Produk: masker

  • Travelling Saat Asia Dihantui COVID-19, Butuh Vaksin Apa Saja? Ini Saran Dokter

    Travelling Saat Asia Dihantui COVID-19, Butuh Vaksin Apa Saja? Ini Saran Dokter

    Jakarta

    Kasus COVID-19 tengah meningkat lagi di Asia, namun sejauh ini tidak ada pengetatan terkait perjalanan lintas negara. Bertepatan dengan long weekend, kira-kira butuh vaksin apa saja ya jika mau travelling ke luar negeri?

    Sejak status kedaruratan pandemi COVID-19 dilonggarkan, vaksin COVID-19 memang sudah tidak lagi menjadi syarat untuk bepergian ke luar negeri. Begitupun, peningkatan kasus yang terjadi belakangan ini, oleh para pakar dinilai normal atau tidak mengkhawatirkan meski tetap perlu diwaspadai.

    Konsultan alergi dan imunologi klinik, dr Muthmainnah, SpPD-KAI mengatakan persyaratan vaksin terkadang memang diberlakukan untuk memasuki negara tertentu. Bukan untuk COVID-19, melainkan untuk beberapa penyakit lain sebagaimana diatur oleh regulasi negara tersebut.

    “Kalau ke India kita haris tifoid. Kalau ke negara meningitis belt itu kita disarankan vaksinasi meningitis,” kata dr Muthmainnah saat berbincang dengan detikcom, di Depok Rabu (28/5/2025).

    “Tapi secara umum influenza itu kita harusnya sudah terproteksi ya, karena kan sifatnya umum. Risikonya seluruh dunia, vaksin dasar,” lanjutnya.

    Beberapa vaksin juga direkomendasikan jika ingin bepergian ke luar negeri. Di antaranya, menurut dr Muthainnah, adalah tifoid (tipes) dan hepatitis.

    NEXT: Situasi COVID-19 saat ini

    Beberapa negara di Asia melaporkan peningkatan kasus COVID-19 belakangan ini, di antaranya Thailand dan Singapura. Ada banyak faktor yang memicu peningkatan, salah satunya surveilans dan pencatatan yang baik.

    “Bahkan saat situasi normal, mereka tetap rajin mencatat dan melaporkan,” kata Prof Tjandra Yoga Aditama, dokter paru senior yang juga pernah menjabat direktur penyakit menular WHO Asia Tenggara, baru-baru ini.

    Kalaupun terjadi fluktiasi kasus seperti saat ini, menurut Prof Tjandra sangat dimungkinkan. Yang terpenting adalah bagaimana otoritas kesehatan memantau perkembangan kasus, kematian, hingga pola genomik virus.

    “Varian yang mendominasi masih JN.1 dan turunannya seperti LF.7 dan NB 1.8,” jelasnya.

    Bagaimana situasi di Indonesia? Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, ada beberapa kasus yang teridentifikasi namin jumlahnya tidak banyak.

    “Yang penting masyarakat tetap jaga 3M, mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker. Itu tetap kita harus waspadai,” pesan Wamenkes.

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Suhu Saat Wukuf Bisa 50 Derajat Celcius, Jemaah Haji Diminta Tak Keluar Tenda

    Suhu Saat Wukuf Bisa 50 Derajat Celcius, Jemaah Haji Diminta Tak Keluar Tenda

    Jakarta

    Kementerian Agama (Kemenag) mengatakan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi telah memberikan sejumlah poin panduan saat wukuf. Aturan itu ditujukan agar jemaah haji tak terkena sengatan panas ekstrem.

    Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Muchlis Hanafi mengatakan aturan itu disampaikan Otoritas Saudi saat rapat bersama Kemenag RI. Ada sembilan hal yang disampaikan pihak Saudi.

    “Dalam pertemuan tersebut disampaikan sembilan imbauan penting yang wajib menjadi perhatian dan panduan seluruh jemaah dan petugas haji Indonesia khususnya menjelang pergerakan Arafah, Muzdalifah, Mina,” kata Muchlis di Makkah, Rabu (28/5/2025).

    Pertama, katanya, Kementerian Haji dan Umrah Saudi melarang jemaah haji keluar dari tenda wukuf di Arafah pada jam 10.00 hingga 16.00 waktu Arab Saudi. Wukuf sendiri bakal dilaksanakan pada Kamis, 9 Zulhijah 1446 H atau bertepatan 5 Juni 2025.

    “Suhu diperkirakan akan mencapai 50 derajat celcius. Jadi imbauan ini dikeluarkan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan seluruh jemaah,” katanya.

    Kedua, pergerakan jemaah saat wukuf di Arafah hingga mabit di Mina akan mengikuti jadwal resmi sesuai syarikah masing-masing. Jemaah haji dilarang bergerak sendiri-sendiri yang tidak sesuai penempatannya.

    Berikutnya, waktu lempar jumrah juga akan diatur secara ketat oleh syarikah dan markaz. Jemaah haji dilarang pergi melempar jumrah di luar waktu resmi yang telah ditentukan.

    “Jadi dilarang melakukan pelontaran jumrah secara bebas dan individual,” ucapnya.

    Berikutnya, jemaah diminta menjaga kesehatan. Muchlis meminta jemaah memakai masker dan menggunakan payung di luar tenda serta minum yang cukup.

    “Ketujuh, saluran pengaduan terkait dengan layanan syarikah. Jadi jika terdapat keluhan terkait dengan listrik, AC, air atau fasilitas lainnya jemaah dapat menghubungi nomor pengaduan resmi 1966,” ucapnya.

    Berikutnya, petugas kloter wajib hadir di tenda bersama jemaah dan nomor kontak mereka harus dapat diakses saat kondisi darurat. Kesembilan, jemaah Indonesia yang mewakili sekitar 25% total jemaah haji dunia diharapkan menjadi teladan dalam disiplin dan menjaga citra positif bangsa Indonesia.

    “Jadi kami mohon dukungan penuh seluruh jemaah dan juga jajaran petugas dalam mengimplementasikan poin-poin tersebut di lapangan,” ujarnya.

    (haf/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Waspada Penyakit Batuk Haji Mengintai Jemaah, Ini Cara Mencegahnya

    Waspada Penyakit Batuk Haji Mengintai Jemaah, Ini Cara Mencegahnya

    Jakarta, Beritasatu.com – Ibadah haji, sebagai rukun Islam kelima, merupakan momen suci yang mendatangkan pahala tak ternilai bagi umat muslim yang menunaikannya. Namun, di balik kemuliaan ibadah ini, rangkaian aktivitas yang padat dan lingkungan yang menantang membuat jemaah rentan terhadap berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit batuk haji.  

    Penyakit batuk haji atau dikenal sebagai “hajj cough” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan batuk yang sering dialami jemaah haji, baik selama menjalankan ibadah di tanah suci maupun setelah kembali ke negara asal.

    Batuk ini biasanya disertai gejala pernapasan, seperti pilek, sakit tenggorokan, atau sesak napas. Menurut penelitian Gautret et al (2016), sekitar 90% jemaah haji melaporkan gejala pernapasan, termasuk batuk, selama pelaksanaan ibadah haji.

    Batuk haji dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi virus seperti influenza, infeksi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, hingga iritasi akibat paparan debu dan suhu ekstrem di Makkah dan Madinah. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius jika tidak ditangani dengan baik.

    Penyebab Jemaah Rentan Terkena Penyakit Batuk Haji  

    Ada beberapa faktor yang membuat jemaah haji rentan terhadap penyakit batuk haji dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Berikut ini penyebab utamanya yang disitat dari berbagai sumber,

    1. Keramaian dan penularan penyakit  

    Setiap tahun, lebih dari 2 juta jemaah dari berbagai belahan dunia berkumpul di lokasi ibadah, seperti Masjidil Haram, Mina, dan Arafah. Keramaian ini menciptakan lingkungan ideal untuk penularan penyakit melalui tetesan udara (droplet) saat batuk atau bersin. Penelitian oleh Al-Tawfiq et al (2016) menyebutkan kepadatan jemaah adalah faktor utama penyebaran infeksi pernapasan selama haji.  

    2. Kondisi lingkungan yang ekstrem  

    Suhu di Makkah dapat mencapai 47 derajat celsius, ditambah dengan debu yang beterbangan di udara. Kondisi ini sering menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, memicu batuk dan sakit tenggorokan. Paparan debu juga dapat memperparah gejala pada jamaah yang memiliki riwayat alergi atau asma.  

    3. Kelelahan fisik dan penurunan imunitas  

    Rangkaian ibadah haji, seperti wukuf di Arafah, lempar jamrah, dan tawaf, membutuhkan stamina fisik yang tinggi. Ditambah dengan perjalanan jauh dan kurang tidur, daya tahan tubuh jamaah sering kali melemah. Kondisi ini membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi virus atau bakteri penyebab penyakit batuk haji.  

    Cara Mencegah Penyakit Batuk Haji  

    Untuk menjaga kesehatan selama ibadah haji dan mencegah penyakit batuk haji, berikut ini lima tip praktis yang dapat diterapkan oleh jemaah, yang dikutip dari Arab News.  

    1. Kenakan masker pada area ramai  

    Menggunakan masker di tempat-tempat padat, seperti Masjidil Haram atau Mina sangat penting untuk melindungi saluran pernapasan dari mikroorganisme berbahaya dan debu. Pilih masker medis atau N95 untuk perlindungan maksimal.  

    2. Cukupi kebutuhan cairan tubuh  

    Dehidrasi dapat melemahkan daya tahan tubuh, sehingga jemaah disarankan untuk minum air secara rutin, baik air putih maupun air zamzam. Usahakan konsumsi setidaknya dua liter per hari dengan porsi kecil tetapi konsisten untuk menjaga hidrasi.  

    3. Pastikan tubuh mendapat istirahat cukup  

    Kelelahan akibat aktivitas fisik yang intens dapat menurunkan imunitas. Oleh karena itu, usahakan untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang cukup di sela-sela rangkaian ibadah haji. Manfaatkan waktu di penginapan untuk memulihkan tenaga.

    4. Lindungi diri dari paparan sinar matahari  

    Suhu panas di Makkah, yang bisa mencapai 40–45 derajat celsius, meningkatkan risiko dehidrasi dan iritasi pernapasan. Gunakan payung, kenakan pakaian berwarna cerah, dan oleskan tabir surya untuk melindungi diri. Hindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari jika memungkinkan.  

    5. Jaga jarak dari orang yang sakit  

    Jika ada jemaah di sekitar Anda yang tampak sakit, menjaga jarak adalah langkah bijak untuk mengurangi risiko penularan. Hindari kontak langsung dan pastikan Anda tetap memakai masker di lingkungan ramai.  

    Penyakit batuk haji merupakan tantangan kesehatan yang umum dihadapi jemaah haji akibat keramaian, lingkungan ekstrem, dan kelelahan fisik. Jika tidak ditangani, batuk ini dapat berkembang menjadi komplikasi serius seperti pneumonia, yang berisiko tinggi bagi jemaah lanjut usia atau dengan penyakit kronis.

  • Tertunduk Lesu dan Tangan Diborgol, Ini Tampang Pengemudi BMW yang Tabrak Mahasiswa UGM
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        28 Mei 2025

    Tertunduk Lesu dan Tangan Diborgol, Ini Tampang Pengemudi BMW yang Tabrak Mahasiswa UGM Regional 28 Mei 2025

    Tertunduk Lesu dan Tangan Diborgol, Ini Tampang Pengemudi BMW yang Tabrak Mahasiswa UGM
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Pengemudi mobil BMW yang menabrak hingga menewaskan
    Argo Ericko Achfandi
    , mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (
    UGM
    ), resmi ditetapkan sebagai tersangka dan telah dihadirkan dalam jumpa pers oleh Polresta Sleman, Rabu (28/5/2025).
    Tersangka,
    Christiano Pengarapenta Pengidahan Tarigan
    , tampak mengenakan baju tahanan berwarna oranye bernomor 424 dan masker putih.
    Kedua tangannya diborgol saat dibawa masuk ke aula Polresta Sleman, lokasi digelarnya jumpa pers.
    Kapolresta Sleman, Kombes Pol Edy Setyanto Erning Wibowo, memimpin langsung jalannya konferensi pers.
    Ia mengungkapkan bahwa kecelakaan lalu lintas ini terjadi pada Sabtu, 24 Mei 2025, sekitar pukul 01.00 WIB di Jalan Palagan Tentara Pelajar, Kabupaten Sleman.
    “Pada sore hari ini kami akan melaksanakan rilis hasil ungkap kasus perkara kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polresta Sleman,” ujar Edy dalam keterangan persnya.
    Edy juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban atas kejadian tragis tersebut.
    “Saya pertama-tama selaku pribadi dan kedinasan mengucapkan turut belasungkawa terhadap korban yang sudah dipanggil,” ucapnya.
    Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan satu tersangka, yakni pengemudi BMW yang diketahui bernama Christiano Pengarapenta Pengidahan Tarigan (21), warga Jakarta Selatan.
    Korban adalah Argo Ericko Achfandi (19), mahasiswa asal Jawa Barat, yang mengendarai sepeda motor Honda Vario saat peristiwa kecelakaan terjadi.
    Kasus ini masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut oleh Satlantas Polresta Sleman.
    Sementara itu, tersangka telah ditahan untuk menjalani proses hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Varian JN.1 Picu Lonjakan COVID-19 di Malaysia, Warga Diminta Waspada

    Varian JN.1 Picu Lonjakan COVID-19 di Malaysia, Warga Diminta Waspada

    Jakarta

    Warga di Malaysia diminta tetap waspada terhadap kasus COVID-19, mengingat liburan sekolah akan tiba. Ahli virologi Kumitaa Theva Das mengatakan biasanya akan terjadi peningkatan kasus COVID-19 saat banyak orang berkumpul.

    Di situlah penyebaran virus dapat terjadi. Ia memberi contoh peningkatan kasus yang terjadi di Thailand.

    “Misalnya, lonjakan di Thailand dikaitkan dengan Festival Songkran pada bulan April,” terang Dr Kumitaa yang dikutip dari The Straits Times.

    “Namun, karena varian JN.1 ini telah beredar cukup lama, kita tidak akan melihat 20 ribu kasus per hari lagi meskipun sekolah sedang libur,” sambungnya.

    Diketahui, seluruh sekolah di Malaysia akan diliburkan selama satu minggu, yang dimulai pada 29 Mei hingga 9 Juni 2025.

    Meski begitu, Dr Kumitaa memastikan bahwa tidak akan ada peningkatan pasien di rumah sakit negara tersebut karena lonjakan kasus COVID-19.

    Para ahli menduga bahwa JN.1 yang merupakan garis turunan varian Omicron sudah muncul di beberapa negara, termasuk Malaysia, sejak dua tahun lalu.

    Berdasarkan pengamatan Dr Kumitaa, lonjakan kasus di negara-negara tetangga seperti Singapura disebabkan oleh varian LF.7 dan NB.1.8, yang merupakan turunan dari JN.1.

    Di Malaysia, varian LF.7 juga sudah terdeteksi sejak pertengahan 2024.

    “Ini berarti banyak orang mungkin telah terinfeksi sebelumnya dan memiliki kekebalan terhadapnya,” tuturnya.

    Meskipun kekebalan telah terbentuk, Dr Kumitaa tetap mengimbau masyarakat Malaysia untuk tetap waspada dan menggunaan masker jika perlu.

    “Jika Anda memiliki anak kecil atau lansia di keluarga, memakai masker akan membantu menjaga Anda tetap aman, terutama bagi kelompok berisiko tinggi,” tegas Dr Kumitaa.

    Pada kesempatan berbeda, Kepala unit penyakit menular Rumah Sakit Penang Dr Chow Ting Soo juga meminta agar masyarakat Malaysia untuk tidak lengah pada COVID-19.

    “Kita harus mempraktikkan etika batuk yang baik dan menghindari tempat umum saat terserang penyakit pernapasan,” beber Dr Chow.

    Dr Chow mengatakan bahwa orang lanjut usia dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah wajib menggunakan masker serta menghindari tempat ramai. Ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan dan segera mendapatkan vaksinasi.

    “Saat ini, vaksin COVID-19 tersedia di klinik kesehatan pemerintah. Lansia dan mereka yang memiliki penyakit komorbid bisa mendapatkannya melalui aplikasi MySejahtera,” jelasnya.

    NEXT: Tidak ada peningkatan kasus

    Direktur kesehatan Penang Fazilah Shaik Allaudin mengatakan dari laporan kementerian kesehatan pada 16 Mei, kasus COVID-19 di Malaysia berada di bawah ambang batas bahaya. Hal ini berdasarkan laporan dari periode yang mencakup Minggu Epidemiologi (EW) 16 hingga EW19/2025, yang mencakup Penang.

    Ia mengatakan kementerian akan terus memantau situasi COVID-19 dan akan menerapkan tindakan pencegahan yang sesuai berdasarkan penilaian risiko saat ini.

    Di Kedah, ketua komite kesehatan Mansor Zakaria mengatakan situasinya terkendali.

    “Kasus yang tercatat tidak serius dan tidak ada indikasi akan terjadi peningkatan,” pungkasnya.

  • Fakta-fakta Kenaikan COVID-19 di Asia, RI Juga Perlu Waspada

    Fakta-fakta Kenaikan COVID-19 di Asia, RI Juga Perlu Waspada

    Jakarta

    Kasus COVID-19 di beberapa negara Asia dilaporkan mengalami kenaikan. Di antaranya Singapura, Thailand, Hong Kong, dan China.

    Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, mengingatkan virus Corona belum benar-benar hilang. Meski kasusnya tidak seganas di masa puncak pandemi, virus ini masih perlu dipantau dengan ketat oleh para ahli di berbagai negara, termasuk Indonesia.

    “Beberapa negara tetangga mengalami peningkatan kasus. Itu terjadi karena mereka punya sistem surveilans yang rapi dan konsisten. Bahkan saat situasi normal, mereka tetap rajin mencatat dan melaporkan,” kata Prof Tjandra baru-baru ini.

    Menurut Prof Tjandra, kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi ini menandakan kemungkinan adanya fluktuasi kasus. Untuk dapat mengetahuinya, otoritas kesehatan perlu terus memantau jumlah kasus, angka kematian, hingga pola genomik virus.

    “Sampai sekarang, belum ada varian baru yang jadi penyebab lonjakan kasus. Varian yang mendominasi masih JN.1 dan turunannya seperti LF.7 dan NB.1.8,” sambungnya.

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Aji Muhawarman memastikan belum ada varian XEC sublineage atau turunan dari Omicron masuk ke Indonesia. Salah satu varian terbaru SARS-CoV2 tersebut belakangan tengah menyebar antara lain di Thailand.

    “Yang XEC itu masih di Jepang, Singapura, sama Thailand. Jadi masih belum masuk ke sini. Kami dapat laporan XEC itu ringan gejalanya,” kata Aji saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (27/5/2025).

    Dokter Paru Minta RI Tak Lengah

    Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc, menegaskan bahwa COVID-19 masih ada, tapi jumlahnya sangat sedikit. Jadi, ia menyarankan untuk tetap waspada dan tidak lengah terhadap virus tersebut.

    “Intinya yang saya sampaikan adalah kita jangan lengah, karena buktinya negara tetangga naik kasusnya,” terang Prof Erlina saat dihubungi detikcom, Selasa (27/5).

    “Tapi, jangan panik juga. Karena tren yang sekarang menyerang itu adalah tren dari anak cucunya Omicron yaitu JN.1. Dan JN.1 ini gejalanya ringan-ringan saja, persis seperti flu. Jadi gejalanya ringan,” sambungnya.

    Namun, orang-orang dengan imunitas yang kurang bagus, orang tua atau lansia, dan orang dengan komorbid harus perlu hati-hati terhadap COVID-19. Prof Erlina menyebut, orang-orang yang harus dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 umumnya orang-orang tua di atas 64 tahun, dengan komorbid, dan belum divaksin.

    NEXT: Wanti-wanti jelang long weekend

    Wanti-wanti Dokter Paru Jelang Long Weekend

    Spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) menjelaskan infeksi COVID-19 saat ini sudah mirip dengan flu musiman. Gejala yang cenderung ringan karena daya tahan tubuh masyarakat yang jauh lebih baik pasca pandemi.

    Maka dari itu, pencegahan COVID-19 jelang long weekend atau libur panjang ini cukup dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat secara umum saja.

    “Karena ini sudah dianggap ringan, jadi kita ya untuk kewaspadaan sendiri aja. Terutama untuk orang-orang yang punya komorbid, kemudian orang-orang yang punya orang tua, kemudian anak-anak itu yang rentan terhadap infeksi seperti itu,” kata dr Erlang ketika berbincang dengan detikcom, Selasa (27/5).

    “Iya betul, perilaku hidup bersih sehat sama seperti COVID yang dulu, pakai masker, cuci tangan, hindari kerumunan itu aja sih,” sambungnya.

    Meski gejala yang timbul akibat COVID-19 saat ini cenderung ringan, dr Erlang menekankan untuk jangan sampai terlena hingga tidak menerapkan perlindungan sama sekali.

    Khususnya bagi kelompok lansia dan orang dengan komorbid, seperti diabetes, penyakit paru kronik, penyakit jantung, stroke, dan sebagainya.

    “Yang jadi masalah sebenarnya, kalau pada orang-orang yang rentan. Seperti anak-anak atau bayi, balita, kemudian orang tua dan yang punya komorbid, itu kadang-kadang infeksi yang sedikit saja, yang ringan saja, itu membuat komorbidnya jadi tambah berat,” pungkasnya.

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Kasus MERS Meningkat di Arab Saudi, DPR Imbau Jemaah Haji Perketat Prokes

    Kasus MERS Meningkat di Arab Saudi, DPR Imbau Jemaah Haji Perketat Prokes

    Jakarta (beritajatim.com) – Kasus corona di kawasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Sindrome Coronavirus (MERS-CoV) meningkat. Tercatat antara 1 Maret hingga 21 April 2025, dilaporkan ada sembilan kasus positif MERS berdasarkan data Kementerian Kesehatan Arab Saudi.

    “Ada peningkatan jumlah kasus jemaah haji yang terkena penyakit MERS ini,” ujar Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Mahdalena, Senin (26/5/2025).

    Dia pun meminta agar jamaah haji meningkatkan protokol kesehatan selama di tanaha suci. “Saya himbau jemaah haji benar-benar waspada dengan penyakit MERS dan menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” kata Mahdalena.

    Dia pun meminta petugas haji juga secara intens memberikan himbauan agar jemaah haji meningkatkan kewaspadaan serta benar-benar menerapkan protokol kesehatan agar terhindari dari penyakit MERS. Menurut Mahdalena, kewaspadaan ini harus ditingkatkan melalui sosialisasi secara terus menerus sehingga Jemaah haji semakin waspada dan menjaga diri agar tak terpapar penyakit MERS.

    “Saya berharap petugas haji memberikan sosialisasi secara terus menerus kepada jemaah haji untuk menggunakan masker sehingga meminimalisir terpapar penyakit,” ujar Mahdalena.

    Sekitar 80 persen kasus MERS pada manusia dilaporkan berasal dari Arab Saudi. “Penyakit MERS ini ditularkan dari hewan ke manusia melalui kontak langsung atau tak langsung. Jemaah haji diharapkan tidak terlalu berdekatan atau berkontak langsung dengan hewan seperti unta untuk meminimalisir terkena virus MERS,” kata Mahdalena lagi.

    Seperti diketahui, MERS merupakan penyakit yang menginfeksi saluran pernapan yang disebabkan oleh subtipe baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya.

    Virus ini pertama kali menyerang manusia di Jordan pada April 2012 namun kasus yang pertama kali dilaporkan adalah kasus yang muncul di Arab Saudi pada September 2012. Jemaah haji yang terkena penyakit MERS akan mengalami gejala awal seperti demam, batuk dan sesak napas. Bahkan beberapa mengalami gejala gastrointestinal seperti diare dan mual/muntah. [kun]

  • 4 Tuntutan Massa Demo Pemensiunan PLTU Babelan di Kementerian ESDM
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        27 Mei 2025

    4 Tuntutan Massa Demo Pemensiunan PLTU Babelan di Kementerian ESDM Megapolitan 27 Mei 2025

    4 Tuntutan Massa Demo Pemensiunan PLTU Babelan di Kementerian ESDM
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Puluhan
    mahasiswa
    dan aktivis lingkungan menggelar
    aksi damai
    di depan Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta Pusat pada Selasa (27/5/2025).
    Aksi ini menyoroti empat tuntutan kepada pemerintah terkait operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Babelan, Bekasi.
    “Aksi ini adalah desakan terhadap pemerintah untuk segera melakukan pemensiunan terhadap
    PLTU Babelan
    ,” ujar Dani Setiawan dari organisasi lingkungan Rhizoma kepada Kompas.com, Selasa.
    Dani mengatakan pihaknya mendesak pemerintah untuk mengubah arah kebijakan iklim yang justru membawa Indonesia menuju pemanasan global.
    Dalam aksi bertajuk “Penyerahan Policy Brief Pemensiunan PLTU Babelan”, massa menyuarakan empat poin utama:
    1. Penghentian operasi PLTU Babelan. Massa mendesak agar PLTU Babelan, PLTU swasta terbesar di Jawa Barat (2×140 MW), segera dimasukkan ke dalam peta jalan penghentian operasional PLTU. 
    2. Pencabutan Permen ESDM No. 10 Tahun 2025. Massa menilai kebijakan tersebut bertentangan dengan Perpres No. 112 Tahun 2022. Permen ESDM hanya menawarkan solusi semu seperti carbon capture dan retrofit, tanpa komitmen konkret untuk penghentian PLTU.
    3. Peninjauan ulang RUKN 2025. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional dianggap belum mencerminkan semangat pengurangan emisi karbon maupun kontribusi nasional terhadap mitigasi perubahan iklim.
    4. Jaminan Sosial Pasca-Penutupan PLTU. Aktivis meminta pemerintah memastikan perlindungan sosial dan ekonomi bagi masyarakat terdampak jika PLTU ditutup.
    Massa aksi sebagian mengenakan jaket almamater, alat pelindung berwarna putih, masker oksigen, dan helm keselamatan.
    Mereka juga menampilkan aksi teatrikal, salah satunya oleh seorang peserta berbalut mantel hujan kuning-biru dengan masker oksigen, mengekspresikan tekanan hidup akibat polusi.
    “Gerakan ini menggambarkan beban yang dirasakan warga Babelan: kesehatan terganggu, ekonomi lumpuh, dan lingkungan rusak,” kata seorang peserta aksi dalam orasinya.
    Sebelumnya, massa membentangkan spanduk bertuliskan “Pukul Polusi Bekasi” serta membagikan flyer berisi seruan penghentian PLTU Babelan.
    Beberapa slogan lainnya berbunyi: “Bekasi Sesak Polusi Meruak”, “Padi Kami Mati, Nafas Nak Kami Tercekik”, dan “Petani Tergusur di Negeri yang Subur”.
    Hingga siang ini, massa masih menanti kesempatan audiensi dengan Menteri ESDM. Menurut Dani, permintaan audiensi telah dikirim sejak 8 Mei, namun belum ada tanggapan.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • COVID-19 di Thailand Melonjak, Tembus 53 Ribu dalam Sepekan! 5 Orang Meninggal

    COVID-19 di Thailand Melonjak, Tembus 53 Ribu dalam Sepekan! 5 Orang Meninggal

    Jakarta – Thailand mencatat lebih dari 50 ribu kasus COVID-19 dalam sepekan terakhir, lima orang di antaranya meninggal dunia. Menurut Departemen Pengendalian Penyakit setempat, tercatat 53.563 kasus pada periode 18 hingga 24 Mei.

    Dari total tersebut, 2.827 orang menjalani rawat inap, sementara sisanya rawat jalan. Bangkok mencatat kasus COVID-19 terbanyak.

    Dikutip dari BangkokPost, pasien yang paling banyak terpapar COVID-19 berada di usia 30 hingga 39 tahun yakni 10.740 kasus. Diikuti kelompok usia lebih muda di rentang 20 hingga 29 tahun yakni 9.527 kasus.

    Thailand juga mencatat 8.107 kasus lansia dan 4.117 anak kecil berusia empat tahun ke bawah yang terpapar COVID-19.

    Pekan lalu, Bangkok memiliki kasus terbanyak dengan total 9.539 infeksi, diikuti oleh Chon Buri (3.379), Samut Prakan (2.491), Nonthaburi (2.278) dan Rayong (2.210). P

    Secara nasional, dari 1 Januari hingga 26 Mei, ada 186.955 kasus COVID-19 yang dilaporkan di Thailand, dengan 46 kematian.

    Otoritas kesehatan setempat mewanti-wanti kasus COVID-19 bisa terus meningkat di tengah musim hujan dan masa sekolah, yang meningkatkan risiko penularan di tempat-tempat ramai termasuk transportasi umum, sekolah, rumah sakit, dan pusat perawatan lansia.

    Departemen tersebut menyarankan masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan sederhana, dengan memakai masker jika mengalami demam atau batuk, menghindari kontak dekat dengan orang yang menunjukkan gejala pernapasan, cuci tangan sesering mungkin, dan melakukan tes COVID-19 bila mencurigai adanya infeksi.

    “Jangan bawa virus pulang ke kelompok rentan seperti lansia atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya,” DDC memperingatkan.

    Varian JN.1 tetap menjadi strain dominan di Thailand, yang mencakup 63,92 persen dari kasus yang diurutkan. Meskipun tingkat keparahannya telah menurun, varian ini terus menyebar dengan cepat.

    (naf/naf)

  • Kasus COVID-19 di India ‘Ngegas’, Kelompok Ini Diimbau Pakai Masker Lagi

    Kasus COVID-19 di India ‘Ngegas’, Kelompok Ini Diimbau Pakai Masker Lagi

    Jakarta – Beberapa negara di Asia tengah mengalami kenaikan kasus COVID-19, salah satunya India. Hal ini disebabkan oleh adanya subvarian baru LF.7 dan NB.1.8 yang juga masuk dalam pemantauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Satu kasus NB.1.8 dilaporkan muncul di Tamil Nadu pada April, sementara empat kasus LF.7 dilaporkan terdeteksi pada Mei. Meski penyebaran varian ini belum masuk kategori mengkhawatirkan, varian ini juga memicu lonjakan kasus COVID-19 di China dan wilayah Asia lain.

    Dikutip dari India Today, Kerala melaporkan jumlah kasus paling tinggi di India dengan 273 infeksi aktif pada bulan Mei. Tamil Nadu dan Maharashtra juga melaporkan peningkatan kasus.

    Sementara itu, di negara bagian Karnataka, ada lima kasus COVID-19 baru dilaporkan pada Sabtu, sehingga jumlah kasus aktif di negara bagian tersebut mencapai 38. Ibukota Bengaluru menyumbang 32 dari keseluruhan kasus.

    Pada pertengahan Mei, Bengaluru juga mencatat satu kematian terkait COVID. Pasien berusia 84 tahun yang memiliki penyakit penyerta meninggal di Aster Hospital Bengaluru.

    Menanggapi kasus yang meningkat, pemerintah Karnataka telah mengeluarkan imbauan penggunaan masker untuk kelompok rentan seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang dengan kondisi medis tertentu jika pergi ke tempat yang ramai. Masyarakat juga diimbau menjaga kebersihan tangan secara rutin.

    Meski begitu, pemerintah daerah di India juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik. Umumnya gejala yang ditimbulkan mirip dengan influenza biasa.

    “Kami terus berkomunikasi dengan pengawas medis di semua rumah sakit di Delhi. Pemerintah Delhi sepenuhnya siap. Tidak perlu khawatir karena gejala varian baru nampak seperti influenza biasa,” kata Menteri Kesehatan Delhi, Dr Pankaj Kumar Singh, menyusul temuan 23 kasus di daerahnya.

    Menurut pemerintah pusat, sebagian besar kasus COVID-19 bersifat ringan dan tidak memerlukan tindakan khusus. Sebagian besar pasien juga menjalani pemulihan di rumah.

    Para pejabat kesehatan di India juga sudah melakukan diskusi terkait situasi COVID-19 di wilayahnya. Mereka mengklaim India memiliki sistem pengawasan yang kuat untuk penyakit sistem pernapasan, termasuk COVID-19.

    (avk/kna)