Produk: masker

  • Muncul COVID-19 Varian Nimbus, Perlukah Vaksin Baru? Ini Kata Wamenkes

    Muncul COVID-19 Varian Nimbus, Perlukah Vaksin Baru? Ini Kata Wamenkes

    Jakarta

    Belakangan COVID-19 varian NB.1.8.1 atau varian Nimbus tengah menjadi sorotan lantaran memicu kenaikan kasus di beberapa negara seperti Thailand dan Singapura. Meski tidak menunjukkan gejala lebih parah, varian baru ini disebut memiliki kemampuan penyebaran yang lebih besar.

    Berkaitan dengan hal ini, perlukah membuat vaksin baru untuk COVID-19? Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan hingga saat ini pembuatan vaksin baru belum diperlukan. Terlebih, belum ada regulasi baru terkait hal tersebut.

    “Belum (perlu vaksin baru), belum ada regulasi untuk melakukan vaksinasi baru, nanti kita lihat situasinya,” kata Dante ketika berbincang dengan awak media di Jakarta Timur, Kamis (12/6/2025).

    Meski lebih mudah menular, varian-varian baru COVID-19 seperti Nimbus tidak memberikan gejala yang lebih berat, kecuali pada orang-orang yang memiliki masalah kesehatan lain atau komorbid. Orang yang memiliki komorbid dan memiliki gejala COVID-19 sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter.

    Ini perlu dilakukan agar masalah kesehatan yang sudah tidak ada semakin parah akibat infeksi COVID-19.

    “Harus tetap waspada. Kalau ada sakit-sakit, infeksi, cepat berobat ke dokter. Tetap menerapkan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker) seperti dulu,” kata Dante.

    “Kemudian tidak terlalu harus khawatir. Karena pemerintah selalu melakukan mitigasi untuk kasus COVID ini. Kalaupun ada yang sakit, terutama risiko tinggi, harap cepat dibawa ke rumah sakit supaya tidak terjadi hal yang fatal,” tandasnya.

    (avk/up)

  • Kasus COVID-19 Naik, Warga Malaysia Ramai-ramai Pengin Vaksin Booster

    Kasus COVID-19 Naik, Warga Malaysia Ramai-ramai Pengin Vaksin Booster

    Jakarta

    Praktisi kesehatan melihat minat baru terhadap vaksinasi dan booster untuk COVID-19, khususnya di antara populasi yang rentan. Hal ini terjadi di tengah lonjakan kasus COVID-19 yang mengkhawatirkan di negara-negara tetangga.

    Dokter umum Dr Parmjit Singh mengatakan minat vaksinasi booster muncul kembali karena warga sangat waspada mengingat meningkatnya kasus varian baru COVID-19 di Thailand dan Singapura.

    “Sangat penting bagi individu yang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi terbaru guna mempertahankan perlindungan yang kuat, terutama terhadap varian yang muncul,” jelasnya yang dikutip dari The Straits Times.

    Dr Parmjit menunjukkan bahwa meski situasi COVID-19 di Malaysia mungkin tampak stabil, tetapi virus itu belum sepenuhnya hilang.

    “Warga Malaysia diimbau untuk menjaga kebersihan dengan baik, memakai masker di tempat yang ramai atau tertutup, dan mencari pertolongan medis jika muncul gejala,” terang Dr Parmjit.

    “Kesadaran publik yang berkelanjutan dan perilaku yang bertanggung jawab adalah kunci untuk mencegah lonjakan kasus lainnya. Varian baru dapat menyebar lintas batas melalui perjalanan dan interaksi masyarakat,” sambungnya.

    Salah satu orang yang masuk dalam kelompok rentan lansia di Malaysia, B Premala (68), mengatakan telah divaksinasi dan juga menerima satu suntikan booster pada 2021. Tetapi, ia mengatakan tidak mau lagi menerima suntikan keempat.

    “Saya berhati-hati dan memakai masker saat pergi ke tempat ramai. Saya sadar bahwa karena usia, saya rentan terhadap virus, tetapi saya tetap berhati-hati,” ucapnya.

    NEXT: Perkiraan penyebab kenaikan kasus COVID-19 di Malaysia

    Perkiraan Penyebab Kenaikan Kasus COVID-19 di Malaysia

    Dr Parmjit mengungkapkan salah satu hal yang dikaitkan dengan peningkatan kasus COVID-19, yakni masalah cuaca. Tetapi, sampai saat ini tidak ada bukti pasti bahwa cuaca yang kering dapat meningkatkan lonjakan kasus COVID-19.

    “Perubahan cuaca dapat mempengaruhi perilaku manusia. Orang mungkin menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan ber-AC selama musim panas dan kering, yang dapat meningkatkan risiko penularan virus,” bebernya.

    “Penyebaran virus bergantung pada faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, cakupan vaksinasi, tindakan kesehatan masyarakat, dan perilaku individu,” tegas Dr Parmjit.

    Senada dengan Dr Parmjit, Ketua Komite Kesehatan Penang, Malaysia, Daniel Gooi mengatakan belum ada bukti bahwa cuaca yang kering dan panas dapat meningkatkan penularan COVID-19.

    Namun, kenaikan kasus COVID-19 yang signifikan di negara bagian itu terjadi selama hari libur besar. Selain itu, bisa juga karena periode perayaan karena meningkatnya perjalanan, pelonggaran tindakan pencegahan, dan pertemuan sosial.

    “Meskipun tidak ada bukti bahwa cuaca kering meningkatkan penularan COVID-19 di Malaysia, kondisi panas dan kering dapat menyebabkan lebih banyak pertemuan di dalam ruangan. Ini dapat memfasilitasi penyebaran virus,” pungkasnya.

  • Kasus Covid-19 Naik di Asia, Dokter Paru: Pakai Masker!

    Kasus Covid-19 Naik di Asia, Dokter Paru: Pakai Masker!

    Malang, Beritasatu.com – Dokter ahli paru dari Universitas Brawijaya (UB), dr Rezki Tantular, mengimbau masyarakat untuk tidak panik menyikapi tren peningkatan kasus Covid-19 yang kembali terjadi di sejumlah negara, termasuk kawasan Asia Tenggara. Meskipun demikian, ia tetap meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan, termasuk penggunaan masker.

    “Masyarakat diimbau untuk tidak panik dan tetap waspada terhadap kasus Covid-19 yang kembali naik. Jika sakit tetap pakai masker, karena yang namanya virus pasti tidak akan pernah hilang,” ujar dr Rezki, pada Rabu (11/6/2025).

    Menurut Rezki, Covid-19 kini bersifat siklik, artinya dapat mengalami fase peningkatan dan penurunan kasus secara berkala.

    Ia menyebut, lonjakan kasus saat ini banyak terjadi di beberapa negara Asia seperti Thailand, yang mencatat lebih dari 50.000 kasus dalam delapan hari terakhir, serta lebih dari 100.000 kasus dalam sebulan terakhir. Lonjakan serupa juga terjadi di Singapura dan Hong Kong. Menurutnya, varian yang saat ini menyebar bukanlah varian baru, melainkan subvarian dari Omicron.

    Hal senada disampaikan pakar virologi sekaligus dosen Fakultas Kedokteran UB, dr Andrew William Tulle. Ia menjelaskan, varian yang beredar di beberapa negara Asia masih merupakan turunan dari Omicron.

    Contohnya di Thailand, tercatat penyebaran subvarian XAC dan JN.1, lalu di Singapura ditemukan varian LF.7 dan NB.1.8, sedangkan di Malaysia juga menyebar varian XAC dan JN.1.

    “Subvarian ini sebenarnya masih bagian dari Omicron. Mutasi yang terjadi membuat virus lebih kuat menempel pada reseptor saluran pernapasan, sehingga potensi penularannya meningkat dibandingkan varian sebelumnya,” jelasnya.

    Selain menggunakan masker saat sedang sakit atau berada di kerumunan, dr Andrew juga menyarankan masyarakat untuk melakukan vaksinasi ulang, terutama dengan vaksin yang telah diperbarui sesuai dengan varian virus terbaru. Ia menyebut vaksin yang lama masih dapat digunakan, tetapi efektivitasnya cenderung menurun.

    “Kalau di luar negeri seperti di Amerika hampir setiap tahun mereka membuat varian vaksin baru karena menyesuaikan dengan varian virus terbaru yang menyebar,” tutup dr Andrew.

  • Wamenhub Yakin Penyebaran Covid-19 di Transportasi Umum Terkendali

    Wamenhub Yakin Penyebaran Covid-19 di Transportasi Umum Terkendali

    Jakarta, Beritasatu.com – Meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia memang memicu kekhawatiran masyarakat. Oleh karena itu, angkutan umum yang menyatukan banyak orang dalam satu tempat pun disorot.

    Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Suntana menilai pengalaman penanganan pandemi Covid-19 mendorong pembentukan kebiasaan baru masyarakat. Kebiasaan ini pun berdampak positif terhadap sektor transportasi nasional.

    “Kita kan punya pengalaman, belajar di penanganan Covid-19 yang kemarin, dan masyarakat itu sudah punya satu pola kebiasaan kan,” kata Suntana ditemui di sela acara International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta, Rabu (11/6/2025).

    Suntana menegaskan, pelajaran berharga dari pandemi sebelumnya membuat masyarakat semakin sadar pentingnya menjaga kesehatan, terutama saat menggunakan layanan transportasi umum seperti kereta api, bus, dan pesawat.

    Dia melanjutkan, sebelum pandemi masyarakat Indonesia cenderung abai terhadap penggunaan masker saat sakit, berbeda dengan masyarakat di negara seperti Singapura yang sudah memiliki kebiasaan proteksi mandiri.

    Namun kini, kesadaran tersebut meningkat drastis, di mana masyarakat secara sukarela menggunakan masker bila merasa kurang sehat atau sedang berada di ruang publik yang padat. Dia pun mencontohkan pengalamannya bersama keluarga, yang memilih tetap di rumah bila merasa kurang fit, dan akan memakai masker bila harus keluar rumah untuk keperluan penting.

    Kondisi ini juga terlihat dalam layanan transportasi umum, seperti kereta api, di mana semakin banyak pengguna yang mengenakan masker secara sukarela demi melindungi diri dan orang lain.

    “Kalau terpaksa keluar pun, sekarang banyak masyarakat sudah menggunakan ini (masker). Coba kalau dilihat di kereta-kereta itu, sudah banyak saudara-saudara kita yang menggunakan masker,” tuturnya.

  • Jaksel terus skrining dan lacak kasus COVID-19

    Jaksel terus skrining dan lacak kasus COVID-19

    Arsip foto – Petugas medis (kanan) menyuntikan vaksin ke seorang tenaga kesehatan (kiri) saat simulasi pemberian vaksin COVID-19 di RSIA Tambak, Jakarta, Rabu (13/1/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.

    Jaksel terus skrining dan lacak kasus COVID-19
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 11 Juni 2025 – 14:13 WIB

    Elshinta.com – Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan terus melakukan skrining dan melacak kasus COVID-19 sebagai langkah penting untuk mencegah penyebaran virus corona di wilayah tersebut.

    “Pemerintah akan terus melakukan skrining dan pelacakan kasus,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Selatan, Yudi Dimyati saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

    Yudi juga menyampaikan kepada masyarakat yang belum mendapat vaksinasi diharapkan segera vaksin (booster) COVID-19.

    Namun diingatkan bahwa vaksinasi tersebut sesuai kriteria dengan memperhatikan usia seperti lansia maupun pasien dengan komorbid.

    Lalu, masyarakat juga terus diingatkan untuk menjalankan protokol kesehatan sebagai antisipasi terserang penyakit COVID-19 tersebut.

    “Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga protokol kesehatan ringan, seperti mencuci tangan, menggunakan masker saat sakit atau di tempat ramai serta menjaga jarak bila mengalami gejala flu,” katanya.

    Sudinkes Jakarta Selatan (Jaksel) berharap tak ada lagi stigma kepada pasien COVID-19. Karena itu dukungan sosial sangat penting dalam proses pemulihan para pasien.

    Sudinkes Jaksel memastikan 15 pasien yang terpapar COVID-19 selama 2025 telah sembuh usai menjalani pengobatan dan perawatan.

    Penemuan 15 pasien COVID-19 pada 2025 ini usai memeriksa kesehatan maupun hasil diagnosa laboratorium rumah sakit.

    Data itu mengacu dari “New All Record” (NAR) yang merupakan sistem database kesehatan milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

    Ditemukan satu kasus yang diagnosis suspek atau dalam arti pasien dikirim dari rumah sakit untuk pemeriksaan COVID-19 karena ada gejala.

    Sedangkan, sebanyak 14 pasien merupakan kasus skrining yang artinya memeriksakan kesehatannya.

    Sudinkes Jaksel menilai jumlah kasus COVID-19 di Jakarta Selatan pada tahun 2025 relatif rendah, dengan 15 kasus yang sebagian besar ditemukan melalui skrining.

    Angka ini terbilang menurun jika dibandingkan dengan tahun 2024 yang mencapai 743 orang terjangkit COVID-19.

    Sumber : Antara

  • Anak yang Ditelantarkan di Pasar Kebayoran Lama Disiksa oleh Ayahnya
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        11 Juni 2025

    Anak yang Ditelantarkan di Pasar Kebayoran Lama Disiksa oleh Ayahnya Megapolitan 11 Juni 2025

    Anak yang Ditelantarkan di Pasar Kebayoran Lama Disiksa oleh Ayahnya
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
     Anak perempuan berinisial MK (7) yang ditelantarkan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, disiksa bertubi-tubi oleh ayahnya sendiri.
    Hal ini disampaikan oleh Eko, personel Satpol PP yang membawa MK ke puskesmas Cipulir 2, Rabu (11/5/2025) pagi.
    “Ayahnya sangat kejam katanya. Dia dibakar di sawah. Diobatin tapi disiksa lagi,” jelas Eko kepada wartawan di lokasi penemuan korban, Rabu.
    Luka yang ada di wajah korban diduga akibat perbuatan ayahnya. Di bawah matanya juga terdapat luka lebam begitu pula dengan bagian kakinya.
    Selain disiksa, korban juga diberi makan dengan seadanya tanpa lauk pauk.
    “(Katanya) setiap hari dia cuma dikasih makan sesendok nasi,” ungkap Eko.
    Korban diduga disiksa ayahnya di Surabaya, Jawa Timur. Menurut pengakuan korban, ia berangkat dari Stasiun Pasar Turi bersama ayahnya menggunakan kereta api menuju Jakarta.
    Setibanya di Jakarta, sang ayah membawanya ke Pasar Kebayoran Lama. Namun, ayah MK pergi begitu saja tanpa membawa anaknya lagi.
    Hal tersebut disaksikan Budiono, satpam Pasar Kebayoran Lama yang sedang berjaga. Budiono berkata, pria itu datang bersama MK pukul 02.00 WIB dini hari.
    Awalnya, Budiono mengira mereka hanya ingin numpang tidur. Namun, hingga matahari terbit, ayah korban tidak juga menjemput MK.
    “Dikira di sini kan numpang tidur. Tapi sampai sekarang gak ada. Berarti kan buang anak, naruh doang,” kata Budiono kepada wartawan di lokasi penemuan, Rabu.
    Berdasarkan pengamatan Budiono, pria yang menelantarkan MK mengenakan kemeja putih dan masker. Dia juga memiliki perawakan yang tinggi.
    “Ciri-cirinya orangnya agak tinggi, pakai kemeja putih, pakai masker,” ungkapnya.
    Saat ini korban sudah dibawa ke RSUD Kebayoran Lama untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.
    Kasus ini pun diambil alih oleh tim Tindak Pidana Perempuan dan Anak (TPPA) dan Pidana Perdagangan Orang (PPO) Bareskrim Polri mengingat lokasi kasus kekerasan dan penyiksaan sebelumnya terjadi di luar Jakarta.
    “Untuk saat ini penanganan ditangani oleh Bareskrim Polri, karena memang kan terkait dugaan adanya kekerasan atau penganiayaan ini terjadi di kampungnya,” kata Kanit PPA Polres Jakarta Selatan, AKP Citra Ayu Civilia saat ditemui di Mapolres Jakarta Selatan, Rabu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • COVID Thailand Tembus 420 Ribu Kasus di 2025, Meninggal 112

    COVID Thailand Tembus 420 Ribu Kasus di 2025, Meninggal 112

    Jakarta

    Departemen Pengendalian Penyakit (DDC) Thailand melaporkan 14.716 kasus baru COVID-19 dan sembilan kematian pada Senin (9/6/2025). Total kasus infeksi sejak 1 Januari 2025 kini menjadi 420.937 kasus dan 112 kematian.

    Provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terdiri dari Bangkok, Chonburi, Nonthaburi, Nakhon Ratchasima, dan Saraburi.

    Direktur Jenderal DDC, Dr Panumas Yanawetsakul mengatakan pada Selasa (10/6), infeksi pernapasan, termasuk COVID-19 dan influenza, cenderung melonjak selama musim hujan.

    “Penyakit ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan menyebar dengan mudah melalui droplet dari batuk atau bersin, kontak dengan permukaan yang terkontaminasi, atau kontak dekat dengan orang yang terinfeksi,” jelasnya yang dikutip dari Nation Thailand.

    Sebagai pencegahan penularan, Dr Panumas mengimbau masyarakat, terutama kelompok berisiko tinggi seperti anak-anak, lansia, orang dengan penyakit kronis, dan ibu hamil di atas usia kehamilan 12 minggu untuk memantau kesehatan mereka.

    “Jika Anda mengalami gejala seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, atau pilek harus menggunakan masker, mengisolasi diri, dan segera mencari pertolongan medis,” tambahnya.

    Dr Panumas juga memperingatkan, orang yang berisiko tinggi lebih mungkin mengalami komplikasi parah atau meninggal jika terinfeksi COVID-19.

    (sao/suc)

  • Kasus COVID-19 di Jakarta terkendali tapi warga diminta tetap waspada

    Kasus COVID-19 di Jakarta terkendali tapi warga diminta tetap waspada

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan kasus COVID-19 di Ibu Kota hingga akhir Mei 2025 masih terkendali, namun warga diminta tetap waspada dan melakukan langkah pencegahan.

    Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati di Jakarta, Rabu, mengungkapkan, tingkat “positivity rate” COVID-19 (angka kepositivan) di Jakarta pada Mei 2025 sebesar 2,4 persen, yang menunjukkan laju penularan masih terkendali.

    Adapun berdasarkan data Sistem Nasional All Record (NAR), sepanjang 1 Januari hingga 31 Mei 2025 tercatat 38 kasus konfirmasi positif COVID-19 di DKI Jakarta.

    Ani mengatakan, sebagian besar dilaporkan oleh rumah sakit (29 kasus), diikuti laboratorium swasta (5 kasus) dan Puskesmas (4 kasus). Sementara itu, tidak terdapat laporan kematian akibat COVID-19 sepanjang tahun 2025.

    Pemprov DKI Jakarta telah menjalankan surveilans sentinel (pengamatan sistematis) bekerja sama dengan berbagai fasilitas kesehatan.

    Pemeriksaan spesimen dilakukan untuk mendeteksi virus pernapasan, termasuk COVID-19. Hasil surveilans ILI (Influenza-Like Illness) hingga akhir Mei 2025 mencatat hanya satu kasus positif dari 227 spesimen yang diperiksa.

    Adapun kenaikan kasus COVID-19 secara global disebabkan oleh subvarian turunan Omicron, seperti F.7 dan NB.1.8, yang memiliki kemampuan penyebaran cepat, namun menimbulkan gejala ringan mirip flu, seperti demam, pilek, sakit tenggorokan, batuk dan kelelahan.

    Ani mengimbau masyarakat tetap menjaga kesehatan dan lingkungan serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan atau perlindungan diri.

    Adapun langkah perlindungan diri dan lingkungan yang bisa dilakukan antara lain rutin mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker saat bergejala atau berada di kerumunan, terutama bagi kelompok rentan yakni lansia dan pasien penyakit penyerta (komorbid).

    Kemudian, menerapkan etika batuk dan bersin, beristirahat cukup dan menghindari aktivitas berlebihan saat sakit serta memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bila mengalami gangguan pernapasan.

    Ani mengingatkan, warga yang hendak bepergian ke negara dengan angka kasus COVID-19 tinggi, seperti Thailand dan Singapura, diimbau tetap menjaga kesehatan dan mengikuti protokol setempat.

    “Pengalaman pandemi telah membentuk kita menjadi masyarakat yang lebih tangguh dan peduli,” katanya.

    Kini, dengan dukungan sistem kesehatan yang lebih siap dan partisipasi aktif masyarakat, Jakarta siap menghadapi setiap tantangan kesehatan ke depan.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kini Ada Nimbus, Ternyata Ini Alasan Varian Baru COVID-19 Bermunculan

    Kini Ada Nimbus, Ternyata Ini Alasan Varian Baru COVID-19 Bermunculan

    Jakarta

    Baru-baru ini, sejumlah negara melaporkan peningkatan kasus COVID-19, termasuk di Indonesia. Hal ini biasanya tak luput dari kemunculan varian baru COVID-19, seperti XFG, NB.1.8.1 atau varian nimbus, hingga MB.1.1 dan KP.2.18.

    Varian XFG misalnya, saat ini tengah merebak di India. XFG ini merupakan varian rekombinan atau hasil dari gabungan materi genetik dari dua varian berbeda yang menginfeksi seseorang secara bersamaan.

    Varian NB.1.8.1 atau varian Nimbus saat ini sudah merebak di 22 negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat, hingga Australia. Varian ini juga menjadi dominan di beberapa wilayah Asia, termasuk Singapura, China, hingga Hong Kong. Varian ini bukanlah rekombinan, melainkan sublineage atau turunan dari varian Omicron, khususnya bagian dari keluarga XBB.

    Sementara itu, MB.1.1 dan KP.2.18 adalah varian yang saat ini merebak di Indonesia. Keduanya memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1.

    Selain varian-varian tersebut, masih banyak lagi varian COVID yang beredar. Lantas, apa yang menjadi pemicu varian baru terus bermunculan?

    Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, adalah virus RNA yang memiliki sifat mudah bermutasi, terutama ketika masih beredar luas di populasi manusia. Setiap kali virus tersebut menginfeksi seseorang, ada peluang terjadinya perubahan atau mutasi genomnya.

    “Mayoritas mutasi ini tidak signifikan, tetapi beberapa mutasi bisa membuat virus lebih menular, lebih mampu menghindari kekebalan, atau bahkan lebih sulit terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Rabu (11/6/2025).

    “Varian seperti XFG, MB.1.1, dan NB.1.8.1 adalah bagian dari turunan Omicron varian yang paling dominan saat ini. Mereka berkembang karena seleksi alam, artinya varian yang bisa bertahan dan menyebar lebih baik akan lebih mendominasi,” imbuhnya lagi.

    NEXT: Perlu waspada

    Oleh karena itu, Dicky mengimbau agar masyarakat tetap waspada namun tidak perlu panik. Sejauh ini, lanjutnya, varian baru tersebut belum menunjukkan peningkatan keparahan penyakit secara signifikan jika dibandingkan dengan varian Omicron sebelumnya.

    Meski begitu, ia menilai vaksinasi tetap penting dilakukan, khususnya bagi kelompok rentan. Hal ini dikarenakan penularan virus masih tinggi, terutama di populasi yang imunitasnya mulai menurun, baik karena belum vaksinasi ulang (booster) atau karena infeksi sebelumnya sudah lama terjadi.

    Selain vaksin, perlu juga menggunakan masker di ruangan tertutup dan ramai, terutama saat ada lonjakan kasus atau saat merasa tidak enak badan.

    “Tetap di rumah bila sakit adalah bentuk tanggung jawab sosial untuk mencegah penularan. Perhatikan ventilasi ruangan dan tetap jaga kebersihan tangan,” sambungnya lagi.

  • 5 Filter AI Paling Viral di Instagram dan TikTok Minggu Ini, Ada Mermaid

    5 Filter AI Paling Viral di Instagram dan TikTok Minggu Ini, Ada Mermaid

    Jakarta

    Instagram dan TikTok kembali diramaikan dengan tren filter AI yang unik dan menghibur. Teknologi kecerdasan buatan semakin canggih, memungkinkan pengguna mengubah wajah dan suasana foto hanya dalam hitungan detik.

    Minggu ini, setidaknya ada lima filter AI yang mencuri perhatian dan viral digunakan para pengguna, mulai dari selebgram hingga netizen biasa. Berikut deretan filter AI paling viral di Instagram minggu ini:

    1. Filter Mermaid

    Siapa sangka impian menjadi putri duyung kini bisa terwujud secara digital? Filter “AI Mermaid” menjadi tren terbesar minggu ini, memungkinkan pengguna mengubah foto mereka menjadi video animasi putri duyung yang anggun di dalam air.

    Filter ini menggunakan AI untuk menganalisis fotomu dan secara cerdas menghasilkan video transformasi lengkap dengan ekor berkilauan dan latar lautan yang indah. Diiringi lagu Messy milik Rose membuat video semakin epic.

    Tren ini begitu masif hingga banyak pengguna yang iseng mencoba filter ini pada foto idola mereka, dari Taylor Swift hingga Syifa Hadju.

    @detikinet Udah ada yang berhasil? Absen di kolom komentar ya! #detikinet #tipsandtricks #aimermaid #mermaidtiktok #mermaideffect #videoai ♬ original sound – detikINET2. Tutup Muka Kartun

    Filter ini membuat wajah pengguna tertutup oleh karakter kartun 2D yang mengikuti ekspresi wajah. Lucunya, karakter kartun ini bisa berubah-ubah-dari ekspresi senang, sedih, hingga kaget-sesuai gerakan wajah pengguna. Filter ini viral karena cocok untuk konten humor dan banyak digunakan di Reels berdurasi pendek.

    3. Filter Gemoy

    Sesuai namanya, filter ini bikin wajah pengguna jadi super menggemaskan. Efek AI akan memperbesar mata, memuluskan kulit, dan memberi rona pipi pink ala karakter chibi anime. Filter ini jadi favorit Gen Z yang ingin tampil lucu tanpa harus repot makeup.

    4. Filter Auto Glowing

    Filter kecantikan bukanlah hal baru, namun AI telah membawanya ke level berikutnya. Kategori filter “Auto Glowing” kini lebih pintar dari sebelumnya.

    Bukan sekadar mencerahkan, AI pada filter ini mampu menghaluskan tekstur kulit secara natural, mempertajam sorot mata, dan menambahkan efek pencahayaan seolah-olah kamu sedang berada di golden hour. Hasilnya adalah tampilan “no makeup makeup look” yang sempurna dan tidak berlebihan. Filter ini menjadi andalan untuk selfie cepat dan selalu berhasil membuat penampilan terlihat segar.

    5. Filter Grayclay Mask

    Tren skincare juga ikut merambah dunia filter Instagram. Filter Grayclay Mask menampilkan efek seolah-olah wajahmu sedang memakai masker abu-abu dari clay.

    Meskipun terlihat sederhana, filter ini menjadi cara yang jenaka untuk menunjukkan aktivitas “me time” atau sekadar membuat konten lucu bersama teman-teman. Beberapa versi filter ini bahkan menambahkan efek kilau atau retakan pada masker saat pengguna berekspresi, membuatnya lebih interaktif dan seru untuk dibagikan di Instagram Stories.

    (afr/afr)