Produk: masker

  • Dokter Ungkap Jenis-Jenis Alergi Kulit, Termasuk yang Muncul di Wajah

    Dokter Ungkap Jenis-Jenis Alergi Kulit, Termasuk yang Muncul di Wajah

    Jakarta

    Alergi kulit belakangan ramai dibahas di media sosial setelah Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo disebut mengidap penyakit tersebut hingga mengalami peradangan.

    Spesialis dermatologi Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpDVE, Subsp.OBK, FINSDV, FAADV menjelaskan alergi kulit adalah reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing yang seharusnya tak berbahaya, seperti debu, makanan, logam, atau kosmetik.

    Ketika tubuh salah mengenali zat ini sebagai ancaman, sistem imun nantinya akan melepas senyawa seperti histamin yang memicu peradangan kulit. Kondisi ini menyebabkan gejala seperti kemerahan, bengkak, dan gatal.

    “Jadi peradangan itu adalah respons tubuh yang ‘overprotektif’,” imbuh dr Darma saat dihubungi detikcom, Senin (23/6/2025).

    Menurut dr Darma, alergi bisa terjadi kapan saja pada orang-orang tertentu yang memang memiliki bakat alergi. Bahkan alergi juga bisa baru muncul pada usia tua yang sebelumnya belum pernah mengalaminya.

    “Ini terjadi karena sistem imun melemah dan menjadi kurang seimbang, sehingga tubuh lebih mudah bereaksi terhadap alergen. Selain itu, paparan alergen yang berlangsung lama, perubahan kulit dan mukosa yang makin tipis, konsumsi banyak obat, serta gangguan mikrobioma juga ikut memicu timbulnya alergi di usia lanjut,” ucapnya lagi.

    Jenis-jenis Alergi

    Alergi sendiri, lanjutnya, terbagi menjadi beberapa jenis. Di antaranya sebagai berikut.

    Urtikaria (biduran): bentol-bentol merah yang timbul-tenggelam, terasa sangat gatal.Dermatitis kontak alergik: ruam kemerahan dan gatal yang muncul di area kulit yang terkena alergen langsung, seperti logam atau kosmetik.Erupsi makulopapular: ruam menyebar ke tubuh berupa bintik-bintik kecil, biasanya akibat reaksi obat.Eksim atopik: kondisi kronis dengan kulit kering dan gatal, sering terjadi pada anak-anak atau orang dengan riwayat alergi.Apabila alergi sampai mengenai wajah, bisanya penyebab terseringnya adalah dermatitis kontak alergik. Kondisi ini biasanya dipicu oleh bahan dalam kosmetik, sunscreen, sabun cuci muka, atau bahkan masker wajah.

    “Tapi bisa juga bagian dari reaksi sistemik seperti erupsi obat yang menyebar ke wajah. Karena kulit wajah lebih sensitif, gejala di area ini cenderung lebih cepat terlihat dan lebih mengganggu secara estetis,” imbuh dr Darma.

    (suc/kna)

  • Pantangan Denada Pasca Oplas Hidung, Nggak Boleh Makan Pedas

    Pantangan Denada Pasca Oplas Hidung, Nggak Boleh Makan Pedas

    Jakarta

    Penyanyi Denada mengungkapkan dirinya baru saja melakukan operasi plastik di bagian hidungnya, atau rhinoplasty di Thailand. Hal ini dilakukan untuk tujuan estetika atau menunjang penampilan.

    Denada mengungkapkan operasi tersebut berjalan selama tujuh jam. Meski begitu, tidak ada keluhan apapun yang terjadi pascaoperasi.

    “Nggak ada keluhan apa-apa, karena memang ini aku purely alasannya adalah estetik. Jadi bukan karena ada keluhan apapun,” tutur Denada saat ditemui di gedung Trans TV, Senin (23/6/2025).

    Selama pemulihan, di empat hari pertama Denada hanya berdiam di penginapannya. Ia merasa hidung dan tubuhnya masih perlu dijaga atau recovery dengan maksimal.

    “Jadi mulai hari ke-5 barulah aku mulai keluar, jalan-jalan. Kalau keluar-keluar memang harus banget pakai masker,” sambungnya.

    Meski begitu, ada beberapa pantangan yang harus dijalani Denada pascaoperasi. Ada beberapa jenis makanan yang harus dihindari.

    “Nggak boleh makan seafood, itu strict banget selama tiga bulan. Nggak boleh makan peda-pedas ya, karena kan menghindari ingusan mungkin ya, nggak tahu juga,” jelas Denada.

    “Kalau terlalu asam (makanan atau minuman) juga jangan,” lanjutnya.

    Di luar dari itu, Denada merasa tidak ada yang berubah dengan hidupnya. Hal yang sedikit perlu diubah adalah bagian make up yang memang harus disesuaikan lagi dengan bentuknya (wajah),” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • Kata Dokter soal Alergi yang Dialami Jokowi Hingga Memicu Radang

    Kata Dokter soal Alergi yang Dialami Jokowi Hingga Memicu Radang

    Jakarta

    Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini disebut tengah menjalani pemulihan akibat alergi kulit. Ajudan Jokowi, Syarif Fitriansyah menyebut Presiden ketujuh RI itu mengalami peradangan akibat alergi kulit.

    “Kondisi Bapak membaik, sedang proses pemulihan, kalau memang secara visual kita bisa lihat kulit Bapak memang agak berubah. Secara fisik oke beliau, nggak ada masalah. Beliau sangat-sangat sehat walafiat,” kata ajudan Jokowi, Kompol Syarif Fitriansyah, di kediaman Jokowi di Solo, Jawa Tengah, Minggu (22/6/2025).

    “Nggak ada (sakit selain alergi), memang secara medis disampaikan dokter ke kami juga, alerginya beliau itu menyebabkan adanya peradangan, tapi saat ini proses pemulihannya membaik, sangat membaik,” sebut dia.

    Spesialis dermatologi Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpDVE, Subsp.OBK, FINSDV, FAADV, mengatakan alergi kulit adalah reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing yang seharusnya tidak berbahaya, seperti debu, makanan, logam, atau kosmetik. Ketika tubuh ‘salah mengenali’ zat ini sebagai ancaman, maka sistem imun akan melepaskan senyawa seperti histamin, yang memicu peradangan di kulit. Inilah yang menyebabkan gejala seperti kemerahan, bengkak, dan gatal.

    “Jadi, peradangan itu adalah respons tubuh yang ‘overprotektif’,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Senin (23/6/2025).

    Menurut dr Darma, ada sejumlah jenis-jenis alergi kulit dan masing-masing memiliki gejala khas. Antara lain:

    Urtikaria (biduran): bentol-bentol merah yang timbul-tenggelam, terasa sangat gatal.Dermatitis kontak alergik: ruam kemerahan dan gatal yang muncul di area kulit yang terkena alergen langsung, seperti logam atau kosmetik.Erupsi makulopapular: ruam menyebar ke tubuh berupa bintik-bintik kecil, biasanya akibat reaksi obat.Eksim atopik: kondisi kronis dengan kulit kering dan gatal, sering terjadi pada anak-anak atau orang dengan riwayat alergi.

    Apabila alergi sampai mengenai bagian wajah, lanjut dr Darma, biasanya penyebab tersering adalah dermatitis kontak alergik.

    “Biasanya karena bahan dalam kosmetik, sunscreen, sabun muka, atau bahkan masker wajah. Tapi bisa juga bagian dari reaksi sistemik seperti erupsi obat yang menyebar ke wajah. Karena kulit wajah lebih sensitif, gejala di area ini cenderung lebih cepat terlihat dan lebih mengganggu secara estetis,” imbuhnya lagi.

    dr Darma mengatakan, jika alergi yang dialami pasien termasuk ringan dan segera ditangani, biasanya dapat membaik dalam beberapa hari hingga satu minggu.

    “Tapi kalau pemicunya terus digunakan, atau terjadi komplikasi, maka penyembuhannya bisa lebih lama, bahkan meninggalkan bekas kehitaman atau memucat pada kulit (hiperpigmentasi atau hipopigmentasi pascaperadangan),” lanjut lagi.

    Tonton juga “Jokowi Ultah ke-64, Warga Solo Tumpengan-Doakan Cepat Sembuh” di sini:

    (suc/up)

  • Gunung Dukono Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik 1.200 Meter ke Arah Timur

    Gunung Dukono Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik 1.200 Meter ke Arah Timur

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gunung Dukono di Halmahera Utara, Maluku Utara, kembali erupsi pada Senin pagi (23/6/2025), pukul 07.28 WIT. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Dukono teramati mencapai 1.200 meter di atas puncak, atau sekitar 2.287 meter di atas permukaan laut.

    Kolom abu erupsi Gunung Dukono teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.

    Petugas Pos Pantau Gunung Dukono Bambang Sugiono mengimbau masyarakat dan wisatawan yang berada di sekitar Gunung Dukono untuk tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati Kawah Malupang Warirang di dalam radius 4 km.

    “Selalu sediakan masker, penutup hidung dan mulut,” katanya.

    Mengingat letusan dengan abu vulkanik secara periodik terjadi dan sebaran abu mengikuti arah dan kecepatan angin, sehingga area landaan abunya tidak tetap, maka direkomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Dukono untuk selalu menyediakan masker/penutup hidung dan mulut untuk digunakan pada saat dibutuhkan guna menghindari ancaman bahaya abu vulkanik pada sistem pernapasan.

    Sepanjang 2025, Gunung Dukono tercatat sudah meletus sebanyak 329 kali. Hingga hari ini, Senin  23 Juni 2025, pukul 06.02 WIB, Gunung Dukono masih berstatus Waspada (Level II).

  • Nuklir Raksasa Meledak Gara-gara Warga Remehkan Kekuatan Alam

    Nuklir Raksasa Meledak Gara-gara Warga Remehkan Kekuatan Alam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah nuklir raksasa meledak di Jepang, bukan semata karena bencana alam, tapi karena kesombongan manusia yang meremehkan kekuatan alam itu sendiri.

    Tepat 12 Maret 2011, sehari setelah gempa M9 dan tsunami setinggi 40 meter meluluhlantakkan wilayah timur Jepang, ledakan mengguncang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima. Radiasi menyebar hingga radius 20 km dan mengubah daerah itu menjadi zona kosong yang tak bisa dihuni sampai sekarang.

    Ledakan itu bukan tanpa peringatan. Sepekan sebelum bencana, para ahli nuklir Jepang sudah memperingatkan adanya keretakan di sistem pendingin reaktor. Namun peringatan itu diabaikan. Para pengelola memilih diam, menutup-nutupi masalah karena takut sanksi. Mereka bahkan menolak memanggil ahli luar.

    “Pada 12 Maret, saya melihat mobil berisi orang-orang memakai baju proteksi dan masker gas. Mereka menyuruh warga segera mengungsi. Saat itu saya sadar ada bahaya besar,” ujar Mizue Kanno, warga Fukushima, dikutip dari Fukushima Testimony.

    Rumahnya hancur total, tapi ia selamat karena tinggal cukup jauh dari pantai. Tragedi Fukushima menjadi bencana nuklir terbesar ketiga dalam sejarah Jepang setelah Hiroshima dan Nagasaki (1945), dan menyamai level tragedi Chernobyl (1986). Bedanya, ledakan Fukushima tak terjadi karena perang atau kesalahan teknologi semata, tapi karena arogansi manusia yang tak mau belajar dari alam.

    Kesalahan Berulang

    Jauh sebelum reaktor itu meledak, pemerintah Jepang sudah keliru sejak tahap perencanaan. Mereka hanya memakai pendekatan “deterministik”, yakni mengandalkan catatan bencana masa lalu-bukan “probabilistik” yang mempertimbangkan kemungkinan terburuk di masa depan.

    Karena sejarah mencatat gempa terbesar hanya M8 dan tsunami tertinggi 3,5 meter, PLTN Fukushima pun hanya dirancang untuk skenario itu. Padahal para ilmuwan sudah memperingatkan kemungkinan gempa yang jauh lebih besar.

    Dan alam membuktikannya, yakni pada 11 Maret 2011, gempa M9 mengguncang Jepang selama 6 menit, diikuti tsunami raksasa. PLTN runtuh. Pendingin mati. Reaktor meledak.

    “Jepang telah meremehkan risiko tsunami sebagai serangkaian kesalahan bodoh yang menyebabkan bencana,” tegas Costas Synolakis, profesor Teknik Sipil di University of Southern California.

    Ledakan Fukushima menjadi simbol betapa berbahayanya jika manusia merasa paling tahu soal alam. Kebiasaan menutup-nutupi masalah, abai terhadap risiko, hingga mengabaikan suara ilmuwan, menjadi bom waktu yang akhirnya meledak.

    Warga Fukushima kini menanggung akibatnya. Mereka tak hanya kehilangan rumah akibat gempa, tapi juga harus pergi dan tak bisa kembali karena tanah kelahiran mereka telah terkontaminasi nuklir. Senjata yang dibuat untuk memberi energi, justru berubah menjadi bencana karena kesalahan manusia yang meremehkan kekuatan alam.

    (Fergi Nadira/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • HUT ke-498 Jakarta, Kualitas Udaranya Tidak Sehat
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        22 Juni 2025

    HUT ke-498 Jakarta, Kualitas Udaranya Tidak Sehat Megapolitan 22 Juni 2025

    HUT ke-498 Jakarta, Kualitas Udaranya Tidak Sehat
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Berdasarkan data terbaru dari IQAir pada Minggu (22/6/2025),
    Jakarta
    tercatat memiliki Indeks
    Kualitas Udara
    (
    AQI
    ) sebesar 164, yang termasuk dalam kategori “Tidak Sehat”.
    Kualitas udara
    yang tidak sehat ini menunjukkan adanya risiko bagi
    kesehatan
    masyarakat, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, orang tua, dan penderita penyakit pernapasan.
    Berikut adalah daftar
    kualitas udara
    di kota-kota terdekat di Indonesia pada hari yang sama:
    Kategori dan dampak kualitas udara dijelaskan sebagai berikut:
    IQAir merekomendasikan agar warga Jakarta yang berada dalam kategori sensitif untuk mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, membatasi waktu di luar, menutup jendela, dan menggunakan penyaring udara untuk mengurangi risiko kesehatan akibat paparan polusi.
    Sumber:
    https://www.iqair.com/id
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kurangi Dampak Abu Vulkanik Gunung Raung, Warga Banyuwangi Diimbau Gunakan Masker

    Kurangi Dampak Abu Vulkanik Gunung Raung, Warga Banyuwangi Diimbau Gunakan Masker

    Liputan6.com, Banyuwangi – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengimbau kepada masyarakat Banyuwangi yang berada di wilayah sekitar Gunung Raung dan wilayah selatan agar menggunakan masker untuk mengurangi dampak dari erupsi semburan abu vulkanik.

    Disampaikan oleh Prakirawan BMKG Kelas III Banyuwangi, Ganis Dyah Limaran, berdasarkan update pengamatan langsung pada Kamis, (19/6/2025), jika aktivitas vulkanologi Gunung Raung masih ada erupsi di kolom abu teramati kurang lebih 2000 meter diatas puncak.

    “Dan saat ini Gunung Raung berada dalam status Level 2 atau waspada,” jelasnya, Jumat (20/6/2025).

    Kemudian, masih kata Ganis, diprakirakan beberapa jam kedepan, sebaran debu atau abu vulkanik Gunung Raung menuju ke arah tenggara sehingga barat daya Banyuwangi. Dari hal tersebut akan berdampak pada wilayah-wilayah yang dilalui oleh abu.

    “Wilayah yang terdampak seperti, Sempu, Genteng hingga mencapai Siliragung,” terangnya.

    Sedangkan, untuk wilayah sebaliknya yakni wilayah utara seperti Banyuwangi dan sekitarnya tidak akan terdampak oleh abu vulkanik. Hal tersebut didukung oleh hasil paper tes yang dilakukan di Bandara Banyuwangi, yang mana abu tidak sampai ke wilayah Banyuwangi.

    “Khususnya dengan kecepatan angin yakni 10 knots atau 20 kilometer per jam untuk pergerakan dari debu vulkanik menuju ke selatan hingga barat daya,” papar Ganis.

    Melihat kondisi itu, BMKG mengimbau, agar masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Raung selalu waspada. Bagi pendaki diperingatkan agar tidak mendekati bahkan bermalam dipusat erupsi di kawah atau kaldera maupun puncak gunung dengan radius 3 Kilometer.

    Tak hanya itu, Ganis menambahkan, adanya debu vulkanik dapat mengganggu kesehatan terutama sistem pernapasan, termasuk visibilitas atau jarak pandang yang akan mempengaruhi penerbangan.

    “Oleh sebab itu, masyarakat sekitar gunung raung seperti Songgon, Kalibaru dan lainya, termasuk masyarakat yang wilayahnya dilalui oleh persebaran debu vulkanik Gunung Raung bisa menggunakan masker,” imbaunya.

    “Tetap pantau update informasi terbaru BMKG terkait sebaran erupsi Gunung Raung yang bisa di akses melalui Instagram, Telegram maupun X,” imbuhnya.  

     

    Kondisi Arus Mudik 2025 di Tol dan Jalur Pantura Pemalang Jateng

  • Gunung Lewotobi Meletus Lagi Lontarkan Abu Vulkanik 2 Km, Status Awas
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        21 Juni 2025

    Gunung Lewotobi Meletus Lagi Lontarkan Abu Vulkanik 2 Km, Status Awas Regional 21 Juni 2025

    Gunung Lewotobi Meletus Lagi Lontarkan Abu Vulkanik 2 Km, Status Awas
    Tim Redaksi
    FLORES TIMUR, KOMPAS.com

    Gunung Lewotobi Laki-laki
    mengalami
    letusan
    kembali disertai gemuruh kuat pada Sabtu (21/6/2025) pagi.
    Menurut laporan dari Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, dua kali letusan terjadi antara pukul 00.00 Wita hingga 06.00 Wita, dengan ketinggian kolom abu mencapai 2.000 meter.
    “Teramati dua kali letusan dengan tinggi 1.800-2.000 meter dan warna asap kelabu.
    Letusan
    disertai gemuruh kuat,” ujar Emanuel Rofinus Bere, Petugas Pos Pengamat Gunung Api, Sabtu (21/6/2025). 
    Ia mencatat, durasi letusan ini berkisar antara 140 hingga 180 detik, dengan amplitudo yang bervariasi antara 29,6 hingga 47,3 mm.
    Selama periode yang sama, juga terdeteksi satu kali gempa guguran dengan amplitudo 7,4 mm dan durasi 32 detik, serta sembilan kali embusan dengan amplitudo antara 2,9 hingga 14,7 mm dan durasi 30 hingga 59 detik.
    Selain itu, satu kali aktivitas low frekuensi tercatat dengan amplitudo 2,9 mm dan durasi 22 detik, serta dua kali letusan vulkanik dalam dengan amplitudo 3,7-10,5 mm dan durasi 16-17 detik.
    Secara visual,
    Gunung Lewotobi
    Laki-laki yang terletak di Kabupaten
    Flores Timur
    , NTT, terlihat jelas dengan kabut yang minim.
    Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan ketinggian 400-600 meter di atas puncak kawah.
    “Teramati sinar api di puncak kawah,” tambah Rofinus.
    Rofinus mengimbau kepada warga yang terdampak hujan abu vulkanik untuk mengenakan masker demi menjaga kesehatan.
    Ia juga menegaskan bahwa tingkat
    aktivitas gunung api
    tipe strato ini berada pada level IV, yang berarti status awas.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Long COVID: Luka yang Masih Tertinggal setelah Dunia Move On

    Long COVID: Luka yang Masih Tertinggal setelah Dunia Move On

    Jakarta

    Saya sendiri sudah lebih dari setahun tidak bisa berlama-lama melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar. Padahal di awal pandemi, saya bisa berjam-jam berdiri di dapur membuat roti. Tapi setelah sembuh dari COVID-19, hidup saya tidak pernah benar-benar kembali seperti semula.

    Selama dua tahun setelah sembuh, tubuh saya sulit diajak kompromi. Aktivitas fisik ringan pun bisa memicu rasa lelah yang tak biasa, pegal di sekujur badan, dan kadang nyeri pinggul. Dari luar, saya terlihat baik-baik saja. Tapi tubuh saya bicara sebaliknya.

    Bukan hanya orang dewasa, anak-anak ikut terdampak. Misalnya Indra (bukan nama sebenarnya), 11 tahun. Ia nyaris putus sekolah setelah didiagnosis epilepsi fokal usai sembuh dari COVID-19. Sebelum itu, ia kerap mengeluh sakit kepala selama berbulan-bulan, matanya terasa ‘melayang’, dan sulit fokus belajar. Kini, muncul pula alergi yang sebelumnya tidak pernah ada. Setiap bulan, kedua orang tuanya harus merogoh kocek dalam untuk pengobatan.

    Tapi siapa yang peduli sekarang?

    Ketika Dunia Ingin Cepat ‘Move On’

    Indonesia sudah masuk era endemi. Tapi Long COVID tetap nyata. Sayangnya, topik ini nyaris lenyap dari ruang publik.

    Tak ada lagi kampanye. Tak ada edukasi di media sosial. Tak ada layanan pemulihan khusus. Bahkan, pejabat pun jarang membicarakan masalah ini.

    Padahal WHO menegaskan, Long COVID bisa menyerang siapa saja-bahkan mereka yang saat terinfeksi hanya mengalami gejala ringan.

    Gejalanya bukan sekadar batuk. Tapi bisa berupa:

    Kelelahan ekstremKebingungan mental (brain fog)Detak jantung tidak stabilDepresi dan kecemasanGangguan pernapasan atau nyeri dada,

    Dan masih banyak lagi gejala yang dirasakan penyintas COVID.

    Riset WHO memperkirakan 10-20 persen penyintas mengalami kondisi ini. Di Asia, angka itu bisa lebih tinggi karena banyak kasus infeksi yang tidak terdiagnosis atau tercatat.

    Negara Diam, Warga Cuek

    Long COVID seperti tak dianggap. Pemerintah diam, masyarakat pun bosan.

    Bisa jadi ini karena kepercayaan publik yang sudah telanjur rusak. Selama pandemi, informasi terus berubah. Banyak yang akhirnya skeptis-bahkan sinis.

    Tak sedikit yang berkomentar, “Ah, ini cuma mau jual vaksin lagi,” atau, “Nakut-nakutin biar kita takut lagi.”

    Lebih buruk lagi, gejala-gejala usai terkena COVID seperti kelelahan, gangguan saraf, atau nyeri dada seringkali dianggap sebagai efek vaksin, bukan virus. Ini membuat para penyintas makin terpinggirkan. Keluhan mereka sering kali dibantah atau dialihkan ke isu lain.

    Padahal, baik vaksin maupun virus COVID-19 bisa menimbulkan efek samping. Tapi tanpa komunikasi publik yang jujur dan terbuka, kebingungan ini hanya akan memperburuk stigma dan memecah solidaritas.

    Hidup dengan gejala yang tak diakui

    Yang paling menderita adalah penyintas. Mereka dipaksa terlihat sembuh, padahal belum.

    Ketika memeriksakan diri, diagnosis yang ditegakkan sering kali hanyalah psikosomatis atau gangguan lain tanpa mempertimbangkan kemungkinan Long COVID. Berganti-ganti dokter pun sudah dijalani. Hasilnya nihil. Yang ada biaya membengkak, hasil tetap buram.

    Berganti-ganti dokter pun sudah dijalani, namun tak ada hasil. Yang ada, habis biaya yang tak sedikit untuk mencari pengobatan. Banyak penyintas akhirnya memilih diam. Mereka berdamai sendiri dengan tubuh yang tak lagi seperti dulu.

    Tak ada ruang bicara. Tak ada empati. Hidup dalam masyarakat yang ingin cepat move on.

    Di luar, taman hiburan dan konser sudah ramai lagi. Tapi di rumah, ada yang bahkan keluar kamar pun tak sanggup.

    NEXT: Ketika dampaknya tak lagi personal

    Ketika dampaknya tak lagi personal

    Long COVID bukan hanya tentang individu yang menderita diam-diam. Dampaknya bisa jauh lebih luas.

    Beberapa pakar menduga penurunan fungsi kognitif akibat Long COVID, seperti kebingungan atau gangguan konsentrasi, bisa berkontribusi terhadap meningkatnya kecelakaan lalu lintas. Gejala seperti brain fog, kelelahan akut, atau gangguan tidur bisa memengaruhi konsentrasi saat berkendara-tanpa disadari.

    Belum lagi meningkatnya kasus kematian mendadak pada usia produktif yang banyak dilaporkan belakangan ini. Meski tak semua bisa dikaitkan langsung, Long COVID patut dicurigai sebagai salah satu faktor tersembunyi yang memperburuk kondisi kesehatan tanpa gejala jelas.

    Beberapa perusahaan asuransi bahkan mencatat lonjakan klaim untuk masalah jantung, paru-paru, dan gangguan saraf dalam dua tahun terakhir. Gejala-gejala ini sejalan dengan daftar dampak Long COVID versi WHO.

    Apakah kita cukup serius melihat ini sebagai ancaman terhadap keselamatan publik?

    Long COVID adalah tes solidaritas

    Ini bukan cuma soal virus. Ini soal ingatan. Soal empati. Soal apakah kita benar-benar belajar dari pandemi.

    Jika negara terus mengabaikan, dan masyarakat terus melupakan, Long COVID akan menjadi luka kolektif yang tidak pernah sembuh.

    Saya menulis ini bukan untuk dikasihani. Tapi karena saya tahu masih banyak yang seperti saya, diam-diam menderita, tapi tak dianggap. Kami butuh didengar. Kami butuh diingat.

    Akhirnya, ini bukan lagi soal kesehatan. Ini soal solidaritas.

    Lalu apa yang bisa dilakukan?

    Untuk menghadapi Long COVID secara serius, beberapa langkah awal bisa dilakukan:

    Pemerintah daerah dan pusat perlu membentuk layanan rehabilitasi Long COVID di rumah sakit rujukan, bekerja sama dengan spesialis paru, neurologi, psikiatri, dan rehabilitasi medik. Selain itu menyediakan layanan booster vaksin untuk warga yang membutuhkan.Komunitas penyintas dan LSM bisa memperkuat peran advokasi dan pendampingan, terutama untuk kasus anak-anak dan penyintas rentan.Media massa perlu memberi ruang untuk cerita penyintas agar publik sadar bahwa penyakit ini belum selesai.Kita, sebagai individu bisa berkontribusi, misalnya dengan tetap memakai masker saat flu, rutin memeriksakan kesehatan pascainfeksi, dan berbagi informasi yang benar.

    Long COVID bukan aib. Ini bagian dari realitas pascapandemi yang harus kita hadapi bersama, dengan ilmu, dengan empati, dan tentu saja, dengan hadirnya kebijakan.

    Catatan Redaksi: Penulis merupakan anggota Covid Survivor Indonesia (CSI) dan jurnalis lepas

    Simak Video “Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Puncak HUT Jakarta 2025 Siap Digelar! Ini Deretan Event Seru di Monas dan Lapangan Banteng – Page 3

    Puncak HUT Jakarta 2025 Siap Digelar! Ini Deretan Event Seru di Monas dan Lapangan Banteng – Page 3

    Pemprov DKI Jakarta menyiapkan acara spesial berlokasi di Lapangan Banteng yang berlangsung pukul 17.00 – 23.00 WIB. Mengusung tema “Bentang Harapan JakASA: Menuju 5 Abad Jakarta”, acara ini menghadirkan sejumlah hiburan menarik, mulai dari seni tradisional hingga modern. Para pemimpin Kota Jakarta dari masa ke masa turut hadir untuk menyampaikan pesan dan harapan di HUT Jakarta.

    Sejumlah musisi ternama turut memeriahkan perayaan HUT Jakarta di Lapangan Banteng, antara lain JKT 48, Diskoria, Juicy Luicy, Band Wali, Andien, Adikara, Sandhy Sondoro, Mirabeth Sonia, Olivia Pardede, Krontjong Toegoe, Alpha Plus Dancer, serta Oni & Friends Orchestra.

    Ketua Pelaksana Harian Rangkaian HUT ke-498 Kota Jakarta yang juga Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekda DKI Jakarta, Suharini Eliawati, menjelaskan, malam puncak juga menampilkan seni dan budaya Betawi, seperti arak-arakan ondel-ondel, tanjidor, rebana, palang pintu, serta penampilan Abang None Jakarta.

    “Kami menghadirkan pertunjukan kolosal yang sarat budaya Betawi. Ini sejalan dengan tema perayaan HUT ke-498 Jakarta, yakni Jakarta Kota Global dan Berbudaya. Kita ingin menunjukkan bahwa Jakarta mampu menyelenggarakan acara bertaraf internasional dengan tetap menjaga dan memperkuat identitas budayanya,” ujar Suharini di Balai Kota Jakarta, pada Rabu (18/6).

    Peringatan HUT ke-498 ini sekaligus menjadi momentum kolaborasi dan aktivasi seluruh warga kota untuk bersama-sama mewujudkan Jakarta 500 tahun – kota yang inklusif, berdaya saing, dan berkelas dunia.

    “Mari datang bersama keluarga dan kerabat untuk merayakan HUT Jakarta di Taman Lapangan Banteng. Kita sambut usia lima abad Jakarta dengan optimis bahwa kota ini akan terus tumbuh, maju, dan setara dengan kota-kota global di dunia,” ajak Suharini.

    Perlu persiapan matang untuk mengantisipasi keramaian. Pastikan kondisi fisik prima, bawa KTP/identitas, alat proteksi (topi/masker), serta siapkan pembayaran tunai/digital untuk berbelanja dan kulineran di sekitar lokasi acara.

    Disarankan menggunakan transportasi umum seperti TransJakarta, MRT, KRL, dan Jaklingko, untuk menghindari kemacetan. Bila membawa kendaraan pribadi, pastikan terparkir di area aman dan resmi di sekitar acara.

    Selain rangkaian acara puncak di atas, masih banyak beragam acara dan event yang berlangsung di berbagai tempat, seperti Festival Seni Budaya dan Bazar Etnik Nusantara, Pagelaran Wayang Golek Semalam Suntuk, Hajatan di Perkampungan Budaya Betawi, Festival Glodok 2025 Old Pecinan Jakarta, Jakarta Fair Kemayoran 2025, dan Pameran Lukisan Perupa Samadi Alam.

    Untuk informasi lengkap, silakan akses kanal resmi Pemprov DKI Jakarta dan media sosialnya.

     

    (*)