Produk: ojol

  • Sosok Mahasiswa S2 di Yogyakarta Tersangka Penyiraman Air Keras ke Mantan, Cari Orang Suruhan di FB – Halaman all

    Sosok Mahasiswa S2 di Yogyakarta Tersangka Penyiraman Air Keras ke Mantan, Cari Orang Suruhan di FB – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Natasya, mahasiswi di Yogyakarta, mengalami luka bakar setelah disiram air keras pada Selasa (24/12/2024).

    Polresta Yogyakarta menetapkan dua tersangka dalam kasus ini, yakni B, mantan kekasih korban dan S selaku eksekutor.

    B yang berasal dari Kalimantan Barat menyuruh S menyiramkan air keras ke korban dengan iming-iming uang Rp7 juta yang dibayar bertahap.

    Kasus penganiayaan ini telah direncanakan oleh B yang berstatus mahasiswa S2 Ilmu Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).

    Kepala Humas UAJY, Ike Devi Sulistyaningtyas, menyatakan tindakan B merupakan pelanggaran hukum dan pihak kampus akan memberikan sanksi.

    “Setelah keputusan dari Kepolisian disampaikan, maka UAJY akan menindak berdasarkan kode etik kemahasiswaan,” ujarnya, Jumat (27/12/2024), dikutip dari TribunJogja.com.

    Sementara itu, Kasatreskrim Polresta Yogyakarta, Kompol Probo Satrio, mengatakan B sakit hati terhadap korban karena hubungan cinta diputus secara sepihak.

    B dan korban menjalin asmara sejak 2021 dan putus pada Agustus 2024.

    B kemudian mencari orang untuk menyiramkan air keras ke korban.

    S yang membaca unggahan B di media sosial Facebook mengiyakan permintaan itu.

    Kedua tersangka berkomunikasi secara intens melalui WhatsApp.

    “Tersangka B mengaku perempuan korban pelakor. Jadi untuk menutupi identitasnya, tersangka B selalu komunikasi dengan S via WhatsApp,” bebernya.

    Pada malam natal, B memberitahu keberadaan korban ke S yang sudah menyiapkan air keras.

    S mendatangi kos korban menggunakan jaket ojek online dan langsung menyiramkan air keras.

    “Langsung, tidak kata, disiramkan ke korban kena muka dan sekujur tubuh. Kemudian korban berteriak pelaku langsung lari,” pungkasnya.

    Kasus ini terungkap setelah proses pemeriksaan terhadap korban.

    “Akhirnya mengarah ke pelaku. Awalnya (pelaku) tidak mengakui. Setelah itu kami dapatkan komunikasi dia melalui hpnya. Hp dibuang di sebelah gudang,” jelasnya.

    Berdasarkan hasil penyelidikan, air keras dibeli S di sebuah toko Kimia Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta.

    Uang untuk membeli air keras sebanyak 1 liter ditransfer oleh B.

    Kedua tersangka dapat dijerat pasal 355 KUHP tentang penganiayaan berat yang direncanakan atau pasal 354 KUHP ayat dua tentang penganiayaan berat atau 353 ayat dua atau 351 ayat dua tentang penganiayaan berat.

    “Ini perbuatan terencana dan korban sangat menderita. Ancaman tertinggi 12 tahun kita ancam pasal berlapis,” tandasnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kampus Bersuara, Oknum Mahasiswa yang Jadi Otak Penyiraman Air Keras di Yogyakarta Bakal Ditindak

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunJogja.com/Ahmad Syarifudin)

  • 5 Remaja Pelaku Tawuran dan 2 Jambret HP Ojol Terjaring Patroli Polres Jaksel – Page 3

    5 Remaja Pelaku Tawuran dan 2 Jambret HP Ojol Terjaring Patroli Polres Jaksel – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Tim Patroli Presisi Polres Metro Jakarta Selatan (Jaksel) melakukan patroli di sekitar kawasan Pasar Minggu, Jaksel pada Minggu (29/12/2024) dini hari. Hasilnya, dua orang terduga jambret handphone (HP) dan lima remaja pelaku tawuran berhasil diamankan.

    Kasat Samapta Polres Jakarta Selatan, AKBP Rosa Witarsa menjelaskan, dua orang terduga jambret terjaring saat melaksanakan patroli di Jalan TB Simatupang.

    Kala itu, kedua orang pelaku LM (30) dan YS (23) terlihat sedang dikejar-kejar oleh warga. Belakangan diketahui, mereka baru saja menjambret telepon genggam milik pengemudi ojek online (ojol).

    “Selanjutnya Tim 3P langsung membantu mengamankan kedua pelaku tersebut beserta barang bukt,” ujar Rosa dalam keterangan tertulis, Minggu (29/12/2024).

    Guna kepentingan penyelidikan, pelaku dan barang bukti dibawa ke Polsek Pasar Minggu.

    Rosa mengatakan, pihaknya kemudian melanjutkan patroli ke Jalan Raya Pasar Minggu. Hal itu dilakukan setelah mendapatkan informasi dari warga terkait adanya beberapa pemuda yang sedang tawuran.

    “Tim 3P menuju TKP dan langsung membubarkan para pemuda tersebut yang sedang tawuran,” ujar dia.

     

  • Rayakan Natal, Keunikan Ojek Online Antar Makanan dengan Kostum Sinterklas

    Rayakan Natal, Keunikan Ojek Online Antar Makanan dengan Kostum Sinterklas

    JAKARTA – Natal  identik dengan keceriaan, kehangatan, dan momen spesial bersama keluarga. Tahun ini, suasana Natal di Malaysia menjadi lebih meriah dengan hadirnya kurir ojek online yang mengenakan kostum Sinterklas saat mengantar makanan.

    Inisiatif kreatif ini tidak hanya membawa kebahagiaan bagi pelanggan, tetapi juga menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat. Seorang kurir makanan di Sabah, Malaysia mengenakan kostum Sinterklas lengkap dengan janggut putih dan pesona khas Natal. Ia terlihat menyebarkan keceriaan liburan sambil mengendarai motornya di jalanan.

    Dilansir VOI dari laman The Sun pada Sabtu, 28 Desember 2024, video yang dibagikan oleh pengguna akun TikTok @md_ashraff92 menunjukkan Sinterklas berkeliling kota untuk mengantar pesanan makanan dengan cara yang unik.

    Video berdurasi 20 detik ini memperlihatkan pengantar makanan itu benar-benar mengenakan seragam yang lengkap. Baju tebal berwarna merah, topi merah yang ikonik, janggut berwarna putih, hingga sepatu boots hitam setinggi betis.

    Namun, bukan hanya kostum Santa yang menarik perhatian. Motor yang dikendarainya juga dihias dengan meriah. Kotak pengantaran makanan dihias menyerupai kado Natal, lengkap dengan dekorasi yang indah.

    Tak hanya itu, motor tersebut juga didesain menyerupai rusa kutub Santa, dengan tambahan hidung merah dan tanduk cokelat yang membuat tampilannya semakin menggemaskan.

    Video ini dengan cepat menjadi viral, hingga ditonton jutaan kali dan mengundang ribuan komentar dari warganet. Banyak yang memuji kreativitas dan semangat ceria yang ditampilkan oleh kurir ini.

    “Saya masih menunggu, hadiahnya belum sampai,” tulis warganet dengan nada bercanda.

    “Ide yang luar biasa! Kalau banyak yang melakukan ini, perayaan di Malaysia pasti akan jadi lebih meriah.” komentar warganet lainnya.

  • Kantor Media Pakuan Raya Dibakar Orang Misterius, Pelakunya ke Arah Jalan Pajajaran

    Kantor Media Pakuan Raya Dibakar Orang Misterius, Pelakunya ke Arah Jalan Pajajaran

    loading…

    Polisi menyelidiki kasus pembakaran kantor media Pakuan Raya (Pakar) di Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Foto/Istimewa

    BOGOR – Kantor media Pakuan Raya (Pakar) di Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor diduga dibakar orang misterius alias orang tak dikenal (OTK), Sabtu (28/12/2024) dini hari. Pelakunya kabur ke arah Jalan Pajajaran.

    Salah satu saksi, Aditia mengatakan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 00.30 WIB dini hari. Awalnya, terlihat dua pria tak dikenal berboncengan motor berhenti di Simpang Warung Jambu.

    “Satu orang mengenakan pakaian sweater hitam turun dari motor dan berjalan mendatangi Kantor Media Harian Pakar,” kata Aditia, Sabtu (28/12/2024).

    Pria itu tampak membawa sebuah kardus dan botol plastik diduga berisikan bensin. Lalu, langsung membakar bagian depan kantor media tersebut.

    “Jarak 3 meter dari api yang sudah besar melemparkan kembali satu botol (diduga) bensin, sehingga api semakin besar,” jelasnya.

    Selanjutnya, pria itu bergegas menuju rekannya yang menunggu di motor dan melarikan diri. Api tidak menjalar dan berhasil dipadamkan pengemudi ojek online dan pemilik warung sekitar.

    “Keduanya melarikan diri memutar lampu merah Warung Jambu ke arah Jalan Pajajaran,” ungkapnya.

    Sementara itu, Pemimpin Redaksi Harian Pakar David Rizar Nugroho mengatakan pihaknya sudah melaporkan kejadian ini ke polisi. Pihaknya berharap agar kasus ini diusut tuntas dan menangkap pelaku.

    “Kami konsisten menegakkan pers yang merdeka dan independen. Tak gentar dengan segala bentuk ancaman dan intimidasi yang mau merampas kemerdekaan pers,” tegas David.

    Terpisah, Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Bismo Teguh Prakoso mengatakan pihaknya tengah melakukan penyelidikan kasus ini. Pihaknya juga berkoordinasi dengan Laboratorium Forensik dan lainnya.

    “Sedang menyelidiki, olah TKP sudah dilakukan oleh Inafis. Selanjutnya kami akan koordinasi dengan Labfor dan pemeriksaan para saksi,” ucap Bismo.

    (rca)

  • Keluarga Mahasiswi Korban Air Keras Minta Pelaku Juga Disiram Air Keras atau Dipenjara Seumur Hidup – Halaman all

    Keluarga Mahasiswi Korban Air Keras Minta Pelaku Juga Disiram Air Keras atau Dipenjara Seumur Hidup – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mahasiswi berinisial NH (21), asal Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi korban penyiraman air keras di Yogyakarta.

    Berdasarkan penuturan keluarga korban, saat ini kondisi NH masih sangat memprihatinkan.

    Tante korban, Tarida Hutagalung mengatakan, NH masih dalam perawatan dokter karena banyaknya air keras yang disiram ke arah mukanya.

    Insiden tersebut membuat kelopak mata korban, khususnya yang sebelah kiri, belum bisa dibuka sama sekali.

    “Kalau mata sebelah kanan bisa dibuka, tapi katanya hanya sebentar, karena masih perih. Jadi, kondisinya masih sangat memprihatinkan,” ujarnya, dilansir Tribun Jogja, Jumat (27/12/2024).

    Meski begitu, Tarida menyebut korban dalam kondisi sadar walaupun untuk berkomunikasi dua arah masih sangat terbatas.

    Oleh sebab itu, keluarga belum mengizinkan pihak dari luar untuk berkomunikasi terlalu banyak dengan korban.

    Pasalnya, peristiwa penyiraman air keras itu menimbulkan trauma dan ketakutan.

    “Adapun kejadiannya, katanya, di malam Natal, ketika dia akan beribadah itu, bahwasanya dia tidak menyangka hal itu akan terjadi.”

    “Dan kami dari keluarga tidak menyangka kalau pelakunya adalah teman yang pernah dekat dengan anak kami ini, asalnya dari daerah kami juga,” ucap Farida.

    Ia mengetahui bahwa korban dengan tersangka berinisial B, otak kasus penyiraman air keras, pernah berpacaran pada kisaran tahun 2022 sampai Agustus 2024.

    Bahkan, saat masih berpacaran, B pernah menyambangi rumah opung atau kakek korban dan berjumpa dengan kerabat mantan kekasihnya itu.

    “Nah, kabar yang kami dengar dari anak kami ini, karena kami pun tidak bisa berbicara banyak, karena dia belum bisa bicara banyak, B ini ingin balikan,” terangnya.

    Namun, NH bersikukuh tak bersedia merajut hubungan kembali sehingga terjadi insiden penyiraman air keras pada malam Natal.

    Menurut Tarida, pihak keluarga sudah mengetahui alasan konkret korban enggan balikan dengan tersangka.

    “NH tidak mau balikan dengan B. Kami tanyakan, mengapa tidak mau balikan lagi, katanya B ini menurut pengakuan temannya (NH), orangnya katanya toxic,” jelasnya.

    “Toxic bagaimana, keluarga belum terlalu mendalam. Tapi, katanya suka mengatur, misal segala sesuatu harus video call dulu. Jadi mungkin NH merasa sudah tidak cocok dan tidak mau balikan lagi,” ujar Tarida.

    Oleh sebab itu, keluarga berharap kedua pelaku bisa merasakan penderitaan yang setara dengan apa yang dialami korban.

    Sebagai namboru dari korban, Tarida merasakan kepedihan luar biasa saat melihat kondisi NH yang begitu memprihatinkan.

    “Kami inginnya, kalau bisa, kasih siram juga air keras ke B dan S ini, atau dipenjara minimal seumur hidup.” 

    “Karena anak kami menanggung seumur hidup, masa depannya hancur karena air keras ini,” ucapnya.

    Kronologi Kejadian

    Diberitakan sebelumnya, dalam kasus ini, pihak kepolisian mengamankan dua tersangka, yaitu B yang merupakan mantan pacar korban dan S selaku eksekutor.

    Kasatreskrim Polresta Yogyakarta, Kompol Probo Satrio mengatakan, korban disiram air keras saat dirinya baru saja selesai mandi.

    Adapun korban dan tersangka B merupakan mantan kekasih. Mereka menjalin asmara sejak 2021 silam.

    “Pada Agustus 2024 mereka pisah alasan masing-masing akhirnya putus. Yang laki-laki gak terima,” katanya kepada awak media, Kamis (26/12/2024). 

    Semenjak putus, tersangka yang merupakan mahasiswa S2 di salah satu kampus swasta di Yogyakarta berusaha supaya bisa balikan dengan korban.

    “Namun (korban) gak mau. Akhirnya ada ancaman pelaku, intinya kalau gak bersatu kalau sakit ya sama-sama merasakan. Kalau hancur ya, hancur semua,” jelas Probo.

    Kemudian, pada pertengahan Desember 2024, akhirnya B merencanakan kejahatan dengan mengunggah informasi di Facebook bahwa dirinya membutuhkan tenaga kerja.

    Tersangka S lantas merespons unggahan tersebut dan melanjutkan percakapan dengan tersangka B melalui WhatsApp.

    “Si B dia membuat cerita bahwa seolah-seolah dia ini seorang perempuan. Lalu membuat cerita dia dikhianti suaminya dengan seorang pelakor. Pelakornya ini adalah korban,” tuturnya.

    S lalu minta uang Rp7 juta dan disanggupi oleh B, tetapi uang itu akan dilunasi setelah eksekusi dilaksanakan.

    “Jadi si B berusaha menutupi jati dirinya. Uang yang diberikan juga COD dibungkus plastik kemudian diambil eksekutor,” ungkap Probo.

    S dibayar B sebanyak enam kali, masing-masing Rp1,6 juta untuk beli jaket pelaku.

    “Eksekutor ini sudah survei 3, 4, sama 5 kali survei sebetulnya mau disiramkan saat survei kos,” ungkapnya.

    Kemudian tanggal 24 Desember 2024 pukul 17.00 WIB, B menghubungi eksekutor bahwa korban ada di kos.

    Alamatnya di Baciro, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, untuk persiapan ke gereja.

    “Ternyata benar. Ke gereja sekitar 19.00 WIB entah darimana akhirnya pelaku S datang ke kos korban jam 18.30 WIB,” terang Probo.

    Setelah sampai di depan pintu kos korban, pelaku langsung masuk ke kamar korban.

    “Langsung tidak kata disiramkan ke korban kena muka dan sekujur tubuh. Kemudian korban berteriak pelaku langsung lari,” ujar Probo.

    Berdasarkan hasil penyelidikan, pelaku menggunakan sepeda motor, jaket ojek online, serta memakai masker.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul: Ini Penuturan Keluarga Korban Penyiraman Air Keras di Kota Yogyakarta.

    (Tribunnews.com/Deni)(TribunJogja.com/Azka Ramadhan/Miftahul Huda)

  • DPP PDIP rayakan hari ibu lewat parade beragam profesi

    DPP PDIP rayakan hari ibu lewat parade beragam profesi

    Denpasar (ANTARA) – DPP PDI Perjuangan merayakan puncak hari ibu dengan menggelar parade beragam profesi perempuan di Denpasar, Bali, Jumat.

    Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPP PDI Perjuangan Bintang Puspayoga mengatakan sengaja menampilkan parade profesi para ibu untuk memberi edukasi tentang kesetaraan dan kemampuan perempuan masuk di segala lini profesi.

    “Kami sengaja tampilkan fashion show berbagai profesi, kami ingin edukasi bahwa perempuan tidak hanya menjadi objek pembangunan tapi subjek pembangunan yang ikut mengambil peran dalam pembangunan bangsa dan negara,” kata dia.

    Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak itu menilai setiap perempuan berhak memiliki mimpi dan mewujudkannya asal memiliki kemauan dan kerja keras.

    Namun yang ia sayangkan padahal separuh penduduk Indonesia adalah perempuan tetapi tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami kesenjangan tinggi, yaitu perempuan hanya 53 persen.

    “Berbanding 83 padahal ketika kita melihat di lapangan berbagai profesi digeluti oleh perempuan, nah inilah kita ingin tunjukkan di tengah budaya patriarki yang mengakar bahwa tidak ada istilah tidak mungkin,” ujarnya.

    Pada puncak peringatan hari ibu ini sekitar 20 perempuan mengikuti parade profesi sesuai latar belakangnya lengkap dengan pakaian kerjanya sehari-hari.

    Koordinator Parade Profesi Peringatan Hari Ibu PDIP Cynthia Febriani menyebut ibu-ibu yang digandeng terdiri dari petani, nelayan, juru parkir, pemengaruh, ojek online, pemadam kebakaran, pengacara, anggota legislatif, dan satgas.

    Ia menjelaskan konsep parade ini bukan untuk menunjukkan busana yang dipamerkan namun bukti bahwa perempuan dan seorang ibu dapat mengisi berbagai posisi dan bidang kerja.

    “Di sini bukan memperagakan busana, tapi profesi, bagaimana kebanggaan untuk menunjukkan profesinya, apalagi kita kadang-kadang zaman sekarang sudah lupa sejarah dasar kita hidup seperti berkat petani, pekerja maritim,“ ujarnya.

    Salah satu peserta parade bernama Putu Putriani yang merupakan petani berusia 65 tahun merasa senang dilibatkan dalam kegiatan Hari Ibu ini.

    “Saya sudah berumur, juga seorang petani, kita diajak disini jadi bisa mengenal teman lebih banyak, bisa bergaul lebih banyak, dan akhirnya tambah wawasan, ini sangat berkesan, kami yang di kebun jadi tidak berpaku pada pertanian saja, bisa melihat apa yang terjadi di dalam kota,“ tuturnya.

    Kesediaannya hadir di acara partai moncong putih ini juga karena memiliki misi yang sejalan yaitu mengenalkan peran petani dan memantik generasi muda untuk meneruskan profesi ini.

    “Kalau anak muda tidak mau jadi petani mungkin karena belum paham bahwa petani itu apa, hasilnya apa, dan medannya bagaimana, mungkin perkotaan soal lahan dia berat, tapi kalau di desa masih banyak lahan, dan kita makan itu kebutuhan hidup kita dari pertanian, daripada beli sayur mending masak sendiri, petik sendiri kan,” ujarnya.

    Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
    Editor: Guido Merung
    Copyright © ANTARA 2024

  • Kakek Driver Ojol Dibegal Pelanggan sampai Kaki Palsunya Rusak, Nelangsa Kini Tak Bisa Narik Ojek

    Kakek Driver Ojol Dibegal Pelanggan sampai Kaki Palsunya Rusak, Nelangsa Kini Tak Bisa Narik Ojek

    TRIBUNJATIM.COM – Kasus Bastian, kakek driver ojek online di Lampung dibegal pelanggannya sendiri viral di media sosial.

    Akibat kejadian tersebut, kaki palsu yang dipakai Bastian terlepas.

    Kini Bastian hanya bisa meratapi nasibnya usai dibegal.

    Video Bastian usai dibegal pun hingga kini masih berseliweran di media sosial.

    Pasanya, ia dibegal oleh pelanggannya hingga kaki palsunya terlepas dan rusak.

    Kendati demikian, Bastian masih nekat melawan hingga akhirnya pelaku pembegalan berhasil diringkus pihak kepolisian.

    Pelaku tersebut diketahui bernama Aditya Pratama (19), warga Pekon Ampai, Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Telukbetung Timur, Kota Bandar Lampung.

    Meski sudah berlalu enam hari, rupanya Bastian masih belum bisa ‘on bid’.

    Kaki palsu yang terlepas membatasi aktivitasnya untuk mencari nafkah.

    Dilansir dari Instagram @adiewafi via Tribun Jakarta, kaki palsu Bastian tampak rusak namun masih dipakainya untuk beraktivitas di rumah.

    Penderita diabetes ini hanya berdiam diri di rumah.

    “Berkat kejadian begal tersebut, kaki palsu kakek Bastian lepas dan skrg bapak belum bisa narik lagi,” tulis akun tersebut.

    Oleh sebab itu, warganet saling berduyun-duyun membantu Bastian agar bisa membeli kaki palsu untuknya.

    Sebelumnya diketahui, seorang driver ojol dibegal penumpangnya setelah diajak keliling.

    Driver ojol dibegal pelanggannya sendiri. (via Tribun Medan)

    Peristiwa pembegalan ini terjadi di Kecamatan Teluk Betung, Bandar Lampung, Sabtu (21/12/2024) siang.

    Kapolsek Teluk Betung Timur Komisaris Polisi (Kompol) Muslikh mengatakan, kejadian itu dialami oleh Bastian, pengemudi ojol saat mengantarkan penumpangnya.

    “Pelaku berhasil ditangkap oleh warga sekitar,” katanya saat dikonfirmasi, Senin (23/12/2024).

    Dari keterangan yang dihimpun kepolisian, kejadian itu bermula saat korban menerima order yang dipesan oleh pelaku bernama Aditya Pratama.

    Ketika itu, pelaku memesan dari Jalan Raden Gunawan, Kecamatan Rajabasa, dan meminta diantar ke Jalan Wan Abdul Rahman, Kecamatan Teluk Betung Timur.

    Setelah sampai di lokasi sesuai permintaan, pelaku lalu meminta diantarkan ke daerah Sukarame II, Kecamatan Teluk Betung Barat.

    Korban mengaku bersedia karena diimingi ongkos yang besar untuk pengantaran secara offline tersebut.

    Dalam perjalanan, saat melintas di Jalan Minak Pengantin, Sukarame II, tiba-tiba pelaku mengeluarkan senjata tajam (sajam) dan menodongkan ke leher korban.

    “Korban yang berhenti sempat melawan, sehingga terjadi tarik menarik sepeda motor,” kata dia, melansir dari Kompas.com.

    Korban terjatuh dan pelaku langsung membawa kabur sepeda motornya itu.

    “Warga sekitar melihat kejadian itu menolong korban dan sebagian mengejar pelaku sampai berhasil ditangkap,” kata dia.

    Muslikh menambahkan, saat ini pelaku ditahan di Mapolsek Teluk Betung Timur dan dikenakan Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan.

    Kisah lainnya, seorang driver ojol bak jatuh tertimpa tangga, setelah kehilangan motor di kos selingkuhannya di Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (8/10/2024).

    Bukan mengakui yang sebenarnya, driver ojek online ini malah mengaku menjadi korban begal saat sedang melintas di jalan.

    Ternyata, pengakuan itu hanya akal-akalan dari driver ojol bernama Taufik Hidayat.

    Ia hanya takut perselingkuhannya terbongkar di hadapan istri.

    Sepeda motor milik Taufik tidak dibegal, tapi hilang di kos selingkuhan.

    Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Jama Kita Purba, mengatakan Taufik Hidayat telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka karena menyebarkan berita bohong.

    “Setelah kita melakukan proses dan langkah-langkah bergerak cepat mendatangi korban. Dia tidak bisa menerangkan yang sebenarnya,” ujarnya, Kamis (10/10/2024), dikutip dari TribunMedan.com.

    Taufik Hidayat meminta tolong temannya merekam pengakuan sebagai korban begal.

    Rekaman tersebut tersebar di media sosial dan membuat iba penontonnya.

    “Barang bukti yang kita amankan, celana koyak yang pada saat itu dipakai oleh pelaku. Ini cara dia cara meyakini orang dan teman-teman ojolnya,” lanjutnya.

    Sejumlah driver ojol sempat percaya Taufik menjadi korban begal dan menaruh simpati.

    “Motifnya dia menutupin pada istrinya, ada masalah pribadi karena diduga yang didatanginya ini (kos) WIL (Wanita Idaman Lain). Mungkin biar tertutupi,” imbuhnya.

    Hingga saat ini, sepeda motor milik Taufik yang hilang di kos selingkuhan belum ditemukan.

    Sebelum hilang, Taufik sempat menitipkan kunci sepeda motor ke temannya.

    “Sepeda motornya belum dapat, namun kunci kontak sepeda motornya ada di tangan temannya,” tukasnya.

    Berdasarkan hasil tes urine, Taufik dinyatakan positif menggunakan narkoba jenis sabu.

    Akibat perbutannya, Taufik dapat dijerat Pasal 45A ayat 3 Jo Pasal 28 ayat 3 undangan-undangan RI nomor 1 tahun 2004.

    Tentang perubahan kedua atas undang-undang RI nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik Jo pasal 55-56 KUHPidana dan atau Pasal 317 KUHPidana.

    “Ancaman hukumannya paling lama enam tahun penjara,” jelasnya.

    Saat dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolrestabes Medan, Taufik mengaku takut hubungan gelapnya diketahui istri.

    “Karena orang rumah (istrinya), karena kan saya pikir hilang (motor) di kosan dari pada ketahuan sama orang rumah, saya bilang saja motor dibegal,” ungkap Taufik.

    Selingkuhan Taufik merupakan wanita yang sering memesan jasa ojolnya.

    Ide berpura-pura menjadi korban begal keluar secara spontan usai sepeda motor hilang.

    “(Saya lagi di) Tempat kawan wanita, langganan. Baru siap makai (narkoba jenis sabu), celana memang sengaja saya koyak biar orang rumah yakin,” tuturnya.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

  • Pengakuan WN Malaysia Diperas Polisi Nonton DWP: Transfer Rp 360 Juta ke Rekening MAB dan AT – Halaman all

    Pengakuan WN Malaysia Diperas Polisi Nonton DWP: Transfer Rp 360 Juta ke Rekening MAB dan AT – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –  Amir Mansor (29 tahun) rela terbang dari Kuala Lumpur bersama teman-temannya demi berpesta dan berjoget di ajang Djakarta Warehouse Project (DWP) pada 13-15 Desember 2024 silam.

    Sebagai penikmat musik rave, warga negara Malaysia ini tak mau melewatkan salah satu festival musik elektronik terbesar di Asia itu.

    “Kami sudah biasa bepergian ke negara-negara Asia untuk datang ke musik festival. Kami pernah pergi ke Thailand, Singapura, Korea, bahkan Indonesia,” kata Amir kepada BBC News Indonesia dikutip pada Jumat (27/12/2024). 

    Tahun lalu, Amir juga datang ke Bali demi DWP.

    Pengalamannya menyenangkan.

    Jadi dia memutuskan datang kembali tahun ini.

    Sialnya, rencananya untuk bersenang-senang selama tiga hari malah berubah jadi mimpi buruk gara-gara “razia” narkoba polisi.

    Awal Mula Dihampiri Oknum Polisi

    Amir baru saja memesan layanan taksi daring lewat ponselnya ketika dia melihat temannya dihampiri oleh sejumlah orang.

    Saat itu, mereka hendak kembali ke hotel setelah menonton malam pertama festival musik tersebut.

    “Awalnya saya kira mereka adalah driver ojek online yang sedang mencari pelanggan,” kata Amir.

    Amir berasumsi demikian lantaran orang-orang itu berpakaian bebas dan tidak menunjukkan tanda pengenal sebagai polisi maupun surat izin penggeledahan.

    “Mereka memanggil teman saya yang berjalan dengan saya. Mereka menggeledah teman saya, lalu saya menunggu teman saya karena saya sudah memesan taksi online untuk pulang bersama.”

    “Mereka [polisi] lalu ikut menarik saya, mengecek dompet dan barang-barang saya,” kenangnya.

    Polisi Tidak Temukan Bukti Narkoba

    Amir mengeklaim polisi tidak menemukan barang bukti narkoba apa pun saat dia digeledah.

    Dia juga melihat polisi melakukan hal yang sama kepada sejumlah pengunjung DWP lainnya secara acak.

    Mereka kemudian dikumpulkan dan dibawa ke Polda Metro Jaya.

    Sesampainya di kantor polisi, Amir mengaku diminta melakukan tes urine.

    Ponsel mereka disita, tak dibolehkan menghubungi siapa pun termasuk pengacara atau Kedutaan Besar Malaysia.

    “Mereka cuma mengizinkan kami menghubungi keluarga kami, tapi mereka memonitor komunikasi kami, lalu menyita kembali ponsel kami,” terangnya.

    “Mereka juga tidak mengizinkan kami menunjuk pengacara. Mereka memaksa kami menandatangani surat penunjukan pengacara yang sudah mereka tentukan.”

    Pada pagi harinya, polisi memberi tahu hasil tes urine mereka.

    “Sebagian dari kami positif dan sebagian lainnya negatif. Tapi walaupun hasil tesnya negatif, mereka tetap mengunci kami di kantor mereka,” kata Amir.

    “Mereka bilang karena kami datang sama-sama, walaupun sebagian [hasil tes urine] negatif, kami diminta mengaku salah dan membayar untuk bisa bebas.”

    Diperas Rp 800 Juta

    Amir mengeklaim bahwa dia dan delapan orang temannya diminta membayar Rp800 juta untuk bisa bebas.

    “Padahal tidak ditemukan barang bukti apa pun pada kami, hanya tes urine sebagian dari kami hasilnya positif. Kami harus membayar Rp800 juta, walaupun hasilnya negatif, kami tetap harus bayar,” jelasnya.

    Amir mencoba menawar nominal uang yang harus dibayarkan.

    Akhirnya, mereka membayar sekitar RM100.000 (sekitar Rp360 juta).

    Bukti Transfer ke Inisial MAB

    Berdasarkan bukti transfer yang masih dia simpan, dana itu mereka kirimkan ke rekening pribadi seseorang berinisial MAB.

    Amir mengeklaim MAB adalah pengacara yang ditunjuk polisi sebagai pendamping hukum Amir dan teman-temannya.

    Ada pula seorang pengacara lainnya berinisial AT yang punya peran serupa dengan MAB, klaim Amir.

    Menurutnya, AT dikenal sebagai salah satu pengacara di lingkup Polda Metro Jaya.

    BBC News Indonesia telah meminta konfirmasi Polda Metro Jaya dan Mabes Polri terkait klaim-klaim Amir ini, namun hingga artikel ini diterbitkan belum mendapat respons.

    Sementara itu, Wakil Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Sapriyanto Refa mengaku belum tahu soal dugaan keterlibatan sejumlah pengacara dalam kasus dugaan pemerasan ini.

    Ditahan di Kantor Polisi 2 Malam

    Amir menghabiskan waktu hampir dua malam di kantor polisi.

    Selama itu, dia hanya diberi makan satu kali.

    Dia mengaku melihat banyak orang bernasib sama.

    Orang-orang itu, kata Amir, tak cuma dari Malaysia.

    “Ada orang-orang Indonesia, Singapura, dan Taiwan,” tuturnya.

    “Ada beberapa yang diperlakukan lebih buruk dari kami. Ada orang Taiwan yang ditaruh di sel karena kantor mereka sudah penuh dengan kami,” sambung Amir.

    Dia akhirnya dibebaskan pada Minggu (15/12/2024) siang.

    Amir hanyalah satu dari banyak warga negara asing (WNA) yang menjadi korban pemerasan polisi berkedok razia narkoba.

    Ada 45 Warga Malaysia Jadi Korban

    Mabes Polri menyatakan bahwa ada 45 warga negara Malaysia yang menjadi korban dengan barang bukti sebesar Rp2,5 miliar.

    Sebanyak 18 personel kepolisian tengah diperiksa terkait dugaan pemerasan.

    Kendati begitu, Amir meyakini jumlah korban dan polisi yang terlibat lebih dari itu.

    Menurutnya, beberapa orang yang dia kenal juga dibawa ke kantor-kantor polisi lain di Jakarta.

    Salah satunya, Polsek Kemayoran.

    Kejadian itu cukup membuatnya kapok untuk datang ke DWP.

    “Kalau masih digelar di Jakarta, kami tidak akan datang. Kecuali kalau mereka mengubah lokasinya atau mereka melakukan rebranding,” kata Amir.

    Saat ini, dia berharap agar uangnya bisa kembali. Amir mengatakan dirinya telah melapor ke Polri melalui email.

    Amir sempat menghubungi AT untuk meminta uangnya kembali.

    Namun, kata Amir, AT mengeklaim uang hasil pemerasan telah dikembalikan ke negara.

    Hingga Kamis (26/12), Amir mengaku tak pernah mendapatkan uang itu kembali.

    Viral di media sosial

    Pengalaman pahit para pengunjung DWP itu kemudian viral di media sosial.

    Para raver asal Malaysia ramai-ramai menyuarakan pemerasan yang mereka alami.

    Penyelenggara DWP kemudian membuat pernyataan yang menyesalkan kejadian tersebut.

    Unggahan itu kemudian dipenuhi oleh komentar-komentar bernada marah.

    Ada yang mengaku dipelototi oleh polisi saat sedang asik berjoget. Beberapa ditarik oleh polisi untuk digeledah dan berujung diperas.

    Imbasnya, mereka mengatakan tak mau lagi datang ke DWP dan akan lebih memilih datang ke festival musik serupa di negara lain, misalnya Thailand.

    Tindakan polisi juga dikecam oleh warganet Indonesia karena dianggap “memalukan negara” dan membuat kebobrokan institusi itu “go international”.

    Kasus ini juga dinilai merugikan sektor ekonomi dan pariwisata.

    Menteri Pariwisata Juga Buka Suara

    Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, mengatakan peristiwa itu memberi citra negatif bagi Indonesia di tengah upaya mempromosikan diri menjadi destinasi kelas dunia.

    “Kementerian Pariwisata menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan dan dampak yang ditimbulkan dari peristiwa ini,” kata Widiyanti.

    Kamar Dagang Indonesia (KADIN) turut berkomentar karena khawatir kasus ini mengancam potensi ekonomi dari konser musik internasional.

    Polisi Disanksi Tapi Tidak Dipecat

    Propam Polri telah menjatuhkan sanksi kepada polisi yang memeras WN Malaysia di acara DWP 2024 itu.

    Mereka hanya dijatuhi sanksi mutasi jabatan.

    Sebanyak 18 anggota polisi itu telah menjalani penempatan khusus (patsus) dan akan menghadapi sidang kode etik pada pekan depan.

    Mereka berasal dari berbagai pangkat dan berasal dari Polsek Kemayoran, Polres Metro Jakarta Pusat, hingga Polda Metro Jaya dan sudah diperiksa Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri. 

    Dari hasil penyelidikan Propam mengumpulkan barang bukti dari hasil pemerasan itu senilai Rp 2,5 miliar.

    Uang sebesar Rp 2,5 miliar yang ditemukan merupakan hasil penggabungan dari dugaan pemerasan 18 anggota polisi, yang dikumpulkan dalam satu rekening yang sama.

    “Tadi kan disampaikan yang sudah ya (disiapkan). Oke ya,” ujar Kepala Divisi (Kadiv) Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri Irjen Abdul Karim di Mabes Polri, Selasa (24/12/2024) malam.

    Harusnya Dipecat

    Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso mendesak Polri untuk memecat polisi yang memeras penonton Djakarta Warehouse Project (DWP) melalui sidang kode etik pada pekan depan.

    Sugeng menyatakan, pelaku pemerasan itu harus dihukum berat karena perbuatan mereka telah mempermalukan Indonesia di mata internasional.

    “Tindakan yang diduga memeras ini harus diganjar dengan hukuman tertinggi pemecatan. Karena apa? Pertama, ini mempermalukan Indonesia di dunia internasional,” kata Sugeng saat dihubungi, Jumat (27/12/2024) seperti dikutip dari Kompas.com.

    Sugeng berpendapat, praktik pemerasan diduga menjadi satu pola umum atau kebiasaan yang dilakukan polisi.

    Namun, ia menilai polisi-polisi itu tidak berpikir bahwa korban mereka adalah warga negara Malaysia yang punya stereotipe buruk kepada Indonesia.

    “Apakah mereka tidak tahu bahwa warga negara Malaysia sebagai bangsa surumpun itu punya pandangan stereotip seperti ini? Tindakan memeras ini mengabaikan kondisi-kondisi yang jadi latar belakang,” ujar Sugeng.

    Oleh karena itu, ia menilai pemecatan atau pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH) harus dilakukan.

    Sumber: BBC Indonesia/Kompas.com/Tribunnews.com

     

  • Starling Vs Kopi Kekinian: Aroma Persaingan di Pinggir Jalan – Page 3

    Starling Vs Kopi Kekinian: Aroma Persaingan di Pinggir Jalan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Jemarinya cekatan, seolah tak berhenti menyobek kopi kemasan yang berjejer dibagian depan sepeda. Lalu dengan cepat dia menyalakan tombol termos untuk menyeduh kopi buatannya. Takaran airnya sudah disesuaikan dengan selera pelanggan.

    Muhammad Zuhkri adalah satu dari ratusan pedagang kopi keliling di Jakarta. Beberapa karyawan perkantoran hingga ojek online menjadi pelanggan setianya. Kopi keliling atau oleh masyarakat disebut starling mudah ditemukan di sudut kota. 

    Starling biasanya berkeliling menawarkan aneka kopi, minuman instan, hingga beberapa camilan murah meriah. Selain berkeliling mereka biasanya mangkal di wilayah tertentu, entah itu dekat perkantoran, stasiun, ataupun proyek pembangunan. 

    Ribuan orang sudah merasakan kopi buatan laki-laki asal Jawa Timur ini. Dia sudah berkeliling jadi pedagang starling hampir delapan tahun.

    “Dari sejak 2017 jualan. Udah muter-muter ke mana-mana juga,” kata Zukhri kepada Liputan6.com

    Saat ini dia biasa berkeliling di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Penghasilan Zuhkri pun bervariatif setiap harinya. Kalau sedang ramai, penghasilannya mencapai ratusan ribu setiap harinya. 

    Meskipun pendapatannya mulai berkurang karena adanya kopi keliling kekinian, Zukhri masih percaya bahwa masih banyak pelanggan setia yang menunggunya setiap hari. 

    “Pelanggan masih ada aja meskipun pendapatan berkurang. Tapi namanya rezeki ada saja,” ucapnya. 

    Minum kopi saat ini menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan data dari Organisasi Kopi Internasional atau International Coffee Organization (ICO) yang menyebutkan bahwa konsumsi kopi melonjak hingga 174 persen pada tahun 2016

    Tingginya konsumsi kopi membuat prospek dan keuntungan bisnis dengan membuka kedai kopi semakin luas. Seiring dengan menjamurnya kedai-kedai kopi di Jakarta membuat para pebisnis terus memutar otaknya untuk tetap mendapatkan keuntungan. 

    Salah satunya yaitu dengan sistem langsung mendatangi pelanggan atau dengan berkeliling. Beberapa nama besar toko kopi sudah mulai melakukan strategi tersebut. Yaitu menawarkan kopi berkualitas menggunakan gerobak keliling dengan harga terjangkau. 

    Tampilan gerobaknya memang lebih menarik. Berbagai brand besar pun mulai berkeliling di jalanan Jakarta berdampingan dengan kopi starling. Dibandingkan dengan kopi starling harganya memang relatif lebih mahal. Sebab yang dijajakan pun seperti kedai kopi namun harga jalanan.

    Salah satu pedagang kopi kekinian, Reyhan Saputra mengaku sangat menikmati pekerjaannya. Berkeliling Jakarta menjajakan kopi susu gula aren yang menjadi andalan. Pembeli kopinya rata-rata merupakan para pekerja kantoran. 

    Selain berkeliling, Rey biasanya mangkal di beberapa perkantoran sekitar gedung pencakar langit. Profesi tersebut digelutinya sejak pandemi Covid-19. Beberapa kendala pun juga dirasakan oleh Rey bersama teman-teman lainnya.

    “Kendalanya ya susah nyari lapak sih, nyari tempat buat mangkal kadang susah. Kadang dipalak preman,” kata dia kepada Liputan6.com

     

  • Keluarga Mahasiswi Korban Air Keras Minta Pelaku Juga Disiram Air Keras atau Dipenjara Seumur Hidup – Halaman all

    Kondisi Mahasiswi Korban Penyiraman Air Keras di Jogja, Sudah Bisa Diajak Komunikasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mahasiswi berinisial N, asal Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi korban penyiraman air keras di Yogyakarta.

    Dilansir Tribun Jogja, saat ini kondisi korban mulai membaik dan masih menjalani perawatan di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

    Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan mengatakan, korban sudah bisa diajak berkomunikasi.

    Terkait pengobatan luka bakar akibat siraman air keras, tim dokter telah memberikan penanganan khusus.

    “Kami melakukan perawatan khusus. Saat ini pasien mampu berkomunikasi,” ungkap Banu, Kamis (26/12/2024).

    Meski begitu, Banu enggan membeberkan lebih lanjut kondisi korban setelah mendapatkan perawatan medis.

    “Info lebih lanjut menyusul ya, karena saya belum ketemu keluarga,” terangnya.

    Kronologi Kejadian

    Dalam kasus ini, pihak kepolisian mengamankan dua tersangka, yaitu B yang merupakan mantan pacar korban dan S selaku eksekutor.

    Kasatreskrim Polresta Yogyakarta, Kompol Probo Satrio mengatakan, korban disiram air keras saat dirinya baru saja selesai mandi.

    Adapun korban dan tersangka B merupakan mantan kekasih. Mereka menjalin asmara sejak 2021 silam.

    “Pada Agustus 2024 mereka pisah alasan masing-masing akhirnya putus. Yang laki-laki gak terima,” katanya kepada awak media, Kamis.

    Sebagai informasi, B adalah mahasiswa S2 di salah satu kampus swasta di Yogyakarta. 

    Semenjak putus, tersangka berusaha supaya bisa balikan dengan korban.

    “Namun (korban) gak mau. Akhirnya ada ancaman pelaku, intinya kalau gak bersatu kalau sakit ya sama-sama merasakan. Kalau hancur ya, hancur semua,” jelas Probo.

    Kemudian, pada pertengahan Desember 2024, akhirnya B merencanakan kejahatan dengan mengunggah informasi di Facebook bahwa dirinya membutuhkan tenaga kerja.

    Tersangka S lantas merespons unggahan tersebut dan melanjutkan percakapan dengan tersangka B melalui WhatsApp.

    “Si B dia membuat cerita bahwa seolah-seolah dia ini seorang perempuan Sen Lung membuat cerita dia dikhianti suaminya seorang pelakor. Pelakornya ini adalah korban,” tuturnya.

    S lalu minta uang Rp7 juta dan disanggupi oleh B, tetapi uang itu akan dilunasi setelah eksekusi dilaksanakan.

    “Jadi si B berusaha menutupi jati dirinya. Uang yang diberikan juga COD dibungkus plastik kemudian diambil eksekutor,” ungkap Probo.

    S dibayar B sebanyak enam kali, masing-masing Rp1,6 juta untuk beli jaket pelaku.

    “Eksekutor ini sudah survei 3, 4, sama 5 kali survei sebetulnya mau disiramkan saat survei kost,” ungkapnya.

    Kemudian tanggal 24 Desember 2024 pukul 17.00 WIB, B menghubungi eksekutor bahwa korban ada di kos.

    Alamatnya di Baciro, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, untuk persiapan ke gereja.

    “Ternyata benar. Ke gereja sekitar 19.00 WIB entah darimana akhirnya pelaku S datang ke kos korban jam 18.30 WIB,” terang Probo.

    Setelah sampai di depan pintu kos korban, pelaku langsung masuk ke kamar korban.

    “Langsung tidak kata disiramkan ke korban kena muka dan sekujur tubuh. Kemudian korban berteriak pelaku langsung lari,” ujar Probo.

    Berdasarkan hasil penyelidikan, pelaku menggunakan sepeda motor, jaket ojek online, serta memakai masker.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul: Penjelasan RSUP Dr Sardjito Soal Kondisi Korban Penyiraman Air Keras di Jogja.

    (Tribunnews.com/Deni)(TribunJogja.com/Miftahul Huda)