Produk: protein

  • Amankah Mengonsumsi Telur Mentah? Simak Dulu Penjelasan Ini

    Amankah Mengonsumsi Telur Mentah? Simak Dulu Penjelasan Ini

    JAKARTA – Telur dikenal sebagai sumber protein hewani yang murah, bergizi, dan mudah diolah menjadi berbagai hidangan. Namun, sebagian orang memilih mengonsumsi telur dalam kondisi mentah, baik untuk alasan kesehatan, diet, atau bagian dari resep tertentu seperti smoothie, saus salad, atau adonan kue. Lantas, apakah mengonsumsi telur mentah aman bagi kesehatan?

    Dilansir dari laman Taste of Home, mengonsumsi telur mentah tidak dianjurkan, karena dapat meningkatkan risiko terpapar bakteri Salmonella.

    Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), telur bisa terkontaminasi Salmonella baik dari dalam sebelum cangkangnya terbentuk, maupun dari luar melalui kotoran unggas setelah telur dikeluarkan dari tubuh ayam.

    Salmonella adalah penyebab umum keracunan makanan. Gejala yang ditimbulkan meliputi diare, mual dan muntah, kram perut, serta demam.

    Gejala ini bisa muncul antara 6 jam hingga 6 hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

    “CDC merekomendasikan untuk menghindari telur mentah karena dapat menyebabkan penyakit serius,” menurut CDC.

    Meskipun keracunan Salmonella bisa sembuh dengan sendirinya, pada beberapa orang gejalanya bisa sangat berat. Kelompok yang paling rentan antara lain anak-anak, lansia, ibu hamil, orang dengan sistem imun lemah (misalnya penderita kanker, HIV, atau autoimun).

    Bagi kelompok ini, mengonsumsi telur mentah dapat berakibat fatal, termasuk risiko dehidrasi berat hingga komplikasi serius lain.

    Beberapa orang menambahkan putih telur mentah ke dalam minuman atau shake sebagai sumber protein. Namun, putih telur mentah juga bisa mengandung Salmonella jika tidak melalui proses pasteurisasi. Selain itu, putih telur mentah juga mengandung avidin, zat yang dapat menghambat penyerapan biotin (vitamin B7) bila dikonsumsi dalam jumlah besar dan terus-menerus.

    Meskipun banyak orang yang suka mencicipi adonan kue mentah, hal ini tetap berisiko karena adonan tersebut mengandung telur mentah dan tepung mentah. Tak hanya telur, tepung juga dapat mengandung bakteri berbahaya seperti Escherichia coli (E. coli), yang bisa menyebabkan gangguan pencernaan.

    CDC menyebut tepung mungkin tidak tampak seperti makanan mentah, tetapi jika dicicipi sedikit saja bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sebab, tepung yang belum dimasak atau diolah dengan panas dapat mengandung bakteri berbahaya.

    Tips Aman dalam Menggunakan Telur

    Agar tetap bisa menikmati manfaat telur tanpa risiko kesehatan, ikuti tips berikut:

    1. Masak telur hingga matang sempurna, baik kuning maupun putihnya.

    2. Gunakan telur pasteurisasi jika memang resep masakan memerlukan telur mentah.

    3. Simpan telur dalam lemari es dengan suhu maksimal 4°C.

    4. Jangan konsumsi telur yang retak atau tampak kotor.

    5. Cuci tangan dan peralatan dapur setelah bersentuhan dengan telur mentah.

  • Batas Aman Menyimpan Telur di Suhu Ruang dan Kulkas

    Batas Aman Menyimpan Telur di Suhu Ruang dan Kulkas

    Jakarta

    Telur adalah salah satu sumber protein paling populer di dunia. Telur bisa diolah menjadi berbagai macam hidangan yang lezat dan juga menyehatkan.

    Penting untuk mengetahui masa simpan telur agar ketika dikonsumsi kualitasnya masih baik dan aman dikonsumsi. Memangnya berapa lama sih masa simpan telur di suhu ruang dan kulkas?

    Batas Aman Simpan Telur

    Jika telur diangkut dan disimpan dengan benar, telur dapat bertahan selama beberapa pekan dalam lemari es. The Food and Drug Administration (FDA) menyarankan telur sebaiknya disimpan dalam kulkas setelah dibeli dari toko. Begini penjelasan lengkapnya:

    Simpan Telur di Kulkas

    Menyimpan telur di kulkas menjadi salah satu cara yang umum dilakukan. Dikutip dari Healthline, idealnya telur harus segera didinginkan dalam kulkas untuk mencegah kondensasi. Kondensasi dapat mempermudah masuknya bakteri melalui cangkang telur.

    Menurut FDA, telur yang dimasukkan dalam kulkas bisa bertahan 3-5 pekan. Kuning dan putih telur mentah yang sudah di luar cangkang bisa bertahan 2-4 hari, sedangkan telur rebus bisa bertahan selama 1 pekan.

    “Jika Anda ingin menyimpannya lebih lama, Anda bisa memecahkan telurnya, memasukkannya dalam wadah, dan simpan di dalam freezer. Ini bisa bertahan satu tahun,” kata ahli gizi Taylor Jones, RD sembari mengingatkan kualitas telur tetap akan menurun seiring waktu.

    Simpan Telur di Suhu Ruang

    Menyimpan telur di suhu ruang memiliki masa simpan yang lebih pendek dibanding disimpan dalam kulkas. Dikutip dari laman Kementerian Pertanian, masa simpan telur menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah 14 hari setelah produksi pada suhu ruangan dengan kelembaban 80-90 persen. Setelah 5 hari di suhu ruang, kualitas telur mulai menurun.

    Ketahanan telur di suhu ruang juga berkaitan erat dengan penanganannya. Telur yang sudah dicuci dan disanitasi sebelum dijual menghilangkan lapisan pelindung alami pada cangkang.

    Telur dengan penanganan seperti ini disarankan untuk tidak dibiarkan di suhu ruang lebih dari 2 jam, bila lewat dikhawatirkan kualitasnya menurun dan sudah ada kontaminasi. Beberapa negara yang menerapkan penanganan telur seperti ini adalah Jepang, Amerika Serikat, dan Swedia.

    Kuning telur, putih telur, dan telur rebus juga kurang disarankan disimpan di suhu ruang lebih dari 2 jam.

    Cara Tahu Telur Masih Bagus atau Tidak

    Jika membeli telur di supermarket, coba cek tanggal kedaluwarsa yang tercantum di kemasan telur. Jika membeli di pasar, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, seperti tes cahaya dan floating.

    Tes Cahaya

    Tes cahaya dilakukan dengan menempatkan sumber cahaya di belakang telur, agar bisa menerawang bagaimana bentuk isinya. Kantung udara kecil dan berada di ujung telur menandakan telur masih baru dan belum banyak kehilangan cairan.

    Pada telur yang masih bagus, putih telur nampak jernih, bening, tidak keruh, dan berbintik. Ini menandakan tidak ada kontaminasi atau pembusukan. Sedangkan pada bagian kuning telur yang segar akan nampak bulat, tidak pecah, dan tetap di tengah.

    Tes Floating

    Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan telur ke dalam wadah berisi air. Jika telur tenggelam dan tertidur di dasar wadah, maka telur masih sangat segar.

    Jika tenggelam, tapi dalam keadaan berdiri, telur sudah agak tua tapi masih aman dikonsumsi. Sedangkan jika telur mengapung, maka sebaiknya tidak digunakan lagi.

    Jika masih ragu, tes bau juga bisa dilakukan. Pecahkan telur di atas piring, lalu periksa apakah ada perubahan warna atau bau yang tidak normal.

    “Telur yang sudah busuk akan mengeluarkan bau yang sangat khas dan tidak sedap. Jika semuanya terlihat normal dan tidak ada bau, maka telur aman untuk digunakan,” tandas Jones.

    Tips Mencuci da Menyimpan Telur

    Secara umum, tidak perlu mencuci telur sebelum menyimpannya di dalam kulkas. Namun, jika dirasa ada kotoran ringan tertentu di telur, pembersihan bisa dilakukan dengan kain atau amplas halus.

    Jika kotorannya banyak dan dikhawatirkan mencemari makanan lain dalam kulkas, pencucian bisa dilakukan dengan air hangat, dengan suhu sekitar 32-49 derajat celcius. Cuci telur satu per satu menggunakan sabun khusus tanpa pewangi, keringkan, lalu langsung masukkan dalam kulkas. Berikut, beberapa tips menyimpan telur lain yang bisa dilakukan:

    Simpan telur di bagian dalam kulkas, bukan di pintu, untuk menjaga suhu tetap stabil.Simpan menggunakan karton telur, untuk menjaga kelembaban dan mencegah bau.Sisa putih atau kuning telur disimpan menggunakan wadah kedap udara.Pisahkan telur dengan makanan segar lain untuk mencegah kontaminasi silang.

    (avk/tgm)

  • Mohon Perhatiannya Bunda! Ini Sebab Tumpulnya Kemampuan Otak pada Anak

    Mohon Perhatiannya Bunda! Ini Sebab Tumpulnya Kemampuan Otak pada Anak

    Jakarta

    Tumpulnya kemampuan otak atau kecerdasan yang rendah pada anak bisa berdampak signifikan terhadap interaksi sosial, kinerja akademis, dan peluang masa depan mereka. Padahal, setiap orang tua tentunya memiliki impian untuk masa depan anak-anaknya.

    Sehingga, mengetahui penyebab rendahnya kemampuan otak begitu penting untuk membantu anak mencapai potensi mereka. Ketahui sejumlah penyebab tumpulnya kemampuan otak pada anak berikut ini.

    Penyebab Tumpulnya Kemampuan Otak pada Anak

    Kekurangan nutrisi, kurangnya stimulasi, hingga faktor prenatal dan perinatal memengaruhi kecerdasan anak. Begini penjelasannya.

    1. Kekurangan Nutrisi

    Nutrisi merupakan landasan bagi perkembangan kognitif. Kekurangan nutrisi penting bisa menyebabkan kecerdasan yang lebih rendah. Dikutip dari laman Harvard Health. Zat besi, protein, kolin, folat, yodium, vitamin A, seng, dan vitamin D diperlukan untuk perkembangan otak yang sehat.

    Zat besi dibutuhkan untuk pembentukan dan pengikatan neurotransmitter Dopamin yang diperlukan untuk fokus. Jika kekurangan zat besi, tubuh akan lebih sulit menjaga kadar dopamin tetap konsisten. Sementara itu, menurut World Health Organization (WHO), kekurangan yodium memengaruhi sekitar 2 miliar orang di seluruh dunia dengan penurunan IQ rata-rata sebesar 10-15 poin.

    2. Kurangnya Stimulasi

    Kualitas lingkungan rumah dan tingkat stimulasi kognitif yang diterima anak penting bagi perkembangan intelektualnya. Dikutip dari laman Word-X, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang merangsang intelektual, dengan akses ke buku, mainan edukatif, dan percakapan menarik, cenderung memiliki skor IQ yang lebih tinggi.

    Sebaliknya, pengabaian hingga kurangnya stimulasi bisa menghambat perkembangan kognitif.

    3. Racun Lingkungan

    Paparan racun lingkungan juga berkontribusi pada kecerdasan anak-anak. Paparan timbal, bahkan pada kadar rendah terbukti memiliki efek merugikan pada perkembangan kognitif anak.

    4. Kurang Tidur

    Menurut penelitian, kurang tidur di kalangan anak usia sekolah dasar menyebabkan perbedaan signifikan pada wilayah otak yang bertanggung jawab atas memori, kecerdasan, dan kesejahteraan. Dikutip dari laman Earth, kurang tidur juga dikaitkan dengan kesulitan dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan.

    “Kami menemukan bahwa anak-anak yang kurang tidur, kurang dari sembilan jam per malam, pada awal penelitian memiliki lebih sedikit materi abu-abu atau volume yang lebih kecil di area otak tertentu yang bertanggung jawab atas perhatian, memori, dan pengendalian hambatan dibandingkan dengan mereka yang memiliki kebiasaan tidur yang sehat,” kata rekan penulis penelitian Dr. Ze Wang.

    “Perbedaan ini bertahan setelah dua tahun, sebuah temuan yang mengkhawatirkan yang menunjukkan bahaya jangka panjang bagi mereka yang tidak cukup tidur.” tambahnya.

    Dikutip dari laman Connection Academy, umumnya, anak dengan usia pra sekolah disarankan untuk tidur 10-13 jam, sedangkan anak sekolah dasar 9-12 jam, dan sekolah menengah pertama dan atas 8-10 jam.

    5. Faktor Prenatal dan Perinatal

    Faktor prenatal adalah faktor yang terjadi sebelum bayi lahir, sementara faktor perinatal adalah yang terjadi semasa kelahiran. Kondisi yang tidak menguntungkan selama dua periode ini bisa mengakibatkan rendahnya kecerdasan pada anak.

    Masalah kesehatan ibu, seperti malnutrisi, infeksi, paparan alkohol, obat-obatan, hingga polutan lingkungan bisa berdampak negatif pada perkembangan otak janin.

    6. Faktor Genetik

    Dikutip dari laman Genius DNA, sebuah studi telah menunjukkan bahwa DNA memainkan peran penting dalam menentukan kecerdasan seseorang. Penelitian yang mencari hubungan antara genetika dan kecerdasan menunjukkan bahwa genetika berdampak signifikan pada kemampuan kognitif, meski ada faktor lain yang terlibat.

    Tips Meningkatkan Kecerdasan Otak Anak

    Untuk meningkatkan kecerdasan otak anak, lakukan hal-hal berikut:

    1. Latih Otak Mereka

    Ajak anak dalam permainan yang mengasah otak. Berikan benda-benda seperti lego untuk mengasah kreativitas mereka. Dikutip dari laman Connection Academy, aktivitas lainnya seperti memecahkan teka-teki dan pencarian kata juga baik untuk melatih otak.

    2. Olahraga

    Olahraga tidak hanya akan memberikan manfaat fisik, tapi juga manfaat kognitif dan emosional. Latihan aerobik misalnya, bisa meningkatkan daya ingat dan kemampuan untuk belajar. Pastikan mereka memiliki banyak waktu untuk berolahraga.

    3. Beri Anak Pekerjaan Rumah

    Terkadang, pengalaman di luar kelas lah yang mengajarkan anak menjadi lebih pintar di sekolah. Sebuah studi yang menindaklanjuti data selama 25 tahun menunjukkan bahwa remaja yang mulai mengerjakan pekerjaan rumah pada usia 3 atau 4 tahun cenderung memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dan hubungan yang lebih baik.

    4. Ajak Anak Keluar Rumah

    Pergi keluar rumah dan bertamasya merupakan cara yang baik untuk memberikan pengalaman baru pada anak. Misalnya, lakukan pendakian alam, kunjungi museum, kebun binatang, atau akuarium akan menawarkan anak-anak pengalaman langsung yang mendukung pembelajaran.

    (elk/tgm)

  • Dokter Ungkap Gejala Unik COVID-19 ‘Stratus’, Picu Lonjakan Kasus di Inggris

    Dokter Ungkap Gejala Unik COVID-19 ‘Stratus’, Picu Lonjakan Kasus di Inggris

    Jakarta

    Strain baru COVID-19 kini menyebar dengan cepat di Inggris dan menjadi varian dominan hanya dalam hitungan minggu. Para ahli menyebut strain ini memiliki kemampuan menghindari respons kekebalan tubuh. Varian tersebut secara resmi dikenal sebagai XFG dan dijuluki ‘Stratus’, serta diketahui memiliki salah satu gejala yang cukup khas.

    Pada bulan Mei, varian Stratus tercatat menyumbang 10 persen dari seluruh kasus COVID-19 di Inggris. Namun, pada pertengahan Juni, angkanya melonjak menjadi 40 persen. Saat ini, terdapat dua subvarian Stratus yang beredar, yaitu XFG dan XFG.3.

    Sebelumnya, para ahli melaporkan varian ‘Nimbus’ atau NB.1.8.1 tengah menyebar luas di berbagai wilayah, menyebabkan gejala seperti sakit tenggorokan yang tajam seperti tertusuk silet, disertai gejala COVID-19 lainnya. Namun kini, Stratus telah menggantikan Nimbus sebagai varian dominan, dengan gejala uniknya sendiri.

    Gejala Tak Biasa COVID-19 Stratus

    Dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan mengatakan Stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkannya menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi, tidak seperti varian lainnya.

    dr Khan menegaskan Stratus tidak tampak lebih berat atau lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, ada satu gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    Ia juga menyarankan, apabila seseorang mendapatkan hasil tes positif, sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi, karena Stratus merupakan varian yang sangat mudah menular.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Stratus sebagai variant under monitoring (VUM) dan terus memantau penyebaran strain tersebut. Stratus menyumbang 22 persen dari semua kasus di seluruh dunia.

    (suc/kna)

  • Selevel dengan Nimbus, COVID-19 Varian Stratus Juga Masuk Daftar ‘Pantauan’ WHO

    Selevel dengan Nimbus, COVID-19 Varian Stratus Juga Masuk Daftar ‘Pantauan’ WHO

    Jakarta

    Muncul COVID-19 varian baru ‘stratus’ atau XFG. Varian ini memicu lonjakan kasus di Inggris, bahkan menjadi strain yang paling dominan di negara tersebut. XFG telah ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena proporsinya yang terus meningkat secara global.

    Meski begitu, WHO menegaskan risiko tambahan terhadap kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh XFG dievaluasi rendah pada tingkat global. Vaksin COVID-19 yang saat ini telah disetujui diperkirakan masih efektif melindungi dari gejala dan penyakit berat akibat varian ini.

    Adapun XFG adalah varian SARS-CoV-2 rekombinan dari subvarian LF.7 dan LP.8.1.2, dengan sampel pertama dikumpulkan pada 27 Januari 2025.

    Pada bulan Mei, varian Stratus tercatat menyumbang 10 persen dari seluruh kasus COVID-19 di Inggris. Namun, pada pertengahan Juni, angkanya melonjak menjadi 40 persen. Saat ini, terdapat dua subvarian Stratus yang beredar, yaitu XFG dan XFG.3. Meski begitu, hanya varian XFG yang masuk ke dalam daftar VUM.

    XFG Masuk Daftar Variant Under Monitoring

    Dikutip dari laporan WHO, XFG merupakan salah satu dari tujuh varian SARS-CoV-2 yang saat ini berstatus sebagai Variant Under Monitoring (VUM). Varian ini resmi ditetapkan sebagai VUM pada 25 Juni 2025.

    Istilah VUM digunakan untuk memberi sinyal kepada otoritas kesehatan masyarakat bahwa suatu varian SARS-CoV-2 berpotensi memerlukan perhatian dan pemantauan lebih lanjut.

    Tujuan utama penetapan status VUM adalah untuk menilai apakah varian tersebut, beserta varian yang terkait dengannya, menimbulkan risiko tambahan terhadap kesehatan masyarakat global dibandingkan varian lain yang sedang beredar.

    Selain XFG, beberapa varian COVID-19 lainnya yang juga saat ini masuk ke dalam daftar VUM antara lain:

    KP.3 merebak di 86 negaraKP.3.1.1 merebak di 91 negaraLB.1 merebak di 99 negaraXEC merebak di 78 negaraLP.8.1 merebak di 60 negaraNB.18.1 atau variant nimbus merebak di 37 negaraXFG merebak di 38 negara

    Sementara itu, hanya terdapat satu varian COVID-19 yang saat ini masuk dalam kategori Variant of Interest (VOI), yaitu JN.1. Varian ini diketahui telah menyebar di 144 negara.

    VOI adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan varian SARS-CoV-2 yang memiliki perubahan genetik yang berpotensi memengaruhi perilaku virus atau dampaknya terhadap kesehatan manusia.

    Hal ini dapat mencakup, misalnya, kemampuan varian untuk menyebar lebih cepat, menyebabkan gejala yang lebih berat, atau memengaruhi efektivitas deteksi, pengobatan, maupun respons imun.

    Varian yang diklasifikasikan sebagai VOI juga biasanya menunjukkan peningkatan kemampuan penularan dibandingkan varian lain yang sedang beredar, sehingga berpotensi menimbulkan risiko tambahan bagi kesehatan masyarakat secara global.

    Sebelumnya, para ahli melaporkan varian ‘Nimbus’ atau NB.1.8.1 tengah menyebar luas di berbagai wilayah, menyebabkan gejala seperti sakit tenggorokan yang tajam seperti tertusuk silet, disertai gejala COVID-19 lainnya. Namun kini, Stratus telah menggantikan Nimbus sebagai varian dominan, dengan gejala uniknya sendiri.

    Gejala Tak Biasa COVID-19 Stratus

    Dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan mengatakan Stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkannya menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi, tidak seperti varian lainnya.

    dr Khan menegaskan Stratus tidak tampak lebih berat atau lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, ada satu gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    Ia juga menyarankan, apabila seseorang mendapatkan hasil tes positif, sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi, karena Stratus merupakan varian yang sangat mudah menular.

  • Panda, Kalkun, dan Deretan Hewan Dengan IQ Terendah di Dunia

    Panda, Kalkun, dan Deretan Hewan Dengan IQ Terendah di Dunia

    Jakarta

    Menilai kecerdasan hewan bukanlah hal yang mudah. Meski demikian, ada beberapa indikator umum yang sering digunakan untuk mengevaluasi kognitif hewan, seperti kemampuan belajar, kesadaran akan diri sendiri, pemecahan masalah, ingatan, hingga kemampuan mengambil keputusan.

    Walaupun ada sejumlah hewan yang dikenal cerdas, seperti lumba-lumba dan burung gagak, ada juga yang dianggap kurang cerdas. Berikut sejumlah hewan yang dikatakan paling tidak cerdas, atau jika menurut standar manusia adalah yang memiliki IQ terendah.

    Deretan Hewan dengan IQ Terendah di Dunia

    Deretan hewan-hewan yang dianggap memiliki IQ rendah di antaranya panda, kalkun, hingga kungkang. Dikutip dari Planet Natural dan Wild Explained, berikut informasinya.

    1. Panda

    Panda adalah mamalia besar yang beradaptasi dengan kehidupan di alam liar. Anggota ordo karnivora ini memiliki cakar yang kuat dan gigi yang tajam.

    Alih-alih menggunakan cakar dan giginya untuk menangkap mangsa, panda justru suka mengunyah bambu sebagai makanannya. Mereka harus mengonsumsi lebih dari 20-30 pon bambu setiap harinya hanya untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.

    Tanpa protein dan lemak dari bambu, hewan malas ini tidak memiliki energi untuk berburu, memanjat pohon, bahkan kawin. Hal itu yang menyebabkan jumlah panda di alam liar menurun.

    Karena sifat kecanggungannya, mereka sering jatuh dari pohon karena tidak seimbang. Meski lucu, tapi perilaku ini bisa membahayakan.

    2. Kalkun

    Wild Turkey, (Meleagris gallopavo), Germany, captive Foto: GettyImages/ModernFarmer

    Kalkun mengenali hal pertama yang mereka lihat saat menetas adalah induknya. Sehingga seekor kalkun bisa mengikuti manusia, anjing, ataupun benda mati dan mempercayainya sebagai induknya. Hal ini merupakan indikasi kurangnya kompleksitas kognitif.

    Beberapa peternak melaporkan kalkun mereka sering menatap langit saat hujan dengan paruh terbuka. Dan saat mereka menikmati pemandangan hujan itu air hujan mengalir ke tenggorokan dan menyebabkan hewan ini mati.

    Selain itu, kalkun memiliki karakter yang ramah. Namun inilah yang membuat mereka sering mendapat masalah. Sebab sangat lambat dan seringkali memiliki bobot yang berat, burung-burung ini menjadi sasaran empuk para predator.

    3. Kakapo

    Atatu atau burung kakapo (Strigops habroptilus) Foto: Getty Images/iStockphoto/Imogen Warren

    Kakapo adalah burung yang tidak bisa terbang dan menyerupai burung hantu. Di Selandia Baru, mereka berhabitat di lingkungan dengan persediaan banyak makanan tanpa predator. Jadi, burung-burung ini belum megembangkan naluri untuk mengenali bahaya dan bertahan hidup.

    Namun, dengan adanya pemukiman di wilayah Selandia Baru, hewan yang lebih cakap dan cerdas berdatangan. Hal tersebut membuat kakapo menjadi mangsa empuk bagi mereka.

    Salah satu perilaku yang membingungkan dari kakapo adalah ritual kawinnya. Kakapo jantan akan mengeluarkan suara keras berfrekuensi rendah untuk menarik perhatian betina. Suaranya bisa terdengar hingga lima kilometer jauhnya. Sehingga, hal itu juga memberitahu predator akan kehadiranya.

    4. Koala

    Koala (Phascolarctos cinereus) memakan daun eucalyptus. Foto: Getty Images/iStockphoto/Freder

    Meski terlihat imut, kemampuan intelektual koala agak terbatas. Alasan utama kurangnya kecerdasan mereka adalah pola makan mereka yang hampir seluruhnya terdiri dari daun eukaliptus.

    Daun-daun ini rendah nutrisi dan mengandung banyak racun, sehingga menjadi tantangan besar bagi sistem pencernaan koala. Otak mereka sangat kecil, dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.

    Bahkan otak koala merupakan yang terkecil dari otak semua mamalia. Otak mereka juga sangat halus, suatu sifat yang terkait dengan proses berpikir yang kurang kompleks. Hewan ini kikuk dan lemah, sehingga mereka tidak mencoba melarikan diri saat terancam.

    5. Flamingo

    Flamingo (Phoenicopterus minor). Foto: Getty Images/GomezDavid

    Burung flamingo terkenal dengan penampilannya yang cantik dan posturnya yang fotogenic. Namun, dalam hal kecerdasan, mereka kalah dibandingkan dengan spesies burung lainnya,

    Burung ini memiliki proses berpikir yang sangat sederhana. Otak mereka terutama bekerja untuk naluri bertahan hidup dasar, seperti makan, kawin, dan menghindari predator.

    Mereka tidak memiliki kemampuan kognitif untuk memecahkan masalah, belajar dari pengalaman, atau menunjukkan perilaku sosial yang kompleks.

    Keterbatasan kecerdasan flamingo bisa dilihat dari cara mereka makan. Flamingo memakan alga dan invertebrata kecil yang mereka saring dari air dengan paruhnya.

    Cara makan seperti ini bukan hanya tidak efisien, tapi juga membuat mereka terpapar berbagai risiko. Mereka harus menghabiskan banyak waktu dengan kepala terendam air, sehingga rentan terhadap predator. Sikap mereka berdiri dengan satu kaki juga tidak memiliki tujuan yang signifikan.

    6. Burung Sekretaris

    Secretarybird atau burung sekretaris. Foto: Getty Images/phototrip

    Kemampuan terbang merupakan anugerah alamiah dalam dunia burung. Sayap memungkinkan mereka berburu dengan lebih efisien dan terhindar dari pemangsa.

    Meski begitu, burung yang memiliki sayap besar ini jarang terbang. Mereka seringkali memanfaatkan kemampuan terbangnya untuk mencapai sarang.

    Mereka juga menangkap mangsanya sambil berjalan di tanah. Padahal, cara itu mengurangi penglihatan meeka secara signifikan dan justru berisiko menjadi mangsa. Saat menangkap reptil atau hewan pengerat, burung ini malah menggunakan paruh bukan cakarnya.

    7. Kungkang

    Sloth atau kungkang. Foto: Getty Images/iStockphoto/Jonathan Ross

    Kungkang merupakan salah satu hewan yang ada dalam karakter film Ice Age. Jika di dalam film, Sid si kungkang begitu jenius, di dunia nyata malah sebaliknya.

    Kungkang memiliki sifat yang lamban, sering ceroboh, dan tidak peduli dengan lingkungan. Hewan ini juga menghabiskan sebagian hari mereka untuk tidur. Terkadang, mereka tertidur sangat lelap sampai-sampai terjatuh tanpa sadar dan mati. Tidak jarang, kungkang juga salah mengira dahan pohon sebagai anggota tubuhnya.

    (elk/tgm)

  • Mengapa Anak Zaman Dulu Lebih Pendek dibanding Sekarang?

    Mengapa Anak Zaman Dulu Lebih Pendek dibanding Sekarang?

    Jakarta

    Secara rata-rata, tubuh anak-anak atau manusia zaman sekarang lebih tinggi dari generasi-generasi sebelumnya. Dalam sebuah penelitian di tahun 2016, peningkatan yang terjadi bervariasi untuk setiap negara.

    “Selama satu abad terakhir, tinggi badan orang dewasa telah berubah secara substansial dan tidak merata di negara-negara di dunia,” menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal eLife dikutip dari CNN.

    Tinggi Badan Anak Meningkat

    Penelitian dilakukan oleh Non-Communicable Diseases Risk Factor Collaboration (NCD-RisC), sebuah jaringan ilmuwan kesehatan yang bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka menggunakan 1.500 data survei populasi global untuk memperkirakan tinggi badan orang di seluruh dunia yang lahir antara 1896 hingga 1996 atau selama 100 tahun.

    Peneliti menuliskan ada beberapa manfaat menjadi orang yang tinggi. Misalnya seperti harapan hidup lebih panjang, risiko penyakit jantung dan pernapasan yang lebih rendah, serta menurunnya risiko komplikasi saat melahirkan bagi perempuan.

    Namun, peneliti juga mencatat orang dengan tinggi badan yang lebih besar dikaitkan dengan risiko kanker usus besar, payudara, dan ovarium yang lebih besar.

    Alasan Anak Lebih Tinggi

    Ada banyak faktor yang memicu peningkatan rata-rata tinggi badan anak zaman sekarang. Menurut studi tersebut, beberapa di antaranya disebabkan oleh faktor pertumbuhan dan nutrisi janin, nutrisi yang diberi, hingga infeksi selama masa kanak-kanak.

    Menurut peneliti, anak yang mengalami infeksi atau penyakit tertentu ketika kecil, memiliki risiko untuk untuk pendek ketika dewasa.

    “Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh faktor genetik, tetapi sebagian besar perbedaan tinggi badan antarnegara memiliki penyebab lain. Misalnya, anak-anak dan remaja yang kekurangan gizi, atau yang menderita penyakit serius, umumnya akan lebih pendek saat dewasa,” tulis peneliti.

    Pada masa lalu, khususnya negara Asia dan Afrika, akses untuk makanan sehat tinggi protein tidak sebaik sekarang. Selain itu, dulu ibu hamil sering kekurangan gizi dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Ini membuat proses persalinan masa kini cenderung lebih aman dan baik untuk kesehatan bayi.

    Beberapa faktor lain yang memicu pergeseran ini adalah pengendalian penyakit yang lebih baik, kesadaran gizi yang meningkat, hingga pertumbuhan ekonomi masyarakat yang baik.

    Negara dengan Penduduk Tertinggi dan Terpendek

    Menurut studi, berikut ini adalah sederet negara dengan rata-rata tinggi badan tertinggi dan terpendek di dunia:

    Negara dengan Pria TertinggiBelanda – sekitar 182,5 cmBelgia – lebih dari 181 cmEstonia – lebih dari 181 cmLatvia – lebih dari 181 cmDenmark – lebih dari 181 cm

    Dari keseluruhan negara, total kenaikan rata-rata tinggi berkisar antara 10-12 cm dalam waktu 100 tahun.

    Negara dengan Pria TerpendekTimor-Leste – sekitar 160 cmYaman – sekitar 160 cmLaos – sekitar 160 cmMadagaskar – lebih dari 160 cmMalawi – Lebih dari 160 cm

    Dari keseluruhan negara, total kenaikan tinggi mencapai 5-8 cm dalam waktu 100 tahun.

    Negara dengan Wanita TertinggiLatvia – lebih dari 168 cmBelanda – lebih dari 168 cmEstonia – lebih dari 168 cmCeko – lebih dari 168 cmSerbia – sekitar 168 cm

    Kenaikan rata-rata tinggi badan yang kurang lebih berada di angka 8-10 cm dalam 100 tahun.

    Negara dengan Wanita TerpendekGuatemala – sekitar 149,4 cmFilipina – kurang dari 151 cmBangladesh – kurang dari 151 cmNepal – kurang dari 151 cmTimor-Leste – kurang dari 151 cm

    Kenaikan tinggi badan berada di angka 5-9 cm dalam waktu 100 tahun.

    Indonesia Gimana?

    Berdasarkan data yang sama, rata-rata tinggi badan orang Indonesia berada di angka 165 cm pada pria dan 153,3 cm pada wanita.

    Dalam waktu 100 tahun sampai tahun 1996, telah terjadi peningkatan rata-rata tinggi badan orang Indonesia sebanyak 6,2 cm pada pria (dari sebelumnya 158,8 cm) dan 4,4 cm pada wanita (dari sebelumnya 148,9 cm).

    Sedangkan menurut World Data, rata-rata tinggi badan pria mencapai 166 cm dan dan wanita 154 cm. Ini membuat Indonesia berada di peringkat 116 dari 127 negara untuk laki-laki dan peringkat 118 dari 126 untuk perempuan.

    (avk/tgm)

  • Cerita 2 Pasien saat Alami Kanker Usus di Usia 20-an, Apa yang Awalnya Dirasakan?

    Cerita 2 Pasien saat Alami Kanker Usus di Usia 20-an, Apa yang Awalnya Dirasakan?

    Jakarta

    Kanker usus besar atau kanker kolorektal semakin sering menyerang usia muda. Dua wanita ini menjadi bukti bahwa penyakit yang dulu kerap dikaitkan dengan usia lanjut, kini bisa menyerang bahkan sejak usia 20-an. Gejalanya pun kerap samar, mirip keluhan ringan seperti sakit perut biasa hingga masuk angin.

    Hana Lailaszma, wanita domisili Jakarta Timur, pertama kali mengalami nyeri perut hebat saat usianya baru 20 tahun. Tanpa riwayat gejala sebelumnya, sakit itu datang mendadak dan membuatnya nyaris tak bisa bernapas.

    “Sakit perut tiba-tiba dan ini beda banget sama sakit perut biasanya, karena sampai nggak bisa nahan, sampai ngerasa sesak napas juga,” kata Hana kepada detikcom, Sabtu (5/7/2025).

    Obat nyeri yang ia beli di apotek tidak banyak membantu. Ia pun memutuskan ke klinik 24 jam untuk suntik anti-nyeri. Meski keluhan perut mereda, beberapa waktu kemudian Hana mengalami gejala yang lebih serius, buang air besar (BAB) berdarah.

    “Saya sempat konsumsi obat ambeien tiga bulan, tapi nggak membaik. Sampai akhirnya saya cek darah dan HB saya cuma 7, padahal normalnya 14,” lanjut Hana.

    Setelah serangkaian pemeriksaan lanjutan termasuk USG dan CT scan, barulah diketahui bahwa Hana mengidap kanker usus stadium 2. Ia pun harus menjalani perawatan intensif.

    “Pemicu bisa dari keturunan, pola makan nggak teratur, sering makan pedas, kurang protein dan serat,” ujar Hana.

    Mirip Masuk Angin dan Maag Biasa

    Cerita serupa dialami Eriama Agustina, perempuan di Bandung yang divonis kanker usus pada usia awal 30-an. Tiga gejala yang paling membekas di ingatannya sebelum diagnosis, mual, pusing, dan kolik alias nyeri perut tajam.

    “Kalau tidak terdiagnosa kanker usus, aku nggak bakal tahu tiga gejala itu adalah gejala kanker yang berlangsung lama aku alami,” ujarnya, saat dihubungi terpisah.

    Tak hanya itu, Eriama juga mengalami nyeri punggung dan BAB yang tidak lancar, bahkan bisa seminggu sekali. Setelah memeriksakan diri, hasil CT scan menunjukkan adanya tumor yang kemudian dipastikan bersifat ganas.

    Beruntung, Eriama tak perlu menjalani pemasangan stoma (lubang buatan untuk mengeluarkan feses). Ia hanya menjalani pemotongan usus, dan kini sudah dinyatakan remisi dari kanker usus stadium 2a.

    “Kontrol masih sebulan sekali. Dokter minta hindari makanan terlalu pedas, makanan berbahan pengawet, tepung-tepungan, dan yang dibakar,” jelas Eriama.

    Dokter belum bisa memastikan penyebab pasti kanker yang dideritanya. Namun, pola makan rendah serat dan gaya hidup tidak sehat disebut sebagai faktor risiko yang besar.

    Kanker Usus di Usia Muda Kian Meningkat

    Tren kanker usus besar pada generasi Z, milenial, hingga generasi X mengalami peningkatan. Data American Cancer Society 2023 mencatat, pada 1995 hanya 1 dari 10 pasien kanker kolorektal berusia di bawah 55 tahun. Kini jumlahnya melonjak jadi 1 dari 5 orang.

    Para ahli menduga pola makan rendah serat, konsumsi tinggi makanan olahan dan gaya hidup sedentari menjadi penyebab utama kanker kolorektal semakin umum di usia muda. Gejala-gejala berikut perlu diwaspadai:

    Diare atau konstipasi (sembelit)Darah dalam tinjaNyeri atau kram perut.

    Gejala lain yang mungkin muncul antara lain kelelahan, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, dan perasaan bahwa usus tidak sepenuhnya kosong setelah buang air besar. Penting untuk diketahui bahwa beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun, terutama pada tahap awal penyakit ini.

    (naf/kna)

  • Apa Itu Sarkopenia? Penyakit Lansia Berisiko Kematian yang Sering Disepelekan
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        5 Juli 2025

    Apa Itu Sarkopenia? Penyakit Lansia Berisiko Kematian yang Sering Disepelekan Surabaya 5 Juli 2025

    Apa Itu Sarkopenia? Penyakit Lansia Berisiko Kematian yang Sering Disepelekan
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Usia lansia merupakan masa di mana kesehatan fisik tubuh menjadi lebih rentan, sehingga lebih mudah terserang berbagai penyakit.
    Salah satu penyakit yang sering dianggap sepele namun dapat berakibat fatal adalah
    sarkopenia
    .
    Sarkopenia
    , yang sering disebut sebagai “penyakit orangtua”, adalah kondisi medis yang ditandai dengan penurunan massa otot rangka, kekuatan otot, dan/atau fungsi fisik, yang biasanya terjadi seiring bertambahnya usia.
    Dokter Spesialis Kedokteran
    Olahraga
    , dr Andhika Respati, SpKO, menekankan pentingnya mewaspadai penurunan fungsi otot ini karena dapat berkaitan dengan masalah kesehatan yang lebih serius, bahkan risiko kematian.
    “Lebih jauh, terdapat kondisi yang disebut sarcopenia, yaitu kondisi yang ditandai dengan penurunan massa, kekuatan, dan fungsi otot. Meskipun secara umum berkaitan dengan penuaan, faktor risiko seperti gaya hidup tidak aktif, malanutrisi, serta penyakit kronis dapat mempercepat terjadinya sarkopenia,” jelas Andhika pada Sabtu (5/7/2025).
    Kondisi sarkopenia dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk keterbatasan mobilitas, peningkatan risiko jatuh, serta rawat inap di rumah sakit.
    Penurunan massa otot juga dapat meningkatkan risiko penyakit kronis dan kematian dini.
    Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tentang Angka Kecukupan Gizi untuk orang Indonesia pada tahun 2019, kebutuhan protein harian bagi orang dewasa berusia 19-64 tahun adalah 65 gram untuk laki-laki dan 60 gram untuk perempuan.
    Sementara itu, untuk usia 65 tahun ke atas, kebutuhan protein harian adalah 64 gram untuk laki-laki dan 58 gram untuk perempuan.
    “Manusia membutuhkan otot untuk menjaga postur tubuh, mendukung pergerakan anggota tubuh, menjaga agar tubuh tetap kuat, serta berperan penting dalam mendukung aktivitas sehari-hari. Namun sayangnya, saat menginjak usia 30 tahun, manusia mulai kehilangan sekitar 3 sampai 8 persen massa otot setiap dekadenya,” ungkap Andhika.
    Ia menambahkan bahwa laju pengurangan massa otot semakin tinggi seiring bertambahnya usia.
    Risiko sarkopenia akan meningkat apabila asupan
    nutrisi
    tidak mencukupi dan massa otot tidak dilatih.
    Oleh karena itu, latihan otot melalui
    olahraga
    dan konsumsi protein yang cukup sangat penting untuk menjaga massa dan kekuatan otot.
    “Jadi, jangan hanya kardio atau jalan kaki mengumpulkan langkah saja, namun kombinasikan dengan latihan beban 2-3 kali seminggu,” sarannya.
    Andhika juga memberikan beberapa tips untuk menjaga kesehatan otot agar terhindar dari sarkopenia, antara lain dengan rutin berolahraga dan mengadopsi pola makan sehat.
    Asupan nutrisi yang baik, khususnya protein dan energi yang cukup, berperan penting dalam memperlambat laju kehilangan massa dan kekuatan otot seiring bertambahnya usia.
    “Selain jumlah protein yang dikonsumsi, kita juga perlu memperhatikan kualitas protein. Salah satu sumber protein berkualitas adalah susu, terutama jika mengandung whey protein. Whey protein dikenal kaya akan asam amino esensial yang tidak dapat diproduksi tubuh dan diperlukan untuk membentuk serta mempertahankan massa otot,” tuturnya.
    Di kesempatan terpisah, Marketing Manager PT Nutrifood Indonesia Area Jawa Timur, Andre Setiawan Omarhadi, mengatakan bahwa cara paling mudah untuk mencegah penyakit sarkopenia adalah dengan melakukan olahraga aktif sejak usia muda.
    Untuk itu, pihaknya menggelar Hilo Strong Fest 2025 dengan tujuan mengajak masyarakat Jawa Timur, khususnya Surabaya, untuk bersama-sama #NabungOtot sejak usia produktif.
    “Tujuannya adalah kita ingin meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa sarkopenia ini merupakan penyakit yang berbahaya karena ditandai dengan penurunan massa, kekuatan, dan fungsi otot yang berkaitan dengan penuaan,” ujar Andre.
    Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan olahraga interaktif dan menarik seperti poundfit, strong dance party, body combat, dan yoga.
    “Acara ini juga digelar di 10 kota besar lainnya, dan hari ini di Surabaya ada sekitar 500 peserta yang dibagi ke dalam 5 sesi olahraga,” tambahnya.
    Kegiatan ini sekaligus memperingati Hari Sarkopenia Sedunia yang jatuh pada 4 Juli 2025.
    Andre berharap, melalui event tersebut, masyarakat dapat lebih memahami penyakit sarkopenia yang sering disepelekan dan menjaga kesehatan otot sejak dini.
    “Agar masyarakat Jawa Timur juga bisa mencegah munculnya sarkopenia melalui kampanye #NabungOtot sejak dini sehingga ketika nanti usia tua tetap bisa memiliki massa otot yang baik dan kuat,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dokter Ungkap Beda Busa di Urine yang Normal Vs Tanda Ginjal Bermasalah

    Dokter Ungkap Beda Busa di Urine yang Normal Vs Tanda Ginjal Bermasalah

    Jakarta

    Saat buang air kecil atau pipis, biasanya akan muncul busa di permukaan urine. Lalu, apakah ini bisa dikatakan sebagai kondisi normal atau justru ada masalah di ginjal?

    Menjawab hal ini, spesialis penyakit dalam dr Tunggul Situmorang, SpPD-KGH mengatakan ada perbedaan yang jelas antara busa dari urine normal dan tanda penyakit ginjal. Urine berbusa yang tidak berbahaya akan hilang dengan sendirinya dan tidak disertai gejala mengkhawatirkan.

    “Kalau karena ada protein (proteinuria) di dalamnya itu nggak hilang-hilang busanya. Warnanya juga keruh,” kata dr Tunggul saat dihubungi detikcom, Sabtu (4/7/2025).

    Proteinuria adalah kondisi ketika kadar protein dalam urine lebih tinggi dari normal. Kondisi ini bukan merupakan penyakit, melainkan gejala dari gangguan yang memengaruhi fungsi ginjal.

    Biasanya, kelebihan protein dalam urine menandakan bahwa filter ginjal (glomeruli) tidak bekerja dengan baik, sehingga dapat membiarkan protein keluar bersama urine.

    Cara sederhana untuk menjaga kesehatan ginjal, lanjut dr Tunggul adalah dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik. Menjaga pola makan dan gaya hidup juga penting dilakukan demi kesehatan ginjal.

    “Pola hidup dari orang muda sekarang sudah berubah, tadinya (makan) alami normal, sekarang fastfood, sekarang obesitas, garamnya banyak, hipertensi meningkat,” katanya.

    Selain itu, sedentary lifestyle atau gaya hidup bermalas-malasan juga berperan dalam timbulnya masalah kesehatan seperti obesitas dan hipertensi.

    Bagaimana cara terbaik menjaga kesehatan ginjal secara keseluruhan?

    1. Tetap Aktif dan Bugar

    Olahraga yang teratur dapat menurunkan risiko penyakit ginjal kronis. Olahraga teratur juga dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung yang keduanya penting untuk mencegah kerusakan ginjal.

    2. Mengontrol Kadar Gula Darah

    Orang dengan diabetes atau kondisi yang menyebabkan gula darah tinggi, dapat mengalami kerusakan ginjal. Ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa (gula) dalam darah, ginjal dipaksa bekerja ekstra keras untuk menyaring darah. Jika terus-menerus bekerja keras selama bertahun-tahun, hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang mengancam jiwa.

    3. Mengontrol Tekanan Darah

    Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Jika tekanan darah tinggi terjadi bersamaan dengan masalah kesehatan lain seperti diabetes, penyakit jantung, atau kolesterol tinggi, dampaknya pada tubuh bisa signifikan.

    4. Mengontrol Berat Badan

    Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas berisiko mengalami sejumlah kondisi kesehatan yang dapat merusak ginjal. Kondisi tersebut meliputi diabetes, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

    5. Minum Cukup Air

    Tetap terhidrasi dengan baik merupakan cara sederhana untuk menjaga kesehatan ginjal. Air membantu membersihkan natrium dan racun dari ginjal. Air juga menurunkan risiko penyakit ginjal kronis.

    (dpy/naf)