Produk: masker

  • Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erupsi, Warga Diminta Waspada Radius 6 Km

    Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erupsi, Warga Diminta Waspada Radius 6 Km

    LABUAN BAJO – Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali erupsi pada Rabu, 13 Agustus siang. 

    Berdasarkan keterangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), erupsi terjadi pukul 14.05 WITA.

    Tinggi kolom abu teramati sekitar 200 meter di atas puncak atau sekitar 1.784 meter di atas permukaan laut. Kolom abu berwarna putih, kelabu, hingga cokelat dengan intensitas tipis hingga sedang, condong ke arah barat daya dan barat.

    Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 44,4 mm dan durasi sekitar satu menit 42 detik. Saat ini, status Gunung Lewotobi Laki-laki berada pada Level III atau Siaga.

    PVMBG mengimbau masyarakat dan pengunjung untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius enam kilometer dari pusat erupsi.

    Warga diminta tetap tenang, mengikuti arahan pemerintah daerah, serta tidak mempercayai isu yang tidak jelas sumbernya.

    Masyarakat juga diingatkan mewaspadai potensi banjir lahar hujan di sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung, terutama di Desa Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote.

    Selain itu, warga yang terdampak hujan abu diminta menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik terhadap sistem pernapasan.

  • IDI Kutuk Keluarga Pasien yang Paksa Dokter Buka Masker di RSUD Sekayu

    IDI Kutuk Keluarga Pasien yang Paksa Dokter Buka Masker di RSUD Sekayu

    Jakarta

    Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengutuk perlakuan keluarga pasien RSUD Sekayu yang memaksa dokter membuka masker. Hal tersebut dinilai sudah termasuk pada perlakuan kriminalisasi tenaga medis.

    IDI menyesalkan minimnya edukasi pada pasien terkait pengaduan ketidaknyamanan dalam pelayanan, yang sebenarnya bisa melalui mekanisme tertentu, tanpa perlu melakukan kekerasan.

    “IDI mengutuk perlakuan pada dokter tersebut, dokter harusnya dihormati sebagai seseorang yang memeriksa pasien, karena dokter memeriksa pasien kan sudah sesuai standar profesi, tidak boleh menggunakan kekerasan seperti itu,” tutur Ketua Umum IDI dr Slamet Budiarto saat dihubungi detikcom Rabu (13/8/2025).

    IDI meminta pihak rumah sakit juga ikut memberikan perlindungan kepada dokter yang sedang bertugas. Hal ini demi memastikan keamanan para tenaga medis saat tengah berpraktik.

    dr Slamet menyebut pihaknya berharap kejadian kriminalisasi semacam ini bisa dicegah di kemudian hari.

    “Ke depan semoga tidak terjadi lagi, kalau memang ada ketidakpuasan ya mohon mekanismenya kan ada, tidak seperti itu,” sambungnya.

    Sebelumnya diberitakan, viral seorang dokter di RSUD Sekayu mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga pasien. Dalam video yang viral beredar di media sosial, keluarga pasien tampak emosi saat dokter dinilai lambat dalam menangani proses pemeriksaan pasien.

    “Buka masker kamu, dokter apa kamu jelaskan! Ini kami di ruang VVIP paling layak. Ibu saya sudah tiga hari dirawat, dokter ini cuma melihatkan hasil rontgen,” beber salah satu anggota keluarga pasien dalam video yang ramai beredar.

    Keluarga pasien mencecar dokter lantaran pelayanan yang didapat disebut tidak sesuai dengan kamar VVIP yang sudah dibayar untuk merawat ibunya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • 9
                    
                        Laporkan Keluarga Pasien ke Polisi karena Paksa Buka Masker, dr Syahpri: Jangan Sampai Ada Syahpri yang Lain
                        Regional

    9 Laporkan Keluarga Pasien ke Polisi karena Paksa Buka Masker, dr Syahpri: Jangan Sampai Ada Syahpri yang Lain Regional

    Laporkan Keluarga Pasien ke Polisi karena Paksa Buka Masker, dr Syahpri: Jangan Sampai Ada Syahpri yang Lain
    Tim Redaksi
    MUBA, KOMPAS.com
    – Dokter spesialis ginjal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, Syahpri Putra Wangsa, mengaku mengambil langkah hukum dengan melaporkan keluarga pasien ke Polres Muba untuk mencegah aksi kekerasan terhadap tenaga kesehatan yang lain saat bertugas.
    Syahpri sebelumnya mengalami kejadian yang kurang mengenakkan setelah dipaksa oleh keluarga pasien untuk membuka masker ketika sedang melakukan visit di ruang VIP RSUD Sekayu pada Selasa (12/8/2025) kemarin.
    “Yang jelas saya mewakili seluruh nakes di Indonesia, jangan sampai terjadi Syahpri-Syahpri yang lain. Jadi, kita harus menentukan sikap, harus tegas,” kata Syahpri kepada wartawan, Rabu (13/8/2025).
    Menurut Syahpri, peristiwa yang dialaminya itu dapat membahayakan para perawat hingga dokter, di mana saat bertugas mereka diintimidasi oleh keluarga pasien.
    Padahal, hal tersebut bisa mengganggu kinerja nakes ketika merawat pasien.
    “Kalau terjadi lagi seperti ini akan membahayakan nakes. Mulai dari perawat, dokter umum, bukan hanya spesialis saja. Nakes adalah garda terdepan, kalau mereka terancam
    gimana
    ?” ujarnya.
    Menjadi seorang dokter yang bertugas untuk merawat pasien, menurut Syahpri, adalah hal yang tidak mudah.
    Mereka pun harus menempuh jenjang pendidikan panjang yang menguras banyak uang hingga waktu sebelum akhirnya terjun ke masyarakat.
    “Untuk sekolah menjadi dokter itu tidak mudah. Dari biaya yang dikeluarkan luar biasa, dari waktu yang harus dibuang. Meninggalkan istri, anak untuk sekolah, itu luar biasa,” jelasnya.
    Setelah membuat laporan, Syahpri pun kini masih menunggu proses lanjutan.
    Namun, hingga kini ia mengaku pihak keluarga pasien belum menyampaikan permohonan maaf.
    “Tadi karena sudah kami laporkan, kita tunggu saja proses selanjutnya. Belum (minta maaf),” jelasnya.
    Diberitakan sebelumnya, dokter spesialis ginjal yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, dicaci maki keluarga pasien hingga dipaksa mencopot masker saat sedang melakukan kunjungan.
    Dokter tersebut diketahui bernama Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD-KGH, FiNASIM, yang merupakan dokter konsultan di bidang nefrologi.
    Aksi yang tidak mengenakkan itu menimpa dokter Syahpri diketahui berlangsung pada Selasa (12/8/2025), di mana mulanya ia sedang melakukan visit untuk melihat kondisi pasien lansia perempuan yang berada di ruang VIP RSUD Sekayu.
    Dalam rekaman video yang diunggah akun Instagram @perawat_peduli_palembang, dokter Syahpri masih terlihat tenang meskipun keluarga pasien itu memaksanya membuka masker secara paksa.

    Jadi ibunya ke rumah sakit dengan kondisi tidak sadar, dengan gula darah yang sangat rendah, kemudian tekanan darahnya tidak terkontrol. Kemudian kita lakukan pemeriksaan, didapatkan rontgen dan adanya gambaran indu trek atau gambaran pecah di paru-paru kanan
    ,” jelas dokter Syahpri dalam rekaman video yang dilihat Kompas.com, Rabu (13/8/2025).
    Namun, keluarga pasien yang merekam pun tampaknya masih kurang puas dengan pernyataan dokter Syahpri.

    Kamu tahu indu trak itu apa?
    ” tanya perekam.

    Gambaran khas dari penyakit TBC
    ,” jawab dokter Syahpri.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • IDI Kutuk Keluarga Pasien yang Paksa Dokter Buka Masker di RSUD Sekayu

    Dokter Dipaksa Buka Masker oleh Keluarga Pasien RSUD Sekayu, Ini Kata Majelis Disiplin Profesi

    Jakarta

    Viral seorang dokter di RSUD Sekayu mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga pasien. Dalam video yang viral beredar di media sosial, keluarga pasien tampak emosi saat dokter dinilai lambat dalam menangani proses pemeriksaan pasien.

    “Buka masker kamu, dokter apa kamu jelaskan! Ini kami di ruang VVIP paling layak. Ibu saya sudah tiga hari dirawat, dokter ini cuma melihatkan hasil rontgen,” beber salah satu anggota keluarga pasien dalam video yang ramai beredar.

    Keluarga pasien mencecar dokter lantaran pelayanan yang didapat disebut tidak sesuai dengan kamar VVIP yang sudah dibayar untuk merawat ibunya.

    Ketua Majelis Disiplin Profesi (MDP) Sundoyo mengaku belum mendapatkan pengaduan terkait kriminalisasi tersebut. Meski begitu, pihaknya terbuka untuk proses pendampingan kepada tenaga dokter.

    “Kasus ini belum diadukan ke MDP,” bebernya saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (13/8/2025).

    MDP dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024. Selain bertugas menegakkan disiplin profesi nakes, termasuk menerima pengaduan, memverifikasi, memberikan rekomendasi, pihaknya berperan dalam mencegah kriminalisasi nakes yang tidak berdasar, memastikan penegakan disiplin dilakukan secara adil dan transparan.

    Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sebelumnya juga menekankan perlunya membangun sistem pengaduan yang adil guna memastikan para tenaga kesehatan dan tenaga medis terlindungi dari kriminalisasi, tetapi tetap diberikan hukuman jika ditemukan kelalaian.

    “Sekarang kita ingin menjaga keseimbangan antara kepentingan masyarakat dan kepentingan penyedia jasa kesehatan, yang selama ini kita rasakan keseimbangannya belum sama mengenai pengaduan dugaan,” kata Budi Gunadi Sadikin dalam rapat bersama DPR RI di Jakarta, Rabu.

    Hal tersebut jelas tergambar pada total laporan aduan terkait tenaga medis.

    Sundoyo juga sebelumnya merinci total pengaduan yang telah diterima oleh MDP sebanyak 57 pengaduan. Dari pengaduan tersebut, 31 pengaduan masih dalam proses pemeriksaan dan 24 pengaduan lainnya telah selesai diperiksa. Hasilnya, 8 pengaduan terbukti sebagai pelanggaran disiplin profesi, sementara 16 lainnya terbukti bukan pelanggaran.

    Artinya, tidak sedikit kasus yang malah berujung pada kriminalisasi tenaga dokter.

    Lihat video ‘Viral Dokter di Muba Diserang Keluarga Pasien, Dipaksa Buka Masker’:

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • IDI Kutuk Keluarga Pasien yang Paksa Dokter Buka Masker di RSUD Sekayu

    Kronologi Dokter di RSUD Sekayu Dimaki-maki Keluarga Pasien, Paksa Buka Masker

    Jakarta

    Viral di media sosial seorang dokter di RSUD Sekayu, Sumatera Selatan, diperlakukan buruk oleh keluarga pasien. Dokter yang bersangkutan bahkan dipaksa untuk melepas maskernya saat melakukan visit.

    Dalam rekaman video yang beredar, dokter terlihat tengah mengunjungi pasien yang sedang dirawat. Namun keluarga pasien mendadak emosi dan menyalahkan dokter tersebut.

    “Buka masker kamu, dokter apa kamu jelaskan! Ini kami di ruang VVIP paling layak. Ibu saya sudah tiga hari dirawat, dokter ini cuma melihatkan hasil rontgen,” ujar salah satu anggota keluarga pasien dalam video yang beredar.

    Pria tersebut kemudian mencecar dokter karena merasa pelayanan yang didapatkannya tidak sesuai dengan kamar VIP yang sudah dia bayar untuk perawatan ibunya.

    Belakangan, diketahui dokter yang dianiaya bernama dr Syahpri Putra Wangsa, SpPD-KGH, konsultan ginjal hipertensi di rumah sakit yang menangani pasien tersebut. Meski sempat mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, dr Syahrpi tetap tenang dan berusaha memberikan penjelasan kepada keluarga.

    Ada suspek TBC

    Keluarga pasien terdengar marah-marah lantaran tidak terima adanya pemeriksaan dahak. Dokter kemudian menjelaskan bahwa didapatkan gambaran infiltrat atau gambaran bercak di paru-paru kanan yang mengindikasikan gejala khas dari tuberkulosis (TBC).

    “Jadi ibunya masuk rumah sakit dengan kondisi tidak sadar dengan hipoglikemia, dengan gula darah rendah. Kemudian tekanan darah yang tidak terkontrol. Kemudian kita melakukan pemeriksaan, dilakukan dan didapatkan gambaran infiltrat atau gambaran bercak di paru-paru kanan. Gambaran dari khas dari TBC,” ucap dr Syahrpi dalam video tersebut.

    Tanggapan pihak rumah sakit

    Pihak RSUD Sekayu membenarkan insiden tersebut. Pihaknya mengecam tindakan kekerasan dan penganiayaan terhadap tenaga medis yang bertugas.

    “Mereka adalah garda terdepan yang bekerja demi keselamatan nyawa kita semua. Lindungi mereka, hargai merreka dan jangan biarkan kekerasan menjadi bagian dari dunia kesehatan,” tulis RSUD Sekayu dalam unggahan di akun Instagram, Rabu (13/8/2025).

    Kasubag Humas RSUD Sekayu, Dwi, mengatakan akan membahas masalah tersebut dengan internal rumah sakit untuk mengetahui lebih lanjut terkait kronologi kejadian.

    “Hari ini akan kami bahas dan rapatkan untuk mengetahui kronologi kejadian dan motifnya,” katanya kepada detikSumbagsel.

    Pemeriksaan dahak untuk suspek TBC

    Pemeriksaan dahak menjadi prosedur yang harus dilakukan jika ditemukan pasien suspek TBC, selain pengecekan paru dengan rontgen.

    “Jadi pemeriksaan dahak untuk menemukan penyebab dan foto rontgen untuk melihat kerusakan yang ditimbulkan,” jelas spesialis paru dari RSUP Persahabatan, dr Erlang, SpP kepada detikcom.

    Lihat Video ‘Kata Pakar soal Dokter Dipaksa Buka Masker oleh Keluarga Pasien TBC’:

    Halaman 2 dari 3

    (kna/up)

  • IDI Kutuk Keluarga Pasien yang Paksa Dokter Buka Masker di RSUD Sekayu

    Viral Dokter RSUD Sekayu Dipaksa Copot Masker, Bisa Begini Risikonya

    Jakarta

    Viral di media sosial seorang dokter di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari keluarga pasien. Dalam video yang beredar, keluarga pasien memaksa dokter untuk melepas masker yang dia kenakan.

    “Ibu saya disuruh tunggu dahak. Tiap hari tunggu dahak, dikit-dikit tunggu dahak,” kata keluarga pasien dalam video yang dilihat detikcom, Rabu (13/8/2025).

    Dokter kemudian menjelaskan bahwa pasien dibawa ke rumah sakit karena gula darah rendah. Setelah diperiksa lebih lanjut, didapatkan gambaran infiltrat atau gambaran pecah di paru-paru kanan yang mengindikasikan gejala khas dari tuberkulosis atau TBC.

    Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan menyayangkan insiden tersebut. Kata dia, pemeriksaan dahak menjadi prosedur yang harus dilakukan jika ditemukan pasien suspek TBC.

    dr Erlina menjelaskan penegakan tuberkulosis berdasarkan keluhan dan pemeriksaan termasuk rontgen dan cek dahak. Lebih lanjut, dia menyoroti keluarga pasien yang memaksa dokter membuka masker.

    “Nggak boleh tuh. Ya itu nggak boleh (membuka masker), dia itu harusnya dimarahin kalau keluarga pasien kayak gitu,” beber dr Erlina.

    Tuberkulosis termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bisa menular antar manusia lewat udara melalui droplet yang keluar ketika seorang yang terinfeksi batuk, bersin atau berbicara.

    Oleh karena itu, prosedur pencegahan penularan seperti memakai masker penting untuk dilakukan. Jika suspek terbukti positif melalui hasil pemeriksaan, pasien akan diminta menjalani pengobatan dan minum obat teratur.

    “Tuberkulosis itu penyakit menular, itu harus cepat-cepat diobatin. Tapi kan kalau orang ngawang juga, banyak kan kalau dokter bilang ini TBC, mereka marah-marah, mana buktinya, mana buktinya,” tutup dr Erlina.

    Lihat Video ‘Kata Pakar soal Dokter Dipaksa Buka Masker oleh Keluarga Pasien TBC’:

    (kna/up)

  • IDI Kutuk Keluarga Pasien yang Paksa Dokter Buka Masker di RSUD Sekayu

    Viral Dokter Dipaksa Buka Masker oleh Keluarga Pasien TBC, Dokter Paru Soroti Hal Ini

    Jakarta

    Baru-baru ini beredar sebuah video yang memperlihatkan seorang dokter di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, dimarahi keluarga pasien. Peristiwa tersebut diketahui terjadi pada selasa (12/8) pagi.

    Dalam video tersebut yang dilihat detikcom, keluarga pasien tampak emosi dan memaksa seorang dokter untuk membuka masker di hadapan pasien wanita yang tengah berbaring. Dokter tersebut menjelaskan bahwa pasien kehilangan kesadaran lantaran mengalami hipoglikemia atau gula darah rendah, dan tekanan darah yang tak terkontrol.

    Kemudian setelah diperiksa lebih lanjut, didapatkan gambaran infiltrat atau gambaran bercak di paru-paru kanan yang mengindikasikan gejala khas dari tuberkulosis (TBC/TB).

    “Jadi ibunya masuk rumah sakit dengan kondisi tidak sadar dengan hipoglikemia, dengan gula darah rendah. Kemudian tekanan darah yang tidak terkontrol. Kemudian kita melakukan pemeriksaan, dilakukan dan didapatkan gambaran infiltrat atau gambaran bercak di paru-paru kanan. Gambaran dari khas dari TBC,” ucap dokter dalam video tersebut.

    “Kamu tau infiltrat itu apa? Kamu tau tindakan apa harus seperti apa? Kamu dokter kan? Kamu belum tahu saya kan? Sekarang saya tanya, tindakan yang tempat kalau hanya TBC seharusnya seperti apa? Bukan nunggu sehari-dua hari untuk dahak seperti ini. Ini rumah sakit rsud sekayu, kamu coba bilang apa tadi? Kamu belum tahu saya kan? Kamu cuma menunggu dahak ibu saya, mengasih obat-obatan, kamu bilang nunggu dahak, hanya menunggu dahak untuk menguji lagi ke laboratorium tanpa ada tindakan yang pasti,” ucap keluarga pasien.

    Dikutip dari detikSumbagsel, Kasubag RSUD Sekayu, Dwi, membenarkan insiden tersebut. Pihaknya kini tengah mengklarifikasi lebih lanjut untuk mengetahui duduk perkara yang sebenarnya.

    “Ya benar, itu dokter spesialis ginjal. Di video terlihat beliau dimarahi keluarga pasien dan tetap sabar. Hari ini akan kami bahas dan rapatkan untuk mengetahui kronologi kejadian dan motifnya,” kata Dwi, Rabu (13/8/2025).

    Menyoroti kasus tersebut, Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan, SpP(K) menegaskan salah satu langkah penting untuk meningkatkan akurasi diagnosis TB adalah melalui pemeriksaan dahak untuk Tes Cepat Molekuler (TCM).

    Menurut Prof Erlina, pemeriksaan dahak memang diperlukan untuk memastikan diagnosis. Namun, dalam kasus pasien yang tidak bisa mengeluarkan dahak, dokter biasanya menilai dari gejala klinis dan hasil foto rontgen.

    “Kalau untuk meningkatkan diagnosis TBC ya salah satunya harus diperlukan pemeriksaan dahak, pemeriksaan TCM,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Rabu (13/8/2025)

    “Harus periksa dahak. Walaupun memang kadang-kadang kalau pasien nggak bisa periksa dahak, nggak keluar, kita berdasarkan keluhannya dan juga foto ronsennya. Foto ronsennya kan kata dokternya yang saya dengar memang ada lesi TB kan? Tapi kan untuk memastikan pemeriksaan dahak,” lanjutnya lagi.

    Lebih lanjut, dr Erlina menjelaskan pemeriksaan TCM sangat penting untuk mendeteksi resistensi TB sejak dini. Tes ini kini menjadi pemeriksaan awal yang direkomendasikan secara nasional, khususnya di fasilitas kesehatan yang sudah memiliki alatnya.

    Dirinya juga menyayangkan tindakan keluarga yang memaksa dokter tersebut untuk membuka masker.

    Lihat Video ‘Kata Pakar soal Dokter Dipaksa Buka Masker oleh Keluarga Pasien TBC’:

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • Saya Maafkan, Proses Hukum Lanjut

    Saya Maafkan, Proses Hukum Lanjut

    GELORA.CO – Selebgram Nurul Azizah Rosiade alias Azizah Salsha memastikan terus melanjutkan proses hukum terkait fitnah perselingkuhan yang diduga dilakukan akun @niceguymo dan @ibaratbradprittt. Ini dilakukan untuk memberikan efek jera.

    Istri Pesepakbola Pratama Arhan itu juga merespons kemunculan Ibunda Resbobb di Podcast Denny Sumargo. Sang ibu rela mencium kaki Andre Rosiade, ayah dari Azizah demi mendapatkan permohonan maaf.

    “Kalau masalah memaafkan, pasti aku sudah memaafkan. Tapi untuk kali ini mungkin aku ingin kasih efek jerak saja karena sudah satu tahun terus-terusan kayak gini, ini ternyata belum berhenti-berhenti juga. Jadi mungkin kali ini aku akan terus lanjutkan proses hukum,” kata Azizah di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Selasa (12/8/2025).

    Azizah sendiri resmi melaporkan @niceguymo dan @ibaratbradprittt. Laporan terhadap dua akun tersebut resmi diterima oleh Bareskrim Polri dengan nomor: LP/B/387/VIII/2025/SPKT/BARESKRIM POLRI per tanggal 12 Agustus 2025.

    Azizah sendiri menyebut merasakan kesedihan yang mendalam terkait dengan munculnya fitnah tersebut. “Ya sedih pastinya, tapi ya jalanin aja hidup ini ya,” ujar Azizah yang mengenakan topi dan masker.

    Adapun laporan ini dilayangkan lantaran keduanya diduga telah menyebarkan isu terkait dugaan perselingkuhan Azizah. Hal itu sontak mendapat reaksi keras, hingga berujung laporan ke polisi.

    Dalam hal ini, Azizah melaporkan dua akun tersebut dengan jeratan Pasal 45 ayat (4) dan ayat (6) juncto Pasal 27A UU Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau Pasal 310 KUHP dan/atau Pasal 311 KUHP.

    “Yang dilaporkan itu ada dua akun, akun TikTok. Akun TikTok itu @ibaratbradpitt, sama satu lagi @niceguymo. Di mana di situ di akun itu ada namanya Muhammad Jana dan satu lagi Restmo ya,” kata Kuasa Hukum Azizah Salsha, Anandya Dipo Pratama

  • Gunung Marapi Erupsi 2 Kali Selang Waktu 1,5 Jam, Warga Diimbau Waspada
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        12 Agustus 2025

    Gunung Marapi Erupsi 2 Kali Selang Waktu 1,5 Jam, Warga Diimbau Waspada Regional 12 Agustus 2025

    Gunung Marapi Erupsi 2 Kali Selang Waktu 1,5 Jam, Warga Diimbau Waspada
    Tim Redaksi
    PADANG, KOMPAS.com
    – Dalam selang waktu kurang dari satu setengah jam, Gunung Marapi di Sumatera Barat mengalami erupsi atau letusan pada Selasa (12/8/2025).
    Erupsi pertama terjadi pada pukul 07.10 WIB dengan kolom abu tidak teramati.
    Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 19,6 mm dan durasi 34 detik.
    “Erupsi kedua tercatat pada pukul 08.39 WIB dengan tinggi kolom abu mencapai 1,6 kilometer,” kata petugas Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Teguh Purnomo yang dihubungi Kompas.com, Selasa.
    Menurut Teguh, erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30,4 mm dan durasi 34 detik.
    Teguh menyebutkan bahwa saat ini gunung dengan ketinggian 3.891 meter di atas permukaan laut itu berstatus Level II Waspada sehingga masyarakat diminta untuk tidak mendekati dan beraktivitas 3 kilometer dari kawah.
    “Kami mengimbau masyarakat yang tinggal di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi selalu waspada terhadap potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi, terutama pada saat musim hujan,” kata Teguh.
    Teguh juga mengimbau warga agar menggunakan masker jika terjadi hujan abu sebab dapat membahayakan kesehatan.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gejala COVID Varian Stratus dan Cara Pencegahannya

    Gejala COVID Varian Stratus dan Cara Pencegahannya

    Jakarta

    COVID varian Stratus atau disebut XFG telah menjadi varian yang merebak di dunia, termasuk di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI beberapa waktu lalu melaporkan COVID varian Stratus sudah mendominasi setidaknya 75 persen dari total kasus COVID di Indonesia pada Mei 2025. Bahkan meningkat menjadi 100 persen di Juni 2025.

    Laporan tersebut mencakup hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, termasuk influenza dan COVID-19, yang dilakukan di 39 Puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 Balai Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site.

    Meski demikian, Kemenkes menyebutkan varian dominan COVID-19 yang merebak di Indonesia tergolong dalam kategori risiko rendah (low risk). Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak panik, namun tetap menjaga protokol kesehatan, terutama bagi kelompok rentan.

    “XFG menjadi variant nomor 1 dalam hal Spread di mana per 13 Juni sudah terdeteksi di 130 negara, paling banyak dari Eropa dan Asia per Juni 2025,” demikian laporan Kemenkes beberapa waktu lalu.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” lanjut Kemenkes.

    Stratus atau XFG adalah varian SARS-CoV-2 yang merupakan hasil rekombinasi dari garis keturunan LF.7 dan LP.8.1.2, dengan sampel pertama dikumpulkan pada 27 Januari 2025. Laporan WHO mengatakan XFG telah ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) karena proporsinya yang terus meningkat secara global.

    Adapun COVID-19 varian Stratus memiliki dua strain, yakni XFG dan XFG.3. Menurut seorang ahli virologi dari Universitas Warwick, Professor Lawrence Young, kedua strain Stratus, yaitu XFG dan XFG.3, disebut menyebar dengan cepat.

    Meski begitu, hanya varian XFG yang masuk ke dalam daftar VUM oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Istilah VUM digunakan untuk memberi sinyal kepada otoritas kesehatan masyarakat bahwa suatu varian SARS-CoV-2 berpotensi memerlukan perhatian dan pemantauan lebih lanjut.

    Gejala COVID Varian Stratus

    Pada dasarnya, gejala COVID varian Stratus mirip dengan varian lainnya. Centers for Disease Control and Prevention AS (CDC) membeberkan gejala COVID yang umum seperti:

    Demam atau menggigilBatukKelelahanSakit tenggorokanKehilangan rasa atau penciumanPenyumbatanNyeri ototSesak napasSakit kepalaMual atau muntah

    COVID varian Stratus juga memiliki gejala khas. Beberapa laporan menunjukkan bahwa individu yang terinfeksi juga melaporkan suara serak atau suara yang kasar dan parau. Gejala khas ini dapat membantu membedakan XFG dari varian maupun subvarian lainnya.

    “Gejala Stratus adalah suara parau, atau bahasa Inggrisnya hoarseness, scratchy, raspy voice,” tutur Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama beberapa waktu lalu.

    Cara Pencegahan

    Sebagai kewaspadaan, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk menerapkan sejumlah hal berikut.

    Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).Menerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lain.Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun (CTPS) atau menggunakan hand sanitizer.Menggunakan masker bagi masyarakat jika jika berada di kerumunan atau sedang sakit seperti batuk, pilek, atau demam.Segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko.Bagi pelaku perjalanan jika mengalami sakit selama perjalanan agar menyampaikan kepada awak atau personel alat angkut maupun kepada petugas kesehatan di pelabuhan/ bandar udara/ PLBN setempat.

    (suc/suc)