Produk: lemak

  • 7 Tips Jaga Pola Makan Saat Lebaran untuk Hindari Kolesterol Tinggi

    7 Tips Jaga Pola Makan Saat Lebaran untuk Hindari Kolesterol Tinggi

    Jakarta, Beritasatu.com – Momen Lebaran sering kali menjadi ajang menikmati berbagai hidangan khas yang menggugah selera setelah satu bulan penuh berpuasa. Namun, penting untuk menerapkan tips jaga pola makan agar kesehatan tetap terjaga, terutama dalam menghindari risiko kolesterol tinggi.

    Banyak hidangan Lebaran mengandung lemak jenuh, garam, dan gula dalam jumlah berlebihan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit serius seperti serangan jantung dan strok.

    Agar tetap sehat selama perayaan, Anda perlu memperhatikan pola makan dan menghindari konsumsi makanan yang berpotensi meningkatkan kadar kolesterol.

    Berikut adalah beberapa makanan khas Lebaran yang perlu dibatasi beserta tips jaga pola makan agar tetap sehat dan bugar, yang dikutip dari berbagai sumber, Jumat (28/3/2025).

    Makanan Lebaran yang Dapat Memicu Kolesterol TinggiDaging merah sering menjadi menu utama saat Lebaran, tetapi tinggi lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah.Rendang mengandung santan dan daging berlemak yang kaya akan kolesterol.Opor ayam sangat tinggikalori dan lemak jenuh yang berkontribusi pada peningkatan kolesterol.Kue kering juga banyak mengandung mentega, telur, dan gula yang dapat memicu kenaikan kadar kolesterol.Gulai merupakan makanan berbahan dasar santan dan daging berlemak yang berisiko bagi kesehatan jantung.Emping adalah camilan tinggi lemak jenuh akibat proses penggorengan.Daging olahan, seperti dendeng dan sosis, mengandung lemak jenuh yang tidak baik bagi kesehatan jantung.Kerang adalah makanan yang bergizi, tetapi memiliki kadar kolesterol yang cukup tinggi jika dikonsumsi berlebihan.Tips Jaga Pola Makan Sehat Saat Lebaran

    Untuk tetap sehat selama Lebaran, penting untuk mengatur pola makan dengan bijak. Berikut ini beberapa langkah yang dapat diterapkan.

    1. Mulai dengan makanan berserat tinggi

    Konsumsi buah-buahan atau sayuran sebelum menyantap hidangan utama dapat membantu mengontrol nafsu makan dan mengurangi porsi makan berlebihan.

    2. Kurangi makanan berlemak dan bersantan

    Batasi konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh seperti rendang dan opor ayam. Pilih bagian daging yang lebih rendah lemak dan tambahkan sayuran dalam setiap hidangan.

    3. Tetap makan secara teratur

    Jangan melewatkan waktu makan utama dan usahakan untuk tetap makan tiga kali sehari dengan camilan sehat di antara waktu makan untuk menjaga keseimbangan kalori.

    4. Kontrol porsi makan

    Makan dalam porsi kecil tetapi lebih sering dapat membantu menghindari lonjakan kadar kolesterol secara tiba-tiba.

    5. Hindari lapar mata

    Jangan tergoda untuk mencicipi semua makanan hanya karena terlihat menarik. Pilih makanan yang lebih sehat dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

    6. Perbanyak sayur dan buah

    Sayuran dan buah kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang membantu menjaga kesehatan pencernaan serta menyeimbangkan kadar kolesterol.

    7. Cukupi kebutuhan cairan

    Pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih yang cukup sepanjang hari untuk membantu metabolisme dan menjaga kesehatan tubuh.

    Dengan menerapkan tips jaga pola makan yang tepat selama Lebaran, Anda dapat menikmati hidangan khas tanpa khawatir akan lonjakan kolesterol. Menjaga keseimbangan pola makan akan membantu Anda tetap sehat sehingga momen kebersamaan dengan keluarga menjadi lebih bermakna.

  • Ahli Ungkap yang Terjadi pada Tubuh Pasca 30 Hari Puasa Ramadan

    Ahli Ungkap yang Terjadi pada Tubuh Pasca 30 Hari Puasa Ramadan

    Jakarta

    Ramadan menjadi bulan paling suci dalam kalender Islam. Selama bulan ini, jutaan orang berpuasa dari makanan dan minuman, serta mengalihkan fokus mereka pada refleksi diri dan pertumbuhan spiritual.

    Menariknya, manfaat-manfaat puasa telah lama dipelajari, mengingat umat Islam telah menjalankan puasa dari fajar hingga senja selama Ramadan selama berabad-abad. Lantas, apa yang terjadi pada tubuh manusia setelah 30 hari menjalani pembatasan waktu makan atau makan dengan waktu terbatas?

    1. Meningkatkan Fungsi Otak

    Ahli gizi di Rumah Sakit Medcare Dubai, Arab, dr Lina Shibib mengatakan praktik tidak makan dan minum secara berkala selama sebulan telah terbukti meningkatkan berbagai proses penyembuhan dan meningkatkan fungsi tubuh.

    Sebuah studi terbaru dari Institut Psikiatri, Psikologi, dan Ilmu Saraf King’s College London menemukan bahwa puasa dapat meningkatkan fungsi otak, memperkuat daya ingat jangka panjang, serta merangsang pembentukan neuron baru di hipokampus, yang berperan dalam mencegah gangguan neurodegeneratif.

    “Puasa dan olahraga sama-sama meningkatkan pembentukan protein yang disebut faktor neurotropik yang berasal dari otak, atau BDNF, dalam sel-sel saraf,” kata Shibib, dikutip dari Arabnews.

    Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa protein tersebut terlibat dalam pembelajaran, memori, dan pembentukan sel-sel baru serta memiliki kemampuan untuk membuat neuron lebih tahan stres.

    “Selama puasa, neuron masuk ke dalam kondisi konservasi sumber daya dan ketahanan stres,” paparnya.

    “Ketika seseorang makan setelah berpuasa, neuron mereka masuk ke mode ‘pertumbuhan’, sehingga menghasilkan lebih banyak protein, tumbuh, dan membentuk koneksi baru,” kata Shibib.

    Hasilnya, siklus tantangan metabolik ini diikuti oleh periode pemulihan yang dapat meningkatkan neuroplastisitas, pembelajaran, memori, konsentrasi, ketajaman, dan ketahanan stres di otak.

    “Para peneliti juga menemukan (bahwa neuron hipokampus ini) akan memperlambat perkembangan penurunan kognitif, sehingga (berpotensi) menunda atau mencegah demensia dan Alzheimer,” ungkap Shibib.

    2. Mendetoksifikasi Racun dalam Tubuh

    Di bagian tubuh lainnya, para ahli kesehatan juga melihat perubahan halus pada fungsi organ.

    Misalnya, satu penelitian melaporkan penurunan kadar gula darah dan peningkatan sensitivitas insulin pada orang yang berpuasa selama bulan Ramadan.

    “Saat kita berpuasa, tubuh kita tidak memiliki akses ke glukosa seperti biasanya, sehingga sel-sel kita harus mencari cara lain untuk menghasilkan energi,” sambungnya lagi.

    Pada dasarnya, lanjut dr Shibib, puasa itu membersihkan tubuh dari racun, jika dilakukan secara teratur. Puasa juga dapat mendorong sel-sel untuk terlibat dalam proses yang biasanya tidak dipicu saat pasokan makanan tersedia secara teratur.

    Faktanya, organ-organ seperti hati dan ginjal, yang keduanya bertanggung jawab untuk detoksifikasi, kemudian sepenuhnya mampu beregenerasi tanpa masuknya racun tambahan secara terus-menerus.

    Proses pembersihan sel yang penting tersebut dikenal sebagai “autofagi” terjadi saat tubuh tidak perlu mencerna makanan apa pun, yang meningkatkan pertahanan imunnya sendiri.

    3. Menghancurkan Lemak

    Di sisi lain, lemak adalah salah satu racun tubuh yang paling sulit dihilangkan, dan karena itu penurunan berat badan merupakan proses yang sulit bagi jutaan orang di seluruh dunia.

    Menurut dr Pankaj Shah, ahli endokrinologi di Mayo Clinic, lemak hanya menjadi racun ketika kapasitas tubuh untuk menyimpannya dalam sel-sel lemak terlampaui, sehingga tubuh mulai menyimpan di area yang berbahaya.

    Sebagai contoh, lemak yang menumpuk di hati dapat menyebabkan perlemakan hati dan meningkatkan risiko diabetes. Demikian pula, lemak yang tersimpan di serat otot atau pankreas dapat berkontribusi pada kondisi serupa.

    “Jika dengan berpuasa total lemak tubuh berkurang, itu karena lemak makanan digantikan oleh lemak yang lebih sehat,” kata Shah, yang merujuk pada pengurangan asupan kalori yang diperlukan.

    Jika berat badan turun selama bulan Ramadan, maka akan terlihat jelas perbaikan pada fungsi hati, otot, sekresi insulin dan kerja insulin, serta kemungkinan terjadinya penurunan risiko penyakit kardiovaskular.

    Faktanya, tinjauan dari Universitas Sydney, Charles Perkins Center, Australia, menemukan 70 penelitian dan menunjukkan bahwa selama periode Ramadan, terjadi pengurangan kadar lemak tubuh (sebagai persentase berat badan) pada mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas.

    Karena merangsang metabolisme dan menyeimbangkan hormon lapar dan kenyang, puasa dianggap sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan dan biasanya tidak berhasil.

    Selain perubahan fisik dan manfaat puasa, puasa juga dianggap sebagai praktik yang mendatangkan perhatian dan membantu pemenuhan mental dan spiritual.

    “Banyak manfaat yang dirasakan di bulan Ramadan mungkin terkait dengan perubahan fisik selama berpuasa, tetapi juga, lebih banyak waktu bersama keluarga, meditasi, doa, dan rasa syukur ekstra yang sering terlihat selama periode keagamaan tersebut,” kata Shah.

    (suc/suc)

  • 7 Tips Menjaga Pola Makan Setelah Lebaran agar Tetap Sehat

    7 Tips Menjaga Pola Makan Setelah Lebaran agar Tetap Sehat

    Jakarta

    Puasa selain sebagai ibadah juga bermanfaat bagi kesehatan. Pola makan yang telah dijaga dengan baik selama sebulan ini jangan sampai sia-sia setelah Lebaran tiba.

    Sudah menjadi tradisi bahwa Lebaran menjadi momen berkumpul keluarga sambil menikmati berbagai hidangan. Namun banyak yang lupa dan kalap karena banyak makanan yang menggoda selera.

    Tentu hal ini akan menjadi kebiasaan buruk jika terus dilakukan setelah Lebaran. Untuk mencegah badan melar dan tetap sehat, simak berbagai tips menjaga pola makan setelah Lebaran berikut ini.

    Tips Menjaga Pola Makan Setelah Lebaran

    Dirangkum dari situs Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia UGM dan Dinkes Pohuwato, berikut ini 7 tips menjaga pola makan setelah Lebaran:

    1. Batasi Makanan dan Asupan Kalori

    Meski banyak makanan tersaji, tetaplah sadar untuk membatasi jumlah makanan yang masuk ke tubuh kita. Jika ingin mencicipi, makanlah dengan sedikit porsi.

    Selain itu, batasi juga porsi makanan yang tinggi kalori, misalnya masakan bersantan dan tinggi lemak. Jika kebanyakan bisa meningkatkan berat badan, kolesterol, dan meningkatkan risiko penyakit jantung.

    2. Batasi Asupan Gula

    Saat Lebaran juga pasti banyak tersaji makanan manis, seperti aneka kue dan roti. Belum lagi minuman seperti sirup, es buah, hingga teh manis.

    Boleh saja mencicipinya, tetapi perhatikan lagi jumlahnya. Jika dikonsumsi terlalu banyak maka akan meningkatkan risiko karies gigi, diabetes, hingga obesitas.

    Jangan lupa banyak air putih setelah makan dan minum yang manis untuk mengurangi kadar gulanya.

    3. Makan Sayur dan Buah

    Usahakan untuk rutin mengonsumsi sayur dan buah saat Lebaran. Lanjutkan kebiasaan ini setelah Lebaran untuk memenuhi asupan serat, vitamin, mineral, karotenoid, fitosterol, flavonoid, senyawa fenolik, dan antioksidan.

    WHO merekomendasikan untuk mengonsumsi buah-buahan dan sayuran setidaknya 400 gram/orang setiap hari. Manfaatnya antara lain mencegah beberapa penyakit berikut ini:

    Penyakit jantungDiabetes mellitusKankerRadang sendi (arthritis)Penyakit kulitObesitasPenyakit neurodegenerative, seperti Alzheimer dan Parkinson.

    4. Penuhi Kebutuhan Cairan

    Minum cukup air putih setiap hari. Usahakan sedikitnya minum 2 liter atau 8 gelas setiap hari. Hindari minuman manis, bersoda, kafein, dan alkohol.

    5. Pilih Jenis Makanan yang Tepat

    Dari banyaknya pilihan makanan, pilih jenis makanan yang tepat, yakni yang mengandung semua zat gizi makronutrien (karbohidrat, protein atau lemak), mikronutrien (vitamin mineral) dan cairan harian terpenuhi.

    Daripada nasi putih, pilihlah nasi merah, roti gandum atau oatmeal. Daripada gorengan atau junk food, makanan yang dimasak tanpa minyak.

    6. Terapkan Prinsip Diet

    Jangan lupa untuk menerapkan prinsip diet 4J, yaitu Jumlah, Jadwal, Jenis dan Jurus Masak. Jurus memasak yaitu memilih cara pengolahan yang bervariasi, seperti kukus, rebus, panggang, dan pepes daripada menggoreng. Menggoreng boleh saja, tetapi maksimal dua kali seminggu.

    7. Berolahraga

    Dan yang pasti adalah tubuh harus bergerak aktif. Usahakan untuk berolahraga 30 menit sehari atau 150 menit per minggu. Olahraga tidak perlu yang memerlukan alat dan biaya besar. Kamu bisa senam di rumah atau lari pagi di sekitar rumah.

    (bai/row)

  • Anak yang Kena Campak di AS Hadapi Masalah Baru, Keracunan Vitamin A

    Anak yang Kena Campak di AS Hadapi Masalah Baru, Keracunan Vitamin A

    Jakarta

    Dokter yang merawat pasien campak di Texas dan New Mexico menemukan masalah lain yakni keracunan vitamin A. Pada RS Anak Covenant di Lubbock, wilayah dekat episentrum atau pusat wabah campak, beberapa pasien ditemukan mengalami fungsi hati tidak normal berdasarkan hasil tes urine di laboratorium.

    “Kemungkinan merupakan tanda bahwa mereka telah mengonsumsi terlalu banyak vitamin tersebut,” beber Dr. Lara Johnson, dokter spesialis anak dan kepala staf medis untuk Covenant Health-Lubbock Service Area, dikutip dari CNN, Kamis (27/3/2025).

    Penggunaan vitamin A berawal dari instruksi Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Robert F. Kennedy dalam menghadapi wabah campak. Dalam beberapa kali wawancaranya, vitamin A bahkan disebut berfungsi sebagai profilaksis, alih-alih menyarankan vaksinasi.

    Pasalnya, penggunaan vitamin A secara berlebihan dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius, dan tidak ada bukti vitamin A bisa mencegah campak.

    Satu-satunya cara untuk mencegah infeksi virus campak adalah melalui vaksin campak-gondongan-rubella (MMR), yang 97 persen efektif melawan campak setelah diberikan dua dosis.

    Kennedy mengatakan bahwa ia juga mendorong vaksinasi tetapi itu adalah pilihan pribadi.

    “Jika orang memiliki kesan yang salah bahwa memiliki pilihan antara vaksin MMR atau vitamin A, Anda akan membuat banyak anak terinfeksi campak yang tidak perlu. Itu masalah, terutama selama epidemi,” kata Dr. Peter Hotez, salah satu Direktur Pusat Pengembangan Vaksin Rumah Sakit Anak Texas dan dekan Sekolah Kedokteran Tropis Nasional di Baylor College of Medicine.

    “Dan kedua, Anda memiliki obat yang tidak diatur dalam hal dosis yang diberikan dan potensi toksisitas.”

    Dalam dosis tertentu yang diambil di bawah pengawasan dokter, vitamin A dapat berperan dalam pengobatan campak. Itulah sebabnya Organisasi Kesehatan Dunia dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS merekomendasikannya dalam kasus-kasus serius. Namun, pasien yang dilaporkan mengalami keracunan kemungkinan besar tidak mengonsumsi vitamin tersebut di bawah pengawasan dokter, kata Johnson.

    Vitamin A paling bermanfaat untuk mendukung pengobatan campak pada orang yang mengalami defisiensi tertentu, dan penelitian yang menunjukkan penggunaannya terutama mengacu pada bukti dari negara-negara berpenghasilan rendah tempat defisiensi tersebut umum terjadi.

    “Pasien di Texas Barat umumnya memiliki gizi yang baik,” kata Dr. Lesley Motheral, seorang dokter anak di Lubbock.

    Para ahli mengatakan tidak jelas seberapa bermanfaat vitamin tersebut dalam situasi ini.

    Vitamin A memiliki peran penting dalam kekebalan dan penglihatan. Vitamin ini larut dalam lemak, jadi jika seseorang mengonsumsinya terlalu banyak, vitamin tersebut dapat terakumulasi di organ seperti hati. Kelebihan vitamin A dapat menyebabkan kulit dan mata kering, penglihatan kabur, penipisan tulang, iritasi kulit, kerusakan hati, dan masalah serius lainnya. Pada wanita hamil, kelebihan vitamin A dapat menyebabkan cacat lahir.

    Pasien dengan keracunan dapat menerima perawatan suportif seperti cairan untuk tekanan darah rendah atau pelembap untuk kulit dan mata kering. Namun, kerusakan yang lebih serius perlu dievaluasi dan diberikan penanganan lebih lanjut.

    “Pemulihan bagi pasien dengan keracunan akut dapat berlangsung cepat jika vitamin dihentikan,” kata Motheral. “Keracunan kronis dapat memengaruhi tulang, otak, dan tentu saja hati. Sayangnya, beberapa masalah yang lebih serius akibat keracunan vitamin A tidak selalu dapat disembuhkan.”

    (naf/kna)

  • Makam 1.500 Tahun di Inggris Ada Cawan Romawi Kuno Diisi Lemak Babi

    Makam 1.500 Tahun di Inggris Ada Cawan Romawi Kuno Diisi Lemak Babi

    Jakarta

    Seorang gadis Anglo-Saxon yang meninggal 1.500 tahun lalu di Inggris dikuburkan dengan artefak yang bahkan lebih tua lagi yang membuat para arkeolog bingung. Ditemukan sebuah piala enamel era Romawi yang pernah diisi lemak babi.

    Para arkeolog menemukan cawan warna-warni berusia 1.800 tahun itu saat menemukan makam gadis itu pada abad keenam di Desa Scremby di Lincolnshire, Inggris.

    “Cawan itu ditemukan dalam sesuatu yang mungkin disebut sebagai pemakaman yang agak ‘biasa’,” kata Hugh Willmott, arkeolog abad pertengahan di Sheffield University, dikutip dari Live Science, Kamis (27/3/2025).

    “Namun sifatnya yang unik membuat saya berpikir bahwa cangkir itu memiliki tujuan yang lebih unik,” ujarnya.

    Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal European Journal of Archaeology edisi November, Willmott dan rekan-rekannya merinci penyelidikan mereka terhadap ‘Scremby Cup.’

    Cawan itu ditemukan pada 2018 di sebuah pemakaman bersama dengan 49 makam lainnya yang berasal dari tahun 480 hingga 540 M, selama periode Anglo-Saxon. Bejana yang masih utuh itu diletakkan di kepala seorang gadis remaja, yang makamnya juga berisi dua bros polos.

    Cawan Scremby tingginya 5,7 cm dan dapat menampung sekitar 1,2 gelas (280 ml) cairan. Motif sisipan berupa Bulan sabit dan bentuk hati dicetak pada permukaan bejana yang terbuat dari paduan tembaga, lalu diisi dengan enamel merah, biru kehijauan, dan ungu kebiruan.

    Gaya dan bahan cawan tersebut menunjukkan bahwa gelas tersebut mungkin diimpor ke Inggris dari Prancis pada pertengahan abad ketiga Masehi, selama periode Romawi di Inggris.

    “Saya yakin cawan itu awalnya dibuat sebagai wadah minum,” kata Willmott, yang mengisyaratkan bahwa orang Romawi mungkin telah menyeruput anggur dari benda tersebut.

    “Namun, ketika cawan itu dipilih untuk ditempatkan di kuburan, fungsinya tampaknya telah bergeser lagi,” katanya.

    Untuk lebih memahami mengapa cawan anggur Romawi dikubur bersama seorang gadis Anglo-Saxon, Willmott dan rekan-rekannya menganalisis residu organik yang tersisa di dasar bejana. Mereka menemukan konsentrasi lipid yang tinggi, kemungkinan berasal dari lemak babi.

    Foto: Hugh Willmott

    Lemak tersebut mungkin hanya merupakan produk makanan, tetapi lemak hewani terkadang digunakan sebagai pelembab pada zaman Romawi. Atau, lemak tersebut mungkin memiliki tujuan pengobatan.

    Dokter Bizantium abad keenam Anthimus, menulis bahwa orang-orang Frank mengonsumsi lemak daging babi mentah untuk mengobati parasit usus dan menggunakannya untuk membersihkan dan menyembuhkan luka.

    “Mungkin ada baiknya untuk mempertimbangkan bahwa wanita yang dikuburkan itu mungkin adalah seseorang yang mempraktikkan pengobatan tradisional di masyarakat setempat,” sebutnya.

    Misteri kedua seputar Piala Scremby adalah dari mana bangsa Anglo-Saxon mendapatkannya, karena kondisi piala Romawi yang luar biasa menunjukkan bahwa cawan itu bukan penemuan yang kebetulan. Mungkinkah cawan itu diwariskan sebagai pusaka, atau dicuri dari kuburan Romawi? Berdasarkan analisis mereka terhadap cawan itu, kedua penjelasan itu mungkin saja ada.

    “Fakta bahwa benda itu jelas sudah berumur cukup lama adalah alasan di balik relevansi sosialnya yang sebenarnya,” tulis para peneliti.

    “Penempatan cangkir, asosiasi simbolis yang mungkin, dan isinya menggambarkan sebuah ritual yang tidak terlihat di makam perempuan lain di pemakaman tersebut,” ujarnya.

    Tidak ada bukti lingkungan lain dari makam tersebut seperti serbuk sari yang masih ada, imbuh Willmott. Akan tetapi, sampel dari makam ini dan kerangka lain dari pemakaman tersebut saat ini sedang menjalani analisis DNA kuno. Jadi petunjuk tambahan tentang gadis Anglo-Saxon dan piala Romawinya yang berisi lemak mungkin akan segera ditemukan.

    (rns/fay)

  • Penyebab, Faktor Risiko, dan Gejala yang Perlu Diketahui

    Penyebab, Faktor Risiko, dan Gejala yang Perlu Diketahui

    YOGYAKARTA – Pembentukan kanker kolorektal atau kanker usus besar bermula ketika sel-sel di usus besar atau rektum tumbuh di luar kendali. Kondisi ini juga sering disebut sebagai kanker usus besar. Di bawah ini akan kita akan mengenal kanker kolorektal mulai dari penyebab, faktor risiko, dan gejalanya.

    Kanker ini juga berawal dengan pertumbuhan abnormal di usus besar atau rektum yang disebut polip. Seiring perkembangan waktu, polip tersebut akan berkembang menjadi kanker.

    Untuk mendeteksi polip, tentunya penting melakukan tes skrining sedini mungkin sehingga dapat diangkat sebelum berubah menjadi kanker. Tahap awal perkembangan kanker juga saat yang paling tepat sebab sebagian besar pengobatan akan berfungsi dengan baik.

    Apa Penyebab Kanker Kolorektal?

    Pada umumnya, kanker usus besar atau kanker kolorektal berawal ketika sel-sel sehat di usus besar mengalami perubahan (mutasi) dalam DNA mereka. DNA sel berisi seperangkat instruksi yang akan mengarahkan tugas-tugas sel.

    Selanjutnya, untuk menjaga tubuh agar berfungsi normal, sel-sel sehat ini tumbuh dan membelah secara teratur.

    Namun, ketika DNA sel rusak dan menjadi kanker, sel terus membelah bahkan ketika sel baru tidak dibutuhkan. Sehingga, penumpukan sel ini akan membentuk sebuah massa atau tumor.

    Seiring perkembangan waktu, sel-sel kanker akan tumbuh untuk menyerang dan merusak jaringan normal di dekatnya. Bahkan, sel kanker dapat merambat ke bagian lain untuk membentuk deposit di sana (metastasis).

    Faktor Risiko Kanker Kolorektal

    Ada sejumlah faktor yang berpotensi meningkatkan risiko kanker usus besar, antara lain:

    Sindrom bawaan. Beberapa mutasi gen yang diturunkan dalam keluarga dapat menjadi faktor risiko kanker usus besar secara signifikan. Sindrom bawaan yang paling umum yang meningkatkan risiko kanker usus besar yaitu familial adenomatous polyposis (FAP) dan sindrom Lynch.Usia yang lebih tua. Kanker usus besar bisa terjadi pada usia berapa pun, tetapi sebagian besar orang yang mengidapnya berusia di atas 50 tahun.Memiliki riwayat kanker kolorektal atau polip. Seseorang yang pernah mengidap kanker usus besar atau polip usus non-kanker sebelumnya, jauh berisiko terkena kanker usus besar di masa yang akan datang.Peradangan usus. Penyakit radang kronis pada usus besar, misalnya kolitis ulseratif dan penyakit Crohn, menambah risiko kanker usus besar.Riwayat keluarga dengan kanker usus besar. Seseorang akan lebih berisiko terkena kanker usus besar jika mempunyai kerabat darah yang pernah mengidap penyakit tersebut.Pola makan rendah serat, tinggi lemak. Kanker usus besar dan kanker dubur juga berhubungan dengan pola makan yang rendah serat dan tinggi lemak dan kalori.Pengidap diabetes atau resistensi insulin mempunyai peningkatan risiko kanker usus besar.Gaya hidup yang kurang aktif. Orang yang tidak aktif akan lebih berisiko menjadikan kanker usus besar berkembang. Oleh sebab itu, menjalani aktivitas fisik secara teratur dapat mengurangi risiko kanker usus besar.Orang yang mengalami obesitas meningkatkan risiko kanker usus besar dan peningkatan risiko kematian akibat kanker usus besar jika dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal.Konsumsi alkohol secara berlebihan juga meningkatkan risiko kanker usus besar.Perokok aktif punya risiko yang lebih besar menderita kanker usus besar.Terapi radiasi untuk kanker. Prosedur terapi radiasi yang diarahkan ke perut untuk mengobati kanker sebelumnya juga bisa menambah risiko kanker usus besar.

    Gejala Kanker Kolorektal/Kanker Usus Besar

    Gejala dari kanker kolorektal cukup variatif dan tidak spesifik. Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal memiliki kaitan dengan besar dan lokasi dari tumornya.

    Tumor yang tumbuh pada kolon kanan, di mana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga lanjut sekali.

    Sedikit kecenderungan mengakibatkan obstruksi karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Gejala klinis sering berupa rasa penuh, nyeri abdomen, perdarahan dan simptomatik anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan berat badan).

    Adapun tanda yang lebih umum lainnya yaitu:

    Perubahan terus-menerus dalam kebiasaan buang air besar, termasuk diare atau sembelit atau perubahan konsistensi tinjaKetidaknyamanan perut yang terus-menerus, seperti kram, gas atau nyeriPendarahan dubur atau adanya darah dalam tinjaPenurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskanPerasaan bahwa usus tidak kosong sepenuhnyaKelemahan atau kelelahan

    Perlu diketahui, banyak orang yang mengidap kanker usus besar tidak mengalami gejala pada tahap awal penyakit. Ketika gejala muncul, kemungkinan akan bervariasi, tergantung pada ukuran dan lokasi kanker di usus besar.

    Demikianlah penjelasan tentang kanker kolorektal mulai dari penyebab, faktor risiko, dan gejala yang bisa diketahui. Semoga bermanfaat. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.

  • 6 Pantangan yang Harus Dihindari Penderita Asam Urat

    6 Pantangan yang Harus Dihindari Penderita Asam Urat

    Jakarta, Beritasatu.com – Asam urat adalah penyakit yang ditandai dengan nyeri sendi akibat penumpukan kristal asam urat dalam tubuh. Kondisi ini dapat diperparah oleh pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat.

    Beberapa jenis makanan dan minuman dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah, sehingga memicu serangan nyeri yang menyakitkan. Selain itu, saat berpuasa, risiko kambuhnya asam urat juga meningkat akibat perubahan pola makan dan dehidrasi.

    Oleh karena itu, penting untuk mengetahui pantangan makanan serta cara mengatasi asam urat agar tetap bisa menjalani puasa dengan nyaman.

    Pantangan Penderita Asam Urat

    Berikut ini beberapa hal yang perlu dihindari untuk mencegah kambuhnya asam urat, dikutip dari Mayo Clinic, Rabu (26/3/2025).

    1. Makanan tinggi purin

    Purin adalah zat yang dipecah oleh tubuh menjadi asam urat. Konsumsi makanan tinggi purin dapat memperburuk kondisi penderita asam urat. Hindari makanan seperti jeroan, daging merah, makanan laut (seperti udang dan kepiting), serta beberapa jenis kacang-kacangan.

    2. Minuman beralkohol

    Alkohol, terutama bir, dapat meningkatkan produksi asam urat serta menghambat proses pembuangannya dari tubuh. Hal ini menyebabkan serangan asam urat lebih sering dan lebih parah.

    3. Minuman manis dan bersoda

    Minuman dengan kandungan gula tinggi, terutama fruktosa, dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan memperburuk peradangan di persendian.

    4. Makanan olahan dan cepat saji

    Makanan olahan serta makanan cepat saji mengandung lemak jenuh dan zat tambahan yang bisa memperparah peradangan serta meningkatkan risiko serangan asam urat.

    5. Kurang minum air putih

    Dehidrasi dapat menyebabkan penumpukan asam urat dalam tubuh. Penderita disarankan untuk minum air putih setidaknya 2–3 liter per hari agar tubuh dapat membuang asam urat dengan baik melalui urine.

    6. Gaya hidup kurang aktif

    Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko obesitas, yang merupakan salah satu faktor pemicu tingginya kadar asam urat dalam darah. Lakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki, berenang, atau yoga untuk menjaga berat badan dan mengurangi risiko serangan asam urat.

    Cara Mengatasi Asam Urat Kambuh

    Jika asam urat kambuh saat puasa, berikut ini cara mengatasinya.

    Kompres dingin pada sendi yang sakit

    Tempelkan kompres es atau handuk berisi es batu pada sendi yang terasa nyeri selama 15-20 menit. Cara ini dapat membantu mengurangi peradangan dan meredakan nyeri akibat asam urat.

    Lakukan aktivitas fisik ringan

    Meskipun sedang berpuasa, tetaplah aktif agar peredaran darah lancar dan nyeri sendi akibat asam urat berkurang. Lakukan aktivitas ringan seperti jalan kaki, stretching, atau yoga, dan hindari olahraga berat.

    Konsumsi obat jika diperlukan

    Jika nyeri asam urat tidak tertahankan, konsumsi obat pereda nyeri yang diresepkan dokter setelah berbuka atau saat sahur. Sebelum mengonsumsi obat, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter agar dosisnya sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

    Hindari begadang dan kurangi stres

    Kurang tidur dan stres dapat memicu lonjakan kadar asam urat. Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup, sekitar 6-8 jam per malam, dan hindari begadang yang tidak perlu.

    Istirahatkan sendi yang sakit

    Jika serangan asam urat terjadi, segera hentikan aktivitas yang sedang dilakukan. Istirahatkan sendi yang nyeri dan usahakan tidak menggerakkannya secara berlebihan. Meletakkan sendi di atas bantal atau permukaan lembut dapat membantu mengurangi tekanan dan nyeri.

    Perbanyak minum air putih

    Saat berpuasa, tubuh mengalami kekurangan cairan dalam waktu lama, sehingga ginjal kesulitan membuang asam urat melalui urine. Untuk mencegahnya, pastikan Anda minum setidaknya 8 gelas air per hari saat berbuka dan sahur.

    Hindari makanan tinggi purin saat sahur dan berbuka

    Saat berpuasa, penting untuk lebih selektif dalam memilih makanan. Hindari makanan tinggi purin seperti jeroan, makanan laut, daging merah, dan kacang-kacangan, karena dapat memicu lonjakan asam urat dalam darah.

    Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, penderita asam urat tetap bisa menjalani puasa dengan nyaman tanpa mengalami nyeri sendi yang mengganggu.

  • BB Malah Melonjak Jelang Lebaran? Dokter Beberkan Alasan Gagal Diet saat Puasa

    BB Malah Melonjak Jelang Lebaran? Dokter Beberkan Alasan Gagal Diet saat Puasa

    Jakarta

    Puasa Ramadan seringkali dijadikan momentum untuk menurunkan berat badan. Namun, sebagian orang mungkin justru mengalami kenaikan berat badan setelah hampir sebulan puasa. Sebenarnya gara-gara apa sih?

    Spesialis penyakit dalam dr Yunita Indah Dewi, SpPD mengaitkan kondisi ini dengan perubahan pola aktivitas dan makan ketika puasa. Orang-orang yang berpuasa cenderung mengurangi aktivitas fisiknya dan kalap saat berbuka.

    Ditambah lagi, jenis makanan tinggi kalori seperti gorengan atau makanan manis yang sering jadi menu andalan berbuka puasa.

    “Karena saat bulan puasa orang-orang cenderung mengurangi beberapa aktivitas nya, dan kecenderungan tidur setelah sahur, konsumsi manis dan makanan tinggi lemak, kurang tidur menyebabkan metabolisme kurang baik,” dr Yunita ketika dihubungi detikcom, Selasa (18/2/2025).

    Spesialis penyakit dalam dr Rudy Kurniawan, SpPD juga mengatakan, pilihan jenis makanan sangat penting dalam menjaga berat badan. Jangan sampai masyarakat ‘dibutakan’ oleh takjil-takjil berkalori tinggi, sampai lupa puasa bisa menjadi momen yang baik untuk menjaga kesehatan.

    Sebaiknya, aktivitas fisik tetap dipertahankan meskipun hanya gerakan-gerakan ringan. Menyeimbangkan pola tidur dengan baik juga penting untuk menjaga metabolisme tubuh selama berpuasa.

    “Penurunan aktivitas fisik menyebabkan surplus energi yang disimpan sebagai lemak. Jadi sebaiknya tetap aktif secara fisik meskipun ringan,” kata dr Rudy.

    “Konsumsi makanan tinggi protein dan serat untuk meningkatkan rasa kenyang. Lalu jaga hidrasi dan kualitas tidur untuk menjaga keseimbangan metabolisme,” tambahnya.

    Pada sisa Ramadan ini, masyarakat sebaiknya mengutamakan makanan bernutrisi tinggi dan rendah lemak. Proses pengolahan makanan juga harus diperhatikan dengan metode yang lebih sehat.

    Spesialis gizi klinik dr Putri Sakti, MGizi, SpGK meminta masyarakat sebisa mungkin mengantisipasi makanan tinggi lemak. Ia juga menyarankan makanan tinggi serat untuk mencegah kalap.

    “Selanjutnya, mengurangi yang manis-manis atau produk tepung, jadi buka puasa boleh dioptimalkan konsumsi kurma, buah potong, sehingga nanti makan-nya tidak kalap,” pungkas dr Putri.

    (avk/naf)

  • Sahur Banyak Kok Cepat Lapar, Inikah Penyebabnya?

    Sahur Banyak Kok Cepat Lapar, Inikah Penyebabnya?

    Jakarta

    Rasa lapar adalah respons alami tubuh yang dialami setiap orang. Respons ini muncul terutama setelah tidak makan dalam jangka waktu lama atau setelah melakukan aktivitas fisik yang menguras energi. Saat berpuasa, tubuh tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman selama berjam-jam, sehingga rasa lapar bisa menjadi lebih intens.

    Rasa lapar ini merupakan sinyal bahwa tubuh membutuhkan energi dan nutrisi untuk menjaga keseimbangan serta menjalankan fungsinya secara optimal. Saat puasa, rasa lapar akan berkurang atau hilang setelah makan sahur atau berbuka. Namun, jika tetap merasa lapar meskipun sudah mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak saat sahur, ada kemungkinan faktor lain yang mempengaruhinya.

    Mekanisme Muncul Rasa Lapar dan Kenyang

    Menurut staf ahli diet di The Ohio State University Wexner Medical Center, Candace Pumper, MS, RD, LD, setiap orang memiliki dorongan biologis yang berbeda untuk asupan makanan sehari-hari. Dorongan ini dikendalikan oleh organ dan jaringan yang menyampaikan informasi tentang keseimbangan energi tubuh ke sistem saraf pusat, yang pada akhirnya mengatur proses tersebut.

    Dorongan untuk makan bergantung pada proses sadar dan tidak sadar. Sebagian berasal dari kebutuhan tubuh akan nutrisi tertentu, sementara sebagian lainnya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan rangsangan sensorik.

    “Apa yang kita sebut sebagai “homeostatis” dan “hedonis” berkaitan erat dengan proses-proses ini di dalam tubuh,” kata Pumper, dikutip dari salah satu tulisannya di laman The Ohio State University.

    Adapun pengendalian nafsu makan secara homeostatis melibatkan komunikasi antara otak dan berbagai organ tubuh. Otak, usus, pankreas, hati, dan jaringan adiposa (lemak) menghasilkan hormon, peptida, serta neurotransmitter (pembawa pesan kimia) yang memengaruhi tingkat nafsu makan seseorang.

    Misalnya, saat usus kosong, ia merangsang sinyal lapar dan meningkatkan keinginan untuk makan. Sebaliknya, ketika terdapat makanan di usus, ia mengirimkan sinyal kenyang untuk memberi tahu tubuh agar berhenti makan.

    Secara bersamaan, sinyal-sinyal ini serta tindakan yang dilakukan berperan dalam mengatur energi dan metabolisme tubuh. Namun, jika regulasi sinyal ini terganggu, dapat terjadi perubahan berat badan yang ekstrem serta gangguan metabolisme.

    Faktor lain yang dapat memengaruhi perubahan berat badan dan metabolisme meliputi tingkat aktivitas fisik, tingkat stres, kualitas tidur, fungsi tiroid, dan faktor genetik. Selain itu, perubahan hormonal (misalnya, sindrom pramenstruasi), kondisi emosional, dan cedera otak juga dapat memengaruhi nafsu makan serta keinginan untuk makan, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap perubahan berat badan.

    Sementara aspek hedonis dari makanan sering kali dipelajari dalam kaitannya dengan indra, seperti penglihatan, penciuman, dan perasa. Aspek ini memberikan preferensi individu yang lebih bersifat sadar dalam memilih makanan. Respons ini cenderung mengabaikan status energi tubuh dan nilai gizi makanan.

    Selain itu, aspek hedonis dalam asupan makanan juga dapat dipengaruhi oleh hormon nafsu makan di usus, seperti ghrelin, yang dilepaskan secara tidak sadar. Namun, pada akhirnya, preferensi rasa dan kenikmatanlah yang berperan dalam pemilihan makanan, bukan faktor kesehatan atau kebutuhan nutrisi yang optimal.

    Senada, konsultan pencernaan dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, juga menyebutkan bahwa mekanisme rasa lapar dan kenyang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk hormon pada tubuh.

    Menurut National Library of Medicine, hormon adalah molekul kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, seperti kelenjar tiroid, pankreas, atau kelenjar adrenal, dan dilepaskan langsung ke dalam aliran darah.

    Hormon berfungsi sebagai pembawa pesan yang mengatur berbagai proses tubuh dengan berikatan pada reseptor spesifik di sel target. Setelah berikatan, hormon memicu berbagai respons, seperti mengatur metabolisme, pertumbuhan, keseimbangan energi, serta fungsi reproduksi.

    Dipengaruhi Hormon

    Adapun salah satu hormon yang berperan dalam rasa lapar adalah ghrelin, yang diproduksi dan dilepaskan oleh lambung. Kadar ghrelin meningkat sebelum makan atau saat berpuasa dan menurun setelah makan.

    Joseph Proietto, profesor emeritus di University of Melbourne di Departemen Kedokteran Austin Health dan seorang ahli endokrinologi dalam Diabetes dan Obesitas, mengatakan hormon ghrelin merangsang rasa lapar dengan memasuki otak dan bekerja pada neuron di hipotalamus atau bagian kecil di dasar otak yang berperan penting dalam mengatur berbagai fungsi tubuh dengan meningkatkan aktivitas sel saraf yang memicu rasa lapar serta menurunkan aktivitas sel saraf yang menghambatnya.

    Saat lambung kosong, pelepasan ghrelin meningkat, sedangkan saat lambung terisi, pelepasan hormon tersebut menurun. Selain ghrelin, terdapat hormon usus yang berperan dalam mengontrol rasa kenyang, seperti GLP-1 (Glucagon-Like Peptide-1), PYY (Peptide YY), dan CCK (Cholecystokinin).

    Adapun GLP-1 dilepaskan oleh usus setelah kontak langsung dengan karbohidrat, protein, dan lemak. Hormon ini berfungsi memperlambat pengosongan lambung, meningkatkan sensitivitas insulin, dan mengurangi rasa lapar.

    Sementara itu, PYY dan CCK dilepaskan setelah makanan yang mengandung protein dan lemak masuk ke usus. Kedua hormon ini memperlambat pengosongan lambung dan mengurangi asupan makanan, sehingga membantu menjaga keseimbangan energi.

    Leptin, hormon lain yang berperan dalam pengaturan berat badan, diproduksi oleh jaringan lemak atau adiposa. Hormon ini berfungsi sebagai penanda penyimpanan energi jangka panjang dengan memberi sinyal rasa kenyang ke otak. Semakin sedikit lemak tubuh yang dimiliki seseorang, semakin rendah pula kadar leptin dalam darah.

    Saat berpuasa, kadar leptin menurun, yang menyebabkan peningkatan rasa lapar. Kadar leptin yang sangat rendah bisa menjadi tanda adanya defisiensi leptin bawaan, yang dapat menyebabkan rasa lapar ekstrem.

    Selain leptin, insulin juga berperan dalam mengatur energi dan metabolisme. Hormon ini diproduksi oleh pankreas sebagai respons terhadap perubahan penyimpanan energi. Seperti leptin, kadar insulin dalam tubuh sebanding dengan jumlah lemak tubuh.

    Kadar insulin yang tinggi menekan rasa lapar, sementara kadar yang rendah dapat meningkatkan nafsu makan. Insulin berperan dalam mengatur kadar gula darah serta menyimpan gula dan lemak sebagai cadangan energi.

    Namun, kadar gula darah yang tinggi sering kali memicu rasa lapar berlebihan. Berbeda dengan leptin, kadar insulin yang beredar dalam tubuh lebih berkaitan dengan lemak visceral, yaitu lemak yang tersimpan di dalam rongga perut, dibandingkan dengan lemak subkutan yang berada di bawah kulit.

    “Banyak faktor yang mempengaruhi (rasa lapar dan kenyang) termasuk juga hormon-hormon. Hormon tiroid pada hipertiroid. Hormon serotonin yang menurun pada stres, hormon leptin pada kondisi kurang tidur, dan lainnya,” kata dr Aru saat dihubungi detikcom, Kamis (20/3/2025).

    “Selain itu kondisi gula darah yang meningkat akibat gangguan pada insulin yg mengakibatkan gula tidak bisa digunakan oleh sel-sel juga bisa menyebabkan rasa lapar. Selain itu juga dipengaruhi kondisi fisiologi normal di mana sudah saatnya tubuh butuh energi setelah berpuasa atau setelah melakukan olahraga atau kegiatan fisik lainnya,” lanjutnya.

    Hormon-hormon yang berpengaruh pada rasa lapar dan kenyang. Infografis: Suci Risanti Rahmadania/detikHealth

    Penyebab Lapar yang Terus-menerus Meski Sudah Makan

    Rasa lapar yang muncul meskipun sudah makan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari gangguan kesehatan hingga kondisi psikologis. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai polifagia.

    Beberapa penyakit yang dicurigai sebagai penyebab polifagia adalah diabetes dan hipertiroidisme. Pada diabetes, tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi sehingga sel-sel tubuh terus mengirimkan sinyal lapar ke otak.

    Sementara itu, hipertiroidisme menyebabkan metabolisme tubuh meningkat, sehingga pembakaran kalori lebih cepat dan tubuh membutuhkan lebih banyak energi, yang akhirnya memicu rasa lapar.

    “Kondisi yang makan berlebih bisa disebut polifagia apapun sebabnya. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut,” kata dr Aru.

    Selain gangguan kesehatan yang mendasari, terdapat beberapa faktor lain yang juga dapat menyebabkan rasa lapar setelah makan.

    “Bisa karena stres, kurang tidur, diet ketat, dehidrasi, dan lain-lain,” lanjutnya.

    Hal tersebut juga didukung oleh sebuah studi yang berjudul ‘Lifestyle Determinants of the Drive to Eat: a Meta Analysis’ yang dipublikasikan di The American Journal of Clinical Nutrition. Studi tersebut menemukan bahwa gaya hidup yang buruk, termasuk kurang tidur tidak hanya berkorelasi dengan obesitas, tetapi juga kemungkinan berkontribusi mendorong makan berlebihan. Studi ini dilakukan di laboratorium terkontrol yang melibatkan individu sehat. Studi ini juga dianalisis dengan menggunakan 3 meta-analisis dengan model efek acak.

    Begitu juga dengan stres yang dapat memengaruhi preferensi makanan. Sebuah artikel berjudul ‘Why Stress Causes people to Overeat’ yang dilansir Harvard Health Publishing menyebut, sejumlah penelitian (banyak di antaranya dilakukan pada hewan) menunjukkan bahwa tekanan fisik atau emosional dapat meningkatkan konsumsi makanan tinggi lemak, gula, atau keduanya.

    Kadar kortisol yang tinggi, dikombinasikan dengan kadar insulin yang meningkat, diduga menjadi penyebabnya. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ghrelin, yang dikenal sebagai ‘hormon lapar’, mungkin turut berperan dalam mekanisme ini.

    Kaitannya dengan Sistem Imun

    Selain menyebabkan rasa lapar sering muncul, gaya hidup yang buruk juga dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Dikutip dari Hopkins Medicine, sistem kekebalan tubuh bekerja untuk mencegah masuknya kuman dan zat asing lainnya ke dalam tubuh serta menghancurkan apa pun yang berhasil masuk.

    Sistem kekebalan tubuh terdiri dari jaringan, sel, dan organ yang kompleks. Fungsinya adalah melindungi tubuh dari infeksi serta berbagai kondisi lainnya. Jika sistem imun tidak berfungsi dengan baik, tubuh dapat berisiko terserang penyakit. Terdapat sejumlah faktor yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang. Selain penyakit atau kondisi tertentu, kebiasaan atau pola hidup yang buruk juga bisa melemahkan sistem imun tubuh.

    Contohnya, seperti kurang tidur. Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, bukti ilmiah menunjukkan bahwa tidur memiliki pengaruh yang kuat terhadap fungsi kekebalan tubuh. Bahkan penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dapat memengaruhi berbagai bagian sistem kekebalan tubuh yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam gangguan kesehatan.

    Tak hanya itu, kebiasaan atau pola hidup yang buruk seperti gampang stres juga dapat melemahkan sistem imun tubuh menurut American Psychological Association (APA).

    Pola Makan Sehat Perbaiki Daya Tahan Tubuh

    Selain stres dan kurang tidur, masih banyak kebiasaan hidup buruk yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan gaya hidup sehat, termasuk mengadopsi pola makan yang baik. Beberapa jenis makanan dan bahan alami diketahui dapat mendukung atau meningkatkan daya tahan tubuh, salah satunya adalah kunyit (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.). Kunyit memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, termasuk meningkatkan imunitas tubuh dan stamina.

    Pakar herbal dan dokter saintifikasi jamu, dr Rianti Maharani, M.Si, FINEM, AIFO-K menjelaskan bahwa kunyit telah lama digunakan selama ribuan tahun terutama di wilayah Asia Selatan dan Tenggara, termasuk Indonesia. Bahan alami telah lama digunakan sebagai pengobatan tradisional dan bahan masakan.

    Menurut dr Rianti, kunyit digunakan untuk meningkatkan imunitas, meredakan inflamasi, mendukung pencernaan, memperbaiki stamina, hingga menjaga kesehatan kulit. Hal ini, lanjutnya, karena kunyit memiliki senyawa aktif utama kurkumin, yang dapat mengurangi peradangan, melawan radikal bebas, mendukung metabolisme, hingga melindungi kesehatan otak dan jantung.

    “Penggunaan kunyit sebagai suplemen atau dalam bentuk makanan dapat memberikan banyak manfaat kesehatan yang telah terbukti melalui berbagai penelitian ilmiah. Penting untuk mengonsumsinya dengan bijak dan sesuai dosis yang disarankan,” katanya saat dihubungi detikcom, Jumat (21/3/2025).

    Pendapat ini sejalan dengan sebuah studi tahun 2020 yang berjudul ‘Turmeric and Its Major Compound Curcumin on Health: Bioactive Effects and Safety Profiles for Food, Pharmaceutical, Biotechnological and Medicinal Applications’, dipublikasikan di Frontiers in Pharmacology. Studi tersebut menemukan bahwa kunyit atau nama latinnya Curcuma longa telah dikaitkan dengan sifat anti-inflamasi, antikanker, antidiabetik, antidiare, antimikroba, antivirus, dan antioksidan, yang berperan dalam mendukung dan memperkuat sistem imun.

    Fakta-fakta kunyit dan manfaatnya. Infografis: Suci Risanti Rahmadania/detikHealth

    Cara Terbaik Mengonsumsi Kunyit

    Menurut dr Rianti, untuk mendapatkan manfaat maksimal dari kunyit, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Sebagian besar manfaat kesehatan dari kunyit berasal dari senyawa aktif yang disebut kurkumin, yang memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan, dan berbagai efek positif lainnya.

    Namun, kurkumin memiliki bioavailabilitas yang rendah, artinya tubuh tidak dapat menyerapnya dengan baik jika dikonsumsi begitu saja. Adapun salah satu cara mengonsumsinya adalah mengombinasikan kunyit dengan lada hitam.

    “Mengapa? Lada hitam mengandung senyawa aktif piperin, yang dapat meningkatkan penyerapan kurkumin hingga 2.000 persen lebih baik. Menggabungkan kunyit dengan merica hitam adalah cara yang sangat efektif untuk memaksimalkan manfaat kurkumin dalam tubuh,” kata dr Rianti.

    “Pilih suplemen kurkumin yang mengandung piperin atau bentuk kurkumin yang telah dipatenkan, seperti Sido Muncul Natural Sari Kunyit Plus. Konsumsi sesuai dosis yang disarankan pada kemasan,” katanya lagi.

    (suc/up)

  • 5 Tips dari Dokter Agar Penderita Jantung Tetap Aman Berpuasa

    5 Tips dari Dokter Agar Penderita Jantung Tetap Aman Berpuasa

    Jakarta

    Bagi penderita penyakit jantung, keputusan untuk berpuasa harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan secara menyeluruh agar tidak menimbulkan risiko besar. Mengingat setiap individu memiliki kondisi dan tingkat keparahan yang berbeda, penting untuk memahami bagaimana kondisi yang aman untuk menjalani puasa tanpa menimbulkan risiko bagi jantung.

    “Bagi penderita penyakit jantung seperti gagal jantung berat dengan keluhan sesak napas dan kelelahan ekstrem, penyakit jantung koroner yang tidak stabil dengan nyeri dada yang sering muncul, gangguan irama jantung (aritmia) yang berisiko mengancam nyawa, atau kelainan katup jantung yang parah, sebaiknya mempertimbangkan kembali untuk berpuasa. Karena dalam kondisi seperti ini, tubuh membutuhkan asupan nutrisi yang cukup agar fungsi jantung tetap terjaga,” papar Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Jantung Intervensi Mayapada Hospital Kuningan, dr. Amir Aziz Alkatiri, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FSCAI, dalam keterangannya, Rabu (26/3/2025).

    dr. Amir menjelaskan bagi penderita penyakit jantung yang baru saja menjalani operasi jantung seperti operasi pemasangan ring jantung, bypass jantung, atau Coronary Artery Bypass Grafting (CABG), serta yang baru mengalami serangan jantung disarankan untuk menunda puasa dan tetap berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan pemulihan yang optimal.

    “Namun, penderita penyakit jantung masih dapat berpuasa jika kondisi mereka stabil dan terkontrol dengan baik, seperti penyakit jantung koroner yang tidak menunjukkan gejala serius, hipertensi yang sudah terkendali, atau gagal jantung ringan yang ditangani dengan pengobatan yang tepat,” jelas dr. Amir.

    Bagi penderita penyakit jantung dengan kondisi yang stabil yang masih dapat berpuasa, penting untuk menjalankan puasanya sesuai dengan anjuran dokter.

    Sementara itu Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Jantung Intervensi Mayapada Hospital Bogor, dr. Bimo Bintoro, Sp.JP (K) membagikan lima tips penting kepada siapapun yang memiliki penyakit jantung, agar dapat menjalani ibadah puasa dengan aman.

    Pertama, atur pola makan seimbang saat sahur dan berbuka dengan memilih makanan berkarbohidrat kompleks seperti nasi merah, roti gandum, atau oatmeal; lemak sehat seperti minyak zaitun, ikan berlemak, kacang-kacangan; serta protein rendah lemak seperti ayam tanpa kulit, ikan, tempe, atau tahu. Lalu, hindari makanan tinggi lemak jenuh, garam, atau gula.

    Kedua, jaga hidrasi tubuh dengan mengonsumsi air putih, jus buah segar, atau air kelapa, dan hindari minuman berkafein atau beralkohol yang dapat menyebabkan dehidrasi.

    Ketiga, jika Anda mengonsumsi obat pengontrol tekanan darah atau penyakit jantung lainnya, atur jadwal minum obat sesuai anjuran dokter dan konsultasikan ke dokter jika ada kemungkinan penyesuaian jadwal minum obat selama puasa agar tetap efektif dan aman bagi kesehatan.

    Keempat, penderita penyakit jantung dapat tetap aktif, namun hindari aktivitas fisik berat, terutama pada siang hari. Sebagai alternatif, lakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki atau yoga untuk menjaga kesehatan jantung tanpa memberikan beban berlebih pada tubuh.

    Kelima, hindari stres berlebih melalui beberapa kegiatan seperti beribadah, meditasi, mendengarkan musik, atau berbincang dengan orang terdekat, sehingga kesehatan jantung dapat terjaga selama puasa.

    “Namun, karena setiap kondisi penderita berbeda-beda, alangkah lebih baik jika penderita penyakit jantung berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, untuk memastikan tubuh siap menjalani puasa,” ujar dr. Bimo Sp.JP(K).

    Pastikan Anda atau keluarga yang memiliki penyakit jantung aman berpuasa dengan konsultasi bersama tim dokter spesialis di Cardiovascular Center Mayapada Hospital, yang menawarkan layanan komprehensif untuk kesehatan jantung.

    Dokter Amir, dr. Bimo, dan tim dokter lainnya siap memberikan panduan berpuasa yang aman bagi penderita penyakit jantung. Konsultasi dapat dilakukan di seluruh unit Mayapada Hospital maupun melalui aplikasi MyCare, yang mempermudah akses dan transaksi layanan kesehatan.

    Cardiovascular Center Mayapada Hospital juga dilengkapi layanan Cardiac Emergency yang siaga 24 jam untuk menangani kegawatdaruratan jantung sesuai protokol Door to Ballon kurang dari 90 menit. Layanan ini dapat diakses melalui call centre 150990 atau melalui fitur tombol Emergency Call di aplikasi MyCare.

    Ada pula fitur Health Articles & Tips di MyCare yang menyediakan informasi seputar kesehatan jantung termasuk berbagai penanganan kasus jantung yang advanced di Cardiovascular Center Mayapada Hospital.

    Aplikasi ini juga dilengkapi fitur Personal Health, yang membantu pengguna memantau kesehatan jantung melalui pengukuran detak jantung, jumlah kalori terbakar, langkah kaki, dan Body Mass Index (BMI). Unduh MyCare di Google Play Store dan App Store, dan dapatkan reward point saat registrasi pertama, yang dapat digunakan sebagai potongan harga untuk berbagai pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (ega/ega)