jawa Timur,” kata Adhy.

    Ia pun turut menjelaskan bahwa sebagai perusahaan yang berorientasi profit, PT JGU juga ikut berkontribusi terhadap pengembangan dan pemberdayaan. Sehingga sudah sesuai dengan fungsinya untuk menaikan PAD, menciptakan lapangan kerja dan memproduksi barang atau jasa yang dapat mendorong terciptanya kesejahteraaan bagi masyarakat Jawa Timur.

    Dalam kesempatan yang sama, DPRD Jawa Timur juga resmi mengumumkan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Terpilih. Sebelumnya, keduanya unggul pada Pilkada Serentak 2024 tanggal 27 November 2024 dengan perolehan suara 58,81 persen.

    Pengumuman tersebut diikuti oleh penandatanganan Berita Acara Pengumuman Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih Hasil Pilkada Serentak 2024. Berita acara tersebut ditandatangani oleh Wakil Ketua II DPRD Provinsi Jatim Hidayat, Wakil Ketua III Blegur Prijanggono, serta Wakil Ketua IV Sri Wahyuni. (tok/kun)

  • Warga Rusunawa Marunda: Pindah ke Sini Malah Susah, Dulu di Kolong Jembatan Bisa Makan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Februari 2025

    Warga Rusunawa Marunda: Pindah ke Sini Malah Susah, Dulu di Kolong Jembatan Bisa Makan Megapolitan 8 Februari 2025

    Warga Rusunawa Marunda: Pindah ke Sini Malah Susah, Dulu di Kolong Jembatan Bisa Makan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Rohiah (57), bukan nama sebenarnya, seorang warga
    Rusunawa Marunda
    , Jakarta Utara, membandingkan kehidupannya sebelum dan sesudah direlokasi dari kolong jembatan Kampung Walang, Jalan Lodan Raya, Ancol, Pademangan, pada 2017.
    Ia mengaku kesulitan mendapatkan penghasilan setelah tinggal di Rusunawa Marunda.
    “Mending saya tinggal di kolong jembatan lagi, tapi rezeki saya Alhamdulillah, buat makan enak,” ujar Rohiah kepada Kompas.com, Sabtu (8/2/2025).
    “Pas pindah ke sini, saya enggak bisa apa-apa, enggak bisa bergerak. Sebenarnya, saya mau enggak mau pindah ke sini karena terpaksa. Di sini malah blangsak saya,” tambahnya.
    Sebelum direlokasi, Rohiah dan suaminya berdagang di kawasan Museum Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat.
    Namun, setelah dipindahkan ke Rusunawa Marunda, mereka tidak bisa lagi berdagang.
    Jarak yang jauh dari tempat usaha lama menjadi kendala utama, ditambah biaya transportasi yang tidak sebanding dengan penghasilan mereka.
    Rohiah mengungkapkan bahwa pemerintah sempat menjanjikan tempat usaha dan pekerjaan bagi keluarganya, tetapi janji tersebut tak pernah terwujud.
    “Saya dijanjikan akan dikasih tempat usaha, pekerjaan untuk anak atau suami. Ternyata semua itu nol, tidak ada,” katanya.
    Saat ini, satu-satunya sumber pendapatan Rohiah berasal dari anaknya yang bekerja sebagai kernet.
    “Kalau ada kerjaan, anak saya dikasih Rp 50.000. Itu pun kadang dua atau tiga hari sekali. Itu bukan cukup untuk makan saya dan suami,” ungkapnya.
    Selama tujuh tahun terakhir, Rohiah tidak mampu membayar cicilan bulanan unitnya di Rusunawa Marunda. Tunggakannya kini mencapai Rp 15 juta.
    Kesulitan membayar cicilan ini diperparah dengan kondisi suaminya yang menderita diabetes hingga mengalami kelumpuhan.
    “Dari pertama datang ke sini, dia memang sudah sakit diabetes, tapi belum lumpuh. Sekarang sudah tidak bisa usaha sama sekali,” jelasnya.
    Selain merawat suaminya, Rohiah juga mengasuh tiga cucunya, termasuk satu anak yang bukan dari keluarga kandungnya, tetapi ia rawat setelah orangtuanya meninggal dunia.
    Karena menunggak selama bertahun-tahun, unit tempat tinggal Rohiah disegel oleh pihak berwenang lima bulan lalu.
    Namun, ia dan keluarganya tetap bertahan di dalam rusun tersebut.
    “Sampai sekarang masih disegel. Saya diminta bayar, bahkan pernah diberi ultimatum, ‘Kalau enggak bayar, harus keluar’. Tapi saya bilang, ‘Kalau disuruh keluar, saya mau tinggal di mana? Suami saya sakit’,” ujarnya.
    Kini, Rohiah hanya bisa berharap pemerintah memberikan keringanan terkait tunggakannya, termasuk penghapusan bunga yang terus bertambah bagi para warga yang kesulitan membayar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dispusip DKI ajak warga Rusunawa Penggilingan gemar membaca

    Dispusip DKI ajak warga Rusunawa Penggilingan gemar membaca

    anak-anak bisa mengurangi bermain ponsel dan lebih gemar membaca dan menulis

    Jakarta (ANTARA) – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi (Pusip) DKI Jakarta mengajak warga di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, gemar membaca melalui Gerakan Literasi Jakarta 2025.

    “Menyongsong lima abad Kota Jakarta dan menyusun Jakarta sebagai kota global, kita melakukan gerakan literasi di rusun ini,” kata Kepala Dinas Pusip DKI Jakarta, Syaefuloh Hidayat di Rusunawa Penggilingan, Jakarta Timur, Sabtu.

    Syaefuloh mengatakan kegiatan digelar 8 hingga 15 Februari ini menyasar sebanyak 5.000 warga rusun.

    Adapun kegiatan ini diisi dengan berbagai acara, mulai dari senam dan bernyanyi bersama, pemeriksaan kesehatan gratis, mendongeng untuk anak-anak, lomba menggambar dan menulis cerpen, serta penyerahan bantuan buku dan rak untuk ruang baca rusun.

    Selain itu, ada pula diskusi literasi transaksi keuangan yang bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dengan narasumber Dwira Sena dan Rieke Widasari dari Pusat Pemberdayaan Kemitraan Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme (APUPPT) PPATK memaparkan materi bahaya pencucian uang.

    Menurut Syaefuloh, literasi bukan sekadar membaca, tetapi juga membangun kebiasaan gemar membaca guna meningkatkan wawasan dan kualitas hidup masyarakat dalam menyongsong lima abad Kota Jakarta.

    “Kami sengaja menjangkau ke rusunawa agar warganya bisa berpartisipasi secara langsung,” ujarnya.

    Diharapkan, dari kegiatan ini masyarakat bisa memiliki budaya baca, memahami, mengetahui dan bisa melakukan sesuatu sesuai yang dibacanya dan menjadi masyarakat yang produktif.

    Dalam kesempatan ini, pihaknya juga membawa mobil layanan arsip keluarga, sehingga warga bisa mengarsipkan seluruh dokumen penting secara digital. Mulai dari ijazah, surat perkawinan, kematian dan dokumen penting lainnya.

    “Kami adakan lomba menggambar dan menulis cerpen untuk merangsang minat baca anak-anak,” ujarnya.

    Sementara, Humas RW 19 Rusunawa Penggilingan Ningrum Tampi menyampaikan, warganya sangat antusias dan semangat mengikuti kegiatan literasi ini.

    “Anak-anak juga sangat senang karena mereka mendapatkan wawasan baru dengan membaca di perpustakaan keliling, lomba melukis dan mewarnai serta membuat cerpen maupun puisi,” ucap Ningrum.

    Dengan adanya kegiatan seperti ini, harap Ningrum, anak-anak bisa mengurangi bermain ponsel dan lebih gemar membaca dan menulis.

    “Apalagi akan disiapkan perpustakaan di dalam rusun ini,” tambahnya.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Gaduh Soal Sewa Rusun, DPRD Jakarta Desak Dinas PRKP Cabut Kebijakan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 Februari 2025

    Jeritan Warga Tolak Pembatasan Masa Sewa Rusun: Kami Mau Tinggal di Mana Lagi? Megapolitan 8 Februari 2025

    Jeritan Warga Tolak Pembatasan Masa Sewa Rusun: Kami Mau Tinggal di Mana Lagi?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Warga rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Jakarta dibuat resah oleh rencana Pemerintah Provinsi Jakarta yang akan membatasi masa sewa hunian mereka.
    Aturan ini, yang sedang difinalisasi dalam revisi Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 111 Tahun 2014, akan membatasi penyewa kategori umum hanya bisa tinggal selama enam tahun dan penyewa terprogram maksimal sepuluh tahun.
    Bagi warga, kebijakan ini dianggap tidak adil.
    Mereka yang selama ini bergantung pada rusun sebagai tempat tinggal murah kini menghadapi ketidakpastian, tidak tahu ke mana harus pergi setelah batas waktu habis.
    Beberapa bahkan mengaku merasa dibohongi, karena sejak awal mereka tidak diberitahu soal aturan ini.
    Bagi Dewi (48), penghuni Rusunawa Pasar Rumput, kebijakan ini seperti mimpi buruk.
    Baginya, mencari tempat tinggal di Jakarta bukan perkara mudah, terutama dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu.
    “Pokoknya ya enggak setuju lah cuma enam tahun,” ujarnya saat ditemui di lokasi, Jumat (7/2/2025).
    Dewi berharap sebelum enam tahun ia sudah memiliki rumah sendiri.
    Namun, ia sadar bahwa memiliki rumah di Jakarta bukan perkara gampang.
    “Syukur-syukur Tuhan sudah ngasih rumah sebelum enam tahun. Mendingan rumah sendiri, enggak stres disuruh pindah sana-sini,” kata dia.
    Senada dengan Dewi, penghuni lain bernama Nona (56) merasa kebijakan ini menyulitkan, terutama bagi mereka yang sudah lanjut usia.
    “Kalau enam tahun saya kurang setuju, karena kalau sudah tua gini susah pindah-pindah lagi, ribet,” keluhnya.
    Sementara itu, Arnold (58) mengaku bisa menerima pembatasan masa sewa, asalkan alasannya jelas dan ada solusi bagi mereka yang harus pindah.
    “Sebenarnya tergantung alasannya. Kalau bisa
    rolling
    dengan yang lain ya enggak masalah, kita setuju aja,” katanya.
    Selain keberatan dengan batas waktu sewa, warga juga menolak aturan yang melarang rusun diwariskan ke anak mereka.
    Selama ini, banyak penghuni berharap bisa menyerahkan unit yang mereka tempati kepada anak-anaknya agar mereka tidak perlu repot mencari tempat tinggal baru.
    “Enggak setuju lah, orang anak kita. Kalau saya besok meninggal, sayang dong enggak bisa ditempatin anak, padahal kan udah bayar,” ujar Nona.
    Begitupula dengan Arnold.
    Dia juga menganggap aturan rusunawa yang tidak boleh diteruskan olehnya dianggap tidak masuk akal.
    “Biarin aja sih untuk anak, selama bayarnya lancar. Ngapain juga enggak boleh diwariskan,” kata dia.
    Di sisi lain, Dewi mengaku iba jika ada warga yang harus keluar dari rusun setelah orang tuanya meninggal dunia.
    “Saya sih kasihan. Misal ibunya udah enggak ada, kan otomatis anaknya yang nempatin, masa diusir lagi? Kasihan enggak ada tempat tinggal,” kata dia.
    Di Rusunawa Rawa Bebek, Jakarta Timur, kemarahan warga lebih terasa.
    Banyak dari mereka adalah korban penggusuran yang direlokasi ke rusunawa oleh pemerintah.
    Salah satunya adalah Dina (33), Ketua RT 12 RW 017 di rusun tersebut.
    Dia merasa dibohongi oleh pemerintah karena saat pindah ke rusun, tidak ada aturan soal batas waktu sewa.
    “Alah pemerintah bohong. Dulu enggak ada peraturan pembatasan, tapi sekarang ada batasnya,” ucap Dina.
    Ia mengingat betul bahwa saat ia dan keluarganya direlokasi dari Bukit Duri pada 2017, mereka dijanjikan bisa tinggal di rusun selamanya.
    “Saya dipaksa pindah ke sini, jadi saya nurut aja. Kan kita rakyat kecil enggak bisa bantah,” kata Dina.
    Merasa suaranya tidak didengar, nantinya, Dina berencana menggelar aksi demonstrasi bersama warga lainnya.
     
    “Kita akan demo, ngapain pusing-pusing?” tegasnya.
    Hal yang sama dirasakan oleh Siti (47), penghuni Rusunawa Rawa Bebek yang direlokasi dari Bukit Duri sejak 2016.
    Ia merasa hidupnya semakin terhimpit sejak pindah ke rusun, terutama dalam mencari nafkah.
    “Di sini enak buat tidur aja, kerjaan susah. Warga gusuran di sini tuh terpaksa, di sini sudah ngirit tetap saja (ekonomi) enggak muter, di sini susah jualan,” kata Siti.
    Sejak 2017, ia baru membayar uang sewa sebanyak tujuh kali karena penghasilannya dari berdagang mainan sangat kecil.
    “Kalau dapat (uang) Rp 50.000-100.000 sehari, Alhamdulillah,” kata Siti.
    Bagi banyak warga rusunawa, kebijakan ini bukan hanya tentang batas waktu sewa, tetapi juga tentang nasib dan masa depan mereka.
    Ida (32), yang juga direlokasi dari Pasar Ikan dan Bukit Duri, merasa kebijakan ini bertentangan dengan janji awal pemerintah.
    “Perjanjian itu awalnya 20 tahun ditempati enggak boleh pindah tangan, ketika tanda tangan perjanjian. Tapi kok 10 tahun sekarang?” tanyanya heran.
    Dengan kondisi ekonomi yang sulit, banyak warga mengaku tak punya pilihan lain selain tinggal di rusun.
    “Ini kan bekas gusuran Pasar Ikan dan Bukit Duri. Kalau pindah (setelah) 10 tahun doang, mau tinggal di mana ya? Bingunglah,” tambahnya.
    Ketika kebijakan ini benar-benar diterapkan, warga hanya bisa berharap pemerintah memberikan solusi yang lebih manusiawi bagi mereka yang terancam kehilangan tempat tinggal.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sewa Tinggal Rusun Dibatasi, Warga Rusunawa Rawa Bebek Berharap Bisa Dapat KPR
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Februari 2025

    Sewa Tinggal Rusun Dibatasi, Warga Rusunawa Rawa Bebek Berharap Bisa Dapat KPR Megapolitan 8 Februari 2025

    Sewa Tinggal Rusun Dibatasi, Warga Rusunawa Rawa Bebek Berharap Bisa Dapat KPR
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Salah satu warga Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Rawa Bebek berharap bisa mendapatkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) apabila Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta membatasi masa sewa rusun.
    “Kita tinggal di rusun bayar juga, tapi bukan jadi hak milik kita. Pemerintah lebih baik buka KPR buat rakyat kecil ini,” kata Dina (33), Ketua RT 12 RW 017, Rusun Rawa Bebek, Jakarta Timur, kepada
    Kompas.com
    , Jumat (7/2/2025).
    Menurut Dina, sistem dalam KPR tidak berbeda dengan pembayaran sewa rusun. 
    Namun, perbedaan KPR dengan membayar sewa rusun adalah rumah yang dibayarkan dapat menjadi hak milik.
    “Misalnya, uang sewa rusun itu Rp 300.000, nah kita KPR ke pemerintah dengan uang segitu. Jadi, tidak digusur-gusur lagi, bisa buat anak juga,” ujar Dina.
    Senada dengan Dina, warga Rusunawa Rawa Bebek lainnya, Rohana (42), juga ingin anak dan cucunya tinggal di rusun yang ditempatinya.
    “Saya mau sampai mati di sini, sampai anak-anak saya nanti juga tinggal tinggal di sini,” katanya.
    Rohana menegaskan, dirinya tidak ingin tempat tinggalnya diusik lagi oleh pemerintah. Ia pun menegaskan menolak pembatasan masa sewa tinggal di rusun.
    Warga lainnya, Wiwi (48), berkeinginan anak dan cucunya juga tinggal di Rusun Rawa Bebek.
    “Biar anak-anak saya enak juga punya tempat tinggal, jadi jangan dibatasi sewa rusun ini,” ungkap dia.
    Wiwi juga meminta kepada pemerintah agar keluhan penolakan terhadap pembatasan sewa ini didengar.
    “Pemerintah tolong dengar, jangan batasi sewa tinggal saya di sini,” ucap Wiwi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sewa Tinggal Rusun Dibatasi, Warga Rusunawa Rawa Bebek Berharap Bisa Dapat KPR
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Februari 2025

    Keluhkan Sistem Pembayaran Sewa, Warga Rusunawa Rawa Bebek: Seperti Pinjol Megapolitan 8 Februari 2025

    Keluhkan Sistem Pembayaran Sewa, Warga Rusunawa Rawa Bebek: Seperti Pinjol
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Dina (33), Ketua RT 12 RW 017, Rusunawa Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur, mengeluhkan sistem pembayaran sewa hunian mereka karena layaknya pinjaman
    online
    (pinjol).
    “Kalau kita telat bayar, itu bunga tetap berjalan, seperti lagi pinjol,” kata Dina kepada
    Kompas.com
    , Jumat (7/2/2025).
    Dina menjelaskan, bunga pembayaran sewa di rusun terus berjalan sehingga sangat memberatkan para penghuni rusun.
     
    Menurutnya, pemberlakuan bunga yang terus berjalan itu ditetapkan oleh pemerintah dan pengelola.
    “Misalnya, saya bayar bulan ini, tetapi bunga pada Januari tetap jalan ditambah sama bunga Februari,” jelas dia.
    Dina mengatakan, banyak warga di Rusunawa Rawa Bebek yang menunggak pembayaran sewa rusun akibat bunga tersebut.
    “Lebih banyak warga nunggak daripada yang tidak,” tutur dia.
    Warga Rusunawa Rawa Bebek lainnya bernama Rohana (42) mengaku menunggak pembayaran sewa rusun karena tidak memiliki uang untuk membayarnya.
    “Saya enggak mikirin biaya sewa dan tunggakan karena uang dipakai buat kebutuhan utama sehari-hari dulu,” ucap Rohana, Jumat.
    Sama seperti Dina, Rohana menilai bahwa tinggal di Rusun Rawa Bebek bagaikan melakukan pinjol.
    “Tadinya saya enggak punya utang, tapi pas tinggal di sini jadi banyak utang dan ada bunganya,” ucap dia.
    Rohana mengaku mengalihkan uang tunggakan sewa tinggal di Rusunawa Rawa Bebek untuk kebutuhan lain yang lebih utama, yaitu makan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.