Produk: PCR

  • Hasil Tes DNA RK dan Lisa Mariana Ditunggu Publik, Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Hasil Tes DNA RK dan Lisa Mariana Ditunggu Publik, Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Jakarta

    Publik menunggu hasil tes DNA mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK), Lisa Mariana, dan anak berinisial CA. Biar lebih paham, ini penjelasan ilmiah soal apa itu tes DNA.

    Sebelumnya pada Kamis, 7 Oktober 2025, Ridwan Kamil, Lisa Mariana dan anak CA sudah menjalani tes DNA di Gedung Bareskrim, Mabes Polri. Sampel diambil oleh tim Pusdokkes Polri. Hampir 2 minggu berlalu, mestinya pengumuman hasil tes DNA tidak lama lagi.

    Berikut ini adalah penjelasan seputar tes DNA yang dihimpun dari berbagai sumber:

    Apa Itu DNA?

    Dikutip dari MedlinePlus, Deoxyribonucleic Acid atau DNA adalah materi genetik yang membawa instruksi untuk membentuk dan mengatur fungsi setiap makhluk hidup. Dengan kata lain, DNA adalah ‘kode unik’ yang menentukan berbagai sifat fisik dan biologis seseorang. Setiap orang memiliki susunan DNA yang berbeda, kecuali pada kembar identik. DNA diwariskan dari orang tua kepada anak, sehingga memuat informasi genetik dari kedua pihak.

    Apa Itu Tes DNA?

    Tes DNA merupakan metode ilmiah yang sering digunakan dalam proses hukum dan identifikasi biologis. Dalam kasus ini, pemeriksaan menjadi tahap penting karena mengedepankan bukti genetik yang objektif, bukan hanya keterangan lisan.

    Tes DNA adalah pemeriksaan ilmiah yang membandingkan susunan DNA dari dua atau lebih orang untuk melihat apakah ada kecocokan tertentu. Masih menurut MedlinePlus, tes ini digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari memeriksa hubungan keluarga (misalnya tes paternitas), membantu diagnosis penyakit genetik, hingga identifikasi individu dalam kasus hukum atau forensik. Hasil tes DNA bersifat sangat akurat karena mengandalkan penanda genetik yang unik pada setiap orang.

    Syarat Tes DNA

    Dikutip dari Antara, tes DNA tidak dapat dilakukan sembarangan. Meski tidak ada persyaratan khusus bagi seseorang untuk menjalaninya, pemeriksaan ini umumnya dilakukan oleh individu yang memiliki kepentingan tertentu, baik untuk tujuan medis, hukum, maupun pribadi.

    Prosedur Tes DNA

    1. Pengambilan sampel

    Sampel biologis dikumpulkan dari orang yang diperiksa, misalnya darah, rambut, kulit, air liur, atau potongan kuku. Untuk tes hubungan keluarga, sampel diambil dari pihak-pihak yang dibandingkan, seperti ayah dan anak.

    2. Ekstraksi DNA

    Sampel diproses untuk memisahkan DNA dari komponen lainnya, biasanya dengan bantuan enzim khusus.

    3. Elektroforesis

    DNA yang telah diekstraksi dipisahkan menjadi fragmen-fragmen berdasarkan ukurannya menggunakan medan listrik.

    4. Polymerase Chain Reaction (PCR)

    DNA diperbanyak secara selektif agar tersedia cukup banyak salinan untuk dianalisis.

    5. Analisis DNA

    DNA yang telah diperbanyak dianalisis untuk mencari penanda genetik tertentu, disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan.

    6. Perbandingan DNA

    Jika tes bertujuan menguji hubungan keluarga, hasil DNA dibandingkan untuk melihat kecocokan, misalnya dalam tes paternitas setengah susunan DNA anak akan cocok dengan DNA ayah.

    7. Hasil dan waktu tunggu

    Hasil tes biasanya keluar dalam 2-4 minggu atau lebih, tergantung kompleksitas pemeriksaan.

    Lalu kapan hasil tes DNA Ridwan Kamil dan Lisa Mariana keluar? Karo Labdokkes Pusdokkes Polri Brigjen Sumy Hastry Purwanti sebelumnya mengatakan hasil tes DNA akan keluar dalam 5-10 hari ke depan.

    “Kurang lebih 5-10 hari,” kata Brigjen Sumy Hastry Purwanti kepada wartawan, Jumat 8 Agustus 2025.

    Jika dihitung sejak pengambilan sampel DNA pada Kamis (7/8) lalu, maka sekarang sudah lebih dari 10 hari setelah pemeriksaan dilakukan.

    (fay/fyk)

  • Universitas Turki Kembangkan Alat Tes Deteksi Dini Hepatitis D

    Universitas Turki Kembangkan Alat Tes Deteksi Dini Hepatitis D

    JAKARTA – Universitas Timur Dekat di Republik Turki Siprus Utara (TRNC) dan Universitas Manisa Celal Bayar di Turki bagian barat mengembangkan alat tes diagnostik PCR yang dapat mendeteksi virus hepatitis D pada tahap awal.

    “Alat Diagnostik PCR Real-Time Virus Hepatitis D” bertujuan untuk mengisi kesenjangan dalam alat diagnostik dengan memungkinkan deteksi virus secara dini dan akurat.

    Dibuat oleh para peneliti di Institut Penelitian Ilmu Kesehatan Eksperimental (DESAM) Universitas Timur Dekat dan Universitas Manisa Celal Bayar, alat ini berpotensi mempercepat diagnosis dan mengurangi tekanan pada sistem pelayanan kesehatan.

    “Pencapaian ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antaruniversitas dan produksi bioteknologi dalam negeri,” kata Rektor Near East University Tamer Şanlıdağ, melansir Daily Sabah 8 Agustus.

    Ia mengatakan, pengembangan perangkat diagnostik dalam negeri ini menjawab kebutuhan ilmiah dan sosial yang signifikan serta menyoroti nilai inisiatif bioteknologi lokal.

    Sejak pandemi COVID-19, Laboratorium Produksi Perangkat dan Analisis Genom DESAM telah mengembangkan dan menyiapkan perangkat diagnostik untuk berbagai penyakit menular.

    “Berkat peralatan canggih dan peneliti yang berkualifikasi, laboratorium kami telah dengan cepat memproduksi kit PCR untuk mendeteksi SARS-CoV-2, demam berdarah, virus Chikungunya, cacar monyet, virus peritonitis infeksius kucing, dan virus West Nile,” ujar Şanlıdağ.

    Virus hepatitis B (HBV), yang menyerang hati dan menyebabkan infeksi serius, menyebar melalui darah, hubungan seksual, dan dari ibu ke anak selama kelahiran. Virus ini dapat menyebabkan peradangan hati, dan jika sistem kekebalan tubuh tidak dapat sepenuhnya membersihkan virus, infeksi akut dapat berkembang menjadi hepatitis kronis, yang meningkatkan risiko sirosis dan kanker hati.

    Sedangkan virus hepatitis D (HDV) tidak dapat menyebabkan infeksi sendiri. Virus ini hanya dapat bereplikasi pada orang yang terinfeksi HBV. Keberadaan HDV memperburuk perjalanan infeksi HBV, yang menyebabkan kerusakan hati lebih cepat dan risiko sirosis yang lebih tinggi. Ketika HBV dan HDV muncul bersamaan, penyakit ini cenderung menjadi lebih agresif.

    Diagnosis dini sangat penting untuk mengendalikan infeksi hati dan memulai pengobatan sebelum penyakit berkembang. Hal ini dapat memainkan peran kunci dalam manajemen penyakit dan perencanaan pengobatan yang efektif.

    Perangkat baru ini juga akan berkontribusi pada perlindungan kesehatan masyarakat. Hasil proyek ini telah dibagikan kepada komunitas ilmiah melalui publikasi internasional.

  • Eks Pejabat WHO Beberkan Ciri-ciri Suara Parau karena COVID-19 Stratus

    Eks Pejabat WHO Beberkan Ciri-ciri Suara Parau karena COVID-19 Stratus

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI menyebut varian XFG atau yang belakangan dikenal Stratus sudah mendominasi setidaknya 75 persen dari total kasus COVID-19 di Indonesia pada Mei 2025. Bahkan meningkat menjadi 100 persen di Juni 2025.

    Meski sudah dominan, sejauh ini kasus yang bergejala berat atau membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit dan ICU relatif tetap rendah. Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan laporan tersebut menandakan COVID-19 memang belum sepenuhnya lenyap.

    “Dengan itu, maka kita harus terima kenyataan bahwa dari waktu ke waktu akan ada saja laporan varian atau sub varian baru dari SARS-COV-2, baru2 ini ada Nimbus dan sekarang ada Stratus,” beber Prof Tjandra, yang juga seorang profesor pulmonologi, saat dihubungi detikcom Senin (28/7/2025).

    Sebagai catatan, stratus sebenarnya masuk ke dalam varian yang dipantau WHO atau variant under monitoring (VUM) sejak 25 Juni 2025. Sama seperti COVID-19 varian Nimbus yang ditetapkan masuk kategori tersebut di 23 Mei.

    “XFG atau Stratus dan juga nimbus adalah subvarian dari Omicron. Saat ini di dunia memang Nimbus yang dominan di dunia, tetapi Stratus juga makin banyak dan bukan tidak mungkin akan jadi paling banyak di dunia juga. Karena itu tidaklah heran kalau sekarang ada laporan bahwa Stratus jadi yang dominan di Indonesia,” lanjutnya.

    Meski gejala khas varian Stratus sulit dikenali, Prof Tjandra mewanti-wanti beberapa gejala yang perlu diwaspadai.

    “Gejala Stratus adalah suara parau, atau bahasa Inggrisnya hoarseness, scratchy, raspy voice,” tutur dia.

    Sejumlah pasien di Inggris bahkan mengaitkan keluhan tersebut dengan nyeri tak tertahankan seperti terkena benda tajam di bagian leher. Meski begitu, tidak semua gejala tersebut selalu berkaitan dengan infeksi COVID-19 varian Stratus.

    Untuk benar-benar memastikannya, tetap diperlukan tes atau pemeriksaan COVID-19 melalui rapid test maupun PCR.

    “Stratus atau XFG merupakan rekombinasi dari LF.7 dan LP.8.1.2. XFG juga punya empat mutasi. Secara keseluruhan hal ini dapat berdampak pada kemungkinan peningkatan kasus serta kemungkinan melemahnya proteksi,” sorot dia.

    “Walau sejauh ini vaksin COVID-19 yang sekarang masih dapat digunakan, khususnya untuk yang simtomatik dan kasus yang berat,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum lama ini mengungkapkan COVID-19 varian XFG atau Stratus sudah terdeteksi di Indonesia. Bahkan, disebutkan Stratus saat ini menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.

    Temuan ini diungkapkan berdasarkan pemantauan rutin yang dilakukan Kemenkes terkait penyakit pernapasan di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan.

    “Pada bulan Juni varian dominan di Indonesia adalah XFG dengan 75 persen pada Mei dan 100 Mei pada Juni. Lalu ada XEN sebesar 25 persen pada Mei,” ujar pihak Kemenkes belum lama ini.

    Sebenarnya apa yang berbeda dari Stratus dibanding varian yang sudah ada sebelumnya?

    Menurut dokter umum di Harvey Street dan Hannah Clinic London, Dr Kaywaan Khan varian Stratus memiliki karakteristik khusus yang membuatnya lebih rentan menginfeksi.

    Meski begitu, ia mengingatkan dampak infeksi dari varian Stratus tidak lebih fatal bila dibandingkan dengan varian Omicron yang juga sempat bikin heboh sebelumnya. Vaksin yang sudah disetujui juga tetap disarankan untuk mencegah keparahan gejala.

    “Berbeda dengan varian lain, Stratus memiliki mutasi tertentu pada protein spike yang membantunya menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi,” ujar Khan dikutip dari Cosmopolitan, Senin (28/7/2025).

    “Meski demikian, penting diingat Stratus tampaknya tidak lebih parah dibandingkan varian Omicron sebelumnya dalam hal tingkat keparahan penyakit, rawat inap, atau kematian,” sambungnya.

    Gejala Varian Stratus

    Secara umum COVID-19 Stratus menimbulkan gejala yang mirip dengan varian-varian sebelumnya. Misalnya, hilangnya indera penciuman dan pengecap.

    Namun, varian ini juga memiliki gejala khas, yaitu suara serak atau parau. Dr Khan menuturkan pemeriksaan COVID-19 perlu dilakukan bila mengalami gejala-gejala tersebut.

    “Salah satu gejala yang paling terlihat dari varian Stratus adalah suara serak, termasuk suara yang kasar atau parau,” ujar Dr Khan.

    Senada, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan gejala Stratus dapat berupa suara parau atau bahasa Inggrisnya hoarseness, scratchy, raspy voice.

    Sejumlah pasien di Inggris bahkan mengaitkan keluhan tersebut dengan nyeri tak tertahankan seperti terkena benda tajam di bagian leher. Meski begitu, tidak semua gejala tersebut selalu berkaitan dengan infeksi COVID-19 varian Stratus.

    Untuk benar-benar memastikannya, tetap diperlukan tes atau pemeriksaan COVID-19 melalui rapid test maupun PCR.

    “Stratus atau XFG merupakan rekombinasi dari LF.7 dan LP.8.1.2. XFG juga punya empat mutasi. Secara keseluruhan hal ini dapat berdampak pada kemungkinan peningkatan kasus serta kemungkinan melemahnya proteksi,” sorot dia.

    “Walau sejauh ini vaksin COVID-19 yang sekarang masih dapat digunakan, khususnya untuk yang simtomatik dan kasus yang berat,” pungkasnya.

    Selain itu, gejala lain dari infeksi COVID-19 varian Stratus menurut Menurut National Health Service (NHS) Inggris meliputi:

    Suhu tubuh tinggiMenggigilKehilangan atau perubahan indera penciuman dan pengecapSesak napasKelelahanBadan pegal-pegalSakit kepalaSakit tenggorokanHidung tersumbat atau berairHilang nafsu makanDiareMual dan muntah

    Pencegahan Infeksi COVID-19 Stratus

    Berkaitan dengan dengan dominasi varian Stratus di Indonesia, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. Pastikan juga untuk menerapkan etika batuk atau bersin untuk menghindari risiko penularan pada orang lain.

    Selain itu, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer.

    Jika sedang sakit dan mengalami gejala COVID-19, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Terlebih bila ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    Penggunaan masker juga sangat disarankan apabila mengalami masalah kesehatan seperti batuk, pilek, atau demam.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Pernyataan Kemenkes Singapura Terkait Lonjakan Kasus Covid-19”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Waspadai Gejala Pneumonia yang Bisa Berujung Fatal, Kerap Disangka Flu

    Waspadai Gejala Pneumonia yang Bisa Berujung Fatal, Kerap Disangka Flu

    Jakarta

    Banyak orang mengira flu biasa dan pneumonia itu serupa karena sama-sama menyerang sistem pernapasan. Padahal, keduanya sangat berbeda, termasuk dari gejalanya.

    Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Dalam Indonesia (PAPDI) Dr dr Sukamto Koesnoe SpPD K-AI, FINANSIM mengatakan pneumonia merupakan istilah umum untuk peradangan paru-paru, yang bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.

    Salah satu jenis bakteri yang paling sering ditemukan sebagai penyebab pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae.

    Sementara itu, flu biasa umumnya disebabkan oleh virus seperti influenza. Virus ini menyebar sangat cepat, bahkan sebelum gejala berat muncul.

    “Kita ingat COVID, kita ingat flu, influenza. Influenza itu bahkan pada saat kita baru bergejala, belum sampai batuk pilek yang hebat, baru bersin-bersin itu sudah cepat sekali menularkan,” jelasnya saat ditemui di Rumah PAPDI, Rabu (16/7/2025).

    Tak hanya itu, dr Sukamto mengatakan perbedaan juga terlihat pada pola gejala demam. Demam akibat virus biasanya muncul mendadak dan tinggi, bisa berlangsung sepanjang hari.

    Sedangkan pada pneumonia akibat bakteri, lanjutnya, demam cenderung muncul pada sore hingga malam hari, lalu kembali mereda di pagi harinya.

    dr Sokamto mengatakan untuk membedakan gejala flu dan pneumonia lainnya, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

    Infeksi virus biasanya terdeteksi melalui PCR atau antigen, sedangkan infeksi bakteri bisa diketahui dari pemeriksaan dahak yang ditumbuhkan dalam media khusus.

    “Kalau (demam) virus biasanya mendadak cepat, tinggi. Dan dia bisa sepanjang hari. Jadi kalau demam pada bakteri, streptococcus pneumonia bakteri, itu biasanya malam hari, sore, malam hari panas,” lanjutnya.

    Ia juga menjelaskan, pneumonia berat dapat menyebar ke organ tubuh lain dan menyebabkan komplikasi, termasuk infeksi pada telinga, otak, hingga ginjal. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk waspada dan segera memeriksakan diri jika mengalami gejala pernapasan yang tidak biasa.

    (suc/naf)

  • Gara-Gara Stigma, Penanggulangan Penyakit TBC di Jabar Terhambat

    Gara-Gara Stigma, Penanggulangan Penyakit TBC di Jabar Terhambat

    Dilansir kanal Health, Liputan6, Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa tuberkulosis atau TBC masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan di Indonesia. Diperkirakan ada 1 juta kasus dan 125.000 kematian setiap tahun karena TBC.

    “Setiap jam, 14 orang meninggal karena TBC di Indonesia. Kita harus bergerak bersama. Jika tidak dimulai sekarang, target eliminasi 2030 akan sulit tercapai,” kata Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dokter Ina Agustina dalam temu media Senin, 26 Maret 2025.

    Bila mengacu data, penyumbang kasus TBC tertinggi di Indonesia berasal dari beberapa provinsi di Pulau Jawa serta Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan — yang masing-masing mencatat ada lebih dari 40 ribu kasus.

    Ina menyorot sial masih belum tuntasnya pengobatan pada pasien tuberkulosis di Tanah Air. Merujuk data 2024, Indonesia telah mencatatkan 889 ribu notifikasi kasus TBC. Namun, pencapaian inisiasi pengobatan TBC sensitif obat (SO) masih berada di angka 81 persen, di bawah target 90 persen.

    Sementara itu, keberhasilan pengobatan TBC resisten obat (RO) baru mencapai 58 persen, jauh dari target 80 persen. Padahal untuk bisa mempercepat eliminasi kasus TBC pengobatan pasien harus sampai tuntas.

    Ina mengungkapkan bahwa Indonesia terus berupaya agar TBC segera musnah dari Tanah Air. Diantaranya dengan memperkuat promosi dan pencegahan penyakit akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis ini, pemanfaatan teknologi, serta integrasi data dengan rumah sakit dan Puskesmas.

    “Kami terus memperkuat penemuan kasus dengan pemanfaatan teknologi seperti X-ray portable, Tes Cepat Molekuler, dan PCR, serta memberikan insentif dan SKP bagi tenaga kesehatan yang terlibat,” kata Ina.

    Inovasi lainnya mencakup e-learning TBC yang telah diakses lebih dari 491 ribu tenaga kesehatan serta penerapan sertifikat kesembuhan otomatis bagi pasien.

  • Covid-19 Muncul Lagi di Indonesia, 2 Orang di Palembang Positif

    Covid-19 Muncul Lagi di Indonesia, 2 Orang di Palembang Positif

    Palembang, Beritasatu.com – Covid-19 kembali muncul di Indonesia. Kali ini terjadi di Sumatera Selatan yang menunjukkan gejala peningkatan Covid-19. Dua warga Kota Palembang positif Covid-19, yang menandai kembalinya kasus baru pada 2025.

    Berdasarkan data resmi dari sistem New All Record (NAR), dua kasus terbaru berasal dari Kecamatan Kemuning dan Sako. Keduanya sempat mendapatkan penanganan medis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Mohammad Hoesin Palembang.

    “Data 11 Juni 2025 menunjukkan dua tambahan kasus. Dengan ini, total ada tiga kasus positif Covid-19 di Sumsel pada 2025,” ungkap Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumsel Darsono  Jumat (13/6/2025).

    Sebelum kemunculan dua kasus ini, satu kasus pertama pada 2025 tercatat di Kabupaten Banyuasin. Pasien tersebut telah menjalani isolasi mandiri dan kini dinyatakan sembuh berdasarkan hasil tes PCR negatif.

    “Kami memastikan kondisi pasien pertama sudah sehat. Ia sempat menjalani isolasi mandiri setelah terdeteksi positif saat berobat ke fasilitas kesehatan,” ujarnya.

    Dua pasien terbaru berasal dari kawasan padat penduduk di Palembang. Pasien pria dari Kemuning saat ini menjalani isolasi mandiri di rumah karena tidak mengalami gejala berat.

    Sayangnya, proses pelacakan kontak masih mengalami kendala. Petugas kesehatan belum berhasil menjalin komunikasi langsung dengan pasien untuk mengungkap sumber penularan.

    “Kondisinya tidak sesak, jadi tidak dirawat. Namun kami masih kesulitan menelusuri jejak kontaknya,” jelasnya.

    Sementara itu, pasien perempuan dari Kecamatan Sako saat ini tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit karena kondisi medis yang lebih serius.

  • Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Terbitkan SE Waspada Covid-19, Eri: Jangan Panik

    Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Terbitkan SE Waspada Covid-19, Eri: Jangan Panik

    Surabaya (beritajatim.com) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 400.7.7.1 /11560/436.7.2/2025 tentang Peningkatan Kewaspadaan dan Pencegahan Penularan Covid-19 termasuk subvarian baru MB 1.1 di Kota Surabaya, Senin (9/6/2025).

    SE ini merupakan respons dari Surat Edaran resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor: SR.03.01/C/1422/2025 pada 23 Mei 2025 terkait peningkatan kasus Covid-19 secara global, khususnya di kawasan Asia.

    Dalam SE ini, Eri mengimbau seluruh pemangku wilayah, pimpinan institusi pemerintah dan swasta, serta warga Kota Surabaya untuk tetap waspada dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan sesuai SE ini, sembari menegaskan bahwa warga tidak perlu panik.

    “Kita tidak perlu panik, tapi tetap harus waspada dan disiplin dalam menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),” kata Eri, Senin (9/6).

    Dalam SE tersebut warga juga diimbau untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan, seperti rutin mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menerapkan etika batuk, dan menggunakan masker saat sakit atau berada di keramaian seperti fasilitas pelayanan kesehatan, transportasi umum, atau area berventilasi terbatas.

    “Warga diimbau mengurangi mobilitas fisik yang tidak perlu dan melakukan isolasi mandiri jika bergejala, serta segera melakukan tes antigen/PCR sesuai indikasi klinis,” terang Eri.

    Selain itu, Eri meminta warga Kota Pahlawan yang mengalami gejala sakit seperti batuk, demam, pilek, atau sesak napas, segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, terutama jika memiliki riwayat kontak dengan orang sakit atau baru bepergian dari luar negeri.

    Selanjutnya, warga juga diminta aktif melaporkan temuan kasus positif atau tempat kerumunan yang berpotensi menimbulkan penularan Covid-19 kepada lintas sektor terkait, mulai dari tingkat kecamatan, kelurahan dan perangkat wilayah setempat.

    Pemkot Surabaya dalam kewaspadaannya turut menggandeng tokoh masyarakat, serta Ketua RT/RW untuk berperan aktif mengedukasi warga agar tetap menjalankan protokol kesehatan secara disiplin.

    “Mengenai informasi kesehatan yang akurat mengenai gejala dan pencegahan Covid-19, masyarakat disarankan untuk mengakses informasi kesehatan melalui kanal media resmi WHO dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, Eri juga mengimbau kepada seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) di Kota Surabaya untuk meningkatkan kewaspadaan dini dengan memantau tren kasus Influenza Like Ilness (ILI), Severe Acute Respiratory Infection (SARI), Pneumonia, atau Covid-19 melalui pelaporan rutin Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).

    Apabila ditemukan peningkatan kasus yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), Fasyankes juga diminta untuk segera melaporkan ke Dinas Kesehatan dalam waktu kurang dari 24 jam.

    “Kami terus berkomitmen untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mengimbau seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di Kota Surabaya,” tutupnya. [ram/ian]

  • Belum Ada Kasus, Dinkes Bekasi Harap Warga Tetap Waspadai Penyebaran COVID-19

    Belum Ada Kasus, Dinkes Bekasi Harap Warga Tetap Waspadai Penyebaran COVID-19

    BEKASI – Seiring kembali naiknya angka kasus COVID-19 di beberapa negara tetangga, pemerintah Indonesia mulai waspada. Dinas Kesehatan Bekasi merespons surat edaran pemerintah dengan meminta warga tetap berjaga.

    Sesuai imbauan pemerintah, Dinkes Bekasi berharap warga berhati-hati dan tetap tenang, lantaran sejauh ini belum ada kasus yang ditemukan di wilayah tersebut.

    “Kasus belum ada di wilayah kita, tapi setiap penyakit harus diwaspadai,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Alamsyah di Cikarang, mengutip ANTARA pada Minggu, 8 Juni.

    Alamsyah memastikan hingga saat ini belum ditemukan kasus COVID-19 di wilayah Kabupaten Bekasi. Meski begitu, pihaknya tetap mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap berbagai potensi penyakit, termasuk virus corona dimaksud.

    Dinkes Kabupaten Bekasi berinisiatif mengambil langkah antisipatif dengan mengimbau masyarakat agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

    Edukasi juga terus dilakukan melalui seluruh fasilitas pelayanan kesehatan sebagai bagian dari upaya promotif dan preventif. Edukasi ini diberikan secara persuasif agar tidak menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat.

    “Kita persuasif saja, jangan sampai juga membuat masyarakat menjadi panik,” ucapnya.

    Dia mengakui berkaitan dengan kesiapan layanan, saat ini belum ada rumah sakit rujukan khusus untuk penanganan COVID-19 di wilayah Kabupaten Bekasi. Begitu pula dengan layanan tes PCR yang masih belum kembali tersedia secara aktif.

    “Belum, belum ada, fasilitas tes PCR juga belum ada. Semua fasilitas kesehatan bisa dijangkau masyarakat untuk berobat,” katanya.

    Pihaknya meminta warga yang merasa mengalami gejala mirip COVID-19 untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Meskipun belum tersedia layanan gratis seperti saat pandemi, semua layanan kesehatan tetap terbuka untuk masyarakat umum.

    Alamsyah juga mengingatkan agar masyarakat tidak panik menanggapi surat edaran Kemenkes RI. Menurut dia, kewaspadaan terhadap semua jenis penyakit harus tetap menjadi prioritas, namun tidak sampai menimbulkan kekhawatiran berlebihan.

    “Berharap kita semua tidak terlalu panik dengan edaran Kemenkes RI tadi namun harus tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat,” kata dia.

  • Covid-19 Merebak di Sejumlah Negara, Nafa Urbach: Kita Jangan Lalai

    Covid-19 Merebak di Sejumlah Negara, Nafa Urbach: Kita Jangan Lalai

    Jakarta, Beritasatu.com – Selebritas sekaligus anggota DPR Nafa Urbach meminta agar pemerintah Indonesia harus waspada dengan peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara.

    Ia menegaskan, pentingnya sinergi antar lembaga serta langkah cepat pemerintah dalam mengantisipasi potensi lonjakan kasus.

    Nafa Urbach menyampaikan, Komisi IX telah mendorong koordinasi lintas sektor untuk memperkuat sistem kesehatan nasional.

    “Kami terus mendorong penguatan sistem kesehatan nasional dan edukasi publik agar masyarakat lebih siap menghadapi penyebaran Covid-19 yang kembali meningkat tahun ini,” ujar Nafa Urbach dalam forum diskusi Denpasar 12 yang disiarkan melalui Zoom, Jumat (30/5/2025).

    Nafa Urbach meminta Kementerian Kesehatan ntuk memperketat pemantauan terhadap varian baru Covid-19 yang muncul di beberapa negara. Ia mencontohkan lonjakan 50% yang terjadi di Hongkong akibat varian baru yang terlambat terdeteksi.

    “Kita minta pemerintah lakukan pemantauan ketat terhadap varian baru, termasuk percepatan genomic sequencing agar mutasi virus tidak menyebar cepat,” tegasnya.

    Selain pemantauan, Nafa Urbach juga mendesak pemerintah menjamin ketersediaan obat, tempat isolasi, dan layanan rumah sakit bagi masyarakat yang terpapar Covid-19.

    Ia menekankan pentingnya kemudahan akses terhadap tes PCR dan antigen dengan harga terjangkau dan hasil yang cepat.

    “Akses tes Covid-19  harus diperluas dan diberikan harga murah. Selain itu, sistem pelaporan kasus juga harus terintegrasi dan real time dari tingkat fasilitas kesehatan hingga nasional,” jelasnya.

    Menurutnya, masyarakat tidak boleh lengah terhadap Covid-19 meski pandemi telah mereda. Ia menegaskan, pentingnya kampanye edukasi tentang protokol kesehatan serta booster vaksinasi untuk kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak.

    “Pemerintah harus terus mendorong masyarakat disiplin pakai masker, jaga jarak, dan pastikan kelompok rentan mendapat vaksinasi booster,” tutupnya.