Produk: PCR

  • Polisi Gerebek Bintang Porno Inggris Bonnie Blue di Bali, Diduga Produksi Konten Asusila

    Polisi Gerebek Bintang Porno Inggris Bonnie Blue di Bali, Diduga Produksi Konten Asusila

    Kronologisnya, pada Kamis (4/12) sekitar pukul 14.30 WITA pihak kepolisian mendapatkan informasi dari masyarakat tentang dugaan terjadinya tindak pidana pornografi di sebuah studio berlokasi di Desa Pererenan, di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.

    Kemudian, atas informasi itu pihak kepolisian mendatangi lokasi yang diduga tempat tersebut digunakan oleh terduga pelaku Bonnie Blue dan tiga rekan-rekannya untuk memproduksi video asusila. Selanjutnya, tim kepolisian Polres Badung melakukan penggrebekan ke dalam studio itu dan menemukan 18 WNA diantaranya 1 orang perempuan atau Bonnie Blue.

    “Kemudian beberapa kamera yang digunakan untuk merekam aksi mereka diamankan di Polres Badung saat ini. Kemudian berdasarkan hasil pemeriksaan, penyidik melakukan penyelidikan atas dugaan perkara tersebut, sehingga nanti bisa kita naikkan kepada proses penyidikan,” imbuhnya.

    Kemudian, mereka dibawa ke kepolisian Polres Badung untuk dilakukan pemeriksaan. Namun, dari hasil pemeriksaan seluruhnya belum ditahan dan masih dilakukan penyelidikan dan 14 WNA Australia yang merupakan saksi juga sudah dipulangkan, termasuk Bonnie Blue.

    “Kemarin kita amankan itu ada sekitar 14 orang WNA dari berbagai negara yang sampai dengan hari ini. Kita sudah melakukan pemeriksaan penyelidikan. Untuk sementara, kita kembalikan ke tempat tinggal masing-masing, karena masih proses penyelidikan, yaitu saksi dari warga Negara Australia,” ungkapnya.

    Petugas juga menyita sejumlah barang yang diduga terkait aktivitas di studio tersebut, antara lain, 1 USB warna putih, 1 sandisk 64 GB warna hitam, 1 botol pelumas merek durex, kondom berbagai merek dan warna, 2 pil Viagra, 2 pil piraga connect, 2 kantong PCR 2B 5 ml ada yang digunakan dan belum dan 19 kaus bertuliskan,“Skull Bonnie Blue”.

    Selain itu, 1 kalung warna pink, dokumen kendaraan (BPKB & STNK), 1 unit mobil pickup warna biru. Barang-barang itu saat ini diamankan di Polres Badung untuk kepentingan penyelidikan.

    “Mereka hanya komunitas. Komunitas WNA yang berkumpul di studio itu pengakuannya. Kami hanya komunitas karena masih satu daerah seperti itu, karena memang ada yang selebgram dan ada yang konten kreator,” jelasnya.

    AKBP Arif Batubara menegaskan, bahwa pihaknya belum dapat membeberkan lebih detail aktivitas yang dilakukan para WNA tersebut di dalam studio.

    “Semua masih proses penyelidikan. Jadi belum bisa kami jelaskan secara spesifik kegiatan apa yang dilakukan di sana. Informasi lengkapnya nanti akan kami sampaikan,” ujarnya.

    Ia menegaskan, bahwa proses penindakan melibatkan imigrasi sebagai bentuk koordinasi dalam pengawasan orang asing di wilayah Bali. Penyidik masih mengumpulkan bukti tambahan terkait dugaan pelanggaran Undang-undang Pornografi dan Undang-undang ITE yang menjerat aktivitas pembuatan, penyebaran, dan pendistribusian konten melanggar kesusilaan.

    “Enggak (dipidana) kita kembalikan, karena dia tidak masuk dalam unsur. Karena saat ini masih penyelidikan, kita kembalikan kepada alamat yang bersangkutan. Kami juga belum bisa membeberkan terkait dengan apa sih kegiatan secara spesifik yang mereka lakukan di sini, karena masih proses penyelidikan,” ujarnya.

    Selain itu, juga beredar di media sosial di akun Instagram @bonnieblue yang memperlihatkan Bonnie Blue bersama dengan sejumlah WNA lainnya dengan kendaraan pikap di Bali dan mobil pikap dengan nomor pelat DK 8109 SX yang kini diamankan di Mapolres Badung.

  • Kurir Narkoba di Serang Banten Edarkan Permen Sabu, Diupah Rp 50 Ribu

    Kurir Narkoba di Serang Banten Edarkan Permen Sabu, Diupah Rp 50 Ribu

    Liputan6.com, Jakarta Polisi ungkap peredaran narkoba berbentuk permen di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Barang bukti yang diamankan mencapai 50 bungkus dengan berat sekitar 11,97 gram.

    Sabu itu dibungkus ke dalam bungkus permen yang telah dikeluarkan isi aslinya, kemudian diberi perekat sedemikian rupa, agar tidak terlihat seperti narkoba yang akan diedarkan oleh NI (29).

    Warga Desa Cemplang, Kecamatan Jawilan, Kabupaten Serang, Banten, itu ditangkap di rumahnya, Rabu (29/10/2025) sekira pukul 04.30 WIB oleh Satresnarkoba Polres Serang.

    “Agar tidak terkena air dan mudah dikenali oleh pembeli, pelaku menggunakan bungkus permen sebagai wadah sabu. Modus ini digunakan untuk mengelabui petugas serta meminimalisir kecurigaan warga sekitar,” kata Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko, Sabtu (01/11/2025).

    NI berperan sebagai kurir dan pengedar sabu, dia disuruh oleh bandar yang masih dikejar Satresnakeoba Polres Serang.

    Dari setiap satu bungkus permen berisi sabu yang dia taruh di lokasi tertentu, NI mendapat upah Rp 50 ribu.

    “Dari hasil pemeriksaan, tersangka mengaku baru dua kali menjalankan perintah tersebut. Ia berkomunikasi dengan bandar melalui pesan singkat untuk mendapatkan arahan lokasi penyimpanan barang haram itu,” terangnya.

    Bahkan untuk mengelabui orang lain, sabu permen berisikan sabu itu ditaruh NI di dalam tas micky mouse anak-anak berwarna merah muda.

    Saat ini, bandar narkoba yang sudah diketahui identitasnya sedang dikejar Satresnakeoba Polres Serang.

    “Selain sabu, turut diamankan sejumlah barang lain yang digunakan untuk kegiatan pengemasan, di antaranya 24 bungkus permen kosong, pcr tube, timbangan digital, serta satu unit handphone milik tersangka yang digunakan untuk berkomunikasi dengan bandar,” ujar Kasatresnarkoba Polres Serang, AKP Bondan Rahadiansyah.

  • Projo Jadi Parpol atau Masuk PSI? Ini Jawaban Budi Arie

    Projo Jadi Parpol atau Masuk PSI? Ini Jawaban Budi Arie

    Jakarta

    Muncul isu santer relawan Projo akan menjelma menjadi partai politik atau bahkan masuk PSI yang kini didukung oleh Joko Widodo. Isu ini benar, atau hanya kabar burung?

    Isu Projo menjadi parpol muncul belakangan setelah Joko Widodo tidak lagi menduduki kursi Presiden RI. Namun isu lain muncul yakni spekulasi Projo gabung PSI, setelah Joko Widodo belakangan ini makin intens mendukung PSI yang kini berlogo gajah.

    Terlebih Ketua umum Projo Budi Arie Setiadi sempat sowan ke kediaman Presiden RI ke-7 sebelum Kongres III Projo bakal digelar di Jakarta. Isu ini makin santer gara-gara Budi Arie bicara tentang rencana transformasi yang akan didorong kencang di Kongres III Projo.

    “Pembentukan Projo pada 2013 memang bermula dari semangat gerakan relawan. Namun, dalam perjalanannya Projo secara realitas berubah menjadi ‘bukan relawan biasa.’ Transformasi Projo sebenarnya sudah terjadi, dan melalui Kongres III kami kembali perumuskan bentuk transformasi baru,” kata Budi Arie kepada detikcom, Jumat (31/10/2025).

    Lantas apakah transformasi akan membawa Projo menjadi partai politik atau bergabung dengan parpol yang sudah ada? “Transformasi bisa dalam banyak aspek, bukan cuma jadi parpol atau tidak,” jawab Budi Arie.

    “Memang sifat dan nilai menempel pada orang atau figur. Figur semacam itu akan muncul di setiap era dengan beberapa pembeda sesuai kebutuhan zaman. Dan Projo akan berupaya selalu relevan sepanjang zaman,” ungkapnya.

    Budi Arie juga menegaskan Projo akan tetap all out mendukung Prabowo-Gibran ke depan.

    Dan, Projo akan terus mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran dari posisi apapun yang memungkinkan.

    “Projo memang sudah dan sedang mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran. Caranya sdh terjadi, ada kader Projo di pemerintahan, legislatif, BUMN, dll. Selain itu, dukungan Projo konstruktif dan kritis. Contoh, pada era Jokowi, Projo menolak jabatan presiden 3 periode, menolak vaksin Covid berbayar, menolak tes PCR mahal dll. Ini bentuk dukungan solid tapi konstruktif untuk pemerintah dan rakyat. Ada rekam jejaknya. Bisa di searching. Kalau soal rakyat , menyangkut nasib rakyat kami tidak mau kompromi, kami selalu setia di garis rakyat,” pungkasnya.

    (van/idn)

  • Flu Kucing Bisa Dicegah, Ini Gejala dan Perawatannya

    Flu Kucing Bisa Dicegah, Ini Gejala dan Perawatannya

    Jakarta, Beritasatu.com – Kucing bisa terkena flu, yang biasanya dikenal dengan istilah cat flu. Penyakit ini cukup umum terjadi pada kucing dari segala usia, terutama pada anak kucing atau kucing yang belum divaksin. 

    Cat flu dapat disebabkan oleh berbagai virus dan bakteri. Beberapa penyebab paling umum antara lain Feline herpesvirus (FHV-1), Feline calicivirus (FCV), Bordetella bronchiseptica, Chlamydia felis, dan jarang terjadi, Influenza A.

    Gejala cat flu bisa ringan hingga berat, tergantung pada usia kucing, kondisi imun, dan status vaksinasi. Kucing yang terinfeksi biasanya mengalami bersin-bersin, hidung dan mata berair, demam, lesu, dan nafsu makan berkurang. Beberapa kucing juga mengalami batuk dan kesulitan bernapas.

    “Cat flu sangat menular antarkucing, terutama yang tinggal di lingkungan yang sama atau di penampungan. Penularan ke manusia atau anjing jarang terjadi. Virus atau bakteri penyebab flu kucing dapat menyebar melalui kontak langsung antarkucing, droplet pernapasan dari bersin atau batuk, serta permukaan yang terkontaminasi,” tulis Pet MD, Senin (27/10/2025). 

    Untuk mendiagnosis cat flu, dokter hewan biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap, mengambil swab hidung atau mata untuk PCR atau kultur virus/bakteri, melakukan tes darah untuk menilai kondisi kesehatan umum, dan bila diperlukan, melakukan X-ray pada dada untuk mendeteksi komplikasi seperti pneumonia.

    Perawatan cat flu tergantung pada tingkat keparahan gejala. Jika gejalanya ringan, perawatan dapat dilakukan di rumah dengan memberikan istirahat cukup, penggunaan humidifier, dan memastikan kucing tetap terhidrasi. Untuk kasus sedang hingga berat, dokter hewan mungkin memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder, antivirus atau lysine untuk mendukung penanganan FHV-1, obat mata untuk infeksi bakteri, nebulizer untuk membantu pernapasan, serta saline drops untuk hidung tersumbat. 

    “Kasus berat bahkan mungkin memerlukan rawat inap dengan pemberian oksigen, nutrisi, dan cairan intravena,” tulis Pet MD.

    Pencegahan cat flu dapat dilakukan dengan vaksinasi, terutama vaksin FVRCP, yang sangat membantu mencegah infeksi atau setidaknya mengurangi keparahan gejala jika kucing terinfeksi. Dengan vaksinasi dan perawatan yang tepat, risiko komplikasi dapat diminimalkan, dan kucing dapat tetap sehat serta aktif.

  • Analisis Feses Purba Ungkap Penyakit Usus yang Dialami Manusia 1.300 Tahun Lalu

    Analisis Feses Purba Ungkap Penyakit Usus yang Dialami Manusia 1.300 Tahun Lalu

    Jakarta

    Para ilmuwan menganalisis kotoran manusia berusia 1.300 dari gua Dead Children di Meksiko. Mereka menemukan bahwa lebih dari 1000 tahun lalu, orang-orang sering mengalami infeksi usus yang parah.

    “Bekerja dengan sampel-sampel kuno ini seperti membuka kapsul waktu biologis yang masing-masing mengungkap wawasan tentang kesehatan manusia dan kehidupan sehari-hari, kata penulis utama studi, seorang asisten profesor kesehatan lingkungan di Indiana University, Drew Capone, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Live Science.

    Bersama rekan-rekannya, Capone menggunakan teknik analisis molekuler untuk mempelajari 10 sampel feses kuno, atau yang disebut dengan paleofeces. Feses yang berada di sebuah gua di Lembah Rio Zape, Meksiko, tepat di utara kota Durango di Meksiko Barat Lau tersebut berasal dari tahun 725 hingga 920 M. Para peneliti menerbitkan temuan mereka di jurnal PLOS One pada 22 Oktober 2025.

    Pada akhir tahun 1950-an, para arkeolog menggali gua Dead Children dan menemukan fosil feses manusia dan non manusia, sisa-sisa tumbuhan, serta tulang hewan dan manusia dari tumpukan sampah besar. Gua ini digunakan oleh orang-orang dari budaya prasejarah Loma San Gabriel, yang mempraktikkan pertanian skala kecil, memproduksi keramik unik, tinggal di desa-desa kecil dan terkadang melakukan pengorbanan anak. Para arkeolog menamakan gua tersebut berdasarkan kerangka anak-anak yang ditemukan di sana.

    Penelitian terdahulu pada feses purba di gua tersebut menunjukkan adanya telur cacing tambang, cacing cambuk, dan cacing kremi. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang-orang yang menaruh fesesnya di gua tersebut terinfeksi oleh berbagai parasit.

    Dalam studi baru, para ilmuwan menggunakan teknik molekuler mutakhir untuk mendeteksi mikroba tambahan dalam feses purba dari 10 peristiwa buang air besar yang berbeda. Tujuannya adalah memperluas pemahaman mereka tentang beban penyakit di antara masyarakat Loma.

    “Ada banyak potensi dalam penerapan metode molekuler modern untuk menginformasikan studi-studi di masa lalu.” kata rekan penulis studi, seorang profesor ilmu lingkungan di University of North Carolina di Chapel Hill, Joe Brown.

    Para peneliti mengekstraksi DNA dari 10 sampel feses manusia purba dan menggunakan reaksi berantai polimerasi (PCR) untuk mengamplifikasi DNA mikroba dalam feses. Setiap sampel setidaknya mengandung satu patogen atau mikroba usus. Dua yang paling umum adalah parasit usus Blastocystis yang menyebabkan masalah gastrointestinal dan beberapa galur bakteri E.coli yang ditemukan pada 70 persen sampel. Selain itu, ditemukan cacing kremi, Shigella dan Giardia, yang menyebabkan penyakit usus.

    Tingginya jumlah mikroba menunjukkan sanitasi yang buruk di antara budaya Loma San Gabriel di antara tahun 600-800 M. Hal ini mengakibatkan paparan limbah feses di lingkungan. Tim menambahkan, manusia kemungkinan besar menelan mikroba tersebut dari air minum, tanah, atau makanan yang terkontaminasi feses.

    Sementara gen-gen terkait patogen ini bertahan dalam paleofeces hingga 1.300 tahun, kemungkinan ada lebih banyak patogen dalam sampel-sampel yang telah membusuk dan tidak lagi terdeteksi.

    Meski demikian, analisis baru mengungkap, DNA patogen yang sebelumnya tidak ditemukan dalam paleofeces, termasuk Blastocytis dan Shigella.

    “Penerapan metode ini pada sampel purba lainnya menawarkan potensi untuk memperluas pemahaman kita tentang cara hidup masyarakat purba dan patogen yang mungkin memengaruhi kesehatan mereka,” tulis para peneliti.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Kotoran Manusia 1.300 Tahun Ditemukan, Peneliti Ungkap Fakta Ngeri

    Kotoran Manusia 1.300 Tahun Ditemukan, Peneliti Ungkap Fakta Ngeri

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pengetahuan soal kehidupan masa lampau bisa didapatkan dari penelitian benda-benda peninggalan purba. Bahkan, kotoran manusia di masa lampau juga bisa mengungkap fakta tak terduga soal kehidupan manusia.

    Studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS One mengungkap hasil penelitian dari kotoran manusia berusia 1.300 tahun. Para ilmuwan menganalisa sampel yang diambil dari La Cueva de los Muertos Chiquitos atau ‘Gua Anak-anak yang Telah Meninggal’ di Meksiko.

    Gue tersebut merupakan situs arkeologi yang menyingkap banyak fakta kehidupan. Salah satunya, para peneliti menemukan bukti ritual ‘pengorbanan anak’, termasuk sisa-sisa 17 anak di bawah umur yang dikuburkan secara kompleks.

    Terbaru, sampel kotoran manusia yang diambil dari gua tersebut menunjukkan fakta baru. Peneliti mengatakan orang-orang zaman itu kerap berhadapan dengan infeksi pencernaan yang mengerikan.

    “Bekerja dengan sampel-sampel kuno ini seperti membuka kapsul waktu biologis, yang masing-masing mengungkap wawasan tentang kesehatan manusia dan kehidupan sehari-hari,” ujar penulis utama studi Drew Capone, asisten profesor kesehatan lingkungan di Indiana University, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Live Science, Kamis (23/10/2025).

    Capone dan timnya menggunakan teknik analisis molekuler untuk mempelajari 10 sampel feses kering purba, atau istilahnya ‘paleofeces’.

    Pada akhir 1950-an, para arkeolog menggali gua tersebut dan menemukan paleofeces manusia dan non-manusia, sisa-sisa tanaman, serta tulang hewan dan manusia dari tumpukan sampah besar.

    Gua itu digunakan oleh manusia pra-sejarah dalam budaya Loma San Gabriel. Mereka menjalankan aktivitas agrikultur skala kecil, memproduksi keramik yang uni, dan mempraktikkan ritual ‘pengorbanan anak’.

    Penelitian terdahulu terhadap paleofeces di gua tersebut mengungkap keberadaan telur cacing tambang, cacing cambuk, dan cacing kremi, yang menunjukkan orang-orang yang menaruh fesesnya di gua tersebut terinfeksi oleh berbagai parasit.

    Dalam studi baru ini, para ilmuwan menggunakan teknik molekuler mutakhir untuk mendeteksi mikroba tambahan dalam paleofeces dari 10 “peristiwa buang air besar yang berbeda”. Tujuannya memperluas pemahaman mereka tentang beban penyakit di antara masyarakat Loma.

    “Ada banyak potensi dalam penerapan metode molekuler modern untuk menginformasikan studi-studi di masa lalu,” ujar rekan penulis studi Joe Brown, seorang profesor ilmu lingkungan di University of North Carolina di Chapel Hill, dalam pernyataan tersebut.

    Para peneliti mengekstraksi DNA dari 10 sampel paleofeces dan kemudian menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) untuk mengamplifikasi DNA mikroba dalam feses.

    Setiap sampel mengandung setidaknya satu patogen atau mikroba usus, dan dua yang paling umum adalah parasit usus Blastocystis, yang dapat menyebabkan masalah gastrointestinal, dan beberapa galur bakteri E. coli, yang ditemukan pada 70% sampel.

    Cacing kremi, Shigella, dan Giardia, yang menyebabkan penyakit usus, juga teridentifikasi. Banyaknya mikroba yang ditemukan dalam paleofeces tersebut menunjukkan sanitasi yang buruk dalam kehidupan masyarakat Loma San Gabriel di era 600-800 Masehi.

    Peneliti mengatakan orang-orang pada era itu kemungkinan besar menelan mikroba melalui air minum, tanah, atau makanan yang terkontaminasi tinja.

    Meskipun gen-gen terkait patogen ini bertahan dalam paleofeces hingga 1.300 tahun, peneliti mengatakan kemungkinan terdapat lebih banyak patogen dalam sampel yang telah membusuk dan tidak lagi terdeteksi.

    Namun, analisis baru ini mengungkapkan DNA patogen yang sebelumnya tidak ditemukan dalam paleofeces, termasuk Blastocystis dan Shigella.

    “Penerapan metode ini pada sampel purba lainnya menawarkan potensi untuk memperluas pemahaman kita tentang cara hidup masyarakat purba dan patogen yang mungkin memengaruhi kesehatan mereka,” tulis para peneliti.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Seram! Kotoran dari 1.300 Tahun Lalu Bongkar Penyakit Zaman Kuno

    Seram! Kotoran dari 1.300 Tahun Lalu Bongkar Penyakit Zaman Kuno

    Jakarta

    Para ilmuwan berhasil menemukan fakta mencengangkan dari sisa kotoran manusia berusia 1.300 tahun yang ditemukan di Meksiko. Analisis terhadap “paleofeces” atau feses purba ini mengungkap bahwa manusia prasejarah ternyata sering menderita berbagai penyakit usus akibat infeksi parasit dan bakteri.

    Penelitian ini dilakukan di Gua Anak-Anak Mati (Cueva de los Niños Muertos) di Lembah Rio Zape, Meksiko Barat Laut, dan hasilnya baru saja dipublikasikan di jurnal ilmiah PLOS One pada Rabu (22/10/2025). Temuan tersebut memberikan gambaran nyata tentang kondisi kesehatan dan sanitasi masyarakat kuno dari budaya Loma San Gabriel yang hidup sekitar tahun 600-800 Masehi.

    Tim peneliti yang dipimpin oleh Drew Capone, asisten profesor kesehatan lingkungan dari Universitas Indiana, menyebut analisis kotoran kuno sebagai “kapsul waktu biologis”. Dari total 10 sampel yang diteliti, para ilmuwan berhasil mengekstraksi DNA mikroba menggunakan teknik reaksi berantai polimerase (PCR).

    Hasilnya mencengangkan: setiap sampel mengandung setidaknya satu patogen atau mikroba berbahaya. Yang paling sering ditemukan adalah parasit usus Blastocystis dan beberapa galur bakteri Escherichia coli (E. coli) – ditemukan pada 70% sampel. Selain itu, DNA dari Shigella, Giardia, dan cacing kremi juga berhasil diidentifikasi.

    “Temuan ini menunjukkan bagaimana paparan limbah dan kondisi sanitasi yang buruk berperan besar dalam penyebaran penyakit di masa itu,” kata Capone dalam laporan tersebut.

    Sanitasi Buruk Jadi Pemicu Utama

    Menurut tim, masyarakat Loma San Gabriel kemungkinan besar terinfeksi melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi feses. Mereka hidup dalam komunitas pertanian kecil, membuat keramik, dan memiliki praktik ritual yang melibatkan pengorbanan anak.

    “Jumlah mikroba yang tinggi dalam paleofeces menunjukkan betapa buruknya kondisi sanitasi saat itu,” ujar Joe Brown, profesor ilmu lingkungan dari University of North Carolina di Chapel Hill, yang juga terlibat dalam penelitian ini.

    Brown menambahkan bahwa penerapan metode molekuler modern pada sampel kuno membuka peluang besar untuk memahami kesehatan masyarakat masa lalu secara lebih mendalam. Bahkan, tim menemukan DNA patogen seperti Blastocystis dan Shigella yang sebelumnya tidak pernah terdeteksi di gua tersebut.

    Jejak Penyakit dari 1.300 Tahun Lalu

    Gua Anak-Anak Mati sendiri dinamai setelah penemuan kerangka anak-anak di akhir 1950-an. Situs ini digunakan oleh masyarakat Loma San Gabriel yang hidup dengan pertanian skala kecil dan pemukiman sederhana. Dalam penelitian sebelumnya, ditemukan juga telur cacing tambang, cacing cambuk, dan cacing kremi, memperkuat bukti tingginya tingkat infeksi parasit.

    Para ilmuwan menyimpulkan bahwa analisis DNA kuno semacam ini bukan hanya membuka kisah penyakit manusia masa lalu, tetapi juga membantu memahami evolusi patogen dan bagaimana lingkungan berperan dalam penyebaran penyakit.

    Peneliti berharap teknik analisis DNA dari feses purba ini bisa diterapkan pada sampel-sampel arkeologis lain di seluruh dunia. “Metode ini seperti membuka jendela ke masa lalu – memperlihatkan cara hidup, kebersihan, dan tantangan kesehatan manusia ribuan tahun lalu,” tulis tim dalam kesimpulan riset.

    Temuan ini juga menunjukkan betapa teknologi modern mampu menghidupkan kembali kisah biologi masa lalu, menjawab pertanyaan tentang bagaimana manusia prasejarah bertahan hidup di tengah ancaman penyakit yang kini bisa diidentifikasi lewat jejak DNA sekecil apa pun.

    (afr/afr)

  • Tips Merawat Mobil, Kapan Sebaiknya Ganti Ban?

    Tips Merawat Mobil, Kapan Sebaiknya Ganti Ban?

    Jakarta

    Merawat mobil menjadi suatu keharusan, sebab kondisi ini akan menentukan kondisi mobil dalam jangka panjang.

    Hasil studi yang dilakukan oleh Automotive Aftermarket Industry Association, kendaraan yang dirawat secara rutin dapat menempuh jarak hingga 300.000 kilometer, sedangkan sedangkan kendaraan yang diabaikan biasanya hanya mencapai sekitar 100.000 km.

    Hankook Tire membagikan insight perawatan mobil yang sebaiknya diketahui setiap pengendara baru.

    “Merawat mobil seharusnya sudah dilakukan sejak awal pembelian, bukan menunggu ada masalah, karena kebiasaan ini akan menentukan kondisi mobil jangka panjang, menekan risiko kecelakaan, sekaligus menghindarkan dari biaya perbaikan yang tidak perlu,” kata National Sales Manager Passenger Car Radial (PCR) Hankook Tire Sales Indonesia, Apriyanto Yuwono.

    Berikut ini tips merawat mobil:

    Pertama, rutin ganti oli mesin.

    Oli berfungsi melumasi komponen mesin agar tidak cepat aus, membantu menjaga suhu mesin tetap stabil saat macet, hingga membersihkan kotoran logam dan sisa pembakaran. Untuk mencegah kerusakan pada mesin, sebaiknya ganti oli setiap 6 bulan atau 10.000 km, tergantung mana yang tercapai lebih dahulu. Jika mesin mengeluarkan suara kasar atau indikator oli pada speedometer menyala, segera lakukan penggantian oli untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.

    Kedua, cek air radiator dan sistem pendinginan.

    Air radiator berperan penting dalam menjaga kestabilan suhu mesin. Dengan sirkulasi yang terus-menerus menyerap dan melepaskan panas, cairan ini mencegah terjadinya overheat, yang dapat merusak komponen mesin secara permanen. Idealnya, kuras air radiator setiap 2 tahun atau 40.000 km, tergantung mana yang tercapai lebih dulu. Jika warnanya mulai keruh atau kecokelatan, tandanya air radiator sudah terkontaminasi dan perlu segera diganti. Hindari penggunaan air biasa karena dapat menyebabkan karat pada sistem pendingin.

    Ketiga, cek kondisi kampas rem.

    Kampas rem memiliki ukuran minimum yang aman yaitu 3 mm untuk bagian depan dan 2 mm untuk bagian belakang. Secara umum, kampas rem sebaiknya diganti setelah mobil menempuh 60.000-70.000 km untuk transmisi manual, sementara pada transmisi otomatis sebaiknya dilakukan lebih cepat, yakni setelah 35.000-40.000 km. Selain jarak tempuh, tanda-tanda kampas rem perlu segera diganti antara lain muncul suara berdecit dan berkurangnya daya cengkeram saat pengereman. Penggantian kampas rem sebelum habis penting untuk menjaga efektivitas pengereman dan keselamatan.

    Keempat, periksa ban mobil.

    Posisi ban yang kurang presisi bisa menyebabkan mobil terasa tidak stabil, keausan ban menjadi tidak merata, hingga mengurangi kenyamanan berkendara. Untuk itu, lakukan spooring dan balancing secara rutin agar performa ban tetap optimal. Spooring adalah penyetelan sudut roda agar kembali sejajar sesuai standar pabrik sehingga ban mobil tetap stabil dan lurus. Sedangkan balancing adalah menyeimbangkan bobot kendaraan pada ban dan velg, fungsinya mengurangi getaran, serta memperpanjang umur ban dan suspensi. Tanda kendaraan membutuhkan spooring dan balancing umumnya terasa dari getaran pada setir saat melaju di kecepatan tertentu, mobil cenderung menarik ke satu sisi, atau terasa kurang stabil saat dikendalikan. Lakukan spooring & balancing setiap 10.000 km hingga maksimal 20.000 km.

    Kelima, isi tekanan angin ban yang sesuai.

    Tekanan angin yang tepat sangat penting untuk menjaga kestabilan, kenyamanan, dan efisiensi bahan bakar. Tekanan yang kurang bisa membuat ban cepat aus di bagian samping, sedangkan tekanan berlebih berisiko membuat ban lebih keras dan daya cengkeram berkurang. Tekanan angin ideal bervariasi sesuai jenis mobil, yakni MPV (33-36 Psi), City Car (30-36 Psi), Sedan (30-33 Psi), dan SUV (35-40 Psi), atau sesuai dengan rekomendasi pabrikan.

    “Salah satu aspek penting dalam preventive maintenance adalah memperhatikan kondisi ban, sebagai satu-satunya komponen kendaraan yang bersentuhan langsung dengan aspal. Banyak pengendara menganggap ban masih layak pakai selama belum bocor atau rusak parah, padahal usia dan jarak tempuh juga menentukan. Idealnya, ban diganti setiap 2-3 tahun atau setelah menempuh 40.000 km, dan saat pola telapak sudah mencapai batas thread wear indication (TWI).” jelas National Sa

    (riar/lua)

  • Pengedar 30 Poket Sabu di Malang Tertangkap, Polisi Buru Bandar

    Pengedar 30 Poket Sabu di Malang Tertangkap, Polisi Buru Bandar

    Malang (beritajatim.com) – Satresnarkoba Polres Malang kembali mengungkap kasus peredaran narkotika. Seorang pria berinisial AK (28), warga Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, ditangkap polisi saat kedapatan menyimpan sabu di rumahnya, Selasa (2/9/2025).

    Penangkapan dilakukan menjelang tengah hari setelah polisi menerima informasi terkait adanya peredaran narkotika terselubung. Hasil penyelidikan mengarah ke rumah AK di Jalan Tugu Hitam II, Desa Krebet, Bululawang.

    Dari penggeledahan, polisi menemukan 30 poket sabu dengan total berat 13,08 gram yang dikemas dalam paket kecil melalui PCR Tube. Selain itu, barang bukti lain berupa ratusan plastik klip kosong, alat hisap, timbangan digital, dan ponsel pelaku juga ikut diamankan.

    “Pelaku sudah lama kami pantau setelah adanya informasi. Saat ditangkap, tersangka tidak bisa mengelak karena barang bukti sabu ditemukan di dalam rumah dan diakui miliknya,” ujar Kasihumas Polres Malang, AKP Bambang Subinajar, Kamis (4/9/2025).

    Bambang menegaskan, tindakan tegas ini menjadi komitmen Polres Malang dalam mendukung Operasi Tumpas Semeru 2025. Ia menyebut, pihaknya konsisten memberantas peredaran narkotika di wilayah Kabupaten Malang. “Kami pastikan tidak ada ruang bagi pengedar maupun pengguna untuk merusak generasi muda,” ucapnya.

    Selain sabu, polisi juga mengamankan 200 PCR Tube kosong dan 19 pak plastik klip transparan kecil yang diduga kuat digunakan untuk membagi sabu dalam jumlah kecil. Paket tersebut biasanya dijual antara Rp300 ribu hingga Rp350 ribu per kemasan.

    Dari jumlah tersebut, tersangka bisa meraup keuntungan hingga Rp50 ribu per paket. “Ini menunjukkan tersangka berperan sebagai pengedar, bukan sekadar pengguna,” tambah Bambang.

    Saat ini, tersangka beserta barang bukti diamankan di Mapolres Malang untuk proses hukum lebih lanjut. Polisi menjerat Ade dengan Pasal 114 ayat (2) dan Pasal 112 ayat (2) UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara.

    “Kami masih terus mengembangkan kasus ini untuk mengungkap jaringan peredaran yang lebih besar, termasuk menelusuri pemasok atau bandar sabu yang memasok barang haram kepada tersangka,” pungkasnya. (yog/kun)

  • Hasil Tes DNA RK-Lisa Mariana Sudah Keluar, Ini Sains di Baliknya

    Hasil Tes DNA RK-Lisa Mariana Sudah Keluar, Ini Sains di Baliknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Lisa Mariana, dan anak inisial CA sudah melakukan tes genetik atau DNA di Bareskrim Polri beberapa waktu lalu. Lalu apa sebenarnya tes DNA itu? Bagaimana penjelasan ilmiahnya?

    Bareskrim Polri mengumumkan hasil tes DNA antara mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Lisa Mariana dan anak Lisa yang berinisial CA. Dari hasil tes genetik, tidak ditemukan kecocokan DNA antara Ridwan Kamil dan anak Lisa Mariana.

    “Bahwa saudara RK dan anak saudari LM berinisial CA tidak memiliki kecocokan DNA atau non identik,” ucap Kasubdit I Dittipdisiber Bareskrim Polri Kombes Rizki Agung Prakoso dalam konferensi pers, Rabu (20/8/2025).

    Pemeriksaan DNA dilakukan dengan metode buccal swab dan tes darah. Sampelnya kemudian diperiksa di laboratorium Pusdokkes Polri untuk pengecekan genetik.

    DNA atau Deoxyribonucleic Acid merupakan materi genetik yang menyimpan instruksi biologis setiap makhluk hidup. DNA merupakan asam nukleat yang membentuk ciri fisik seseorang, mulai dari warna rambut, kulit, hingga sifat-sifat bawaan. Menariknya, susunan DNA setiap orang bersifat unik dan hanya kembar identik yang memiliki DNA sama persis.

    Karena sifat unik tersebut, pemeriksaan DNA atau tes DNA menjadi metode ilmiah yang sangat penting, terutama dalam penentuan hubungan keluarga, diagnosis penyakit genetik, hingga kasus hukum. Tes ini membandingkan DNA dua individu atau lebih untuk melihat apakah ada kecocokan genetik yang signifikan.

    Tak cuma itu, tes DNA juga bisa memberi gambaran bakat atau potensi alami yang dimiliki individu hingga gaya hidup yang harus dijalani seseorang berdasarkan faktor risiko genetiknya.

    Secara umum, prosedur tes DNA melibatkan beberapa tahap, mulai dari pengambilan sampel biologis (darah, air liur, rambut, atau kuku), ekstraksi DNA, hingga proses analisis menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).

    Hasilnya bisa mengungkap hubungan kekerabatan secara akurat, misalnya kecocokan DNA orang tua dan anak. Biasanya, hasil tes keluar dalam 2-4 minggu tergantung kompleksitas pemeriksaan.

    Lalu kapan hasil tes DNA Ridwan Kamil dan Lisa Mariana keluar? Karo Labdokkes Pusdokkes Polri Brigjen Sumy Hastry Purwanti sebelumnya mengatakan hasil tes DNA akan keluar dalam 5-10 hari ke depan.

    “Kurang lebih 5-10 hari,” kata Brigjen Sumy Hastry Purwanti, dikutip dari Detikcom, Rabu (20/8/2025).

    Jika dihitung sejak pengambilan sampel DNA pada Kamis (7/8) lalu, sekarang sudah lebih dari 10 hari setelah pemeriksaan dilakukan.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]