Produk: protein

  • Dokter Beberkan Makanan yang Sebaiknya Dihindari, Bisa Rusak Jantung

    Dokter Beberkan Makanan yang Sebaiknya Dihindari, Bisa Rusak Jantung

    Jakarta

    Bagi banyak orang, pagi terasa kurang lengkap tanpa sarapan. Menu sarapan sering menjadi sumber energi untuk memulai aktivitas. Namun, tidak semua pilihan sarapan aman bagi tubuh. Menurut dokter spesialis jantung Robert Segel, M.D., sarapan dengan kandungan natrium tinggi dapat perlahan merusak kesehatan jantung.

    Natrium tidak hanya terdapat pada sosis asin, tetapi juga ‘tersembunyi’ dalam menu yang tidak terasa asin, seperti roti dan kue kering. Mengingat penyakit kardiovaskular menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia, penting untuk meninjau kembali menu sarapan sebelum memulai hari yang padat.

    1. Meningkatkan Tekanan Darah

    “Asupan natrium yang tinggi menyebabkan retensi cairan, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan risiko gagal jantung,” kata Segel, dikutip dari Eating Well, Jumat (15/8/2025).

    Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan pola makan tinggi natrium memiliki risiko 19 persen lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dibanding mereka yang membatasi asupan natrium. Kelebihan natrium dapat mengganggu sistem pengatur tekanan darah (renin-angiotensin) dan membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.

    American Heart Association (AHA) merekomendasikan konsumsi natrium tidak lebih dari 1.500 mg per hari, jauh di bawah rata-rata konsumsi masyarakat yang mencapai lebih dari 3.300 mg.

    2. Mengandung Tinggi Lemak Jenuh

    Daging olahan seperti sosis tidak hanya mengandung natrium tinggi, tetapi juga lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Kombinasi ini tentu bisa berdampak serius bagi jantung. Sebuah studi menemukan, konsumsi lebih dari 5 ons daging olahan per minggu dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 46 persen.

    Sebagai gantinya, pilih sumber protein yang minim proses dan lebih sehat, seperti telur, yogurt tawar, atau tuna.

    3. Terkait dengan Diabetes Tipe 2

    Pengidap diabetes memiliki risiko penyakit jantung dua kali lipat akibat kadar gula darah tinggi yang terus-menerus dapat merusak pembuluh darah. Menjaga kadar gula darah tetap stabil menjadi salah satu cara penting melindungi kesehatan jantung.

    Tak hanya makanan manis seperti donat atau kue kering, pola makan tinggi natrium juga berisiko meningkatkan kemungkinan terkena diabetes. Sebuah penelitian menemukan orang dengan asupan natrium tertinggi memiliki risiko 80 persen lebih besar mengalami diabetes dibanding mereka yang konsumsi natriumnya paling rendah.

    4. Rendah Serat

    Serat yang terdapat dalam buah, sayur, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan biji-bijian memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan pencernaan sekaligus melindungi jantung dan mengurangi risiko diabetes. Sayangnya, sebagian besar orang tidak mencapai kebutuhan serat harian yang disarankan, yaitu sekitar 28 gram.

    Daging olahan tidak mengandung serat sama sekali. Sementara banyak roti, bagel, dan kue panggang juga rendah serat, kecuali dibuat dari biji-bijian utuh dalam jumlah besar.

    Semua jenis serat bermanfaat, tetapi serat larut paling efektif untuk kesehatan jantung karena dapat mengikat kolesterol di usus dan membuangnya melalui tinja. Untuk sarapan, pilih sumber serat larut seperti oatmeal dan buah-buahan, termasuk apel, pir, pisang, dan jeruk.

    Kurangi Risiko Penyakit Jantung dengan Makan Sehat

    Mengonsumsi beragam jenis makanan bermanfaat bagi kesehatan dan dapat membantu menurunkan risiko penyakit, termasuk penyakit jantung. Usahakan untuk mengonsumsi makanan dari lima kelompok pangan dalam jumlah yang disarankan. Cara ini tidak hanya membantu mempertahankan pola makan yang sehat dan bervariasi, tetapi juga memastikan tubuh mendapatkan nutrisi penting.

    Heart Foundation merekomendasikan:

    Mengonsumsi banyak sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian utuh.Memilih beragam sumber protein sehat, terutama ikan dan makanan laut, kacang-kacangan (seperti buncis dan lentil), kacang, serta biji-bijian. Telur dan unggas rendah lemak dalam jumlah terbatas juga dapat menjadi bagian dari pola makan sehat untuk jantung. Jika memilih daging merah, pastikan rendah lemak, tidak diproses atau diproses seminimal mungkin, dan batasi konsumsinya 1-3 kali per minggu.Mengonsumsi susu, yogurt, dan keju tanpa rasa. Bagi yang memiliki kadar kolesterol tinggi, pilihlah produk susu rendah lemak.Memilih sumber lemak sehat, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, alpukat, zaitun, dan minyak zaitun untuk memasak.Menggunakan rempah dan bumbu alami untuk memberi rasa, sebagai pengganti garam tambahan.

    Perhatikan pula jumlah makanan yang dikonsumsi. Porsi makan yang terlalu besar, terutama dari makanan tidak sehat, dapat menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Idealnya, piring sehat terdiri dari 1/4 protein,1/4 karbohidrat, dan 1/2 sayuran.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Dokter Beberkan Kebiasaan Pagi yang Ternyata Bisa Merusak Jantung

    Dokter Beberkan Kebiasaan Pagi yang Ternyata Bisa Merusak Jantung

    Jakarta

    Salah satu kebiasaan pagi yang tidak boleh terlewatkan adalah sarapan. Ada kebiasaan sarapan yang ternyata dapat membahayakan kesehatan jantung.

    Spesialis jantung Dr Robert Segel, MD, mengungkapkan sarapan dengan menu yang tinggi garam perlahan dapat merusak jantung. Kandungan natrium (sodium) bukan hanya terkandung dalam sosis, tetapi bisa juga pada makanan yang tidak terasa asin, seperti roti, bagel, muffin, dan pastry.

    “Asupan natrium tinggi menyebabkan retensi cairan, meningkatkan tekanan darah, dan memicu risiko gagal jantung,” terang Dr Segel yang dikutip dari Eating Well.

    Sebuah penelitian menunjukkan orang yang mengonsumsi natrium tinggi dapat berisiko 19 persen lebih besar terkena penyakit kardiovaskular. Sebagai rekomendasi, American Heart Association membatasi konsumsi natrium tidak lebih dari 1.500 mg per hari.

    Jumlah itu jauh di bawah rata-rata konsumsi masyarakat yang mencapai lebih dari 3.300 mg. Produk daging olahan seperti sosis bukan hanya tinggi garam, tetapi juga tinggi lemak jenuh yang bisa meningkatkan kolesterol jahat.

    Studi menunjukkan mengonsumsi lebih dari 140 gram daging olahan per minggu dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 46 persen. Selain itu, pola makan tinggi garam juga dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2.

    Penelitian menemukan bahwa konsumsi natrium tertinggi dapat meningkatkan risiko diabetes hingga 80 persen dibanding orang yang rendah mengonsuminya. Diabetes sendiri dapat melipatgandakan risiko penyakit jantung.

    Banyak menu sarapan yang dikonsumsi rendah serat. Padahal, serat terutama serat larut membantu menurunkan kolesterol tinggi dan melindungi jantung.

    Beberapa contohnya seperti oatmeal dan buah-buahan, misal apel, pir, pisang, dan jeruk. Makanan-makanan tersebut merupakan sumber serat larut yang baik untuk kesehatan kardiovaskular.

    Untuk menjaga kesehatan jantung, ahli gizi merekomendasikan beberapa cara, yakni:

    Minum air putih sebelum kopi untuk membantu sirkulasi dan tekanan darah.Tambahkan serat minimal 5 gram di menu sarapan.Pilihlah protein berkualitas tinggi, seperti telur, plain yogurt, atau keju rendah garam.Batasi konsumsi gula tambahan demi mengurangi risiko stroke dan gagal jantung.Bergerak ringan sekitar 10-15 menit di pagi hari, untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol.Luangkan waktu sejenak untuk menenangkan diri dan mengelola stres.Cobalah untuk berjemur di pagi hari, sebab paparan sinar matahari pagi dapat membantu menurunkan tekanan darah malam hari.

    Dr Segel menekankan mengurangi konsumsi garam pada sarapan dan mengkombinasikannya dengan kebiasaan sehat lain, dapat membantu melindungi jantung dalam jangka yang panjang.

    “Memulai hari dengan nutrisi yang tepat, tubuh rutin bergerak, dan pikiran tenang adalah investasi kesehatan terbaik,” pungkasnya.

    (sao/naf)

  • APPDI dan APPHI minta pemerintah merealisasikan izin impor daging

    APPDI dan APPHI minta pemerintah merealisasikan izin impor daging

    Para pelaku usaha sudah menjalani proses sesuai prosedur yang berlaku. Namun, sampai kini izin impor daging sapi reguler yang diharapkan belum juga dikeluarkan.

    Jakarta (ANTARA) – Asosiasi Pengusaha dan Pengolahan Daging Indonesia (APPDI) dan Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia (APPHI) meminta pemerintah untuk merealisasikan izin impor daging, karena hingga saat ini mereka kesulitan mengimpor sisa kuota 100.000 ton impor daging akibat lambannya proses perizinan.

    Proses perizinan tersebut menurut Direktur Eksekutif APPDI Teguh Boediyana, yakni lambannya proses pengeluaran Laporan Hasil Verifikasi dan Rekomendasi Kuota (LHVRK) di Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk ditindaklanjuti menjadi Surat Persetujuan Impor (SPI) di Kementerian Perdagangan (Kemendag).

    “Ini sudah masuk semester II dan bulan ke-8 (Agustus). Padahal, impor butuh waktu,” ujar Teguh dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, keterlambatan pemberian izin impor daging sapi yang sudah digariskan pemerintah melalui neraca komoditas tidak hanya merugikan pengusaha, tapi juga konsumen.

    Implikasi lebih jauh, katanya lagi, jika industri kuliner yang memiliki kebutuhan besar tidak mendapat bahan baku, seperti hotel, restoran dan katering (horeka), maka nasib pegawai pun terancam pemutusan hubungan kerja (PHK).

    Teguh mengingatkan dalam Sarasehan Ekonomi di Jakarta, 8 April 2025, Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan kepada para pembantunya agar menghilangkan kuota-kuota impor, terutama komoditas yang menyangkut hidup orang banyak, misalnya daging.

    Namun, katanya lagi, sampai saat ini belum ada aksi nyata dari para pembantu Presiden untuk menjalankan instruksi tersebut, bahkan sebaliknya kebijakan kuota impor daging sapi yang tersisa 100.000 ton, dari kebijakan awal 180.000 ton, prosesnya seret, seperti dihambat.

    Dia menyatakan kelambatan terjadi terutama perolehan LHVRK yang dikeluarkan Bapanas untuk bisa memperoleh SPI di Kemendag.

    Selain itu, katanya pula, perusahaan yang telah memperoleh evaluasi dari Bapanas juga mengalami hambatan di Kemendag, karena izin belum diterbitkan dan melawati batas waktu yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku.

    Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia (APPHI) Marina Ratna DK menambahkan lambatnya proses pengurusan izin impor terbukti dari 86 perusahaan yang mengajukan impor, hanya separuhnya yang sudah mendapatkan izin.

    Dari anggota asosiasi APPDI dan APPHI, ujarnya lagi, masih ada 26 pelaku usaha yang belum dikeluarkan SPI-nya, 17 terhenti di Kemendag dan 9 di Bapanas.

    Selain itu, menurut dia lagi, perusahaan yang mendapat SPI pun tergolong kecil volumenya berkisar 200 sampai 600 ton.

    “Para pelaku usaha sudah menjalani proses sesuai prosedur yang berlaku. Namun, sampai kini izin impor daging sapi reguler yang diharapkan belum juga dikeluarkan,” katanya lagi.

    Padahal, waktu yang tersisa tinggal beberapa bulan, ujarnya pula, jika masih ada hambatan-hambatan yang segera tidak dituntaskan pasti akan berdampak negatif terhadap proses importasi daging dan ini akan memberi efek berantai.

    Pewarta: Subagyo
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tanpa Disadari Picu Batu Ginjal

    6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tanpa Disadari Picu Batu Ginjal

    Jakarta

    Seorang pria berusia 35 tahun di Vietnam memiliki ratusan batu ginjal. Pasien yang tidak disebutkan namanya tersebut, diketahui sering begadang, jarang minum air putih, suka minuman manis, dan kurang bergerak.

    Dikutip dari Healthline, beberapa kebiasaan pria di atas memang dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Gaya hidup yang kurang baik memang berperan dalam kondisi ini.

    Untuk diketahui, batu ginjal adalah endapan keras yang terbuat dari mineral dan garam yang terbentuk di saluran kemih.

    Berikut kebiasaan sehari-hari yang tanpa disadari dapat memicu munculnya batu ginjal.

    1. Tidak Minum Cukup Air

    Banyak orang yang terkena batu ginjal adalah karena tidak mengonsumsi air putih yang cukup. Mereka yang kurang minum maka produksi urinenya akan rendah, sehingga akan susah dalam melarutkan garam penyebab batu.

    2. Pola Makan Tinggi Garam

    Mereka yang memiliki pola makan tinggi natrium akan meningkatkan risiko terkena batu ginjal. Ini karena garam yang terlalu tinggi dalam urine dapat mencegah kalsium diserap kembali dari urine ke darah.

    3. Pola Makan Tinggi Protein Hewani

    Makanan tinggi protein hewani seperti daging sapi, daging unggas, hingga ikan bersifat asam, ini dapat meningkatkan tingkat keasaman dari urine. Kadar keasaman urine yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal.

    4. Doyan Makan dan Minum Manis

    Makanan atau minuman tinggi gula dapat meningkatkan jumlah kalsium dalam ginjal. Pola makan yang kurang baik ini dapat berkontribusi terhadap pembentukan batu ginjal.

    5. Malas Gerak (Mager)

    Sedentary lifestyle atau mager (males gerak) juga berkontribusi pada pembentukan batu ginjal.

    “Kalau tiap hari duduk di depan komputer, nonton TV, main HP, nggak pernah olahraga, itu secara evidence based memang ada faktor timbul batu lebih tinggi,” kata spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    6. Menahan Pipis

    Dikutip dari Medical News Today, menahan buang air bisa memicu munculnya batu ginjal. Terlebih pada mereka yang memiliki kandungan mineral tinggi di urine. Seperti yang diketahui, urine sendiri mengandung mineral seperti asam urat dan kalsium oksalat.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • 6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tanpa Disadari Picu Batu Ginjal

    6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tanpa Disadari Picu Batu Ginjal

    Jakarta

    Seorang pria berusia 35 tahun di Vietnam memiliki ratusan batu ginjal. Pasien yang tidak disebutkan namanya tersebut, diketahui sering begadang, jarang minum air putih, suka minuman manis, dan kurang bergerak.

    Dikutip dari Healthline, beberapa kebiasaan pria di atas memang dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Gaya hidup yang kurang baik memang berperan dalam kondisi ini.

    Untuk diketahui, batu ginjal adalah endapan keras yang terbuat dari mineral dan garam yang terbentuk di saluran kemih.

    Berikut kebiasaan sehari-hari yang tanpa disadari dapat memicu munculnya batu ginjal.

    1. Tidak Minum Cukup Air

    Banyak orang yang terkena batu ginjal adalah karena tidak mengonsumsi air putih yang cukup. Mereka yang kurang minum maka produksi urinenya akan rendah, sehingga akan susah dalam melarutkan garam penyebab batu.

    2. Pola Makan Tinggi Garam

    Mereka yang memiliki pola makan tinggi natrium akan meningkatkan risiko terkena batu ginjal. Ini karena garam yang terlalu tinggi dalam urine dapat mencegah kalsium diserap kembali dari urine ke darah.

    3. Pola Makan Tinggi Protein Hewani

    Makanan tinggi protein hewani seperti daging sapi, daging unggas, hingga ikan bersifat asam, ini dapat meningkatkan tingkat keasaman dari urine. Kadar keasaman urine yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal.

    4. Doyan Makan dan Minum Manis

    Makanan atau minuman tinggi gula dapat meningkatkan jumlah kalsium dalam ginjal. Pola makan yang kurang baik ini dapat berkontribusi terhadap pembentukan batu ginjal.

    5. Malas Gerak (Mager)

    Sedentary lifestyle atau mager (males gerak) juga berkontribusi pada pembentukan batu ginjal.

    “Kalau tiap hari duduk di depan komputer, nonton TV, main HP, nggak pernah olahraga, itu secara evidence based memang ada faktor timbul batu lebih tinggi,” kata spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    6. Menahan Pipis

    Dikutip dari Medical News Today, menahan buang air bisa memicu munculnya batu ginjal. Terlebih pada mereka yang memiliki kandungan mineral tinggi di urine. Seperti yang diketahui, urine sendiri mengandung mineral seperti asam urat dan kalsium oksalat.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • 7 Kebiasaan Sehari-hari yang Bikin Fungsi Otak Rusak, Sebaiknya Dihindari

    7 Kebiasaan Sehari-hari yang Bikin Fungsi Otak Rusak, Sebaiknya Dihindari

    Jakarta

    Otak berperan mengatur setiap pikiran, emosi, dan tindakan. Namun, sejumlah kebiasaan sehari-hari diam-diam dapat merusak kesehatannya. Mulai dari kurang tidur, duduk terlalu lama, hingga mendengarkan musik dengan volume tinggi melalui headphone, perlahan dapat menurunkan daya ingat, konsentrasi, serta kemampuan memecahkan masalah.

    Seiring waktu, kebiasaan tersebut bahkan dapat meningkatkan risiko penyakit serius seperti demensia dan penyakit Alzheimer. Dikutip dari Times of India, berikut tujuh kebiasaan umum yang merusak otak dan penjelasan ilmiah mengenai alasan di balik bahayanya.

    1. Melewatkan Tidur Berkualitas

    Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, selama tidur nyenyak otak melakukan proses pembersihan penting, yaitu membuang racun seperti beta-amiloid, protein yang terkait dengan penyakit Alzheimer, serta menggabungkan ingatan jangka pendek ke dalam penyimpanan jangka panjang.

    Kurang tidur kronis dapat mengganggu proses ini, sehingga memicu kabut otak, memperlambat waktu reaksi, menurunkan kualitas pengambilan keputusan, dan memengaruhi suasana hati.

    Bahkan, kehilangan satu malam tidur yang cukup dapat secara signifikan mengganggu konsentrasi dan kemampuan belajar. Orang dewasa dianjurkan tidur selama 7-9 jam tanpa gangguan setiap malam.

    2. Duduk dalam Waktu Lama

    Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Frontiers, duduk selama berjam-jam dapat memperlambat sirkulasi darah, sehingga mengurangi pasokan oksigen dan nutrisi ke otak.

    Studi menunjukkan kebiasaan duduk terlalu lama berkaitan dengan perubahan struktural pada otak, khususnya di hipokampus, area yang berperan penting dalam proses pembelajaran dan memori.

    Perubahan sederhana, seperti berdiri saat menerima panggilan telepon, berjalan saat waktu istirahat, atau menggunakan meja duduk-berdiri, dapat membantu meningkatkan aliran darah dan kinerja kognitif secara signifikan.

    3. Melakukan Banyak Tugas Sekaligus

    Multitasking memaksa otak untuk terus beralih dari satu tugas ke tugas lainnya, bukan mengerjakannya secara bersamaan. Pergantian fokus yang konstan ini meningkatkan kelelahan mental, menurunkan efisiensi, dan melemahkan kemampuan menyaring informasi yang tidak relevan.

    Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat mengikis rentang perhatian dan melemahkan daya ingat. Memprioritaskan satu tugas pada satu waktu membantu mempertahankan fokus yang lebih dalam serta memperkuat kemampuan mengingat informasi.

    4. Mengonsumsi Makanan Berkualitas Buruk

    Otak menggunakan sekitar 20 persen energi tubuh, sehingga asupan nutrisi berperan penting dalam kinerjanya. Menurut studi yang dipublikasikan di Frontiers In Nutrition, pola makan tinggi makanan olahan, gula rafinasi, dan lemak tidak sehat dapat memicu peradangan serta stres oksidatif, dua faktor yang mempercepat penuaan otak.

    Sebaliknya, pola makan yang kaya makanan utuh, seperti ikan berlemak yang mengandung omega-3, sayuran berdaun hijau, beri, kacang-kacangan, dan biji-bijian, menyediakan vitamin, mineral, dan antioksidan yang membantu melindungi sel otak sekaligus meningkatkan komunikasi antar-neuron.

    5. Stres Kronis

    Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Frontiers In Nutrition, stres berkepanjangan memicu pelepasan hormon kortisol secara terus-menerus. Pada kadar tinggi, hormon ini dapat mengecilkan hipokampus dan mengganggu kemampuan otak membentuk memori baru. Stres kronis juga mengacaukan pola tidur dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.

    Strategi pengelolaan stres seperti pernapasan dalam, menulis jurnal, yoga, atau olahraga teratur tidak hanya menenangkan sistem saraf, tetapi juga meningkatkan ketahanan terhadap kelelahan mental.

    6. Isolasi Sosial

    Interaksi manusia secara rutin menstimulasi area otak yang berperan dalam pengaturan emosi, pemanggilan kembali memori, dan pemecahan masalah. Isolasi menghilangkan stimulasi ini, sehingga meningkatkan risiko depresi dan penurunan fungsi kognitif.

    Bahkan interaksi singkat setiap hari, seperti berbincang dengan tetangga atau menelepon teman, dapat membantu menjaga jalur saraf tetap aktif dan mendukung kesehatan emosional.

    7. Mendengarkan Musik Keras

    Paparan berulang terhadap musik dengan volume tinggi, terutama melalui headphone, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada pendengaran akibat rusaknya sel-sel rambut halus di telinga bagian dalam.

    Gangguan pendengaran tidak hanya memengaruhi telinga, tetapi juga memaksa otak bekerja lebih keras untuk memproses suara, sehingga menyisakan energi lebih sedikit untuk memori, konsentrasi, dan penalaran.

    Penelitian yang dipublikasikan di Alzheimer Disease & Associated Disorders An International Journal juga mengaitkan gangguan pendengaran yang tidak ditangani dengan peningkatan risiko demensia.

    Untuk melindungi pendengaran dan kesehatan otak, terapkan aturan 60/60: dengarkan pada volume tidak lebih dari 60 persen selama maksimal 60 menit secara berturut-turut.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Ingin Anak Tumbuh Cerdas? Jangan Lewatkan Nutrisi yang Tepat di Usia 0-3 Tahun

    Ingin Anak Tumbuh Cerdas? Jangan Lewatkan Nutrisi yang Tepat di Usia 0-3 Tahun

    Jakarta

    Sebagian besar struktur dan kapasitas otak terbentuk sejak dini sebelum anak berusia 3 tahun. Karenanya, nutrisi di rentang periode 0-3 tahun perlu dioptimalkan demi tumbuh kembang mereka.

    Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Wamendiktisaintek Prof Stella Christie menekankan perkembangan otak di golden periode tersebut relatif sangat cepat.

    “Gizi ini meningkatkan atau berpengaruh terhadap juga kondisi kognitif kita. Otak sebenarnya berkembang sangat cepat di 0 sampai 3 tahun. Jadi gizi-gizi yang diasup sejak di kandungan itu sudah mempengaruhi perkembangan otaknya,” tutur Prof Stella dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (18/7/2025).

    Bila tidak mendapatkan gizi yang tepat, dampak buruk yang muncul berpengaruh pada perkembangan kognitif, daya ingat, perhatian, dan kemampuan akademik di kemudian hari.

    Dampak Buruk ke Otak saat Kekurangan Nutrisi

    Mengacu jurnal ‘The Role of Nutrition in Brain Development: The Golden Opportunity of the ‘First 1000 Days’, otak terdiri dari berbagai wilayah anatomi dan proses, masing-masing memiliki lintasan perkembangan yang relatif berbeda. Sebagian besar, pertumbuhannya paling pesat terjadi dalam kandungan hingga sesaat setelah lahir.

    Mielinisasi ditemukan meningkat tajam pada usia kehamilan 32 minggu dan paling aktif dalam dua tahun pertama setelah lahir. Mielinisasi adalah proses pembentukan lapisan lemak yang disebut mielin di sekitar akson atau ‘serabut saraf’, berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf dan meningkatkan fungsi otak.

    Begitu juga dengan sistem neurotransmiter monoamin yang berperan dalam emosi, perasaan menghargai, dan suasana hati. Sistem ini mulai berkembang sejak prenatal dan terus bertumbuh cepat setidaknya hingga usia 3 tahun.

    Hal yang tidak kalah penting adalah hippocampus, pusat pengaturan memori dan pengenalan spasial. Keduanya memasuki fase pertumbuhan dalam sekitar usia kehamilan 32 minggu dan terus berkembang selama 18 bulan pertama pasca kelahiran.

    Dilanjut dengan korteks prefrontal, yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi vital dalam kemampuan multitasking anak, perkembangan bagian otak ini mulai melonjak dalam satu bulan pertama kehidupan.

    “Menjaga lintasan perkembangan setiap wilayah otak sangat penting, bukan hanya agar wilayah itu berfungsi optimal, tetapi juga agar dapat bekerja secara terkoordinasi dalam jaringan otak kompleks yang membentuk perilaku,” beber Professor of Pediatrics Michael K Georgieff di University of Minnesota School of Medicine.

    Masa Kritis Perkembangan Otak Anak

    Bila kekurangan nutrisi terjadi lebih awal, bagian hippocampus lebih mungkin terdampak dibanding korteks prefrontal. Dalam temuan riset 2020 di The Journal of Pediatrics, ketidakseimbangan antara input hippocampal dan prefrontal di sirkuit otak, juga sirkuit area tegmental ventral, bisa menyebabkan gangguan perilaku serius, bahkan salah satunya skizofrenia, gangguan mental berat.

    Karenanya, sejumlah ilmuwan saraf menekankan pentingnya memperhatikan masa kritis dan sensitif. Masa kritis adalah periode awal kehidupan ketika masalah nutrisi menyebabkan konsekuensi jangka panjang yang tidak dapat dipulihkan.

    Sementara masa sensitif menjadi periode ketika otak lebih rentan terhadap faktor lingkungan, tetapi dampaknya tidak selalu permanen. Keduanya sama-sama penting sehingga tak boleh terabaikan.

    Dari temuan tersebut, orangtua perlu memahami apa saja nutrisi yang sebaiknya diberikan pada anak, bahkan sejak awal kehamilan. Rekomendasi Kemenkes RI terkait pedoman gizi seimbang, ibu hamil setidaknya memerlukan pemenuhan gizi asam folat, protein dari kacang-kacangan, juga hati dan sayur.

    Kalsium dari susu dan ikan-ikanan, protein dari ikan, ayam, serta telur, zat besi dari daging merah tanpa lemak, terakhir vitamin D dari ikan dan jeruk.

    Komite Nutrisi dari American Academy of Pediatrics merekomendasikan nutrisi tertentu untuk perkembangan otak yang sehat pada balita, di antaranya kolin, folat, yodium, hingga zat besi. Anak juga memerlukan asam lemak tak jenuh seperti omega 3, protein, vitamin A, D, B6, B12, juga seng.

    Makanan dan Nutrisi Penting pada Anak

    Tak ada satu makanan atau ‘superfood’ yang bisa sekaligus menjamin perkembangan otak maksimal pada anak. Anak perlu mendapatkan beragam nutrisi dari sejumlah sumber makanan:

    Dalam laman University of California Los Angeles (UCLA), berikut nutrisi yang disarankan untuk anak 0-3 tahun.

    Protein dan kolin

    Nutrisi peningkat kecerdasan otak termasuk kolin, vitamin B12, dan protein. Kolin sangat penting untuk perkembangan otak normal dan dapat meningkatkan fungsi kognitif. Sumbernya bisa didapatkan dari telur. Telur kaya akan gizi dan biasanya mudah disukai anak. Dua butir telur utuh sehari mencukupi kebutuhan kolin yang dibutuhkan anak usia 8 tahun ke bawah.

    Omega 3

    Nutrisi yang tak kalah penting adalah lemak omega 3. Bisa didapatkan dari ikan dan makanan laut lain yang kaya manfaat perkembangan otak, meliputi protein, seng, zat besi, kolin, yodium, dan lemak omega-3. Namun, hindari memberi anak dengan kandungan tinggi merkuri seperti tuna dan ikan todak.

    Terlalu banyak merkuri dapat berdampak buruk pada perkembangan sistem saraf anak. Sebagai gantinya, pilihlah pangan rendah merkuri seperti udang, salmon, nila, kepiting, atau ikan kod. Anak-anak di bawah usia 3 tahun dapat mengonsumsi satu porsi 25 gram dua hingga tiga kali seminggu.

    Asam folat

    Penelitian menunjukkan anak-anak yang mendapatkan cukup asam folat cenderung memiliki kemampuan kognitif lebih baik daripada anak-anak yang tidak mendapatkannya. Menurut dokter spesialis tumbuh kembang anak dr Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH, dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), asupannya diperlukan sejak masa kehamilan hingga 2 tahun.

    “Jadi asam folat itu dibutuhkan untuk pembentukan sistem persarafan pada janin, jadi dia dibutuhkan pada ibu hamil, bahkan sebaiknya itu masa kandungan kehamilan yang di awal sekali,” pesan dr Bernie, beberapa waktu lalu.

    Bagi ibu hamil yang mungkin baru mengetahui masa kehamilannya pasca dua hingga empat pekan mengandung, tidak ada salahnya untuk langsung menambah suplementasi kebutuhan asam folat. Asam folat tidak hanya didapat dari suplemen, makanan sehari-hari juga bisa memperkaya kebutuhan kandungan tersebut, termasuk telur.

    Kacang kacangan, makanan tinggi protein, hingga sejumlah buah seperti alpukat juga kaya akan asam folat.

    “Itu kalau hamil harus sudah tercukupi dulu asam folatnya. Banyak sebenarnya pengganti asam folat, dari makanan sehari-hari, seperti telur, itu juga cukup, intinya kebutuhan asam folat wajib terpenuhi,” sambung dia.

    Zat besi

    Zat besi sangat penting bagi anak, karena berperan dalam mendukung kecerdasan otak anak. Minimnya asupan zat besi, memicu anak kesulitan belajar dan berpotensi mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

    Hal yang sama sempat dijelaskan dr Wisvici Yosua Yasmin, M.Sc, SpA, asupan zat besi wajib terpenuhi dalam golden period perkembangan anak setidaknya hingga 2 tahun.

    Artinya, sejak hamil perlu diperhatikan. Ibu harus bisa memenuhi kebutuhan zat besi pribadi melalui asupan makanan padat nutrisi, atau dengan bantuan suplementasi.

    Menurutnya, proses ‘transfer’ perpindahan zat besi dari ibu ke janin paling besar terjadi pada trimester ke-3. Terlebih, perkembangan otak bayi berkembang secara signifikan pada enam bulan pertama, kemudian dilanjutkan dengan periode kedua pada usia 6-18 bulan, dilanjutkan sampai usia 2 tahun.

    “Jadi kita bilang dalam trimester 1 ke trimester 2, itu organnya terbentuk, rumahnya, wadahnya. Dan pemadatan sel-sel saraf itu terjadi di trimester 2 ke trimester 3. Begitu pula dengan transfer dari zat besi,” katanya beberapa waktu lalu.

    Kekurangan zat besi juga erat kaitannya dengan anemia. Insiden kasus anemia pada anak di Indonesia bahkan relatif masih cukup tinggi. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi anemia pada remaja usia 15-24 tahun adalah 15,5 persen. Untuk anak usia 5-14 tahun, prevalensinya berkisar 26 persen.

    Kolin dan Yodium

    Nutrisi seperti protein, seng, kolin, dan yodium dibutuhkan untuk memproduksi hormon tiroid, yang penting untuk perkembangan otak dan proses neurologis. Bahkan kekurangan yodium ringan pun dapat memengaruhi fungsi kognitif dan kemampuan berpikir anak secara keseluruhan.

    Pilihan sumber makanan kaya kandungan tersebut bisa didapatkan dari yogurt tanpa pemanis, cara mudah dan simpel untuk mendukung pertumbuhan otak si anak.

    Seng

    Seng juga berperan penting selama masa balita, saat otak sedang berkembang pesat. Kekurangan seng dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak, mengganggu daya ingat dan kemampuan belajarnya.

    Makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan selai kacang merupakan sumber kaya protein dan seng.

    Probiotik

    Perkembangan otak anak juga berkaitan dengan sistem pencernaan, sehingga penting untuk anak mendapatkan sumber probiotik yang cukup. Banyak riset menunjukkan hubungan erat antara otak dan sistem pencernaan melalui mekanisme yang dikenal gut-brain-axis.

    Mekanisme ini tidak hanya menunjukkan kondisi otak memengaruhi kesehatan saluran cerna, tetapi juga sebaliknya, sistem pencernaan bisa berdampak pada fungsi otak.

    Dalam riset ‘Microbiome-gut-brain axis in brain development, cognition and behavior during infancy and early childhood’ keduanya bahkan jelas berkaitan dan berperan penting dalam awal kehidupan.

    Otak dapat mengirimkan instruksi langsung ke saluran cerna. Sistem saraf ini dikenal sebagai enteric nervous system (ENS), dan kerap disebut sebagai ‘otak kedua’ karena kemampuannya mengatur sistem pencernaan secara otonom.

    Gut-Brain Axis dan Kaitannya dengan Otak

    1. Saraf Vagus: Jalur Penghubung Langsung

    Saraf vagus merupakan jalur utama yang menghubungkan otak dan usus. Studi dalam Nature Reviews: Neuroscience (2011) mencatat bahwa saraf ini memainkan peran penting dalam komunikasi dua arah tersebut. Misalnya, kondisi stres diketahui dapat menghambat aktivitas saraf vagus, yang berdampak pada munculnya gangguan pencernaan, seperti sakit perut, kembung, atau diare.

    2. Neurotransmiter: Pengendali Emosi dan Mood

    Neurotransmiter adalah senyawa kimia yang membawa pesan antarsel saraf. Salah satu yang paling dikenal adalah serotonin, yang berperan besar dalam mengatur suasana hati. Menariknya, sekitar 90 persen serotonin tubuh diproduksi di usus, bukan di otak.

    Selain serotonin, mikroba usus juga memproduksi GABA (gamma-aminobutyric acid), neurotransmiter yang berfungsi meredakan kecemasan dan stres. Ini memperkuat bukti bahwa usus memegang peran besar dalam mengatur emosi dan keseimbangan mental.

    Gut-brain axis tidak hanya memengaruhi sistem pencernaan atau suasana hati, tetapi juga berkontribusi dalam sejumlah proses vital.

    Menurut jurnal Neuroscience Letters (2016), SCFA seperti butirat membantu memperkuat blood-brain barrier atau sawar darah-otak, lapisan pelindung antara pembuluh darah otak dan jaringan saraf. Fungsi ini sangat krusial untuk mencegah zat-zat berbahaya seperti racun, alkohol, atau logam berat memasuki otak.

    Keseimbangan mikrobiota usus menjadi kunci untuk menjaga fungsi optimal gut-brain axis. Salah satu cara untuk merawatnya adalah dengan mengonsumsi makanan kaya serat, prebiotik, serta probiotik, seperti yogurt, tempe, dan produk fermentasi lainnya.

    Probiotik mengandung bakteri baik yang mendukung keberagaman mikroba usus, membantu sintesis neurotransmitter penting, serta memperkuat pertahanan terhadap patogen penyebab penyakit.

    Probiotik sudah teruji memelihara kesehatan pencernaan serta meningkatkan sistem imun tubuh. Terdapat pula Triple Bifidus, gabungan tiga jenis probiotik Bifidobacterium yang memiliki banyak manfaat.

    Tidak hanya merangsang produksi sel-sel imun, tetapi membantu meningkatkan penyerapan nutrisi makro dan mikro dengan lebih optimal. Enzim yang dimiliki spesies ini dapat menguraikan serat makanan yang sulit dicerna oleh tubuh.

    Walhasil, anak akan lebih mudah mendapatkan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan, termasuk perkembangan otaknya.

    Masa depan Si Kecil bukan terjadi karena kebetulan, tapi terbentuk dari pilihan terbaik yang orang tua buat hari ini. Karena #WaktuTakBisaKembali Morinaga memahami bahwa peran orang tua sangat penting dalam menentukan arah tumbuh kembang anak. Karena itu, Morinaga hadir mendampingi Bunda dan Ayah melalui tiga kunci penting: memberikan Atensi penuh di setiap tahap perkembangan Si Kecil, mengasah Potensi unik yang dimilikinya, dan memenuhi kebutuhan Nutrisi Tepat sebagai fondasi tumbuh kembang optimal. Dengan dukungan terbaik sejak sekarang, setiap pilihan Ayah dan Bunda adalah langkah besar menuju masa depan terbaik Si Kecil.

    Morinaga. Your Choice, Their Future

    Halaman 2 dari 4

    Simak Video “Video: Ini Batas Normal Tantrum Anak, Waspada Bila Berlebihan “
    [Gambas:Video 20detik]
    (up/up)

  • Video: Protein Hewani Jadi Kunci Penanganan Stunting

    Video: Protein Hewani Jadi Kunci Penanganan Stunting

    Video: Protein Hewani Jadi Kunci Penanganan Stunting

  • 4 Waktu Terlarang Minum Kopi dan Dampaknya bagi Tubuh

    4 Waktu Terlarang Minum Kopi dan Dampaknya bagi Tubuh

    Jakarta

    Bagi banyak orang, hari baru terasa dimulai setelah menyeruput secangkir kopi. Aromanya yang khas dan rasanya yang hangat menjadi ritual pagi yang memberi energi sebelum rutinitas dan kesibukan mengambil alih.

    Namun, tak sedikit yang menikmati kopi lebih dari sekali dalam sehari, bahkan hingga beberapa cangkir. Meski kopi digemari di seluruh dunia, ada waktu-waktu tertentu yang sebenarnya tidak ideal untuk menikmatinya. Minum kopi di waktu yang kurang tepat dapat memengaruhi pencernaan dan penyerapan nutrisi dalam tubuh.

    Menurut Indian Council of Medical Research (ICMR), baik teh maupun kopi mengandung kafein yang dapat menstimulasi sistem saraf pusat dan berpotensi menimbulkan ketergantungan. Batas konsumsi kafein yang disarankan adalah tidak lebih dari 300 miligram per hari. Secangkir kopi seduh berukuran 150 ml mengandung sekitar 80-120 mg kafein, kopi instan mengandung 50-65 mg, sedangkan teh mengandung 30-65 mg kafein.

    Lalu, kapan sebaiknya kopi dihindari? Dikutip dari NDTV, berikut rekomendasi para ahli untuk tetap menikmati kopi favorit tanpa penyesalan di kemudian hari.

    Waktu Terlarang untuk Minum Kopi

    Ahli pengobatan Ayurveda atau sistem pengobatan tradisional India kuno, Dr Dixa Bhavsar Savaliya, membagikan tips di Instagram tentang waktu-waktu yang sebaiknya dihindari untuk minum kopi.

    1. Saat Baru Bangun Pagi

    Banyak orang memulai hari dengan secangkir kopi untuk mengusir kantuk, namun Dr Savaliya tidak menyarankannya. Minum kopi saat perut kosong dapat mengganggu produksi kortisol, hormon stres, sehingga memicu rasa cemas dan membuat tubuh terasa tidak seimbang sejak awal hari.

    2. Saat Makan

    Menikmati kopi sambil makan terdengar nikmat, tapi kebiasaan ini bisa menghambat pencernaan. Kopi bersifat asam, dan jika dikonsumsi bersamaan dengan protein, keasamannya dapat membuat protein menjadi lebih sulit dicerna. Selain itu, kopi juga bisa mengganggu penyerapan zat besi jika diminum tepat setelah makan.

    Untuk pencernaan yang optimal, sebaiknya hindari minum kopi setidaknya satu jam sebelum dan sesudah makan.

    3. Setelah Pukul 4 Sore

    Meski secangkir kopi sore terasa menyenangkan, kafein dapat memengaruhi kualitas tidur. Dr Savaliya menyarankan untuk menghindari kafein minimal 6 jam sebelum tidur, idealnya 10 jam. Mengurangi konsumsi kopi setelah pukul 4 sore dapat membantu tidur lebih nyenyak, mendukung detoksifikasi hati, menurunkan kadar kortisol, dan memperbaiki pencernaan.

    4. Saat Kurang Tidur

    Dikutip dari Prevention, kopi sering dianggap sebagai solusi alami untuk mengatasi kurang tidur di malam hari, dan memang bisa membantu, tapi hanya sampai batas tertentu. Penelitian terbaru menunjukkan, jika tidur kurang dari 5 jam selama tiga malam berturut-turut, kafein tidak lagi efektif meningkatkan kewaspadaan.

    Hal ini karena kurang tidur menyebabkan penurunan fungsi kognitif yang sangat tajam, sehingga kafein tidak mampu mengimbanginya. Jika sulit tidur minimal 7 jam setiap malam, sebaiknya hindari konsumsi kopi dan gantikan dengan tidur siang selama 20 menit saat energi mulai menurun.

    Penelitian juga membuktikan, tidur siang mampu mengurangi gejala kurang tidur dan meningkatkan kewaspadaan jauh lebih baik dibandingkan kafein.

    (suc/suc)

  • 5 Makanan yang Merusak Otak, Wajib Dibatasi Konsumsinya

    5 Makanan yang Merusak Otak, Wajib Dibatasi Konsumsinya

    Jakarta

    Menjaga kesehatan otak sangat penting untuk mendukung fungsi kognitif, daya ingat, dan kesejahteraan mental secara keseluruhan. Selain faktor gaya hidup lainnya, pola makan memegang peran besar.

    “Otak merupakan organ yang kompleks, dan setiap jenis makanan dapat memberikan dampak yang berbeda,” jelas Mary Ann Lila, Direktur Plants for Human Health Institute di North Carolina State University, dikutip dari Fortune.

    Beberapa makanan, seperti sayuran, lemak sehat, dan protein, dapat membantu membangun jaringan otak serta mengurangi peradangan, sementara jenis makanan lainnya justru dapat memberikan efek sebaliknya.

    Beberapa jenis makanan dapat berdampak buruk pada otak, berpotensi memicu penurunan kognitif, gangguan daya ingat, hingga meningkatkan risiko penyakit neurologis. Dikutip dari Times of India, berikut lima makanan yang dapat merugikan kesehatan otak, lengkap dengan alternatif yang lebih sehat.

    1. Karbohidrat Olahan

    Karbohidrat olahan, seperti yang terdapat pada kue kering dan berbagai makanan olahan, memiliki indeks glikemik tinggi yang dapat memicu lonjakan gula darah secara cepat. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko gangguan kognitif.

    Untuk pilihan yang lebih sehat, konsumsi karbohidrat dari biji-bijian utuh seperti quinoa, beras merah, atau roti gandum utuh. Makanan ini memiliki indeks glikemik lebih rendah, memberikan energi yang lebih stabil, dan mendukung fungsi otak secara optimal.

    2. Makanan Tinggi Lemak Trans

    Lemak trans, yang umumnya terdapat dalam margarin, makanan panggang kemasan, dan makanan yang digoreng, dapat meningkatkan peradangan dan stres oksidatif di otak. Konsumsi jangka panjang dikaitkan dengan risiko penyakit Alzheimer dan penurunan kognitif yang lebih tinggi.

    Untuk lemak yang lebih sehat, cobalah mengonsumsi lebih banyak alpukat, kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak zaitun. Lemak ini mendukung kesehatan otak dengan mengurangi peradangan dan menyediakan asam lemak esensial.

    3. Makanan Olahan

    Makanan olahan tinggi, seperti keripik, mi instan, dan makanan cepat saji, seringkali mengandung kadar gula, lemak tak sehat, dan zat aditif yang tinggi. Hal ini dapat mengganggu fungsi otak dan meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Cobalah untuk mengonsumsi makanan utuh dan tidak diolah. Buah-buahan segar, sayuran, protein rendah lemak, dan biji-bijian utuh mendukung kesehatan secara keseluruhan dan menyediakan nutrisi yang dibutuhkan otak untuk berfungsi optimal.

    4. Makanan Tinggi Natrium

    Pola makan tinggi natrium, sering kali berasal dari makanan olahan dan kalengan, dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, mengurangi aliran darah ke otak, dan mengganggu fungsi kognitif. Pilih makanan segar dan utuh, serta gunakan herba dan rempah-rempah sebagai bumbu, alih-alih garam. Makanan seperti bawang putih, kunyit, dan kemangi tidak hanya menambah rasa, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan.

    5. Makanan Tinggi Lemak Jenuh

    Asupan lemak jenuh yang tinggi, yang terdapat dalam daging merah dan produk susu berlemak penuh, dikaitkan dengan peningkatan peradangan dan risiko penurunan kognitif. Sebagai gantinya, pilih protein rendah lemak seperti ikan, ayam, dan protein nabati seperti kacang-kacangan dan lentil. Pilihan ini menyediakan nutrisi penting tanpa kadar lemak jenuh yang tinggi.

    (suc/suc)