Produk: masker

  • Fakta-fakta Lonjakan Penyakit Pernapasan di China, Disebut Dipicu Virus HMPV    
        Fakta-fakta Lonjakan Penyakit Pernapasan di China, Disebut Dipicu Virus HMPV

    Fakta-fakta Lonjakan Penyakit Pernapasan di China, Disebut Dipicu Virus HMPV Fakta-fakta Lonjakan Penyakit Pernapasan di China, Disebut Dipicu Virus HMPV

    Apa Gejalanya?

    HMPV paling banyak terjadi pada kelompok anak. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC China), gejalanya mirip dengan influenza pada umumnya, tetapi bisa berkembang menjadi keluhan lebih parah.

    “Gejala-gejalanya meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dan mengi. Kasus yang parah dapat mengakibatkan bronkitis atau pneumonia, terutama di kalangan bayi, orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah,” beber CDC China.

    Mereka dengan riwayat penyakit paru-paru yang sudah ada sebelumnya, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), atau emfisema, berisiko lebih tinggi terkena gejala lebih parah.

    “Masa inkubasi berkisar antara tiga hingga lima hari,” kata CDC China.

    Meskipun jumlah kasus meningkat, para ahli menekankan kehati-hatian dalam menggunakan obat antivirus tanpa pandang bulu untuk hMPV.

    Saat ini, tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus dan penanganannya berfokus pada pengurangan gejala. CDC telah mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk menekan penyebaran hMPV dan penyakit pernapasan lain.

    Masyarakat diminta memakai masker di tempat ramai, menjaga jarak sosial, sering mencuci tangan, dan menunda menghindari tempat ramai sebisa mungkin.

    Simak Video “Video: Kemenkes Pastikan Belum Ada Laporan Kasus Flu A dan HMPV di RI”
    [Gambas:Video 20detik]

    (naf/sao)

  • Lima Tahun Pandemi, WHO Desak Tiongkok Ungkap Asal Usul Virus Covid-19 – Halaman all

    Lima Tahun Pandemi, WHO Desak Tiongkok Ungkap Asal Usul Virus Covid-19 – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Organisasi kesehatan dunia atau WHO mendesak Tiongkok untuk mengungkap asal usul virus Covid-19 yang menjadi pandemi.

    Lima tahun lalu, tepatnya tanggal 31 Desember 2019, Kantor Perwakilan WHO di Tiongkok membuat pernyataan media mengenai kasus ‘pneumonia virus’ di Wuhan, Tiongkok.

    Kemudian, dalam beberapa minggu, bulan, dan tahun setelah itu, Covid-19 datang berkembang menjadi pandemi dan  membuat banyak pelajaran di kehidupan dunia.

    “Kami terus meminta Tiongkok untuk berbagi data dan akses sehingga kami dapat memahami asal-usul Covid-19. Ini adalah keharusan moral dan ilmiah. Tanpa transparansi, berbagi, dan kerja sama antarnegara, dunia tidak dapat mencegah dan mempersiapkan diri secara memadai untuk epidemi dan pandemi di masa mendatang,” kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers beberapa lalu.

    Di tahun 2020 lalu, seluruh dunia mengaktifkan sistem darurat setelah WHO menerbitkan panduan komprehensif mengenai SARS-CoV-2 pertama.

    Sejak saat itu, pihaknya terus mengumpulkan para ahli dan kementerian kesehatan dari seluruh dunia, mengumpulkan dan menganalisis data tentang SARS-CoV-2 pertama.

    “Kami menandai tonggak sejarah ini, mari kita luangkan waktu untuk menghormati kehidupan yang berubah dan hilang. Kami mengucapkan terima kasih kepada para petugas kesehatan yang telah berkorban begitu banyak. Semua berkomitmen untuk belajar dari Covid-19 untuk membangun masa depan yang lebih sehat,” ungkap dia.

    Diketahui pandemi Covid-19 membuat lebih 775,5 juta orang di dunia terkonfirmasi positif Covid-19 dengan angka kematian menyentuh 7 juta orang, seperti yang dilaporkan hingga 13 April 2024.

    Sementara di Indonesia, angka kasus konfirmasi Covid-19 berdasarkan data Kemenkes sebanyak 6,4 juta kasus dengan kematian mencapai 157 ribu orang.

    WHO pun mengumumkan per 5 Mei 2023, Covid-19 sudah tidak lagi menjadi kedaruratan internasional hal ini juga membuat hampir semua negara melonggarkan protokol kesehatan berupa pakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

     

     

  • Fakta-fakta Lonjakan Penyakit Pernapasan di China, Disebut Dipicu Virus HMPV    
        Fakta-fakta Lonjakan Penyakit Pernapasan di China, Disebut Dipicu Virus HMPV

    Mengenal HMPV Penyakit Pernapasan yang Melonjak di China, Ini Gejalanya Mengenal HMPV Penyakit Pernapasan yang Melonjak di China, Ini Gejalanya

    Jakarta

    Setelah lima tahun pasca COVID-19, China kini mencatat lonjakan kasus infeksi virus pernapasan lain yakni human metapneumovirus (hMPV).

    Otoritas kesehatan di seluruh dunia ikut menyoroti wabah tersebut dan kembali menekankan peningkatan tindakan kebersihan seperti mengenakan masker wajah dan mencuci tangan sesering mungkin, terlebih pasca melakukan perjalanan ke tempat asal wabah.

    Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nasional di China telah menetapkan protokol untuk pelaporan laboratorium serta verifikasi kasus.

    Data dari 16-22 Desember menunjukkan peningkatan infeksi pernapasan akut, termasuk hMPV, terutama di provinsi utara. “Kasus-kasus terkini sebagian besar melibatkan mereka yang terpapar berada di usia di bawah usia 14 tahun,” menurut Reuters.

    “Siaran pemerintah CCTV mengonfirmasi bahwa infeksi pernapasan musim dingin ini sebagian besar disebabkan oleh virus influenza, dengan hMPV juga ikut berkontribusi,” CDC menambahkan.

    Kabarnya, virus tersebut pertama kali terdeteksi pada 2001 oleh peneliti Belanda dalam sampel aspirasi nasofaring dari anak-anak dengan infeksi pernapasan, disebabkan oleh patogen yang tidak diketahui.

    Minggu lalu, badan pengendalian penyakit China mengatakan mereka sedang menguji coba sistem pemantauan untuk pneumonia yang tidak diketahui asalnya. Menurut laporan Reuters, kasus penyakit pernapasan diperkirakan akan meningkat selama musim dingin.

    Apa saja gejala infeksi hMPV?

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC China) mencatat sejumlah gejala yang kerap ditemui.

    “Gejala-gejalanya meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dan mengi. Kasus yang parah dapat mengakibatkan bronkitis atau pneumonia, terutama di kalangan bayi, orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.”

    Badan tersebut lebih lanjut mencatat mereka memiliki kondisi paru-paru yang sudah ada sebelumnya, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), atau emfisema, berisiko lebih tinggi terkena hasil yang parah.

    Next: Bagaimana virus hMPV menyebar?

    Simak Video “Video: Respons China ke WHO soal Tudingan Tutupi Data Asal-usul COVID-19”
    [Gambas:Video 20detik]

  • RS di China Kewalahan, Pasien Influenza A dan HMPV Melonjak, Kemenkes: Belum Terdeteksi di Indonesia – Halaman all

    RS di China Kewalahan, Pasien Influenza A dan HMPV Melonjak, Kemenkes: Belum Terdeteksi di Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus infeksi Influenza A dan HMPV atau human meta pneumo virus sedang merebak di China. 

    Sejumlah rumah sakit bahkan kewalahan karena jumlah pasien naik signifikan.

    Gejala kedua penyakit itu mirip dengan Covid-19 yakni demam tinggi, batuk, sakit tenggorokan maupun sulit bernapas. Otoritas pengendalian penyakit China pada akhir Desember lalu mengumumkan, tengah menguji coba sistem pemantauan khusus untuk pneumonia yang belum diketahui penyebabnya.

    Influenza A merupakan influenza yang paling umum terjadi di negara Tirai Bambu dan sekitarnya. Kondisi ini selalu terjadi di akhir tahun, lantaran di sana sedang musim dingin.

    Penyakit bisa sembuh dengan sendirinya seiring kekebalan tubuh seseorang makin membaik. Sementara HMPV merupakan virus yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut.

    HMPV rentan dialami bayi, anak kecil dan siapa saja yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah. HMPV bisa mengakibatkan bronkitis, asma, dan pneumonia.

    Melihat kondisi ini, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan lima hal yang perlu dipersiapkan Indonesia untuk menghadapi penyakit-penyakit tersebut.

    Pertama, survailans dan deteksi dini merupakan kunci utama pengendalian penyakit menular. “Ini suatu langkah yang amat baik, dan perlu juga dipertimbangkan di negara kita, baik untuk infeksi pernapasan sampai pneumonia maupun penyakit menular lainnya,” kata dia di Jakarta, Rabu (1/1/2025).

    Kedua, tentang inluenza A selalu ada fluktuasi peningkatannya dari waktu ke waktu di berbagai belahan dunia. 

    Karena itulah WHO selalu mengkompilasi data ini dan diumumkan agar negara-negara dapat mengambil langkah yang diperlukan.

    Ketiga  terkait, HMPV (human meta pneumo virus) bukanlah penyakit baru di China. Karena sudah banyak diulas tentang pola epidemiologik dan karakteristik genetikanya.

    Sehingga bisa jadi panduan pemerintah China untuk program pengendalian dan bahkan proses vaksinasinya kelak. 

    “Akan baik kalau pola epidemiologik dan genetik berbagai penyakit menular Indonesia juga dipublikasikan dalam jurnal ilmiah resmi seperti ini untuk jadi panduan pula,” terang Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes ini.

    Terakhir, menjaga dan meningkatkan pengendalian penyakit menular, mulai dari tingkat dasar yaitu pemahaman dan pola hidup masyarakat, lalu vaksinasi, lalu surveilans dan deteksi dini dan belakangan lalu penangannan kasus dan kontaknya.

    Dalam hal ini perlu diingatkan kembali bahwa promotif preventif amatlah perlu, jangan hanya bertumpu ke penanganan kasus yang sudah sakit saja. 

    Terpisah, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Drg. Widyawati menuturkan, kasus infeksi Influenza A dan HMPV atau human meta pneumo virus yang sedang merebak di China belum ditemukan di Indonesia. “Saat ini belum ditemukan di Indonesia,” kata dia.

    Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain : rajin mencuci tangan, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin atau memakai masker, serta disarankan tetap di rumah jika mengalami demam, batuk, pilek atau gejala flu.

    “Tidak perlu panik, tetapi tetap waspada, pantau perkembangan kasus melalui media terpercaya. Jika harus bepergian ke luar negeri, pastikan untuk memeriksa situasi dan kebijakan di negara tujuan. Jangan lupa terapkan protokol kesehatan,” ungkap perempuan yang biasa disapa Wiwid ini. 

    Gejala Mirip Covid-19

    Gejala HMPV mirip Covid-19, seperti batuk, demam, hidung tersumbat, mengi, serta bronkitis atau pneumonia. Hingga kini, belum ada vaksin berlisensi untuk mengatasi HMPV. 

    Sementara flu burung atau Influenza A yang menyerang warga China berasal dari subtipe antara lain H1N1 dan H9N2.

    Ilustrasi  (Freepik.com)

    Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman membenarkan bahwa virus Influenza A dan HMPV tengah merebak di China. 

    “Influenza A itu salah satu penyebab flu musiman, bukan virus baru ya. Virus ini endemi dan sangat menular,” ujar Dicky.

    Menurut Dicky, penderita Influenza A akan mengalami infeksi saluran pernapasan atas dan bawah. 

    Gejalanya berupa demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan kelelahan. Dia mengungkapkan, Influenza A termasuk wabah yang dipantau ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sebab, ada kondisi-kondisi yang membuatnya bisa menjadi pandemi. 

    “Jika varian barunya (Influenza A) muncul yang bisa menyebar luas di kalangan manusia. Ini yang dikhawatirkan,” lanjutnya.

    Meski Influenza A termasuk kondisi serius, Dicky menekankan, penularan wabah tersebut saat ini belum dalam level yang sangat membahayakan. 

    Sementara itu, lanjutnya, HMPV termasuk virus pernapasan mirip Respiratory Syncytial Virus (RSV)  yang diidentifikasi sejak 2001.

    Penularan Influenza A dan HMPV dapat melalui droplets atau percikan air liur saat penderita virus tersebut batuk, bersin, atau bicara. 

    Virus ini juga bisa disebarkan lewat kontak langsung dengan orang terinfeksi atau sentuhan barang yang terkontaminasi. “Ini mirip penularan Covid-19,” tegas Dicky.(Tribun Network/rin/kps/wly)

  • Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus Lagi Kamis 2 Januari 2025, Semburkan Abu Vulkanik 1.000 Meter

    Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus Lagi Kamis 2 Januari 2025, Semburkan Abu Vulkanik 1.000 Meter

    Liputan6.com, Jakarta – Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali erupsi pada Kamis pagi (2/1/2025), pukul 05.34 Wita. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki kali ini teramati mencapai 1.000 meter di atas puncak, atau sekitar 2.584 meter di atas permukaan laut.

    Kolom abu erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 11 mm dan durasi 67 detik.

    Masyarakat dan wisatawan yang berada di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki dilarang melakukan aktivitas apapun dalam radius 5 km dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki dan sektoral barat daya – utara – timur laut sejauh 6 km.

    Masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yan tidak jelas sumbernya.

    Bagi masyarakat yang ada di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki diimbau waspada terhadap potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki. Jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi terutama daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Klatanlo, Hokengjaya, Boru, Nawakote.

    Masyarakat yang terdampak hujan abu Gunung Lewotobi Laki-Laki juga diimbau memakai masker/penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernapasan.

    Di awal tahun 2025, Gunung Lewotobi Laki-Laki tercatat sudah meletus 2 kali. Hingga hari ini, Kamis, 2 Januari 2025, pukul 05.42 WIB, Gunung Lewotobi Laki-Laki masih berstatus Siaga (Level III). 

     

  • Kasus Infuenza A dan HMPV Merebak di Cina, Bagaimana Kondisi di Indonesia? – Halaman all

    Kasus Infuenza A dan HMPV Merebak di Cina, Bagaimana Kondisi di Indonesia? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Drg Widyawati menuturkan, kasus infeksi Influenza A dan HMPV atau human meta pneumo virus yang sedang merebak di Cina belum ditemukan di Indonesia.

    Pihaknya berharap masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kedua penyakit tersebut.

    “Saat ini belum ditemukan di Indonesia,” kata dia saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (1/1/2025).

    Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain  rajin mencuci tangan, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin atau memakai masker, serta disarankan tetap di rumah jika mengalami demam, batuk, pilek atau gejala flu.

    “Tidak perlu panik, tetapi tetap waspada, pantau perkembangan kasus melalui media terpercaya. Jika harus bepergian ke luar negeri, pastikan untuk memeriksa situasi dan kebijakan di negara tujuan. Jangan lupa terapkan protokol kesehatan,” ungkap perempuan yang biasa disapa Wiwid ini.

    Diketahui sebelumnya, sejumlah rumah sakit di Beijing kewalahan karena jumlah pasien yang mengidap influenza A dan HMPV naik signifikan.

    Gejala penyakit infleunza A dan HMPV mirip dengan Covid-19 yakni demam tinggi, batuk, sakit tenggorokan maupun sulit bernafas.

    Otoritas pengendalian penyakit Cina pada akhir Desember lalu mengumumkan, tengah menguji coba sistem pemantauan khusus untuk pneumonia yang belum diketahui penyebabnya.

    Influenza A merupakan influenza yang paling umum terjadi di negara Tirai Bambu dan sekitarnya.

    Kondisi ini selalu merebak di akhir tahun, lantaran di sana sedang musim dingin.

    Penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya seiring kekebalan tubuh seseorang makin membaik.

    Sementara HMPV merupakan virus yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut.

    HMPV sangat rentan dialami bayi, anak kecil dan siapa saja yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah.

    HMPV bisa mengakibatkan bronkiolitis, asma, dan pneumonia.

  • RS China Kembali Kewalahan Ada Wabah Flu Mirip Covid-19, Kemenkes Ungkap Peluang Masuk Indonesia

    RS China Kembali Kewalahan Ada Wabah Flu Mirip Covid-19, Kemenkes Ungkap Peluang Masuk Indonesia

    TRIBUNJATIM.COM – Wabah flu Human Metapneumovirus (HMPV) dan Influenza A atau sering disebut flu burung tengah melanda China.

    Media sosial pun digegerkan dengan video rumah sakit di China yang tampak kewalahan menangani outbreak, seperti zaman Covid-19 lalu.

    Lalu bisakah outbreak flu yang mewabah di China menjadi pandemi seperti Covid-19 dan sampai ke Indonesia?

    Sebaga informasi, gejala HMPV mirip Covid-19.

    Seperti batuk, demam, hidung tersumbat, mengi, serta bronkitis atau pneumonia.

    Hingga kini, belum ada vaksin berlisensi untuk mengatasi HMPV.

    Sementara flu burung atau Influenza A yang menyerang warga China berasal dari subtipe antara lain H1N1 dan H9N2.

    Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, membenarkan bahwa virus Influenza A dan HMPV tengah merebak di China.

    “Influenza A itu salah satu penyebab flu musiman, bukan virus baru ya. Virus ini endemi dan sangat menular,” ujar Dicky saat dikonfirmasi Kompas.com pada Selasa (31/12/2024).

    Menurut Dicky, penderita Influenza A akan mengalami infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.

    Gejalanya berupa demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan kelelahan.

    Dia mengungkapkan, Influenza A termasuk wabah yang dipantau ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Sebab, ada kondisi-kondisi yang membuatnya bisa menjadi pandemi.

    “Jika varian barunya (Influenza A) muncul yang bisa menyebar luas di kalangan manusia. Ini yang dikhawatirkan,” lanjutnya.

    Ilustrasi pandemi Covid di China (Tribunnews.com)

    Meski Influenza A termasuk kondisi serius, Dicky menekankan, penularan wabah tersebut saat ini belum dalam level yang sangat membahayakan.

    Sementara itu, lanjutnya, HMPV termasuk virus pernapasan mirip Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang diidentifikasi sejak 2001.

    HMPV menyerang anak kecil, orang tua, serta anak muda yang imunitasnya rendah.

    Gejalanya berupa batuk, demam, hidung tersumbat, serta sesak napas.

    Kondisi ini dapat menimbulkan bronkitis dan pneumonia.

    Penularan Influenza A dan HMPV dapat melalui droplets atau percikan air liur saat penderita virus tersebut batuk, bersin, atau bicara.

    Virus ini juga bisa disebarkan lewat kontak langsung dengan orang terinfeksi atau sentuhan barang yang terkontaminasi.

    “Ini mirip penularan Covid-19,” tegas Dicky.

    Menurutnya, virus Influenza A dan HMPV merebak di China, Hong Kong, dan Jepang karena sedang dilanda musim dingin.

    Cuaca dingin memudahkan penularan virus berbahaya, sebab banyak orang berada di tempat yang sama saat cuaca dingin.

    Lantas apakah situasi di China ini bisa jadi pandemi di Indonesia?

    Dicky mengungkapkan, Influenza A berpotensi menjadi pandemi yang bisa menyerang sampai Indonesia jika muncul varian baru yang penularannya lebih ganas.

    “Saat ini, belum terdeteksi dan belum ada laporan (adanya varian baru Influenza A yang lebih cepat menular),” lanjut dia.

    Sebaliknya, Dicky menyebut, virus HMPV sangat kurang berpotensi menjadi pandemi dibandingkan Influenza A.

    Hal ini terjadi karena tingkat penularan HMPV dinilai lebih lambat dan tingkat keparahan penyakitnya secara umum lebih ringan.

    “Kalau bisa sampai ke Indonesia, ya tetap ada kasus impor, terutama dari pelancong dari Asia Timur (tempat Influenza A dan HMPV merebak),” terang Dicky.

    Petugas Dinas Kesehatan Surabaya sedang melakukan swab kepada warga untuk mengantisipasi Covid-19 (TribunJatim.com/Bobby Constantine Koloway)

    Sejauh ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan belum ada laporan warga yang menderita influenza tipe A dan virus HMPV.

    Atas potensi wabah tersebut, Dicky mengimbau masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi flu, terlebih setiap dua tahun sekali.

    Selain itu, perlu pula memasang saluran udara yang baik, serta menerapkan gaya hidup seimbang dengan makan makanan sehat dan berolahraga.

    Dia pun meminta publik terus menerapkan protokol 5M, yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

    “Terutama dia yang sakit flu ya harus tahu diri untuk tidak bepergian, memakai masker, dan mendekati orang rawan seperti orang tua, bayi, atau balita,” lanjut dia.

    Dicky menyebut, penularan Influenza A dan HMPV dapat dicegah dengan menguatkan pintu masuk Indonesia dari pendatang yang bisa membawa virus dari luar negeri.

    Dia pun mengimbau dilakukan pelaporan suspek penderita virus tersebut, memastikan fasilitas kesehatan mampu menangani lonjakan kasus, serta menyediakan alat pendeteksi Influenza A dan HMPV secara cepat.

    “Pemerintah perlu meningkatkan literasi, kewaspadaan, dan pemahaman publik terkait gejala, pencegahan, dan kapan harus mencari perawatan medis,” imbuh Dicky.

    Kemenkes sendiri mencatat bahwa varian H5N1 dari influenza tipe A pernah terjadi di Indonesia pada 2005-2017.

    Meski demikian, sejak tahun 2018, tidak ada laporan kasus baru pada manusia.

    Sementara itu, varian H5N6 dan H9N2 yang dilaporkan di China belum pernah ditemukan di Indonesia.

    Penyebaran penyakit menular seperti influenza tipe A dan HMPV dipengaruhi oleh beberapa faktor.

    Termasuk mobilitas penduduk, perubahan lingkungan, kerentanan masyarakat, atau mutasi virus.

    Berdasarkan informasi dari WHO, kasus-kasus tersebut saat ini masih terbatas di wilayah China.

    Kemenkes pun menyatakan tengah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran penyakit menular tersebut.

    Saat ini, surveilans, pengamatan, dan pelaporan berkala terhadap penyakit infeksi emerging terus dilakukan.

    Hingga kini, belum diperlukan kebijakan pembatasan atau larangan perjalanan keluar masuk Indonesia ke China.

    Di sisi lain, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

    Kemenkes juga mengingatkan masyarakat agar tidak panik, namun tetap waspada dengan memantau perkembangan kasus melalui berbagai media.

    Bagi mereka yang terpaksa harus bepergian ke luar negeri, termasuk ke China, disarankan untuk memastikan situasi dan kebijakan di negara tujuan serta selalu menerapkan protokol kesehatan.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Wabah Metapneumovirus HMPV Meledak di China, Gejala Mirip Covid-19

    Wabah Metapneumovirus HMPV Meledak di China, Gejala Mirip Covid-19

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kasus human metapneumovirus (HMPV) dilaporkan meledak di China dalam beberapa waktu terakhir.

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China pada Kamis (26) mencatat ada tren peningkatan kasus HMPV selama sepekan pada 16 Desember hingga 22 Desember.

    Menurut data pihak berwenang, kasus ini meningkat di kalangan anak-anak di bawah usia 14 tahun. Provinsi utara China menjadi lokasi penyebaran infeksi yang gejalanya mirip dengan Covid-19 tersebut, demikian dilansir dari Reuters.

    CDC memaparkan gejala HMPV di antaranya yakni batuk, demam, hidung tersumbat, hingga mengi atau sesak napas.

    Untuk kasus yang parah, HMPV bisa mengakibatkan penderita mengalami bronkitis atau pneumonia, terutama bagi kalangan rentan seperti bayi, lansia, maupun orang dengan gangguan imun.

    CDC mencatat mereka yang memiliki penyakit paru-paru seperti asma berisiko lebih tinggi mengalami gejala yang lebih parah.

    “Virus ini menyebar terutama melalui droplet dari batuk atau bersin, serta kontak dekat maupun paparan lingkungan yang terkontaminasi,” demikian pernyataan CDC China, seperti dikutip Phnom Penh Post.

    “Masa inkubasi virus berkisar antara tiga hingga lima hari,” lanjut keterangan CDC.

    HMPV pertama kali terdeteksi pada 2001 oleh para peneliti Belanda pada sampel aspirasi nasofaring dari anak-anak dengan infeksi pernapasan yang disebabkan oleh patogen yang tak diketahui.

    CDC telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi guna memutus rantai penyebaran virus, yakni meminta masyarakat China memakai masker di tempat ramai, menjaga jarak, sering mencuci tangan, dan menghindari area-area ramai.

    CDC juga meminta warga menjaga kebersihan, memastikan ventilasi dalam ruangan beroperasi dengan baik, dan memulai gaya hidup sehat.

    Otoritas China sendiri memperkirakan bahwa kasus HMPV akan meningkat selama musim dingin ini hingga musim semi.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • 5 Aktivitas Seru untuk Kamu yang Jomlo Saat Malam Tahun Baru

    5 Aktivitas Seru untuk Kamu yang Jomlo Saat Malam Tahun Baru

    Jakarta, Beritasatu.com – Malam Tahun Baru identik dengan perayaan bersama orang terkasih. Namun, untuk para jomlo, momen pergantian tahun sering terasa sepi karena tidak adanya orang yang spesial.

    Meskipun begitu, ada beberapa ide kegiatan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan rasa sepi tersebut dengan beberapa ide kegiatan seru yang bisa Anda coba berikut ini.

    Ide Kegiatan Malam Tahun Baru untuk Jomlo

    1. Masak makanan dan coba resep baru

    Cobalah memasak makanan di rumah saat Anda sendirian di malam Tahun Baru. Dengan kegiatan ini, Anda bisa menghabiskan waktu dengan memasak, menyiapkan makanan, dan mendengarkan musik.

    2. Pergi Solo-trip

    Meskipun cara ini membutuhkan lebih banyak perencanaan dan memiliki biaya yang cukup mahal daripada pilihan lainnya, melakukan solo-trip saat Anda sendirian di malam Tahun Baru bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan.

    3. Membaca buku baru

    Membaca buku yang telah menjadi wishlist dapat menjadi opsi kegiatan di Tahun Baru. Tidak ada yang lebih nyaman daripada meringkuk di sofa dengan selimut favorit dan buku bacaan yang bagus. Kegiatan malam Tahun Baru ini bisa dilakukan dengan menyalakan lilin, putar musik yang menenangkan, dan nikmati bacaan terbaru.

    4. Menonton film terbaru

    Malam Tahun Baru dapat diisi dengan kegiatan menonton film sembari ngemil popcorn dan permen di sofa. Berlangganan aplikasi seperti Netflix, Disney, atau Prime, bisa menjadi pilihan untuk menemani anda menghabiskan waktu malam Tahun Baru.

    5. Nikmati spa di malam hari

    Saat memikirkan cara menghabiskan malam Tahun Baru di rumah, mungkin spa dapat menjadi pilihan lain. Mandi lebih lama dan ubah malam menjadi malam spa yang nyaman. Selain itu, Anda juga bisa melakukan kegiatan masker wajah, luluran dengan bodyscrub favorit, warnai kuku dengan warna kutek kesukaan.

    Jangan pernah merasa kesepian atau minder pada malam Tahun Baru karena status jomlo. Nikmati masa-masa ini untuk mengenal diri sendiri lebih baik dan mengejar passion.

  • 5 Tahun Berlalu, Asal usul COVID-19 Masih Misteri! WHO Minta China Transparan

    5 Tahun Berlalu, Asal usul COVID-19 Masih Misteri! WHO Minta China Transparan

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak China untuk membagikan informasi soal asal-usul COVID-19. Seperti yang diketahui, COVID-19 yang pertama kali ditemukan 5 tahun yang lalu itu membuat dunia lumpuh akibat pandemi.

    Setidaknya tercatat ada 7,1 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat virus tersebut. WHO meminta agar China dapat berbagi akses data soal COVID-19 agar pihaknya bisa memahami secara jelas asal-usulnya.

    “Kami terus meminta China untuk berbagi data dan akses sehingga kami dapat memahami asal-usul COVID-19,” kata pihak WHO dikutip dari SCMP, Selasa (31/12/2024).

    “Ini adalah keharusan moral dan ilmiah. Tanpa transparansi, berbagi, dan kerja sama antar-negara, dunia tidak dapat mencegah, dan mempersiapkan diri secara memadai untuk epidemi dan pandemi di masa mendatang,” sambungnya.

    Pihak WHO sebenarnya sudah sejak lama meminta China untuk membagikan semua informasi soal COVID-19. Namun, China bersikeras sudah memberikan semua data yang diperlukan dan menuding WHO mempolitisasi masalah tersebut.

    Beberapa minggu setelah klaster pertama infeksi COVID-19 muncul, China memberlakukan karantina wilayah yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap sekitar 11 juta orang di Wuhan dan beberapa wilayah lain.

    Pada bulan-bulan berikutnya, pemerintah di seluruh dunia mulai memberlakukan hal yang serupa. Aturan tersebut meliputi pembatasan penerbangan, perintah untuk tidak keluar rumah, hingga kewajiban mengenakan masker.

    Asal-usul COVID-19 telah menjadi masalah kontroversial dan penuh perdebatan karena adanya saling kritik dari China dan Amerika Serikat dalam cara masing-masing menangani pandemi. Ketegangan ini juga muncul akibat adanya dugaan bahwa virus ini berasal dari kebocoran laboratorium di Wuhan, yang secara tegas dibantah oleh China.

    Awal bulan ini, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dunia telah belajar banyak dari era COVID tetapi masih banyak yang harus dilakukan.

    “Jika pandemi berikutnya tiba hari ini, dunia masih akan menghadapi beberapa kelemahan dan kerentanan yang sama yang membuat COVID-19 bercokol lima tahun lalu,” katanya.

    “Namun, dunia juga telah belajar banyak dari pelajaran menyakitkan yang diberikan pandemi ini kepada kita, dan telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk memperkuat pertahanan terhadap epidemi dan pandemi di masa mendatang,” tandas Tedros.

    (avk/naf)