Produk: masker

  • Dokter Wanti-wanti Risiko PPOK saat Polusi Udara DKI-Tangerang ‘Ugal-ugalan’

    Dokter Wanti-wanti Risiko PPOK saat Polusi Udara DKI-Tangerang ‘Ugal-ugalan’

    Jakarta

    Polusi udara di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, seperti Tangerang terpantau buruk beberapa waktu terakhir. Bahkan menurut data IQ Air, indeks kualitas udara DKI hingga Tangerang sempat mencapai lebih dari 200 atau sangat buruk pada hari Minggu (17/11/2024).

    Indeks kualitas udara pada hari Rabu (20/11) juga terpantau di atas 100 atau tidak sehat bagi kelompok sensitif di DKI Jakarta pada pukul 9.00 pagi. Konsentrasi polutan utama atau PM2.5 (partikel udara) di Jakarta saat ini 5,6 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Tak bisa dipungkiri, polusi udara dapat menimbulkan dampak negatif terutama pada masalah kesehatan. Sebut saja penyakit pada pernapasan, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

    Menurut Prof Dr dr Arto Yuwono Soeroto. SpPD K-P, Finasim, FCCP, polusi udara menjadi salah satu pemeran utama yang menyebabkan PPOK.

    “PPOK adalah merupakan kondisi paru yang disebabkan kerusakan saluran napas atau bagian lain dari paru-paru,” imbuhnya dalam media briefing, Rabu (20/11/2024).

    Prof Arto mengatakan kerusakan pada paru-paru tersebut akan menghambat aliran napas dan membuat kesulitan napas atau sesak napas pada pengidapnya. Selain itu, PPOK juga membuat pengidapnya mengalami rasa capek, mengi, hingga batuk berdahak.

    Senada, Direktur pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi juga mengatakan polusi udara buruk, seperti yang terjadi di Jakarta bisa menyebabkan seseorang terkena PPOK. Karenanya, ia mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan masker apabila bepergian ke luar rumah.

    Ia juga mengimbau untuk selalu membaca indeks kualitas udara apabila ingin bepergian, atau berolahraga di luar ruangan.

    “Kita rajin membaca indeks kualitas udara. Kurangi aktivitas di luar apabila indeks kualitas udara tidak baik. Kalau mau olahraga, pilih tempat yang banyak pohonnya sehingga menghirup udara yang segar,” sambungnya lagi.

    baca juga

    (suc/kna)

  • Fakta-fakta Wanita Jaktim Kena Pneumonia, Dikira Cuma ‘Masuk Angin’ Biasa

    Fakta-fakta Wanita Jaktim Kena Pneumonia, Dikira Cuma ‘Masuk Angin’ Biasa

    Jakarta

    Seorang wanita di Jakarta Timur bernama Nadya (23) menceritakan kisahnya mengidap pneumonia atau radang paru-paru. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi patogen, seperti virus, jamur, hingga bakteri. Kondisi ini biasanya disebut ‘paru-paru basah’ oleh orang awam.

    Nadya menceritakan bahwa kejadian tersebut bermula pada pertengahan Agustus 2024. Pada saat itu ia sedang bekerja di kantornya dan tiba-tiba mengalami gejala sesak napas.

    Alami Sesak Napas dan Batuk Berdahak

    Ketika pertama kali merasakan sesak napas, Nadya mengira itu terjadi karena baju yang ia kenakan terlalu ketat atau sedang masuk angin. Kondisi Nadya terus memburuk, bahkan ia sampai terjongkok karena mengalami nyeri yang hebat di dadanya.

    “Sesak napas pas lagi kejadian di kantor. Itu lagi dalam kondisi nggak kenapa-napa. Awalnya melakukan aktivitas biasa, kaya kerja gitu kan,” katanya saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

    “Tetap nggak bisa kekontrol juga kan. Terus disuruh kayak yaudah tahan dulu ya, tahan gitu kan. Dan di situ karena mungkin yang bikin tambah sesaknya itu karena aku nangis juga,” sambungnya.

    Selain mengalami sesak napas, Nadya juga mengalami batuk berdahak dan demam. Melihat kondisi Nadya, rekan kerja membawa ia ke IGD RSUD Pasar Minggu di Jakarta Selatan untuk mendapatkan perawatan.

    Sempat Didiagnosa Bronkitis

    Awalnya Nadya didiagnosis mengidap bronkitis oleh dokter. Ia bahkan sampai harus dirawat seminggu di rumah sakit karena kondisinya tersebut.

    Dua hari setelah dirawat, ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit yang sama dan bertemu dengan spesialis paru. Ketika diperiksa lebih lanjut, dokter mendiagnosis Nadya terkena infeksi paru-paru atau pneumonia yang disebabkan oleh virus. Hal ini diketahui dari hasil rontgen yang memperlihatkan seperti ada luka di paru-parunya.

    Nadya menceritakan bahwa pneumonia yang dialaminya disebabkan oleh lingkungan dan polusi udara. Selain itu ia juga memiliki kebiasaan vaping selama 2 tahun dan sering berada di lingkungan yang penuh asap rokok. Nadya juga jarang mengenakan masker saat keluar rumah.

    “Aku termasuk orang yang nggak pernah pakai masker kalau keluar rumah. sedangkan aku itu kan suka berkendara sendiri, membawa motor, atau suka kemana-mana sendiri, itu aku nggak pernah pakai jaket, nggak pernah pakai masker, dan itu ternyata berpengaruh banget buat pernapasannya,” jelasnya.

    NEXT: Efek polusi pada kasus pneumonia

  • Ditinggal Kerja Bakti, Rumah Ketua RT Prigelan Dibobol Maling, Perhiasan dan Uang Raib
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        19 November 2024

    Ditinggal Kerja Bakti, Rumah Ketua RT Prigelan Dibobol Maling, Perhiasan dan Uang Raib Yogyakarta 19 November 2024

    Ditinggal Kerja Bakti, Rumah Ketua RT Prigelan Dibobol Maling, Perhiasan dan Uang Raib
    Editor
    KOMPAS.com
    – Rumah Ketua RT Desa Prigelan, Kecamatan Pituruh, Kabupaten
    Purworejo
    , Jawa Tengah, pada Senin (18/11/2024), sekitar pukul 09.45 WIB, menjadi sasaran pencuri. 
    Saat itu, ketua RT berinisial N sedang
    kerja bakti
    bersama warga lainnya. Sementara istrinya pergi menjemput anak ke sekolah. 
    Akibatnya perhiasan dan uang tunai raib digondol pencuri. Kasus itu telah ditangani aparat kepolisian setempat.
    “Betul, telah terjadi
    pencurian
    di rumah Pak N ketika beliau kerja bakti dan istrinya menjemput anak sekolah,” ujar Kepala Desa Prigelan Supratno saat dihubungi pada hari yang sama.
    Sejumlah warga sempat melihat dua orang yang dicurigai sebagai pelaku di sekitar rumah korban sebelum pencurian terjadi. 
    Para pelaku diketahui menggunakan sepeda motor dan mengenakan helm serta masker. Salah satu pelaku memiliki tubuh tegap dan tinggi, sementara pelaku lainnya bertubuh besar namun pendek. 
    Penampilan mereka tidak terlalu mencurigakan pada awalnya karena warga mengira mereka adalah debt collector atau pekerja yang berkunjung ke desa.
    Setelah kejadian, rumah korban ditemukan dalam kondisi berantakan. Barang-barang di dalam rumah diobrak-abrik oleh pelaku dalam upaya mereka mencari barang berharga. 
    Video yang menunjukkan kondisi rumah pasca kejadian kemudian beredar di media sosial, menimbulkan keprihatinan masyarakat.Korban, N, segera melaporkan insiden ini ke Polsek Pituruh untuk ditindaklanjuti. 
    Terkait kejadian itu, Supratno mengimbau warga agar lebih berhati-hati saat meninggalkan rumah. Ia menyarankan agar setiap pintu dan jendela diperiksa dengan saksama sebelum bepergian untuk menghindari kejadian serupa di masa mendatang. 
    “Saya mengimbau kepada warga desa agar apabila mau bepergian, mohon dicek kembali pintu rumahnya sudah dikunci atau belum,” tutupnya.
    Kasus ini masih dalam penyelidikan pihak kepolisian, dan warga diharapkan dapat memberikan informasi tambahan apabila mengetahui hal-hal mencurigakan terkait kejadian tersebut.
     
     
     
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Olahraga saat Polusi Udara Boleh Saja Dilakukan, Tapi Ingat Pesan Dokter soal Ini

    Olahraga saat Polusi Udara Boleh Saja Dilakukan, Tapi Ingat Pesan Dokter soal Ini

    Jakarta

    Kualitas udara di beberapa wilayah RI, termasuk DKI Jakarta terpantau buruk beberapa waktu terakhir. Hal ini membuat banyak masyarakat yang mulai berpikir dua kali untuk olahraga di luar ruangan.

    Spesialis paru-paru dr Agus Dwi Susanto SpP mengatakan melakukan aktivitas fisik di luar ruangan, terlebih dengan intensitas berat di tengah kualitas udara yang buruk memang dapat memicu munculnya masalah kesehatan seperti bersin-bersin, sakit tenggorokan, batuk-batuk, dan hidung berair.

    Mereka yang terus menerus terpapar polutan saat berolahraga dengan kualitas udara buruk menurut dr Agus dapat meningkatkan risiko terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

    dr Agus menambahkan meskipun hidup di kota dengan kualitas udara yang kurang baik, masyarakat masih bisa melakukan olahraga. Namun, harus dilihat dulu seberapa buruk polusi yang sedang terjadi.

    “Kadar polutan di atas batas aman ada beberapa level, yakni tidak sehat pada kelompok sensitif, tidak sehat, sangat tidak sehat, lalu berbahaya (beracun),” kata dr Agus saat dihubungi detikcom, Selasa (19/11/2024).

    “Pada level tidak sehat, olahraga outdoor ringan sampai sedang (bisa dilakukan), jika memungkinkan dilakukan dalam 30 sampai 45 menit. Lebih dari itu tidak disarankan lagi,” lanjut dia.

    Namun, dr Agus menekankan jika kualitas udara berada di level tidak sehat, sangat tidak sehat, hingga berbahaya lebih baik memang tidak melakukan olahraga outdoor dan beralih melakukan aktivitas fisik indoor.

    dr Agus memberikan tips untuk mereka yang ingin tetap berolahraga di tengah kualitas udara yang berada di atas batas aman.

    Monitor kualitas udara. Pantau kualitas udara saat ingin olahraga luar ruangan atau outdoor. Jika kualitas tidak sehat sampai dengan berbahaya hindari olahraga di luar.Pilih olahraga dengan intensitas ringan sampai sedang. Olahraga dengan intensitas tinggi seperti lari sprint atau lari jarak jauh memerlukan napas yang lebih banyak sehingga jumlah udara yang tidak sehat terhirup menjadi lebih banyak juga.Pilih daerah kurang polusi bila olahraga luar ruangan. Misalnya daerah taman-taman.Gunakan masker khusus olahraga saat polusi untuk mengurangi polutan terhirup. Tapi ini membatasi dan terasa tidak nyaman.Lakukan olahraga secara singkat. Jika terpaksa olahraga luar ruangan dengan kualitas udara tidak baik, maka lakukan secara singkat (30 sampai 45 menit) dan jangan lama-lama.

    (dpy/suc)

  • Polusi Udara Pakistan Makin Mengerikan, Picu Lebih dari 1,9 Juta Warga Masuk RS

    Polusi Udara Pakistan Makin Mengerikan, Picu Lebih dari 1,9 Juta Warga Masuk RS

    Jakarta

    Lebih dari 1,91 juta orang dengan penyakit pernapasan telah dirawat di rumah sakit pemerintah di Pakistan sejak bulan lalu. Hal ini menyoroti dampak buruk polusi udara beracun di negara tersebut.

    Kondisi tersebut khususnya telah mempengaruhi provinsi Punjab, Pakistan, saat kabut asap dan tingkat kualitas udara yang berbahaya telah memicu keadaan darurat kesehatan masyarakat.

    Rumah sakit di seluruh Punjab telah kewalahan. Wilayah Lahore mencatat jumlah kasus tertinggi. Kabut asap beracun memaksa lebih dari 75.000 orang untuk mencari pertolongan medis dalam satu hari, yang semakin membebani sistem perawatan kesehatan.

    Selama bulan lalu, Lahore sendiri melaporkan 133.429 kasus penyakit pernapasan, termasuk 5.577 pasien asma. Selain itu, 5.455 dari 13.862 kasus penyakit jantung dan 491 dari 5.141 kasus stroke di provinsi tersebut dirawat di Lahore. Krisis meningkat dalam seminggu terakhir, dengan 449.045 kasus pernapasan dilaporkan, bersama dengan 30.146 kasus asma, 2.225 pasien penyakit jantung, dan 1.400 pasien stroke.

    Dikutip dari India Times, pemerintah telah mengambil beberapa langkah darurat, termasuk menutup sekolah, perguruan tinggi, dan taman, membatasi jam pasar, dan memberlakukan larangan kendaraan dan kegiatan industri yang mencemari.

    Meskipun langkah-langkah ini sudah dilakukan, kualitas udara di kota-kota seperti Lahore dan Multan terus memburuk. Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) Lahore secara konsisten melebihi tingkat berbahaya, seringkali melampaui 1.000, sementara wilayah Multan baru-baru ini mencatat AQI yang mengkhawatirkan lebih dari 2.000.

    Sekolah negeri dan swasta telah diperintahkan untuk tutup hingga 24 November, dengan pihak berwenang juga memberlakukan penguncian tiga hari di Lahore dan Multan untuk mengurangi polusi. Akan tetapi, tindakan-tindakan ini hanya memberikan sedikit kelonggaran.

    Warga berjuang untuk mengatasi dampak kesehatan dari kabut asap. Bagi banyak warga Pakistan, tinggal di dalam ruangan tidak banyak membantu.

    Petugas kesehatan sudah kewalahan. Dokter melaporkan peningkatan signifikan jumlah pasien, terutama anak-anak dan lansia, yang mengalami kesulitan bernapas, batuk-batuk, dan iritasi mata.

    “Tahun ini, tingkat kabut asap jauh lebih buruk, dan jumlah pasien yang terkena dampak jauh lebih banyak,” kata Dr Qurat ul Ain, seorang praktisi medis di Lahore.

    Ia menyarankan warga untuk memakai masker dan menghindari paparan di luar ruangan. Penyebab utama kabut asap meliputi emisi industri, gas buang kendaraan, dan pembakaran jerami pertanian musiman, yang diperburuk oleh kondisi cuaca yang stagnan.

    Aktivis iklim Alia Haider menggambarkan kota itu sebagai “terjebak dalam racunnya sendiri” dan mengkritik kurangnya solusi jangka panjang yang efektif. Ketika kabut asap terus menyelimuti kota-kota besar Pakistan, jutaan orang tetap berisiko, menunggu tindakan yang berarti untuk mengatasi krisis lingkungan yang semakin memburuk.

    (suc/suc)

  • Fakta-fakta Wanita Jaktim Kena Pneumonia, Dikira Cuma ‘Masuk Angin’ Biasa

    Wanita Jaktim Kena Pneumonia Dikira ‘Masuk Angin’ Biasa, Ini Gejala yang Dikeluhkan

    Jakarta

    Pneumonia adalah kondisi peradangan atau infeksi pada paru-paru, sehingga paru-paru terisi cairan, lendir, atau nanah. Hal ini mengganggu proses pernapasan dan membuat pengidapnya sulit bernapas. Orang awam biasanya menyebut kondisi ini dengan sebutan ‘paru-paru basah’.

    Kondisi ini bisa dialami siapa saja, termasuk pada orang dewasa. Seperti misalnya seorang wanita bernama Nadya asal Kramatjati, Jakarta Timur, yang mengidap pneumonia. Ia mengatakan kondisi tersebut dipicu polusi udara. Nadya mengaku sering keluar rumah tanpa menggunakan masker saat keluar rumah.

    Terlebih, kebiasaan vaping selama dua tahun dan sering di lingkungan yang penuh asap rokok juga turut berkontribusi terhadap kondisinya.

    Nadya mengatakan awal mula dirinya didiagnosis pneumonia berawal dari gejala sesak napas. Wanita berusia 23 tahun itu mengatakan kondisi tersebut terjadi pada pertengahan Agustus 2024 saat dirinya sedang bekerja di kantor. Selain gejala sesak napas, Nadya juga mengeluhkan batuk berdahak dan demam.

    Nadya mengira gejala yang dialami hanya karena penggunaan baju yang ketat dan ‘masuk angin’ biasa. Namun sesak napas yang dirasakan semakin memburuk, hingga dirinya tak sanggup untuk berdiri.

    “Ngerasa dada itu gak enak, ngerasa sesak. Cuman masih kayak denial, kayak oh mungkin karena baju kekencengan atau apa, gak leluasa jadinya. Jadi kayak mendep gitu kan, udaranya gak bisa masuk,” imbuhnya kepada detikcom saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (19/11/2024).

    “Aku sempet jongkok kan, karena udah nggak kuat jongkok. Terus ternyata pas bangun itu pusing,” katanya.

    Segala upaya sudah dilakukan untuk mengatasinya, mulai dari minum air hangat hingga dibantu rekan kerjanya untuk mendapatkan uap dari air panas. Akan tetapi, sejumlah upaya tersebut tak membuat gejala sesak napas yang dirasakan Nadya kunjung reda.

    “Kayak mungkin mereka (rekan kerja) mikirnya, oh mungkin masuk angin atau kecapean gitu kan. Terus yaudah tuh akhirnya diambilin kayak sebaskong gitu, air panas semua. Terus dikasih minyaknya putih kalau gak salah itu, minyaknya putih. Buat wawangin, supaya kaya menguap. Terus abis itu dikasih itu kayak ditutupin gitu kan. Ditutupin sarung gitu biar aku menghirup udaranya,” katanya lagi.

    “Dan di situ karena mungkin yang bikin tambah sesaknya itu karena aku nangis juga. Karena kan sakit banget kan dadanya itu. Sakit terus nggak bisa berkata-kata lagi, nggak bisa ngomong, udah nggak keluar,” imbuhnya lagi.

    Nadya kemudian dibawa ke IGD RSUD Pasar Minggu untuk ditangani segera. Dokter awalnya mendiagnosisnya dengan bronkitis atau masalah pada pernapasan. Namun setelah Nadya melakukan pemeriksaan ulang ke rumah sakit, ia dinyatakan mengalami infeksi pada paru-parunya. Hal ini dikarenakan terlihat seperti ada luka di paru-parunya saat menjalani rontgen.

    “Pneumonia yang aku alami disebabkan oleh virus,” imbuh Nadya.

    NEXT: Penjelasan Dokter soal Polusi Bisa Memicu Pneumonia hingga Gejalanya

  • Ada 80 Gempa Vulkanik Dangkal Gunung Lokon, Warga Dilarang Memasuki Radius Bahaya

    Ada 80 Gempa Vulkanik Dangkal Gunung Lokon, Warga Dilarang Memasuki Radius Bahaya

    Liputan6.com, Tomohon – Pihak Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) kembali melaporkan kondisi terkini aktivitas Gunung Lokon yang terdapat di Kota Tomohon, Sulut. Tercatat ada sebanyak 80 kali gempa vulkanik Gunung Lokon.

    “Sebanyak 80 kali gempa dangkal tersebut memiliki amplitudo 3-10 milimeter, dan lama gempa 2-8 detik,” ungkap petugas PGA Mohammad Isra pada, Senin (18/11/2024).

    Dia memaparkan, terekam juga satu kali gempa embusan dengan amplitudo 28 milimeter, dan lama gempa 20 detik, serta dua kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 8-12 mm, S-P tidak teramati dan lama gempa 50-55 detik.

    Secara visual, Gunung Lokon terlihat jelas hingga tertutup kabut, serta teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis tinggi sekitar 5-15 meter dari puncak, cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur, selatan dan barat.

    “Diharapkan, masyarakat dan wisatawan untuk tidak mendekati dan melakukan aktivitas di dalam radius tiga kilometer dari Kawah Tompaluan atau pusat aktivitas,” ujarnya.

    Apabila terjadi letusan dan hujan abu, masyarakat diimbau untuk tetap berada di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk menggunakan masker dan kacamata.

    “Warga juga diharapkan mewaspadai potensi lahar pada sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Lokon terutama pada musim hujan,” ujarnya.

    Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas vulkanik secara visual dan instrumental yang menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik, Badan Geologi menaikkan tingkat aktivitas Gunung Lokon dari level II (waspada) menjadi level III (siaga) terhitung mulai tanggal 10 November 2024 pukul 22:00 Wita.

  • Kerja Sama dengan Imigrasi Singapura, Kejagung Tangkap Hendry Lie
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        19 November 2024

    Kerja Sama dengan Imigrasi Singapura, Kejagung Tangkap Hendry Lie Nasional 19 November 2024

    Kerja Sama dengan Imigrasi Singapura, Kejagung Tangkap Hendry Lie
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com

    Kejaksaan Agung
    (Kejagung) berhasil menangkap tersangka kasus korupsi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU)
    Hendry Lie
    di termilan 2F Bandara Soekarno-Hatta pada Senin (18/11/2024).
    Penangkapan
    ini merupakan hasil kerja sama antara direktorat penyidikan Jampidsus dengan jajaran intelijen serta atase Kejaksaan Republik Indonesia di Kedutaan Besar RI di Singapura.
    Pendiri Sriwijaya Air ini kembali ke Indonesia dari Singapura karena masa berlaku izin tinggalnya yang habis, pada 27 November.
    Dia berada di Singapura dengan alasan untuk berobat.
    Hendry Lie ditetapkan sebagai tersangka pada April 2024 terkait kasus korupsi pengelolaan timah di PT Timah Tbk.
    Dirdik Jampidsus Kejagung Abdul Qohar menjelaskan,
    penangkapan
    ini merupakan pengembangan dari penyidikan dugaan tindak pidana korupsi dalam tata niaga komoditas timah.
    Pada 29 Februari 2024, telah dilakukan pemeriksaan terhadap Hendry Lie sebagai saksi.
    Kasus ini pun naik ke penyidikan. Penyidik Jampidsus telah memanggil Hendry beberapa kali untuk memberikan keterangan, namun yang bersangkutan tidak pernah hadir.
    Kemudian, berdasarkan informasi dari otoritas imigrasi Singapura, Hendry berada di negara tersebut sejak 25 Maret 2024.
    Akibatnya, pencekalan dilakukan berdasarkan Keputusan Jaksa Agung RI Nomor Kep-043/D/DP.4/03/2024 yang ditetapkan pada 28 Maret 2024, yang juga mencakup pencabutan paspor Hendry Lie.
    “Berdasarkan surat Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, selain dilakukan pencekalan terhadap Hendry Lie, juga dilakukan pencabutan paspor ke Imigrasi,” jelas Abdul Qohar dikutip dari
    Kompas TV
    .
    Pada 15 April 2024, Hendry Lie secara resmi ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan Surat Penetapan Nomor 27/F/FD/04/2024, setelah beberapa kali dipanggil namun tidak hadir.
    “Hari ini, atas kerja sama antara direktorat penyidikan Jampidsus dan jajaran intelijen, kami berhasil menangkap Hendry Lie di Bandara Soekarno-Hatta pada saat yang bersangkutan tiba dari Singapura di terminal 2F,” tambahnya.
    Penangkapan tersebut dilakukan berdasarkan Surat Perintah Penangkapan Nomor 22/F/FB/11/2024 tanggal 18 November 2024, pada pukul 22.30 WIB.
    Hendry Lie kemudian dibawa ke Gedung Menara Kartika untuk pemeriksaan sebagai tersangka selama satu jam, sebelum dilakukan penahanan selama 20 hari ke depan di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan berdasarkan Surat Perintah Penahanan Nomor 54/F/FD/11/2024.
    Hendry Lie merupakan tersangka ke-22 dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi tata niaga timah di wilayah IUP pertambangan PT Timah Tbk untuk periode 2015-2022.
    Ia juga merupakan pemilik perusahaan smelter timah di Bangka, PT Tinido Inter Nusa (TIN), bersama adiknya, Fandy Lie, yang menjabat sebagai marketing PT TIN.
    Hendry tiba di Kejagung sekitar pukul 23.00 WIB, terlihat didampingi tim penyidik saat memasuki ruangan Jampidsus.
    Ia tampak diborgol serta mengenakan kemeja merah muda lengan pendek, celana jeans biru dongker, dan masker putih.
    Hendry Lie dan para tersangka lainnya dijerat dengan Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 3 Jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999, sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7
                    
                        Rumah Ketua RT di Purworejo Dirampok, Emas 25 Gram dan Uang Rp 7 Juta Raib
                        Regional

    7 Rumah Ketua RT di Purworejo Dirampok, Emas 25 Gram dan Uang Rp 7 Juta Raib Regional

    Rumah Ketua RT di Purworejo Dirampok, Emas 25 Gram dan Uang Rp 7 Juta Raib
    Tim Redaksi
    PURWOREJO, KOMPAS.com
    – Rumah seorang
    ketua RT
    di Desa Prigelan, Kecamatan Pituruh, Kabupaten
    Purworejo
    , Jawa Tengah, disatroni maling pada siang hari.
    Kejadian ini berlangsung saat korban berinisial N sedang mengikuti kerja bakti dan istrinya menjemput anak sekolah.
    Dalam peristiwa tersebut, emas seberat 25 gram dan uang tunai sebesar Rp 7 juta raib tanpa jejak.
    Kepala Desa Prigelan, Supratno, mengungkapkan bahwa
    pencurian
    terjadi pada Senin (18/11/2024) pukul 09.45 WIB.
    Selain uang dan emas, dua ponsel milik keluarga juga turut diambil oleh para pelaku.
    “Betul, telah terjadi pencurian di rumah Pak N ketika beliau kerja bakti dan istrinya menjemput anak sekolah,” kata Supratno, saat dihubungi pada hari yang sama.
    Supratno menambahkan bahwa para pencuri sempat terlihat oleh warga setempat.
    Terdapat dua orang pelaku yang menggunakan helm dan masker, yang berada di dekat lokasi rumah korban sebelum melakukan aksinya.
    “Ciri-ciri pencurinya dua orang naik sepeda motor, berbadan tegap, tinggi, hitam. Yang satu besar tapi pendek, semua pakai masker. Warga tidak terlalu curiga karena waktunya siang. Awalnya dikira bank plecit atau
    debt collector
    ,” ujar Supratno.
    Setelah kejadian tersebut, N melaporkan insiden pencurian kepada Polsek Pituruh.
    Kejadian ini mengejutkan warga sekitar, yang tidak menyangka bahwa pencurian bisa terjadi di siang hari.
    Video yang menunjukkan kondisi rumah korban yang berantakan pun viral di media sosial.
    Dalam video tersebut, terlihat bahwa para pelaku mengobrak-abrik barang-barang milik korban untuk mencuri emas, uang tunai, serta ponsel.
    Kepala Desa Supratno mengimbau agar warga lebih berhati-hati saat meninggalkan rumah.
    Ia berharap kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
    “Saya mengimbau kepada warga desa agar apabila mau bepergian, mohon dicek kembali pintu rumahnya sudah dikunci atau belum,” tutup Kades.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Fakta-fakta Wanita Jaktim Kena Pneumonia, Dikira Cuma ‘Masuk Angin’ Biasa

    Curhat Wanita Jaktim Kena Pneumonia, Paru-parunya Kolaps gegara Kebiasaan Ini

    Jakarta

    Seorang wanita asal Kramatjati, Jakarta Timur, membagikan kisahnya yang terkena pneumonia. Ini merupakan istilah umum yang menggambarkan kondisi kesehatan paru-paru yakni terjadi peradangan atau infeksi pada organ paru. Orang awam menyebut kondisi ini sebagai ‘paru-paru basah’.

    Wanita bernama Nadya berusia 23 tahun itu menceritakan mengalami sesak napas saat sedang bekerja di kantor. Kejadian itu terjadi pada pertengahan Agustus 2024.

    “Sesak napas pas lagi kejadian di kantor. Itu lagi dalam kondisi nggak kenapa-napa. Awalnya melakukan aktivitas biasa, kaya kerja gitukan,” katanya saat ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Senin (18/11/2024).

    Awalnya Nadya mengira kondisi sesak napas yang dialami cuma karena menggunakan baju ketat. Namun sesak napas yang dirasakan semakin memburuk, bahkan dirinya sampai jongkok lantaran merasakan sakit yang luar biasa di dadanya.

    “Tetap nggak bisa kekontrol juga kan. Terus disuruh kayak yaudah tahan dulu ya, tahan gitu kan. Dan disitu karena mungkin yang bikin tambah sesaknya itu karena aku nangis juga,” katanya lagi.

    Selain sesak napas, Nadya juga mengalami batuk berdahak. Lantaran hal tersebut, rekan kerjanya langsung membawanya ke IGD RSUD Pasar Minggu.

    Awalnya dokter mendiagnosis Nadya terkena bronkitis. Dirinya bahkan sampai dirawat seminggu di rumah sakit tersebut untuk menjalani pengobatan.

    “Aku dirawat dulu karena mau ngeliat sistem pernapasannya kan. Terus mau dicek serometrinya itu juga. Serometrinya itu buat ngecek seberapa banyak yang bisa kita hasilkan dari uapan itu,” iimbuhnya.

    Dua hari setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, Nadya memutuskan untuk melakukan pemeriksaan ulang ke rumah sakit tersebut dan bertemu spesialis paru lantaran penasaran kondisi apa yang dialaminya.

    Ketika diperiksa lebih lanjut, dokter menjelaskan bahwa Nadya terkena infeksi paru-paru yang dipicu oleh virus atau disebut pneumonia. Hal ini dikarenakan terlihat seperti ada luka di paru-parunya.

    Kondisi tersebut, kata Nadya, dipicu oleh faktor risiko polusi udara. Nadya mengaku sering keluar rumah tanpa menggunakan masker saat keluar rumah.

    Selain polusi udara, Nadya juga memiliki kebiasaan vaping selama dua tahun dan sering di lingkungan yang penuh asap rokok.

    “Aku termasuk orang yang nggak pernah pakai masker kalau keluar rumah. sedangkan aku itu kan suka berkendara sendiri, membawa motor, atau suka kemana-mana sendiri, itu aku enggak pernah pakai jaket, nggak pernah pakai masker, dan itu ternyata berpengaruh banget buat penapasannya,” lanjutnya lagi.

    Di sisi lain, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Vaksinasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr dr Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM mengatakan secara tidak langsung, faktor lingkungan seperti asap rokok hingga polusi udara menjadi salah satu faktor risiko dari penyakit pneumonia.

    “Jadi polusi udara itu secara tidak langsung membuat sistem pertahanan tubuh lokal itu rusak. Jadi kuman sebelum masuk ke dalam saluran napas yang menyebabkan infeksi itu, masuk dulu ke hidung dan seterusnya,” katanya saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (18/11)

    “Terus kemudian secara tak langsung menurunkan sistem kekebalan tubuh. Nah kalau sudah turun, kan mudah terjadinya infeksi,”lanjutnya.

    dr Sukamto mengatakan ketika pertahanan barier atau dasar tubuh rusak, kuman pemicu pneumonia menjadi mudah untuk masuk ke saluran napas.

    Meski begitu, dr Sukamto mengatakan polusi udara hingga asap rokok bukanlah penyebab utama dari pneumonia. Kondisi ini disebabkan oleh sejumlah patogen, seperti bakteri, virus, hingga jamur.

    (suc/kna)