Produk: masker

  • Gejala COVID-19 Varian MB.1.1, Disebut Kemenkes Paling Dominan di RI Saat Ini

    Gejala COVID-19 Varian MB.1.1, Disebut Kemenkes Paling Dominan di RI Saat Ini

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI baru-baru ini mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap peningkatan kasus COVID-19. Tren kasus COVID-19 di Indonesia mengalami penurunan pada pekan ke-20 dengan varian virus dominan MB.1.1 yang masih berkerabat dengan varian Omicron.

    Surat edaran tertanggal 23 Mei 2025 tersebut ditujukan kepada sejumlah pihak, termasuk Dinas Kesehatan seluruh provinsi dan direktur Rumah Sakit seluruh Indonesia.

    Kemenkes mengatakan transmisi penularan COVID-19 saat ini masih relatif rendah, demikian juga dengan angka kematian. Di Indonesia, terjadi penurunan kasus konfirmasi mingguan dari 28 kasus pada minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20 dengan positivity rate 0,59 persen.

    “Varian dominan yang beredar adalah MB.1.1,” tulis Plt Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit, Murti Utami, dalam pengantar edaran tersebut.

    Epidemiolog Dicky Budiman juga ikut menyoroti situasi COVID-19 di Indonesia. Menurutnya, risiko penularan COVID-19 varian ini dapat dicegah dengan kembali menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk menggunakan masker di tempat ramai atau ruang publik.

    Dicky mengatakan, penyebaran virus ini dapat dipantau melalui tes surveilans seperti tes COVID-19 pada umumnya. Meskipun menurutnya testing semacam ini belum begitu dibutuhkan, masyarakat sangat mungkin melakukan testing secara mandiri.

    Testing dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengingat gejala yang muncul pada varian COVID-19 yang beredar saat ini mirip dengan influenza.

    “Amat sangat sama dan tidak ada perubahan yang menonjol ya. Kecuali saat ini gejalanya tidak seperti dulu, misal anosmia yang mengganggu indera penciuman dan perasa sekarang aman jarang ada,” beber Dicky, saat dihubungi detikcom, Sabtu (31/5/2025).

    “Tapi gejalanya tidak separah itu. Gejala yang muncul seperti batuk, pilek, demam, nyeri saat menelan, nyeri kepala, apalagi kalau sudah beringus, punya sinus yang membuat nyeri kepala, jadi hampir mirip dengan flu lah ya,” lanjutnya.

    NEXT: Tergantung imunitas individual

    Dicky mengatakan gejala yang dialami mungkin akan berbeda pada tiap orang. Hal ini tergantung dari imunitas masing-masing. Gejala COVID-19 bisa cukup parah atau berlangsung lama jika imunitas pengidapnya sedang menurun.

    “Misalnya kalau flu mungkin biasanya tiga hari sudah mereda, ini bisa sampai lima hari. Jadi gejalanya jauh lebih panjang dari flu biasa,” tuturnya.

  • Kasus COVID-19 ‘Meledak’ di Thailand, 65 Ribu Orang Terinfeksi dalam Sepekan

    Kasus COVID-19 ‘Meledak’ di Thailand, 65 Ribu Orang Terinfeksi dalam Sepekan

    Jakarta

    Thailand melaporkan sebanyak 65.007 kasus baru COVID-19 selama sepekan, dengan delapan kematian baru menurut Center for COVID-19 Situation Administration Thailand (CCSA).

    Dikutip dari The Nation, kasus dan kematian baru ini tercatat dari periode 18 hingga 24 Mei. Sementara itu, jumlah kumulatif periode 1 Januari hingga 24 Mei 2025 mencapai 204.965 ribu kasus, dengan 51 kematian.

    CCSA menyatakan, 3.544 pasien masih dirawat di rumah sakit, dan 61.463 pasien menjalani pemulihan di rumah.

    Adapun lima provinsi di Thailand dengan jumlah pasien COVID tertinggi, di antaranya:

    Bangkok: 12.184 pasienChon Buri: 4.018 pasienNonthaburi: 2.891 pasienSamut Prakan: 2.837 pasienRayong: 2.355 pasien

    CCSA juga mengidentifikasi tiga kelompok usia dengan jumlah pasien COVID tertinggi, antara lain:

    20-29 tahun: 11.298 pasien30-39 tahun: 12.860 pasien60 tahun ke atas: 9.887 pasien

    Department of Disease Control (DDC) Thailand mengatakan kasus COVID-19 terus dilaporkan, terutama selama musim hujan dan masa sekolah, yang meningkatkan risiko penularan di tempat-tempat ramai seperti transportasi umum, sekolah, rumah sakit, dan pusat perawatan lansia.

    Departemen tersebut menyarankan masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan sederhana, seperti menggunakan masker jika mengalami demam atau batuk, hindari kontak dekat dengan orang yang menunjukkan gejala pernapasan, cuci tangan sesering mungkin, dan gunakan tes jika diduga ada infeksi. Jika hasil tesnya positif, segera cari pertolongan medis.

    “Jangan membawa virus pulang ke kelompok rentan seperti orang lanjut usia atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan bawaan,” DDC memperingatkan.

    Menurut Department of Medical Sciences (DMSC), varian JN.1 tetap menjadi strain dominan di Thailand, mencakup 63,92 persen dari kasus yang diurutkan. Meskipun tingkat keparahannya telah menurun, varian ini terus menyebar dengan cepat, demikian peringatan departemen tersebut.

    (suc/suc)

  • Didominasi Varian MB.1.1, Begini Situasi COVID-19 di Indonesia

    Didominasi Varian MB.1.1, Begini Situasi COVID-19 di Indonesia

    Jakarta

    Menyikapi peningkatan kasus COVID-19 di kawasan Asia, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan edaran tentang kewaspadaan. Surat ini juga mengungkap varian baru yang mendominasi peningkatan kasus di sejumlah negara.

    Di Thailand misalnya, ada dua varian yang dominan yakni XEC dan JN.1. Di Singapura, varian yang mendominasi adalah LF.7 dan NB.1.8 yang keduanya merupakan turunan JN.1.

    Varian XEC juga mendominasi peningkatan kasus COVID-19 di Hong Kong dan Malaysia. Sementara itu, kasus COVID-19 di Indonesia didominasi varian MB.1.1.

    “Dengan varian dominan yang beredar adalah MB.1.1,” tulis Plt Dirjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI, Murti Utami, dalam edaran tentang kewaspadaan COVID-19 tertanggal 23 Mei 2025 tersebut.

    Disebutkan juga, peningkatan kasus COVID-19 di kawasan Asia terjadi sejak minggu ke-12 tahun 2025 dan saat ini masih berlangsung. Namun di Indonesia, kasus konfirmasi mingguan saat ini sudah turun dari 28 kasus pada minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20.

    Tentang varian MB.1.1

    Laman Nextrain.org mencatat, MB.1.1 merupakan nama lain atau Unaliased Pango Lineage untuk BA.2.86.1.1.49.1.1.1 dengan nama clade 24A yang masih berkerabat dengan varian Omicron. Tidak banyak informasi tersedia tentang varian ini.

    Namun yang pasti, dashboard pencatatan organisasi kesehatan dunia (WHO) tidak mencantumkan varian ini secara spesifik ke dalam daftar Variants of Interest (VOIs) per 2 Desember 2024 maupun Variants Under Monitoring (VUMs) yang diperbarui pada 23 Mei 2025.

    Di daftar VOIs, hanya ada varian JN.1, sementara daftar VUMs mencakup varian berikut:

    KP.3KP.3.1.1LB.1XECLP.8.1NB.1.8.1

    NEXT: Anjuran pakai masker dan hand sanitizer

    Edaran Kemenkes RI tentang kewaspadaan COVID-19 memberi arahan kepada sejumlah pihak. Di antaranya kepada dinas kesehatan seluruh Indonesia, yang diminta meningkatkan kewaspadaan dan promosi kesehatan.

    Kepada masyarakat, dinas kesehatan diharapkan memberi imbauan untuk:

    Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabut (CTPS) atau menggunakan hand sanitizerMenggunakan masker bagi masyarakat yang sakit atau jika berada di kerumunanSegera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    Sementara itu, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Kekarantinaan Kesehatan diminta memberi imbauan kepada pelaku perjalan sebagai berikut:

    Menggunakan masker jika sedang sakit seperti batuk, pilek, atau demam.Menerapkan pola hidup bersih seperti selalu mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, serta menerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lain; danJika mengalami sakit selama perjalanan agar menyampaikan kepada awak atau personel alat angkut maupun kepada petugas kesehatan di pelabuhan/bandar udara/PLBN setempat.

    Simak Video “Video Varian Covid-19 yang Mendominasi Indonesia Saat Ini “
    [Gambas:Video 20detik]

  • Bermunculan Varian Baru COVID-19 di Asia, Masih Punya Masker dan Hand Sanitizer?

    Bermunculan Varian Baru COVID-19 di Asia, Masih Punya Masker dan Hand Sanitizer?

    Foto Health

    AN Uyung Pramudiarja – detikHealth

    Sabtu, 31 Mei 2025 20:04 WIB

    Jakarta – Meningkatnya kasus COVID-19 di kawasan Asia jadi pengingat bahwa virus ini masih ada dan terus bermutasi. Masih adakah yang sedia masker dan hand sanitizer?

  • Jelang Puncak Haji 2025, Jemaah Indonesia Diminta Jaga Stamina

    Jelang Puncak Haji 2025, Jemaah Indonesia Diminta Jaga Stamina

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah mengimbau jemaah calon haji Indonesia untuk menjaga kondisi fisik dan mempersiapkan perlengkapan ibadah menjelang puncak haji yang akan dilaksanakan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

    Sekretaris Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Arfi Hatim menekankan, pentingnya istirahat cukup dan konsumsi makanan bergizi. Ia juga mengingatkan agar jemaah menyiapkan kebutuhan pribadi sejak malam sebelumnya.

    “Jaga stamina, istirahat yang cukup, dan konsumsi makanan sehat yang sudah tersedia,” kata Arfi di Makkah, Arab Saudi, Sabtu (31/5/2025).

    Beberapa perlengkapan yang disarankan oleh Kemenag untuk dibawa ke Armuzna antara lain, pakaian ihram, identitas diri (kartu Nusuk), dan obat-obatan pribadi. Selain itu, masker dan pelindung panas, buku doa dan Al-Qur’an, peralatan komunikasi (ponsel dan power bank), dan bekal air minum dan makanan ringan

    “Ikuti arahan petugas kloter dan sektor, jangan panik karena pemberangkatan dilakukan secara bertahap,” tambah Arfi.

    Petugas haji juga akan selalu mendampingi jemaah guna memastikan pelaksanaan ibadah berlangsung tertib, aman, dan khusyuk.

    Menteri Agama Nasaruddin Umar turut mengingatkan agar jemaah tidak terlalu fokus pada ibadah sunah hingga melalaikan yang wajib. “Kita selalu wanti-wanti, seluruh jamaah haji kali ini fokusnya kepada pelaksanaan haji. Jangan sampai kita mengejar sunah tapi gagal mendapatkan yang wajib,” ujarnya.

    Menurut Nasaruddin, pemahaman tentang rukun dan syarat haji sangat penting agar ibadah yang dijalani sah dan diterima. Ia juga menegaskan kelengkapan logistik seperti akomodasi dan makanan tidak cukup bila ibadah tidak dilandasi dengan ilmu dan kesiapan mental.

    “Kalau rukunnya tidak dikerjakan atau syarat hajinya tidak terpenuhi, maka ibadahnya bisa tidak sah. Ini yang harus kita jaga,” tuturnya.

  • Varian Baru Dominasi Peningkatan COVID-19 di Asia, Waspadai Gejala Ini

    Varian Baru Dominasi Peningkatan COVID-19 di Asia, Waspadai Gejala Ini

    Jakarta

    Peningkatan kasus COVID-19 terjadi di Asia, didominasi varian baru yang berbeda di tiap negara. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, varian yang dominan di Indonesia adalah MB.1.1 yang masih berkerabat dengan varian Omicron.

    Terkait kemunculan beberapa varian baru COVID-19, epidemiolog Dicky Budiman menyarankan untuk tidak panik. Menurutnya, risiko penularan cukup dicegah dengan kembali menerapkan hidup sehat dan menggunakan masker saat berada di tempat ramai.

    “Esensi penggunaan masker ini masih relevansi di kondisi saat ini, walaupun tentu tidak seperti waktu masa pandemi. Gunakan masker di tempat-tepat dengan kualitas udara yang buruk ataupun transportasi publik, karena tidak hanya bicara penyebaran COVID-19, tetapi juga infeksi saluran napas lainnya,” jelas Dicky saat dihubungi detikcom, Sabtu (31/5/2025).

    Gejala seperti apa yang perlu diwaspadai?

    Menurut Dicky, peningkatan kasus COVID-19 dapat dipantau dengan melakukan surveilans, seperti tes COVID-19. Namun secara individual, testing semacam ini belum terlalu dibutuhkan.

    Meski demikian, testing secara mandiri sangat dimungkinkan karena saat ini banyak tersedia di fasilitas kesehatan. Testing dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengingat gejala yang muncul pada subvarian COVID-19 yang beredar saat ini dengan influenza hampir mirip.

    “Amat sangat sama dan tidak ada perubahan yang menonjol ya. Kecuali saat ini gejalanya tidak seperti dulu, misal anosmia yang mengganggu indera penciuman dan perasa sekarang aman jarang ada,” beber Dicky.

    “Tapi gejalanya tidak separah itu. Gejala yang muncul seperti batuk, pilek, demam, nyeri saat menelan, nyeri kepala, apalagi kalau sudah beringus, punya sinus yang membuat nyeri kepala, jadi hampir mirip dengan flu lah ya,” lanjutnya.

    NEXT: Bervariasi tergantung imunitas

    Meski begitu, gejala yang muncul juga kadang-kadang bergantung pada imunitas seseorang. Dicky mengatakan gejala yang dialami karena COVID-19 bisa sedikit lebih lama, terlebih saat imunitasnya menurun.

    “Misalnya kalau flu mungkin biasanya tiga hari sudah mereda, ini bisa sampai lima hari. Jadi gejalanya jauh lebih panjang dari flu biasa,” tuturnya.

  • Kata Epidemiolog soal MB.1.1, Varian Baru COVID-19 yang Dominan di Indonesia

    Kata Epidemiolog soal MB.1.1, Varian Baru COVID-19 yang Dominan di Indonesia

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkap beberapa varian COVID-19 yang terkait peningkatan kasus di Asia belakangan ini. Jika di Thailand dan Malaysia didominasi varian XEC, di Indonesia varian COVID-19 yang dominan adalah MB.1.1.

    “Dengan varian dominan yang beredar adalah MB.1.1,” tulis Plt Dirjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI, Murti Utami, dalam edaran tentang kewaspadaan COVID-19 tertanggal 23 Mei 2025 tersebut.

    Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan tidak perlu kaget dan panik dengan kemunculan beberapa subvarian dari COVID-19. Menurutnya, mutasi dan kemunculan varian baru adalah mekanisme alami karena virus harus bisa bertahan dengan lebih mudah menginfeksi manusia.

    “Karena kalau di luar tubuh manusia, dia (virus) tidak akan bertahan lama, tidak lebih dari setengah hari. Dengan dia bisa cepat menginfeksi, virus akan terus bertahan dan berkembang, termasuk subvarian yang saat ini cukup dominan di Asia, Asia Tenggara,” terangnya saat dihubungi detikcom, Sabtu (31/5/2025).

    Dicky menyebut saat ini ada beberapa varian yang dominan, seperti LF-7, NB.1.8, MB.1.1 hingga LP.8.1. Menurutnya, semuanya memiliki karakter yang serupa, yaitu efektif dalam menginfeksi.

    Namun begitu, gejala yang muncul juga semakin ringan atau bahkan tidak bergejala. Sebab, imunitas yang terbentuk dapat mengatasi keparahan dari varian tersebut.

    “Mayoritas manusia saat ini sudah memiliki kekebalan terhadap subvarian-subvarian SARS-CoV-2 ini. Tidak seperti sebelum-sebelumnya,” tutur Dicky.

    Meskipun sebagian besar sudah memiliki imunitas atau kekebalan terhadap COVID-19, Dicky mengingatkan masih ada kelompok-kelompok yang rentan. Misalnya seperti lansia, anak-anak, dan orang-orang dengan komorbid, seperti diabetes tak terkendali hingga autoimun.

    NEXT: Antisipasi penularan

    Lantas, Apa yang Harus Dilakukan?

    Oleh karena itu, Dicky menyarankan untuk tetap menerapkan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjauhi kerumunan bisa tidak ada keperluan yang mendesak.

    Terkait vaksinasi, Dicky masih belum melihat adanya urgensi pada kelompok-kelompok, kecuali yang sangat rawan, mungkin perlu mendapatkan booster. Tetapi, harus dipastikan vaksinnya sudah diperbarui untuk menghadapi subvarian baru.

    “Tapi, bukan berarti vaksin lama sama sekali tidak memiliki manfaat ya. Bisa saja dia (vaksin) tidak cukup selektif untuk menghadapi subvarian baru ini,” terang Dicky.

    “Tapi, secara umum tidak perlu khawatir,” pungkasnya.

    Simak Video “Video Varian Covid-19 yang Mendominasi Indonesia Saat Ini “
    [Gambas:Video 20detik]

  • Ini Daftar Barang yang Diperlukan Jemaah Haji Saat Wukuf di Arafah

    Ini Daftar Barang yang Diperlukan Jemaah Haji Saat Wukuf di Arafah

    Jakarta, Beritasatu.com – Jemaah haji akan melaksanakan wukuf di Arafah, Makkah, Arab Saudi pada 9 Zulhijjah 1446 Hijriah atau 5 Juni 2025. Petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) mengimbau jemaah haji tak perlu membawa koper ke Arafah karena hanya sedikit barang yang harus dibawa.

    “Siapkan perlengkapan sejak malam sebelumnya. Seperti pakaian ihram, identitas diri khususnya kartu Nusuk,” kata Sekretaris Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Arfi Hatim dalam keterangannya, Sabtu (31/5/2025).

    Selain itu, kata Arfi, jemaah haji diimbau cukup membawa obat-obatan pribadi, masker, payung, buku doa, dan Al-Qur’an. Jemaah yang membawa hand phone diimbau untuk menyertakan pengisi daya atau charger.

    Arfi menyebut jemaah haji akan diberangkatkan ke Arafah mulai 8 Zulhijah atau 4 Juni 2025. Jadwal keberangkatan akan diatur oleh pihak syarikah atau perusahaan pelayanan haji.

    “Jemaah akan mulai diberangkatkan ke Arafah pada 8 Zulhijah bertepatan dengan hari Rabu, 4 Juni 2025, pada pagi hari waktu Arab Saudi yang nanti jadwalnya akan diberitahukan kemudian,” tuturnya.

    Dia mengimbau jemaah haji mempersiapkan diri menjelang puncak haji. Jemaah harus menjaga kesehatan dengan mengurangi aktivitas di luar hotel.

    “Kami mohon jemaah mempersiapkan diri sebaik-baiknya.Jaga stamina, istirahat yang cukup dan konsumsi makanan yang tersedia,” ujarnya.

    Arfi menjamin seluruh petugas haji siap mendampingi para jemaah haji. Dia mengajak seluruh jemaah berdoa agar wukuf di Arafah hingga prosesi rangkaian puncak haji lainnya, seperti lempar jumrah berjalan lancar.

  • Kemenkes RI Waspadai COVID-19, Ini Saran Dokter Agar Tak Tertular di Musim Libur

    Kemenkes RI Waspadai COVID-19, Ini Saran Dokter Agar Tak Tertular di Musim Libur

    Jakarta – Edaran terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyiratkan bahwa ancaman COVID-19 masih ada. Dokter mengingatkan adanya peningkatan risiko penularan di musim libur panjang seperti saat ini.

    Konsultan alergi dan imunologi klinik, dr Muthmainnah, SpPD-KAI menjelaskan, risiko penularan saat liburan meningkat karena beberapa faktor. Selain kurang istirahat karena mobilitas saat libur cenderung meningkat, pola makan juga cenderung kurang terjaga dengan baik sehingga berdampak pada sistem imun.

    “Tetap harus pakai masker kalau lagi libur,” saran dr Muthmainnah dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (29/5/2025).

    “Apalagi di daerah-daerah yang memang datanya ada peningkatan insidens COVID-19,” lanjutnya.

    Untuk menjaga daya tahan tubuh, dr Muthmainnah mengingatkan untuk menjaga pola makan di tengah aktivitas liburan. Secara khusus ia menyarankan untuk minum yang cukup, serta banyak makan buah.

    “Secara umum buah tinggi vitamin C. Terbukti baik untuk meningkatkan immune system,” jelasnya.

    Tak lupa, ia mengingatkan pentingnya istirahat yang cukup.

    (up/up)

  • Kasus Covid-19 Naik, Warga Diminta Waspada!

    Kasus Covid-19 Naik, Warga Diminta Waspada!

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan imbauan kewaspadaan menyusul kenaikan kasus Covid-19 di sejumlah negara Asia, seperti Thailand, Hong Kong, Malaysia, dan Singapura.

    Lonjakan ini mendorong pemerintah untuk memperketat pengawasan dini serta promosi perilaku hidup bersih dan sehat.

    Plt Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes, Murti Utami menyatakan, peningkatan kasus telah terpantau sejak minggu ke-12 tahun 2025 di kawasan Asia, meskipun tingkat penularan dan kematiannya masih tergolong rendah.

    “Varian dominan di Thailand adalah XEC dan JN.1, di Singapura LF.7 dan NB.1.8, di Hong Kong JN.1, dan di Malaysia XEC, yang merupakan turunan dari JN.1,” ujar Murti dalam keterangannya di Jakarta, dikutip dari Antara, Sabtu (31/5/2025).

    Sementara itu, situasi Covid-19 di Indonesia tercatat masih terkendali. Pada minggu ke-20, jumlah kasus mingguan menurun menjadi tiga kasus, dari 28 kasus pada minggu sebelumnya, dengan positivity rate sebesar 0,59 persen. Varian MB.1.1 dilaporkan menjadi varian dominan di dalam negeri.

    Untuk mengantisipasi potensi penyebaran, Kemenkes mengeluarkan sejumlah langkah yang perlu diikuti oleh fasilitas kesehatan dan pemangku kepentingan, antara lain:

    Memantau perkembangan kasus global melalui kanal resmi pemerintah dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap tren kasus ILI, SARI, pneumonia, dan Covid-19 melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).Menggiatkan promosi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti mencuci tangan dengan sabun atau memakai hand sanitizer.Memakai masker bagi masyarakat yang sedang sakit atau berada di kerumunan.Segera ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan memiliki riwayat kontak dengan risiko.

    “Penting untuk melakukan deteksi dini dan respons yang sesuai ketentuan guna mencegah penyebaran wabah lebih lanjut,” ujar Murti.

    Kemenkes juga menegaskan bahwa meskipun kasus Covid-19 di Indonesia relatif rendah, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat situasi global yang terus berubah.