Produk: malware

  • Waspadai 9 Ciri-ciri Telepon Scammer dan Cara Mencegahnya

    Waspadai 9 Ciri-ciri Telepon Scammer dan Cara Mencegahnya

    Jakarta

    Penipuan atau scam lewat telepon sudah ada sejak lama. Tapi sayangnya hingga saat ini masih ada saja orang yang menjadi korban. Biasanya korban dirugikan dalam bentuk kehilangan uang.

    Calon korban tentunya bisa mewaspadai ciri-ciri telepon scammer agar tidak menjadi korban. Berikut penjelasannya serta beberapa cara mencegahnya.

    Ciri-ciri Telepon Scammer

    Berikut ini ciri-ciri telepon scammer yang dikutip dari situs perusahaan keamanan digital Aura dan situs Federal Trade Commission AS:

    1. Bukan Suara Manusia atau Tidak Jelas

    Kini scammer semakin canggih dengan memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI). Sering kali mereka menggunakan suara sintetis yang mirip manusia atau mereka sudah merekam terlebih dahulu.

    Teknologi mereka memungkinkan agar robot merespons sesuai dengan jawaban korbannya, sehingga seakan-akan berbicara dengan manusia. Atau ciri lainnya adalah suara mereka tidak jelas.

    Jika kamu sudah beberapa kali menerima telepon asing semacam ini, biasanya akan tahu, karena suaranya identik.

    2. Mengaku dari Lembaga Resmi

    Tidak hanya telepon, penipuan ini bisa saja lewat SMS atau WhatsApp. Mereka biasanya mengaku berasal dari lembaga resmi, seperti dari pemerintah atau perusahaan terkenal.

    Jika kamu merasa tidak pernah berurusan dengan pihak tersebut, mungkin ini adalah telepon scammer. Jika benar dari lembaga resmi, mereka tidak akan menggunakan nomor pribadi, tetapi menggunakan nomor resmi yang bisa dicek di situs resminya.

    3. Tawaran yang Menggiurkan

    Salah satu modus yang dipakai penipu adalah menggunakan tawaran yang menggiurkan, misalnya informasi bahwa kamu mendapatkan hadiah besar atau hadiah yang tak masuk akal, apalagi jika kamu tidak pernah mengikuti undian.

    4. Minta Informasi Pribadi

    Jika ada pihak yang minta informasi pribadi, maka hampir pasti dia penipu. Data pribadi ini termasuk nomor kartu kredit, PIN rekening, password, nama ibu kandung, nomor KTP, dan sebagainya. Bahkan pihak bank pun tidak bisa sembarangan meminta data seperti ini.

    5. Mengancam Denda atau Penjara

    Selain modus hadiah besar, penipu juga menggunakan ancaman akan memberi kamu denda, bahkan memenjarakan kamu. Ketika korban takut, penipu akan menyuruh mengirimkan uang.

    Jika ada telepon semacam ini, tetap tenang dan berpikirlah dengan jernih. Tutuplah telepon dulu dan teleponlah ke lembaga yang dia sebut untuk memastikan kebenarannya.

    6. Mengatakan HP Kena Virus

    Kamu mungkin pernah menerima SMS atau telepon yang mengatakan perangkatmu terinfeksi virus atau malware berbahaya. Padahal mana mungkin orang lain tahu perangkatmu terkena virus tanpa mengakses langsung.

    Hal semacam ini bisa dipastikan penipuan. Tapi jika kamu memang khawatir, bawalah ke tempat servis terdekat.

    7. Bilang Kamu Punya Pinjaman

    Modus lain yang perlu diwaspadai adalah scammer mengatakan bahwa kamu memiliki pinjaman ke bank atau lembaga tertentu, atau kamu berlangganan sesuatu.

    Mereka lalu meminta data pribadi atau langsung minta uang. Jika memang benar kamu memiliki pinjaman atau langganan, tentu proses pembayarannya lewat cara resmi juga.

    8. Terburu-buru

    Ciri-ciri yang sering bisa diketahui adalah scammer seringnya terburu-buru saat meminta data atau meminta uang kamu. Mereka akan menekan kamu agar cepat-cepat melakukan perintahnya. Hal ini dilakukan agar kamu tidak sempat mengecek kebenaran informasi dari mereka.

    9. Menyuruh Membayar dengan Cara Spesifik

    Penipu sering kali meminta korban untuk membayar uang dengan cara spesifik, misalnya menggunakan e-wallet tertentu atau dengan mata uang kripto. Mereka mungkin akan memandu langkah per langkah untuk mengirimkan uang tersebut.

    Cara Mencegah Telepon Scammer

    Sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, sebaiknya detikers mengetahui cara mencegah telepon dari scammer berikut ini:

    Jika ada nomor asing menelepon jangan langsung diangkat. Coba cek dulu nomor tersebut di internet apakah itu nomor resmi, atau mungkin sudah ada yang menjadi korban nomor tersebut.Aktifkan pencegahan nomor spam di aplikasi telepon yang sudah tersedia di HP. Kebanyakan HP sudah dilengkapi fitur ini.Gunakan aplikasi yang bisa mengidentifikasi pemanggil. Nomor scammer biasanya sudah teridentifikasi dengan nama spam atau penipuan.Jangan membagikan data pribadi kepada sembarang pihak.Jangan mengambil keputusan dengan tergesa-gesa. Lebih baik tutup telepon terlebih dahulu dan bicaralah dengan orang lain.

    Itulah 9 ciri-ciri telepon scammer yang bisa kamu waspadai. Jika kamu terlanjur menjadi korban, maka segera melaporkan kejadian ini kepada kepolisian.

    (bai/row)

  • Serangan Siber di Asia Pasifik Melonjak, Regulasi Terlalu Longgar

    Serangan Siber di Asia Pasifik Melonjak, Regulasi Terlalu Longgar

    Bisnis.com, JAKARTA — Akamai Technologies melaporkan Asia Pasifik-Jepang (APJ) menjadi wilayah kedua dengan serangan siber Distributed Denial-of-Service (DDoS) terbanyak di dunia sepanjang 2024.

    Lonjakan serangan mencapai lima kali lipat dibanding tahun sebelumnya, didorong lemahnya standar keamanan terpusat dan adopsi teknologi lawas seperti VPN. 

    Dalam laporan Defenders’ Guide 2025: Fortify the Future of Your Defense, Akamai mengidentifikasi APJ sebagai kawasan paling rentan kedua setelah Amerika Utara untuk serangan DDoS aplikasi web.

    Keragaman ekonomi—mulai dari negara berkembang hingga maju—menyulitkan harmonisasi protokol keamanan, sementara 78% organisasi di wilayah ini masih bergantung pada VPN konvensional ketimbang Zero Trust Network Access (ZTNA). 

    SVP dan Managing Director Akamai Technologies APJ Parimal Pandya mengatakan transformasi digital agresif yang tidak diimbangi peningkatan kapasitas keamanan dan serangan berbasis AI yang makin canggih, termasuk malware tanpa file (fileless) dan botnet generasi baru seperti NoaBot dan RedTail, memperparah kondisi tersebut.

    Di sisi lain, regulasi masih terlalu longgar sehingga standar keamanan di sebuah perusahaan tidak berjalan dengan baik.

    “APJ adalah motor pertumbuhan digital global, tetapi kecepatan inovasi justru jadi bumerang ketika keamanan diabaikan,” tegas Parimal dikutip, Selasa (25/2/2025).    

    Laporan Akamai juga mengungkap bahwa 65% serangan di Asia Pasifik mengeksploitasi celah pada infrastruktur hybrid kerja jarak jauh. VPN—yang masih digunakan 320.000 perusahaan di kawasan ini—menjadi sasaran utama akibat konfigurasi keamanan yang lemah. 

    Kemudian, Akamai juga memprediksi serangan ransomware di Asia Pasifik akan meningkat 40% pada 2025, seiring maraknya eksploitasi kerentanan IoT dan cloud. Sementara itu, hanya 12% perusahaan di kawasan ini yang telah mengadopsi sistem deteksi ancaman berbasis AI.

    Akamai menyarankan model penilaian risiko kuantitatif, mitigasi malware mutakhir, hingga transisi ke ZTNA untuk menekan serangan tersebut.

    Parimal mengatakan kontainer yang makin banyak digunakan karena fleksibel, ringan, dan mudah diterapkan, tetapi hal ini juga menghadirkan beragam tantangan keamanan baru. Dibutuhkan keamanan host dan perencanaan yang matang serta pemahaman mendalam tentang potensi risiko untuk membangun pertahanan kuat yang adaptif dalam lanskap digital yang terus berubah.

    Dengan meningkatnya ketergantungan pada Kubernetes di dunia bisnis, Defenders’ Guide menyediakan analisis enam kerentanan Kubernetes dari tahun 2023–2024, termasuk risiko serangan injeksi perintah.

    “Laporan ini menekankan pentingnya pembaruan patch proaktif dan kewaspadaan terhadap ancaman yang muncul di lingkungan kontainer,” kata Parimal

  • Penipu Kuras Rekening Menyamar Jadi Karyawan, Hati-hati Cek Email

    Penipu Kuras Rekening Menyamar Jadi Karyawan, Hati-hati Cek Email

    Jakarta, CNBC Indonesia – Artificial Intelligence (AI) dimanfaatkan sejumlah pelaku kejahatan untuk melakukan penipuan. Salah satu jenis penipuan dilakukan dengan melakukan panggilan telepon kepada calon korbannya yang memanfaatkan teknologi AI.

    Salah satu yang dihubungi adalah Konsultan Solusi Microsoft, Sam Mitrovic. Dia mendapatkan pemberitahuan adanya pemulihan akun, namun kemudian ia tolak.

    Pemberitahuan baru datang 40 menit kemudian, yang menyebutkan ia telah melewatkan panggilan dari ‘Google Sydney’. Kejadian serupa kembali terjadi satu minggu kemudian.

    Dia mengangkat panggilan telepon dan mendengar seorang pria yang terdengar berasal dari Amerika Serikat (AS) di seberang telepon. Pria itu mengaku berasal dari Google Support.

    Pria itu mengatakan akun Mitrovic melakukan aktivitas mencurigakan dan pelaku penyerangan juga memegang akses selaa seminggu terakhir. Data akun di dalamnya diklaim telah diunduh.

    Namun kemudian Mitrovic sadar ia tengah berbicara dengan AI. Panggilan itu, ia mengatakan memang terdengar sangat sempurna.

    “Orang-orang sibuk dan penipuan ini tampak cukup meyakinkan. Banyak orang akan tertipu, namun pada tingkat individu dengan tools terbaik memiliki kewaspadaan,” jelasnya dikutip dari Tom’s Guide.

    Sebenarnya ada beberapa cara untuk melindungi diri dari penipuan ini. Salah satu yang bisa dilakukan adalah tidak terburu-buru untuk memeriksa email yang masuk. Jika penipu berhasil mengelabui, identitas bisa dicuri dan menyebabkan kerugian sosial dan finansial.

    Pada banyak kesempatan, penipu akan menanamkan rasa urgensi. Dengan begitu membuat calon korbannya merasa cemas dan tertekan, jadi membuat mereka menuruti apapun yang diinginkan para penipu.

    Anda juga perlu memeriksa alamat email atau informasi yang masuk dengan seksama. Pastikan email tersebut memang berasal dari perusahaan terpercaya dan bukan penipuan.

    Jangan lupa untuk menggunakan software antivirus terbaik di dalam perangkat. Dengan begitu membuat perangkat tetap terlindungi dari malware atau virus saat ada email phishing.

    (fab/fab)

  • Mendadak Google Beri Warning ke Pengguna Android, Ada Apa?

    Mendadak Google Beri Warning ke Pengguna Android, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peringatan yang sering muncul di layar pengguna Android dari Google rupanya bukan hal sepele. Peringatan ini muncul saat pengguna mengakses konten berbahaya yang mengandung malware atau upaya phishing.

    “Anda akan melihat peringatan jika konten yang ingin Anda lihat berbahaya atau menipu. Situs-situs ini sering disebut situs ‘phising’ atau ‘malware’,” kata Google, dikutip Sabtu (23/2/2025).

    Menurut Google, jika sebuah situs terdeteksi berbahaya atau menipu, sistem akan menampilkan peringatan kepada pengguna. Situs semacam ini biasanya digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk mencuri informasi pribadi korban, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk penipuan atau dijual ke pihak lain.

    Oleh karena itu, pengguna disarankan untuk selalu memperhatikan peringatan dari Google. Sistem ini bekerja secara otomatis dengan fitur deteksi phishing dan malware yang aktif secara default.

    Setidaknya ada lima peringatan yang kerap diabaikan oleh pengguna Android terkait hal tersebut. Berikut informasinya, dirangkum dari The Sun.

    1. “The site ahead contains malware”

    Website yang Anda kunjungi mungkin akan menginstall software berbahaya alias malware ke komputer

    2. “Deceptive site ahead”

    Website yang Anda kunjungi kemungkinan besar adalah phishing

    3. “Suspicious site”

    Website yang Anda kunjungi mencurigakan dan kemungkinan berbahaya

    4. “The site ahead contains harmful programs”

    Website yang Anda kunjungi mungkin akan menjebak Anda menginstall program yang bisa menyebabkan masalah ketika menggunakan internet

    5. “This page is trying to load scripts from unauthenticated sources”

    Website yang Anda kunjungi berbahaya.

    Aplikasi di luar Play Store

    Peringatan lain dari Google adalah soal menginstal aplikasi dari luar Play Store yang biasanya berbentuk file apk atau sideloading. Tidak seperti iPhone, Google memang sudah lama mengizinkan aplikasi diunduh dan diinstal di luar toko resmi.

    Namun, CEO Google Sundar Pichai memperingatkan para pengguna HP Android untuk tidak melakukan sideloading di perangkat mereka.

    Pembahasan soal sideloading sudah lama menjadi kontroversi. Kubu terpecah menjadi dua, di satu sisi banyak yang menyatakan sideloading memberikan kebebasan dan fleksibilitas bagi pengguna untuk bebas mengakses aplikasi buatan pengembang yang tak tersedia secara resmi.

    Namun, di sisi yang lain menilai sideloading berisiko mendatangkan bahaya. Sebab, aplikasi yang tersedia di toko aplikasi resmi sudah melalui proses penyaringan, sehingga lebih aman.

    Pichai memberikan peringatan ke semua pengguna HP Android bahwa aplikasi sideloading memiliki risiko yang tinggi karena rentan terinfeksi malware.

    Peringatan tersebut sejalan dengan alasan Apple tak mau memberikan izin sideloading. Apple juga menjadikan pernyataan Google sebagai ‘senjata’, dan menyatakan Google saja tahu seberapa besar potensi bahaya yang ditimbulkan oleh aplikasi sideloading.

    Debat soal sideloading bertumpu pada satu hal, yakni bagaimana menciptakan keseimbangan antara kebebasan pengguna dan keamanan pengguna.

    Meski sideloading berisiko mendatangkan virus bahaya, tetapi mekanisme itu dianggap memberikan kebebasan akses bagi pengguna ke semua aplikasi. Selain itu, sideloading juga mengizinkan pengguna untuk mengakses aplikasi beta yang belum resmi.

    Poin tambahan lainnya, sideloading juga turut mendukung para developer aplikasi independen yang tak mau terikat pada sistem aplikasi resmi di Google Play Store atau Apple App Store.

    (pgr/pgr)

  • Pentingnya Manajemen Risiko untuk Serangan Siber

    Pentingnya Manajemen Risiko untuk Serangan Siber

    Jakarta

    Dalam Defenders’ Guide 2025: Fortify the Future of Your Defense, Akamai menekankan pentingnya manjemen risiko untuk menghadapi serangan siber.

    Laporan State of the Internet (SOTI) tipe baru ini menyajikan riset praktis seputar manajemen risiko untuk mengidentifikasi, menilai, dan memitigasi beragam ancaman; cara memperkuat arsitektur jaringan guna menciptakan lapisan-lapisan pertahanan dan mengendalikan potensi pembobolan; serta panduan dalam menerapkan keamanan host untuk mencegah akses tidak sah dan malware pada perangkat pengguna.

    Laporan ini memberikan wawasan baru untuk membantu organisasi-organisasi di wilayah Asia Pasifik dan Jepang (APJ) memperkuat postur keamanan siber mereka.

    Walaupun penilaian risiko dianggap penting untuk mengatasi landskap ancaman yang semakin beragam dan kompleks, pelaksanaannya yang rumit terus memicu perdebatan di kalangan komunitas keamanan.

    Perkembangan kecerdasan buatan dan ketersediaan alat peretasan memudahkan pelaku serangan siber-baik pemula maupun ahli-untuk melakukan aksi mereka. Hal ini membuat berbagai organisasi harus berhadapan dengan lingkungan ancaman digital yang semakin tidak terduga dan lebih berbahaya.

    Lanskap keamanan siber APJ tetap sangat kompleks dan terfragmentasi karena keragaman kawasan yang terdiri dari ekonomi berkembang dan pasar maju. Kawasan ini juga makin menjadi sasaran serangan siber.

    Tahun lalu, APJ menempati posisi kedua sebagai kawasan yang paling sering diserang di dunia untuk serangan DDoS aplikasi web, dengan peningkatan serangan lima kali lipat dari tahun sebelumnya.

    Tanpa badan pengatur terpusat seperti yang dimiliki oleh kawasan-kawasan lain, APJ kesulitan menetapkan protokol standar sehingga membuat berbagai organisasi harus menghadapi ancaman dengan tingkat kesiapan yang beragam.

    Menanggapi hal tersebut, Chief Information Security Officers (CISOs) dan IT Decision Makers (ITDMs) di seluruh APJ secara aktif mengumpulkan informasi dan sumber daya untuk memperkuat organisasi mereka dalam menghadapi ancaman yang terus berkembang.

    “APJ terus menjadi pendorong pertumbuhan bisnis berkat transformasi digital yang cepat dan lanskap ekonomi yang dinamis. Namun, ketika berbagai organisasi mempercepat inisiatif digital mereka, kawasan selalu menjadi target utama serangan siber yang semakin canggih, terutama serangan-serangan yang berbasis AI,” kata Parimal Pandya, SVP dan Managing Director Akamai Technologies APJ, dalam keterangan yang diterima detikINET.

    (asj/rns)

  • Penyebab Iklan Sering Muncul di HP dan Cara Mengatasinya

    Penyebab Iklan Sering Muncul di HP dan Cara Mengatasinya

    Jakarta

    Ketika menggunakan ponsel, iklan kerap muncul saat menggunakan aplikasi atau browsing internet. Iklan pop up dan dalam bentuk lain ini tentunya sangat mengganggu para pengguna handphone (HP).

    Mungkin banyak pengguna HP yang bingung apa yang menyebabkan kemunculan iklan pop up. Berikut penjelasan dari penyebab iklan yang sering muncul di HP dan cara mengatasinya.

    Penyebab Iklan Sering Muncul di HP

    Menurut laman Avast, beberapa pengembang aplikasi menghasilkan uang dari pengiklan yang muncul sebagai iklan pop up. Jadi, iklan tersebut adalah bagian dari keuntungan milik pengembang aplikasi.

    Biasanya, iklan hanya muncul untuk mempromosikan suatu produk atau layanan. Mengutip laman AVG, iklan pop up yang sesekali muncul mungkin bisa bermanfaat dan sesuai target pasar.

    Berbeda halnya dengan iklan yang selalu muncul hingga sangat mengganggu pengguna HP. Iklan ini bisa saja disebabkan malware, adware, atau usaha penipuan.

    1. Adware

    Adware menyerang ponsel secara diam-diam. Ketika pengguna mengunjungi situs web yang tidak aman, apapun yang diklik bisa membawa ke laman berbahaya. Padahal beberapa situs dengan adware mungkin terlihat tidak berbahaya, seperti permintaan mengikuti survei.

    2. Penipuan

    Apabila iklan acak muncul di ponsel android, kemungkinan hal tersebut adalah penipuan yang menargetkan data sensitif pengguna. Taktik umumnya adalah adanya peringatan virus palsu. Sehingga, pengguna akan tertarik mengklik untuk menghapuskan virus.

    Iklan pop up juga bisa berupa pemberian hadiah palsu yang meminta untuk memberi rincian keuangan untuk mengklaim hadiah. Jangan sampai tertipu, sebab penipu bisa menggunakan data pribadi untuk pencurian identitas.

    3. Malware

    Malware adalah perangkat lunak berbahaya yang bertujuan untuk merusak perangkat lunak atau perangkat keras lain. Perangkat ini hadir dalam berbagai bentuk, seperti virus dan ransomware.

    Malware masuk ke ponsel melalui aplikasi palsu, situs web, hingga unduhan yang tidak aman.

    Cara Menghilangkan Iklan Pop Up

    Untuk menghilangkan iklan pop up, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

    1. Perbarui Sistem dan Aplikasi Android

    Memperbarui sistem operasi dan aplikasi ponsel sangat penting untuk menghentikan iklan pop up. Berikut cara update sistem dan aplikasi android.

    Buka aplikasi Google Play StoreKlik ikon profil di kanan atasKlik Kelola Aplikasi dan PerangkatCari aplikasi yang dibeli label Pembaruan TersediaKlik Perbarui

    2. Instal Aplikasi Pemblokir Iklan Pop Up

    Aplikasi pemblokir yang tepat bisa mengurangi gangguan hingga meningkatkan keamanan. Tapi hati-hati, beberapa aplikasi yang mengklaim sebagai pemblokir iklan sebenarnya justru aplikasi mata-mata. Pastikan kamu memilih aplikasi yang aman dan terpercaya dari Google Play.

    3. Copot Aplikasi yang Mencurigakan

    Jika kamu tiba-tiba mendapatkan banyak pop up, kemungkinan penyebabnya adalah aplikasi yang baru diunduh atau diperbarui. Mengutip laman Asurion, copot pemasangannya dan lihat apakah iklan pop up yang muncul berkurang.

    Cara lain untuk menemukan sumber pop-up yaitu, buka aplikasi Google Play Store, buka Menu, lalu Play Protect untuk memindai aplikasi yang bermasalah. Jika ada pesan bahwa aplikasi tersebut tidak berbahaya, berarti aplikasi tersebut aman.

    (elk/row)

  • FBI Warning Serangan Besar-besaran di 70 Negara

    FBI Warning Serangan Besar-besaran di 70 Negara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan keamanan Siber dan Infrastruktur AS (CISA) dan Biro Investigasi Federal AS (FBI) memberikan peringatan bahaya. Kedua lembaga tersebut menyebut penjahat siber dengan nama ‘Ghost’ berhasil membobol korban dari beragam sektor industri di 70 negara.

    Beberapa industri yang dimaksud adalah organisasi infrastruktur kritis, kesehatan, pemerintahan, pendidikan, teknologi, manufaktur, hingga bisnis kecil dan menengah (UMKM).

    “Di awal 2021, penjahat siber ‘Ghost’ mulai melakukan serangan terhadap korban yang memiliki sistem software atau firmware lawas,” kata CISA dan FBI dalam pernyataan gabungan, dikutip dari BleepingComputer, Jumat (21/2/2025).

    Lebih lanjut, CISA dan FBI mengatakan penyerangan dengan sasaran khusus ini menyebar di 70 negara, termasuk China.

    Operator ransomware Ghost biasanya merotasi malware yang dapat dieksekusi, mengubah ekstensi file dari file terenkripsi, mengubah konten catatan tebusan, dan menggunakan beberapa alamat email untuk komunikasi tebusan, yang sering kali menyebabkan atribusi grup berfluktuasi dari waktu ke waktu.

    Nama-nama yang terkait dengan grup penjahat siber ini adalah Ghost, Cring, Crypt3r, Phantom, Strike, Hello, Wickrme, HsHarada, dan Rapture. Beberapa contoh ransomware yang digunakan dalam serangan adalah Cring.exe, Ghost.exe, ElysiumO.exe, dan Locker.exe.

    Untuk menghindari serangan ransomware Ghost, pemilik jaringan perlu melakukan beberapa hal ini:

    Rutin menyalakan dan mematikan sistem pencadangan yang tak bisa dienkripsi oleh ransomware.
    Menambah celah keamanan pada sistem operasi, software, dan firmware.
    Fokus mengawasi kerentanan yang ditargetkan ransomware Ghost. Misalnya CVE-2018-13379, CVE-2010-2861, CVE-2009-3960, CVE-2021-34473, CVE-2021-34523, CVE-2021-31207.
    Membatasi kontak dengan perangkat yang terinfeksi.
    Melakukan otentikasi multi-faktor (MFA) untuk menghindari serangan phishing dan serangan lainnya untuk semua akun dan email penting.

    (fab/fab)

  • Indeks Keselamatan Jurnalis 2024: Serangan Digital Meningkat, Media di Indonesia Terancam

    Indeks Keselamatan Jurnalis 2024: Serangan Digital Meningkat, Media di Indonesia Terancam

    Jakarta (beritajatim.com) – Yayasan Tifa, Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN), dan Human Rights Working Group (HRWG) meluncurkan skor terbaru Indeks Keselamatan Jurnalis di Indonesia di Jakarta Selatan, pada Kamis (20/2/2025). Riset ini mencatat skor keselamatan jurnalis selama 2024 sebesar 60,5 poin, masuk dalam kategori “agak terlindungi”. Peluncuran indeks ini bertepatan dengan Konvensi Media di Dewan Pers dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional.

    Meski ada peningkatan skor dari tahun sebelumnya, riset ini menemukan bahwa ancaman terhadap jurnalis dan media justru meningkat, terutama dalam bentuk intimidasi, serangan fisik, dan ancaman digital seperti doxing di media sosial. Secara khusus, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menyoroti maraknya serangan DDoS (Distributed Denial of Service) yang menargetkan media dengan pemberitaan kritis dan independen.

    Serangan DDoS mengganggu operasional media dan kebebasan pers di Indonesia. Dampaknya tidak hanya membuat berita sulit diakses karena situs mengalami gangguan, tetapi juga meningkatkan biaya operasional perusahaan media. AMSI menegaskan bahwa perlindungan terhadap pers harus mencakup aspek fisik, digital, dan ekonomi agar media tetap berfungsi sebagai pilar demokrasi.

    Riset kualitatif AMSI pada Desember 2024 menemukan bahwa serangan DDoS sering menargetkan media online yang membahas isu sensitif seperti korupsi, judi online, dan pelanggaran HAM. Responden dalam riset ini meliputi Tempo, KBR, Narasi, Suara.com, Project Multatuli, Pojoksatu.id, dan Harapanrakyat.com.

    Ketua Umum AMSI Wahyu Dhyatmika menekankan pentingnya memperluas definisi kekerasan terhadap pers agar mencakup serangan digital terhadap perusahaan media. “Di era digital ini, perusahaan media justru kerap jadi korban serangan digital yang bertujuan untuk menghalangi akses publik untuk tahu masalah-masalah sensitif yang diangkat oleh jurnalis,” katanya. “Perlu ada upaya sistematis untuk melindungi perusahaan media dari ancaman kebangkrutan akibat tidak mampu membayar biaya server yang mendadak melonjak akibat serangan digital,” tambahnya.

    Salah satu serangan digital terbesar dialami Narasi.tv pada September 2022, ketika situs mereka tak bisa diakses akibat serangan DDoS. Bahkan, beberapa perangkat dan akun media sosial awak Narasi diretas. “Diam atau mati,” demikian ancaman yang diterima tim Narasi setelah serangan itu. Meski kasus ini telah dilaporkan sejak 2022, hingga kini pelaku belum terlacak.

    Serangan DDoS juga berdampak luas pada media nasional dan lokal. Pada 2023, Tempo mengalami serangan berat usai menerbitkan berita tentang judi online dan kepolisian. Suara.com mengalami serangan serupa pada Oktober 2023, dengan lonjakan traffic mencurigakan yang memperlambat kinerja server. Pojoksatu.com bahkan menerima serangan DDoS berulang dari 2020 hingga 2022, dengan jutaan IP asing membanjiri server mereka.

    Direktur Utama Harapanrakyat.com, Subagja Hamara, menyatakan bahwa serangan digital berdampak signifikan pada kinerja bisnis media. “Serangan DDoS dan malware menghancurkan performa kami. Traffic turun sampai 80 persen, adsense juga turun. Dan sampai hari ini kami masih harus perbaiki dampaknya,” katanya.

    Serangan digital tidak hanya membebani biaya server, tetapi juga memengaruhi kebijakan redaksi. Beberapa media terpaksa menurunkan konten untuk mencegah serangan lebih lanjut. “Kalau sudah begitu, kami terpaksa menurunkan konten. Kalau tidak, serangan akan menyebar ke konten yang lain,” ujar Muhammad Ridwan dari Pojoksatu.com.

    AMSI mendesak Dewan Pers dan Kementerian Komunikasi Digital untuk mengambil langkah konkret dalam menangani serangan digital terhadap media. “Jangan sampai media di Indonesia tidak ada yang berani menerbitkan berita kritis dan independen, karena khawatir dibangkrutkan lewat serangan digital yang tak bertanggung jawab,” kata Wahyu Dhyatmika. [beq]

  • Bagaimana Teknologi AI Bisa Menangkalnya?

    Bagaimana Teknologi AI Bisa Menangkalnya?

    Jakarta

    Fenomena deepfake semakin mengkhawatirkan di dunia digital. Berdasarkan laporan Entrust Cybersecurity Institute serangan deepfake terjadi setiap lima menit di tahun 2024, dengan peningkatan pemalsuan dokumen digital sebesar 244% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menjadi tantangan besar bagi bisnis dan individu dalam memastikan keamanan data serta keabsahan konten digital.

    Evolusi Deepfake di ASEAN dalam 5-10 Tahun Mendatang

    Kawasan ASEAN diprediksi akan menghadapi tantangan besar dari perkembangan deepfake dalam dekade mendatang. Deloitte mencatat bahwa 59% masyarakat merasa kesulitan membedakan konten asli dengan hasil AI. Sementara itu, 84% dari mereka yang akrab dengan teknologi AI menyatakan bahwa konten yang dibuat AI harus diberi label yang jelas.

    Dengan meningkatnya volume dan kecanggihan deepfake, industri yang bergerak dalam dunia digital seperti iGaming (1520%), marketplace (900%), fintech (533%), crypto (217%), dan konsultasi (138%) mengalami peningkatan paparan terhadap risiko deepfake. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan mulai mengambil langkah strategis dalam menghadapi ancaman ini.

    Inisiatif Global dalam Menangkal Deepfake

    Sejumlah perusahaan teknologi dunia turut bergerak dalam melawan penyebaran deepfake dengan mengembangkan berbagai sistem keamanan. Adobe, Arm, Intel, Microsoft, dan Truepic misalnya, yang mendirikan Content Provenance and Authenticity (C2PA) untuk mengembangkan standar sertifikasi konten digital. Microsoft menggunakan AI untuk mendeteksi deepfake dengan fitur otomatis yang mengaburkan wajah dalam konten yang diunggah ke Copilot.

    Truepic dan Qualcomm mengembangkan teknologi enkripsi media di Snapdragon® 8 Gen 3 Mobile Platform untuk memastikan keaslian konten sejak pertama kali dibuat. McAfee memanfaatkan AI Snapdragon X Elite NPU untuk mendeteksi deepfake secara lokal, meningkatkan kecepatan dan menjaga privasi pengguna.

    Efektivitas Deteksi AI Deepfake di ASEAN

    Teknologi AI berbasis perangkat menjadi salah satu langkah efektif dalam menghadapi deepfake. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Marco Kamiya, perwakilan UNIDO Kantor Sub-Regional di Jakarta.

    AI Deepfake Detection dapat mengidentifikasi anomali seperti gerakan mata, pencahayaan, kejelasan gambar, serta pemutaran video, yang sering kali luput dari perhatian manusia.

    “Penggunaan AI Deepfake Detection pada perangkat seluler adalah senjata ampuh untuk melawan deepfake. Teknologi ini dapat mendeteksi kekurangan dalam konten deepfake yang mungkin tidak terlihat oleh mata manusia, seperti kontak mata, pencahayaan, kejernihan gambar, dan pemutaran video. Dengan begitu, AI dapat mencegah orang untuk terus terlibat dengan risiko potensial terhadap keselamatan mereka,” ujar Marco Kamiya kepada detikcom, Kamis (20/2/2025).

    Marco Kamiya, Perwakilan UNIDO Foto: dok. Istimewa

    “Hal ini memungkinkan individu, UKM, dan industri untuk menikmati kenyamanan komunikasi digital tanpa khawatir akan kebocoran privasi dan risiko penipuan,” tambah Kamiya.

    Langkah ini penting mengingat 49% perusahaan telah mengalami serangan deepfake audio dan video dalam periode November 2023 hingga November 2024. Sayangnya, 61% eksekutif bisnis mengakui belum memiliki protokol khusus untuk menangani risiko deepfake. Oleh karena itu, adopsi teknologi AI Deepfake Detection menjadi solusi yang krusial dalam melindungi individu maupun bisnis.

    HONOR hadir dengan solusi inovatif melalui teknologi AI Deepfake Detection, sebuah fitur berbasis AI yang mampu mendeteksi pemalsuan wajah secara real-time di perangkat seluler. Teknologi ini dirancang untuk melindungi pengguna dari konten sintetis yang sulit dikenali oleh mata manusia.

    Ciri-Ciri Deepfake yang Dapat Dikenali AI

    Deepfake sering kali sulit dibedakan dengan konten asli karena kemajuan teknologi AI dalam menghasilkan gambar dan video yang realistis. Namun, HONOR AI Deepfake Detection menggunakan pendekatan komprehensif untuk mengidentifikasi deepfake dengan menganalisis beberapa elemen kunci, seperti:

    Ketidaksempurnaan piksel pada area wajah yang dihasilkan AI.Artefak komposit pada tepi gambar yang menunjukkan manipulasi digital.Konsistensi antara frame video untuk mendeteksi perubahan abnormal.Keanehan pada gaya rambut dan posisi telinga yang sering tidak selaras dengan wajah asli.Gangguan visual seperti jitter dan flicker yang muncul akibat proses penyuntingan AI.

    “Teknologi AI Deepfake Detection HONOR adalah solusi AI berbasis perangkat yang secara ahli mendeteksi pemalsuan wajah dan memperingatkan pengguna tentang potensi risiko dengan cepat. Dilatih dengan dataset besar dari video dan gambar, teknologi ini dapat dengan cepat mendeteksi serta memberi peringatan kepada pengguna mengenai wajah yang dihasilkan atau diubah,” ujar Juru Bicara HONOR, Justin Li.

    Dengan kemampuan ini, fitur AI Deepfake Detection dapat memberikan peringatan dini kepada pengguna jika terdapat indikasi konten yang telah dimanipulasi.

    Keamanan Digital dengan HONOR MagicOS

    HONOR memperkuat fitur AI Deepfake Detection dengan MagicGuard, sistem keamanan terintegrasi dalam HONOR MagicOS yang menawarkan perlindungan tiga lapis di tingkat chipset, sistem operasi, dan aplikasi.

    “Teknologi AI Deepfake Detection eksklusif milik HONOR merupakan kemajuan penting dalam melindungi pengguna dari kerentanan terkait AI berbasis cloud, seperti malware atau pelanggaran keamanan. Jawaban HONOR atas masalah ini adalah melalui penerapan perlindungan di tingkat chip yang tertanam dalam HONOR MagicOS. MagicGuard, langkah keamanan menyeluruh dalam MagicOS, mencakup tiga bentuk perlindungan di tingkat chipset, sistem operasi, dan aplikasi. Melalui kemitraan dengan para pemimpin teknologi industri, HONOR MagicOS bertujuan untuk menawarkan enkripsi berbasis perangkat keras guna melindungi data pengguna, memberikan privasi dan keamanan yang lebih baik,” papar Justin Li.

    Dengan pertumbuhan pasar deteksi deepfake yang diproyeksikan mencapai US$ 15,7 miliar pada 2026, teknologi seperti HONOR AI Deepfake Detection menjadi elemen penting dalam menjaga keabsahan konten digital dan keamanan pengguna di era AI.

    (prf/ega)

  • Cara Memulihkan Akun WhatsApp yang Diblokir karena Spam

    Cara Memulihkan Akun WhatsApp yang Diblokir karena Spam

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jika akun WhatsApp Anda tiba-tiba terblokir karena dugaan aktivitas spam, jangan panik. Ada beberapa cara untuk mengatasinya dan mendapatkan kembali akses ke akun Anda. Berikut adalah panduan lengkap yang bisa Anda ikuti.

    1. Memahami Penyebab Pemblokiran

    Sebelum mencoba memulihkan akun, penting untuk mengetahui alasan pemblokiran. WhatsApp memblokir akun pengguna jika terdeteksi melakukan aktivitas yang melanggar kebijakan mereka. Beberapa penyebab umum meliputi:

    Mengirim pesan dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

    Mendapat banyak laporan dari pengguna lain terkait spam.

    Menggunakan aplikasi WhatsApp tidak resmi (misalnya WhatsApp GB atau WhatsApp Plus).

    Akun terinfeksi malware yang mengirim pesan spam secara otomatis.

    Jika pemblokiran bersifat sementara, biasanya akan ada pemberitahuan tentang durasi pemblokiran. Jika Anda melihat pesan ini, tunggu hingga masa blokir selesai sebelum mencoba mengakses akun kembali.

    3. Mengajukan Banding dari Aplikasi WhatsApp

    Jika Anda merasa pemblokiran terjadi karena kesalahan, ajukan banding langsung melalui aplikasi WhatsApp dengan langkah berikut:

    Buka WhatsApp.

    Jika akun terblokir, akan muncul notifikasi “Akun ini tidak diizinkan menggunakan WhatsApp”.

    Ketuk “Minta Peninjauan”.

    Isi formulir yang tersedia dengan menjelaskan situasi Anda.

    Kirim permintaan dan tunggu respons dari WhatsApp.

    4. Menghubungi Layanan Bantuan WhatsApp

    Jika permintaan banding Anda ditolak atau tidak ada opsi banding, coba hubungi dukungan WhatsApp secara langsung:

    Buka situs resmi WhatsApp.

    Cari bagian “Bantuan” atau “Hubungi Kami”.

    Kirim permintaan dukungan dengan menjelaskan situasi secara jelas.

    Tunggu balasan dari tim WhatsApp.

    5. Menghapus WhatsApp Tidak Resmi

    Jika Anda menggunakan versi WhatsApp yang tidak resmi, seperti WhatsApp GB atau WhatsApp Plus, segera hapus aplikasi tersebut. Kemudian, unduh dan instal WhatsApp resmi dari Google Play Store atau App Store untuk menghindari pemblokiran di masa mendatang.

    6. Memeriksa dan Membersihkan Perangkat

    Jika Anda tidak merasa melakukan spam tetapi tetap diblokir, ada kemungkinan perangkat Anda terinfeksi malware. Gunakan antivirus terpercaya untuk memindai dan menghapus malware yang mungkin menyebabkan aktivitas mencurigakan.

    7. Bersabar dan Hindari Tindakan Berisiko

    Proses pemulihan akun bisa memakan waktu. Jangan mencoba membuat akun baru dengan nomor yang sama hingga ada kepastian dari WhatsApp. Selain itu, hindari mengirimkan pesan massal atau bergabung dalam terlalu banyak grup dalam waktu singkat.

    8. Mempelajari dan Mengikuti Kebijakan WhatsApp

    Setelah akun Anda berhasil dipulihkan, pastikan untuk membaca dan memahami kebijakan WhatsApp agar tidak mengalami pemblokiran lagi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

    Hindari mengirim pesan dalam jumlah besar ke kontak yang tidak dikenal.

    Jangan menggunakan aplikasi pihak ketiga yang tidak diizinkan oleh WhatsApp.

    Berhati-hati dalam membagikan tautan atau file yang mencurigakan.

    9. Mengaktifkan Verifikasi Dua Langkah

    Untuk meningkatkan keamanan akun, aktifkan fitur verifikasi dua langkah dengan langkah berikut:

    Buka WhatsApp dan masuk ke “Pengaturan”.

    Pilih “Akun” dan kemudian “Verifikasi dua langkah”.

    Aktifkan fitur ini dan buat PIN keamanan.

    Tambahkan alamat email pemulihan untuk keamanan ekstra.

    10. Memastikan Informasi Kontak Selalu Terbaru

    Pastikan nomor telepon dan email yang terhubung dengan akun WhatsApp selalu diperbarui. Ini akan membantu dalam proses pemulihan jika terjadi masalah di masa mendatang.

    Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, Anda bisa meningkatkan peluang untuk mendapatkan kembali akses ke akun WhatsApp Anda dan menghindari pemblokiran di kemudian hari.

    Jika akun WhatsApp Anda Masih Tidak Bisa Dipulihkan

    1. Coba Hubungi WhatsApp Melalui Email

    Jika dukungan dalam aplikasi tidak berhasil, kirim email langsung ke WhatsApp:

    Untuk pengguna Android: [email protected]
    Untuk pengguna iPhone: [email protected]
    Dalam email, sertakan nomor telepon dengan format internasional (+62 untuk Indonesia) dan jelaskan masalah Anda dengan jelas.

    2. Gunakan Nomor Telepon Lain untuk Menghubungi WhatsApp

    Jika akun Anda benar-benar terblokir permanen dan tidak ada tanggapan dari WhatsApp, coba gunakan nomor lain untuk menghubungi layanan dukungan mereka. Kadang-kadang, respons lebih cepat jika dikirim dari nomor yang masih aktif.

    3. Pastikan Nomor Anda Tidak Didaftarkan di Banyak Perangkat

    WhatsApp mungkin memblokir akun jika mendeteksi akses dari banyak perangkat dalam waktu singkat. Jika Anda baru saja login dari berbagai tempat, coba tunggu beberapa jam sebelum mencoba lagi.

    4. Coba Daftar dengan Nomor yang Sama Setelah Beberapa Hari

    Jika WhatsApp menyatakan bahwa akun diblokir secara permanen, tunggu sekitar 7-30 hari, lalu coba daftar ulang dengan nomor yang sama. Kadang, pemblokiran bisa dicabut secara otomatis.

    5. Pertimbangkan Menggunakan Nomor Baru

    Jika semua cara sudah dicoba dan akun tetap tidak bisa dipulihkan, Anda mungkin perlu membuat akun baru dengan nomor lain. Pastikan untuk mengikuti kebijakan WhatsApp agar tidak mengalami masalah serupa di masa depan.

    (dag/dag)