Produk: rupee

  • Spesifikasi Mobil Listrik Terbaru Toyota, Bisa Tempuh Jarak Berapa Sekali Ngecas?

    Spesifikasi Mobil Listrik Terbaru Toyota, Bisa Tempuh Jarak Berapa Sekali Ngecas?

    Jakarta

    Toyota belum lama ini mengenalkan mobil listrik teranyarnya. Berikut spesifikasi dan estimasi jarak tempuhnya dalam satu kali pengisian baterai.

    Toyota menambah lini produk mobil listriknya lewat Urban Cruiser EV. Mobil listrik itu sejatinya merupakan kembaran dari Suzuki e Vitara. Suzuki e Vitara sebelumnya dikenalkan pada November 2024. e Vitara merupakan mobil listrik pertama dari Suzuki. Dilihat dari wujudnya, bentuk keduanya cukup identik. Spesifikasinya juga tak jauh berbeda. Berikut ini spesifikasi dari Toyota Urban Cruiser EV.

    Spesifikasi Toyota Urban Cruiser EV

    Dari sisi dimensi, Urban Cruiser EV sedikit lebih besar dari Yaris Cross dan menawarkan radius putar 5,2 meter. Hal ini memungkinkan mobil bisa bermanuver di tempat sempit. Di bagian dalam, berkat jarak sumbu roda mencapai 2.700 m pengaturan kursi jadi lebih fleksibel dan dapat digeser. Ruang kaki di kursi belakang dapat diperluas hingga menyerupai SUV segmen D.

    Pada bagian kabin, terdapat panel instrumen horizontal yang rendah namun posisi duduk lebih tinggi. Ini memberikan visibilitas yang baik bagi pengendara. Urban Cruiser ini mengusung baterai lithium iron-phospate yang dipercaya lebih tahan lama namun hemat. Sepanjang perjalanan pengemudi akan dimanjakan dengan layar 10,25 inch combimeter dan layar Multimedia Display dengan ukuran 10,1 inchi. Sistem multimedia itu sudah terintegrasi dengan Apple CarPlay dan Android Auto.

    Berapa Jarak Tempuh Toyota Urban Cruiser EV?

    Ada dua opsi kapasitas baterai yang ditawarkan yaitu 49 kWh dengan output 144 daya kuda dengan penggerak roda depan. Sementara opsi penggerak di semua roda baterainya 61 kWh dengan tenaga mencapai 174 daya kuda. Namun bila baterai 61 kWh itu dipasangkan dengan transmisi AWD dayanya lebih besar yaitu 184 daya kuda karena terdapat motor tambahan 48 kW di gandar belakang. Beralih ke fitur keselamatan, sebagai standar Toyota menyematkan pre-collison, adaptive cruise control, dan sistem lane departure/keep assist.

    Opsi baterai yang ditawarkan sama persis dengan Suzuki e Vitara. Dengan baterai tersebut, dilansir India Today e Vitara diklaim bisa menempuh jarak sejauh lebih dari 500 km dalam satu kali pengisian baterai. Dengan spesifikasi yang tak jauh berbeda, Toyota Urban Cruiser EV tampaknya juga memiliki jarak tempuh di kisaran 500 km.

    Bicara harga, Suzuki e Vitara ditaksir bakal dijual dengan banderol 200.000-250.000 rupee atau kalau dirupiahkan setara dengan Rp 375 jutaan hingga Rp 460 jutaan. Tampaknya, harga Toyota Urban Cruiser pun tak akan jauh berbeda dari kembarannya itu.

    (dry/mhg)

  • Honda Luncurkan Skutik Rp 15 Jutaan, Fiturnya Secanggih Motor ‘Mahal’

    Honda Luncurkan Skutik Rp 15 Jutaan, Fiturnya Secanggih Motor ‘Mahal’

    Jakarta

    Honda Motorcycle & Scooter India (HMSI) resmi meluncurkan Honda Activa model 2025 untuk konsumen domestik. Skuter matik tersebut mendapat sejumlah fitur baru yang biasa ditemukan di motor-motor lebih mahal.

    Dilansir dari Greatbiker dan Indianauto, Honda Activa baru masih membawa tampilan lama, yakni berdimensi kompak dengan ‘bokong’ yang dirancang gemuk. Sementara dudukannya dibuat tebal agar nyaman dipakai jarak jauh.

    Sama seperti model sebelumnya, Honda Activa baru juga masih mengadopsi warna single tune yang mewah. Kemudian headlamp atau lampu utamanya terpasang di bagian batok seperti motor bebek.

    Honda Activa 2025 Foto: Doc. Honda Motorcycle & Scooter India (HMSI)

    Selayaknya motor buatan India, Honda Activa baru juga terlihat ‘wagu’ berkat penggunaan roda berukuran mungil. Bahkan, ukurannya tak sebanding dengan ‘bokongnya’ yang semok.

    Kuda besi tersebut mengalami update total di bagian fitur. Pabrikan membekalinya dengan sistem ACG ignition, idling stop system (ISS), soket pengisian daya ponsel dan bagasi yang super lega.

    Menariknya, ada sejumlah teknologi khas motor ‘mahal’ yang ditanamkan di tunggangan tersebut, misalnya seperti TFT display yang bisa dihubungkan ke smartphone melalui sambungan Bluetooth, navigasi Honda RoadSync dan sistem nirkunci pintar atau smart keyless.

    Honda Activa 2025 Foto: Doc. Honda Motorcycle & Scooter India (HMSI)

    Honda Activa varu menggunakan mesin 124cc bersilinder tunggal dengan pendingin udara dan standar EURO 5. Pembekalan tersebut membuat motor mampu menghasilkan tenaga 6,2 bhp dan torsi 10,5 Nm.

    Meski termasuk canggih untuk skutik sekelasnya, namun Honda Activa baru hanya dibanderol 80.950 rupee atau sekira Rp 15 jutaan. Murah sekali, bukan?

    (sfn/lth)

  • Donald Trump Bikin Rupiah Perkasa Hari Ini – Page 3

    Donald Trump Bikin Rupiah Perkasa Hari Ini – Page 3

    Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Januari 2025 (hingga 14 Januari 2025) hanya melemah sebesar 1,00% (ptp) dari level nilai tukar akhir 2024.

    Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah tetap terkendali di tengah ketidakpastian global yang tinggi, didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia.

    Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS juga relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya, yakni Rupee India 1,20%, Peso Filipina 1,33%, dan Baht Thailand 1,92%.

    “Sebaliknya, nilai tukar Rupiah tercatat menguat terhadap mata uang kelompok negara maju di luar Dolar AS, dan stabil terhadap mata uang kelompok negara berkembang,” ungkap Perry, dalam konferensi pers RDG Januari 2025, Rabu (15/1/2025).

     

  • BMW X3 Generasi Terbaru Kini Tiba di India, Dibanderol Rp1,4 Miliar

    BMW X3 Generasi Terbaru Kini Tiba di India, Dibanderol Rp1,4 Miliar

    JAKARTA – BMW X3 generasi terbaru telah diluncurkan secara global pada pertengahan tahun 2024 lalu. Kini, SUV berukuran medium ini telah mendarat di pasar India melalui gelaran Auto Expo 2025.

    Melansir dari Autocar India, Selasa, 21 Januari, model X3 generasi keempat tersebut hadir di India dengan banderol harga 7,58 juta rupee (Rp1,435 miliar) untuk varian xDrive20 bensin dan 7,78 juta rupee (Rp1,472 miliar) untuk xDrive20d diesel.

    Pabrikan asal Jerman ini telah membuka pemesanan untuk SUV tersebut di pasar India dan akan memulai pengiriman ke pelanggan mulai April mendatang.

    Di pasar India, mobil ini tersedia dengan pilihan xDrive 20 yang dibekali dengan mesin 2,0 liter 4-silinder bensin menggabungkan sistem mild-hybrid 48V yang memberikan tenaga 208 hp.

    Hal menarik lainnya adalah BMW tetap mempertahankan varian diesel pada tipe xDrive20d yang memiliki opsi mesin 4-silinder 2,0 liter diesel yang sanggup memberikan tenaga hingga 197 hp. Semua varian memiliki transmisi otomatis delapan percepatan torque converter yang tersalurkan ke penggerak semua roda (AWD) xDrive.

    Mobil ini memiliki beberapa perubahan terutama dari segi eksterior. Di bagian depan, BMW X3 terbaru ini memiliki grill ginjal yang dapat menyala dengan bilah diagonal dan horizontal bersama dengan lampu depan ramping baru dan LED ganda.

    BMW telah merancang X3 terbaru dengan lengkungan roda yang lebar dan lebih elegan sehingga memberikan ketangguhan berbeda dari sebelumnya.

    Untuk bagian interior, model ini memiliki tampilan dasbor melengkung khas BMW dengan gabungan layar infotainmen dan kluster instrumen. Sistem pengoperasiannya didukung dengan Operating System 9 yang dikembangkan sendiri memungkinkan pengguna dapat melakukan pembaruan melalui over-the-air.

    Ada banyak hal yang bisa ditawarkan pada interiornya, yaitu pemilik kendaraan dapat mengakses aplikasi streaming music dan video, berita, augmented reality, bermain game, dan mengubah ponsel menjadi pengontrol di kabin.

  • Hyundai Creta Electric Resmi Meluncur di India, Tawarkan Desain Modern dan Teknologi Mutakhir

    Hyundai Creta Electric Resmi Meluncur di India, Tawarkan Desain Modern dan Teknologi Mutakhir

    JAKARTA – Setelah beberapa kali tertangkap kamera sedang uji jalan, akhirnya mobil yang sangat dinantikan, yaitu Hyundai Creta Electric, resmi meluncur di India.

    Mengutip dari laman resmi Hyundai Motor India Limited (HMIL), Sabtu, 18 Januari 2025, jenama asal Korea Selatan itu meluncurkan Creta EV pada ajang Bharat Mobility Global Expo 2025 dengan harga perkenalan 1.799.000 rupee atau kisaran Rp339 jutaan.

    Hyundai Creta Electric menjanjikan perubahan paradigma di segmen SUV listrik dengan desainnya yang berani, teknologi mutakhir, performa luar biasa, dan sistem keselamatan menyeluruh.

    Managing Director HMIL, Usoo Kim, mengatakan peluncuran Creta Electric ini menandai momen penting dalam perjalanan elektrifikasi di India serta mencerminkan komitmen perusahaan terhadap visi pemerintah setempat.

    “SUV listrik pertama kami di India, dengan lebih dari satu dekade keahlian global dalam mobil listrik, Hyundai Motor Company telah memantapkan dirinya sebagai pionir dalam inovasi kendaraan listrik,” kata Usoo.

    Secara desain eksterior, Hyundai Creta Electric memancarkan desain berani dan futuristik, yang terinspirasi bahas desain Pixel yang diusung global Hyundai untuk kendaraan listriknya.

    Mobil listrik satu ini juga hadir dengan segudang fitur modern. Sebut saja, sudah dilengkapi dengan layar kembar 10,25 inci pada bagian kabin, serta audio Bose 8 speaker, serta AC zona ganda.

    Hyundai Creta Electric (dok. Hyundai India).

    Selain itu, juga sudah dibekali dengan teknologi Vehicle to Load (V2L) yang memungkinan pengguna mengakses listrik untuk peralatan rumah tangga dan keadaan darurat.

    Sementara itu, untuk sistem keselamatan Creta Electric sudah dibekali dengan ADAS level 2, enam airbag, kamera 360 derajat, sistem pemantauan tekanan ban, sensor parkir depan, dan masih banyak lagi.

    Hyundai Creta Electric dibekali dengan dua pilihan baterai dari 42 kWh dan 51,4 kWh yang menghasilkan jarak tempuh 390 km dan 473 km.

    Mobil listrik ini hadir dengan pilihan 10 warna, atau warna baru dibandingkan Creta N Line yang meliputi starry night, fiery red, dan atlas white dengan atap hitam.

    Hyundai Motors Indonesia (HMID) juga berencana untuk menambah jajaran mobil listrik di Tanah Air. Apakah Creta Electric akan masuk Indonesia? Patut ditunggu.

  • Imran Khan dan Istri Dijatuhi Hukuman 14 Tahun Penjara Terkait Kasus Al-Qadir Trust – Halaman all

    Imran Khan dan Istri Dijatuhi Hukuman 14 Tahun Penjara Terkait Kasus Al-Qadir Trust – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Perdana Menteri (PM) Pakistan, Imran Khan, dan istrinya, Bushra Bibi, baru saja dijatuhi hukuman terkait dengan kasus penyalahgunaan wewenang dan korupsi.

    Pada Jumat (17/1/2025), mereka dijatuhi hukuman penjara dalam kasus yang berhubungan dengan Al-Qadir University Project Trust milik Khan.

    Dikutip dari Al Jazeera, Imran Khan dijatuhi hukuman 14 tahun penjara, sementara Bushra Bibi mendapat hukuman tujuh tahun.

    Selain itu, Khan juga dikenakan denda sebesar 1 juta rupee Pakistan (sekitar $3.500).

    Sedangkan istrinya didenda setengah dari jumlah tersebut, NewsX melaporkan.

    Keputusan ini dikeluarkan oleh Pengadilan Akuntabilitas di Rawalpindi, yang telah beberapa kali menunda putusan sebelumnya.

    Kasus Al-Qadir Trust berfokus pada dugaan penyalahgunaan wewenang oleh Imran Khan dan istrinya terkait pendirian Al-Qadir University Trust.

    Trust ini merupakan lembaga pendidikan nirlaba yang bertujuan untuk membantu masyarakat miskin.

    Khan dan Bibi diduga memperoleh tanah senilai miliaran rupee dari Malik Riaz, seorang taipan properti terkenal, untuk mendirikan universitas tersebut.

    Badan Akuntabilitas Nasional (NAB) menyelidiki tuduhan bahwa Khan, sebagai Perdana Menteri Pakistan antara 2018 dan 2022, terlibat dalam kesepakatan quid pro quo dengan Riaz.

    Disebutkan bahwa transaksi ini memungkinkan pencucian uang lebih dari $239 juta, yang diduga merugikan negara.

    Kasus ini menjadi bagian dari rangkaian panjang kasus hukum yang dihadapi oleh Khan sejak ia digulingkan dari jabatan perdana menteri pada 2022.

    Vonis kali ini menambah daftar panjang kasus yang masih menunggu keputusan.

    Khan serta pendukungnya menganggap putusan ini sebagai bagian dari perburuan politik terhadapnya.

    Selain itu, kasus ini juga melibatkan klaim mengenai pengaruh militer dan dugaan konspirasi yang terkait dengan pemerintah dan militer Pakistan.

    Banyak yang berpendapat bahwa pengadilan ini lebih dipengaruhi oleh motif politik ketimbang fakta-fakta hukum yang ada.

    Tanggapan Pengacara dan PTI

    Pengacara Imran Khan, Faisal Fareed Chaudhry mengecam keputusan ini sebagai kelanjutan dari “penganiayaan palsu.”

    Menurutnya, NAB gagal memberikan bukti kerugian finansial terhadap negara atau menunjukkan adanya keuntungan pribadi bagi Khan dan keluarganya.

    PTI, partai yang dipimpin oleh Khan, juga menyuarakan hal yang sama.

    PTI menyebutkan bahwa kasus ini tidak memiliki dasar hukum yang kuat dan bahwa semua bukti yang ada menegaskan tidak ada salah urus dalam proyek Al-Qadir Trust.

    Perpecahan Internal di PTI

    Hukuman terhadap Khan dan Bibi ini datang pada saat negosiasi antara PTI dan pemerintah Pakistan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Shehbaz Sharif sedang berlangsung.

    Analis politik Majid Nizami memperingatkan bahwa keputusan ini bisa menghambat proses dialog dan memperburuk perpecahan internal dalam PTI, dengan faksi-faksi yang berbeda mengenai pendekatan terhadap situasi ini.

    Nizami juga memperkirakan bahwa sikap lebih agresif akan muncul dari PTI setelah putusan tersebut.

    Dengan banyaknya kasus yang menunggu proses hukum dan ketegangan politik yang terus meningkat, masa depan Imran Khan dan PTI tetap menjadi perhatian utama di Pakistan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan pada Level Rp 16.387 Per Dolar AS

    Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan pada Level Rp 16.387 Per Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini, Kamis (16/1/2025), masih tertekan.

    Dari data Bloomberg pada pukul 09.17 WIB di pasar spot exchange, rupiah berada pada level Rp 16.387 per dolar AS atau melemah 62 poin (0,38%).

    Sehari sebelumnya, nilai tukar rupiah juga tertekan dan melemah sebesar 0,34% ke level Rp 16.325 per dolar AS. Sementara itu dalam pasar obligasi, imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun 1 bps menjadi 7,27% dan indeks obligasi turun sebesar 0,06%.

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melaporkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awal tahun hingga 14 Januari 2025 melemah sebesar 1,00% dari level nilai tukar akhir 2024. Menurutnya, nilai tukar rupiah masih terkendali di tengah ketidakpastian global yang tinggi, didukung oleh kebijakan stabilisasi BI.

    Dikatakan Perry, penurunan nilai tukar relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara lainnya, seperti rupee India, peso Filipina, dan baht Thailand yang masing-masing melemah sebesar 1,20%, 1,33%, dan 1,92%.

    Sementara itu, pada saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih tertekan, Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan hari ini bergerak di zona hijau. IHSG pada pukul 09.10 WIB menguat 0,69% atau 49,01 poin ke level 7.128,5.

  • BI Rate Turun Jadi 5,75%, Ramai Ekonom Kaget

    BI Rate Turun Jadi 5,75%, Ramai Ekonom Kaget

    Jakarta, CNBC Indonesia – Keputusan dewan gubernur Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75% pada Januari 2025 membuat sejumlah kalangan ekonom terkejut. Sebab, pemangkasan ini dilakukan BI tatkala kurs rupiah malah sedang tertekan di level .

    Pasca Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2025 pada pukul 14.00 WIB tadi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun langsung tertekan lebih dalam. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,34% di angka Rp16.315/US$ pada hari ini, Rabu (15/1/2025). Hal ini berbanding terbalik dengan posisi kemarin (14/1/2025) yang menguat 0,06%.

    Di sisi lain, konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 15 lembaga/institusi secara absolut memproyeksikan bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya di level 6%. Maka, tak heran bahwa sejumlah ekonom kenamaan di dalam negeri terkejut dengan keputusan BI, karena BI juga telah menahan suku bunganya selama empat bulan beruntun.

    Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menjadi salah satu ekonom yang mengaku terkejut dengan keputusan dewan gubernur BI hari ini. Ia mengungkapkan, ini karena kurs rupiah saat ini tengah tertekan, meskipun dari sisi tekanan inflasi sangat terkendali.

    “Iya ini unexpected. Dari segi inflasi memang sangat terkendali, sehingga ada ruang untuk dorong pertumbuhan. Tapi, memang kurs juga agak tertekan,” tegas David kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/1/2025).

    Meski begitu, David mengakui untuk menghadapi tekanan kurs saat ini, BI memiliki banyak senjata, di antaranya ialah melalui instrumen operasi moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang memiliki suku bunga atau imbal hasil sangat cukup menarik. Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per 10 Januari 2025 di level 7,06%; 7,10%; dan 7,23%.

    “Jadi BI tampaknya akan mencoba jaga attractiveness Rupiah via SRBI rate yang relatif menarik,” tegas David.

    Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo juga menjadi salah satu ekonom yang mengungkapkan keterkejutannya. Namun, ia menitikberatkan bahwa kebijakan pemangkasan BI Rate ini dilakukan saat surat berharga di dalam negeri tengah dalam posisi tertekan.

    Sebagaimana diketahui, pada pekan kedua Januari 2025, berdasarkan catatan Bank Indonesia, pasar SBN Indonesia mulai bergejolak, karena para investor mulai melakukan aksi jual neto sebesar Rp 2,9 triliun, padahal pada pekan pertama Januari 2025 masih tercatat beli neto Rp 1,94 triliun.

    “Jadi timingnya cukup surprising, mengingat ada tekanan ke surat berharga dalam negeri. Upside nya memang masih ada ruang karena Fed Fund Rate (suku bunga Bank Sentral AS) dan BI rate ada gap 1,5%, dan ini membantu mengurangi beban utang pemerintah,” ucap Banjaran.

    Kendati demikian, Banjaran mengakui, keputusan penurunan BI Rate tersebut sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah pada Januari 2025 yang lebih rendah dibandingkan pelemahan nilai tukar negara yang memiliki kapasitas ekonomi setara dengan Indonesia.

    BI pun mencatat nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Januari 2025 (hingga 14 Januari 2025) hanya melemah sebesar 1,00% (ptp) dari level nilai tukar akhir 2024. Perkembangan ini relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya, seperti rupee India, peso Filipina, dan baht Thailand yang masing-masing melemah sebesar 1,20%; 1,33%; dan 1,92%.

    “⁠Keputusan tersebut juga didorong oleh tetap rendahnya perkiraan inflasi pada 2025 dan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ucap Banjaran.

    Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang juga mengaku terkejut atas keputusan hasil RDG BI bulan ini. Ia mengatakan, BI secara tak terduga memangkas suku bunga acuan menjadi 5,75% di tengah kondisi kurs yang tengah bergerak di level Rp 16.300/US$.

    “Dengan Rupiah yang berpotensi bergerak di sekitar 16.300 pada kuartal I-2025, mengikuti tren mata uang Asia lainnya seperti Baht Thailand, Peso Filipina, dan Rupee India, tekanan depresiasi berpotensi masih akan terus berlanjut,” ucap Hosianna.

    Ia menganggap, sebagai respons dari kebijakan BI Rate ini, di tengah tekanan kurs, BI akan mempertahankan penerbitan SRBI untuk menjaga stabilitas rupiah terhadap dolar AS. Hosianna memperkirakan penerbitan obligasi secara bruto instrumen itu akan meningkat menjadi Rp 1,44 triliun.

    “Untuk mengelola likuiditas, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal, termasuk meningkatkan pembelian obligasi pemerintah di pasar sekunder melalui pengalihan utang,” tuturnya.

    Di luar tiga ekonom itu, sebetulnya juga ada beberapa ekonom yang tak terkejut dengan keputusan BI, di antaranya ialah Head of Macroeconomic and Financial Market Research Permata Bank Faisal Rachman. Ia mengatakan, sebetulnya ruang keputusan pemangkasan suku bunga acuan oleh dewan gubernur BI itu telah terbuka sejak Desember 2024.

    “Keputusan BI dalam RDG bulan Januari 2025 untuk memotong BI-rate sebesar 25 bps ke 5,75% tidak terlalu mengejutkan. Karena sebenarnya ruang pemotongan sudah ada sejak Desember 2024 seperti penjelasan kami bulan Desember lalu,” tutur Faisal.

    Meski nilai tukar rupiah memang cenderung melemah bulan Januari 2025 ini, namun Faisal mengingatkan, permasalahan tekanan kurs ini ini merupakan fenomena global, karena dolar AS menguat hampir ke semua mata uang dunia, seiring dengan ketidakpastian global yang tetap berlangsung. BI pun menganggap tekanan kurs ini sudah mulai dapat terukur dan terkendali.

    Yang menjadi masalah adalah risiko pada sisi pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi pada 2025 menurutnya kemungkinan akan tertekan baik dari faktor dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri, risiko Trade War akibat Trump 2.0 akan berisiko menurunkan kinerja ekspor Indonesia.

    Sementara itu, dari dalam negeri, risiko pelemahan tingkat permintaan akan berlanjut, seperti yang terindikasi dari inflasi yang sangat rendah mendekati batas bawah target sasaran, yang menunjukkan lemahnya tingkat permintaan.

    “Jadi langkah BI ini sebenarnya sudah sesuai dengan view kami sebelumnya, namun pemotongan di Desember tertunda ke Januari,” ucap Faisal.

    Ekonom Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto juga memiliki sikap serupa dengan Faisal. Ia mengaku tak terkejut dengan keputusan Perry Cs karena sinyal ekonomi melemah sudah ia wanti-wanti sedari lama, sehingga terus mendorong BI untuk menurunkan suku bunga acuannya.

    “Saya sebenarnya tidak kaget ya karena dari beberapa bulan yang lalu saya sih juga menyuarakan supaya suku bunga BI rate ini turun ya demi mendongkrak performa ekonomi Indonesia, terutama dari sisi sektor riil yang memang masyarakat kita butuh suku bunga yang lebih rendah, baik itu untuk kebutuhan bisnis maupun untuk kebutuhan terkait konsumsi,” kata Myrdal.

    Ia pun menganggap wajar BI Rate awal tahun ini turun, karena transmisi imported inflation dari pelemahan kurs beberapa waktu terakhir tidak terjadi, tercermin dari angka inflasi yang sangat rendah di level 1,57% pada 2024.

    “Dan gap antara BI rate dan inflasi juga sangat lebar jadi sebenarnya masih banyak ruang untuk BI rate turun dan ditambah lagi kita lihat pressure imported inflation ke depan nya pun juga so far so good, kalau kita lihat tidak terlalu melonjak,” ucapnya.

    “Apalagi kalau kita cermati dari pergerakan harga komoditas terutama minyak juga saat ini sulit untuk melonjak signifikan, walaupun ada perang di mana-mana tapi harga minyak masih konsisten di bawah level US$ 82 per barel,” tegas Myrdal.

    Ia menekankan, BI rate yang rendah saat ini sangat dibutuhkan Indonesia karena untuk menyinergikan antara kebijakan fiskal yang sudah sangat didesain tahun ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berpotensi melemah.

    Di sisi lain, program-program prioritas Presiden Prabowo Subianto juga ia ingatkan sebetulnya butuh dukungan dari kebijakan moneter yang longgar dari BI, di antaranya ialah program pembangunan 3 juta rumah per tahun, dan berbagai program penyelamatan daya beli supaya penjualan barang tahan lama seperti otomotif dapat kembali bergeliat.

    “Jadi walaupun pemerintah sudah jor-joran beri insentif fiskal dan PPN yang naik hanya diberikan untuk beberapa golongan yang sangat selektif tapi kalau misalnya BI rate tidak turun ini kelihatannya kurang greget ya makanya kita apresiasi lah BI rate sudah turun,” ungkapnya.

    (arj/haa)

  • Dolar AS Sudah Tembus Rp 16.300, Ini Kata BI!

    Dolar AS Sudah Tembus Rp 16.300, Ini Kata BI!

    Jakarta

    Rupiah berada dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Paman Sam tersebut bahkan sudah menembus level Rp 16.300.

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan melemahnya rupiah dipengaruhi oleh indeks mata uang dolar AS yang naik tinggi sehingga membuat pelemahan berbagai mata uang dunia. Hal itu dipengaruhi oleh situasi yang terjadi di AS.

    “Indeks mata uang dolar AS naik tinggi makin menambah tekanan pelemahan berbagai mata uang dunia. Berbagai perkembangan global ini memerlukan penguatan respons kebijakan dalam memitigasi dampak rambatan global tersebut untuk tetap menjaga stabilitas dan di sisi lain mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025).

    Perry menyebut perekonomian AS tumbuh lebih kuat dari perkiraan didukung oleh stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas. Hal itu menahan proses disinflasi di AS dan berdampak pada menguatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih terbatas.

    Kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif mendorong yield US Treasury tetap tinggi, baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang. Bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang meningkat, perkembangan itu disebut menyebabkan makin besarnya preferensi investor global untuk memindahkan portofolionya ke AS.

    Meski begitu, Perry menyebut nilai tukar rupiah masih terkendali. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sampai 14 Januari 2025 disebut hanya melemah 1% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2024.

    Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga disebut relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya seperti rupee India, peso Filipina dan baht Thailand yang masing-masing melemah 1,20%; 1,33%; dan 1,92%.

    “Nilai tukar rupiah tercatat menguat terhadap mata uang kelompok negara maju di luar dolar AS dan stabil terhadap mata uang kelompok negara berkembang. Perkembangan tersebut sejalan dengan kebijakan stabilisasi BI, serta didukung oleh aliran masuk modal asing yang masih berlanjut, imbal hasil instrumen keuangan domestik yang menarik, serta prospek ekonomi Indonesia yang tetap baik,” bebernya.

    Berdasarkan data RTI, per pukul 14.55 WIB dolar AS sudah berada di level Rp 16.319. Posisi itu menguat 59 poin atau 0,36%.

    Lihat juga video: Horor Jika Dolar Tak Terkendali

    (kil/kil)

  • LPEM UI harap BI tahan suku bunga di 6 persen pada RDG Januari 2025

    LPEM UI harap BI tahan suku bunga di 6 persen pada RDG Januari 2025

    Penyesuaian ini mencerminkan inflasi yang masih tinggi di AS dan potensi dampak inflasi dari kebijakan-kebijakan yang mungkin diambil oleh presiden terpilih Trump

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengharapkan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga di angka 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Januari 2025.

    Dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu, ia mengatakan bahwa penahanan suku bunga Bank Indonesia tersebut diperlukan untuk menopang rupiah yang masih berada di bawah tekanan sepanjang Desember 2024.

    Ia menyatakan bahwa tertekannya rupiah terutama karena revisi ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat The Fed akan menurunkan suku bunga hanya dua kali pada 2025, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yaitu empat kali penurunan suku bunga.

    “Penyesuaian ini mencerminkan inflasi yang masih tinggi di AS dan potensi dampak inflasi dari kebijakan-kebijakan yang mungkin diambil oleh presiden terpilih Trump,” jelasnya.

    Riefky menuturkan meskipun The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2024, arus keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, masih berlanjut.

    Pihaknya mencatat bahwa sejak pertengahan Desember 2024 hingga pertengahan Januari 2025, arus modal keluar dari Indonesia mencapai 750 juta dolar AS (Rp12,22 triliun, kurs per Rabu 1 dolar AS = Rp16.292).

    Angka tersebut terdiri atas 120 juta dolar AS (Rp1,96 triliun) yang keluar dari pasar obligasi dan 630 juta dolar AS (Rp10,26 triliun) yang keluar dari pasar saham.

    Selama periode tersebut, Riefky mengatakan bahwa rupiah melanjutkan depresiasi, mencapai Rp16.195 per dolar AS pada 9 Januari 2025, turun 2,11 persen dari level bulan sebelumnya sebesar Rp15.860 per dolar AS.

    Sementara secara year-to-date (ytd), rupiah terdepresiasi sebesar 0,67 persen, berkinerja lebih buruk dibandingkan sebagian besar mata uang negara berkembang lainnya, termasuk peso Argentina, ringgit Malaysia, rand Afrika Selatan, rupee India, peso Filipina, lira Turki, real Brasil, dan rubel Rusia.

    Berbagai mata uang negara berkembang tersebut semuanya mencatatkan pelemahan yang lebih kecil atau bahkan penguatan terhadap dolar AS.

    Walau demikian, kinerja rupiah setara dengan yuan Tiongkok, tapi sedikit lebih baik dibandingkan baht Thailand, yang mengalami depresiasi sebesar 0,90 persen ytd.

    “Kami melihat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga BI tidak berubah di level 6 persen pada pertemuan Dewan Gubernur pertama di tahun 2025 untuk mencegah rupiah melemah lebih lanjut,” imbuh Teuku Riefky.

    Pewarta: Uyu Septiyati Liman
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025