Produk: protein

  • 7 Makanan yang Diam-diam Memicu Serangan Jantung

    7 Makanan yang Diam-diam Memicu Serangan Jantung

    Jakarta

    Serangan jantung terjadi ketika aliran darah melalui arteri ke jantung terhambat atau bahkan tersumbat sama sekali. Gaya hidup serta pola makan yang tidak sehat paling besar kontribusinya pada peningkatan risiko.

    Bicara tentang risiko, hampir semua makanan enak punya kontribusi terhadap peningkatan risiko serangan jantung. Pasalnya rasa enak tersebut umumnya berasal dari bahan-bahan yang tidak ramah jantung terutama gula, garam, dan lemak tidak sehat.

    Apakah berarti harus dihindari sama sekali? Bagi individu yang sehat dengan sistem metabolisme yang masih normal, paling bijak adalah memperhatikan porsinya agar tidak berlebihan. Selebihnya, tubuh punya mekanisme untuk memulihkan keseimbangan.

    7 Makanan yang Bisa Memicu Serangan Jantung

    Jika tidak dikontrol, makanan berikut ini bisa menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko serangan jantung atau masalah kardiovaskular lainnya termasuk stroke.

    1. Goreng-gorengan

    Pemanasan dengan suhu tinggi mengubah struktur lemak dalam minyak goreng menjadi trans fatty acid (TFA) yang merusak dan menyumbat pembuluh darah. Apalagi jika minyak goreng tersebut digunakan berulang.

    “Kalau memang mau makan tahu diri lah. Jangan sampai dihabisin semua. Coba satu gigit enak udah, nggak usah makan satu utuh,” saran dr Vito A Damay, SpJP tentang gorengan, kepada detikcom dalam satu kesempatan.

    2. Daging merah

    Sebuah riset yang dilakukan selama 23 tahun menemukan, konsumsi daging merah dapat meningkatkan risiko stroke hingga 47 persen. Diet ini juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular lainnya seperti serangan jantung.

    Namun karena daging merah juga merupakan sumber nutrisi yang baik, terutama protein, maka membatasi asupan akan lebih bijak dibanding menghindari sama sekali. Selain itu, pilih daging yang rendah lemak dan diolah dengan cara yang lebih sehat.

    3. Jeroan

    Jeroan umumnya aman dikonsumsi oleh kebanyakan orang. Namun bagi yang punya riwayat penyakit jantung, asupannya perlu dibatasi karena makanan ini tinggi kolesterol yang bisa memicu penumpukan plak di pembuluh darah jantung.

    4. Fast food

    Fast food identik dengan junk food, yakni makanan yang mengutamakan proses penyajian cepat dan mengesampingkan keseimbangan nutrisi. Umumnya, jenis makanan ini memiliki kandungan kalori, lemak, kolesterol, dan terutama garam natrium. Kandungan tersebut bisa membahayakan jantung jika dikonsumsi berlebihan.

    5. Daging olahan

    Daging olahan seperti sosis umumnya mengandung lemak jenuh dan garam dalam kadar yang tinggi. Kandungan tersebut merupakan pemicu serangan jantung dan berbagai penyakit kardiovaskular.

    6. Es krim

    Berlebihan minum es krim berbahaya bagi jantung bukan saja karena kalori dan gulanya yang tinggi. Makanan atau minuman ini juga banyak mengandung lemak karena salah satu bahan baku utamanya adalah susu. Memilih produk yang rendah lemak akan membantu mengurangi risiko.

    7. Cemilan tinggi gula, garam, lemak

    Tidak kalah penting dalam memilih cemilan adalah membaca dan mencermati komposisi bahan yang digunakan serta kandungan nutrisi di dalamnya. Kandungan galam, gula, dan lemak, dalam bentuk apapun sebaiknya dibatasi karena bisa memicu serangan jantung bagi yang punya risiko.

    (up/tgm)

  • Polsek Porong Sidoarjo Ajak Warga Manfaatkan Pekarangan Kosong

    Polsek Porong Sidoarjo Ajak Warga Manfaatkan Pekarangan Kosong

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Upaya meningkatkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan arahan Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Christian Tobing terkait ketahanan pangan terus digalakkan Polresta Sidoarjo melalui jajaran Polsek Porong.

    Salah satunya terlihat dalam kegiatan Bhabinkamtibmas Desa Kebonagung yang melaksanakan pengecekan Program 1 Pekarangan Pangan Bergizi (P2B) dengan metode budidaya ikan lele, Senin (9/6/2025).

    Kegiatan tersebut berlangsung di pekarangan milik Ikhya Ulumudin, yang berlokasi di Dusun Macanmati RT 14 RW 03, Desa Kebonagung, Kecamatan Porong. Hadir dalam pelaksanaan, Aiptu Satrio Wibowo selaku Bhabinkamtibmas setempat.

    Program P2B merupakan inisiatif yang bertujuan mendorong pemanfaatan lahan pekarangan rumah warga untuk menghasilkan sumber pangan bergizi, salah satunya melalui budidaya ikan lele.

    Dalam kesempatan itu, Aiptu Satrio tidak hanya melakukan pengecekan, tetapi juga memberikan pendampingan serta motivasi kepada warga agar terus mengembangkan metode budidaya ini sebagai sumber protein.

    “Budidaya lele ini tidak hanya mudah dilakukan, tapi juga bernilai ekonomis dan bisa mendukung ketahanan pangan Polresta Sidoarjo Polda Jawa Timur. Kami harap ini menjadi contoh bagi warga lain di Kebonagung,” ujar Aiptu Satrio.

    Kegiatan ini sekaligus menjadi bagian dari pendekatan humanis Polri dalam mendukung program ketahanan pangan nasional yang berbasis komunitas, dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di desa-desa.

    Melalui sinergi Polisi Cinta Petani, diharapkan program seperti ini mampu menginspirasi desa-desa lainnya di wilayah Sidoarjo untuk menciptakan kemandirian swasembada pangan yang berkelanjutan.(isa/ted)

  • Harga Pangan Hari Ini Senin (9/6): Beras Medium hingga SPHP Masih Mahal

    Harga Pangan Hari Ini Senin (9/6): Beras Medium hingga SPHP Masih Mahal

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga rata-rata beras premium dan beras medium secara nasional masih merangkak naik pada Senin (9/6/2025). Selain itu, harga rata-rata beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) juga naik pada pagi ini.

    Menyitir Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 07.00 WIB, harga rata-rata beras medium dan beras premium masing-masing dibanderol Rp13.737 per kilogram dan Rp15.668 per kilogram secara nasional di tingkat konsumen. Kedua jenis tipe beras ini melampaui harga eceran tertinggi (HET).

    Untuk diketahui, HET nasional untuk beras medium dan beras premium masing-masing adalah Rp12.500 per kilogram dan Rp14.900 per kilogram.

    Kenaikan juga terjadi pada beras SPHP Bulog yang tembus Rp13.000 per kilogram di tingkat konsumen. Harganya melampaui HET nasional beras SPHP yang semestinya di level Rp12.500 per kilogram.

    Sementara itu, harga rata-rata cabai rawit merah di tingkat konsumen turun menjadi Rp50.371 per kilogram. Harganya berada di dalam rentang harga acuan penjualan (HAP) nasional di level Rp40.000–Rp57.000 per kilogram.

    Kemudian, harga rata-rata cabai merah keriting dibanderol Rp45.433 per kilogram. Adapun, HAP cabai merah keriting adalah Rp37.000–Rp55.000 per kilogram. Untuk cabai merah besar, harga rata-ratanya adalah Rp45.576 per kilogram di tingkat konsumen.

    Panel Harga Bapanas juga menunjukkan harga rata-rata bawang merah di tingkat konsumen dibanderol Rp37.905 per kilogram, di mana rentang HAP komoditas ini adalah Rp36.500–Rp41.500 per kilogram. Di sisi lain, harga rata-rata bawang putih bonggol adalah Rp38.977 per kilogram secara nasional. Adapun, HAP nasional komoditas ini berada di rentang Rp38.000–Rp40.000 per kilogram.

    Beralih ke harga pangan yang bersumber protein hewani, seperti ikan kembung, ikan tongkol, dan ikan bandeng masing-masing harga rata-ratanya dibanderol Rp41.163 per kilogram, Rp34.727 per kilogram, dan Rp36.069 per kilogram di tingkat konsumen.

    Berikutnya, harga rata-rata daging ayam ras dibanderol Rp35.139 per kilogram atau berada di bawah HAP nasional Rp40.000 per kilogram. Sementara itu, rata-rata telur ayam ras dipatok Rp29.754 per kilogram di tingkat konsumen, harganya hampir mendekati HAP nasional di level Rp30.000 per kilogram.

    Lebih lanjut, harga rata-rata daging sapi murni dibanderol Rp135.156 per kilogram, atau berada di bawah HAP nasional Rp140.000 per kilogram. Untuk daging kerbau beku impor adalah Rp95.000 per kilogram secara nasional, harganya melampaui HAP nasional di level Rp80.000 per kilogram.

    Harga pangan lainnya, harga rata-rata minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah masing-masing adalah Rp19.927 per liter dan Rp16.894 per liter secara nasional. Untuk Minyakita, harga rata-ratanya adalah Rp16.981 per liter di tingkat konsumen.

    Masih di tingkat konsumen, tepung terigu kemasan dan tepung terigu curah masing-masing harganya dibanderol Rp12.682 per kilogram dan Rp9.523 per kilogram secara nasional.

    Untuk harga rata-rata gula konsumsi adalah Rp18.280 per kilogram dan harga rata-rata garam konsumsi dibanderol Rp10.909 per kilogram di tingkat konsumen.

    Data juga menunjukkan rata-rata jagung pakan tingkat peternak dibanderol seharga Rp5.571 per kilogram, sedangkan harga rata-rata kedelai biji kering impor di tingkat konsumen adalah Rp10.478 per kilogram.

  • Label Pangan dan Ancaman Bom Waktu Kasus Diabetes-Obesitas di Indonesia

    Label Pangan dan Ancaman Bom Waktu Kasus Diabetes-Obesitas di Indonesia

    Jakarta

    Siasat pemerintah dalam menekan kasus penyakit tidak menular melalui label pangan tampaknya belum efektif. Terlebih, literasi masyarakat soal membaca informasi nilai gizi sebelum membeli produk, relatif rendah.

    Catatan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menunjukkan hanya 6,7 persen konsumen di Indonesia yang memperhatikan label pada produk pangan kemasan. Walhasil, pemerintah belakangan mengupayakan penerapan label baru pangan olahan maupun siap saji, salah satunya berkiblat pada regulasi Singapura, yakni NutriGrade.

    Wacana penerapan label pangan sehat seperti sistem Nutri-Grade dan warning label semakin relevan di tengah meningkatnya konsumsi pangan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) di Indonesia. Mengacu survei kesehatan indonesia (SKI) 2023, prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 11,7 persen pada usia lebih dari 15 tahun berdasarkan pemeriksaan gula darah, sementara yang terdiagnosis dokter hanya 1,7 persen. Artinya, banyak kasus tidak terdeteksi.

    Dengan 19,5 juta kasus, Indonesia kini menempati peringkat kelima dunia, setelah China, India, Pakistan, dan Amerika Serikat. Jika tidak ada intervensi, angka ini diprediksi mencapai 28,6 juta pada 2045.

    SKI 2023 juga mencatat kasus obesitas meningkat dua kali lipat dalam 1,5 dekade terakhir, dan rata-rata konsumsi natrium masyarakat Indonesia melebihi rekomendasi WHO. Ini memperkuat argumen bahwa sistem pelabelan pangan harus lebih tegas dan edukatif.

    Menurut pakar kebijakan kesehatan global Dicky Budiman, pelabelan semacam ini terbukti efektif di sejumlah negara, tetapi keberhasilannya di Indonesia akan sangat bergantung pada berbagai faktor pendukung.

    “Nutri-Grade di Singapura, yang juga telah mulai diterapkan di Taiwan dan sebagian besar wilayah di Tiongkok, memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk membantu konsumen memilih pangan yang lebih sehat,” ujar Dicky saat dihubungi detikcom, Minggu (8/6/2025).

    Label ini mengklasifikasikan minuman, juga makanan berdasarkan kadar GGL, dengan sistem penilaian huruf A hingga D. Namun, Dicky menekankan bahwa efektivitasnya sangat bergantung pada tingkat literasi kesehatan masyarakat.

    “Tanpa pemahaman yang baik, label A-D bisa disalahartikan atau diabaikan. Makanya, edukasi publik itu krusial,” jelasnya. Ia juga menyoroti pentingnya posisi label yang jelas di bagian depan kemasan (front-of-pack) agar tidak disembunyikan dengan tulisan kecil di belakang.

    Dicky menekankan pentingnya standar penilaian nasional yang objektif dan independen, serta pengawasan ketat agar produsen tidak melakukan label washing atau manipulasi informasi nutrisi.

    Sebagai alternatif yang dianggap lebih efektif, ia mendorong penerapan ‘warning label’ atau label peringatan yang secara eksplisit menandai produk tinggi GGL.

    “Bukti dari Chili, Meksiko, dan sebagian Australia menunjukkan bahwa warning label lebih intuitif dan langsung dipahami, terutama oleh masyarakat dengan literasi rendah. Ini berdampak nyata dalam mengurangi konsumsi makanan tidak sehat,” kata Dicky, sembari menekankan tantangan terbesarnya adalah industri makanan.

    Kekhawatiran Resistensi Industri

    “Pasti ada resistensi. Mereka khawatir diberi stigma, dan penjualan bisa turun. Tapi kita bicara soal kesehatan publik, bukan sekadar kepentingan bisnis,” lanjut dia.

    Kekhawatiran resistensi industri semacam itu disebutnya bisa disiasati dalam bentuk insentif dari pemerintah. Khususnya, bagi mereka yang melakukan reformulasi produk.

    Dicky juga menekankan pentingnya harmonisasi regulasi pangan di tingkat regional, khususnya di ASEAN. “Kita tidak bisa jalan sendiri. Perlu kerja sama antarnegara agar tidak terjadi konflik dalam perdagangan lintas batas,” jelasnya.

    Dalam konteks wilayah perbatasan, Dicky yang pernah terlibat dalam program kesehatan lintas negara di Kaltim dan Papua menyebut banyak produk kemasan dari luar negeri masuk tanpa mengikuti standar label Indonesia. “Ini ancaman bagi perlindungan konsumen dan kedaulatan pangan. Pemerintah harus memperkuat pengawasan, khususnya di perbatasan.”

    Sebagai solusi, Dicky mendorong penerapan bertahap, dimulai dari produk dengan kandungan gula ekstrem, disertai kampanye edukasi dan insentif bagi produsen yang melakukan reformulasi produk. Ia juga mengingatkan bahwa pelabelan harus diiringi dengan intervensi struktural, seperti subsidi pangan sehat, distribusi makanan bergizi, dan pengendalian impor pangan ultra-proses.

    “Labelisasi pangan, baik itu Nutri-Grade maupun warning label, harus menjadi bagian dari kebijakan pangan nasional yang berorientasi pada kesehatan masyarakat,” pungkasnya.

    Logo Pilihan Lebih Sehat: Membingungkan Konsumen

    Pandangan senada juga disuarakan Nida Adzilah Auliani, Project Lead untuk Food Policy di Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI). Ia menyoroti strategi yang sudah diupayakan seperti logo ‘Pilihan Lebih Sehat’ yang saat ini digunakan di Indonesia justru kerap menyesatkan konsumen.

    “Label itu seolah memberi kesan bahwa produk aman dikonsumsi, padahal kenyataannya masih mengandung kadar gula yang cukup tinggi,” jelas Nida dalam konferensi pers belum lama ini. Ia mencontohkan susu cokelat kemasan ukuran 180 ml yang mengandung 11 gram gula.

    Padahal, batas aman gula dalam minuman menurut aturan hanya 6 gram per 100 ml. Artinya, satu botol kecil saja sudah menyumbang lebih dari 20 persen kebutuhan gula harian, menurut standar WHO.

    Nida menilai ambang batas yang digunakan dalam label tersebut terlalu longgar, tidak seketat profil gizi internasional, sehingga gagal memberikan informasi yang akurat dan mudah dicerna. “Masyarakat bisa saja mengira suatu produk itu sehat, padahal sebenarnya mengandung gula tambahan yang tinggi,” katanya.

    Pantauan detikcom pada sejumlah produk pangan berlogo ‘Pilihan Lebih Sehat’ memang demikian.

    Produk susu posisi kiri memiliki label ‘Pilihan Lebih Sehat’, sementara produk susu kedua di posisi kiri, tanpa label tersebut. Foto: Nafilah Sri Sagita/detikHealth

    Produk susu strawberry berlogo ‘Pilihan Lebih Sehat’ dengan yang tidak, nyaris identik dari segi kandungan kalori juga makronutrien. Terkecuali, kandungan gula yang satu gram sedikit lebih rendah ketimbang produk berlogo ‘Pilihan Lebih Sehat’.

    Bila dirinci lebih lanjut, dua produk susu cair 200 ml yang beredar di pasaran tersebut memiliki jumlah energi yang sama yaitu 150 kkal. Kandungan lemak total (4,5 g), lemak jenuh (2,5 g), dan protein (3 g) juga serupa. Namun, terdapat beberapa perbedaan penting.

    Produk pertama, mengandung 18 g gula, sedangkan produk pembanding mengandung 19 g. Produk 1 mengandung lebih banyak natrium (60 mg) dibandingkan produk 2 (50 mg). Dari sisi mikronutrien, Produk 1 lebih unggul karena mencantumkan kandungan vitamin D3, E, C, dan K, serta magnesium dan zinc yang lebih tinggi. Produk pembanding hanya menonjol pada kandungan vitamin B6 dan fosfor, serta mencantumkan tambahan kolin dan klorida.

    Logo ‘Pilihan Lebih Sehat’ sendiri diberikan oleh BPOM berdasarkan Peraturan No. 26 Tahun 2021, yang menyatakan minuman siap konsumsi setidaknya harus:

    Tidak mengandung pemanis buatanMemiliki gula tambahan tidak lebih dari 6 g per 100 ml.

    Berdasarkan label kemasan, produk 1 tidak mencantumkan pemanis buatan, dan meskipun tercantum 18 g gula per 200 ml (setara 9 g per 100 ml), angka tersebut kemungkinan mencakup gula alami (laktosa), bukan hanya gula tambahan. Hal ini berarti produk tersebut masih dapat memenuhi kriteria BPOM untuk mendapatkan logo ‘Pilihan Lebih Sehat’.

    NEXT: Siasat Pemerintah Label Pangan Baru

  • Diam-diam Picu Asam Urat, Makanan Ini Justru Paling Banyak Dicari

    Diam-diam Picu Asam Urat, Makanan Ini Justru Paling Banyak Dicari

    Jakarta

    Saat Idul Adha, jeroan seperti hati, ampela, dan organ dalam lainnya kerap menjadi sajian favorit. Dibanding daging pada umumnya, jeroan memang punya tekstur yang lebih empuk sehingga mudah diolah.

    Namun, dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, mengingatkan agar konsumsi jeroan tidak berlebihan karena bisa memicu peningkatan kadar asam urat atau uric acid di dalam tubuh.

    Menurut dr Ray, jeroan mengandung protein dan purin yang tinggi. Ketika protein dengan kadar purin tinggi ini dicerna tubuh, akan dipecah menjadi energi dan sisa metabolisme berupa asam urat.

    “Asam urat atau uric acid itu adalah hasil metabolisme terhadap protein yang mengandung kadar purin yang tinggi, sehingga hasil metabolismenya berupa asam urat,” ucapnya saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Menurutnya, kandungan purin dalam jeroan memang tidak setinggi kacang-kacangan, namun tetap signifikan.

    Konsumsi jeroan secara berlebihan bisa menyebabkan kadar asam urat meningkat drastis, baik pada orang dengan kadar normal maupun mereka yang sudah memiliki riwayat kadar asam urat tinggi.

    “Yang normal bisa menjadi tinggi, yang sudah tinggi bisa makin tinggi sekali. Itu memang harus dihindari,” tegasnya.

    (suc/up)

  • Harga Pangan Minggu (8/6): Beras Masih Mahal, Cabai Rawit Turun

    Harga Pangan Minggu (8/6): Beras Masih Mahal, Cabai Rawit Turun

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga rata-rata aneka beras mulai dari beras premium, beras medium, hingga beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) secara nasional terus merangkak naik pada Minggu (8/6/2025).

    Melansir Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 09.10 WIB, harga rata-rata beras premium dan beras medium di tingkat konsumen masing-masing naik menjadi Rp15.627 per kilogram dan Rp13.728 secara nasional.

    Untuk diketahui, harga eceran tertinggi (HET) nasional untuk beras premium dan beras medium masing-masing adalah Rp14.900 per kilogram dan Rp12.500 per kilogram.

    Senada, harga rata-rata beras SPHP Bulog juga melampaui HET, atau dibanderol Rp12.612 per kilogram di tingkat konsumen. Adapun, HET nasional beras SPHP secara nasional semestinya di level Rp12.500 per kilogram.

    Di sisi lain, harga rata-rata cabai rawit merah di tingkat konsumen turun menjadi Rp51.408 per kilogram. Harganya berada di dalam rentang harga acuan penjualan (HAP) nasional di level Rp40.000–Rp57.000 per kilogram.

    Sama halnya dengan harga rata-rata cabai merah keriting yang turun menjadi Rp45.433 per kilogram. HAP untuk komoditas ini adalah Rp37.000–Rp55.000 per kilogram. Sedangkan cabai merah besar, harga rata-ratanya adalah Rp45.766 per kilogram di tingkat konsumen.

    Beralih ke aneka bawang, Panel Bapanas menunjukkan harga rata-rata bawang merah di tingkat konsumen dibanderol Rp38.283 per kilogram, atau berada di rentang HAP Rp36.500–Rp41.500 per kilogram.

    Untuk harga rata-rata bawang putih bonggol adalah Rp39.674 per kilogram secara nasional, atau hampir mendekati HAP nasional di rentang Rp38.000–Rp40.000 per kilogram.

    Kemudian, harga rata-rata minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah masing-masing dibanderol Rp20.475 per liter dan Rp17.311 per liter. Sementara itu, harga rata-rata Minyakita secara nasional adalah Rp17.371 per liter, harganya masih melampaui HET yang semestinya di level Rp15.700 per liter.

    Untuk harga pangan yang bersumber protein hewani, seperti ikan kembung, ikan tongkol, dan ikan bandeng masing-masing harga rata-ratanya dibanderol Rp40.262 per kilogram, Rp33.831 per kilogram, dan Rp33.151 per kilogram.

    Masih di tingkat konsumen, rata-rata daging ayam ras dijual seharga Rp35.561 per kilogram atau di bawah HAP nasional Rp40.000 per kilogram. Sedangkan harga rata-rata telur ayam ras dipatok Rp28.946 per kilogram di tingkat konsumen, harganya hampir mendekati HAP nasional di level Rp30.000 per kilogram.

    Sementara itu, harga rata-rata daging sapi murni mencapai Rp134.528 per kilogram, atau berada di bawah HAP nasional Rp140.000 per kilogram. Kemudian, untuk harga rata-rata daging kerbau beku impor dan daging kerbau segar lokal masing-masing adalah Rp103.129 per kilogram dan Rp138.214 per kilogram.

    Harga pangan lainnya, seperti tepung terigu kemasan dan tepung terigu curah masing-masing dibanderol Rp12.625 per kilogram dan Rp9.702 per kilogram secara nasional. Sementara itu, harga rata-rata gula konsumsi adalah Rp18.356 per kilogram dan harga rata-rata garam konsumsi Rp11.619 per kilogram di tingkat konsumen.

    Terakhir, harga rata-rata jagung pakan tingkat peternak dibanderol Rp5.934 per kilogram dan harga rata-rata kedelai biji kering impor di tingkat konsumen adalah Rp10.881 per kilogram.

  • Minum Rebusan Jahe dan Sereh Setelah Kurban, Bisa Netralisir Lemak?

    Minum Rebusan Jahe dan Sereh Setelah Kurban, Bisa Netralisir Lemak?

    Jakarta

    Kandungan lemak dalam daging kurban bisa memicu berbagai memicu peningkatan kolesterol dan asam urat jika berlebihan. Beberapa ramuan herbal dipercaya bisa membantu mengatasinya, termasuk rebusan jahe dan sereh.

    Bicara soal lemak di dalam tubuh, umumnya yang dimaksud adalah lipid yakni senyawa yang secara alamiah memiliki fungsi tertentu. Termasuk di antaranya untuk menyimpan cadangan energi, menyerap vitamin, dan memproduksi hormon.

    Ada banyak jenis lemak di dalam tubuh, masing-masing punya fungsi yang berbeda dan harus dijaga keseimbangannya. Terganggunya keseimbangan lipid di dalam tubuh dapat membahayakan.

    Dikutip dari Clevelandclinic, jenis lipid atau lemak di dalam tubuh yang banyak dikenal adalah kolesterol dan trigliserida. Lebih spesifik lagi, ada dua jenis kolesterol yakni HDL (high-density lipoproteins) atau ‘kolesterol baik’ dalam istilah awam, dan LDL (low-density lipoproteins) atau ‘kolesterol jahat’.

    Beberapa jenis herba diyakini bisa membantu mengembalikan keseimbangan lemak di dalam tubuh. Rebusan jahe dan sereh atau serai termasuk di antaranya.

    Manfaat Jahe untuk Menetralisir Lemak

    Sebuah review di jurnal Food and Function menyebut, jahe (Zingiber officinale) mungkin bisa menurunkan kolesterol dengan mekanisme yang sudah dipahami para ilmuwan. Herba ini mengaktifkan enzim yang meningkatkan pemakaian lemak dalam tubuh sehingga kadarnya bisa dikurangi.

    Penelitian lain di Journal of Nutrition College menyebut, jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) yakni salah satu varietas jahe yang cukup populer untuk pengobatan, memiliki kandungan fenol yang dapat digunakan untuk menurunkan kolesterol darah. Eksperimen terhadap sejumlah partisipan menunjukkan, minuman jahe merah sebanyak 3,2 ml/kgBB per hari selama 21 hari dapat menurunkan kolesterol total secara signifikan.

    Dalam sebuah riset di Journal of Science and Technology Research for Pharmacy, rasa pedas pada jahe berasal dari kandungan keton yang disebut zingeron. Kandungan aktif lainnya adalah gingerol dan shogaol, yang berfungsi sebagai antioksidan dengan menghambat enzim pemicu inflamasi.

    Sejumlah aktivitas farmakologis jahe yang lain juga pernah diamati, termasuk efek hipolipidemik dan hipoglikemik.

    Manfaat Sereh untuk Menetralisir Lemak

    Sereh atau serai merupakan sekelompok tanaman dari genus Cymbopogon. Beberapa spesies yang cukup populer adalah serai dapur (Cymbopogon citratus) yang banyak digunakan sebagai bumbu masak, dan serai wangi atau citronella (Cymbopogon nardus).

    Dikutip dari Healthline, serai secara umum memiliki banyak kandungan aktif yang berfungsi sebagai antioksidan. Fungsinya untuk menangkal radikal bebas di dalam tubuh yang bisa menyebabkan penyakit.

    Antioksidan juga membantu mencegah disfungsi sel-sel di dalam tubuh.

    Sebuah penelitian di jurnal Current Research in Nutritional and Food Science menyebut, kandungan peptida yang diperoleh melalui hidrolisis ekstrak serai punya efek menurunkan kolesterol dalam uji pada hewan. Protein ini disebut menjanjikan sebagai makanan fungsional untuk mencegah risiko kardiovaskular.

    (up/tgm)

  • Pakar UI Wanti-wanti Kebiasaan Makan Daging Seperti Ini Perburuk Gejala GERD

    Pakar UI Wanti-wanti Kebiasaan Makan Daging Seperti Ini Perburuk Gejala GERD

    Jakarta

    Berbagi daging kurban di momen Hari Raya Idul Adha menjadi momen istimewa, terutama bagi masyarakat yang jarang mengonsumsi daging. Namun, tetap perlu diingat, konsumsi berlebihan di balik kenikmatan tersebut, jelas berisiko. Salah satunya gangguan pencernaan yang patut diwaspadai, seperti GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).

    Guru Besar Fakultas Kedokteran Indonesia (FK UI) yang juga spesialis penyakit dalam dari Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, mengingatkan konsumsi daging secara berlebihan, terutama dalam waktu singkat, bisa memicu timbulnya GERD. Gangguan ini muncul akibat aliran balik isi lambung ke kerongkongan yang menimbulkan sensasi panas di dada (heartburn), regurgitasi, hingga rasa pahit di mulut.

    “Lemak yang berlebihan dapat memperlambat pengosongan lambung dan melemahkan katup lambung-kerongkongan, sehingga isi lambung naik kembali,” jelas Prof Ari, dalam keterangannya, Minggu (8/6/2025).

    GERD kini semakin sering ditemukan di masyarakat, seiring perubahan gaya hidup. Berdasarkan pengamatan di rumah sakit, sekitar 20 persen pasien yang datang dengan keluhan maag ternyata mengalami GERD, terlihat dari hasil endoskopi saluran cerna atas.

    Selain heartburn dan regurgitasi, mereka dengan kondisi GERD bisa mengalami gejala lain seperti nyeri ulu hati, kembung, sering sendawa, hingga keluhan yang menyerupai penyakit jantung. Bahkan, asam lambung yang naik juga dapat menyebabkan batuk kronis, sesak napas, radang tenggorokan, dan keluhan pada gigi.

    Lebih lanjut, Prof Ari menyoroti kebiasaan yang memperburuk risiko GERD saat Idul Adha. Misalnya, menyantap daging berlemak yang dimasak dengan santan atau bumbu pedas, serta langsung tidur setelah makan.

    “Kebiasaan langsung rebahan setelah makan daging akan memperparah gejala GERD. Ini bisa memicu heartburn pada 4 dari 5 pasien GERD,” ujarnya.

    Agar tetap bisa menikmati daging kurban tanpa risiko GERD, Prof Ari membagikan beberapa tips penting:

    Konsumsi daging secukupnya, tidak berlebihan dalam satu waktuSertakan sayur dan buah dalam menu makanHindari konsumsi bersamaan antara daging dan jeroan (usus, otak, hati, paru, limpa).Jangan tidur minimal dua jam setelah makanHindari makanan dan minuman pemicu GERD lainnya termasuk makanan asam, pedas, kopi, soda, alkohol, cokelat, dan keju.

    “Lemak dan protein tetap penting untuk tubuh, tetapi perlu dikonsumsi dengan bijak. Jangan sampai kenikmatan sesaat justru berujung keluhan kesehatan,” pungkas Prof Ari.

    (naf/up)

  • Benarkah Torpedo Kambing Bisa Dongkrak Libido? Ini Faktanya

    Benarkah Torpedo Kambing Bisa Dongkrak Libido? Ini Faktanya

    Jakarta

    Torpedo atau testis kambing kerap menjadi incaran kaum pria saat momen Idul Adha. Konon torpedo kambing bisa meningkatkan vitalitas pria. Bagaimana faktanya?

    Dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, mengatakan torpedo memang mengandung protein, vitamin, dan mineral yang lebih tinggi dibandingkan bagian daging lainnya.

    Beberapa studi yang mendukung juga menyebut torpedo kambing mengandung zat bioaktif testosteron yang sering dikaitkan dengan peningkatan hormon pria.

    Meski begitu, lanjut dr Ray, sampai saat ini anggapan tersebut masih menjadi perdebatan di dunia medis. Beberapa studi mendukung, tetapi tidak sedikit pula yang meragukannya.

    “Ada yang bilang ya, ada yang bilang tidak, Jadi sekali lagi ini pro kontra,” katanya saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Terlebih, vitalitas pria dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, mulai dari usia hingga kondisi medis lain seperti komorbid. Karenanya, lanjut dr Ray, tak serta-merta satu jenis makanan bisa langsung memperbaiki kondisi tersebut.

    “Beberapa penelitian yang menyetujui atau yang mendukung teori tersebut memang menunjukkan bahwa zat bioaktif testosteron inilah yang kemudian yang akan membantu untuk mensupport kadar hormon testosteron pria dari luar,” jelas dr Ray.

    “Jadi seolah-olah seperti kita memakan makanan yang hormonal substitusi gitu. Memang dari teori itu kemudian memunculkan ide atau pendapat bahwa menaikan vitalitas dari pria. Tapi kita tahu kan vitalitas itu banyak faktor-faktor variabel yang mempengaruhi,” sambungnya lagi.

    (suc/up)

  • Momen Idul Adha, Banyuwangi Berbagi Salurkan Sedekah Daging ke Warga Miskin

    Momen Idul Adha, Banyuwangi Berbagi Salurkan Sedekah Daging ke Warga Miskin

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Program Banyuwangi Berbagi yang rutin digelar tiap tanggal cantik kali ini bertepatan dengan momen Idul Adha 1446 H. Kali ini, Pemkab Banyuwangi menggalang solidaritas dengan membagikan daging sapi dan kambing kepada warga miskin. Khususnya kepada masyarakat yang masuk dalam database UGD Kemiskinan Banyuwangi.

    Program charity ini mendapat dukungan dari banyak kalangan termasuk sejumlah organisasi profesi dan kemasyarakatan.

    Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan ini adalah bagian dari program Banyuwangi Berbagi, yang dilakukan tiap tanggal cantik seperti 1 Januari (1.1), 2 Februari (2.2), 3 Maret (3.3).

    Pada bulan Juni ini, tanggal 6 bertepatan dengan Idul Adha, Bupati mengajak ASN Banyuwangi dan berbagai pihak berpartisipasi membagikan daging kepada warga miskin.

    “Bila sebelumnya tanggal cantik kami berbelanja sembako dan membagikannya untuk keluarga pra sejahtera, di momen Idul Adha ini kami membagikan daging. Harapan kami ini untuk menambah konsumsi protein mereka,” kata Ipuk.

    Distribusi daging ini dilakukan mulai Jumat hingga Senin (6-9 Juni 2025). Daging diberikan kepada warga miskin yang masuk dalam database pemkab.

    “Ribuan paket daging didistribusikan kepada warga pra-sejahtera, termasuk yang masuk dalam data UGD Kemiskinan Banyuwangi,” kata Ipuk.

    Program ini mendapat sambutan hangat dari sejumlah pihak. Salah satunya datang dari Dodik Heru, Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Banyuwangi yang mendukung kebijakan Bupati Ipuk itu dengan berpartisipasi dalam program pemberian daging untuk warga miskin.

    “Bagus dan sangat bermanfaat. Bila sebelumnya kita diajak rutin bagi sembako, kini giliran bahan bernutrisi yakni daging. Semoga bisa menambah derajat kesehatan mereka,” kata Dodik.

    Pembagian daging kurban kali ini Ipuk juga mengajak warga meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai saat pemberian daging. Banyak warga yang menggunakan besek dan daun saat membagikan daging kurban. [tar/ian]