Produk: protein

  • Pentingnya Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Menyusui

    Pentingnya Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Menyusui

    Jakarta

    Kelahiran seorang bayi bisa memunculkan beragam emosi yang kuat, mulai dari kebahagiaan dan antusiasme, hingga rasa takut dan cemas. Namun, di balik momen penuh haru ini, tak jarang muncul kondisi yang tak terduga: depresi.

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 10 persen Ibu hamil dan 13 persen Ibu yang baru melahirkan mengalami gangguan mental, terutama depresi. Di negara berkembang, angka ini bahkan lebih tinggi, yakni 15,6 persen selama kehamilan dan 19,8 persen setelah melahirkan.

    Sebagian besar Ibu baru akan mengalami kondisi yang dikenal sebagai baby blues setelah melahirkan. Gejalanya mencakup perubahan suasana hati, mudah menangis, rasa cemas, hingga gangguan tidur. Baby blues biasanya muncul dalam 2 hingga 3 hari pertama setelah persalinan dan dapat berlangsung hingga dua minggu.

    Namun, pada beberapa Ibu, gejala tersebut berkembang menjadi kondisi yang lebih serius dan berlangsung lebih lama, yaitu depresi pascapersalinan atau disebut postpartum depression, karena bisa muncul sejak masa kehamilan dan berlanjut setelah melahirkan. Dalam kasus yang sangat jarang, Ibu dapat mengalami gangguan suasana hati yang ekstrem yang dikenal sebagai postpartum psychosis atau psikosis pascapersalinan.

    Perlu dipahami bahwa depresi pascapersalinan bukanlah tanda kelemahan atau kekurangan pribadi. Ini adalah salah satu bentuk komplikasi medis yang dapat terjadi setelah melahirkan. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, gejala dapat dikelola, dan hubungan emosional antara Ibu dan bayi tetap dapat terjalin dengan kuat.

    Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) melaporkan 57 persen Ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Persentase ini disebut menjadikan angka Ibu yang mengalami baby blues di Indonesia tertinggi se-Asia.

    “Lima puluh tujuh persen Ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues, angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat tertinggi di Asia dengan risiko baby blues,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Kemendukbangga/BKKBN Nopian Andusti dalam sebuah sesi diskusi daring.

    Sementara itu menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, sekitar 9,1 persen Ibu mengalami keluhan saat masa nifas, 1,1 persen di antaranya mengalami baby blues.

    Guru Besar Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Endang Retno Surjaningrum, S.Psi, M.Appa, Psych, PhD, mengatakan pada 2019 tercatat prevalensi depresi postpartum pada rentang 20,5 hingga 25,4 persen, menjadikan satu dari lima perempuan mengalami kondisi kesehatan mental yang buruk.

    Ada berbagai faktor yang membuat seorang Ibu mengalami depresi dan gangguan mental, misalnya, perubahan hormon, stres fisik dan emosional, komplikasi kehamilan, hingga kurangnya dukungan sosial.

    “Ibu dengan masalah kesehatan mental berisiko mengalami komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Menyebabkan kunjungan ke perawatan antenatal dan postnatal terganggu, cakupan gizi yang tidak memadai, peningkatan risiko preeklamsia, melahirkan prematur, dan kesulitan menyusui,” papar Prof Endang, dikutip dari laman Universitas Airlangga (Unair).

    Ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan dapat mengalami penderitaan yang mendalam, hingga kesulitan untuk menjalani aktivitas dasar seperti makan, mandi, atau merawat diri sendiri. Kondisi ini meningkatkan risiko gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental.

    Menurut WHO, bayi baru lahir sangat sensitif terhadap lingkungan sekitarnya dan kualitas pengasuhan yang diterima. Karena itu, bayi sangat mungkin terdampak jika diasuh oleh Ibu yang mengalami gangguan kesehatan mental.

    Depresi atau gangguan mental yang berat dan berkepanjangan dapat menghambat ikatan emosional antara Ibu dan bayi, termasuk mengganggu proses menyusui dan pemberian Air Susu Ibu (ASI).

    Hubungan Kesehatan Mental Ibu dengan Kelancaran ASI

    Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada dasarnya dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran dan dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. Artinya, bayi hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain, termasuk air putih.

    Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan RI, dr Lovely Daisy, MKM, menjelaskan, ASI eksklusif sejak usia 0 hingga 6 bulan merupakan sumber gizi utama yang mengandung zat gizi terlengkap dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

    “ASI mengandung zat antibodi yang penting untuk kekebalan tubuh bayi dalam mencegah ataupun melawan penyakit infeksi,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Senin (21/7/2025).

    “Di dalam ASI terdapat kandungan Asam Lemak (DHA dan ARA) yang penting untuk perkembangan otak sehingga pemberian ASI Eksklusif sangat disarankan pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan. Menghemat pengeluaran keluarga dan negara jika dibandingkan dengan minuman selain ASI,” lanjutnya.

    Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, cakupan ASI eksklusif di Indonesia mencapai 68,6 persen. Provinsi dengan cakupan tertinggi antara lain Nusa Tenggara Barat (87,9 persen), Jambi (81,3 persen), dan Nusa Tenggara Timur (79,7 persen). Sementara itu, provinsi dengan cakupan terendah adalah Gorontalo (47,4 persen), Papua Barat Daya (47,7 persen), dan Sulawesi Utara (52 persen).

    Pentingnya Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Menyusui Foto: infografis detikHealth

    Sementara itu, menurut data terbaru dari Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2024 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 74,73 persen anak usia 0-5 bulan mendapatkan ASI eksklusif.

    Meski angkanya cukup tinggi, masih ada bayi yang mungkin tak mendapatkan ASI eksklusif. Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah gangguan kesehatan mental yang dialami Ibu pasca melahirkan.

    Gangguan seperti baby blues maupun depresi pascapersalinan dapat menghambat proses menyusui. Ibu yang mengalami kondisi ini sering kali merasa cemas, sedih, atau kelelahan secara emosional, sehingga kesulitan memberikan ASI secara optimal.

    Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Clinical Nutrition yang berjudul ‘Maternal stress in the Postpartum Period is Associated with Altered Human Milk Fatty Acid Composition’, stres yang dialami Ibu pada bulan pertama setelah melahirkan berhubungan dengan penurunan kadar total asam lemak (fatty acid) dalam ASI. Temuan ini mengindikasikan perubahan dalam komposisi ASI bisa menjadi salah satu jalur penularan dampak stres dari Ibu ke bayi.

    “Asam lemak dalam ASI sangat krusial untuk perkembangan anak, termasuk neurologis,” tulis para ilmuwan dalam jurnal tersebut.

    Meski begitu, penelitian lanjutan diperlukan untuk menentukan apakah perubahan ini berdampak terhadap perkembangan anak di masa depan.

    Studi lainnya yang dipublikasikan di International Breastfeeding Journal dengan judul ‘Association Between Postpartum Anxiety and Depression and Exclusive and Continued Breastfeeding Practices: a Cross-Sectional Study in Nevada, USA,’ juga mengatakan gejala kecemasan dan depresi pasca-persalinan Ibu sebagai faktor yang terkait dengan praktik menyusui yang lebih rendah di antara anak-anak di bawah usia dua tahun (0-23 bulan).

    “Adanya depresi serta adanya komorbiditas gejala kecemasan dan depresi pascapersalinan dikaitkan dengan Exclusive Breastfeeding (EBF) yang lebih rendah. Selain itu, gejala kecemasan pascapersalinan dikaitkan dengan (Continuous Breastfeeding) yang lebih rendah,” demikian laporan jurnal tersebut.

    Senada, Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Naomi Esthernita, SpA, SubspNeo(K) menjelaskan kesehatan mental Ibu sangat memengaruhi kelancaran menyusui, baik dari segi kuantitas maupun kualitas ASI yang dihasilkan.

    “Literatur banyak sekali yang membahas terutama mental. Itu ada anxiety, stress, dan depresi postpartum. Ibu-Ibu yang mengalami stress postpartum itu akan berbeda dalam hal ASI-nya berbeda kualitas dari efek fatty acid-nya. Jadi asam lemaknya beda. Dan setelah diteliti banyak hal, beberapa case juga kan skor stresnya tingginya si Ibu nih,” ucapnya kepada detikcom, Senin (21/7).

    Tak hanya itu, stres emosional juga menyebabkan peningkatan kadar hormon kortisol, yang pada gilirannya dapat menurunkan kadar prolaktin, hormon utama untuk produksi ASI. Bahkan, stres yang berkelanjutan juga bisa mengubah komposisi mikrobiota dalam ASI, yang penting untuk membentuk kekebalan tubuh bayi.

    “Berarti memang masalah kesehatan mental ini baik baby blues atau postpartum depression ini sangat mempengaruhi kualitas dan produksi ASI itu sendiri. Jadi komposisi ASI juga menurut literatur akan berbeda. Terus juga dengan stress volume asinnya juga bisa berkurang karena stres, cortisol nya naik, hormon prolaktinnya jadi turun,” lanjutnya.

    Karena itu, menurut dr Naomi, isu kesehatan mental seperti baby blues dan depresi pascapersalinan perlu mendapat perhatian serius karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Tanpa dukungan yang tepat, gangguan mental pada Ibu dapat menghambat keterikatan Ibu dan bayi, serta menurunkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

    Terlebih, anak yang tak mendapatkan ASI dikaitkan dengan risiko kesehatan, termasuk stunting. Menurut studi yang dipublikasikan di Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia dengan judul ‘Tinjauan Sistematis: Faktor Pelindung dari Risiko Stunting pada Masa Menyusui’, ASI mengandung berbagai nutrisi penting, mulai dari makronutrien seperti protein, karbohidrat, lemak, dan karnitin, hingga mikronutrien seperti vitamin, mineral, serta zat bioaktif yang dIbutuhkan oleh bayi dan anak di bawah lima tahun.

    “Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan risiko stunting, karena bayi dan anak di bawah lima tahun sangat membutuhkan nutrisi yang terkandung dalam ASI,” demikian bunyi studi tersebut.

    Sebaliknya, rendahnya cakupan pemberian ASI dapat berdampak buruk terhadap kualitas hidup anak di masa depan dan bahkan memengaruhi kondisi ekonomi suatu negara.
    “Upaya penurunan stunting di mana satu di antaranya adalah pemberian ASI eksklusif,” ucap dr Daisy.

    dr Daisy juga mengatakan penting pula menekankan proses menyusui secara langsung atau Direct Breastfeeding (DBF), karena dapat membangun ikatan emosional (bonding) antara Ibu dan bayi. Jika ASI diberikan tidak secara langsung, maka perlu menggunakan perantara seperti botol dan dot yang berisiko terkontaminasi jika tidak dicuci dan disterilkan dengan benar.

    Selain manfaat dari sisi psikologis, menyusui secara langsung juga memberikan stimulasi pada otak Ibu melalui isapan bayi. Proses ini merangsang pelepasan hormon prolaktin yang berfungsi memproduksi ASI, serta hormon oksitosin yang membantu mengalirkan ASI. Dengan demikian, produksi ASI cenderung lebih optimal ketika bayi menyusu langsung dari payudara.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Jangan Panik Moms Jika ASI Tak Langsung Keluar Setelah Melahirkan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

  • Harga Pangan Hari Ini 8 Agustus: Harga Beras Premium-Medium Naik di Semua Wilayah

    Harga Pangan Hari Ini 8 Agustus: Harga Beras Premium-Medium Naik di Semua Wilayah

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga beras premium dan beras medium masih mengalami kenaikan di semua zonasi dan melampaui harga eceran tertinggi (HET) pada pagi ini, Jumat (8/8/2025).

    Berdasarkan data yang tersaji di Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 07.25 WIB, harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen naik 9,97% dari HET Rp14.900 per kilogram menjadi Rp16.386 per kilogram secara nasional.

    Jika ditinjau lebih jauh, kenaikan harga beras premium terjadi di semua wilayah, yaitu beras premium di zona 1 dijual Rp15.827 per kilogram, beras premium di zona 2 senilai Rp16.571 per kilogram, dan harga beras premium di zona 3 dibanderol Rp18.714 per kilogram.

    Sebagai pembanding, HET beras premium di zona 1 semestinya adalah Rp14.900 per kilogram, zona 2 senilai Rp15.400 per kilogram, dan zona 3 adalah Rp15.800 per kilogram.

    Harga beras medium secara rata-rata nasional juga naik dan dibanderol Rp14.198 per kilogram. Harga rata-rata beras medium naik 13,58% dari HET nasional yang ditetapkan sebesar Rp12.500 per kilogram.

    Selain itu, harga rata-rata beras medium secara nasional dibanderol Rp14.524 atau melampaui 16,19% dari HET Rp12.500 per kilogram. Harga beras medium di zona 1 dibanderol Rp14.316 per kilogram, zona 2 senilai Rp14.385 per kilogram, dan zona 3 senilai Rp16.571 per kilogram.

    Untuk diketahui, HET beras medium di zona 1 ditetapkan sebesar Rp12.500 per kilogram, zona 2 senilai Rp13.100 per kilogram, dan zona 3 adalah Rp13.500 per kilogram.

    Sementara itu, harga rata-rata beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog naik tipis 0,21% dari HET nasional Rp12.500 per kilogram menjadi Rp12.526 per kilogram di tingkat konsumen.

    Namun, harga rata-rata beras SPHP di semua wilayah berada di bawah HET, yakni zona 1 adalah Rp12.213 per kilogram dan zona 2 senilai Rp12.789 per kilogram. Sementara itu, data untuk harga beras SPHP di zona 3 belum tersaji di laman Harga Pangan Bapanas.

    Beralih ke komoditas lain, seperti harga rata-rata cabai rawit merah di tingkat konsumen dibanderol Rp52.048 per kilogram secara nasional, atau berada di dalam rentang harga acuan penjualan (HAP) nasional Rp40.000–Rp57.000 per kilogram.

    Senada, harga rata-rata cabai merah keriting juga berada di dalam rentang HAP Rp37.000–Rp55.000 per kilogram, yakni dibanderol Rp42.420 per kilogram. Secara nasional, harga rata-rata cabai merah besar dibanderol Rp44.565 per kilogram di tingkat konsumen.

    Berikutnya, harga rata-rata bawang putih bonggol berada di bawah HAP Rp40.000 per kilogram atau dibanderol Rp36.818 per kilogram secara nasional. Di sisi lain, harga rata-rata bawang merah di tingkat konsumen justru terpantau melampaui HAP Rp41.500 per kilogram, yakni dibanderol Rp47.790 per kilogram.

    Untuk komoditas pangan yang bersumber dari protein hewani, seperti ikan kembung, ikan tongkol, dan ikan bandeng masing-masing dibanderol Rp41.660 per kilogram, Rp34.934 per kilogram, dan Rp33.365 per kilogram secara rata-rata nasional.

    Kemudian, harga rata-rata daging ayam ras turun 10,34% dari HAP nasional Rp40.000 per kilogram menjadi Rp35.865 per kilogram di tingkat konsumen. Untuk harga rata-rata telur ayam ras terpantau hampir mendekati batas HAP Rp30.000 per kilogram, atau dibanderol Rp29.764 per kilogram.

    Lebih lanjut, harga rata-rata daging sapi murni mencapai Rp134.893 per kilogram, atau berada di bawah HAP nasional Rp140.000 per kilogram. Kemudian, harga rata-rata daging kerbau segar lokal dan daging kerbau beku impor masing-masing adalah Rp120.000 per kilogram dan Rp97.273 per kilogram.

    Panel Harga Bapanas juga menunjukkan, harga rata-rata nasional Minyakita masih berada di atas HET Rp15.700 per liter, yakni dibanderol Rp17.479 per liter. 

    Di sisi lain, harga rata-rata minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah masing-masing adalah Rp20.536 per liter dan Rp16.951 per liter secara nasional.

    Lalu, harga rata-rata tepung terigu kemasan dan tepung terigu curah masing-masing adalah Rp12.600 per kilogram dan Rp9.495 per kilogram. Untuk harga rata-rata gula konsumsi dan garam konsumsi masing-masing adalah Rp18.308 per kilogram dan Rp11.211 per kilogram.

    Serta, harga rata-rata kedelai biji kering impor di tingkat konsumen dibanderol Rp10.663 per kilogram dan harga rata-rata jagung pakan tingkat peternak senilai Rp5.612 per kilogram.

  • Kampanye Gemarikan untuk tingkatan konsumsi ikan di Jakarta

    Kampanye Gemarikan untuk tingkatan konsumsi ikan di Jakarta

    Jakarta (ANTARA) – Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta menyelenggarakan kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di Sekolah Dasar (SD) di Jakarta Pusat untuk meningkatkan konsumsi ikan di kota metropolitan ini.

    Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Hasudungan Sidabalok di Jakarta, Kamis, mengatakan, angka konsumsi ikan di Provinsi Jakarta masih kecil, yaitu 50 kilogram per kapita per tahun, padahal secara nasional ditargetkan 62,5 kilogram.

    “Maka kegiatan seperti ini sangat penting supaya angka per kapita konsumsi ikan di Jakarta khususnya Jakarta Pusat semakin meningkat,” katanya.

    Menurut dia, kampanye Gemarikan sangat baik karena protein hewani dapat memicu perkembangan otak. Apalagi anak-anak SD masih dalam masa pertumbuhan.

    Hasudungan percaya bahwa gerakan perubahan perilaku konsumsi hanya akan berhasil jika dimulai dari komunitas terkecil. Yaitu keluarga dan sekolah dengan mempromosikan ikan sebagai menu harian anak-anak.

    “Pada ikan ada zat asam amino esensial Omega 3 yang sangat baik sekali bagi seluruh otak untuk merespon rangsangan, memproses informasi dan dapat meningkatkan kecerdasan,” ujarnya.

    Ia menambahkan, mempromosikan ikan sebagai menu harian merupakan langkah strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang sehat, produktif dan berdaya saing di masa depan sebagai calon Generasi Emas 2045.

    Makan ikan bukan sekedar pilihan tapi kebutuhan. Makan ikan bukan sekedar kampanye tetapi intervensi masa depan.

    “Semoga semangat Gemarikan ini tidak berhenti di sekolah saja tetapi menular ke rumah-rumah, meja makan keluarga dan menjadi gaya hidup masyarakat Jakarta,” katanya.

    Kepala Suku Dinas (Kasudin) KPKP Jakarta Pusat, Penty Yunesi Pudyastuti mengatakan, Gemarikan bisa berkontribusi untuk konvergensi penurunan stunting. Apalagi nantinya juga ada edukasi dari narasumber untuk menyampaikan manfaat konsumsi ikan.

    “Kita juga memberikan kepada para siswa-siswi bingkisan berupa baso ikan, somay dan bandeng presto,” katanya.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 6 Fakta Menarik di Balik Struktur SARS-CoV-2, Virus Corona Penyebab COVID-19

    6 Fakta Menarik di Balik Struktur SARS-CoV-2, Virus Corona Penyebab COVID-19

    Jakarta

    Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). Nama COVID-19 sendiri merupakan singkatan dari:

    CO = coronaVI = virusD = disease (penyakit)19 = tahun ditemukannya, yaitu 2019.

    Awalnya, virus ini dikenal sebagai 2019-nCoV (novel coronavirus) dan menjadi penyebab pandemi global pada akhir 2019. Pada Mei 2023, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencabut status darurat kesehatan global (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC). Meski demikian, virus ini masih tetap ada dan dapat menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat.

    Dikutip dari Baylor College of Medicine, SARS-CoV-2 merupakan salah satu dari banyak jenis virus dalam keluarga coronavirus, yang dinamai demikian karena bentuknya yang seperti mahkota (corona) saat dilihat dengan mikroskop. Kelompok virus ini terdiri dari virus-virus yang saling berkerabat secara genetik, namun berbeda satu sama lain.

    Coronavirus bisa menyebabkan berbagai penyakit saluran pernapasan pada manusia,mulai dari yang ringan seperti flu biasa, hingga yang berat. Selain itu, beberapa jenis coronavirus juga bisa menginfeksi hewan dan menyebabkan berbagai penyakit.

    1. Coronavirus Sebelumnya yang Pernah Muncul

    Dalam dua dekade sebelum 2019, dua jenis coronavirus telah muncul dan menyebabkan infeksi pernapasan serius pada manusia:

    SARS-CoV – Muncul pada akhir 2002 di Provinsi Guangdong, China, menyebabkan penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).MERS-CoV – Muncul di Timur Tengah tahun 2012, menyebabkan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

    Berbeda dengan SARS-CoV-2, kedua virus ini tidak menyebabkan wabah global yang berkepanjangan. Ini karena orang yang terinfeksi SARS atau MERS umumnya hanya menularkan virus setelah menunjukkan gejala. Hal ini memudahkan isolasi dan pencegahan penularan. Sebaliknya, SARS-CoV-2 dapat menular bahkan saat penderitanya belum bergejala, sehingga lebih sulit dikendalikan.

    2. Asal Usul SARS-CoV-2

    Virus SARS-CoV-2 muncul pada akhir 2019 di Wuhan, China. Hingga kini, belum diketahui secara pasti bagaimana manusia pertama kali terinfeksi virus ini. Namun, semua bukti mengarah pada asal alami. Virus ini sangat mirip dengan coronavirus yang ditemukan pada kelelawar.

    Kemungkinan besar, virus berpindah dari kelelawar ke hewan perantara, lalu menular ke manusia yang berinteraksi dekat dengan hewan tersebut. Virus hewan umumnya tidak langsung bisa menular antarmanusia, kecuali sudah mengalami adaptasi tertentu. Proses perpindahan dari hewan ke manusia ini disebut zoonosis, dan juga terjadi pada penyakit lain seperti influenza dan HIV.

    3. Penularan COVID-19

    SARS-CoV-2 sangat mudah menular dari satu orang ke orang lain. Virus ini menyebar lebih efisien dibandingkan influenza, tapi tidak secepat campak (measles), salah satu virus paling menular yang diketahui.

    Orang yang terinfeksi akan melepaskan partikel virus melalui mulut dan hidung saat batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bernapas berat. Partikel virus ini terbawa dalam tetesan pernapasan besar dan kecil (aerosol). Tetesan besar akan cepat jatuh ke permukaan, sedangkan aerosol bisa bertahan lebih lama di udara dan menjangkau jarak yang lebih jauh.

    Penularan COVID-19 umumnya terjadi saat tetesan pernapasan dihirup atau menempel pada selaput lendir di mulut dan hidung orang yang berada dekat dengan penderita (kurang dari 2 meter).

    Dalam kondisi tertentu, terutama di ruangan tertutup dengan ventilasi buruk, penularan melalui aerosol juga bisa terjadi hingga jarak lebih dari 2 meter.

    Penularan melalui permukaan benda yang terkontaminasi juga mungkin terjadi, walau tidak umum. Jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi lalu menyentuh mulut, hidung, atau mata, ia bisa tertular. Meskipun risiko ini rendah, mencuci tangan secara teratur tetap dianjurkan.

    Risiko penularan tertinggi terjadi di tempat yang ramai, tertutup, dan berventilasi buruk, seperti bar, restoran, atau ruangan pertemuan. Risiko meningkat saat tidak ada yang menggunakan masker, baik pengidap maupun orang di sekitarnya.

    4. Gejala dan Komplikasi COVID-19

    Gejala COVID-19 sangat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umum meliputi:

    Demam dan menggigilBatukSesak napasKelelahanNyeri otot dan tubuhHilang penciuman atau perasa

    Gejala biasanya muncul 2-14 hari setelah terpapar. Orang dengan usia lanjut atau memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti diabetes, penyakit jantung, paru, atau obesitas berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius.

    Meski kebanyakan orang pulih dalam beberapa hari, sebagian pasien mengalami gejala berkepanjangan yang disebut long COVID. Gejalanya bisa berupa:

    KelelahanSesak napasBrain fog atau kesulitan konsentrasiNyeri kepalaGangguan pada jantung, paru, atau saraf

    Bahkan pasien dengan gejala awal yang ringan pun bisa mengalami gejala jangka panjang ini.

    5. Klasifikasi dan Struktur Virus

    Virus dari famili Coronaviridae dibagi menjadi empat kelompok: alfa, beta, gamma, dan delta. Virus dari kelompok alfa dan beta biasanya menginfeksi mamalia, sementara gamma dan delta umumnya menyerang burung. Dari tujuh jenis coronavirus yang diketahui dapat menginfeksi manusia (semuanya dari kelompok alfa dan beta), empat di antaranya hanya menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan dan menyumbang 10-30 persen dari kasus flu biasa. Tiga lainnya, SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2 , dapat menyebabkan penyakit berat dan termasuk dalam kelompok beta.

    Virus diklasifikasikan berdasarkan berbagai karakteristik, seperti jenis materi genetik yang dibawanya (DNA atau RNA) dan apakah virus tersebut diselimuti oleh lapisan lemak (envelope) atau tidak. Informasi genetik virus corona berada pada untaian RNA positif sepanjang 30.000 nukleotida, salah satu genom terbesar di antara virus RNA. Genom ini dilindungi oleh lapisan envelope.

    Partikel virus corona terdiri dari empat protein struktural utama:

    N (nukleokapsid): membungkus RNA genom.S (spike/duri): menonjol keluar dari envelope dan memberi virus bentuk seperti mahkota.M (membran) dan E (envelope): terintegrasi dalam envelope lipid.

    Protein S memainkan peran penting dalam proses infeksi karena berfungsi mengenali reseptor sel inang dan memungkinkan virus masuk ke dalam sel untuk mereplikasi diri. Oleh karena itu, protein ini menjadi target utama dalam pengembangan vaksin COVID-19.

    6. Varian COVID-19

    Dikutip dari Yale Medicine, satu hal yang pasti tentang SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, adalah sifatnya yang terus berubah. Sejak awal pandemi, kita telah melihat sejumlah varian menonjol, termasuk Alpha, Beta, Delta, dan Omicron.

    Meskipun kemunculan varian baru merupakan bagian alami dari evolusi virus, pemantauan terhadap setiap varian yang muncul tetap sangat penting. Hal ini bertujuan agar dunia selalu dalam kondisi siap siaga.

    Pemantauan menjadi semakin krusial jika varian baru tersebut terbukti lebih agresif, lebih mudah menular, kebal terhadap vaksin, menyebabkan gejala lebih parah, atau bahkan memiliki semua karakteristik tersebut dibandingkan varian asli virus.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan nama pada varian baru virus corona menggunakan huruf-huruf dari alfabet Yunani, dimulai dari varian Alpha yang muncul pada tahun 2020.

    (suc/suc)

  • Bertani di lahan pekarangan bisa panen sayur setiap 15 hari

    Bertani di lahan pekarangan bisa panen sayur setiap 15 hari

    Jakarta (ANTARA) – Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BBPPMD) Jakarta mengemukakan, bertani di lahan pekarangan dengan luas 3×5 meter bisa menghasilkan panen sayur setiap 10-15 hari untuk memenuhi kebutuhan sayuran segar harian keluarga.

    Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM) Ahli Madya, BBPPMD Jakarta, Aria Bantar Dinarwan di Jakarta, Kamis, mengatakan, upaya memanfaatkan lahan pekarangan menjadi langkah mewujudkan ketahanan pangan keluarga.

    Pada lahan pekarangan, dapat diusahakan berbagai jenis budidaya berupa tanaman, peternakan, perikanan, dan lain-lain dalam satu kesatuan atau pertanian terpadu.

    Aria pun mendorong adanya program satu keluarga memanfaatkan lahan pekarangan untuk pertanian terpadu.

    Menurut dia, selain mewujudkan ketahanan pangan, upaya ini juga dapat membantu mengentaskan kemiskinan dan stunting karena kebutuhan pangan sehari-hari diperlukan oleh masyarakat tercukupi dari lahan sendiri.

    Pada lahan itu diimplementasikan konsep pertanian terpadu yakni mengintegrasikan pertanian dan peternakan yakni sayuran, ternak ayam, dan kolam ikan lele.

    “Kondisi tanahnya berbatu di situ, kemudian kami pakai model raised bed, vertikultur kemudian kolam ember untuk ikan,” katanya.

    Raised bed atau bedengan tinggi merupakan metode berkebun dengan area taman dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah, seringkali dalam bentuk kotak atau bingkai.

    Sementara teknik vertikultur memungkinkan pemanfaatan ruang vertikal secara maksimal, sehingga cocok untuk lahan sempit.

    Lalu, selain dapat menghasilkan sayur, di lahan itu, pemilik dapat memproduksi telur 1-2 butir per hari sebagai salah satu sumber protein keluarga, panen lele setiap dua bulan, dan produksi pupuk kompos.

    “Selain itu juga limbah-limbah yang dihasilkan baik itu limbah rumah tangga bisa digunakan untuk produksi kompos dan mengurangi biaya pupuk buatan,” kata Aria.

    Khusus, tanaman di lahan berbatu sebaiknya yang memiliki akar pendek atau serabut karena cepat panen seperti bayam, kangkung, dan daun bawang.

    Selain itu, tanaman refugia seperti kacang panjang juga dapat ditanam di lahan karena menyediakan tempat tinggal bagi musuh alami hama.

    “Selain mencegah serangan hama penyakit, juga memperindah rumah. Jadi jangan salah tanaman bunga-bungaan juga bermanfaat juga untuk sebagai rumah dari musuh-musuh alami sama serangga yang menyerang tanaman,” jelas Aria.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Apa Itu Tes DNA yang Dilakukan Lisa Mariana dan Ridwan Kamil

    Apa Itu Tes DNA yang Dilakukan Lisa Mariana dan Ridwan Kamil

    Jakarta

    Prosedur tes DNA kembali ramai dibicarakan karena terkait dengan kasus dugaan perselingkuhan yang melibatkan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Lisa Mariana. Apa itu tes DNA?

    Tes DNA merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui garis keturunan seseorang, karena bekerja dengan memeriksa DNA seseorang. Melalui database kimia yang membawa sejumlah informasi genetik, seseorang bisa mengetahui garis keturunan leluhur, orangtua atau kerabat.

    Meski umum digunakan untuk mengetahui hubungan biologis, manfaat tes DNA tidak hanya terbatas membuktikan hubungan darah. Berikut adalah berbagai hal tentang tes DNA yang dirangkum detikINET dari berbagai sumber, Kamis (7/8/2025).

    Apa Itu DNA dan untuk Apa Tes DNA?

    DNA adalah Deoxyribo Nucleic Acid atau Asam Deoksiribo Nukleat, merupakan molekul yang memuat seluruh instruksi genetik yang dibutuhkan oleh semua organisme dalam seluruh siklus hidupnya. Informasi genetik yang terdapat dalam DNA diturunkan oleh orang tua atau induk ke generasi berikutnya melalui reproduksi.

    Sedangkan tes DNA adalah tes medis yang dapat mengidentifikasi mutasi pada gen, kromosom, atau protein di dalam tubuh seseorang. Mutasi ini dapat menunjukkan apakah seseorang memiliki atau tidak memiliki kondisi genetik tertentu.

    Tes DNA bisa menunjukkan apakah satu individu adalah keturunan dari individu lain dengan melihat informasi genetik yang diturunkan antar generasi. Tes DNA juga dapat mengidentifikasi risiko apakah seseorang berpotensi mengembangkan kondisi tertentu atau meneruskan kelainan genetik.

    Orang juga kerap menyebut tes DNA sebagai tes genetik karena dapat mengidentifikasi perubahan gen, kromosom, atau protein dalam tubuh. Adapun pengujian DNA, dilakukan dengan cara mengambil sampel darah, kulit, rambut, jaringan, atau cairan ketuban.

    Selain itu, tes DNA dapat memberi banyak informasi tentang gen yang membentuk diri seseorang, serta memastikan apakah ia memiliki atau tidak memiliki penyakit tertentu.

    Sebelumnya seperti diberitakan, Lisa Mariana bersama anak berinisial CA tiba di gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan. Dia akan menjalani pengambilan sampel darah untuk tes genetik atau DNA terkait dugaan perselingkuhan dengan mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK).

    Pantauan detikcom, Kamis (7/8/2025), Lisa tiba di Bareskrim sekira pukul 10.45 WIB. Sedangkan RK telah tiba lebih awal sekira pukul 08.57 WIB.

    (rns/fay)

  • Harga Pangan Hari Ini 7 Agustus: Harga Beras Mahal di Semua Zonasi

    Harga Pangan Hari Ini 7 Agustus: Harga Beras Mahal di Semua Zonasi

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga beras mengalami kenaikan secara rata-rata nasional pada Kamis (7/8/2025). Lantas, bagaimana dengan komoditas pangan lainnya? Berikut daftar harga pangan hari ini.

    Harga rata-rata beras premium dan beras medium di tingkat konsumen tercatat mengalami kenaikan di semua zonasi dan melampaui harga eceran tertinggi (HET) pada Kamis (7/8/2025).

    Berdasarkan Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 08.54 WIB, harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen dibanderol Rp15.968 per kilogram secara nasional. Untuk diketahui, HET nasional beras premium ditetapkan sebesar Rp14.900 per kilogram.

    Data Bapanas menunjukkan, kenaikan harga beras premium terjadi di semua wilayah, yakni di zona 1 dibanderol Rp15.285 per kilogram, zona 2 senilai Rp16.399 per kilogram, dan zona 3 mencapai Rp18.641 per kilogram.

    Sekadar pengingat, HET beras premium di zona 1 semestinya adalah Rp14.900 per kilogram, zona 2 senilai Rp15.400 per kilogram, dan zona 3 adalah Rp15.800 per kilogram.

    Senada, harga beras medium secara rata-rata nasional juga naik dan dibanderol Rp14.198 per kilogram. Harga rata-rata beras medium naik 13,58% dari HET nasional yang ditetapkan sebesar Rp12.500 per kilogram.

    Adapun, harga beras medium mengalami kenaikan di semua zonasi. Perinciannya, harga rata-rata beras medium di zona 1 dibanderol Rp13.776 per kilogram, zona 2 senilai Rp14.363 per kilogram, dan zona 3 senilai Rp17.099 per kilogram.

    Asal tahu saja, HET beras medium di zona 1 ditetapkan sebesar Rp12.500 per kilogram, zona 2 senilai Rp13.100 per kilogram, dan zona 3 adalah Rp13.500 per kilogram.

    Sementara itu, harga rata-rata beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog juga terpantau naik tipis dari HET nasional Rp12.500 per kilogram menjadi Rp12.542 per kilogram di tingkat konsumen.

    Namun, harga rata-rata beras SPHP di semua wilayah berada di bawah HET, yakni zona 1 adalah Rp12.326 per kilogram, zona 2 senilai Rp12.858 per kilogram, dan zona 3 mencapai Rp13.300 per kilogram.

    Untuk komoditas pangan lainnya, seperti cabai rawit merah di tingkat konsumen dibanderol Rp49.130 per kilogram secara nasional, atau berada di dalam rentang harga acuan penjualan (HAP) nasional Rp40.000–Rp57.000 per kilogram.

    Harga rata-rata cabai merah keriting juga turun menjadi Rp43.297 per kilogram, atau berada di dalam rentang HAP Rp37.000–Rp55.000 per kilogram. Untuk harga rata-rata cabai merah besar secara nasional dibanderol Rp41.766 per kilogram di tingkat konsumen.

    Kemudian, harga rata-rata bawang merah di tingkat konsumen dibanderol Rp47.747 per kilogram, atau di dalam rentang HAP Rp36.500–Rp41.500 per kilogram. Lalu, harga rata-rata bawang putih bonggol Rp36.826 per kilogram secara nasional atau berada di bawah HAP nasional Rp38.000–Rp40.000 per kilogram.

    Beranjak ke pangan lainnya, untuk komoditas pangan yang bersumber dari protein hewani, seperti daging ayam ras dibanderol Rp34.677 per kilogram secara rata-rata nasional atau berada di bawah HAP nasional Rp40.000 per kilogram.

    Sementara itu, harga rata-rata telur ayam ras dibanderol Rp29.274 per kilogram di tingkat konsumen secara nasional, atau hampir mendekati batas HAP nasional di level Rp30.000 per kilogram.

    Berikutnya, harga rata-rata ikan kembung, ikan tongkol, dan ikan bandeng masing-masing dibanderol Rp41.133 per kilogram, Rp35.099 per kilogram, dan Rp33.780 per kilogram secara nasional.

    Lebih lanjut, harga rata-rata daging sapi murni mencapai Rp135.639 per kilogram, atau berada di bawah HAP nasional Rp140.000 per kilogram. Untuk harga rata-rata daging kerbau segar lokal dan daging kerbau beku impor masing-masing dibanderol Rp136.875 per kilogram dan Rp103.384 per kilogram.

    Untuk harga rata-rata minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah masing-masing dibanderol Rp20.418 per liter dan Rp16.985 per liter secara nasional.

    Di sisi lain, harga rata-rata nasional Minyakita terpantau masih tetap berada di atas HET Rp15.700 per liter, yakni dibanderol Rp17.296 per liter.

    Untuk harga rata-rata gula konsumsi dan garam konsumsi masing-masing adalah Rp18.038 per kilogram dan Rp11.254 per kilogram. Lalu, harga rata-rata tepung terigu kemasan dan tepung terigu curah masing-masing adalah Rp12.542 per kilogram dan Rp9.598 per kilogram.

    Panel Harga Bapanas juga menunjukkan, harga rata-rata kedelai biji kering impor di tingkat konsumen dibanderol Rp10.579 per kilogram dan harga rata-rata jagung pakan tingkat peternak dipatok Rp5.984 per kilogram.

  • Bappenas Gandeng Uni Eropa Kawal Pengembangan Ekonomi Biru – Page 3

    Bappenas Gandeng Uni Eropa Kawal Pengembangan Ekonomi Biru – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) merilis dua dokumem strategis dalam koridor ekonomi biru. Keduanya berkaitan dengan pangan hasil laut dan koridor pengembangan ekonomi berbasis kelautan.

    Dua dokumen tersebut yakni Blue Food Assessment (BFA) Indonesia dan Penghitungan Indonesia Blue Economy Index (IBEI).

    Dokumen BFA memetakan kondisi aktual dan strategis pangan akuatik untuk ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Sedangkan, IBEI menjadi instrumen komprehensif untuk mengukur kemajuan pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia. 

    “Lautan Indonesia bukan hanya masa depan bangsa, tetapi masa depan dunia. Melalui peluncuran dua dokumen strategis ini, kita membangun fondasi perencanaan yang kuat, berbasis data, dan berpihak pada keberlanjutan,” kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy dalam momen peluncuran, di Kantor Bappenas, Jakarta, Rabu (6/8/2025).

    Dia mengatakan, dua dokumen ini fokus pada sistem produksi yang efisien, peningkatan nilai tambah, pemenuhan konsumsi gizi protein berimbang bagi masyarakat, dan tata kelola kelautan demi menjaga keberlangsungan ekosistem terpadu. 

    “Kita ingin memastikan pembangunan kelautan dan perikanan tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tapi juga menjaga ekosistem dan memberi manfaat langsung bagi masyarakat pesisir. Inilah inti dari transformasi ekonomi biru menuju Indonesia Emas 2045,” katanya.

    Dokumen BFA disusun Kementerian PPN/Bappenas melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Uni Eropa, Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Stanford University, dan Microsave Consulting. Sementara dokumen IBEI dikembangkan Kementerian PPN/Bappenas bersama Uni Eropa sebagai mitra utama yang menilai pencapaian pembangunan ekonomi biru secara berkelanjutan dan inklusif.

  • Pil KB Buat Pria Sedikit Lagi Tersedia Dijual, Begini Jadwalnya

    Pil KB Buat Pria Sedikit Lagi Tersedia Dijual, Begini Jadwalnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selama beberapa dekade, pilihan kontrasepsi oral terbatas hanya untuk perempuan. Sementara pria hanya memiliki dua pilihan kondom atau vasektomi.

    Namun kini dunia medis mendekati terobosan besar dengan pengembangan YCT-529, kontrasepsi pria nonhormonal yang kini memasuki uji klinis fase 2. Obat ini menawarkan mekanisme baru untuk menghambat produksi sperma yang subur.

    Obat ini dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi asal AS, YourChoice Therapeutics. Berbeda dengan pendekatan sebelumnya yang bergantung pada hormon, YCT-529 bekerja dengan menargetkan protein bernama retinoic acid receptor alpha, yang penting dalam proses produksi sperma.

    YCT-529 menjadi titik balik dari pendekatan kontrasepsi pria yang selama ini banyak bergantung pada penekanan hormon menggunakan testosteron atau kombinasi hormon lainnya.

    “Metode berbasis hormon seperti itu sering menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti perubahan suasana hati, disfungsi ereksi, dan penurunan massa otot,” kata Giuliano Aita, ahli urologi dan anggota Masyarakat Urologi Brasil, dikutip dari Medscape Medical News, Jumat (1/8/2025).

    “YCT-529 inovatif karena tidak mengganggu jalur hormon seks pria,” tambahnya.

    Menurut Dr. Alex Meller, ahli urologi dan profesor di Fakultas Kedokteran Paulista, Universitas Federal São Paulo, pendekatan nonhormonal ini bisa meningkatkan penerimaan di kalangan pria.

    “Kontrasepsi pria yang sebelumnya diuji biasanya dikombinasikan dengan progesteron atau penghambat testosteron. Meski dirancang untuk bekerja secara lokal, senyawa tersebut cenderung menimbulkan efek samping seksual,” ungkapnya.

    YCT-529 telah menyelesaikan uji klinis fase 1, meski hasilnya belum dipublikasikan secara terbuka. Kini, uji klinis fase 2 tengah berlangsung di Selandia Baru, dengan merekrut pria yang bersedia tidak memiliki anak atau sedang menunggu prosedur vasektomi.

    Menurut Aita, agar bisa dipasarkan secara luas, obat ini harus terbukti aman, efektif, dan dapat dikembalikan kesuburannya dalam studi berskala besar.

    Sementara perempuan sudah memiliki berbagai pilihan kontrasepsi, perkembangan teknologi serupa bagi pria masih terbilang lambat. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas produksi sperma yang berlangsung terus-menerus dalam jumlah besar.

    Jika YCT-529 terus menunjukkan hasil positif dalam uji klinis berikutnya, obat ini bisa menjadi tambahan yang sangat dibutuhkan dalam dunia reproduksi. Ini akan memberikan pria pilihan kontrasepsi yang dapat diandalkan dan bisa dibalik, sesuatu yang hingga kini masih menjadi celah besar dalam strategi kontrasepsi global.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pil KB Pria Pertama Kalinya Diuji Klinis, Ternyata Begini Hasilnya

    Pil KB Pria Pertama Kalinya Diuji Klinis, Ternyata Begini Hasilnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah penelitian melakukan uji klinis pertama dengan manusia pada pil KB untuk pria. Pil non-hormonal ini disebut memiliki efek samping yang sangat sedikit saat diuji.

    Studi ini dilakukan Yourchoice Therapeutics dengan obat bernama YCT-529. Mereka melakukan pengujian pada 16 orang pria sehat berusia 32-59 tahun yang telah menjalani vasektomi sebelumnya.

    Semua pria tersebut telah mendapatkan satu dosis obat yang bervariasi hingga 180 gram. Beberapa orang menerimanya dalam keadaan perut kosong, ada pula yang setelah makan.

    Hasilnya semua pil dapat ditolerasi dengan baik. Termasuk tidak ada efek pada farmakokinetiknya.

    Pada dosis tertingginya, para peneliti mencatat juga tidak berdampak pada detak jantung, kadar testosteron, biomarker inflamasi, kadar hormon untuk kesuburan, hasrat seksual dan suasana hati.

    “Studi pertama kami pada manusia ini memperkuat profil keamanan YCT-529. Studi juga menunjukkan pil untuk pria tidak terdampak hasrat atau suasana hati seksual,” kata penjulis utama dan kepala bagian sains Yourchoice Therapeutics, Nadja Mannowetz, dikutip dari IFL Science, Senin (4/8/2025).

    Cara kerja YCT-529 adalah dengan memblokir protein, reseptor asam retinoat alfa (RAR-α). Ini juga akan mengikat asam retinoat atau turunan vitamin A serta berperan dalam perkembangan sperma.

    Dengan begitu, obat akan menghambat produksi sperma tanpa menimbulkan efek samping.

    “Ini memperkuat kemampuan kami mengembangkan pil KB yang bebas hormon pertama untuk pria yang efisien dan secepat mungkin agar dapat memenuhi permintaan yang terus mengalami peningkatan,” dia menjelaskan.

    Penelitian telah melewati uji coba pada hewan. Kini akan melanjutkannya ke uji coba Fase 2 terkait keamanna dan perubahan parameter sperma.

    CEO Yourchoice Therapeutics, Akash Bakshi mengatakan inovasi terkait kontrasepsi pria sudah lama dinantikan. Sejumlah studi dan survei juga menunjukkan pria ingin berbagi soal pencenagahan mereka.

    “Membuat YCT-529 dapat menjadi transformasi bagi segmen layanan kesehatan yang stagna pada lebih dari satu setengah abad,” kata Bakshi.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]