Produk: protein

  • Harga Pangan Selasa (12/8): Beras Masih Mahal, Cabai dan Bawang Turun

    Harga Pangan Selasa (12/8): Beras Masih Mahal, Cabai dan Bawang Turun

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga rata-rata beras premium masih mahal atau di atas harga acuan di tingkat konsumen meski mencatatkan penurunan pada Selasa (12/8/2025) ke level Rp15.962/kg dari posisi hari sebelumnya yang menembus Rp16.054/kg.

    Berdasarkan Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 08.00 WIB, meski terjadi penurunan harga untuk beras premium, tetapi angka tersebut masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) nasional yang senilai Rp14.900/kg.  

    Melihat secara perinci, penurunan harga beras premium nyatanya terdorong oleh penurunan harga di zona I menjadi Rp15.507/kg dari hari sebelumnya sejumlah Rp15.639/kg. Sementara di zona II dan zona III kompak naik ke angka Rp16.258/kg dan Rp18.125/kg. 

    Mengacu HET masing-masing wilayah, artinya disparitas harga riil dengan HET di zona I sebesar 4,07%, zona II sebesar 5,57%, dan zona III sebesar 14,72%. 

    Adapun, zona I mencakup wilayah Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi. Untuk zona II meliputi Sumatra selain Lampung dan Sumatra Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan, sedangkan zona III meliputi Maluku dan Papua.

    Pada panel yang sama, harga beras medium justru kompak mencatatkan peningkatan di semua wilayah. Rata-rata harga beras medium pada zona I senilai Rp14.091/kg, zona II sejumlah Rp14.050/kg, dan zona III mencapai Rp16.500/kg. 

    Untuk diketahui, HET beras medium di zona I ditetapkan sebesar Rp12.500 per kilogram, zona II senilai Rp13.100 per kilogram, dan zona III sebesar Rp13.500 per kilogram.

    Panel Harga Bapanas juga menunjukkan bahwa harga rata-rata beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog sedikit terkerek dari HET nasional Rp12.500 per kilogram menjadi Rp12.561 per kilogram di tingkat konsumen secara nasional. 

    Meski demikian, harga rata-rata beras SPHP di semua wilayah berada di bawah HET, yakni zona I adalah Rp12.396/kg, zona II senilai Rp12.779 per kilogram, dan zona III Rp13.250 per kilogram.

    Kemudian kebutuhan memasak seperti minyak goreng kemasan dibanderol dengan harga Rp20.293 per liter, minyak goreng curah Rp16.821/liter, dan MinyaKita dapat dibeli rata-rata dengan harga Rp16.898/liter. 

    Kemudian gula dan garam konsumsi masing-masing senilai Rp18.070 per kilogram dan Rp10.864/kg. 

    petani memetik cabai

    Bawang, Cabai, dan Biji-Bijian Turun

    Harga rata-rata bawang, cabai, dan biji-bijian mengalami penurunan dari hari sebelumnya. Harga cabai rawit merah di tingkat konsumen berada di dalam rentang harga acuan penjualan (HAP) nasional Rp40.000–Rp57.000 per kilogram, yakni dibanderol Rp46.429 per kilogram secara nasional.  

    Harga rata-rata cabai merah keriting juga terpantau berada di dalam rentang HAP Rp37.000–Rp55.000 per kilogram, atau dibanderol Rp38.043 per kilogram. 

    Sedangkan harga rata-rata cabai merah besar adalah Rp37.827 per kilogram di tingkat konsumen nasional. Lalu, harga rata-rata bawang putih bonggol dijual Rp36.053 per kilogram secara nasional atau berada di rentang HAP nasional Rp38.000–Rp40.000 per kilogram. 

    Di sisi lain, harga rata-rata bawang merah di tingkat konsumen melampaui HAP nasional Rp36.500–Rp41.500 per kilogram, atau dibanderol Rp47.534 per kilogram. 

    Untuk harga rata-rata kedelai biji kering impor di tingkat konsumen dibanderol Rp10.646 per kilogram dan harga jagung pakan tingkat peternak dipatok Rp6.021 per kilogram.

     

    Daging dan Ikan 

    Untuk komoditas pangan yang bersumber dari protein hewani, seperti daging ayam ras rata-rata dibanderol Rp34.528/kg naik dari hari sebelumnya yang seharga Rp34.373 per kilogram. Harga telur ayam ras juga meningkat dari Rp28.863 per kilogram di tingkat konsumen menjadi Rp29.214/kg. 

    Kenaikan harga rata-rata di tingkat konsumen juga terpantau pada ikan kembung, ikan tongkol, dan ikan bandeng masing-masing menjadi Rp41.356 per kilogram, Rp34.327 per kilogram, dan Rp33.279 per kilogram secara nasional.  

    Selain itu, harga rata-rata daging sapi murni meningkat Rp1.924/kg menjadi RpRp134.899 per kilogram. Namun, harganya berada di bawah HAP nasional Rp140.000 per kilogram. Serta, harga rata-rata daging kerbau segar lokal dan daging kerbau beku impor masing-masing adalah Rp135.769 per kilogram dan Rp110.000 per kilogram.

  • Dharma Jaya perkuat profesionalisme untuk wujudkan ketahanan pangan

    Dharma Jaya perkuat profesionalisme untuk wujudkan ketahanan pangan

    Direktur Utama Perumda Dharma Jaya, Raditya Endra Budiman. ANTARA/HO-Perumda Dharma Jaya.

    Dharma Jaya perkuat profesionalisme untuk wujudkan ketahanan pangan
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 11 Agustus 2025 – 08:37 WIB

    Elshinta.com – Perumda Dharma Jaya berkomitmen terus memperkuat profesionalisme sebagai BUMD pangan di DKI Jakarta untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kemandirian penyediaan protein hewani serta mendukung transformasi Kota Jakarta menjadi kota global yang berkelanjutan.

    “Kami terus bergerak agar menjadi perusahaan yang profesional untuk mendukung ketahanan pangan serta mendorong perekonomian berkelanjutan di Indonesia dan skala global, searah dengan visi Gubernur DKI menjadikan Jakarta sebagai kota global yang berkelanjutan,” kata Direktur Utama Perumda Dharma Jaya, Raditya Endra Budiman di Jakarta, Senin.

    Dia mengatakan profesionalisme dalam mengelola BUMD juga merupakan sebuah langkah strategis untuk memperkuat tata kelola perusahaan. Hal ini sejalan dengan arahan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung yang menekankan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan yang tersistem dengan baik di setiap BUMD Jakarta.

    Dia menyampaikan, ada tiga pilar strategis yang dilakukan perusahaan untuk mendukung ketahanan pangan di Jakarta, salah satunya ketersediaan Pasokan. Hal itu untuk menjamin ketersediaan pangan protein hewani, terutama daging sapi dan ayam, melalui kemitraan dengan peternak nasional dan impor strategis dari Australia.

    Kedua, keterjangkauan harga, yang dilakukan melalui program pangan murah bersubsidi serta melalukan bazar murah. Ketiga, perluasan jaringan distribusi baik melalui “meat shop”, hub channel, pasar tradisional, serta “platform e-commerce”, dilengkapi armada pendingin dan mobil khusus bazar (Moding). Hal ini untuk memastikan kelancaran distribusi pasokan pangan.

    “Kami terus menjaga harga tetap terjangkau bagi masyarakat di Jakarta dan memudahkan akses terhadap pangan protein hewani,” ujarnya.

    Dalam kesempatan berbeda, Asisten Perekonomian dan Keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta, Suharini Eliawati, mengatakan strategi tiga pilar tersebut merupakan formula tepat untuk menjawab tantangan pangan di Jakarta.

    Menurut dia, upaya menghadirkan pasokan daging sapi dan ayam melalui kemitraan dengan peternak nasional dan impor strategis, disertai program pangan murah bersubsidi dan bazar murah, menunjukkan keberpihakan pada kebutuhan warga, khususnya masyarakat menengah ke bawah.

    Sumber : Antara

  • Siapa Sangka, Kebiasaan Ngupil Bisa Jadi Memicu Penyakit Otak Serius

    Siapa Sangka, Kebiasaan Ngupil Bisa Jadi Memicu Penyakit Otak Serius

    Jakarta

    Sebuah studi menemukan hubungan antara kebiasaan ngupil dan peningkatan risiko demensia. Demensia adalah gangguan fungsi otak yang memicu penurunan kemampuan berpikir dan mengingat, salah satu contohnya seperti alzheimer.

    Mengupil disebut dapat memicu kerusakan jaringan dalam hidung yang membuat spesies bakteri tertentu memiliki jalur lebih mudah untuk menginfeksi otak. Otak kemudian merespons keberadaan bakteri tersebut dengan cara menyerupai tanda penyakit alzheimer.

    Penelitian dilakukan oleh ilmuwan Griffith University Australia menggunakan bakteri Chlamydia pneumoniae, yang umumnya dapat memicu pneumonia pada manusia, pada tikus uji coba. Bakteri ini juga ditemukan pada sebagian besar otak manusia yang memiliki demensia.

    Hasilnya menunjukkan bakteri dapat bergerak melalui saraf penciuman yang menghubungkan rongga hidung dengan otak. Tak hanya itu, kerusakan pada epitel hidung (lapisan rongga hidung) juga membuat infeksi pada saraf menjadi lebih parah.

    Tikus akhirnya menghasilkan lebih banyak protein amyloid-beta, protein yang dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi. Plak protein ini juga ditemukan dalam jumlah besar pada otak manusia pengidap alzheimer.

    “Kami adalah yang pertama menunjukkan bahwa Chlamydia pneumoniae dapat langsung masuk melalui hidung ke otak dan memicu patologi yang mirip penyakit Alzheimer,” kata ahli saraf Griffith University, James St John, dikutip dari Science Alert, Senin (11/8/2025).

    “Kami melihat hal ini terjadi pada model tikus, dan buktinya berpotensi menakutkan bagi manusia juga,” sambungnya.

    Dalam waktu 24-72 jam, bakteri Chlamydia pneumoniae sudah menguasai sistem saraf pusat tikus. Diperkirakan hidung bisa menjadi jalur tercepat bagi virus dan bakteri untuk menuju otak.

    Meskipun belum pasti efeknya sama pada manusia, mereka beranggapan temuan ini disebut harus diteliti lebih lanjut untuk mengetahui risikonya pada manusia.

    “Kita perlu melakukan studi ini pada manusia dan memastikan apakah jalurnya bekerja dengan cara yang sama,” kata John.

    “Ini adalah penelitian yang telah diusulkan banyak orang, tetapi belum pernah dilakukan. Yang kita ketahui adalah bakteri ini juga ada pada manusia, namun kita belum tahu bagaimana cara mereka sampai ke sana,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Aktris Korsel Kang So Ra Sukses Pangkas 20 Kg dengan ‘Puasa’ Mi Instan

    Aktris Korsel Kang So Ra Sukses Pangkas 20 Kg dengan ‘Puasa’ Mi Instan

    Jakarta

    Aktris Korea Selatan, Kang So-ra, baru-baru ini mengejutkan penggemar setelah mengungkapkan bahwa ia tidak makan mi instan selama empat tahun.

    Dikenal karena berhasil menurunkan berat badan hingga 20 kg setelah melahirkan, Kang So-ra memang menjaga pola makannya dengan sangat ketat dan disiplin.

    Dikutip dari Korea Times, dalam episode terbaru acara varietas MBC, “I’m Sunny Thank You”, Kang So-ra bersama para aktris lain menikmati mi gelas di ketinggian 1.100 meter di Gunung Beizi, China.

    Saat seorang rekannya menyebut bahwa Kang So-ra sudah tidak makan mi instan bertahun-tahun, Kang pun menjawab, “Terakhir kali saya makan adalah setelah pernikahan, jadi sudah sekitar empat tahun.”

    Alasan Kang So-ra Menghindari Mi Instan

    Rupanya, pilihan Kang So-ra untuk menjauhi mi instan didasari oleh alasan kesehatan yang kuat. Rata-rata satu bungkus mi instan mengandung antara 450 hingga 550 kilokalori, yang sebagian besar berasal dari tepung olahan dan lemak tinggi pada bumbu.

    Selain itu, kandungan sodiumnya sangat tinggi, seringkali memenuhi 70 hingga 100 persen asupan harian yang disarankan (sekitar 2.000 mg) dalam satu porsi.

    Konsumsi sodium berlebih ini dapat menyebabkan kembung, tekanan darah tinggi, dan retensi air, yang semuanya merupakan hambatan dalam penurunan berat badan. Mi instan juga dikenal miskin nutrisi penting seperti protein, serat, dan vitamin esensial.

    Cara makan mi instan dengan sehat

    Meskipun mi instan dikenal tidak sehat, para ahli gizi menyebut bahwa dengan beberapa modifikasi, mi instan masih bisa dinikmati lebih sehat, bahkan saat sedang diet.

    Kurangi Kalori dan Sodium: Gunakan hanya setengah porsi mi dan rebus secara terpisah untuk menghilangkan sebagian minyak dan garam. Bisa ganti mi instan dengan mi shirataki, mi tahu, atau mi gandum utuh.Perhatikan Bumbu: Hindari meminum kuahnya atau gunakan bumbu instan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk mengurangi asupan sodium. Bisa juga membuat saus rendah sodium sendiri dari kecap asinatau perasan lemon untuk menambah rasa.Tambahkan Nutrisi: Kunci utamanya adalah menyeimbangkan hidangan. Tambahkan topping protein seperti telur rebus, dada ayam, udang, tahu, atau sayuran berserat tinggi seperti pok choy, tauge, kol, bayam, dan paprika.

    Para ahli juga merekomendasikan untuk mengonsumsi mi instan saat makan siang daripada larut malam, serta tidak dalam keadaan perut kosong. Untuk menyeimbangkan efeknya, kurangi asupan karbohidrat pada makanan lain di hari itu dan perbanyak minum air putih untuk membantu mengeluarkan kelebihan sodium dari tubuh.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Harga Pangan Senin (11/8): Beras Premium-Medium Makin Mahal di Seluruh Wilayah

    Harga Pangan Senin (11/8): Beras Premium-Medium Makin Mahal di Seluruh Wilayah

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga rata-rata beras premium dan beras medium di tingkat konsumen masih mengalami kenaikan di semua wilayah. Secara nasional, harga beras melampaui harga eceran tertinggi (HET) pada Senin (11/8/2025).

    Berdasarkan Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 07.30 WIB, harga rata-rata beras premium secara nasional dibanderol Rp16.054 per kilogram di tingkat konsumen. Harganya naik 7,74% dari HET nasional beras premium sebesar Rp14.900 per kilogram.

    Jika diperinci, kenaikan harga beras premium terjadi di semua wilayah, yaitu di zona I dibanderol Rp15.639 per kilogram, zona II senilai Rp16.163 per kilogram, dan zona III mencapai Rp18.000 per kilogram.

    Asal tahu saja, HET beras premium di zona I semestinya dibanderol Rp14.900 per kilogram, zona I senilai Rp15.400 per kilogram, dan zona III adalah Rp15.800 per kilogram.

    Adapun, zona I mencakup wilayah Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi. Untuk zona II meliputi Sumatra selain Lampung dan Sumatra Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan, sedangkan zona III meliputi Maluku dan Papua.

    Sementara itu, harga beras medium secara rata-rata nasional juga naik dan dibanderol Rp14.087 per kilogram. Harga rata-rata beras medium naik 12,7% dari HET nasional yang ditetapkan sebesar Rp12.500 per kilogram.

    Senada, harga beras medium mengalami kenaikan di semua wilayah, yakni di zona I dibanderol Rp13.928 per kilogram, zona II senilai Rp14.076 per kilogram, dan zona III senilai Rp15.400 per kilogram.

    Untuk diketahui, HET beras medium di zona I ditetapkan sebesar Rp12.500 per kilogram, zona II senilai Rp13.100 per kilogram, dan zona III sebesar Rp13.500 per kilogram.

    Panel Harga Bapanas juga menunjukkan, harga rata-rata beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog sedikit terkerek dari HET nasional Rp12.500 per kilogram menjadi Rp12.676 per kilogram di tingkat konsumen secara nasional.

    Meski begitu, harga rata-rata beras SPHP di semua wilayah berada di bawah HET, yakni zona I adalah Rp12.367 per kilogram, zona II senilai Rp12.931 per kilogram, dan zona III Rp13.167 per kilogram.

    Berikutnya, harga rata-rata cabai rawit merah di tingkat konsumen berada di dalam rentang harga acuan penjualan (HAP) nasional Rp40.000–Rp57.000 per kilogram, yakni dibanderol Rp50.079 per kilogram secara nasional.

    Harga rata-rata cabai merah keriting juga terpantau berada di dalam rentang HAP Rp37.000–Rp55.000 per kilogram, atau dibanderol Rp41.779 per kilogram. Sedangkan harga rata-rata cabai merah besar adalah Rp44.177 per kilogram di tingkat konsumen.

    Lalu, harga rata-rata bawang putih bonggol dijual Rp38.400 per kilogram secara nasional atau berada di rentang HAP nasional Rp38.000–Rp40.000 per kilogram. Di sisi lain, harga rata-rata bawang merah di tingkat konsumen melampaui HAP nasional Rp36.500–Rp41.500 per kilogram, atau dibanderol Rp48.312 per kilogram.

    Beralih ke pangan lainnya, untuk harga rata-rata minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah masing-masing dibanderol Rp20.124 per liter dan Rp17.007 per liter secara nasional.

    Secara nasional, harga rata-rata Minyakita masih berada di atas HET Rp15.700 per liter, yakni dibanderol Rp16.923 per liter.

    Masih merujuk sumber yang sama, harga rata-rata gula konsumsi dan garam konsumsi masing-masing adalah Rp18.060 per kilogram dan Rp11.574 per kilogram. Untuk tepung terigu kemasan dan tepung terigu curah masing-masing adalah Rp12.585 per kilogram dan Rp9.683 per kilogram secara rata-rata nasional

    Untuk harga rata-rata kedelai biji kering impor di tingkat konsumen dibanderol Rp10.785 per kilogram dan harga jagung pakan tingkat peternak dipatok Rp6.090 per kilogram.

    Untuk komoditas pangan yang bersumber dari protein hewani, seperti daging ayam ras dan telur ayam ras rata-rata dibanderol Rp34.373 per kilogram dan Rp28.863 per kilogram di tingkat konsumen.

    Harga rata-rata di tingkat konsumen juga menunjukkan ikan kembung, ikan tongkol, dan ikan bandeng masing-masing adalah Rp41.306 per kilogram, Rp33.868 per kilogram, dan Rp33.761 per kilogram secara nasional.

    Selain itu, harga rata-rata daging sapi murni mencapai Rp132.975 per kilogram. Harganya berada di bawah HAP nasional Rp140.000 per kilogram. Serta, harga rata-rata daging kerbau segar lokal dan daging kerbau beku impor masing-masing adalah Rp136.667 per kilogram dan Rp109.000 per kilogram.

  • Harga Pangan 10 Agustus: Beras Kompak Turun, Kedelai – Daging Ayam Naik

    Harga Pangan 10 Agustus: Beras Kompak Turun, Kedelai – Daging Ayam Naik

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga rata-rata nasional mayoritas komoditas pangan seperti beras kompak turun pada hari ini, Minggu (10/8/2025). Meski demikian beberapa komoditas lain seperti kedelai hingga daging ayam ras berbalik naik harga.

    Mengacu pada panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada pukul 8.10 WIB, harga beras premium turun 2,21% dibandingkan dengan harga pada hari sebelumnya (9/8/2025) menjadi Rp15.894 per kilogram (Kg). 

    Kemudian, harga beras medium turun 2,53% menjadi Rp14.096 per kg dan beras Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP) turun 1,63% menjadi Rp12.468 per kg.

    Selanjutnya, harga rata-rata nasional bawang merah turun signifikan 13,13% menjadi Rp46.926 per kg pada hari ini. Diikuti harga bawang putih turun 8,18% menjadi Rp35.535 per kg.

    Aneka jenis cabai juga kompak turun pada hari ini. Perinciannya, cabai merah keriting turun 11,16% menjadi Rp39.346 per kg, cabai merah besar turun 13,23% menjadi Rp39.017 per kg dan cabai rawit merah turun 11,81% menjadi Rp46.639 per kg.

    Gula konsumsi juga mengalami tren penurunan pada hari ini. Posisinya parkir di angka Rp18.228 per kg atau turun 0,51% dibandingkan hari sebelumnya. Senada, harga garam konsumsi turut turun 1,22% menjadi Rp11.599 per kg.

    Kemudian, harga rata-rata minyak goreng kemasan turun 4,50% menjadi Rp19.899 per liter, minyak goreng curah turun 2,30% menjadi Rp17.106 per liter dan Minyakita turun 2,91% menjadi Rp17.070 per liter.

    Tepung terigu (curah) turun 5,47% menjadi Rp9.286 per kg dan tepung terigu kemasan turun 3,19% dan parkir di harga Rp12.626 per kg.

    Sementara itu, harga komoditas sumber protein seperti daging sapi murni turun 1,78% menjadi Rp133.024 per kg dan daging kerbau beku (impor luar negeri) turun 12,15% menjadi Rp93.000 per kg. 

    Berbanding terbalik, harga daging kerbau segar (lokal) justru naik 3,26% menjadi Rp146.250 per kg. Harga daging ayam ras turut mengalami kenaikan 0,67% menjadi Rp25.486 per kg.

    Meski demikian, harga telur ayam ras masih mengalami tren penurunan 4,74% menjadi Rp28.274 per kg.

    Terakhir, ikan tongkol turun tipis 0,06% menjadi Rp34.222 per kg, ikan bandeng turun 5,84% menjadi Rp32.338 per kg. Sedangkan, ikan kembung naik 0,09% menjadi Rp41.440 per kg.

  • Ini yang Terjadi pada Tubuh Jika Sarapan Pisang Setiap Hari

    Ini yang Terjadi pada Tubuh Jika Sarapan Pisang Setiap Hari

    Jakarta

    Sarapan menjadi momen yang penting untuk mengisi energi di pagi hari. Mungkin banyak orang yang memilih makanan praktis untuk sarapan dan pisang bisa menjadi pilihan karena rasanya manis, teksturnya lembut, dan praktis dibawa kemana mana.

    Lebih dari itu makan kebiasaan makan pisang juga bisa memberikan sejumlah manfaat. Dikutip dari laman Times of India, berikut hal yang terjadi pada tubuh jika mengonsumsi pisang setiap hari.

    1. Mendapatkan Energi

    Pisang kaya akan karbohidrat alami dan vitamin B, seperti B6 dan B1 yang bisa memberi dorongan energi yang cepat dan stabil. Tidak seperti camilan manis, seratnya bisa membantu memperlambat penyerapan gula dan mencegah rasa kantuk.

    2. Pencernaan Lancar

    Hanya butuh 3-5 gram serat (tergantung tingkat kematangan) yang diberikan pisang untuk membantu melancarkan buang air besar dan menenangkan perut. Pisang mentah mengandung pati resisten, sejenis serat yang berperan sebagai bahan bakar bagi bakteri baik di usus. Buah ini juga mengandung prebiotik yang berperan sebagai bahan bakar bakteri baik di usus.

    3. Tekanan Darah dan Kadar Gula Darah yang Lebih Baik

    Berkat kandungan kaliumnya yang tinggi, buah ini membantu membuang kelebihan natrium dan merelaksasikan pembuluh darah. Kalium membantu mengatur tekanan darah dan otot yang tegang, serta mengatasi stres natrium.

    Selain itu, kandungan serat dalam pisang mendukung kadar gula darah. Tubuh tidak menyerap serat sepenuhnya, sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah, seperti yang terjadi pada beberapa karbohidrat

    Sebab pisang mengandung serat larut dan pati resisten, kombinasi jenis serat ini bisa membantu mengatur kadar gula darah setelah makan.

    4. Suasana Hati yang Lebih Baik

    Pisang juga bisa meningkatkan suasana hati. Hal ini karena kandungan vitamin B6 dan triptofan, prekursor hormon bahagia serotonin dan dopamin.

    Pisang bisa menjadi penguat suasana hati tanpa efek gula berlebih yang berbahaya dalam jangka panjang. Penelitian bahkan menunjukkan potensi hubungan positif antara konsumsi pisang dan gejala depresi.

    5. Tubuh Terlindungi dari Stres Oksidatif

    Kaya akan vitamin C, mangan, dan antioksidan, pisang dapat membantu tubuh melindungi diri dari stres oksidatif haran dan mendukung sistem kekebalan tubuh yang tangguh. Pisang juga merupakan sumber karbohidrat yang baik.

    6. Mencegah Kram sebelum Berolahraga

    Pisang mengandung elektrolit yang membantu mencegah kram dan mempercepat pemulihan. Saat dikonsumsi sebelum atau sesudah berolahraga, pisang menawarkan asupan elektrolit dan karbohidrat, hingga menghidrasi tubuh. Beberapa penelitian bahkan membandingkan pisang dengan minuman olahraga untuk energi saat berolahraga.

    Adakah Kerugian dari Mengonsumsi Pisang Setiap Hari?

    Beberapa orang perlu berhati-hati ketika mengonsumsi pisang. Ketahui beberapa alasannya berikut ini.

    1. Lonjakan Gula Darah bagi Sebagian Orang

    Pisang tinggi gula alami, sehingga mengonsumsinya bisa menyebabkan lonjakan darah, terutama bagi pengidap diabetes. Makan pisang bersama protein atau lemak sehat bisa membantu mencegah dan meredakan lonjakan gula darah.

    2. Tinggi Kalium

    Banyak orang yang mendapat manfaat dari kalium. Tapi, bagi orang yang memiliki penyakit ginjal atau sedang mengkonsumsi obat yang memengaruhi kadar kalium mungkin akan memberikan beban tambahan.

    Sebaiknya, perhatikan asupan kalium untuk menghindari hiperkalemia, yaitu kondisi terlalu banyak kalium dalam darah.

    3. Migrain bagi Sebagian Orang

    Kaya akan tiramin, pisang bisa memicu migrain pada sebagian orang. Jika sensitif terhadap tiramin, pisang berbintik coklat bisa memicu sakit kepala. Jadi, pilih pisang yang kurang matang.

    Halaman 2 dari 3

    (elk/kna)

  • Paru-paru Berusia 107 Tahun Ungkap Mutasi Mematikan Virus Flu Spanyol

    Paru-paru Berusia 107 Tahun Ungkap Mutasi Mematikan Virus Flu Spanyol

    Jakarta

    Genom lengkap dari strain awal virus flu Spanyol, yang menewaskan hingga 100.000 orang antara tahun 1918 dan 1920, berhasil diurutkan dari paru-paru seorang pemuda yang meninggal akibat penyakit tersebut.

    Dalam sebuah studi baru yang dipublikasikan di BMC Biology, para peneliti menemukan virus tersebut memiliki mutasi yang meningkatkan kemampuannya menginfeksi sel manusia dan secara signifikan memperbesar tingkat fatalitasnya, bahkan pada awal pandemi.

    Wabah global tersebut tetap menjadi pandemi virus influenza A (IAV) paling mematikan dalam sejarah. Namun, para ilmuwan menghadapi tantangan besar saat mempelajarinya, sebab materi genetik IAV berupa RNA, yang jauh lebih cepat terurai dibandingkan DNA. Selain itu, semua sampel jaringan yang ada diawetkan dalam formalin, sehingga tidak cocok untuk analisis RNA.

    Namun, dengan menggunakan protokol pengurutan RNA yang baru, para peneliti sukses mengekstrak dan menganalisis informasi genetik virus dari paru-paru yang diawetkan milik seorang pemuda 18 tahun yang meninggal di Zurich pada 15 Juli 1918. Ia menjadi korban dari strain awal patogen ini selama gelombang pertama pandemi.

    “Ini adalah pertama kalinya kami memiliki akses ke genom influenza dari pandemi 1918-1920 di Swiss,” kata penulis studi Verena Schünemann dikutip dari IFL Science.

    Studi ini menemukan fakta mengejutkan: tiga dari mutasi mematikan tersebut sudah ada pada strain yang beredar di Swiss sejak awal pandemi. Padahal, para ahli sebelumnya menduga virus baru menjadi sangat mematikan pada gelombang kedua.

    Kemampuan menghindari imun

    Para peneliti menemukan, dua dari mutasi yang teridentifikasi membantu virus menghindari protein antivirus utama yang merupakan bagian dari sistem kekebalan manusia, yang dikenal sebagai human myxovirus resistance protein 1 (MxA). Ini memungkinkan patogen tersebut mengatasi respons kekebalan kritis tubuh terhadap virus flu.

    Selain itu, adaptasi lain mengubah bentuk protein permukaan yang disebut hemaglutinin. Perubahan ini meningkatkan kemampuan IAV untuk mengikat reseptor pada sel manusia, sama seperti cara SARS-CoV-2 menargetkan reseptor ACE2 untuk masuk ke sel kita.

    Menurut para peneliti, sampel dari paru-paru pemuda itu adalah satu-satunya genom gelombang pertama dengan mutasi-mutasi ini. Mereka menyimpulkan bahwa mutasi ini memberikan keunggulan pada strain tersebut, karena semua genom gelombang kedua yang dianalisis juga membawa mutasi serupa.

    “Ini membuka wawasan baru tentang dinamika bagaimana virus beradaptasi di Eropa pada awal pandemi,” tutup peneliti.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Ini Pola Makan Warga Jepang yang Bikin Panjang Umur, Bisa Ditiru!

    Ini Pola Makan Warga Jepang yang Bikin Panjang Umur, Bisa Ditiru!

    Jakarta

    Ikan seperti salmon dan tuna telah menjadi sorotan karena manfaat kesehatannya. Tapi, bukti terbaru menunjukkan bahwa ikan yang ada di tingkat rantai makanan yang lebih rendah juga memiliki banyak manfaat.

    Salah satu manfaatnya adalah menurunkan risiko kematian. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian di Jepang.

    Pola Makan yang Bikin Panjang Umur

    Sebuah studi di Jepang yang diterbitkan dalam jurnal Public Health Nutrition menemukan hubungan signifikan antara mengonsumsi ikan kecil, dari tulang hingga kepala dan penurunan risiko kematian pada perempuan.

    Dikutip dari laman Health, penulis utama dan profesor Madya di Fakultas Kedokteran Universitas Nagoya di Jepang mengatakan bahwa penelitian sebelumnya sudah menunjukkan bahwa asupan ikan secara umum mempunyai efek perlindungan terhadap kesehatan. Akan tetapi, penelitian terbaru ini berfokus pada efek khusus dari mengonsumsi ikan kecil.

    “Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan efek perlindungan dari asupan ikan terhadap hasil kesehatan, termasuk risiko kematian. Namun, hanya sedikit penelitian yang berfokus pada efek asupan ikan kecil secara khusus terhadap hasil kesehatan,” dr Chinatsu Kasahara.

    Menurutnya, kaitan antara konsumsi ikan kecil dan penurunan risiko kematian pada perempuan menegaskan pentingnya makanan padat nutrisi ini dalam pola masyarakat. Meski studi terbatas di Jepang, para peneliti yakin hasilnya bisa diekstrapolasi ke ke populasi global.

    “Meskipun temuan kami hanya di kalangan orang Jepang, temuan ini juga penting bag warga lain,” kata Kasahara.

    Hubungan antara Ikan Kecil dan Umur Panjang

    Makan ikan kecil sudah umum di Jepang. Hal ini juga dilakukan oleh Kasahara sejak kecil.

    “Sekarang saya memberi ikan-ikan ini kepada anak-anak saya,” kata peneliti tersebut.

    Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi ikan kecil dan kematian, studi ini melibatkan 80.802 partisipan di Jepang yang berusia 35 hingga 69 tahun. Ada sebanyak 34.555 pria dan 46.247 wanita.

    Mereka menggunakan kuesioner frekuensi makanan untuk menganalisis pola makan peserta. Fokusnya yaitu apakah dan seberapa sering mereka mengkonsumsi ikan kecil seperti kapelin Atlantik, Japanese smelt, hingga sarden kering kecil. Ada kelompok yang jarang mengonsumsi, tiga kali sebulan, satu hingga dua kali seminggu, dan lebih dari tiga kali seminggu.

    Selama periode sembilan tahun, ada sebanyak 2.482 partisipan meninggal dunia, termasuk 1.495 karena kanker. Setelah menyesuaikan faktor-faktor usia, indeks massa tubuh (BMI), konsumsi alkohol, dan frekuensi merokok, para peneliti menemukan korelasi signifikan antara asupan ikan kecil secara teratur di kalangan wanita dan kurangnya risiko terkait kanker.

    Hasil penelitian menunjukkan, perempuan yang mengonsumsi ikan kecil satu kali sebulan memiliki risiko kematian akibat semua penyebab sebesar 32 persen lebih rendah, dan peluang kematian akibat kanker sebesar 28 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak rutin mengonsumsi ikan kecil.

    Mereka yang mengonsumsi ikan kecil satu hingga dua kali seminggu atau tiga kali atau lebih seminggu memiliki risiko kematian akibat semua penyebab sebesar 28 persen dan 31 persen lebih rendah, serta peluang kematian akibat kanker sebesar 29 persen dan 36 persen lebih rendah.

    Data mengungkapkan tren serupa pada pria, tapi hubungan antara konsumsi ikan kecil dan risiko kematian yang lebih rendah, secara statistik tidak signifikan. Alasannya tidak diketahui secara jelas bagi para peneliti. Tapi, mereka berhipotesis bahwa salah satunya mungkin disebabkan oleh ukuran sampel pria yang lebih kecil dalam penelitian.

    Manfaat Ikan Kecil

    Ikan kecil padat nutrisi, terutama karena biasanya dimakan utuh. Kepala, tulang, dan organ ikan kecil kaya akan kalsium, vitamin D, dan vitamin A.

    Menurut ahli diet olahraga di Miami, Florida, Roxana Ehsani, RD, mengatakan, ikan yang lebih kecil seperti sarden dan ikan teri juga merupakan sumber nutrisi yang kaya seperti asam lemak omega-3 dan protein.

    Ikan kecil mengandung makronutrien yang terbukti mendukung kesehatan tulang, kekebalan tubuh, jantung, otot, kulit, dan metabolisme. Makronutrien juga bisa mengurangi peradangan tubuh, yang jika kronis bisa meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes, penyakit jantung dan asma.

    (elk/kna)

  • Pentingnya Nutrisi saat Hamil dan Menyusui, Cegah Stunting Sejak Dini

    Pentingnya Nutrisi saat Hamil dan Menyusui, Cegah Stunting Sejak Dini

    Jakarta

    Stunting masih menjadi tantangan kesehatan serius di Indonesia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting berada di angka 21,5 persen. Tahun 2024, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, menunjukkan adanya penurunan prevalensi stunting menjadi 19,8 persen.

    Meski turun dibanding tahun sebelumnya, stunting di beberapa provinsi masih menjadi persoalan. Berikut 10 provinsi dengan prevalensi stunting di atas angka nasional:

    Nusa Tenggara Timur: 37 persenSulawesi Barat: 35,4 persenPapua Barat Daya: 30,5 persenNusa Tenggara Barat: 29,8 persenAceh: 28,6 persenMaluku: 28,4 persenKalimantan barat: 26,8 persenSulawesi Tengah: 26,1 persenSulawesi Tenggara: 26,1 persenPapua Selatan: 25,7 persen

    Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga berpengaruh terhadap perkembangan otak, daya tahan tubuh, hingga kualitas hidup jangka panjang.

    Studi tahun 2021 yang dipublikasikan di jurnal Gaceta Sanitaria berjudul ‘Role of Maternal in Preventing Stunting: A Systematic Review’ menekankan, upaya pencegahan dan penanganan stunting harus terus dioptimalkan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai konsekuensi jangka pendek maupun jangka panjang yang ditimbulkan oleh stunting.

    Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, keterlambatan perkembangan kognitif, gangguan pertumbuhan fisik, serta gangguan metabolisme dalam tubuh. Sementara dalam jangka panjang, dampaknya meliputi penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar, rendahnya sistem kekebalan tubuh yang membuat anak lebih rentan terhadap penyakit, serta peningkatan risiko penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, gangguan kardiovaskular, kanker, stroke, hingga disabilitas pada usia lanjut.

    “Konsekuensi ini sejalan dengan stunting yang terjadi pada masa bayi dan anak usia dini, yang berdampak pada peningkatan angka morbiditas, rendahnya fungsi kognitif dan prestasi akademik di masa anak-anak, peningkatan risiko kematian perinatal dan kematian dini pada perempuan, hingga menurunnya produktivitas dan pendapatan saat dewasa,” demikian tulis para peneliti.

    Kebutuhan Nutrisi Selama Hamil-Menyusui

    Adapun salah satu fondasi utama untuk mencegah stunting adalah pemenuhan kebutuhan gizi sejak masa kehamilan dan menyusui.

    Studi tahun 2017 berjudul ‘Assessment of the Nutrient Intake and Micronutrient Status in the First Trimester of Pregnant Women in Jakarta’ yang dipublikasikan di Medical Journal of Indonesia mengungkapkan sebagian besar Ibu hamil di Jakarta memiliki asupan energi dan nutrisi maternal yang rendah. Studi ini juga menyebut, gizi Ibu sebelum dan selama kehamilan sangat penting untuk hasil kehamilan yang sehat.

    Trimester pertama merupakan periode yang paling krusial karena pada 13 minggu pertama ini terjadi proses konsepsi, implantasi, dan organogenesis. Kekurangan makro dan mikronutrien berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan Ibu maupun janin.

    Status gizi yang kurang optimal telah terbukti dapat menyebabkan keguguran, gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan (intrauterine growth restriction), preeklampsia, infeksi, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan anemia. Selain itu, kondisi ini juga meningkatkan risiko kematian Ibu dan bayi baru lahir.

    Gizi Ibu juga berdampak besar terhadap kesehatan jangka panjang anak, termasuk dalam proses ‘pemrograman’ penyakit tidak menular. Berbagai studi telah membuktikan, 1.000 hari pertama kehidupan (selama kehamilan dan dua tahun pertama setelah lahir) merupakan periode krusial untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

    “Asupan gizi yang baik dan pertumbuhan yang sehat pada periode ini akan memberikan manfaat jangka panjang sepanjang hidup,” tulis para peneliti.

    Pentingnya Nutrisi saat Hamil dan Menyusui, Cegah Stunting Sejak Dini Foto: infografis detikHealth

    Pentingnya Protein

    Senada, Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof Dr dr Yudi Mulyana Hidayat, SpOG(K)-Onk, menegaskan kebutuhan gizi, khususnya protein, meningkat signifikan selama masa kehamilan.

    Protein berperan penting dalam menunjang pertumbuhan janin, termasuk perkembangan otak dan tubuh bayi. Kekurangan asupan protein dapat menghambat tumbuh kembang janin, bahkan berdampak jangka panjang terhadap kualitas hidup anak di masa mendatang.

    Sayangnya, sebagian besar Ibu hamil di Indonesia masih menghadapi tantangan gizi. Menurut Prof Yudi, sekitar 80 persen Ibu hamil mengalami anemia. Kondisi ini mengindikasikan kekurangan sel darah merah yang seharusnya membawa oksigen dan nutrisi penting dari Ibu ke janin. Ketika suplai darah terganggu, pertumbuhan janin pun ikut terhambat, yang dapat berujung pada kelahiran bayi dengan berat badan rendah atau kondisi stunting.

    “Kalau asupan ini (protein) kurang ya tentu tapi pertumbuhan bayinya jadi terhambat. Perkembangan otaknya juga terhambat,” ucapnya saat berbincang dengan detikcom, Senin (21/7/2025).

    “Jadi artinya apa? Kita harus sadar Ibu hamil banyak yang kekurangan darah, kekurangan protein, dan sebagainya. Ditambah lagi dia harus berbadan dua. Berbadan dua berarti apa? Harus lebih banyak. Itu yang harus kita sadari bersama. Sehingga betul-betul memperhatikan apa yang dimakan oleh bayi kita supaya bayi bisa lebih baik,” ucapnya lagi.

    Oleh karena itu, Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang, termasuk sumber protein. Menurut laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO), jenis makanan protein seperti daging, telur, dan susu menawarkan sumber penting nutrisi yang sangat dIbutuhkan yang tidak dapat dengan mudah diperoleh dari makanan nabati.
    Ini sangat penting selama tahap-tahap kehidupan utama seperti kehamilan dan menyusui, masa kanak-kanak, remaja dan usia yang lebih tua.

    Meski begitu, asupan protein yang cukup didefinisikan sebagai kemampuan protein dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, yang tidak hanya bergantung pada jumlah protein yang disediakan, tetapi juga pada kualitas protein dalam hal keseimbangan asam amino esensial dan tingkat kecernaannya.

    Menurut studi 2016 yang dipublikasikan di jurnal Animal yang berjudul ‘An Approach to Including Protein Quality When Assessing the Net ContrIbution of Livestock to Human Food Supply’, FAO mengusulkan skor asam amino esensial tercerna Digestible Indispensable Amino Acid Score (DIAAS) sebagai metode yang disukai untuk menggambarkan kualitas protein makanan. Metode ini akan menggantikan PDCAAS (Protein Digestibility-Corrected Amino Acid Score) yang telah digunakan selama lebih dari 20 tahun untuk menilai kualitas protein.

    Skor asam amino didefinisikan sebagai rasio antara kandungan asam amino esensial terbatas dalam protein uji terhadap kandungan asam amino yang sama dalam protein acuan. Dalam metode PDCAAS, skor asam amino dikoreksi menggunakan kecernaan nitrogen berdasarkan feses (true fecal nitrogen digestibility), sedangkan dalam DIAAS, digunakan kecernaan asam amino di ileum (bagian akhir usus halus) untuk setiap asam amino esensial (true ileal digestibility).

    Dari segi mutu, protein hewani secara umum memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan protein nabati. Protein hewani juga berkontrIbusi besar terhadap pasokan protein bagi manusia di seluruh dunia.

    Mengacu pada tabel dalam studi tersebut, whole milk powder atau susu bubuk utuh memiliki nilai DIAAS (Digestible Indispensable Amino Acid Score) tertinggi, yaitu 115,9, disusul oleh daging dengan nilai 111,6. Nilai DIAAS yang tinggi menandakan protein tersebut mengandung asam amino esensial dalam jumlah memadai dan mudah dicerna serta dimanfaatkan oleh tubuh.

    Hal ini menjadi penting terutama pada masa kehamilan, ketika kebutuhan protein Ibu meningkat seiring dengan perkembangan janin dan perubahan metabolisme tubuh. Protein berkualitas tinggi sangat dIbutuhkan untuk mendukung pembentukan otak, otot, dan jaringan tubuh janin, serta menjaga kesehatan Ibu selama kehamilan.

    Sementara itu, sebuah studi di jurnal Advances in Nutrition yang berjudul ‘Effects of Milk and Dairy Product Consumption on Pregnancy and Lactation Outcomes: A Systematic Review’, mengatakan susu dan produk olahan susu paling efektif untuk meningkatkan pertumbuhan janin dan ukuran bayi baru lahir karena mengandung berbagai zat gizi seperti protein, kalsium, fosfor, kalium, yodium, vitamin B12, dan riboflavin.

    Kelompok makanan ini secara konsisten menunjukkan kepadatan zat gizi yang tinggi, yang penting selama keadaan fisiologis seperti kehamilan dan menyusui.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video CISDI: PMT Bisa Jadi Alternatif Beri Pangan Bergizi untuk Anak “
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)