Produk: masker

  • Gunung Ibu Meletus Dahsyat Selasa Siang 7 Januari 2025, Kolom Abu Capai 3.000 Meter

    Gunung Ibu Meletus Dahsyat Selasa Siang 7 Januari 2025, Kolom Abu Capai 3.000 Meter

    Liputan6.com, Jakarta – Gunung Ibu kembali erupsi dahsyat pada Selasa (7/1/2025), pukul 11.12 WIT. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Ibu kali ini teramati mencapai 3.000 meter di atas puncak, atau sekitar 4.325 meter di atas permukaan laut.

    Kolom abu erupsi Gunung Ibu teramati berwarna kelabu hingga cokelat dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah barat laut. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi 121 detik.

    Masyarakat dan wisatawan yang berada di sekitar Gunung Ibu dilarang beraktivitas di dalam radius 4 km dan perluasan sektoral berjarak 5,5 km ke arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu.

    Jika terjadi hujan abu, masyarakat yang beraktivitas di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kacamata).

    Seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong alias hoaks, dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat agar selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.

    Sebelumnya, Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, juga erupsi pada Selasa pagi (7/1/2025), pukul 05.40 WIT. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Ibu teramati mencapai 1.000 meter di atas puncak, atau sekitar 2.325 meter di atas permukaan laut.

    Sepanjang awal tahun 2025, Gunung Ibu tercatat sudah meletus sebanyak 39 kali. Hingga hari ini, Selasa, 7 Januari 2025, pukul 09.32 WIB, Gunung Ibu masih berstatus Siaga (Lelel III).

  • Virus HMPV Sudah Ada di Indonesia, Gimana Penyebarannya?

    Virus HMPV Sudah Ada di Indonesia, Gimana Penyebarannya?

    Jakarta

    Sejumlah anak di Indonesia dilaporkan terinfeksi virus Human Metapneumovirus (HMPV) menyusul laporan merebaknya infeksi HMPV di China yang memicu kekhawatiran global. Dunia seperti diingatkan peristiwa lima tahun lalu saat kemunculan Covid-19 di China berubah menjadi pandemi global dengan tujuh juta kematian dilaporkan.

    Pejabat senior bidang kesehatan di China mengatakan bahwa jumlah infeksi virus HMPV khususnya pada kelompok usia 14 tahun ke bawah mengalami peningkatan.

    Namun mereka membantah klaim bahwa rumah sakit di China kewalahan menangani virus tersebut.

    Kasus HMPV juga telah dilaporkan di Indonesia dan India.

    Di Indonesia, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi kasus yang terjadi di Indonesia melibatkan anak-anak.

    “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Budi seperti dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Kesehatan yang dirilis pada Senin (06/01).

    Apa saja gejala dan bagaimana penyebaran HMPV? Apa bahwa HMPV dan apakah dunia perlu khawatir?

    Apakah HMPV virus baru?

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa HMPV bukan virus baru dan sudah lama dikenal di dunia medis. Virus ini juga berbeda dengan virus Covid-19.

    Menurutnya, Covid-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu. Sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    “Berbeda dengan COVID-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” ujar Budi.

    Senada, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS, mengungkap bahwa virus ini pertama kali diidentifikasi pada 2001, namun para ahli mengatakan virus ini kemungkinan sudah ada selama beberapa dekade lebih lama dari itu.

    Apa saja gejalanya?

    Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan HMPV bukanlah virus yang mematikan.

    Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas.

    Namun bagi sebagian orang, gejala yang dialami bisa jauh lebih serius.

    CDC mengatakan virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan atas dan bawah seperti bronkitis atau pneumonia pada orang-orang dari segala usia.

    BBC

    Akan tetapi, virus ini paling banyak menyerang anak-anak, orang dewasa lanjut usia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Masa inkubasi virus ini sekitar tiga hingga enam hari, dengan durasi rata-rata penyakit bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan gejala yang dialami.

    Data pengawasan CDC menunjukkan HMPV paling aktif selama akhir musim dingin dan musim semi di daerah beriklim sedang.

    Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.

    EPASejumlah warga Beijing melakukan upaya preventif dengan mengenakan masker setelah kasus HMPV yang dilaporkan melonjak di China.

    Bagaimana penyebaran virus ini?

    Penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi.

    Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui kontak erat, seperti menyentuh atau berjabat tangan, atau menyentuh benda atau permukaan yang terdapat HMPV dan kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata.

    HMPV biasanya menyebar pada musim dingin ketika orang menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan.

    Getty ImagesOrang-orang memakai masker di tengah lonjakan penyakit pernafasan di Huai’an, Provinsi Jiangsu, China, pada 5 Januari 2025.

    Mengapa anak-anak dan orang lanjut usia sangat rentan?

    Seseorang dapat tertular HMPV beberapa kali.

    Para ahli mengatakan gejala yang dialami orang yang pertama kali terinfeksi virus ini biasanya adalah yang paling parah.

    Setelah itu, kekebalan tubuh akan terbentuk dan paparan terhadap HMPV berikutnya kemungkinan tidak akan terlalu parah, selama sistem kekebalan tubuh tetap kuat dan tidak melemah akibat penyakit lain seperti HIV atau kanker.

    Baca juga:

    Hal ini dapat menjelaskan mengapa anak-anak berusia di bawah lima tahun, serta orang lanjut usia di atas 65 tahun yang memiliki sistem kekebalan tubuh lebih lemah serta mereka yang memiliki masalah pernafasan sangat rentan dengan HMPV.

    Namun, mengingat HMPV diperkirakan sudah ada selama beberapa dekade, para ahli meyakini ada kekebalan yang terbentuk secara global yang dapat menghalau virus ini menyebar luas.

    Getty ImagesSejumlah warga di rumah sakit di Guangzhou, Provinsi Guangdong, China, pada 11 Desember 2023.

    Kendati begitu, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan.

    “Yang terpenting adalah tetap tenang dan waspada.”

    “Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama seperti Covid-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baik,” tutup Menkes.

    Apa yang terjadi di China?

    Foto dan video orang-orang mengenakan masker di rumah sakit di China beredar di sejumlah platform media sosial. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan di China kewalahan menangani penyakit ini.

    Sejumlah laporan media setempat kemudian membandingkan peristiwa ini dengan awal wabah Covid-19.

    Menkes Budi Gunadi Sadikin menampik pemberitaan itu seraya mengatakan “informasi tersebut tidak benar”.

    Getty ImagesOrang-orang terlihat di rumah sakit di Guangzhou, Provinsi Guangdong, China pada 11 Desember 2023. Laporan menunjukkan bahwa infeksi saluran pernafasan mulai sering terjadi saat musim dingin di banyak daerah.

    Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa terjadi di negara dengan empat musim seperti di China, yang kerap mengalami peningkatan kasus flu saat musim dingin.

    “Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar),” kata Menkes.

    Kepala Penyakit Menular di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, Kan Biao, mengatakan bahwa negara tersebut kemungkinan besar akan terkena berbagai penyakit menular pernafasan pada musim dingin dan musim semi.

    Dia mengatakan bahwa jumlah kasus HMPV di antara orang-orang di bawah usia 14 tahun “menunjukkan tren peningkatan.”

    Getty ImagesPasien menunggu di ruang gawat darurat anak-anak sebuah rumah sakit di tengah lonjakan penyakit pernapasan di Shanghai, Tiongkok, pada 27 Desember 2024.

    Namun dia juga mengatakan bahwa jumlah kasus pernafasan di China secara keseluruhan pada 2024 kemungkinan akan lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya.

    Menurut Profesor Tulio de Oliveira, direktur pendiri Pusat Respons dan Inovasi Epidemi, HMPV hanyalah satu dari empat virus yang saat ini menyebabkan epidemi musim dingin yang muncul di Chinavirus lainnya adalah virus pernapasan, Covid, dan influenza.

    Dia menjelaskan bahwa tekanan terhadap rumah sakit di China diperkirakan akan terjadi mengingat keberadaan musim dan peredaran keempat virus ini.

    Pada Jumat (03/01) China mengumumkan bahw mereka sedang menguji coba sistem pemantauan untuk pneumonia yang tidak diketahui asalnya, dengan kasus beberpa penyakit pernapasan diperkirakan akan meningkat selama musim dingin.

    Hal ini berbeda dengan tingkat kesiapsiagaan yang lebih rendah lima tahun lalu kala Covid pertama kali muncul di negara itu.

    (ita/ita)

  • 8
                    
                        Kisah Sandi Damkar Depok: 10 Tahun Hadapi Api, Kini Kariernya Padam
                        Megapolitan

    8 Kisah Sandi Damkar Depok: 10 Tahun Hadapi Api, Kini Kariernya Padam Megapolitan

    Kisah Sandi Damkar Depok: 10 Tahun Hadapi Api, Kini Kariernya Padam
    Editor
    DEPOK, KOMPAS.com
    – Di balik deru sirine dan percikan air selang pemadam, kisah Sandi Butar Butar tak kalah bergejolak.
    Setelah hampir satu dekade mengabdi sebagai petugas Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Depok, kontraknya tak lagi diperpanjang.
    Hal itu tertuang dalam Surat Keterangan Kerja yang diterbitkan dinas Damkar dengan Nomor 800/140/PKTT/PO.DAMKAR/I/2024.
    “Masa kerja sejak 10 November 2015 sampai dengan 31 Desember 2024. Alasan berhenti (yaitu) tidak diperpanjang kontrak,” mengutip isi surat, Selasa (7/1/2025).
    Surat keputusan yang tercatat tanggal 2 Januari 2025 menjadi akhir cerita Sandi di tubuh institusi yang selama ini dikritik dengan lantang.
    Namun, bagi Sandi, ini bukan sekadar akhir sebuah pekerjaan. Surat tersebut menggores luka yang telah lama menganga.
    Pemberhentian kontrak kerja ini dinilai terlalu tiba-tiba lantaran Sandi baru mengetahuinya empat hari setelah surat itu terbit.
    “Saya enggak tahu ya alasannya apa. Hampir 10 tahun lah pengabdian saya ya di Damkar,” tutur Sandi.
    Oleh sebab itu, pemutusan kontrak kerja ini membuat publik kembali mengingat hubungan Dinas Damkar Depok dan Sandi Butar Butar yang kurang baik sejak 2021.
    Awal perselisihan Sandi dengan Damkar Depok bermula pada 2021. Kala itu, ia berani mengungkap dugaan korupsi pengadaan seragam dan sepatu dinas.
    Honor penyemprotan disinfektan yang tak diterima penuh juga menjadi bagian dari sederet keluhan.
    Sandi tak tinggal diam. Ia bersuara, meski tahu risikonya besar.
    Dugaan korupsi itu tak berhenti di ujung lidah Sandi. Kejaksaan Negeri Depok bahkan menetapkan dua pejabat Damkar sebagai tersangka. Namun, bagi Sandi, perjuangan itu ternyata jauh dari usai.
    Tahun 2024 membawa cerita baru. Dalam sebuah kebakaran besar di Pasar Cisalak, Cimanggis, seorang petugas bernama Martinnius Reja Panjaitan tewas setelah mengalami sesak napas.
    Diduga, kematian Martin akibat minimnya perlengkapan pelindung diri (APD), termasuk masker.
    Namun pada saat itu, Plt Kepala Bidang Pengendalian Operasional Kebakaran dan Penyelamatan Tesy Haryanti menjelaskan kondisi Martin tidak mengenakan masker karena lokasi kebakaran adalah area terbuka dengan sirkulasi udara memadai.
    “Kalau dia bilang tidak wajib memakai masker, saya tantang dia. Saya bakar sampah di depannya, (lalu) dia tidak memakai masker, bertahan berapa lama dia?” kata Sandi saat ditemui
    Kompas.com
    , Jumat (25/10/2024).
    Sandi berpendapat, penggunaan masker sudah menjadi standar operasional yang wajib digunakan ketika petugas berada di lokasi.
    “Dia pejabat, harusnya mengerti dong SOP-nya. Itu hanya pembelaan, pembelaan dia,” terang Sandi.
    Puncak kegeraman Sandi terjadi pada September 2024. Bersama tim kuasa hukum, Sandi melaporkan dugaan korupsi baru yang disebut merugikan negara hingga miliaran rupiah.
    Laporan ini disusul somasi terbuka dari 80 petugas Damkar, menuntut perbaikan sarana, audit internal, kenaikan upah, dan penghormatan untuk Martinnius yang gugur di lapangan.
    Somasi itu ditujukan kepada Pemkot, khususnya Wali Kota Mohammad Idris, Wakil Wali Kota Imam Budi Hartono, dan Kadis Damkar Adnan Mahyudin.
    Langkah ini ditempuh sebagai tindak lanjutan usai Sandi melaporkan dugaan korupsi Pemkot Depok ke Kejari.
    Ada empat poin yang diminta dalam somasi tersebut. Pertama, memperbaiki sarana dan prasarana Damkar Kota Depok. Kedua, melakukan audit internal terkait dugaan korupsi di Dinas Damkar Kota Depok yang hasilnya harus disampaikan ke publik.
    Ketiga, menaikkan upah petugas Damkar dari Rp 3,2 juta hingga serendah-rendahnya setara dengan UMP Kota Depok senilai Rp 4,9 juta. Keempat, Martinnius Reja Panjaitan, petugas Damkar yang meninggal dunia usai bertugas di kebakaran Pasar Cisalak.
    Kini, Sandi resmi tak lagi menjadi bagian dari Damkar Depok. Surat pengakhiran kontrak yang diterimanya hanyalah lembaran kertas yang dingin dan formal.
    Tak ada penjelasan rinci, hanya ucapan terima kasih yang terasa getir.
    “Kami mengucapkan banyak terima kasih atas usaha dan dedikasi yang telah saudara berikan kepada Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok,” ucap dalam isi surat.
    Kisah Sandi adalah pengingat tentang bagaimana keberanian melawan arus bisa menjadi bumerang, namun juga menjadi suara lantang bagi perubahan.
    Pertanyaannya, apakah suara itu akan didengar? Ataukah akan terkubur?.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Menkes: Jangan Panik, Mirip Flu Biasa

    Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Menkes: Jangan Panik, Mirip Flu Biasa

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan kasus virus Human Metapneumovirus (HMPV) di Indonesia. Virus HMPV baru-baru ini menjadi sorotan setelah merebak di China. 

    Kemenkes mencatat semua kasus virus HMPV yang ditemukan di Indonesia ternyata melibatkan anak-anak.

    Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik, meski virus tersebut sudah masuk ke Tanah Air. Pasalnya, kata dia, HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.

    “HMPV bukanlah virus yang mematikan. Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (7/1/2024). 

    Dia menuturkan penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. Meskipun umumnya tidak berbahaya, kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu tetap perlu waspada.

    Karena itu, Menkes mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan.

    “Yang terpenting tetap tenang dan waspada. Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama Seperti Covid-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baik,” imbuhnya. 

    Perbesar

    HMPV Beda dengan Covid-19

    Lebih lanjut, Budi Gunadi menjelaskan virus HMPV berbeda dengan virus Covid-19. Menurutnya, Covid-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu. Dia mengatakan sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

    “Berbeda dengan Covid-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” ujarnya. 

    Mengenai pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di China, Budi Gunadi menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti China sering terjadi saat musim dingin.

    “Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar,” katanya. 

  • Alert! Virus HMPV Masuk ke Indonesia, Kasus Ditemukan pada Anak-anak

    Alert! Virus HMPV Masuk ke Indonesia, Kasus Ditemukan pada Anak-anak

    Bisnis.com, JAKARTA – Virus Human Metapneumovirus (HMPV), yang baru-baru ini merebak di China, dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan semua kasus virus HMPV yang ditemukan melibatkan anak-anak.

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik karena HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.

    “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada [virusnya]? itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Menkes dalam keterangan resmi yang dikutip, Selasa (7/1/2025). 

    Menkes menjelaskan virus HMPV berbeda dengan virus Covid-19. Menurutnya, Covid-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu.

    Dia mengatakan sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

    “Berbeda dengan Covid-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” ujarnya. 

    Mengenai pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di China, Budi Gunadi menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah Tiongkok dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti China sering terjadi saat musim dingin.

    “Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar),” katanya. 

    Gejala dan Penularan Virus HMPV 

    Budi Gunadi juga menegaskan bahwa HMPV bukanlah virus yang mematikan. Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.

    Penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. Meskipun umumnya tidak berbahaya, kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu tetap perlu waspada.

    Karena itu, Menkes mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan.

    “Yang terpenting adalah tetap tenang dan waspada. Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama Seperti Covid-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baik,” imbuhnya. 

  • Menkes Budi Sebut Virus HMPV Mirip Flu Biasa, Tak Mematikan seperti Covid-19 – Halaman all

    Menkes Budi Sebut Virus HMPV Mirip Flu Biasa, Tak Mematikan seperti Covid-19 – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak panik dengan kemunculan informasi wabah HMPV atau Human Metapneumovirus (HMPV).

    Ia menegaskan, HMPV memiliki gejala yang mirip seperti flu biasa dan tidak mematikan seperti Covid-19.

    “Kalau virus baru Covid-19, tubuh manusia belum tahu bagaimana meresponsnya. Akibatnya, kalau menyerang tubuh, tubuh bingung bagaimana merespons Covid-19. Sehingga kemungkinan besar risiko fatalitasnya tinggi. HMPV ini tidak mematikan. Sama seperti flu biasa,” kata dia saat ditemui di Ditjen Tenaga Kesehatan, Jakarta, Senin (6/1/2025).

    Ia mengatakan, virus tersebut sudah ada sejak tahun 2001 dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

    “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Menkes.

    Berbagai referensi menyatakan, HMPV merupakan virus yang sudah lama ada sehingga respons imun tubuh bisa biasa mengenali dan melawan virus tersebut.

    “Seperti itu (HMPV) supaya tidak panik. Semua orang bisa terkena flu. Kalau daya tahan tubuh  baik, HMPV itu otomatis akan bisa ditahan oleh sistem imun kita,” ungkap dirut Bank Mandiri ini.

    Menkes Budi juga menegaskan bahwa HMPV bukanlah virus yang mematikan.

    Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.

    Meski tidak mematikan, Budi pun mengingatkan agar waspada dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat.

    Makan yang cukup, olahraga dan istirahat yang cukup.

    Saat mulai batuk, pilek segeralah beristirahat.

    “Tips-nya 3M. Menjaga jarak, mencuci tangan, pakai masker. Sama seperti Covid-19,” ujar BGS.

    Diketahui, virus HMPV memiliki risiko tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Virus ini menyebar melalui percikan pernapasan, kontak langsung, atau menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi.

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

  • Dinkes Batam: HMPV Belum Terdeteksi, Ini Upaya Pencegahannya
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Januari 2025

    Dinkes Batam: HMPV Belum Terdeteksi, Ini Upaya Pencegahannya Regional 6 Januari 2025

    Dinkes Batam: HMPV Belum Terdeteksi, Ini Upaya Pencegahannya
    Tim Redaksi
    BATAM, KOMPAS.com
    – Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Batam menginformasikan bahwa mereka belum mendeteksi penyebaran virus Human Metapneumovirus (
    HMPV
    ) yang berasal dari China, meskipun virus ini telah terdeteksi di Malaysia.
    Meskipun demikian,
    Dinkes Batam
    tetap mengambil langkah antisipasi, mengingat tingginya angka penyebrangan orang antara Batam – Malaysia dan Batam – Singapura melalui Pelabuhan Internasional dan Bandara Internasional Hang Nadim Batam.
    Kepala Dinas Kesehatan Batam, Didi Kusmarjadi, mengungkapkan dalam sebuah pesan singkat bahwa, “Kita belum menemukan adanya warga yang terjangkit HMPV di Batam.”
     
    Walaupun belum ada kasus yang terkonfirmasi, Didi mengingatkan seluruh petugas kesehatan dan masyarakat untuk tetap waspada.
    Ia menjelaskan, “Seluruh akun media sosial kami dan di puskesmas saat ini mulai kami gencarkan. Selain itu, kami juga mengedarkan imbauan dari Kementerian Kesehatan terkait pencegahan dan penanganan HMPV.”
    Upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko dan cara
    pencegahan virus
    ini.
    Didi mengimbau kepada masyarakat Batam untuk meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan mereka.
    1. Mencuci tangan secara teratur.
    2. Menggunakan masker, terutama di tempat kerumunan.
    3. Menghindari kerumunan sebanyak mungkin.
    “Langkah-langkah seperti mencuci tangan secara teratur, menggunakan masker, dan menghindari kerumunan menjadi fokus utama dalam upaya pencegahan ini,” tegasnya.
    Dalam upaya pencegahan dan penangkalan masuknya virus HMPV, pihak PT Bandara Internasional Batam juga telah mengambil tindakan.
    M Badrudin, dari bagian Communication and Stake Holder Relation PT BIB, menyatakan bahwa mereka akan segera berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Batam.
    Sebagai langkah awal, pihak bandara telah menyediakan karpet disinfektan di area kedatangan domestik dan internasional.
    “Untuk detailnya kami meminta waktu ya mas, kami akan koordinasi dengan KKP. Namun langkah awal saat ini memang sudah dipasang karpet disinfektan di bagian kedatangan,” ujarnya.
    Melalui langkah-langkah ini, diharapkan Batam dapat menjaga kesehatan masyarakatnya dan mencegah penyebaran HMPV yang berasal dari luar daerah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menkes Budi Sebut Virus HMPV Mirip Flu Biasa, Tak Mematikan seperti Covid-19 – Halaman all

    Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Menkes: Mirip Flu Biasa, Tak Perlu Panik – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Virus Human Metapneumovirus (HMPV), yang baru-baru ini merebak di Tiongkok, dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Semua kasus yang ditemukan melibatkan anak-anak.

    Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik.

    Karena HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.

    “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Budi dilansir dari website resmi, Senin (6/1/2025).

    Budi menjelaskan, virus HMPV berbeda dengan virus COVID-19. 

    Menurutnya, COVID-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu. 

    Sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

    “Berbeda dengan COVID-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,”lanjutnya.  

    Mengenai pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di Tiongkok, Budi menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. 

    Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah Tiongkok dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

    Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti Tiongkok sering terjadi saat musim dingin.

    “Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar),” kata Menkes. 

    Budi juga menegaskan bahwa HMPV bukanlah virus yang mematikan. 

    Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. 

    Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.

    Penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. 

    Meskipun umumnya tidak berbahaya, kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu tetap perlu waspada.

    Karena itu, Budi mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan.

    Segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan.

    “Yang terpenting adalah tetap tenang dan waspada. Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama Seperti COVID-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baiknya.”

  • VIDEO HMPV Cepat Menyebar di China: Indonesia Perketat Pengawasan di Pintu Masuk RI dan Pesan Menkes – Halaman all

    VIDEO HMPV Cepat Menyebar di China: Indonesia Perketat Pengawasan di Pintu Masuk RI dan Pesan Menkes – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan situasi wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang kini sedang merebak di China dan beberapa negara lainnya.

    Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, drg Widyawati MKM, menyampaikan salah satu langkah yang diambil untuk mencegah penyebaran virus tersebut ke Tanah Air adalah dengan meningkatkan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara. 

    Hal ini dilakukan melalui pengawasan kekarantinaan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional yang menunjukkan gejala Influenza Like Illness (ILI).

    “Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan langkah-langkah preventif yang efektif.”

    “Upaya ini dilakukan agar virus ini tidak masuk ke Indonesia,” ujar Widyawati di Jakarta, Sabtu (4/1/2025).

    Kemenkes: Belum Masuk Indonesia

    Lantas, apakah virus HMPV sudah ada di Indonesia? 

    Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, drg Widyawati MKM mengungkapkan jika saat ini belum ada laporan kasus virus HMPV di Indonesia.

    “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia,” ungkap Widyawati pada keterangannya, Minggu (5/1/2024). 

    Walau begitu, pihaknya mengimbau pada masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan. 

    “Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati.

    Sebagai informasi, HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. 

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. 

    Meski begitu, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.

    Kemenkes mengajak masyarakat untuk tetap memantau informasi resmi terkait perkembangan virus ini. 

    Pemerintah juga menekankan pentingnya kerja sama masyarakat dalam menerapkan langkah pencegahan.

    Jangan lupa segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan.

    Menkes: Masyarakat Jangan Panik

    Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak panik dengan kemunculan informasi wabah HMPV yang kini sedang melanda China.

    Ia menegaskan, HMPV memiliki gejala yang mirip seperti flu biasa dan tidak mematikan seperti Covid19.

    “Kalau virus baru Covid-19, tubuh manusia belum tahu bagaimana meresponsnya. Akibatnya, kalau menyerang tubuh, tubuh bingung bagaimana merespons Covid-19.”

    “Sehingga kemungkinan besar risiko fatalitynya tinggi. HMPV ini tidak mematikan. Sama seperti flu biasa,” kata dia saat ditemui di Ditjen Tenaga Kesehatan, Jakarta, Senin (6/1/2025).

    Ia mengatakan, virus tersebut sudah ada sejak tahun 2001 dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

    Berbagai referensi menyatakan, HMPV merupakan virus yang sudah lama ada sehingga respons imun tubuh bisa biasa mengenali dan melawan virus tersebut.

    “Seperti itu (HMPV) supaya tidak panik. Semua orang bisa terkena flu. Kalau daya tahan tubuh  baik, HMPV itu otomatis akan bisa ditahan oleh sistem imun kita,” ujar eks dirut Bank Mandiri ini.

    Meski tidak mematikan, Budi pun mengingatkan agar waspada dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat. Makan yang cukup, olahraga dan istirahat yang cukup.

    Saat mulai batuk, pilek segeralah beristirahat. “Tips-nya 3M. Menjaga jarak, mencuci tangan, pakai masker. Sama seperti Covid-19,” ujar BGS.

    Diketahui, virus HMPV memiliki risiko tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Virus ini menyebar melalui percikan pernapasan, kontak langsung, atau menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi.

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.(Tribunnews/Rina Ayu/Aisyah Nursyamsi)

     
     

  • Menkes: Masyarakat Jangan Panik, HMPV Seperti Flu Biasa dan Tidak Mematikan – Halaman all

    Menkes: Masyarakat Jangan Panik, HMPV Seperti Flu Biasa dan Tidak Mematikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak panik dengan kemunculan informasi wabah HMPV atau Human Metapneumovirus (HMPV) yang kini sedang melanda China. Ia menegaskan, HMPV memiliki gejala yang mirip seperti flu biasa dan tidak mematikan seperti Covid19.

    “Kalau virus baru Covid19, tubuh manusia belum tahu bagaimana meresponsnya. Akibatnya, kalau menyerang tubuh, tubuh bingung bagaimana merespons Covid-19. Sehingga kemungkinan besar risiko fatalitynya tinggi. HMPV ini tidak mematikan. Sama seperti flu biasa,” kata dia saat ditemui di Ditjen Tenaga Kesehatan, Jakarta, Senin (6/1/2025).

    Ia mengatakan, virus tersebut sudah ada sejak tahun 2001 dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Berbagai referensi menyatakan, HMPV merupakan virus yang sudah lama ada sehingga respons imun tubuh bisa biasa mengenali dan melawan virus tersebut.

    “Seperti itu (HMPV) supaya tidak panik. Semua orang bisa terkena flu. Kalau daya tahan tubuh  baik, HMPV itu otomatis akan bisa ditahan oleh sistem imun kita,” ujar eks dirut Bank Mandiri ini.

    Meski tidak mematikan, Budi pun mengingatkan agar waspada dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat. Makan yang cukup, olahraga dan istirahat yang cukup.

    Saat mulai batuk, pilek segeralah beristirahat. “Tips-nya 3M. Menjaga jarak, mencuci tangan, pakai masker. Sama seperti Covid-19,” ujar BGS.

    Diketahui, virus HMPV memiliki risiko tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Virus ini menyebar melalui percikan pernapasan, kontak langsung, atau menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi.

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.