Produk: protein

  • Pisang Manakah yang Lebih Baik untuk Diet?

    Pisang Manakah yang Lebih Baik untuk Diet?

     

    JAKARTA – Pisang sering jadi pilihan camilan sehat, tapi tahukah Anda tingkat kematangannya bisa memengaruhi manfaatnya bagi tubuh? Mulai dari kandungan gula hingga serat, setiap tahap kematangan pisang punya kelebihan masing-masing, terutama untuk orang yang sedang menjaga pola makan atau menjalani diet.

    Saat pisang matang, kandungan nutrisinya seperti gula, pati, dan vitamin akan berubah. Artinya jika Anda membutuhkan gula sebelum berolahraga atau ingin mengurangi gula karena diabetes, pilihan pisang yang dikonsumsi sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan Anda.

    Berikut penjelasan dari para ahli gizi mengenai berbagai tingkat kematangan pisang, ciri-ciri fisiknya, serta manfaat kesehatan yang sesuai dengan masing-masing tingkat kematangan, seperti dilansir dari laman Huffpost pada Sabtu, 8 November 2025.

    1. Pisang Mentah (Belum Matang)

    Pisang di tahap ini berwarna hijau, keras, dan sulit dikupas. “Pada tahap ini, kadar pati resisten paling tinggi dan kandungan gulanya rendah,” kata Avery Zenker, ahli gizi terdaftar di MyCrohnsAndColitisTeam.

    Pati resisten memiliki banyak manfaat, termasuk memberi makan bakteri baik di usus yang membantu mengurangi peradangan dan menjaga kadar gula darah tetap stabil. Selain itu, pati ini dicerna lebih lambat sehingga membuat kenyang lebih lama.

    “Pati resisten bekerja mirip dengan serat, difermentasi di usus sehingga memberi energi pada bakteri baik dan membantu kontrol gula darah,” ujae Amanda Sauceda, ahli gizi dan dosen di California State University, Long Beach.

    Pisang mentah adalah camilan yang cocok untuk orang yang ingin mengontrol kadar gula darah, termasuk mereka dengan pra-diabetes, diabetes tipe 2, atau kondisi metabolik lainnya. Kandungan karbohidrat kompleks dan seratnya membantu pelepasan gula ke darah secara lebih lambat, sehingga membantu menjaga kestabilan gula darah. 

    Selain itu, serat dalam pisang mentah juga bermanfaat untuk kesehatan usus, mendukung pertumbuhan bakteri baik dan pencernaan yang lancar. Untuk hasil optimal, cobalah menyandingkannya dengan selai kacang, tambahan protein dan lemak sehat dari selai kacang membantu menjaga gula darah tetap stabil dan mendukung pencernaan lebih baik.

    2. Pisang Setengah Matang

    Pisang setengah matang berwarna kuning dengan ujung hijau. Teksturnya lebih lembut tapi masih agak keras. Pada tahap ini, sebagian pati resisten mulai berubah menjadi gula sederhana. Mineral seperti kalium dan magnesium tetap stabil.

    Pisang setengah matang adalah pilihan ideal bagi mereka yang ingin mendapatkan manfaat pencernaan. Kandungan pati resisten dalam pisang setengah matang membantu menjaga gula darah tetap stabil, memberikan energi yang lebih merata sepanjang hari tanpa lonjakan gula. 

    Bagi wanita pra-menopause atau pasca-menopause, pati resisten ini mendukung kesehatan usus dan membantu mengurangi resistensi insulin, sehingga berkontribusi pada metabolisme yang lebih seimbang.

    3. Pisang Matang

    Pisang matang berwarna kuning sepenuhnya, lembut tapi tidak lembek, mudah dikupas, dan beraroma manis. Meskipun nutrisi pisang matang dan setengah matang hampir sama menurut USDA, ada beberapa perbedaan penting. Pada pisang matang, sebagian besar pati telah berubah menjadi gula alami sehingga rasanya lebih manis. 

    Seratnya menurun, sementara kandungan gula dan antioksidannya meningkat. Selain itu, vitamin dan mineral pada pisang matang berada pada titik puncaknya. Hal ini menjadikannya sebagai sumber nutrisi yang optimal.

    Satu pisang memenuhi sekitar 8% kebutuhan harian kalium dan magnesium, mineral yang penting untuk menjaga tekanan darah, kontraksi otot, dan kesehatan tulang. Pisang juga cocok dikonsumsi sebelum olahraga sebagai sumber energi cepat untuk menambah asupan kalium atau sebagai camilan manis yang praktis untuk anak-anak.

    4. Pisang Sangat Matang

    Pisang sangat matang berwarna kuning kecoklatan dengan bintik coklat dan aroma tajam. Pisang sangat matang berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik coklat dan aroma yang tajam. Pada tahap ini, kandungan gulanya hampir mencapai puncak, sementara seratnya terus menurun.

    Pisang sangat matang cocok dikonsumsi oleh orang yang membutuhkan energi cepat, penderita gangguan pencernaan ringan, serta mereka memiliki nafsu makan rendah atau menginginkan camilan manis. Namun yang mengatur gula darah sebaiknya menghindari pisang ini karena kandungan gulanya tinggi.

    5. Pisang Terlalu Matang

    Pisang terlalu matang berwarna coklat atau hitam sangat lembut hingga lembek. Pisang terlalu matang berwarna coklat atau hitam, sangat lembut bahkan hampir lembek. Pada tahap ini, kandungan gula dan antioksidannya berada pada tingkat tertinggi, sementara seratnya rendah, vitamin C menurun, dan kadar kalium tetap terjaga.

    Pisang terlalu matang cocok digunakan untuk berbagai olahan seperti roti pisang, kue, atau smoothie. Teksturnya yang lembut membuatnya mudah dicerna dan cepat memberikan energi, sehingga cocok untuk atlet. Namun pisang pada tahap ini kurang ideal untuk penderita diabetes atau bagi mereka yang ingin meningkatkan asupan serat.

    Tips dari Sauceda adalah gunakan pisang terlalu matang untuk smoothie. Anda tidak perlu memasukan banyak pisang sehingga bisa mengurangi gula tambahan.

  • Waspadai Weight Faltering, Kondisi Gagal Tumbuh pada Balita

    Waspadai Weight Faltering, Kondisi Gagal Tumbuh pada Balita

    JAKARTA – Selain masalah berat badan berlebih (obesitas), terdapat kondisi lain yang perlu diperhatikan pada balita, yaitu weight faltering. Kondisi ini dapat memengaruhi tumbuh kembang balita dan meningkatkan risiko stunting jika tidak ditangani dengan tepat.

    “Weight faltering adalah sinyal balita tidak mendapatkan nutrisi sesuai kebutuhannya. Jika tidak ditangani lebih awal, dampaknya dapat berlanjut pada stunting yang memengaruhi perkembangan otak dan pertumbuhan jangka panjang,” ujar Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, dikutip dari laman Nutriclub.

    Weight faltering adalah kondisi ketika berat badan balita tidak berkembang sesuai standar usianya. Artinya penambahan berat badan berlangsung sangat lambat atau tidak bertambah. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah faltering growth.

    Keadaan ini paling sering terjadi dalam 15 bulan pertama kehidupan, khususnya pada bayi usia 3–4 bulan, baik yang mendapatkan ASI eksklusif maupun formula.

    Tanda-Tanda Weight Faltering pada Bayi

    Tanda utama adalah kenaikan berat badan yang kurang atau tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan. Beberapa balita bahkan mengalami penurunan berat badan. Menurut IDAI, kenaikan berat badan normal balita adalah:

    – 25-30 gram per hari (750-900 gram per bulan) pada usia 0-3 bulan.

    – 20 gram per hari (600 gram per bulan) pada usia 4-6 bulan.

    – 15 gram per hari (450 gram per bulan) pada usia 6-9 bulan.

    Selain berat badan yang tidak naik sesuai usia, tanda lainnya antara lain:

    – Pertambahan lingkar kepala lebih kecil dari standar

    – Pertumbuhan panjang badan terhambat

    – Keterlambatan perkembangan sosial seperti kurang respons terhadap ekspresi wajah

    – Keterlambatan motorik, misalnya belum mampu berguling setelah usia 6 bulan atau belum duduk pada usia 9 bulan

    Pemantauan dapat dilakukan melalui KMS atau Buku KIA.

    Penyebab Weight Faltering

    Kondisi ini umumnya terjadi karena asupan nutrisi yang tidak memadai, namun ada beberapa faktor lain yang dapat memengaruhinya:

    1. ASI atau MPASI tidak mencukupi

    ASI eksklusif penting selama 6 bulan pertama. Setelah itu diperlukan MPASI yang kaya energi, protein, dan mikronutrien.

    2. Pola makan balita yang kurang baik

    Nafsu makan rendah, pemilih makanan (picky eater) atau kebiasaan makan yang tidak teratur dapat membatasi asupan nutrisi.

    3. Gangguan penyerapan nutrisi

    Beberapa balita kesulitan menelan, menyusu, atau memiliki kondisi yang membuat tubuh tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik.

    4. Riwayat atau kondisi medis tertentu

    Sekitar 5% kasus berkaitan dengan masalah pencernaan atau penyakit lain yang mengganggu penyerapan zat gizi.

    Dampak Weight Faltering

    Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan underweight, wasting, gagal tumbuh dan risiko stunting meningkat. Selain itu, perkembangan penglihatan, kemampuan belajar, motorik, dan imunitas juga dapat terpengaruh.

    Cara Mengatasi Weight Faltering

    1. Terus berikan ASI

    ASI tetap menjadi sumber nutrisi utama bayi di bawah usia 1 tahun. Bila diperlukan, dokter dapat menyarankan tambahan susu sesuai kebutuhan.

    2. Perbaiki pola makan

    Pastikan jadwal makan teratur dan porsi yang sesuai dengan usia serta kondisi bayi.

    3. Cukupi energi dan protein

    – 0–5 bulan: 550 kkal dan 9 gram protein/hari

    – 6–11 bulan: 800 kkal & 15 gram protein/hari

    4. Hindari makanan berlebihan saat pemulihan

    Pemberian berlebihan dapat memicu diare dan mengganggu penyerapan nutrisi.

    5. Konsultasi dan perawatan medis bila perlu

    Beberapa balita membutuhkan pemantauan intensif oleh tenaga medis.

    Pencegahan Weight Faltering

    – Rutin kontrol selama kehamilan

    – Pantau pertumbuhan balita secara berkala

    – Berikan ASI eksklusif 6 bulan dan MPASI seimbang setelahnya

    – Pelajari teknik perlekatan menyusui yang benar

    – Segera konsultasi jika berat badan tidak sesuai grafik

  • Dokter Ungkap Asupan Protein yang Cukup Penting untuk Penyembuhan Luka

    Dokter Ungkap Asupan Protein yang Cukup Penting untuk Penyembuhan Luka

    JAKARTA – Untuk menyembuhkan luka tidak hanya dengan pengobatan luar, tetapi juga harus dari dalam tubuh. Seperti mengonsumsi makanan sehat, terutama yang mengandung protein tinggi.

    Ketua Umum Persatuan Ahli Bedah Indonesia (PABI), dr. Heri Setyanto, Sp.B, FINAC, mengatakan bahwa protein merupakan senyawa penting yang membantu proses pemulihan luka.

    Dalam mengatasi luka, seperti luka operasi, benang jahitan hanya berfungsi untuk mendekatkan kembali jaringan kulit yang terpisah. Proses perekatan pada luka tersebut dilakukan oleh protein di dalam tubuh.

    “Jadi benang jahit yang digunakan untuk operasi itu fungsinya hanya mendekatkan luka. Yang mengelem itu protein,” kata Dokter Heri saat ditemui di Jakarta Pusat, ditulis Jumat, 7 November 2025.

    Protein membantu proses penyembuhan luka dengan membentuk pembuluh darah, jaringan kulit, hingga mempercepat regenerasi sel pada luka.

    “Karena chemical mediator atau zat-zat yang merangsang, misalnya darah merah tubuh, itu bahannya semuanya dari protein. Kalau kekurangan protein, maka penyembuhan luka itu akan terganggu,” tuturnya.

    “Karena bahan-bahan itu, pembentukan pembuluh darah, pembentukan kulit yang baru, itu semuanya memerlukan protein,” tambahnya.

    Tanpa asupan protein yang cukup di dalam tubuh, maka proses penutupan luka bisa terhambat. Terlebih jika benang jahit sudah dilepas, tanpa asupan protein cukup, maka luka bisa terbuka kembali.

    “Jadi kalau benangnya nanti dicabut, lagi nggak ada (kandungan protein yang cukup), otomatis luka itu akan terbuka,” jelasnya.

    Dengan demikian, sangat dianjurkan bagi pasien yang tengah dalam proses penyembuhan luka untuk mengonsumi sumber protein baik dari hewani maupun nabati.

    “Proteinnya salah satunya mungkin telur. Bisa hewani, bisa nabati. Bisa daging, bisa ikan, atau kalau dari nabati bisa pakai tahu atau tempe,” pungkas Dokter Heri.

  • 5 Kebiasaan yang Bisa Tingkatkan Risiko Batu Ginjal, Punya Salah Satunya?

    5 Kebiasaan yang Bisa Tingkatkan Risiko Batu Ginjal, Punya Salah Satunya?

    Jakarta

    Batu ginjal merupakan endapan keras yang terbuat dari mineral dan garam yang terbentuk di saluran kemih. Meski kondisi ini dapat terjadi pada semua kelompok usia, batu ginjal paling banyak terjadi pada usia 30 tahun ke atas.

    Risiko batu ginjal juga semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Meski begitu, ternyata kebiasaan juga bisa meningkatkan risiko seseorang mengidap batu ginjal.

    Dr Craig Herman di Urology Center of Florida menjelaskan penyebab umum dari batu ginjal.

    “Urine Anda mengandung produk limbah, termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat. Biasanya produk limbah keluar dari tubuh saat buang air kecil,” jelas Dr Herman yang dikutip dari Urology Center of Florida.

    “Jika urine Anda terlalu pekat, artinya tidak ada cukup cairan untuk mengencerkan produk limbah tersebut. Produk akan tetap berada di dalam tubuh dan mengkristal, membentuk batu ginjal,” sambungnya.

    Penyebab utama batu ginjal adalah tubuh tidak memiliki cukup cairan untuk mengeluarkan zat-zat pembentuk kristal. Tidak ada penyebab tunggal, tetapi berbagai faktor dapat menyebabkan kondisi ini.

    1. Kelebihan Berat Badan

    Kelebihan berat badan atau obesitas ternyata bisa berpengaruh pada ginjal. Orang dengan kondisi ini dapat meningkatkan risiko batu ginjal.

    2. Konsumsi Gula dan Garam Berlebihan

    Pola makan bisa juga menjadi pemicu dari batu ginjal. Penyebab umum termasuk konsumsi fruktosa, yang ditemukan dalam gula pasir dan sirup jagung fruktosa tinggi, serta garam yang berlebihan dapat meningkatkan jumlah kalsium dalam ginjal.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 menjelaskan bahwa konsumsi gula tambahan di atas 10 persen total energi harian dapat meningkatkan risiko inflamasi sistemik obesitas, dan diabetes. Maka dari itu, maksimal konsumsi gula adalah 50 gram/hari dan garam 5 gram/hari yang setara dengan satu sendok teh.

    3. Kurang Minum Air Putih

    Banyak orang yang mengidap batu ginjal disebabkan karena tidak minum cukup air putih. Maka dari itu, disarankan untuk rutin minum air putih agar tubuh dapat terhidrasi dengan baik.

    4. Makan Protein Hewani Berlebihan

    Protein hewani bisa terdiri dari daging merah, unggas, telur, produk susu, dan makanan laut. Semua itu dapat meningkatkan kadar asam urat, yang menyebabkan pembentukan batu ginjal jika dimakan secara berlebihan.

    Dikutip dari Mayo Clinic Health System, protein seharusnya menyumbang 10-35 persen dari kalori seseorang. Jadi, jika kebutuhan harian seseorang adalah 2.000 kalori, itu berarti 200-700 kalori dari protein atau 50-175 gram.

    Pada orang dewasa rata-rata, asupan gizi yang direkomendasikan untuk mencegah defisiensi bagi orang dewasa yang kurang gerak adalah 0,8 gram per kilogram berat badan.

    5. Konsumsi Makanan Kaya Oksalat

    Oksalat dapat ditemukan dalam banyak buah, sayuran, dan kacang-kacangan. Jika terlalu banyak mengonsumsinya, bisa menyebabkan pembentukan kristal batu ginjal.

    Meski begitu, tidak semua faktor penyebab batu ginjal dapat dikontrol. Misalnya, lebih mungkin terkena batu ginjal jika memiliki riwayat keluarga, dan seperti yang telah disebutkan, risiko meningkat seiring bertambahnya usia.

    Namun, jika memiliki salah satu faktor risiko ini, penting untuk ekstra hati-hati dan mengambil langkah apa pun yang Anda bisa untuk mencegah batu ginjal. Karena kebiasaan merupakan penyebab umum batu ginjal, seseorang dapat mengurangi risiko batu ginjal dengan mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.

    “Turunkan berat badan berlebih. Secara keseluruhan, ada baiknya untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan minum lebih banyak air, cukup untuk mengeluarkan urine yang jernih atau sebagian besar jernih,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Penyebab Orang Pikun, Ilmuwan Temukan Cara Tingkatkan Daya Ingat

    Penyebab Orang Pikun, Ilmuwan Temukan Cara Tingkatkan Daya Ingat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebanyakan orang dengan usia lebih lanjut biasanya lebih sering pikun atau lupa akan sesuatu. Sebuah penelitian berhasil mengidentifikasi masalah itu dan cara memperbaikinya.

    Penelitian dari Virginia Tech menemukan hilangnya memori karena usia berasal dari perubahan molekuler spesifik di otak. Dengan menyempurnakan proses tersebut diharapkan bisa memulihkan fungsi memori yang mulai memudar.

    “Penelitian ini menunjukkan penurunan ingatan terkait dengan perubahan molekuler spesifik yang bisa ditargetkan dan dipelajari,” kata Profesor madya di Fakultas Ilmu Hewan, Pertanian dan Ilmu Hayati, Timothy Jarome dikutip dari Science Daily, Jumat (7/11/2025).

    “Jika kita bisa memahami apa yang menjadi pemicunya pada tingkat molekuler, kita bisa memahami apa yang salah dengan demensia dan menggunakan pengetahuan itu untuk pendekatan baru pada pengobatan,” dia menambahkan.

    Jarome dan mahasiswa doktoral Yeeun Bae serta tim peneliti lainnya melakukan penelitian proses molekuler yang bernama poliubikuitinasi K63. Proses ini akan mengarahkan protein dalam sel otak untuk berperilaku.

    Saat proses itu berjalan dengan baik, maka akan membantu neuron berkomunikasi secara efektif. Termasuk untuk membentuk ingatan seseorang.

    Pada penuaan ditemukan proses diubah dalam dua area otak yang penting. Pertama adalah hipokampus, bagian membentuk dan mengingat kembali ingatan dan ditemukan poliubikuitinasi K63 meningkat seiring bertambahnya usia.

    Sementara di amigdala, poliubikuitinasi K63 mengalami penurunannya seiring bertambah usia. Bagian itu adalah wilayah untuk memori emosional.

    Para peneliti melakukan penyuntingan gen bernama CRISPR-dCas13. Untuk hipokampus, dilakukan penurunan kadar dan pengurangan aktivitas pada amigdala yang membuat adanya peningkatan pada kinerja memori.

    “Secara keseluruhan, temuan ini mengungkap fungsi penting pada poliubikuitinasi K63 pada proses penuaan otak. Pada kedua wilayah, penyesuaian daru proses meningkatkan daya ingat,” jelas Jarome.

    Sementara pada penelitian lainnya, Jarome bersama mahasiswa doktoral Shannon Kincaid lebih berfokus pada IGF2. Ini adalah gen faktor pertumbuhan dan bisa membentuk memori, namun fungsi ini menurun seiring bertambahnya usia.

    Para peneliti menemukan ini terjadi dengan proses alami penambahan penanda kimian ke DNA, atau metilasi DNA. Cara ini akan menonaktifkan gen.

    Kemudian mereka melakukan penyuntingan gen CRISPR-dCas9 untuk menghilangkan penanda ini dan berhasil untuk mengaktifkan fungsi IGF2. Tikus yang berusia tua digunakan dalam penelitian menunjukkan adanya peningkatan memori yang signifikan.

    Jarome mengatakan pihaknya mengaktfikan kembali gen. Dengan cara itu, objek penelitian menunjukkan kinerja jauh lebih baik.

    “Hewan paruh baya yang belum memiliki masalah memori tidak terdampak, membuat pengaturan waktu sangat penting. Kita harus segera turun tangan saat ada masalah dimulai,” dia menuturkan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Nasi Pecel Jadi Menu Unggulan Program Makan Bergizi Gratis Polres Madiun

    Nasi Pecel Jadi Menu Unggulan Program Makan Bergizi Gratis Polres Madiun

    Madiun (beritajatim.com) – Nasi pecel, kuliner khas Madiun yang melegenda dengan cita rasa sambal kacangnya, kini menjadi menu unggulan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digelar Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polres Madiun.

    Menu tradisional ini ditujukan bagi pelajar penerima manfaat MBG. Selain menggugah selera, nasi pecel dipilih karena kandungan gizinya yang lengkap untuk menunjang aktivitas belajar siswa.

    Kepala SPPG Polres Madiun, Yuniar Arinda Putri Aji, menjelaskan bahwa pemilihan nasi pecel bukan tanpa alasan. “Nasi pecel memiliki nilai gizi yang seimbang dan mudah diterima semua kalangan. Ini sekaligus menjadi bentuk pelestarian budaya lokal yang ingin kami tonjolkan,” ujar Yuniar, Rabu (5/11/2025).

    Sepiring nasi pecel mengandung gizi lengkap, mulai dari nasi putih sebagai sumber energi karbohidrat, sayuran rebus kaya serat, vitamin, dan zat besi, sambal kacang yang mengandung protein nabati serta lemak sehat, hingga lauk seperti telur, tempe, dan tahu sebagai sumber protein dan kalsium.

    Kapolres Madiun, AKBP Kemas Indra Natanegara, mengapresiasi kreativitas tim dapur SPPG yang mengangkat kuliner lokal dalam program MBG.

    “Sangat bagus sekali dengan menjadikan nasi pecel sebagai variasi menu. Selain bergizi, siswa juga tidak mudah bosan karena ada sentuhan khas daerah Madiun,” ungkap AKBP Kemas Indra.

    Melalui program MBG, SPPG Polres Madiun berharap dapat terus mengangkat kuliner lokal sebagai bagian dari edukasi gizi seimbang sekaligus memperkuat identitas budaya daerah. [rbr/beq]

  • Tanda Klinis, Pemicu, dan Cara Pulihnya

    Tanda Klinis, Pemicu, dan Cara Pulihnya

    Jakarta

    Masa batita menjadi salah satu periode yang penuh tantangan, salah satunya dalam hal makan. Tak sedikit orang tua yang menghadapi situasi sulit saat anak menolak makanan.

    Trauma makan (Post traumatic Feeding Disorder) atau gangguan makan adalah perilaku yang ditunjukkan ketika bayi mengalami pengalaman maka yang menakutkan. Dikutip dari laman Rise and Shine, menurut Psikiater dari Children’s National sekaligus pakar gangguan makan anak, Irena Chatoor, gangguan ini juga dikenal sebagai fobia tersedak, fobia menelan, dan disfagia fungsional.

    Menurut jurnal berjudul How to Approach Feeding Difficulties in Young Children yang diterbitkan dalam National Library of Medicine, tanda dan pemicu dari trauma makan meliputi:

    Penolakan makan yang mengikuti kejadian traumatis atau berulang kali mendapatkan pengalaman tidak menyenangkan pada saluran pencernaan yang memicu rasa cemas atau ketakutan seperti tersedak hingga muntah hebat.Penolakan makan yang konsisten, yang terwujud dalam salah satu tanda seperti, anak menolak minum dari botol saat terbangun, tetapi menerima makanan yang ditawarkan dengan sendok dan minum dari botol saat tidur, menolak makanan padat, tapi menerima pemberian susu botol.

    Selain itu, trauma makan juga bisa dipicu karena orang tua yang memaksa anaknya mau menelan makanan. Menurut Prof Dr dr Damayanti, SpA(K), pakar nutrisi dan metabolik anak, paksaan makan juga bisa memicu trauma makan yang berdampak panjang pada tumbuh kembang anak.

    “Kalau dia sudah tidak mau makan, ya sudah stop. Minimal, maksimal lamanya makan itu hanya setengah jam. Sesudah itu stop. Kenapa? Biar anaknya belajar bahwa waktu makan itu nggak sepanjang mau dia, ada waktunya,” kata Prof Damayanti kepada detikcom, Kamis (17/9/2025).

    Trauma makan berbeda dengan gerakan tutup mulut (GTM). Menurut Prof Damayanti, trauma ini terbentuk akibat pengalaman negatif yang berulang, seperti dipaksa makan atau dimarahi setiap kali menolak makanan.

    Dikutip dari laman IDAI, perilaku orang tua memang memegang peranan paling penting dalam praktik pemberian makan pada anak. Hal ini bisa dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya, serta adat istiadat orang tua. Misalnya anak dipaksa minum jamu-jamuan yang dipercaya bisa menambah nafsu makan, tapi malah menimbulkan trauma mendalam pada psikologis anak yang berakibat semakin sulit makan.

    Cara Memulihkan Anak dengan Trauma Makan

    Ada beberapa prinsip dasar dalam pemberian makan untuk anak-anak yang kesulitan makan. Dikutip dari jurnal yang sama, hal pertama yang harus dilakukan yaitu, pertahankan batasan makan yang sesuai. Dalam jurnal Frekuensi Makan, Asupan Energi dan Protein Terhadap Status Gizi pada Balita di Puskesmas Minggir Sleman, dikatakan, kebutuhan asupan energi yang dibutuhkan anak usia 1-3 adalah 1125 kalori.

    Menurut Prof Damayanti, protein hewani adalah nutrisi yang wajib ada dalam menu makan anak sehari-hari. Dibandingkan protein nabati, protein hewani lebih mudah diserap tubuh sekaligus kaya mikronutrien penting, mulai dari zat besi, vitamin D, omega-3, hingga zinc. Zat- zat ini berperan dalam mendukung fungsi otak, sistem imun, serta pertumbuhan sel dan organ tubuh.

    “Harus protein hewani. Kenapa? Karena asam amino esensialnya lengkap. Asam amino esensial itu nggak bisa diproduksi badan kita sendiri,” jelas Prof Damayanti.

    Selanjutnya, hindari semua jenis gangguan atau kebisingan di meja makan. Kemudian, beri makan anak dengan interval 3-4 jam untuk mendorong dan memaksimalkan nafsu makan dan hindari makanan ringan dan minuman di antara waktu makan.

    Sejalan dengan hal ini, Prof Damayanti menyarankan untuk menerapkan feeding rules sejak bayi. Cara tersebut dilakukan agar anak mengetahui bahwa waktu makan tidak sepanjang dia mau.

    “Menerapkan feeding rules mengajari anak bertanggung jawab dengan kecukupan jumlah makanannya dalam waktu 30 menit. Jika dia hanya makan sedikit pengasuhnya tidak akan memberikan di luar jam makan, meskipun dia memaksa dengan tantrum cukup diberitahu jadwal makan berikutnya tanpa harus marah-marah,” ucap Prof Damayanti.

    Selanjutnya, pertahankan sikap netral yang menyenangkan dengan wajah tersenyum selama makan dan tidak dengan wajah cemas dan marah. Batasi durasi makan tidak lebih dari 20-30 menit.

    Sajikan makanan yang sesuai dengan usia dengan perkembangan motorik oral anak, serta gunakan ukuran porsi yang cukup kecil. Perkenalkan makanan baru secara sistematis satu per satu dan langkah demi langkah, dan tawarkan makanan secara berulang, setidaknya 5-15 kali.

    Prof Damayanti juga menyarankan untuk memberikan makanan yang bervariasi pada anak. Yang terpenting, komposisi makanannya lengkap dan anak makan cukup.

    “Variasi. Nanti kan kita lihat nih, anak sukanya apa. Ada yang bilang, ‘anaknya saya gak mau, sukanya cuman makan mie doang’. Emang kenapa kalau makan mie? Boleh aja dia makan mie. Ya. Tapi mie-nya tentu dipilih mie anak.” kata Prof Damayanti.

    “Terus dia ganti jadi pasta, atau apa. Nanti sekali-sekali dibikin nasi, atau bihun, atau apa kan bisa. Variasi,” tambahnya.

    Waktu emas pertumbuhan Si Kecil hanya terjadi sekali, & tak bisa terulang kembali. Jangan biarkan Gerakan Tutup Mulut (GTM) menghalangi tumbuh kembangnya. Setiap pilihan apapun, kapanpun – terasa seperti momen penentu yang akan membentuk masa depan Si Kecil.

    Yuk Moms kita ubah Gerakan Tutup Mulut (GTM) menjadi Gerakan Tumbuh Maximal karena pilihan terbaik Bunda hari ini, menentukan masa depan Si Kecil esok hari.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Cegah Alergi Lewat Pengenalan Beragam Makanan Saat Mulai MPASI”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/elk)

  • Ilmuwan Temukan Lagi Virus Corona Baru di Brasil, Terdeteksi pada Hewan Ini

    Ilmuwan Temukan Lagi Virus Corona Baru di Brasil, Terdeteksi pada Hewan Ini

    Jakarta

    Para ilmuwan mengidentifikasi virus corona baru pada kelelawar di Brasil yang memiliki fitur genetik penting serupa dengan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.

    Virus baru tersebut diberi nama BRZ batCoV, dan ditemukan pada spesies kelelawar berjanggut (moustached bat) yang umum hidup di berbagai wilayah Amerika Latin. Para peneliti menduga virus ini telah lama beredar tanpa terdeteksi, mengingat aktivitas pengambilan sampel di kawasan tersebut masih terbatas.

    Analisis sekuensing genetik terhadap virus, yang tidak diisolasi secara langsung, melainkan diteliti melalui data digital, menunjukkan adanya situs pemotongan furin (furin cleavage site), mirip dengan yang ditemukan pada SARS-CoV-2.

    Ini adalah bagian dari virus COVID yang memungkinkannya untuk membuka dan memasuki sel manusia, dan beberapa orang mempertanyakan apakah SARS-Cov-2 telah direkayasa di laboratorium karena belum pernah terlihat sebelumnya.

    Namun, Dr Kosuke Takada, salah satu penulis pendamping dalam makalah pra-cetak yang belum melalui proses telaah sejawat (peer review), menjelaskan temuan di Brasil ini menunjukkan fitur molekuler serupa dapat muncul secara independen pada berbagai viral lineages (garis evolusi virus) melalui proses alami.

    Adapun penelitian ini dilakukan oleh Departemen Virologi Molekuler Universitas Osaka, Jepang.

    Pengawasan Satwa Liar

    Sementara itu, Prof Stuart Neil, Kepala Departemen Penyakit Menular di King’s College London yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, menuturkan ini bukan kali pertama ilmuwan menemukan situs pemotongan furin (furin cleavage site) yang mirip dengan milik SARS-CoV-2 sejak pandemi dimulai.

    baca juga

    “Kami hanya memiliki sedikit pemahaman tentang tekanan selektif yang mendorong evolusi situs pemotongan furin pada kelelawar atau setelah penularan lintas spesies. Namun, makalah ini menegaskan bahwa hal tersebut bukanlah hal yang jarang terjadi,” ujarnya, dikutip dari The Telegraph.

    “Meskipun tidak menjelaskan secara langsung bagaimana [Sars-Cov-2] mendapatkan situs pemotongan furin, hal ini menunjukkan betapa mudahnya mereka muncul di bagian yang sama dari spike [protein] pada virus yang sangat beragam dalam keluarga tersebut.”

    Prof David Robertson, Kepala Bidang Bioinformatika di Centre for Virus Research, University of Glasgow, yang juga tidak terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan ditemukannya situs pemotongan furin memang menarik, tetapi bukan hal yang mengejutkan, mengingat bagian genom virus ini tergolong cukup mudah bermutasi.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/kna)

  • Waspada Weight Faltering pada Balita, Berat Badan Naik tapi Tak Sesuai Usia

    Waspada Weight Faltering pada Balita, Berat Badan Naik tapi Tak Sesuai Usia

    Jakarta

    Pertumbuhan anak tidak selalu mulus. Ada kalanya meski berat badan anak terus naik setiap bulan, tetapi peningkatannya lebih lambat dibanding standar usianya. Kondisi inilah yang dikenal sebagai weight faltering. Jika dibiarkan, anak berisiko mengalami kekurangan gizi yang berdampak pada tumbuh kembang jangka panjang.

    Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), pakar nutrisi dan penyakit metabolik, menegaskan bahwa orang tua perlu lebih waspada bila grafik pertumbuhan anak tidak sesuai kurva pertumbuhan yang telah ditetapkan WHO.

    “Kalau naiknya berat badan tidak sesuai dengan kurva, artinya anak mengalami masalah. Itulah yang disebut weight faltering,” jelas Prof Damayanti dalam wawancara dengan detikcom (17/9/2025).

    Apa Itu Weight Faltering?

    Weight faltering bukan berarti anak tidak naik berat badan sama sekali, melainkan kenaikannya jauh di bawah ekspektasi untuk usianya. Anak bisa tampak sehat secara kasat mata, tetapi bila kurva pertumbuhan bergeser ke bawah, hal ini menjadi tanda peringatan.

    Menurut definisi National Institute for Health and Care Excellence (NICE, 2017), weight faltering atau faltering growth terjadi ketika berat badan anak berada di bawah centile tertentu pada grafik pertumbuhan, atau ketika laju pertambahan berat badan melambat dibanding standar usianya. Kondisi ini berbeda dengan failure to thrive yang biasanya lebih berat.

    Penelitian di Archives of Disease in Childhood (Wright et al., 2020) menyebutkan bahwa weight faltering kerap muncul pada usia batita, terutama saat transisi dari ASI/MPASI ke makanan keluarga. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengganggu perkembangan fisik maupun kognitif.

    Dampak Weight Faltering pada Tumbuh Kembang Anak

    Weight faltering atau perlambatan kenaikan berat badan anak sering kali dianggap sepele karena anak tetap tampak sehat dan aktif. Namun, berbagai studi medis menunjukkan bahwa kondisi ini dapat membawa dampak serius, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

    Sebuah penelitian di Semarang berjudul Risk factor of growth faltering in infants aged 2-12 months menemukan bahwa bayi yang mengalami growth faltering berisiko menghadapi berbagai masalah kesehatan. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang terhambat, tetapi juga perkembangan kognitif, perilaku, dan psikomotor.

    Anak-anak dengan riwayat pertumbuhan terhambat lebih rentan mengalami gangguan respons imun, masalah belajar, hingga peningkatan risiko infeksi dan mortalitas di tahun-tahun awal kehidupannya.
    Pada rentang usia toddler (12-36 bulan) ada bukti langsung hubungan antara kekhawatiran orang tua terhadap masalah makan (picky eating / feeding difficulty) dan status pertumbuhan buruk.

    Studi di Asia Tenggara berjudul Parental concern of feeding difficulty predicts poor growth status in their child yang meneliti anak usia 12-36 bulan menemukan bahwa parental concern tentang feeding difficulty memprediksi status pertumbuhan yang lebih buruk (mis. WAZ

    Cara Mengatasi Weight Faltering pada Anak

    Studi menunjukkan bahwa anak dengan faltering growth sering mengalami defisit protein dan mikronutrien penting. Intervensi nutrisi yang menekankan protein hewani (telur, daging, ikan, susu) terbukti lebih efektif mendukung catch-up growth dibanding protein nabati.

    Penelitian berjudul Daily consumption of Growing-Up Milk is Associated with Less Stunting among Indonesian Toddlers menemukan bahwa balita yang mengonsumsi “growing-up milk” ≥ 300 ml/hari berisiko lebih rendah mengalami stunting dibanding balita yang tidak. Konsumsi susu tumbuh-balita ini termasuk sumber protein hewani / produk olahan hewani.

    Literatur menunjukkan bahwa weight faltering yang terdeteksi dini dan diintervensi dengan tepat memberi peluang besar untuk catch-up growth, termasuk pemulihan perkembangan kognitif. Karena itu, pemantauan berat badan dan tinggi anak pada kurva pertumbuhan WHO setiap 1-3 bulan adalah langkah penting yang harus diperhatikan oleh orang tua.

    Waktu emas pertumbuhan Si Kecil hanya terjadi sekali, & tak bisa terulang kembali. Jangan biarkan Gerakan Tutup Mulut (GTM) menghalangi tumbuh kembangnya. Setiap pilihan apapun, kapanpun – terasa seperti momen penentu yang akan membentuk masa depan Si Kecil. Morigro – inovasi terbaru Morinaga memahami kekhawatiran Ibu, memberikan solusi & menjadi partner setia mengubah kekhawatiran menjadi harapan, mengubah Gerakan Tutup Mulut (GTM) menjadi Gerakan Tumbuh Maximal.

    Pilihan terbaik Bunda hari ini, menentukan masa depan Si Kecil esok hari.

    Kini GTM bukan lagi drama, tapi #GerakanTumbuhMaximal bersama Morinaga Morigro #KarenaWaktuTakBisaKembali!

    Halaman 2 dari 3

    (kna/kna)

  • Ciri-ciri Orang Berumur Pendek Bisa Dilihat di Mata, Ini Kata Peneliti

    Ciri-ciri Orang Berumur Pendek Bisa Dilihat di Mata, Ini Kata Peneliti

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mata manusia ternyata bisa menilai kondisi pemiliknya. Termasuk apakah berisiko cepat tua atau awet muda.

    Sebuah penelitian yang berasal dari Universitas McMaster dan Institut Penelitian Kesehatan Pipulasi (PHRI) menemukan hubungan pola pembuluh darah mata dengan kondisi kesehatan seseorang.

    Mereka melakukan analisa gambar retina, profil genetik dan sampel darah dari 74 ribu peserta dari empat studi skala besar, Studi Longitudinal Kanada tentang Penuaan (CLSA), Studi Audit dan Penelitian Genetika Diabetes Tayside (GoDARTS), UK Biobank (UKBB), dan studi Epidemiologi Perkotaan Pedesaan Prospektif PHRI (PURE).

    Dari analisa mereka, ditemukan seseorang dengan pembuluh darah sederhana dan kurang sederhana berisiko menderita penyakit kardiovaskular lebih tinggi. Pada individu ini, ditemukan pula tanda biologis dini termasuk peradangan yang meningkat dan berkurangnya harapan hidup alias berumur pendek, dikutip dari Science Daily, Selasa (4/11/2025).

    Penulis senior studi dari Departemen Kedokteran McMaster, Marie Pigeyre mengatakan mata memudahkan menilai sistem peredaran darah tubuh. Perubahan pada mata jadi cerminan yang ada di seluruh tubuh.

    “Perubahan pembuluh darah retina sering mencerminkan perubahan pada seluruh pembuluh darah kecil tubuh,” jelas Pigeyre.

    Dengan penelitian ini membuat pemindaian retina sederhana bisa berfungsi untuk alat evaluasi non invasif bagi kesehatan kardiovaskular dan penuaan biologis.

    Pemindaian retina seperti itu diharapkan bisa membantu dokter dalam mendeteksi masalah kesehatan seseorang. Termasuk juga memandu mencegah seseorang mengalaminya sebelum gejala tersebut muncul.

    Penelitian yang sama juga mengidentifikasi sejumlah protein terkait perdagangan dan penuaan vaskular. Beberapa di antaranya adalah MMP12 dan reseptor IgG-Fc IIb, yakni kerusakan pembuluh darah terkait usia.

    “Temuan kami menunjukkan potensi target obat untuk memperlambat penuaan pembuluh darah, mengurangi beban penyakit kardiovaskular dan meningkatkan harapan hidup,” jelasnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]