Produk: protein

  • Panduan Pola Makan Dari Dokter Gizi untuk Pencegahan Malnutrisi – Halaman all

    Panduan Pola Makan Dari Dokter Gizi untuk Pencegahan Malnutrisi – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA —  Permasalahan gizi di Indonesia saat ini adalah mengalami malnutrisi. Ini tips pencegahan dan panduan dari dokter gizi.

    Malnutrisi adalah kondisi ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh, yang dapat terjadi ketika asupan gizi tidak sesuai dengan kebutuhan harian yang berakibat menjadi gizi buruk. Gizi buruk meliputi stunting, wasting, dan obesitas.

    Dokter spesialis gizi dr. Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK, FINEM mengungkapkan, ada sejumlah hal yang dapat dilakukan masyarakat untuk bersama-sama menekan angka stunting, yang berfokus pada pencegahan malnutrisi.

    Ia menuturkan, bukan hanya kekurangan gizi.

    Namun faktanya, kelebihan gizi pun dapat dikatakan malnutrisi.

    “Karena itu diingat untuk masyarakat lebih menyadari pentingnya pemenuhan nutrisi harian setiap harinya.

    Sebab, faktor kunci yang berkontribusi pada permasalahan gizi adalah pola makan, yakni praktik pemberian dan penyedia makan yang sesuai dengan kebutuhan harian seseorang,” kata dia di acara Healthy Eat, Healthy Living ini di Jakarta, Sabtu (25/1/2025).

    Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian, penting untuk mengonsumsi makanan yang seimbang dan bervariasi, sehingga tubuh mendapatkan semua zat gizi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik.

    Asupan makanan yang seimbang melibatkan tiga kelompok utama, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak, serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral.

    “Usahakan agar di dalam piring makanan terdiri dari 50 persen sayuran dan buah, 25 persen karbohidrat sehat, dan 25 persen protein, untuk memastikan keberagaman gizi,” papar dr. Marya.

    Kemudian, pastikan konsumsi makanan yang bervariasi.

    Dalam hal ini, cobalah untuk tidak mengonsumsi satu jenis makanan secara berlebihan, melainkan makan berbagai macam makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

    Selain itu, atur pola makanan dengan frekuensi yang teratur, seperti tiga kali makan utama (pagi, siang, malam.

    Kemudian  1 sampai 2 kali camilan sehat di antara waktu makan, untuk menjaga energi tetap stabil sepanjang hari.
     
    Group Marketing Head PT Finusolprima Farma Internasional, dr. Siswandi menambahkan, kegiatan edukasi ini sejalan dengan inisiatif keberlanjutan pihaknya, Bersama Sehatkan Bangsa.

    Pemenuhan gizi harian dapat didukung dengan nutrisi tambahan.

    “Nutrisi tambahan itu seperti General Nutrition berupa Peptisol, Entrakid dan Speciality Nutrition berupa Hepatosol, Oligo. Edukasi gizi bukan hanya soal teori, tapi juga praktek pembuatan dan penyajian menu yang bisa diterapkan di keseharian hidup pasien,” kata dr. Siswandi.

     

  • Viral Bayi 9 Bulan Dikasih Nasi Padang, Dokter Anak Bilang Gini

    Viral Bayi 9 Bulan Dikasih Nasi Padang, Dokter Anak Bilang Gini

    Jakarta

    Baru-baru ini viral video di media sosial bayi 9 bulan dikasih nasi padang. Video tersebut juga memperlihatkan banyak potongan cabai yang ada di nasi padang tersebut.

    Video tersebut menuai pro-kontra di masyarakat. Tak sedikit yang menyayangkan orang tua dari bayi tersebut, mengingat nasi padang identik dengan cita rasa pedas yang tidak cocok untuk anak seusia tersebut.

    “Wihh hebat ibu pintar sekali, nggak sekalian seblak bu?” kata seorang netizen.

    “Kasian lambungnya,” kata netizen lainnya.

    “Kalau udah sakit perutnya, emaknya nangis-nangis. Boleh juga tp liat umur anak mbok d eman,” tutur netizen lainnya.

    Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Meta Herdiana Hanindita SpA(K) ikut menyoroti video viral tersebut. Menurutnya, Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada bayi 9 bulan harusnya mengandung karbohidrat, lemak, protein terutama hewani, dan sayur atau buah sedikit saja.

    Menurutnya, yang tampak sekilas dalam video tersebut memang tidak terlalu menggambarkan detail menu yang disuapkan. Namun seandainya diberikan nasi padang seperti nasi dan rendang, menurut dr Meta tidak masalah.

    “Nasi= karbo, Santan= lemak, Daging= protein hewani, Teksturnya disesuaikan dengan kemampuan,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (27/1/2025).

    Terkait rasa pedas, dr Meta mengatakan tidak ada literatur terkait ketentuan kapan makan pedas boleh mulai diberikan. Mengingat makanan pedas itu sangat tergantung dari budaya lokal.

    “Orang luar negri yang ga pernah makan makanan pedas, umur berapa pun kalau dikasih makanan pedasnya indonesia ya bisa bereaksi juga,” katanya lagi.

    Namun, lanjut dr Meta, cabe sebetulnya tidak mengandung nutrisi yang dibutuhkan bayi dan hanya buat perasa. Artinya tak terlalu penting untuk diberikan saat MPASI.

    “Nasi padangnya boleh, tapi jangan langsung pedas juga,” katanya menyarankan.

    “Yang saya lihat di video tadi ada banyak potongan cabenya. Tapi anaknya oke-oke saja ya nggak ngerasa kepedesan. Pedas=sangat subyektif. Tapi karena bayi masih sensitif, bisa bikin diare, sakit perut,” imbuhnya lagi.

    (suc/up)

  • Serangga Diusulkan Masuk Menu Makan Bergizi Gratis, Dokter Gizi Soroti Hal Ini

    Serangga Diusulkan Masuk Menu Makan Bergizi Gratis, Dokter Gizi Soroti Hal Ini

    Jakarta

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana membuka peluang serangga menjadi menu makanan bergizi gratis (MBG) di daerah tertentu. Misalnya, seperti masyarakat Gunung Kidul hingga Papua.

    “Sebagian masyarakat Gunung Kidul biasa mengkonsumsi belalang. Masyarakat Papua biasa makan ulat sagu,” kata Dadan kepada wartawan, Sabtu (25/1/2025).

    Dadan menilai beberapa jenis serangga memang layak untuk dikonsumsi, seperti jangkrik yang kini sudah dijual-belikan.

    “Snack jangkrik sekarang sudah dijual komersial,” ucapnya.

    Dokter spesialis gizi Johanes Chandrawinata, SpGK, menyebut pada berbagai kebudayaan baik di Indonesia maupun di luar negeri, termasuk Eropa dan Amerika, belalang sudah lama dikonsumsi.

    Sekitar dua miliar orang di dunia, kata dr Johannes, mengonsumsi serangga setiap hari. Terlebih, terdapat lebih dari 2 ribu spesies belalang yang dimakan.

    “Belalang memang bisa menjadi alternatif pangan tinggi protein dan tinggi lemak. Pada berbagai kebudayaan, baik di Indonesia maupun di luar negeri, termasuk Eropa dan Amerika, belalang sudah lama dikonsumsi,” kata dia, saat dihubungi detikcom, Senin (27/1/2025).

    dr Johannes mengatakan serangga seperti jangkrik mengandung 460 kalori, 18,5 gram lemak, dan 69 gram protein per 100 gram mentah. Sementara belalang mengandung 560 kalori, 38 gram lemak, dan 48 gram protein per 100 gram.

    Kemudian untuk 100 gram ulat sagu mengandung 9,7 gram protein dan 21,5 gram lemak.

    Meski begitu, dr Johannes juga mengingatkan bahwa tak semua anak suka belalang atau serangga. Hal tersebut tentu harus menjadi pertimbangan sebelum memutuskan akan menggunakan serangga sebagai alternatif sumber protein di menu makan bergizi gratis.

    Selain itu, kemungkinan reaksi alergi pada anak juga perlu diperhatikan.

    “Jarang (efek samping) tapi bisa ada reaksi alergi terhadap serangga, tentu bila alergi harus menghindari makanan penyebab,” imbuhnya lagi.

    (suc/up)

  • Keluarga Kepala BGN Dadan Hindayana Diusulkan Jadi Kelinci Percobaan Makan Serangga Gratis

    Keluarga Kepala BGN Dadan Hindayana Diusulkan Jadi Kelinci Percobaan Makan Serangga Gratis

    loading…

    Netizen ramai-ramai mengkritik Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana yang membuka peluang serangga seperti belalang dan ulat sagu jadi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG). Foto/Achmad Al Fiqri

    JAKARTA – Netizen ramai-ramai mengkritik Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana yang membuka peluang serangga seperti belalang dan ulat sagu jadi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ada juga netizen di media sosial X yang mengusulkan keluarga Dadan Hindayana menjadi kelinci percobaan makan serangga gratis.

    “Sudah lah pak kalau kebijakan makan gratis tidak ada dana batalkan aja masa siswa sekolah di kasih makan serangga, keluarga bapak aja yg jadi kelinci percobaan,” kata netizen @DidiOppo71***, Senin (27/1/2025).

    Hal senada juga dikatakan oleh akun @Ridwanhusa15***. “Coba aja dulu makan serangga nya biar di live kan agar menjadi contoh buat makan gizi gratis… Aneh,” katanya.

    Pendapat serupa disampaikan oleh akun @dp_koesmi***. “’Menjadi makanan gratis bergizi di daerah tersebut’. Jadi, karena pejabatnya bukan dari daerah tersebut, lauknya bukan serangga? Jangan gitu Pak. Membeda-bedakan jatah itu gak baik. Walau pun pejabat bukan dari daerah tersebut, layak bapak ikut nyoba makan,” tuturnya.

    “Luar Biasa Ide Kepala Badan Gisi Nasional. Bagaimana Kalau Lu Jadi Bahan Uji Coba Menu Serangga?“ ujar akun @Ary_Pras***.

    Ada juga netizen yang mempertanyakan anggaran Makan Bergizi Gratis (MBG). “Emang dana buat makan gizi gratis dikemanain , sampe-sampe mau dikasih makan serangga,” kata akun @ArmanA76***.

    Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) membuka peluang untuk memasukkan serangga ke dalam menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah). Langkah itu dilakukan lantaran serangga bisa menjadi sumber protein.

  • Sesimpel Ini Rahasia Diet Food Blogger Bekasi yang Berhasil Pangkas BB 20 Kg

    Sesimpel Ini Rahasia Diet Food Blogger Bekasi yang Berhasil Pangkas BB 20 Kg

    Jakarta

    Seorang food blogger di Bekasi Adhe Tora membagikan pengalamannya yang berhasil menurunkan berat badan 20 kg. Sebelumnya, berat badan Tora sempat mencapai 100 kg. Dirinya juga mengalami sejumlah kondisi imbas berat badan tersebut.

    “Gue sempat kena asam urat tinggi, bengkak tangan kanan dan di check sama adik di rumah hasilnya nggak normal,” kata Adhe Tora saat berbincang dengan detikcom, Minggu (26/1/2025).

    Adapun perjalanan diet yang dilakukan Tora dimulai dari November 2023. Pada tiga bulan pertama, pria berusia 30-an tahun itu menjalani diet intermittent fasting atau diet yang mengatur pola makan dengan berpuasa selama waktu tertentu, yang membuatnya berhasil turun 15 kg di tahap awal.

    Tora mengaku menerapkan intermittent fasting dengan jendela makan pada jam 13.00-20.00 WIB. Dirinya juga melakukan olahraga ringan aerobik selama 30 menit untuk membantu proses penurunan berat badannya.

    Namun semenjak dirinya berhasil menurunkan berat badan hingga 79 kg, Tora memutuskan untuk menaikkan massa otot lantaran merasa terlalu kurus. Menurut Tora, diet bukanlah membatasi makanan tertentu, terlebih profesinya sebagai food blogger yang biasa mengonsumsi makanan tinggi kalori.

    “Sisanya jaga makan defisit kalori. Sekarang (berat badan) di 82kg, cuma gue blm ukur lagi update muscle, body fat dan sebagainya, karena selain udah nggak ada konsul dokter, nggak ke gym juga,” katanya.

    “Gue nggak ada pantangan sama sekali. Makan secukupnya ya apalagi keseharian gue emang suka bikin konten kuliner jadi nggak jauh dari makanan tinggi gula, tepung,” lanjutnya.

    Meski begitu, saat dirinya tak ngonten, Tora justru mengonsumsi makanan clean food hingga tinggi protein. “misal 3-5 telur, 2-3 potong ayam, tahu, tempe, sayur dan buah,” jelas dia.

    “Gue mau menerapkan fun diet yang bikin gue nggak malas untuk olahraga yang berulang terus dan jadi lifestyle,” tutur Tora.

    Mengenal Metode Diet Intermittent Fasting

    Dikutip dari Medical News Today dan Mayo Clinic, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola makan ini dapat memberikan manfaat seperti menurunkan massa lemak, kesehatan yang lebih baik, dan peningkatan umur panjang.

    Pola intermittent fasting didasarkan pada jadwal yang ditetapkan dan tidak mengikuti waktu acak. Meskipun demikian, pengalaman setiap orang tentang intermittent fasting bersifat individual, dan metode yang berbeda akan cocok untuk orang yang berbeda.

    Beberapa metode intermittent fasting meliputi:

    Puasa selang-seling. Makan makanan normal pada suatu hari dan berpuasa total atau makan satu kali dalam porsi kecil (kurang dari 500 kalori) pada hari berikutnya.Puasa 5:2. Makan makanan normal lima hari seminggu dan berpuasa dua hari seminggu.Puasa harian dengan batasan waktu. Makan seperti biasa, tetapi hanya dalam rentang waktu delapan jam setiap hari. Misalnya, melewati sarapan, tetapi makan siang sekitar tengah hari dan makan malam sebelum pukul 8 malam.

    (suc/suc)

  • Serangga hingga Ulat Sagu Masuk Opsi Menu Program Makan Bergizi Gratis

    Serangga hingga Ulat Sagu Masuk Opsi Menu Program Makan Bergizi Gratis

    Jakarta: Serangga seperti ulat sagu dan belalang kini dipertimbangkan sebagai salah satu sumber protein dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dirancang pemerintah. Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyatakan bahwa konsumsi serangga dapat menjadi opsi menu di wilayah-wilayah tertentu yang masyarakatnya sudah terbiasa mengonsumsi bahan pangan tersebut.

    “Mungkin saja ada satu daerah yang suka makan serangga, belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein,” ujar Dadan saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PIRA Gerindra di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu, 25 Januari 2025.

    Dadan menegaskan bahwa program MBG tidak menetapkan standar menu yang seragam secara nasional, melainkan menyesuaikan dengan potensi sumber daya lokal dan kebiasaan konsumsi masyarakat di masing-masing daerah.

    Baca juga: Lestari Moerdijat: Dengan Pemberian Asupan Gizi yang Berimbang Dukung SDM yang Lebih Baik

    “Itu contoh bahwa Badan Gizi ini tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” jelasnya. 

    “Nah, isi protein di berbagai daerah itu sangat tergantung potensi sumber daya lokal dan kesukaan lokal. Jangan diartikan lain ya,” tambahnya.
    Disesuaikan dengan Sumber Daya dan Kebiasaan Lokal
    Lebih lanjut, Dadan menjelaskan bahwa ketersediaan pangan menjadi dasar penentuan menu dalam program MBG. Misalnya, daerah yang melimpah hasil telurnya akan memanfaatkan telur sebagai sumber protein utama, sementara daerah yang kaya akan hasil laut dapat memanfaatkan ikan sebagai bahan dominan.

    “Karena kalau di daerah yang banyak telur, ya telurlah mungkin mayoritas. Yang banyak ikan, ikanlah yang mayoritas, seperti itu,” katanya.

    Ia juga mencontohkan daerah seperti Halmahera Barat, di mana masyarakat terbiasa menjadikan singkong dan pisang rebus sebagai sumber karbohidrat utama.

    “Karena Badan Gizi Nasional tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” tegasnya.

    Jakarta: Serangga seperti ulat sagu dan belalang kini dipertimbangkan sebagai salah satu sumber protein dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dirancang pemerintah. Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyatakan bahwa konsumsi serangga dapat menjadi opsi menu di wilayah-wilayah tertentu yang masyarakatnya sudah terbiasa mengonsumsi bahan pangan tersebut.
     
    “Mungkin saja ada satu daerah yang suka makan serangga, belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein,” ujar Dadan saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PIRA Gerindra di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu, 25 Januari 2025.
     
    Dadan menegaskan bahwa program MBG tidak menetapkan standar menu yang seragam secara nasional, melainkan menyesuaikan dengan potensi sumber daya lokal dan kebiasaan konsumsi masyarakat di masing-masing daerah.

    Baca juga: Lestari Moerdijat: Dengan Pemberian Asupan Gizi yang Berimbang Dukung SDM yang Lebih Baik
     
    “Itu contoh bahwa Badan Gizi ini tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” jelasnya. 
     
    “Nah, isi protein di berbagai daerah itu sangat tergantung potensi sumber daya lokal dan kesukaan lokal. Jangan diartikan lain ya,” tambahnya.

    Disesuaikan dengan Sumber Daya dan Kebiasaan Lokal

    Lebih lanjut, Dadan menjelaskan bahwa ketersediaan pangan menjadi dasar penentuan menu dalam program MBG. Misalnya, daerah yang melimpah hasil telurnya akan memanfaatkan telur sebagai sumber protein utama, sementara daerah yang kaya akan hasil laut dapat memanfaatkan ikan sebagai bahan dominan.
     
    “Karena kalau di daerah yang banyak telur, ya telurlah mungkin mayoritas. Yang banyak ikan, ikanlah yang mayoritas, seperti itu,” katanya.
     
    Ia juga mencontohkan daerah seperti Halmahera Barat, di mana masyarakat terbiasa menjadikan singkong dan pisang rebus sebagai sumber karbohidrat utama.
     
    “Karena Badan Gizi Nasional tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” tegasnya.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DHI)

  • Tembiluk, Kuliner Suku Dayak di Tepian Sungai Kalimantan

    Tembiluk, Kuliner Suku Dayak di Tepian Sungai Kalimantan

    Liputan6.com, Pontianak – Di balik tradisi mencari tembiluk yang tersembunyi di sungai-sungai Kalimantan, tersimpan narasi kuliner yang melampaui sekadar makana. Bahkan mengungkap hubungan antara masyarakat Dayak dengan lingkungan alamnya.

    Tembiluk, cacing kayu yang hidup di dalam batang-batang kayu terendam di sungai-sungai Kalimantan, menjadi salah satu manifestasi keunikan kuliner suku Dayak. Makanan yang ditemukan saat musim kemarau ini memiliki sejarah panjang dalam tradisi berburu dan bertahan hidup masyarakat pedalaman.

    Proses mencari tembiluk telah menjadi ritual sosial yang melibatkan seluruh komunitas. Pada musim kemarau, ketika permukaan air sungai surut, para lelaki suku Dayak turun ke aliran sungai untuk menarik kayu-kayu yang telah lama terendam.

    Setiap batang kayu berpotensi menyimpan rumpun tembiluk yang akan menjadi sumber protein bagi keluarga. Mengutip dari berbagai sumber, tembiluk memiliki komposisi yang kompleks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hewan ini tersusun dari 82,50% air, dengan kandungan protein sebesar 8,21%, lemak 3,34%, dan karbohidrat 3,67%. Nilai nutrisi ini menjadikan tembiluk sebagai sumber gizi alternatif dalam sistem pangan tradisional.

    Kebiasaan mengonsumsi tembiluk tidak sekadar soal pemenuhan kebutuhan gizi, melainkan juga berkaitan dengan praktik pengobatan tradisional. Masyarakat Dayak secara turun-temurun menggunakan tembiluk sebagai pengobatan malaria, serta dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan dan produksi air susu ibu.

    Metode konsumsi tembiluk sangat beragam. Sebagian masyarakat mengonsumsinya langsung dalam keadaan mentah setelah dibersihkan, dengan rasa yang mirip kerang-kerangan dengan sentuhan asin dan manis.

    Beberapa varian pengolahan mencakup pemberian garam, penyedap, atau disajikan dengan cabai untuk meningkatkan cita rasa. Mengonsumsi cacing tanah atau cacing kayu bukanlah hal yang eksklusif pada masyarakat Dayak.

    Beberapa komunitas asli di Australia, Afrika, dan Amerika Latin telah lama mengintegrasikan jenis protein ini dalam pola makan mereka, menggarisbawahi aspek universal dalam strategi bertahan hidup manusia. Meskipun memiliki sejumlah manfaat kesehatan, para ahli gizi tetap memperingatkan pentingnya konsumsi dalam batas wajar. Asupan berlebihan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan, terutama terkait kadar kolesterol.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Gara-gara Dadan Hindayana, Pejabat Kabinet Prabowo-Gibran Diminta Makan Serangga

    Gara-gara Dadan Hindayana, Pejabat Kabinet Prabowo-Gibran Diminta Makan Serangga

    loading…

    Pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana yang membuka peluang serangga seperti belalang dan ulat sagu jadi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menuai kritikan. Foto/Achmad Al Fiqri

    JAKARTA – Pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana yang membuka peluang serangga seperti belalang dan ulat sagu jadi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menuai kritikan. Kali ini, kritikan disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi.

    Uchok menilai pemerintah pusing cari anggaran makan gizi gratis dengan membuka peluang serangga seperti belalang dan ulat sagu jadi menu program MBG. Karena, kata dia, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lagi kering.

    Dia juga menduga tidak ada lagi negara lain atau lembaga keuangan yang mau memberikan pinjaman. “Maka, rakyat disuruh makan serangga. Sebelum rakyat makan serangga, suruh para menteri atau pejabat negara yang makan duluan, ya makan serangga,” ujar Uchok kepada SindoNews, Minggu (26/1/2025).

    “Selama ini mereka sudah merdeka, semua fasilitas dari duit pajak sudah mereka nikmati. Dengan menu para pejabat negara makan serangga tiap hari, berarti anggaran makan minum yang yang ada setiap lembaga negara bisa dihemat,” pungkasnya.

    Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) membuka peluang untuk memasukkan serangga ke dalam menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah). Langkah itu dilakukan lantaran serangga bisa menjadi sumber protein.

    “Mungkin saja ada satu daerah suka makan serangga (seperti) belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein,” kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu (25/1/2025).

    (rca)

  • Sesimpel Ini Rahasia Diet Food Blogger Bekasi yang Berhasil Pangkas BB 20 Kg

    Perjalanan Diet Food Blogger Bekasi yang Sukses Pangkas 20 Kg, Tetap Makan Enak

    Jakarta

    Seorang food blogger di Bekasi Adhe Tora menceritakan pengalamannya berhasil menurunkan berat badan 20 kg. Awalnya dia bertekad menurunkan berat badan karena bobotnya sempat berada di angka 100 kg.

    “Gue sempat kena asam urat tinggi, bengkak tangan kanan dan di check sama adik di rumah hasilnya nggak normal,” kata Adhe Tora saat berbincang dengan detikcom, Minggu (26/1/2025).

    Di umurnya yang masih 30-an, Tora sudah mengalami sejumlah keluhan kesehatan. Bukan cuma asam urat tinggi, dia juga mengalami debar dan detak jantung tidak normal padahal tak beraktivitas berat.

    Perjalanan dietnya dimulai di November 2023. Di tiga bulan pertama, Tora menjalani diet intermitten fasting yang membuatnya berhasil turun 15 kg di tahap awal.

    Diet menurut Tora bukan berarti membatasi makanan tertentu, terlebih profesinya sebagai food blogger yang biasa mengonsumsi makanan tinggi kalori.

    “Gue nggak ada pantangan sama sekali. Makan secukupnya ya apalagi keseharian gue emang suka bikin konten kuliner jadi nggak jauh dari makanan tinggi gula, tepung,”

    “Tapi kalau lagi nggak konten, gue emang clean food. Makan tinggi protein misal 3-5 telur, 2-3 potong ayam, tahu, tempe, sayur dan buah,” jelas dia.

    Program penurunan berat badannya juga tak akan sukses jika tidak dibarengi aktivitas fisik. Tora rutin berolahraga di rumah dan menggunakan smartwatch untuk memantau pembakaran kalori tubuhnya.

    “Gue mau menerapkan fun diet yang bikin gue nggak males untuk olahraga yang berulang terus dan jadi lifestyle,” tutur Tora.

    (kna/kna)

  • Kepala BGN Buka Peluang Serangga Jadi Menu Makan Bergizi Gratis, Pengamat: Jangan Aneh-aneh

    Kepala BGN Buka Peluang Serangga Jadi Menu Makan Bergizi Gratis, Pengamat: Jangan Aneh-aneh

    loading…

    Pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana yang membuka peluang serangga seperti belalang dan ulat sagu jadi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) menuai kritik. Foto/Achmad Al Fiqri

    JAKARTA – Pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana yang membuka peluang serangga seperti belalang dan ulat sagu jadi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) menuai kritik. Pengamat Politik sekaligus Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas meminta Dadan jangan aneh-aneh.

    “Setelah beberapa waktu lalu membuka peluang daun kelor, kembali BGN membuka peluang menjadikan serangga menjadi menu makanan gratis. Wajar kalau banyak yang mengkritik atas rencana tersebut,” kata Fernando kepada SindoNews, Minggu (26/1/2025).

    Sebab, kata dia, perlu melakukan kajian lebih lanjut atas kandungan serangga yang akan dijadikan menu makanan bergizi gratis. Fernando menuturkan, jangan-jangan pemerintah menyadari tidak memiliki anggaran yang cukup untuk melaksanakan program makan bergizi secara menyeluruh.

    “Karena masih uji coba sudah menurunkan anggaran dari yang direncanakan dari Rp15.000 per porsi menjadi Rp10.000 per porsi. Sangat mungkin makanan bergizi gratis tidak akan dikonsumsi apabila menggunakan bahan makanan yang tidak lazim seperti serangga,” tuturnya.

    Dia mengatakan, sebaiknya menu makan gizi gratis menggunakan bahan yang memang selama ini yang sudah menjadi dikonsumsi masyarakat pada umumnya. “Jangan merancang yang aneh-aneh, kalau memang perlu lakukan revisi sesuai kemampuan pemerintah,” pungkasnya.

    Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) membuka peluang untuk memasukkan serangga ke dalam menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah). Langkah itu dilakukan lantaran serangga bisa menjadi sumber protein.

    “Mungkin saja ada satu daerah suka makan serangga (seperti) belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein,” kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu (25/1/2025).

    (rca)