Produk: lemak

  • Intip, Tips Melakukan Diet Sehat di Bulan Puasa

    Intip, Tips Melakukan Diet Sehat di Bulan Puasa

    1. Tetap Sahur dengan Makanan Bergizi

    Meskipun berpuasa sering kali membuat banyak orang tergoda untuk melewatkan sahur tetapi hal tersebut tetap penting untuk dilakukan. Pasalnya sahur membantu mempertahankan energi selama berpuasa.

    Namun, ketika diet sehat pilih makanan yang kaya akan protein dan serat seperti roti gandum, buah-buahan, sayuran segar, susu, yogurt, telur, dan kacang-kacangan. 

    2. Hindari Makanan Berminyak

    Mengonsumsi makanan berminyak seperti gorengan saat berbuka dapat meningkatkan asupan kalori dan lemak tidak sehat. Sebagai alternatif, pilih makanan yang lebih sehat dan rendah lemak. 

    3. Pilih Karbohidrat Kompleks

    Karbohidrat kompleks seperti nasi merah, roti gandum utuh, kentang, ubi jalar, jagung, dan buncis sangat direkomendasikan untuk memberikan energi yang tahan lama dan membantu tubuh merasa kenyang lebih lama. 

  • Ramai Netizen Ngeluh Telat Haid saat Puasa, Memang Sengaruh Apa? Ini Kata Obgyn

    Ramai Netizen Ngeluh Telat Haid saat Puasa, Memang Sengaruh Apa? Ini Kata Obgyn

    Jakarta

    Ramai warganet di media sosial X membahas perubahan siklus haid selama bulan Ramadan. Banyak dari mereka mengaku telat haid selama memasuki bulan Ramadan ini. Mereka menduga ini berkaitan erat dengan perubahan pola makan yang terjadi selama bulan Ramadan.

    “guys ini seluruh wanita diindonesia pada telat haid semua kah?” kata pemilik akun X @a***ann***y.

    “Kalian ngerasa ga kalo bulan ramadhan mens jd telat tapi udah ngerasain nyeri pinggang perut dan semua rasa sakit mens tapi ga ada darah yang keluar. Udah dua harian ngerasa nyeri di area pinggang dan sekitar tapi ga haid-haid:). Ada yang sama ga? Ga pernah serindu ini sama mens,” ujar netizen lain.

    Berkaitan dengan hal tersebut, spesialis obstetri dan ginekologi dr Muhammad Fadli, SpOG menjelaskan perubahan pola makan selama bulan Ramadan memang dapat berpengaruh pada siklus haid seseorang. Meskipun kompleks, perubahan pola makan yang terjadi selama Ramadan dapat mempengaruhi hormon-hormon yang berkaitan dengan menstruasi.

    Defisit kalori yang terjadi selama bulan puasa, dapat mempengaruhi kadar estrogen dalam tubuh, sehingga mempengaruhi siklus haid. Ia menyebut perubahan waktu istirahat selama Ramadan juga dapat mempengaruhi hal ini.

    “Jam makan kan kita sahur, buka, gitu ya, maka kita juga beribadah di bulan puasa mungkin waktu istirahat kita akan sedikit berkurang. Maka dengan kurangnya beristirahat, maka keluarlah hormon stres, atau kortisol,” ucap dr Fadli ketika dihubungi detikcom, Jumat (14/3/2025).

    “Stres atau hormon kortisol ini meningkat ini bisa mempengaruhi hormon-hormon lain untuk haid yang FSH (Follicle-Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) yang menyebabkan gangguan ovulasi,” sambungnya.

    Pun sebaliknya, kecenderungan orang-orang ‘balas dendam’ dan makan lebih banyak selama bulan puasa juga dapat mempengaruhi pola haid. Ini disebabkan oleh penumpukan lemak berlebih yang terjadi pada tubuh.

    “Jadi kalaupun mau ada penurunan berat badan, pasti dilakukan secara yang wajar sehingga tidak sampai mempengaruhi hormon dalam tubuh,” sambungnya.

    Meski demikian, dr Fadli mengingatkan puasa selama Ramadan memberikan manfaat yang sangat besar untuk tubuh. Perubahan ini menurutnya sedikit menunjukkan masyarakat mungkin sudah overeating atau terlalu banyak makan selama ini.

    Terlebih, jenis makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia cenderung mengandung karbohidrat berlebih.

    “Tapi kembali lagi berpuasa memang ini banyak terjadi yang bagus-bagus untuk kita dan seharusnya dia tidak akan mempengaruhi pola haid yang sedemikian rupa,” jelasnya.

    “Malah lebih bagus menurunkan kadar lemak, adiposa dalam tubuh, yang mana kalau kadar adiposa kadar lemak yang cukup banyak ini bisa bikin estrogen level meningkat, yang bisa mempengaruhi pola haidnya juga,” tandas dr Fadli.

    (avk/kna)

  • Ini Komoditas Ekspor dan Impor RI Terbanyak Sepanjang 2024

    Ini Komoditas Ekspor dan Impor RI Terbanyak Sepanjang 2024

    Jakarta

    Kegiatan ekspor dan impor berperan penting dalam perekonomian sebuah negara. Ekspor secara umum dapat meningkatkan devisa negara hingga memperbanyak lapangan kerja. Adapun kebutuhan akan barang dan jasa yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri bisa diperoleh dari negara lain melalui impor.

    Ekspor-impor Indonesia sepanjang 2024 sendiri menorehkan kinerja positif. Hal ini menunjukkan perekonomian RI yang tetap stabil. Sejumlah barang tercatat sebagai komoditas unggulan. Apa saja?

    Barang Paling Banyak Diekspor RI Selama 2024

    Total nilai ekspor RI sepanjang 2024 secara keseluruhan sebesar USD 264,70 miliar, naik 2,29% year on year (yoy) dibandingkan 2023. Volume ekspornya pun meningkat sebesar 5,37% yoy. Berikut komoditas ekspor andalan:

    Komoditas Ekspor Unggulan

    Barang yang paling banyak diekspor Indonesia sepanjang 2014 adalah:

    Bahan bakar mineral 15,94%.Lemak dan minyak hewani/nabati 10,78%.Besi dan baja 10,37%.

    Secara umum, sektor nonmigas menjadi pendongkrak kinerja ekspor tahun lalu, terutama industri pengolahan. Bidang industri pengolahan adalah cabang manufaktur yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi.

    Dilansir situs Badan Kebijakan Fiskal dan Kemendag RI, kontribusi sektor nonmigas mencapai 74,25% terhadap total ekspor 2024. Nilai kontribusi ini mencapai USD 248,83 miliar pada 2024, atau meningkat 2,46% daripada 2023.

    Komoditas Ekspor dengan Kenaikan Terbesar

    Sepanjang 2024, sektor lain menunjukkan tren positif melalui kenaikan ekspor. Sektor tersebut adalah:

    Pertanian, naik sebesar 29,81%.Industri, naik sebesar 5,33%.

    Sementara, komoditas dengan peningkatan ekspor terbesar di 2014 terdiri dari:

    Kakao dan lahannya, naik 118,63%.Barang dari besi dan baja, naik 101,10%.Aluminium dan barang daripadanya, naik 70,07%.Kopi, teh, dan rempah-rempah, naik 67,27%.Tembaga dan barang daripadanya, naik 51,11% (CtC).

    Untuk negara tujuan utama ekspor, China masih menduduki posisi pertama dengan share 26,40%. Disusul Amerika Serikat (AS) dengan 11,22% dan Jepang dengan 6,59%.

    Pasar utama ekspor nonmigas 2024 masih dipegang oleh China, AS, dan India. Nilai kontribusi ketiganya mencapai USD 106,86 miliar atau setara 42,94% dari total ekspor nonmigas nasional.

    Barang Paling Banyak Diimpor RI Selama 2024

    Kinerja impor RI sendiri sepanjang 2024 turut mengalami peningkatan, terlihat dari nilainya yang mencapai USD 233,66 miliar. Nilainya naik 11,07% dan volumenya bertambah 3,37% yoy dibanding 2023. Berikut komoditas impor primadona:

    Komoditas Impor Unggulan

    Jenis barang yang paling banyak diimpor RI selama 2024 adalah mesin dan perlengkapan elektrik. Secara umum, impor Indonesia didominasi sektor bahan baku/penolong dan barang modal dengan kontribusi keduanya mencapai 90,28% dari total impor 2024.

    Bahan baku/penolong (raw material support) merupakan bahan pelengkap dalam proses produksi untuk menghasilkan produk dengan parameter tertentu. Contoh bahan baku/penolong adalah makanan minuman, bahan baku industri, bahan bakar, suku cadang dan perlengkapan alat angkutan, serta barang modal.

    Sementara barang modal (capital goods) adalah barang tahan lama untuk kelangsungan kegiatan produksi. Jenis barang ini terdiri dari mobil penumpang, alat angkutan untuk industri dan barang modal lain selain alat angkutan.

    Komoditas Impor dengan Kenaikan Terbesar

    Peningkatan kinerja impor 2024 terutama didorong oleh impor sektor nonmigas mencapai 6,09%. Sementara sektor migas naik 1,24%.

    Barang impor nonmigas dengan kenaikan paling besar, yaitu:

    Logam mulia dan perhiasan/permata, naik 70,94%.Kakao dan olahannya, naik 48,81%.Bahan kimia anorganik, naik 22,93%.Kain rajutan, naik 17,41%.Perangkat optik, fotografi, sinematografi, naik 16,56%.

    Berdasarkan golongan penggunaan barang, komoditas impor dengan peningkatan terbesar sepanjang 2024, yaitu:

    Barang konsumsi, naik 5,37%.Barang modal, naik 5,34%.Bahan baku/penolong, naik 5,29%.

    Adapun yang termasuk barang konsumsi (consumption goods) adalah semua jenis barang untuk keperluan rumah tangga. Misal makanan, minuman, bahan bakar, alat angkutan, dan lainnya.

    Tiongkok, Jepang, dan Australia menjadi negara asal barang impor yang mendominasi dengan share ketiganya mencapai 48,69% dari total impor nonmigas 2024.

    Meningkatnya kinerja impor cukup membuat para pengusaha ketar-ketir. Menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terdahulu Arsjad Rasjid, dilansir pemberitaan detikcom, banyaknya barang impor yang masuk ke dalam negeri dikhawatirkan mengancam ketersediaan lapangan kerja di Tanah Air.

    (azn/row)

  • Apakah Aman Konsumsi Mi Instan saat Sahur? Ini Kata Dokter

    Apakah Aman Konsumsi Mi Instan saat Sahur? Ini Kata Dokter

    Jakarta – Saat sahur, umat muslim dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi agar memberikan energi selama berpuasa. Namun, ada beberapa orang yang lebih memilih mengkonsumsi mi instan ketika sahur.

    Mi instan terkadang menjadi solusi cepat jika waktu sahur sudah mepet waktu imsak. Cukup rebus mi dan tuangkan bumbu ke dalam mangkuk, kamu sudah bisa menikmati mi instan sebagai menu sahur dadakan.

    Namun, apakah aman mengkonsumsi mi instan saat sahur? Simak penjelasannya dalam artikel ini.

    Mengkonsumsi Mi Instan saat Sahur

    Dokter spesialis penyakit dalam dr Mario Budi Purwanegara Tambunan, SpPD, KGEH mengatakan, tidak sepenuhnya menyalahkan makan sahur dengan mi instan. Apalagi jika kamu bangun sahur sudah telat dan tidak punya banyak waktu untuk memasak makanan.

    “Kalau kepepet ya apa boleh buat, tak ada rotan akar pun jadi kalau kata orang. Kalau sudah habit-nya begitu, dan tidak ada masalah dengan lambungnya, no problem,” kata dr Mario kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    Namun, mengkonsumsi mi instan terlalu sering juga tidak baik untuk kesehatan. Terlebih jika dimakan saat sahur karena berisiko menyebabkan masalah pada pencernaan. Bagi pengidap masalah lambung juga tidak disarankan mengkonsumsi mi instan terlalu sering saat sahur.

    “Kalau sudah ada masalah lambung, itu pasti akan refluks, nggak mampu kalorinya membakar seperti itu,” paparnya.

    dr Mario mengungkapkan, memang ada sejumlah orang yang tidak terganggu kesehatannya meski mengkonsumsi mi instan saat sahur. Meski begitu, apa yang terjadi pada seseorang belum tentu akan dirasakan oleh orang lain.

    “Pada umumnya kalau sudah habit-nya begitu, tergantunglah. ‘Saya biasa kok’, oke, tapi yang lain belum tentu kan? Kembali lagi ke kebiasaan sehari-hari.”

    “Tapi kan biasa seperti itu punya waktu renggang. Kita kan tahu makanan seperti mi (instan) itu mengandung banyak penyedap dan lain sebagainya,” ucap dr Mario.

    Namun, segala sesuatu yang berlebihan juga tidak baik untuk kesehatan. Oleh sebab itu, dr Mario menyarankan agar lebih baik mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi daripada harus mengandalkan mi instan sebagai menu sahur.

    “Kalau bisa saran saya makanlah empat sehat, dan kalau tidak ada masalah lambung, lima sempurna dengan susu,” pungkasnya.

    Saat sahur, sebaiknya pilih makanan yang sehat sekaligus memberikan rasa kenyang lebih lama. Makanan bernutrisi tinggi juga dapat membantu tubuh lebih berenergi selama menjalankan puasa.

    Nah, ada sejumlah pilihan menu makanan sehat untuk sahur yang dapat memenuhi gizi seimbang saat puasa. Mengutip situs Medical News Today, berikut pilihan menu makannya:

    KentangKacang-kacanganMakanan serat tinggiProduk susu rendah lemakTelurDaging rendah lemak, seperti dada ayam dan sapiIkan segar, seperti ikan tuna atau ikan kakap.

    Selain itu, imbangi juga dengan minum air putih yang cukup saat sahur dan setelah berbuka puasa agar tubuh tetap terhidrasi.

    (ilf/fds)

  • Ini yang Harus Diperhatikan Pasien Penyakit Ginjal Sebelum Menjalankan Puasa Ramadan – Halaman all

    Ini yang Harus Diperhatikan Pasien Penyakit Ginjal Sebelum Menjalankan Puasa Ramadan – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi dr. Tunggul D. Situmorang, mengatakan, pasien penyakit ginjal kronis (PGK) tetap diperbolehkan menjalani puasa saat bulan Ramadan.

    Namun dengan syarat pasien tersebut sudah terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan dokter.

    Berikut hal-hal yang harus diperhatikan pasien PGK saat berpuasa seperti yang disampaikan dokter Tunggul dalam kegiatan temu media bersama Bayer di Jakarta pada Kamis (13/3/2025).

    “Pasien dengan PGK diperbolehkan berpuasa setelah lebih dahulu berkonsultasi dengan dokter,” ujar dia.

    Kemudian, pasien sarankan mencoba berpuasa lebih dahulu 1 minggu sebelum bulan Ramadan  untuk melihat apakah cukup aman menjalankan puasa pada saat bulan Ramadan.

    Konsumsi air yang cukup pada saat sahur dan berbuka puasa untuk mencegah tidak dehidrasi.

    Pasien penyakit ginjal kronis juga harus konsumsi diet seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan serat.

    “Pada saat sahur dan berbuka hindari konsumsi makanan yang tinggi kalium dan fosfor,” tutur dokter Tunggul.

    Tetap rutin konsumsi obat-obat dengan menyesuaikan waktu sahur dan berbuka puasa.

    Bila mengalami kondisi lemas, pusing, mual,muntah, sesak nafas segera batalkan puasa dan konsultasikan kepada dokter.

    Diketahui PGK merupakan kelainan struktur atau fungsi ginjal yang sudah berlangsung selama minimal 3 bulan, dengan dampak pada kesehatan, walaupun sering tidak bergejala dan tidak dirasakan.

    Salah satu kelompok yang paling berisiko adalah pasien dengan Diabetes Tipe 2, dengan sekitar 40 persen diantaranya mengalami komplikasi PGK ini. Sayangnya, banyak penyandangnya tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami PGK hingga sudah mencapai tahapan lanjut.

     

     

  • 5 Penyebab Sembelit Saat Puasa dan Cara Mencegahnya

    5 Penyebab Sembelit Saat Puasa dan Cara Mencegahnya

    Jakarta, Beritasatu.com – Bulan suci Ramadan membawa perubahan pola makan dan minum yang dapat memengaruhi sistem pencernaan. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah sembelit saat puasa, yang menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Lalu, apa penyebab sembelit saat puasa?

    Sembelit terjadi ketika pergerakan usus melambat, membuat feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Hal ini dapat menyebabkan perut terasa penuh, kembung, hingga menimbulkan rasa tidak nyaman.

    Memahami penyebab sembelit saat puasa menjadi langkah penting untuk mencegah masalah pencernaan selama Ramadan. Dengan mengetahui faktor-faktor pemicunya, Anda dapat menerapkan kebiasaan yang lebih sehat agar tetap nyaman dalam menjalankan ibadah puasa.

    Berikut ini lima penyebab utama sembelit yang sering terjadi selama berpuasa, dikutip dari Medical News Today, Jumat (14/3/2025).

    Penyebab Sembelit Saat Puasa

    1. Kurang asupan serat

    Saat puasa, banyak orang lebih memilih makanan tinggi karbohidrat dan lemak, seperti gorengan dan makanan manis, sementara asupan serat dari buah, sayur, dan biji-bijian sering terabaikan. Padahal, serat berperan penting dalam membantu melunakkan feses dan memperlancar buang air besar.

    2. Kurangnya asupan cairan

    Tubuh membutuhkan cairan untuk menjaga tekstur feses tetap lunak dan mendukung pergerakan usus yang lancar. Karena asupan cairan terbatas hanya saat sahur dan berbuka, risiko dehidrasi meningkat, yang pada akhirnya membuat feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan.

    3. Perubahan pola makan

    Jadwal makan yang berubah drastis, dari pola makan rutin menjadi hanya dua kali sehari saat sahur dan berbuka, dapat mengganggu ritme alami sistem pencernaan. Jika tubuh belum terbiasa dengan perubahan ini, maka risiko mengalami sembelit menjadi lebih tinggi.

    4. Kurang aktivitas fisik

    Banyak orang mengurangi aktivitas fisik selama puasa karena merasa lemas atau ingin menghemat energi. Padahal, gerakan tubuh berperan dalam merangsang kerja usus. Kurangnya aktivitas fisik dapat memperlambat pergerakan usus, sehingga memperbesar kemungkinan sembelit.

    5. Makan berlebihan saat berbuka

    Mengonsumsi makanan dalam jumlah besar sekaligus saat berbuka dapat membebani sistem pencernaan. Hal ini menyebabkan perut terasa penuh, kembung, serta memperlambat proses pencernaan, yang pada akhirnya meningkatkan risiko sembelit.

    Cara Mencegah Sembelit Saat Puasa

    Untuk menghindari sembelit selama puasa, berikut ini beberapa langkah yang bisa diterapkan.

    – Perbanyak konsumsi serat

    Pastikan untuk mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti sayuran hijau dan buah-buahan, baik saat sahur maupun berbuka puasa. Serat membantu memperlancar pencernaan dan mencegah sembelit.

    – Cukupi asupan cairan

    Minumlah setidaknya 8 gelas air putih per hari dengan pola 2 gelas saat sahur, 2 gelas saat berbuka, dan sisanya di malam hari hingga sebelum tidur. Hal ini penting untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dan membantu sistem pencernaan bekerja optimal.

    – Hindari makan berlebihan saat berbuka

    Konsumsilah makanan secara perlahan dan bertahap agar sistem pencernaan tidak terbebani. Hindari makan dalam jumlah besar sekaligus agar usus dapat mencerna makanan dengan lebih baik.

    – Tetap berolahraga

    Lakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki, yoga, atau stretching selama 15–30 menit per hari untuk merangsang pergerakan usus dan menjaga kesehatan pencernaan.

    Dengan memahami penyebab sembelit saat puasa dan menerapkan langkah-langkah pencegahannya, ibadah puasa dapat dijalani dengan lebih nyaman tanpa gangguan pencernaan. Pola makan yang seimbang, cukup cairan, serta tetap aktif bergerak menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan sistem pencernaan selama bulan Ramadan.

  • TikToker Mukbang Meninggal, Sefatal Ini Efeknya Jika Sering Makan Berlebihan

    TikToker Mukbang Meninggal, Sefatal Ini Efeknya Jika Sering Makan Berlebihan

    Jakarta

    Seorang TikToker di Turki meninggal dunia karena komplikasi yang dipicu obesitas. Efecan Kultur dikenal setelah mengunggah video dirinya yang sedang mukbang.

    Pria 24 tahun itu suka sekali makan dalam jumlah besar. Akibatnya, ia mengalami komplikasi yang berhubungan dengan obesitas.

    Kultur meninggal dunia pada 7 Maret 2025, setelah sempat dirawat di rumah sakit selama tiga bulan. Ia berjuang melawan kelebihan berat badan yang membuat kesehatannya memburuk.

    Mukbang merupakan tren yang muncul di Korea Selatan dan telah meluas ke seluruh dunia. Tren ini membuat seseorang mengonsumsi banyak sekali makanan di depan kamera yang sering kali dilakukan untuk menarik perhatian warganet.

    Makan berlebihan seperti mukbang atau bisa disebut sebagai overeating adalah kebiasaan yang buruk untuk kesehatan tubuh.

    “Perut Anda membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mengirimkan sinyal ke otak yang memberi tahu bahwa Anda sudah kenyang,” jelas ahli gizi di MD Anderson, Erma Levy.

    Makan dalam jumlah banyak dalam satu waktu dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak diinginkan. Bahkan, kenaikan berat badan itu dapat meningkatkan risiko kanker.

    Namun, masalahnya bukan hanya pada kalori yang tidak diinginkan. Makan berlebihan dapat mempengaruhi tubuh dalam berbagai sisi negatif.

    Menurut Levy, ada beberapa hal yang dapat terjadi saat seseorang makan lebih banyak pada satu waktu, yakni:

    1. Ketidaknyamanan di perut

    Makan berlebihan memaksa perut untuk mengembang jauh melebihi ukuran normalnya. Akhirnya, akan menekan organ-organ di sekitarnya dan membuat seseorang merasa tidak nyaman.

    Hal ini juga dapat membuat seseorang merasa lelah, lesu, atau mengantuk.

    2. Merasa kembung

    Gas merupakan produk sampingan alami dari pencernaan. Tetapi, jika terlalu banyak, dapat membuat seseorang merasa sangat kenyang atau kembung.

    3. Merasa mulas

    Lambung menghasilkan asam klorida untuk memecah makanan. Makan berlebihan dapat memaksa asam ini kembali ke kerongkongan, yang mengakibatkan mulas atau refluks asam.

    Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, seperti junk food, dapat membuat seseorang rentan mengalami mulas.

    4. Stres metabolik

    Metabolisme seseorang mungkin akan meningkat sejenak karena mencoba membakar kalori ekstra. Hal ini dapat memicu rasa kepanasan, berkeringat, atau bahkan pusing.

    5. Ketegangan organ

    Makan terlalu banyak sekaligus akan memaksa semua organ pencernaan bekerja lebih keras. Mereka harus menghasilkan hormon dan enzim tambahan untuk mencoba memecah semua makanan yang terlalu banyak itu.

    Hal tersebut dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan metabolisme.

    Apa Efek Jangka Panjang dari Makan yang Berlebihan?

    Setiap kali seseorang makan, tubuh akan menggunakan sebagian kalori untuk energi. Mengonsumsi kalori lebih banyak daripada yang dibakar untuk energi secara berulang dapat menyebabkan kelebihan berat badan, hingga obesitas.

    Akhirnya, kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko kanker dan masalah kesehatan kronis lainnya, seperti diabetes dan hipertensi.

    Makan berlebihan, terutama yang tidak sehat, juga berdampak buruk pada sistem pencernaan dengan cara lain. Enzim pencernaan hanya tersedia dalam jumlah yang terbatas.

    Jadi, semakin banyak makanan yang dikonsumsi, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencernanya. Terlalu sering makan berlebihan akan menahan makanan dalam sistem tubuh dalam jangka waktu yang lama, sehingga lebih mungkin berubah menjadi lemak.

    Makan berlebihan juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk beristirahat dengan baik. Ritme sirkadian, yang mengendalikan siklus tidur, menyebabkan kadar hormon tidur serta lapar naik dan turun sepanjang hari.

    Kebiasaan ini juga dapat mengganggu keseimbangan yang rapuh, sehingga membuat seseorang lebih sulit untuk tidur dengan nyenyak.

    (sao/kna)

  • Ini Alasan Kenapa Buka Puasa dengan Gorengan Tak Disarankan

    Ini Alasan Kenapa Buka Puasa dengan Gorengan Tak Disarankan

    Jakarta

    Gorengan menjadi salah satu takjil yang populer dan favorit banyak orang saat berbuka puasa. Namun, tahukah kamu kalau tidak disarankan buka puasa dengan makan gorengan?

    Aneka gorengan seperti bakwan, tahu isi, hingga cireng terasa lezat dan gurih di mulut. Apalagi jika ditambah cabai rawit atau dicocol ke dalam saus sambal, buka puasa terasa semakin nikmat.

    Biasanya, gorengan menjadi hidangan pembuka saat berbuka puasa. Setelah itu dilanjutkan dengan mengkonsumsi makanan berat, seperti nasi dan lauk pauk.

    Meski banyak yang suka gorengan, tapi sebenarnya tidak disarankan berbuka puasa dengan makan gorengan, apalagi dalam jumlah banyak. Apa alasannya? Simak penjelasannya dalam artikel ini.

    Kenapa Tidak Disarankan Makan Gorengan saat Buka Puasa?

    Ada alasan khusus mengapa sebaiknya tidak mengkonsumsi gorengan saat buka puasa. Menurut Dietisien FKKMK UGM, Tony Arjuna, S.Gz., M.Nut.Diet, AN, APD komposisi gorengan yang mengandung lemak tidak sehat dapat menyebabkan sejumlah penyakit berbahaya.

    “Gorengan sangat tidak direkomendasikan untuk berbuka puasa, karena komposisinya dominan karbohidrat dan lemak tidak sehat,” kata Tony melalui keterangan tertulis dari laman UGM.

    Tony mengungkapkan, gorengan yang dimasak menggunakan minyak yang telah dipakai secara berulang kali dapat menjadikannya sebagai sumber kolesterol jahat. Mengkonsumsi terlalu banyak gorengan juga bisa memicu penyakit seperti jantung, penyumbatan pembuluh darah, hingga stroke.

    Selain mengandung lemak tidak sehat, gorengan juga tersusun dari karbohidrat sederhana. Karbohidrat jenis ini sifatnya cepat dibakar dan dicerna oleh tubuh. Hal itu membuat kadar gula darah dalam tubuh menjadi cepat turun, sehingga bikin mudah merasa lapar.

    “Kan jarang yang ada gorengan yang 1-2 kali pakai ganti minyaknya. Kebanyakan minyak yang digunakan itu sudah dipakai berkali-kali dan jadi model sumber kolesterol,” ujarnya.

    Pilihan Buah untuk Buka Puasa

    Agar tubuh tetap sehat selama berpuasa, Tony merekomendasikan menu buka puasa dengan mengkonsumsi jenis karbohidrat kompleks. Sebab, karbohidrat kompleks lebih lambat dicerna oleh tubuh, sehingga menciptakan efek kenyang lebih lama dan tidak mudah lapar.

    Ia mencontohkan jenis karbohidrat kompleks yang baik dikonsumsi saat berbuka puasa, salah satunya adalah buah-buahan.

    Nah, ada sejumlah buah-buahan yang mengandung rendah gula sehingga cocok dikonsumsi saat berbuka puasa. Mengutip laman Eating Well dan Only My Health, berikut rekomendasi buah-buahannya:

    SemangkaAlpukatKiwiRaspberiPepayaNagaMelon.

    Demi memenuhi nutrisi seimbang, pastikan mengkonsumsi makanan sehat lainnya, seperti sayur-sayuran hingga protein tinggi. Selain itu, jangan lupa minum air putih setelah berbuka puasa dan saat sahur agar tubuh tetap terhidrasi.

    (ilf/fds)

  • 10 Cara Melancarkan Buang Air Besar Saat Puasa

    10 Cara Melancarkan Buang Air Besar Saat Puasa

    Jakarta, Beritasatu.com – Puasa sering kali menyebabkan perubahan pola makan dan aktivitas yang dapat memengaruhi sistem pencernaan. Akibatnya, banyak orang mengalami kesulitan buang air besar (BAB) selama berpuasa. Mengetahui cara lancar buang air besar menjadi hal penting untuk diperhatikan agar ibadah puasa tetap nyaman dan tidak terganggu oleh masalah pencernaan.

    Gangguan BAB saat puasa biasanya terjadi karena tubuh mengalami penurunan asupan cairan, kurangnya konsumsi serat, serta perubahan jam biologis akibat perbedaan waktu makan. Hal ini membuat tinja menjadi lebih keras dan sulit dikeluarkan, yang bisa menyebabkan sembelit dan ketidaknyamanan. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga dapat memperlambat pergerakan usus, memperburuk kondisi pencernaan.

    Namun, kondisi ini dapat diatasi dengan menerapkan pola hidup sehat serta beberapa kebiasaan yang mendukung kelancaran sistem pencernaan. Berikut ini 10 cara agar buang air besar lancar saat puasa, dikutip dari laman Health, Jumat (14/3/2025).

    Cara Lancar Buang Air Besar Selama Puasa

    1. Konsumsi makanan tinggi serat

    Makanan berserat tinggi, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan, dapat membantu melunakkan feses dan memperlancar BAB. Pastikan untuk mengonsumsi 4–5 porsi sayur dan buah saat sahur dan berbuka puasa.

    2. Penuhi kebutuhan cairan tubuh

    Meskipun berpuasa, tubuh tetap membutuhkan asupan cairan yang cukup. Disarankan untuk minum minimal delapan gelas air putih per hari dengan pola 2 gelas saat sahur, 2 gelas saat berbuka, dan 4 gelas sepanjang malam hingga sebelum tidur.

    3. Lakukan aktivitas fisik ringan

    Olahraga ringan seperti berjalan kaki atau yoga dapat membantu merangsang pergerakan usus dan melancarkan BAB. Lakukan aktivitas fisik selama 15–30 menit per hari, misalnya menjelang berbuka agar tidak kelelahan.

    4. Hindari makanan tinggi lemak

    Makanan berlemak tinggi, seperti gorengan dan makanan cepat saji, dapat memperlambat pergerakan usus. Sebaiknya, batasi konsumsi makanan jenis ini saat sahur dan berbuka puasa untuk menjaga kesehatan pencernaan.

    5. Konsumsi makanan probiotik

    Makanan yang mengandung probiotik, seperti yoghurt dan tempe, membantu menjaga keseimbangan bakteri baik dalam usus sehingga mendukung kesehatan pencernaan dan melancarkan BAB.

    6. Jangan menunda keinginan BAB

    Menunda keinginan BAB dapat membuat feses menjadi lebih keras dan sulit dikeluarkan. Segeralah ke toilet saat merasa ingin BAB untuk mencegah sembelit.

    7. Kelola stres dengan baik

    Stres dapat memengaruhi fungsi usus dan menyebabkan gangguan pencernaan. Teknik relaksasi, seperti meditasi atau pernapasan dalam, dapat membantu mengurangi stres selama berpuasa.

    8. Makan dalam porsi kecil tetapi sering

    Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil tetapi lebih sering saat berbuka dan sahur membantu sistem pencernaan bekerja lebih optimal dan mencegah sembelit.

    9. Cukupi waktu tidur

    Tidur yang cukup, yaitu 6–8 jam per hari, berperan penting dalam menjaga fungsi tubuh, termasuk sistem pencernaan, agar tetap optimal.

    10. Pertimbangkan penggunaan obat pencahar jika diperlukan

    Jika berbagai langkah di atas belum cukup efektif, Anda bisa mempertimbangkan penggunaan obat pencahar. Namun, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakannya agar sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

    Dengan menerapkan berbagai cara lancar buang air besar yang telah disebutkan, diharapkan Anda dapat terhindar dari masalah sembelit selama menjalankan ibadah puasa. Namun, jika gangguan BAB tetap berlanjut meskipun sudah mencoba berbagai cara, atau jika sembelit disertai gejala lain seperti nyeri perut hebat, kembung berlebihan, atau perdarahan saat BAB, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.

  • Pasien Ginjal Ingin Puasa Ramadan? Ini Syarat dan Aturan Konsumsi Obatnya – Halaman all

    Pasien Ginjal Ingin Puasa Ramadan? Ini Syarat dan Aturan Konsumsi Obatnya – Halaman all

    Laporan Gabriela Irvine Dharma​

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Berpuasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi umat Muslim, namun bagi pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) menjalankan ibadah puasa perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian.

    Jika tidak dikelola dengan baik, puasa justru bisa memperberat kerja ginjal dan meningkatkan risiko komplikasi kesehatan.

    Terkait hal ini, dr. Tunggul D Situmorang, Sp.PD-KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi menyampaikan sejumlah tips agar pasien ginjal dapat berpuasa dengan aman.

    Menurut dr. Tunggul, pasien dengan PGK tetap diperbolehkan menjalankan ibadah puasa, asalkan telah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. 

    Setiap pasien memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda, sehingga penting untuk memastikan bahwa tubuh mampu bertahan tanpa asupan cairan dan makanan dalam waktu yang cukup lama.

    Sebagai langkah awal, pasien ginjal disarankan untuk mencoba berpuasa selama satu minggu sebelum Ramadan guna melihat apakah tubuh mereka bisa beradaptasi dengan perubahan pola makan dan cairan.

    Jika selama masa percobaan tidak ada keluhan serius seperti pusing, mual, muntah, atau sesak napas, maka puasa dapat dilanjutkan.

    Namun, jika muncul gejala-gejala tersebut, pasien dianjurkan untuk membatalkan puasa dan segera berkonsultasi dengan dokter.

    Saat menjalankan puasa, sejatinya tubuh tidak mendapatkan asupan cairan selama lebih dari 12 jam.  Oleh karena itu, penting bagi pasien ginjal untuk memastikan konsumsi air yang cukup saat sahur dan berbuka puasa guna mencegah dehidrasi. 

    Hal ini dikarenakan dehidrasi dapat memperburuk kondisi ginjal dan meningkatkan risiko komplikasi serius.

    Selain itu, pola makan juga harus diperhatikan. Pasien dengan penyakit ginjal kronis dianjurkan untuk mengkonsumsi diet seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan serat. 

    Makanan yang tinggi kalium dan fosfor seperti pisang, alpukat, kurma, kelapa, dan belimbing sebaiknya dihindari karena dapat memperberat kerja ginjal. 

    Sebagai gantinya, pasien bisa memilih apel, blueberry, anggur, nanas, atau pir, yang lebih aman untuk kesehatan ginjal.

    Bagi pasien yang mengkonsumsi obat-obatan, dr. Tunggul menekankan bahwa rutinitas minum obat tetap harus dijaga dengan menyesuaikan waktu sahur dan berbuka puasa. 

    Jangan sampai karena berpuasa, pasien melewatkan konsumsi obat yang sebenarnya sangat penting untuk menjaga fungsi ginjal tetap stabil.

    Jika selama berpuasa pasien mulai merasakan gejala kelelahan berlebihan, pusing, mual, muntah, atau sesak napas, puasa harus segera dihentikan dan pasien dianjurkan untuk segera berkonsultasi ke dokter.

    Dengan perencanaan yang baik dan pemantauan kesehatan yang ketat, pasien ginjal tetap dapat menjalankan ibadah puasa tanpa membahayakan kondisi mereka. 

    Namun, yang paling penting adalah mendengarkan tubuh dan tidak memaksakan diri jika kesehatan mulai terganggu.