Produk: protein

  • Bruce Willis Sakit Demensia Frontotemporal, Tak Bisa Lagi Bicara hingga Berjalan

    Bruce Willis Sakit Demensia Frontotemporal, Tak Bisa Lagi Bicara hingga Berjalan

    Jakarta

    Legenda Hollywood Die Hard, Bruce Willis, dikabarkan kini dalam kondisi tak bisa bicara dan bergerak, seiring memburuknya perjuangannya melawan demensia frontotemporal (FTD).

    Dikenal lewat kariernya yang telah berlangsung puluhan tahun di dunia film aksi, drama, dan komedi, Willis resmi pensiun dari dunia akting pada 2022 setelah didiagnosis afasia, yang kemudian berkembang menjadi demensia frontotemporal, sebuah kondisi neurologis progresif yang memengaruhi kepribadian, kemampuan berbahasa, dan keterampilan motorik.

    Meski beredar rumor bahwa Willis kini hanya terbaring di tempat tidur dan telah kehilangan kemampuan berbicara, sang istri, Emma Heming Willis, meluruskan kabar tersebut lewat unggahan di Instagram Stories-nya.

    “Kepada Yth. Yang Berkepentingan: Jika Anda menemukan berita yang diawali dengan ‘sumber dekat keluarga mengatakan…’, bantulah diri Anda sendiri dan berhentilah membaca,” demikian kata Emma melalui Instagram Storynya, dikutip dari Times of India.

    Sebenarnya apa itu demensia frontotemporal atau FTD?

    Demensia frontotemporal (FTD), juga dikenal sebagai degenerasi frontotemporal, merupakan sekelompok gangguan neurodegeneratif yang disebabkan oleh hilangnya sel saraf secara progresif di area lobus frontal dan temporal otak. Kedua area ini berperan penting dalam mengatur kepribadian, pengendalian emosi, bahasa, dan gerakan.

    Seiring waktu, bagian otak yang terdampak akan mengalami penyusutan (atrofi) dan kehilangan konektivitas, yang kemudian memicu gejala kognitif dan perilaku yang signifikan.

    FTD tergolong demensia tipe 2, yaitu bentuk demensia yang lebih jarang dibandingkan Alzheimer, namun cenderung lebih berbahaya. Tidak seperti Alzheimer yang umum pada usia lanjut, FTD sering kali menyerang individu berusia 45 hingga 65 tahun, meskipun bisa terjadi lebih awal atau lebih lambat.

    FTD diperkirakan menyumbang sekitar 10-20 persen dari seluruh kasus demensia, dan merupakan bentuk paling umum dari demensia pada orang di bawah usia 60 tahun.

    Faktor Risiko Demensia Frontotemporal (FTD)

    Faktor risiko demensia frontotemporal (FTD) meliputi riwayat keluarga dengan FTD,terutama jika orang tua atau saudara kandung juga mengalami kondisi serupa, serta mutasi genetik dan kemungkinan riwayat trauma kepala. Meskipun beberapa kasus bersifat familial dan berkaitan dengan gen tertentu, sebagian besar kasus FTD dianggap sporadis, atau muncul tanpa riwayat keluarga yang jelas.

    Usia juga menjadi faktor penting, dengan FTD paling umum terjadi pada rentang usia 40 hingga 65 tahun. Selain itu, gaya hidup atau riwayat cedera kepala mungkin turut berperan dalam meningkatkan risiko.

    Secara biologis, FTD sering kali disebabkan oleh penumpukan protein abnormal di dalam sel-sel otak, seperti protein tau atau TDP-43, yang memicu kematian sel dan penyusutan (atrofi) pada bagian lobus otak tertentu.

    Diperkirakan sekitar 30 hingga 50 persen kasus FTD melibatkan komponen genetik. Beberapa mutasi gen yang diketahui berperan antara lain MAPT, PGRN, dan C9ORF72, yang merupakan penyebab umum dalam kasus-kasus familial.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/kna)

  • Terungkap Lewat Studi, Makan Telur 2 Kali Sehari Bantu Turunkan Kolesterol ‘Jahat’

    Terungkap Lewat Studi, Makan Telur 2 Kali Sehari Bantu Turunkan Kolesterol ‘Jahat’

    Jakarta

    Selama bertahun-tahun, aturan terkait konsumsi telur harian masih belum ada yang konsisten. Beberapa studi menunjukkan sarapan dengan telur bisa berbahaya bagi kesehatan.

    Namun, studi lainnya justru mendukung sarapan dengan telur sebagai sumber protein dan nutrisi lain yang sangat baik untuk tubuh.

    Sebuah studi baru yang dipublikasikan di The American Journal of Clinical Nutrition memperkuat bukti mengonsumsi telur sangat baik untuk tubuh. Penelitian ini mengamati pengaruh terpisah dari lemak jenuh dan kolesterol terhadap kadar lipoprotein densitas rendah atau low-density lipoprotein (LPL), atau kolesterol ‘jahat’ di dalam tubuh.

    “Telur telah lama disalahgunakan oleh saran diet yang sudah ketinggalan zaman. Telur memang unik, tinggi kolesterol, ya. Tetapi, masih rendah lemak jenuh,” terang ilmuwan olahraga Jonathan Buckley dari University of South Australia, dikutip dari ScienceAlert, Senin (28/7/2025).

    “Namun, kadar kolesterolnya yang sering membuat orang mempertahankan perannya dalam pola makan sehat,” sambungnya.

    Dalam studi ini, peneliti memisahkan efek kolesterol dan lemak jenuh. Peneliti menemukan kolesterol tinggi dari telur, saat dikonsumsi sebagai bagian dari diet rendah lemak jenuh, sebenarnya tidak meningkatkan kadar kolesterol jahat.

    Sebaliknya, lemak jenuhlah yang menjadi pemicu utama peningkatan kolesterol.

    Para peneliti merekrut 61 orang dewasa dengan kadar kolesterol LDL awal yang sama. Mereka diberikan tugas untuk menjalani tiga diet yang berbeda, masing-masing selama lima minggu.

    Sebanyak 48 peserta menyelesaikan tiga diet tersebut. Pertama adalah diet tinggi kolesterol dan rendah lemak jenuh, yang mencakup dua telur per hari.

    Kedua adalah diet rendah kolesterol dan tinggi lemak jenuh, tanpa telur. Terakhir, adalah diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh, yang mencakup satu telur per hari.

    Hasil penelitian menunjukkan diet tinggi lemak jenuh berkorelasi dengan peningkatan kadar kolesterol LDL.

    Namun, diet tinggi kolesterol dan rendah lemak jenuh menghasilkan penurunan kadar kolesterol LDL. Hal ini menunjukkan bahwa telur tidak bertanggung jawab atas terjadinya kolesterol jahat.

    “Bisa dibilang kami telah memberikan bukti nyata yang mendukung asupan telur,” kata Buckley.

    “Jadi, dalam hal sarapan matang, bukan telurnya yang perlu Anda khawatirkan. Tetapi, porsi bacon tambahan atau sosis yang lebih mungkin mempengaruhi kesehatan jantung Anda,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Tanda-tanda Seseorang Alami Kolesterol Kambuh”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/suc)

  • RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum lama ini mengungkapkan COVID-19 varian XFG atau Stratus sudah terdeteksi di Indonesia. Bahkan, disebutkan Stratus saat ini menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.

    Temuan ini diungkapkan berdasarkan pemantauan rutin yang dilakukan Kemenkes terkait penyakit pernapasan di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan.

    “Pada bulan Juni varian dominan di Indonesia adalah XFG dengan 75 persen pada Mei dan 100 Mei pada Juni. Lalu ada XEN sebesar 25 persen pada Mei,” ujar pihak Kemenkes belum lama ini.

    Sebenarnya apa yang berbeda dari Stratus dibanding varian yang sudah ada sebelumnya?

    Menurut dokter umum di Harvey Street dan Hannah Clinic London, Dr Kaywaan Khan varian Stratus memiliki karakteristik khusus yang membuatnya lebih rentan menginfeksi.

    Meski begitu, ia mengingatkan dampak infeksi dari varian Stratus tidak lebih fatal bila dibandingkan dengan varian Omicron yang juga sempat bikin heboh sebelumnya. Vaksin yang sudah disetujui juga tetap disarankan untuk mencegah keparahan gejala.

    “Berbeda dengan varian lain, Stratus memiliki mutasi tertentu pada protein spike yang membantunya menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi,” ujar Khan dikutip dari Cosmopolitan, Senin (28/7/2025).

    “Meski demikian, penting diingat Stratus tampaknya tidak lebih parah dibandingkan varian Omicron sebelumnya dalam hal tingkat keparahan penyakit, rawat inap, atau kematian,” sambungnya.

    Gejala Varian Stratus

    Secara umum COVID-19 Stratus menimbulkan gejala yang mirip dengan varian-varian sebelumnya. Misalnya, hilangnya indera penciuman dan pengecap.

    Namun, varian ini juga memiliki gejala khas, yaitu suara serak atau parau. Dr Khan menuturkan pemeriksaan COVID-19 perlu dilakukan bila mengalami gejala-gejala tersebut.

    “Salah satu gejala yang paling terlihat dari varian Stratus adalah suara serak, termasuk suara yang kasar atau parau,” ujar Dr Khan.

    Senada, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan gejala Stratus dapat berupa suara parau atau bahasa Inggrisnya hoarseness, scratchy, raspy voice.

    Sejumlah pasien di Inggris bahkan mengaitkan keluhan tersebut dengan nyeri tak tertahankan seperti terkena benda tajam di bagian leher. Meski begitu, tidak semua gejala tersebut selalu berkaitan dengan infeksi COVID-19 varian Stratus.

    Untuk benar-benar memastikannya, tetap diperlukan tes atau pemeriksaan COVID-19 melalui rapid test maupun PCR.

    “Stratus atau XFG merupakan rekombinasi dari LF.7 dan LP.8.1.2. XFG juga punya empat mutasi. Secara keseluruhan hal ini dapat berdampak pada kemungkinan peningkatan kasus serta kemungkinan melemahnya proteksi,” sorot dia.

    “Walau sejauh ini vaksin COVID-19 yang sekarang masih dapat digunakan, khususnya untuk yang simtomatik dan kasus yang berat,” pungkasnya.

    Selain itu, gejala lain dari infeksi COVID-19 varian Stratus menurut Menurut National Health Service (NHS) Inggris meliputi:

    Suhu tubuh tinggiMenggigilKehilangan atau perubahan indera penciuman dan pengecapSesak napasKelelahanBadan pegal-pegalSakit kepalaSakit tenggorokanHidung tersumbat atau berairHilang nafsu makanDiareMual dan muntah

    Pencegahan Infeksi COVID-19 Stratus

    Berkaitan dengan dengan dominasi varian Stratus di Indonesia, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. Pastikan juga untuk menerapkan etika batuk atau bersin untuk menghindari risiko penularan pada orang lain.

    Selain itu, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer.

    Jika sedang sakit dan mengalami gejala COVID-19, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Terlebih bila ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    Penggunaan masker juga sangat disarankan apabila mengalami masalah kesehatan seperti batuk, pilek, atau demam.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Pernyataan Kemenkes Singapura Terkait Lonjakan Kasus Covid-19”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Varian Baru COVID ‘Stratus’ Mewabah di RI, Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar

    Varian Baru COVID ‘Stratus’ Mewabah di RI, Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar

    Jakarta

    Varian baru COVID-19 ‘Stratus’ atau XFG belakangan disorot setelah terdeteksi di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan RI melalui hasil surveilans penyakit pernapasan yang mencakup influenza, COVID-19, dan penyakit pernapasan lainnya.

    Surveilans ini dilakukan secara rutin melalui fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi sentinel, yakni 39 puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan di pintu masuk negara.

    Laporan tersebut mengatakan varian baru COVID XFG atau ‘Stratus’ kini menjadi varian paling dominan di Indonesia.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar Varian Baru COVID Stratus

    Dikutip dari Health Site, kelompok yang paling berisiko terinfeksi varian baru COVID-19, termasuk Stratus adalah mereka yang termasuk dalam kategori rentan, seperti anak-anak, lansia, serta individu dengan penyakit penyerta (komorbid) atau sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Para ahli menjelaskan menurunnya kekebalan tubuh menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penyebaran varian ini semakin meluas. Efektivitas vaksin booster juga disebut menurun seiring waktu, sementara infeksi alami yang dulu memberikan kekebalan kini mulai jarang terjadi.

    Kondisi ini membuat semakin banyak orang kembali rentan terhadap infeksi COVID-19, termasuk terhadap varian baru seperti Stratus. Para ahli memperingatkan ancaman ini bisa menjadi pemicu gelombang baru infeksi, terutama di kalangan masyarakat yang belum mendapatkan vaksin booster atau memiliki daya tahan tubuh rendah.

    dr Kaywaan Khan, dokter umum di Harley Street dan pendiri Hannah London Clinic juga memperingatkan orang-orang dari semua kelompok usia dan jenis kelamin mungkin rentan jika varian tersebut terus menyebar tanpa terkendali.

    “Tidak seperti varian lain, Stratus memiliki mutasi tertentu pada protein spike, yang dapat membantunya menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya,” kata dr Khan, dikutip dari Financial Express.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Fakta-fakta Varian Baru COVID ‘Stratus’ Masuk RI, Gejala dan Ciri Khasnya

    Fakta-fakta Varian Baru COVID ‘Stratus’ Masuk RI, Gejala dan Ciri Khasnya

    Jakarta

    Varian baru COVID XFG atau stratus sudah terdeteksi di Indonesia menurut laporan terbaru Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes). Stratus menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.

    Laporan ini diberikan berdasarkan hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, seperti influenza dan COVID-19 di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, serta 14 Bala Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Hingga minggu ke 30, jumlah total kasus COVID sepanjang 2025 terdapat 291 kasus dari sebanyak 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif 2,26 persen. Sedangkan, jumlah kasus yang ada di lokasi sentinel sampai minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari sebanyak 2.613 spesimen.

    Positif kumulatif tahun 2025 terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.

    Kemenkes RI mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan gejala infeksi saluran pernapasan, menerapkan protokol; kesehatan dasar, dan melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala flu berat, batuk, atau demam tinggi. Sementara, vaksinasi dianjurkan bagi kelompok rentan.

    Gejala Varian COVID Stratus

    Menurut dokter umum di Harley Street, sekaligus pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan, stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkan virus ini menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi.

    Stratus dikatakan tidak tampak lebih berat atau parah jika dibandingkan dengan varian sebelumnya. Tapi, ada gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    dr Khan menyarankan, jika seseorang mendapat hasil positif, maka sebaiknya tetap di rumah dan menjalani isolasi. Sebab, varian stratus sangat mudah menular.

    Selain itu, beberapa gejala lainnya mirip varian COVID-19 sebelumnya. Dikutip dari laman National Health Service UK (NHS), gejalanya meliputi:

    Sesak napasKehilangan atau perubahan indra penciuman dan perasa,Kelelahan, demam atau menggigilHidung tersumbat atau berairNyeri ototBatuk terus-menerusSakit tenggorokanSakit kepalaDiareHilangnya nafsu makan, dan mual

    Varian Stratus Lebih Berbahaya?

    Stratus ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) oleh WHO, sebab proporsinya terus meningkat secara global. Varian ini diperkirakan memiliki pertumbuhan yang relatif tertinggi dibandingkan dengan varian lain yang beredar, seperti Nimbus atau NB.1.8.1 terkini. Kendati demikian, stratus dikatakan tidak lebih parah dibandingkan varian lainnya yang beredar.

    “Data saat ini tidak menunjukkan varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah atau kematian daripada varian lain yang beredar,” kata WHO, (7/7/2025).

    Terdapat bukti yang menunjukkan adanya peningkatan proporsi dari varian stratus. Tapi, WHO belum mengamati tanda-tanda yang menunjukkan peningkatan keparahannya.

    “Meskipun ada peningkatan kasus dan rawat inap yang dilaporkan di beberapa negara [Kawasan Asia Tenggara], yang memiliki proporsi XFG tertinggi, tidak ada laporan yang menunjukkan bahwa tingkat keparahan penyakit terkait lebih tinggi dibandingkan dengan varian yang beredar lainnya, kata WHO.

    Sementara itu, menurut konsultan epidemiologi di UK Health Security Agency (UKHSA), Dr Alex Allen mengatakan pula bahwa sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan varian stratus menyebabkan penyakit yang lebih parah dari varian sebelumnya.

    “Merupakan hal yang normal bagi virus untuk bermutasi dan berubah seiring waktu,” kata Dr Alex Allen, seraya menambahkan pihaknya terus memantau semua jenis COVID di Inggris, dikutip dari The Independent.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Varian Covid-19 yang Mendominasi Indonesia Saat Ini “
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    5 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • 5 Makanan yang Bisa Tingkatkan Fungsi Hati dan Turunkan Risiko Kanker

    5 Makanan yang Bisa Tingkatkan Fungsi Hati dan Turunkan Risiko Kanker

    Jakarta

    Gaya hidup memainkan peran yang besar bagi kesehatan. Mulai dari olahraga yang cukup sampai mengonsumsi makanan seimbang, kebiasaan ini bisa memberikan dampak yang baik untuk tubuh.

    Hati adalah organ tubuh yang menjalankan fungsi yang sangat vital dan membutuhkan nutrisi yang tepat agar bisa berfungsi dengan baik. Selain itu, menghindari makanan seperti gula dan berlemak, memperbanyak buah dan olahraga secara teratur secara signifikan bisa mengurangi risiko kanker secara keseluruhan.

    Dikutip dari laman News18, berikut sejumlah makanan yang baik untuk menjaga kesehatan hati dan menurunkan risiko kanker:

    1. Buah Berry

    Stroberi, blueberry, atau raspberry bukan hanya camilan yang manis, tapi juga bisa menguatkan pertahanan tubuh dalam melawan kanker. Buah ini kaya akan vitamin C dan antioksidan yang bisa membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang pada akhirnya bisa menyebabkan kanker kulit, paru-paru, bahkan payudara.

    2. Brokoli

    Mungkin brokoli bukan lah sayuran favorit banyak orang, tapi manfaat kesehatannya tidak terbantahkan, terutama dalam menurunkan risiko kanker.

    Brokoli kaya akan senyawa alami yang bermanfaat. Sayuran ini bisa ditumis atau dimakan mentah dengan saus cocolan yang lezat.

    3. Bayam

    Sayuran hijau ini mengandung antioksidan dan nutrisi berbasis tanaman lainnya yang membantu tubuh melawan peradangan dan mengelola stres secara lebih efektif.

    “Beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa-senyawa ini bisa membantu melindungi sel-sel hati Anda, yang pada gilirannya bisa menurunkan risiko kanker hati,” kata Ahli Onkologi Radiasi di Apollo Cancer Centres, Visakhapatnam, Dr Suman Das.

    Dia menambahkan, bayam tidak perlu dikonsumsi dalam jumlah yang banyak sekaligus. Cukup tambahkan bayam ke dalam menu makanan sehari-hari, baik dalam salad segar tumisan atau dicampur ke dalam smoothie. Cara ini dapat memberi dukungan ekstra pada organ hati.

    4. Salmon

    Ikan berlemak seperti salmon, sangat baik untuk hati, karena kaya akan asam lemak omega-3. Lemak sehat ini dapat membantu mengurangi peradangan yang bisa menyebabkan masalah hati, termasuk kanker.

    Salmon juga menawarkan sumber protein yang baik tanpa lemak sehat yang bisa membebani hati. Targetkan untuk mengonsumsi ikan ini beberapa kali dalam seminggu untuk meningkatkan kesehatan hati dan menurunkan risiko penyakit hati.

    5. Biji-bijian Utuh

    Biji-bijian utuh kaya akan serat yang membantu mengatur berat badan dan kadar gula darah. Hal ini membuat hati tidak perlu bekerja terlalu keras. Pilih biji-bijian utuh seperti beras merah atau gandum utuh dibandingkan roti putih. Ini menjadi cara mudah untuk memberikan waktu istirahat untuk hati yang bekerja keras.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Wamenkes: 2-3 Nyawa Meninggal Setiap Menit Akibat Hepatitis”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/suc)

  • Bukan Nyeri Dada, Ini 5 Tanda Jantung Bermasalah yang Kerap Tak Disadari

    Bukan Nyeri Dada, Ini 5 Tanda Jantung Bermasalah yang Kerap Tak Disadari

    Jakarta

    Ketika membicarakan penyakit jantung, gejala pertama yang langsung terpikir biasanya adalah nyeri dada. Banyak orang mengira siapa pun yang mengalami nyeri dada pasti sedang terkena serangan jantung, padahal anggapan ini tidak sepenuhnya benar.

    Nyeri dada juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain, seperti gangguan pencernaan, cedera, atau bahkan batuk. Sebaliknya, nyeri dada bukan satu-satunya gejala gangguan jantung. Dalam beberapa kasus, justru tidak ada rasa sakit sama sekali.

    Meski begitu, ada sejumlah tanda lain yang dapat mengindikasikan kondisi jantung yang lemah atau bermasalah. Dikutip dari Times of India, berikut lima gejala yang tidak berkaitan dengan nyeri dada, namun bisa menjadi sinyal adanya masalah pada jantung.

    1. Sesak Napas

    Sesak napas merupakan salah satu tanda klasik bahwa jantung sedang mengalami gangguan. Sirkulasi darah yang tidak memadai akibat lemahnya fungsi jantung menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru. Kondisi ini menimbulkan kesulitan bernapas saat berjalan, menaiki tangga, atau melakukan aktivitas sehari-hari lainnya.

    Pada malam hari, pengidap mungkin mengalami episode terengah-engah secara tiba-tiba, yang membuatnya perlu tidur dengan bantal tambahan, karena posisi telentang dapat memperparah sesak napas.

    Tanda ini dapat memburuk secara perlahan seiring waktu, atau muncul tiba-tiba saat melakukan aktivitas yang sebelumnya terasa ringan. Jika harus sering berhenti untuk menarik napas atau merasa perlu tidur dengan bantal tambahan, kondisi tersebut bisa menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan yang perlu diwaspadai.

    2. Kelelahan yang Terus Menerus

    Rasa lelah yang tak kunjung hilang meskipun sudah beristirahat dapat menjadi tanda fungsi jantung melemah. Kurangnya pasokan darah kaya oksigen dari jantung ke organ dan otot tubuh menyebabkan rasa lelah dan lemah berkepanjangan. Aktivitas yang dulu terasa ringan, seperti menaiki tangga atau membawa belanjaan, kini membutuhkan upaya yang jauh lebih besar.

    Pola kelelahan ini berbeda dari kelelahan biasa karena tidak membaik dengan istirahat atau relaksasi. Penurunan tingkat energi turut mengganggu rutinitas harian, membuat aktivitas sederhana terasa sangat berat dan membutuhkan jeda lebih sering.

    3. Pembengkakan di Kaki, Pergelangan Kaki, atau Telapak Kaki

    Jantung yang melemah tidak mampu memompa darah secara efisien, sehingga menyebabkan penumpukan cairan di berbagai bagian tubuh. Kondisi ini dikenal sebagai edema, dan umumnya terlihat sebagai pembengkakan, terutama di area kaki, pergelangan kaki, dan tungkai. Pembengkakan ini biasanya makin terlihat setelah duduk atau berdiri terlalu lama, disertai rasa tidak nyaman dan sensasi berat pada tubuh bagian bawah.

    Gejala ini cenderung memburuk bila berada dalam posisi yang sama dalam waktu lama, dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau berat di bagian bawah tubuh. Jika pembengkakan semakin parah hingga menjalar ke area perut, kondisi ini bisa mengindikasikan gangguan jantung yang memerlukan penanganan medis segera.

    4. Pusing, Kepala Terasa Ringan, atau Pingsan

    Fungsi jantung yang buruk dalam memompa darah menyebabkan otak menerima pasokan oksigen yang tidak memadai. Kekurangan oksigen ini dapat memicu gejala seperti pusing, kepala terasa ringan, atau bahkan pingsan. Tubuh terasa lemah, disertai kebingungan dan gemetar, terutama saat bangkit dari posisi istirahat atau setelah melakukan aktivitas fisik.

    Gejala-gejala ini bisa muncul secara tiba-tiba. Kondisi ini menandakan jantung tidak mampu memasok kebutuhan tubuh secara optimal, dan memerlukan pertolongan medis segera untuk mencegah komplikasi jantung yang berbahaya.

    5. Detak Jantung Tidak Teratur atau Terlalu Cepat

    Pola irama jantung memberikan petunjuk penting tentang kesehatan jantung. Jantung yang lemah cenderung mengalami irama tidak teratur (aritmia) atau detak yang terlalu cepat secara abnormal. Irama yang tidak normal ini bisa menyebabkan jantung terasa berdebar, berdegup kencang, atau seperti ada getaran di dada, meskipun tidak menimbulkan rasa sakit.

    Palpitasi ini bisa muncul tiba-tiba dan kapan saja, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas, dan berlangsung mulai dari beberapa detik hingga beberapa menit. Kondisi ini dapat menimbulkan pusing dan rasa tidak nyaman. Oleh karena itu, pemeriksaan medis sangat diperlukan karena gangguan ini berisiko merusak fungsi jantung.

    Cara Menjaga Kesehatan Jantung

    Beberapa kebiasaan ini dapat menjaga kesehatan jantung.

    Konsumsi makanan sehat untuk jantung yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak. Hindari makanan dengan kandungan garam, gula, dan lemak tidak sehat yang tinggi.Lakukan olahraga ringan hingga sedang setidaknya selama 30 menit, beberapa kali dalam seminggu, sesuai dengan anjuran dokter.Kesehatan jantung dapat menurun akibat kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol secara berlebihan.Kelola stres dengan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, meditasi, dan yoga.Pemeriksaan medis rutin serta penggunaan obat sesuai resep penting untuk memantau tekanan darah dan kadar kolesterol.Menjaga berat badan ideal dapat mengurangi beban kerja jantung dan membantu fungsinya tetap optimal.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Varian Baru COVID ‘Stratus’ Terdeteksi di RI, Punya Gejala Tak Biasa

    Varian Baru COVID ‘Stratus’ Terdeteksi di RI, Punya Gejala Tak Biasa

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan adanya varian baru yang mendominasi di Indonesia, yakni XFG atau disebut ‘Stratus’. Laporan tersebut mencakup hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, termasuk influenza dan COVID-19, yang dilakukan di 39 Puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 Balai Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site.

    Pemantauan dilakukan untuk memonitor tren penyakit, tingkat keparahan gejala, hingga karakteristik molekuler virus yang beredar. Hingga minggu ke-30, total kasus COVID-19 sepanjang tahun 2025 tercatat 291 kasus dari 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif sebesar 2,26 persen. Sementara itu, jumlah kasus yang terdeteksi di lokasi sentinel hingga minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari 2.613 spesimen.

    Pada bulan Juni, varian XFG menjadi varian dominan di Indonesia, terdeteksi pada 75 persen spesimen pada bulan Mei dan meningkat menjadi 100 persen pada Juni. Selain itu, varian XEN terdeteksi sebesar 25 persen pada Mei, namun tidak ditemukan pada bulan Juni.

    Varian ini juga memicu peningkatan kasus di beberapa negara, termasuk Inggris, bahkan menjadi strain yang paling dominan di negara tersebut. XFG telah ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena proporsinya yang terus meningkat secara global.

    Adapun XFG adalah varian SARS-CoV-2 rekombinan dari subvarian LF.7 dan LP.8.1.2, dengan sampel pertama dikumpulkan pada 27 Januari 2025.

    Pada bulan Mei, varian Stratus tercatat menyumbang 10 persen dari seluruh kasus COVID-19 di Inggris. Namun, pada pertengahan Juni, angkanya melonjak menjadi 40 persen. Saat ini, terdapat dua subvarian Stratus yang beredar, yaitu XFG dan XFG.3. Meski begitu, hanya varian XFG yang masuk ke dalam daftar VUM.

    Gejala Tak Biasa Varian COVID ‘Stratus’

    Dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan mengatakan Stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkannya menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi, tidak seperti varian lainnya.

    dr Khan menegaskan Stratus tidak tampak lebih berat atau lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, ada satu gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    Ia juga menyarankan, apabila seseorang mendapatkan hasil tes positif, sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi, karena Stratus merupakan varian yang sangat mudah menular.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Harga Pangan Minggu (27/7): Beras Premium-Medium Masih Mahal di Semua Wilayah

    Harga Pangan Minggu (27/7): Beras Premium-Medium Masih Mahal di Semua Wilayah

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga rata-rata beras premium dan beras medium di tingkat konsumen masih mengalami kenaikan di semua wilayah dan kembali melampaui harga eceran tertinggi (HET) pada Minggu (27/7/2025).

    Merujuk Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 08.15 WIB, harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen mencapai Rp16.120 per kilogram secara nasional. Harganya naik 8,19% dari HET nasional beras premium sebesar Rp14.900 per kilogram.

    Jika ditinjau lebih jauh, kenaikan harga beras premium terjadi di semua wilayah, yakni di zona 1 senilai Rp15.602 per kilogram, zona 2 senilai Rp16.560 per kilogram, dan zona 3 senilai Rp18.250 per kilogram.

    Sebagai informasi, HET beras premium di zona 1 ditetapkan sebesar Rp14.900 per kilogram, zona 2 senilai Rp15.400 per kilogram, dan zona 3 adalah Rp15.800 per kilogram.

    Kondisi serupa terjadi pada harga beras medium yang secara rata-rata nasional naik menjadi Rp14.465 per kilogram. Secara nasional, harga beras medium melonjak 14,92% dari HET nasional yang semestinya di level Rp12.500 per kilogram.

    Adapun, harga rata-rata beras medium di semua wilayah kompak naik dan melampaui HET. Perinciannya, harga rata-rata beras medium di zona 1 dibanderol Rp14.213 per kilogram, zona 2 senilai Rp14.373 per kilogram, dan zona 3 senilai Rp16.375 per kilogram.

    Untuk diketahui, HET beras medium di zona 1 dipatok Rp12.500 per kilogram, zona 2 senilai Rp13.100 per kilogram, dan zona 3 adalah Rp13.500 per kilogram.

    Sementara itu, harga rata-rata beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog naik tipis dari HET nasional Rp12.500 per kilogram menjadi Rp12.585 per kilogram di tingkat konsumen pada pagi ini.

    Berdasarkan wilayah, harga rata-rata beras SPHP kompak berada di bawah HET, yakni zona 1 adalah Rp12.337 per kilogram, zona 2 senilai Rp12.909 per kilogram, dan zona 3 senilai Rp13.200 per kilogram.

    Beranjak ke pangan lainnya, yakni harga rata-rata minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah masing-masing dibanderol Rp21.096 per liter dan Rp17.241 per liter secara nasional.

    Harga rata-rata nasional Minyakita masih tetap berada di atas HET Rp15.700 per liter. Secara nasional, harga Minyakita naik 10,68% dari HET atau dibanderol Rp17.377 per liter.

    Beralih ke aneka cabai, harga rata-rata cabai rawit merah di tingkat konsumen mencapai Rp56.390 per kilogram, atau berada berada di rentang harga acuan penjualan (HAP) nasional Rp40.000–Rp57.000 per kilogram.

    Untuk harga rata-rata cabai merah keriting juga terpantau masih berada di dalam rentang HAP Rp37.000–Rp55.000 per kilogram, yakni mencapai Rp40.602 per kilogram. Di sisi lain, harga rata-rata cabai merah besar secara nasional dibanderol Rp37.623 kilogram di tingkat konsumen.

    Kemudian, harga rata-rata bawang merah di tingkat konsumen dibanderol Rp46.392 per kilogram, atau berada di atas HAP Rp36.500–Rp41.500 per kilogram. Sementara itu, rata-rata bawang putih bonggol adalah Rp37.936 per kilogram secara nasional, atau di bawah HAP nasional Rp38.000–Rp40.000 per kilogram.

    Untuk komoditas pangan yang bersumber dari protein hewani, seperti daging ayam ras dibanderol Rp35.168 per kilogram secara rata-rata nasional atau masih di bawah HAP nasional Rp40.000 per kilogram.

    Selanjutnya, harga rata-rata telur ayam ras dibanderol Rp29.172 per kilogram di tingkat konsumen, atau hampir mendekati batas HAP nasional yang berada di level Rp30.000 per kilogram.

    Untuk harga rata-rata daging sapi murni mencapai Rp134.584 per kilogram, atau berada di bawah HAP nasional Rp140.000 per kilogram. Untuk harga rata-rata daging kerbau segar lokal dan daging kerbau beku impor masing-masing adalah Rp145.000 per kilogram dan Rp109.000 per kilogram.

    Panel Harga Bapanas juga menunjukkan, harga rata-rata ikan kembung, ikan tongkol, dan ikan bandeng masing-masing dibanderol Rp42.235 per kilogram, Rp34.102 per kilogram, dan Rp34.178 per kilogram secara nasional.

    Lalu, harga rata-rata kedelai biji kering impor di tingkat konsumen dibanderol Rp10.698 per kilogram dan harga rata-rata jagung pakan tingkat peternak adalah Rp6.026 per kilogram secara nasional.

    Berikutnya, harga rata-rata tepung terigu kemasan dan tepung terigu curah masing-masing adalah Rp12.910 per kilogram dan Rp9.701 per kilogram. Serta, harga rata-rata nasional, untuk gula konsumsi dan garam konsumsi masing-masing adalah Rp18.300 per kilogram dan Rp11.675 per kilogram.

  • Risiko Cedera Bermain Padel yang Harus Diwaspadai

    Risiko Cedera Bermain Padel yang Harus Diwaspadai

    YOGYAKARTA – Akhir-akhir ini banyak orang yang melakukan olahraga padel, mulai dari selebriti, influencer, hingga masyarakat awam. Dari namanya, kita sudah bisa mengira olahraga ini masih ‘berkerabat’ dengan tenis. Namun, ternyata tetap ada perbedaan dari kedua jenis olahraga ini. Selain itu, ada pula risiko cedera bermain padel yang harus kita waspadai.

    Sejarah Olahraga Padel

    Padel atau paddle tennis ialah olahraga menggunakan raket yang pertama kali dimainkan di Amerika Selatan sekitar tahun 1970-an. Tingkat minat terhadap olahraga ini berkali-kali lipat mengalami pertumbuhan dan menjadi olahraga yang paling banyak dimainkan di Spanyol. Olahraga ini kerap kali digambarkan sebagai perpaduan antara tenis dan squash.

    Ciri khas dari permainan olahraga ini adalah bola dapat memantul kembali saat mengenai dinding lapangan yang dibuat dari kaca sintetis dan logam. Sehingga, ritme permainan jadi lebih cepat dan lebih dinamis karena pemain lebih sering memukul bola. Inilah yang membedakannya dengan tenis.

    Persamaan dan Perbedaan Padel dengan Tenis

    Meskipun sama-sama menggunakan raket, ada sejumlah perbedaan antara olahraga padel dan tenis.

    Lapangan

    Tenis dimainkan di lapangan dengan ukuran yang besar, yakni 23,77m x 10,97m. Sebaliknya, lapangan padel kecil, yaitu 20m x 10m. Lapangan tenis cenderung terbuka tanpa dinding, sedangkan padel memiliki lapangan tertutup yang terbuat dari kaca sintesis dan logam, yang menjadikan bola kembali memantul ketika menabrak dinding.

    Jumlah Pemain

    Jika tenis dapat dimainkan secara single (satu lawan satu) dan double (dua lawan dua), padel hanya bisa dimainkan double atau berpasangan.

    Bola dan Raket

    Meski terlihat sama, bola tenis dengan padel sangat berbeda. Bola padel mempunyai tekanan lebih rendah sehingga tidak menjadikannya memantul sangat tinggi dan cepat seperti bola tenis. Jika raket tenis bersenar, raket padel justru disusun dengan lubang berpola dan terbuat dari serat karbon atau fiberglass. Raket padel juga lebih pendek dibandingkan raket tenis, tapi kepalanya lebih tebal.

    Taktik dan Teknik

    Dalam permainan tenis, Anda mengandalkan kekuatan. Jika pukulan yang diberikan sangat kuat seperti smash, Anda sangat mungkin menang telak. Sebaliknya, padel fokus pada kontrol dan ketepatan. Usahakan Anda menjaga bola tetap rendah saat dipantulkan sehingga lawan Anda sulit mengembalikannya.

    Aturan servis

    Dalam permainan padel, pemain harus mengawali servis dari bawah lengan yang harus dipukul setelah satu pantulan. Adapun dalam permainan tenis, servis dilakukan di atas kepala dan tanpa terlebih dahulu memantulkan bola ke lantai lapangan.

    Manfaat Bermain Padel

    Ada beberapa manfaat kesehatan dari bermain padel jika rutin Anda lakukan:

    Kebugaran dan stamina tubuh yang lebih baik

    Dilansir dari Healthy, perempuan dewasa yang rutin bermain padel mempunyai tingkat kebugaran lebih baik (dinilai dari daya tahan perut, keseimbangan satu kaki, lompatan, dan kapasitas kardiovaskular), dan mempunyai lingkar pinggang, lingkar pinggul, serta lipatan kulit paha yang lebih rendah.

    Kebugaran Kardiovaskular

    Tinjauan terhadap sejumlah penelitian di Spanyol (2021) menjelaskan bahwa pemain padel pria nonprofesional terbukti mempunyai tingkat kebugaran kardiorespirasi, kekuatan genggaman, kekuatan tubuh bagian atas, kecepatan, dan kelincahan yang baik.

    Meningkatkan Metabolisme Tubuh

    Penelitian yang dilakukan oleh Bartolome dkk. (2015) menyimpulkan bahwa selama pertandingan padel, tubuh lebih aktif dan meningkat dalam membuang logam-logam tertentu melalui urine, juga ada perubahan yang berhubungan dengan kerusakan otot dan pemecahan protein. Ini menunjukkan aktivitas metabolisme tubuh meningkat saat bermain padel.

    Menghilangkan Stres

    Bermain padel dengan teman, pasangan, atau keluarga akan meningkatkan suasana hati sehingga menjadikan Anda merasa lebih bahagia. Hal ini karena saat bermain padel tubuh melepaskan berbagai hormon seperti endorfin, dopamin, dan serotonin, yaitu hormon yang menghasilkan perasaan bahagia.

    Risiko Cedera Bermain Padel

    Risiko cedera yang umum dialami pemain olahraga raket, termasuk padel, antara lain:

    Cedera otot anggota tubuh bagian bawah, cedera otot, serta cedera tendon anggota tubuh bagian atas

    Peradangan tendon pada siku (epikondilitis) kerap kali terjadi pada pemain olahraga jenis raket, khususnya di tenis. Risiko ini dikarenakan adanya gerakan bahu yang berulang-ulang.

    Paget-schroetter Syndrome

    Terjadinya pembekuan darah karena vena utama dekat bahu mengalami tekanan secara kontinu. Ini dikarenakan adanya pengulangan gerakan bahu.

    Cedera Mata

    Pantulan bola yang tidak terduga dan kecepatannya dapat mencapai 190 km/jam berisiko mencederai mata sehingga pemain disarankan mengenakan kacamata pelindung.

    Nyeri Pergelangan Tangan

    Jenis cedera ini merupakan cedera paling umum yang banyak dialami pemain padel. Hal ini dikarenakan adanya beban yang berulang menekan area triangular fibrocartilage complex (TFCC) yang merupakan struktur ligamen penahan beban di pergelangan tangan. Beban tersebut misalnya aktivitas mengayunkan raket dan bet (raket tenis meja).

    Demikianlah ulasan mengenai risiko cedera bermain padel​. Semoga informasi ini bermanfaat! Kunjungi VOI.id untuk mendap​​atkan informasi menarik lainnya.