Produk: lemak

  • 7 Cara Cutting yang Benar untuk Menurunkan Kadar Lemak Namun Tetap Berotot

    7 Cara Cutting yang Benar untuk Menurunkan Kadar Lemak Namun Tetap Berotot

    YOGYAKARTA – Salah satu metode diet yang populer dilakukan oleh para atlet, binaragawan, hingga pelaku gaya hidup sehat adalah cutting. Cutting merupakan strategi diet yang fokus pada penurunan kadar lemak tubuh sambil mempertahankan massa otot sebanyak mungkin. Bagi Anda yang tertarik menjalaninya maka perlu tahu cara cutting yang benar.

    Berbeda dengan diet biasa yang hanya berfokus pada penurunan berat badan, cutting dirancang secara khusus agar hasilnya tetap terlihat fit dan berotot. Jadi diet ini tidak bertujuan membuat tubuh yang kurus lemas.

    Namun melakukan cutting tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Jika tidak dilakukan dengan cara yang tepat, proses cutting justru bisa menyebabkan hilangnya massa otot, penurunan performa tubuh, bahkan gangguan metabolisme. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara cutting yang benar agar hasil yang didapatkan sesuai harapan.

    Cara Cutting yang Benar

    Berikut ini cara melakukan program cutting yang benar untuk mendapatkan badan yang fit dan ideal sesuai keinginan:

    1. Defisit Kalori yang Tepat

    Langkah pertama dan paling utama dalam program cutting adalah menciptakan defisit kalori. Defisit ini dilakukan dengan memberikan asupan kalori harian lebih rendah dari kebutuhan tubuh. Namun defisit ini tidak boleh terlalu besar. 

    Idealnya, pengurangan kalori sekitar 10–20% dari total kebutuhan kalori harian (TDEE). Misalnya jika kebutuhan kalori harian Anda 2.500 kalori, maka saat cutting cukup konsumsi sekitar 2.000–2.250 kalori per hari.

    Defisit kalori yang terlalu ekstrem dapat membuat tubuh kehilangan massa otot, memperlambat metabolisme, dan memicu rasa lemas yang berlebihan. Oleh karena itu, lakukan defisit kalori secara bertahap dan terukur.

    2. Prioritaskan Asupan Protein

    Ketika tubuh mengalami defisit kalori, ia akan mencari sumber energi lain—termasuk dari otot. Untuk mencegah hal ini, asupan protein tinggi sangat penting dalam fase cutting. Protein membantu mempertahankan massa otot dan mempercepat proses pemulihan setelah latihan.

    Saran umum untuk kebutuhan protein saat cutting adalah sekitar 1,6–2,2 gram per kilogram berat badan per hari. Sumber protein bisa berasal dari dada ayam, ikan, telur, daging sapi tanpa lemak, tahu, tempe, hingga whey protein jika diperlukan.

    3. Tetap Latihan Beban

    Banyak orang mengira bahwa saat melakukan cutting cukup melakukan kardio saja. Padahal, latihan beban tetap penting dilakukan untuk mempertahankan otot selama fase penurunan lemak. Latihan ini memberikan stimulus pada otot agar tetap aktif dan tidak ‘dibakar’ oleh tubuh saat kekurangan kalori.

    Latihan beban selama cutting sebaiknya tetap dilakukan minimal 3–4 kali seminggu dengan fokus pada gerakan compound seperti squat, deadlift, bench press, dan pull-up.

    4. Kombinasikan dengan Kardio Secukupnya

    Kardio dapat menjadi pelengkap yang baik dalam program cutting karena membantu membakar kalori ekstra. Namun jangan memberikan asupan kardio berlebihan. Kardio yang terlalu intens atau terlalu sering justru bisa mengganggu pemulihan otot dan menambah beban stres pada tubuh.

    Pilih jenis kardio yang sesuai, seperti LISS (Low Intensity Steady State) untuk durasi panjang atau HIIT (High Intensity Interval Training) untuk sesi singkat namun intens. Lakukan kardio sekitar 2–3 kali seminggu sebagai pelengkap dari latihan beban.

    5. Perhatikan Asupan Lemak dan Karbohidrat

    Meskipun dalam program cutting, tubuh tetap membutuhkan lemak sehat dan karbohidrat kompleks. Lemak sehat berperan dalam produksi hormon, termasuk hormon testosteron yang penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan otot. Pilih sumber lemak sehat dari alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan ikan berlemak.

    Karbohidrat tetap dibutuhkan sebagai sumber energi utama, terutama saat latihan. Jangan menghilangkan karbohidrat sepenuhnya. Sebaiknya konsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi merah, oats, ubi, atau kentang dalam jumlah moderat.

    6. Cukup Istirahat dan Tidur

    Banyak orang fokus hanya pada pola makan dan latihan, namun lupa bahwa istirahat dan tidur yang cukup sangat krusial dalam program cutting. Kurang tidur dapat meningkatkan hormon kortisol (hormon stres) yang bisa memperlambat pembakaran lemak dan menyebabkan kehilangan otot.

    Pastikan Anda tidur minimal 7–8 jam per malam, dan berikan waktu istirahat yang cukup antar sesi latihan agar tubuh bisa pulih secara optimal.

    7. Jangan Lupakan Mikronutrien

    Selain makronutrien seperti protein, karbohidrat, dan lemak, tubuh juga memerlukan vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung metabolisme, kekebalan tubuh, serta fungsi organ selama cutting. Konsumsi berbagai jenis sayur dan buah setiap hari agar kebutuhan mikronutrien terpenuhi.

    Jika dirasa perlu, Anda bisa menambahkan suplemen seperti multivitamin, omega-3, atau magnesium. Namun tetap prioritaskan pemenuhan dari makanan alami.

    Demikianlah tips cara cutting yang benar untuk membentuk tubuh yang sehat dan bugar. Dengan pendekatan yang tepat dan disiplin yang konsisten, cutting dapat menjadi cara yang efektif untuk mendapatkan tubuh ideal yang lebih kencang, bugar, dan sehat tanpa mengorbankan otot. Baca juga mengenai diet mediterania.

    Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kami menghadirkan info terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.

  • Demi Masyarakat Sehat, Pelabelan Komposisi Gula, Garam dan Lemak di Depan Kemasan Harus Ada

    Demi Masyarakat Sehat, Pelabelan Komposisi Gula, Garam dan Lemak di Depan Kemasan Harus Ada

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

    TRIBUNJAKARTA.COM – Ketua Umum Forum Warga Kota (FAKTA) Indonesia, Ari Subagyo menginginkan Hari Konsumen Nasional yang diperingati pada 20 April lalu sebagai momentum kehadiran negara dalam melindungi konsumen.

    Satu di antaranya melalui penerapan label pangan yang informatif dan mudah dipahami terkait komposisi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) melalui Front-of-Package Labelling (FOPL) atau pelabelan di bagian depan kemasan. 

    Ari berpendapat, FOPL merupakan bentuk penyampaian informasi pelabelan gizi sederhana di bagian depan yang lebih mudah diakses konsumen dan dilengkapi dengan tabel informasi gizi di bagian belakang kemasan. 

    “WHO dalam rekomendasinya di tahun 2019 mendorong penerapan FOPL secara wajib dengan model profil gizi yang sederhana, jelas dan tidak menimbulkan kebingungan bagi masyarakat,” kata Ari, Jumat (25/4/2025).

    Ari menjelaskan, penerapan FOPL sangat relevan dalam mendukung upaya pemerintah menekan angka Penyakit Tidak Menular (PTM), khususnya obesitas, sebagaimana ditargetkan dalam RPJMN
    2025–2029. 

    “Ketentuan mengenai pengendalian GGL juga telah diatur dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2023 dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024,” ujarnya.

    Ari menjelaskan, beleid yang mengatur hal itu juga ada pada Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 yang telah mengatur kewajiban pencantuman kandungan gula. 

    Terkuak pengakuan pelaku pembunuh pria yang jasadnya dibuang dalam karung di saluran air di Jalan Daan Mogot, Tangerang. Pelaku yang diketahui bernama Nana alias Ragil tega menghilangkan nyawa korban karena dua alasan.

    Namun, implementasinya belum efektif karena minimnya pemahaman masyarakat terhadap informasi gizi yang ada.

    “Sebagai bentuk pemenuhan hak atas kesehatan, pemerintah perlu lebih tegas dalam menerapkan sistem FOPL. 

    Melalui pelabelan yang sederhana dan mudah dipahami, konsumen dapat menghindari produk tinggi GGL, sekaligus memiliki kendali dalam menentukan pilihan gizi yang lebih sehat,” tuturnya.

    Menurutnya, melalui implementasi peraturan dengan baik maka akan berdampak langsung dalam menurunkan angka PTM dan mengurangi beban pembiayaan kesehatan di masa depan.

    Untuk itu, lanjut Ari, dalam peringatan Hari Konsumen Nasional Tahun 2025, FAKTA Indonesia mendesak kehadiran nyata pemerintah dalam pengendalian konsumsi produk tinggi GGL melalui kebijakan label kemasan yang tegas, mudah dipahami, dan berpihak pada konsumen. 

    “Perlindungan ini sangat penting untuk memastikan kesehatan masyarakat menuju Generasi Emas 2045,” kata Ari Subagyo.

    (TribunJakarta)

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.

    Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • 10 Makanan Kaya Vitamin B12, untuk Cegah Anemia hingga Kelelahan

    10 Makanan Kaya Vitamin B12, untuk Cegah Anemia hingga Kelelahan

    Jakarta

    Semakin lengkap asupan nutrisi yang dikonsumsi, maka tubuh akan semakin sehat. Salah satu yang tak boleh dilupakan adalah asupan vitamin B12.

    Nutrisi ini tidak harus diperoleh lewat makanan atau suplemen, karena tubuh tidak bisa memproduksinya secara alami. Untuk itu, kita sebaiknya makan makanan yang mengandung vitamin B12, di samping mengandung nutrisi penting lainnya.

    Tanpa vitamin B12, tubuh akan kesulitan membentuk sel darah merah, membantu metabolisme sel, memproduksi DNA, hingga mengoptimalkan fungsi saraf. Ini bermanfaat untuk mencegah anemia hingga mengatasi kelelahan.

    Sumber vitamin B12 bisa berasal dari produk makanan hewani maupun nabati. Simak artikel ini untuk mengetahui 10 makanan kaya vitamin B12, lengkap dengan manfaatnya.

    Makanan Sumber Vitamin B12

    Dikutip dari situs WebMD, berikut ini sederet makanan yang kaya vitamin B12 yang bisa kita konsumsi:

    1. Daging Merah

    Daging merah mengandung vitamin B12 yang tinggi. Daging merah meliputi daging sapi, kambing, dan sejenisnya. Namun jangan terlalu banyak makan daging merah, karena bisa menimbulkan masalah kesehatan lain, seperti kolesterol hingga asam urat.

    2. Daging Unggas

    Vitamin B12 juga bisa ditemukan pada ayam dan kalkun. Lebih aman jika mengonsumsi daging unggas tanpa lemak dan dimasak tanpa minyak, seperti dipanggang.

    3. Jeroan

    Jeroan hewan cenderung kaya akan vitamin B12. Kandungan terbanyak ada pada jeroan sapi. Pilihan lainnya adalah jeroan ayam atau kalkun. Namun jeroan mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi, sehingga harus dibatasi.

    4. Seafood

    Berbagai makanan laut (seafood) mengandung banyak vitamin B12, di antaranya kerang yang dimasak, kerang kukus, tuna, kepiting, ikan trout, ikan salmon, dan ikan sarden.

    5. Produk Susu

    Berbagai produk susu dapat memenuhi asupan vitamin B12 kamu. Ini termasuk susu rendah lemak, yoghurt, keju, dan susu kedelai.

    6. Telur

    Salah satu cara mudah mendapatkan asupan vitamin B12 adalah dengan makan telur. Sebagian besar vitamin B12 berada pada kuning telur. Satu telur rebus mengandung sekitar 0,6 mikrogram vitamin B12 atau sekitar 25% dari kebutuhan tubuh harian.

    7. Rumput Laut

    Sebagai variasi, detikers bisa memasukkan rumput laut atau nori ke dalam menu makanan kamu. Rumput laut sering digunakan untuk membuat makanan jepang seperti sushi.

    8. Tempe

    Tempe merupakan makanan hasil fermentasi dari kedelai. Satu porsi tempe bisa mengandung hingga 8 mikrogram vitamin B12.

    9. Jamur Shiitake

    Bagian tubuh jamur shiitake kering mengandung vitamin B12. Makan 50 gram jamur shiitake kering dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 harian untuk orang dewasa.

    10. Daging Nabati

    Terakhir, vitamin B12 mungkin bisa diperoleh dari beberapa jenis daging nabati yang biasa dikonsumsi para vegetarian. Namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar vitamin B12-nya.

    Manfaat Vitamin B12

    Lantas apa saja manfaat dari vitamin B12? Berikut 8 manfaat vitamin B12 yang dikutip dari Healthline:

    Membantu pembentukan sel darah merah, sehingga penting untuk mencegah anemia.Mencegah masalah kehamilan, seperti kecacatan saraf, kelahiran prematur, atau keguguran.Mendukung kesehatan tulang, sehingga mencegah osteoporosis.Mengurangi risiko degenerasi makula yang berpengaruh pada kesehatan mata.Memperbaiki suasana hati, sehingga bisa mengatasi gejala depresi.Bermanfaat bagi kesehatan otak, sehingga daya ingat tidak mudah menurun.Mendukung kesehatan rambut, kulit, dan kuku.Mencegah kelelahan, karena vitamin B12 bisa mempengaruhi tingkat energi.

    Itulah tadi berbagai makanan yang kaya akan vitamin B12. Beberapa jenis makanan perlu dibatasi konsumsinya, karena bisa mempengaruhi masalah kesehatan lainnya.

    (bai/row)

  • 10 Ikan Tinggi Protein untuk Diet dan Cegah Stunting pada Anak

    10 Ikan Tinggi Protein untuk Diet dan Cegah Stunting pada Anak

    Jakarta

    Ikan merupakan salah satu sumber protein yang baik untuk kesehatan. Bagi anak, protein sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya, serta dapat mencegah stunting.

    Orang dewasa pun dapat memanfaatkan ikan untuk mencukupi kebutuhan protein, termasuk bagi detikers yang sedang diet. Ikan kaya lemak sehat yang digunakan sebagai zat pembangun dan mencukupi kebutuhan tubuh.

    Pilihan Ikan Tinggi Protein

    Ikan tinggi protein tentunya tak harus mahal hingga sulit diperoleh. Dirangkum dari situs RSUD Awet Muda Narmada Lombok Barat dan Verywell Health, berikut pilihan ikan tinggi protein yang murah dan bergizi.

    1. Nila

    Ikan nila mengandung 20,1 gram protein per porsi 100 gram. Selain protein, ikan ini kaya akan fosfor, yang membantu menjaga gigi dan tulang serta menangkal osteoporosis.

    Kandungan lainnya adalah selenium yang berguna dalam pembentukan DNA. Ikan nila juga dianggap salah satu pilihan terbaik karena kandungan merkurinya rendah.

    2. Kakap

    Selanjutnya ada ikan kakap yang juga mudah didapatkan. Kakap mudah dikonsumsi karena berduri besar dengan daging yang relatif tebal.

    Kandungan protein kakap mencapai 20 gram untuk setiap 100 gram. Selain itu, ikan ini memiliki sekitar 92 kalori dan 0,7 gram lemak. Kandungan lainnya adalah kalsium, fosfor, dan zat besi.

    3. Lele

    Ikan lele bisa dikatakan sebagai yang paling mudah diakses masyarakat. Lele tersedia dengan harga murah, bisa dibeli di berbagai tempat, dan mudah diolah. Ikan ini mengandung 16 gram protein per porsi 100 gram.

    4. Bandeng

    Ikan bandeng mengandung sekitar 20 gram protein tiap 100 gramnya. Ikan air payau ini sering menjadi sajian di meja makan atau di warung-warung.

    Satu porsi bandeng setidaknya memiliki 123 kalori dan 4,8 gram lemak. Kandungan lainnya seperti kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium, thiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), serta niacin.

    5. Cakalang

    Ikan air laut ini banyak ditemukan di perairan Indonesia dan diolah menjadi berbagai hidangan. Kandungan protein cakalang mencapai 19,6 gram protein tiap 100 gram. Dengan bobot sama, cakalang juga mengandung sekitar 107 kalori dan 0,7 gram lemak dalam keadaan mentah.

    6. Kembung

    Satu porsi ikan kembung 100 gram mentah mengandung 21,3 protein, 125 kalori, 3,4 gram lemak, dan 2,2 gram karbohidrat. Ikan ini juga mengandung kalsium, fosfor, zat besi, natrium, dan kalium. Seperti lele, ikan kembung mudah diperoleh di mana saja dengan harga terjangkau.

    7. Tuna

    Ikan jenis ini banyak diolah menjadi hidangan siap makan, dikonsumsi segar, atau menu sehari-hari. Tiap 100 gram ikan tuna mengandung 19 gram protein.

    Beberapa jenis tuna mengandung tinggi merkuri yang bisa mengakibatkan keracunan. Karena itu sebaiknya pilih albacore dan tuna sirip kuning untuk mengurangi risiko paparan merkuri. Hindari tuna mata besar, terutama saat hamil.

    8. Kerapu

    Ikan kerapu porsi 100 gram mengandung 19,4 gram protein. Ikan kerapu juga kaya lemak, vitamin, dan mineral. Selain sebagai sumber protein dan lemak baik, ikan ini membantu meningkatkan kemampuan tubuh untuk memproduksi insulin sebagai pencegahan diabetes.

    9. Tenggiri

    Ikan tenggiri juga mengandung banyak protein sebanyak 18,6 gram per porsi 100 gram. Tenggiri banyak digunakan sebagai bahan olahan makanan khas Indonesia, seperti pempek, bakso, dan otak-otak. Jenis ikan ini banyak ditemukan di perairan Indonesia mulai Sumatra hingga Papua.

    10. Salmon

    Ikan salmon yang dibudidayakan mengandung 20,4 gram protein per porsi 100 gram. Sementara salmon dari sumber alami mengandung 22,3 gram protein tiap 100 gram.

    Jenis ikan ini tidak ditemukan di Indonesia, sehingga konsumsi salmon harus diimpor dari luar negeri. Karena itu, harga salmon kerap dirasa lebih mahal dibanding ikan tinggi protein lainnya.

    Dengan banyaknya pilihan ikan tinggi protein, kebutuhan nutrisi di segala umur menjadi lebih mudah terpenuhi. Dengan nutrisi yang baik, angka stunting dan pasien dengan penyakit tidak menular diharapkan bisa terus menurun.

    (bai/row)

  • Rahasia Mengecilkan Perut Buncit: Makanan Penghancur Lemak!

    Rahasia Mengecilkan Perut Buncit: Makanan Penghancur Lemak!

    Buah-buahan, khususnya buah berwarna merah seperti jeruk bali, delima, dan beri-berian, kaya akan antioksidan dan serat. Pisang, dengan kandungan pati resistennya, juga bermanfaat untuk kesehatan pencernaan. Sementara alpukat, kaya akan lemak sehat dan serat, membantu Anda merasa kenyang lebih lama.

    Jangan ragu untuk memasukkan berbagai jenis buah ke dalam menu harian Anda. Buah-buahan dapat menjadi camilan sehat yang mengenyangkan dan mencegah Anda dari godaan makanan tidak sehat. Namun, tetap batasi konsumsi buah-buahan manis karena mengandung gula alami.

    Selain rasanya yang lezat, buah-buahan juga memberikan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Pilihlah buah-buahan yang beragam warna untuk mendapatkan berbagai macam nutrisi.

  • Apa Itu Varises? Kenali Gejala hingga Pengobatannya

    Apa Itu Varises? Kenali Gejala hingga Pengobatannya

    Jakarta

    Varises sering dianggap sekedar masalah sepele bagi banyak orang. Padahal, sebenarnya, varises merupakan kondisi medis yang cukup serius jika tidak ditangani dengan baik dan cepat.

    Secara medis, varises dikenal dengan istilah chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis. Kondisi ini terjadi ketika katup di dalam pembuluh darah vena mengalami kerusakan atau tidak bekerja dengan baik.

    Normalnya, katup vena bertugas memastikan darah mengalir satu arah ke jantung dan mencegah darah kembali turun karena gaya gravitasi.

    Ketika katup ini rusak, darah akan cenderung mengendap di bagian tubuh bawah, terutama di tungkai dan betis. Akibatnya, tekanan meningkat dan pembuluh vena menjadi melebar hingga akhirnya menonjol di permukaan kulit. Inilah yang dikenal sebagai varises.

    “Jadi sebenarnya varises secara istilah medisnya merupakan suatu penyakit yang nama resminya adalah insufisiensi vena kronis, ada terjadi gangguan aliran vena yang diakibatkan keadaan kelainan di katup di segmen pembuluh darah vena, akhirnya aliran darah yang seharusnya dikirim kembali ke jantung, dia ada stagnan di area mungkin di tungkai, bisa di paha atau di betis,” kata spesialis jantung dan pembuluh darah di Jakarta Varices Clinic (JVC), dr. Melisa Aziz, SpJP, saat ditemui Selasa, (22/4/2025).

    Banyak pengidap varises justru mengalami berbagai gejala yang mengganggu aktivitas. Sensasi berat atau pegal di kaki adalah keluhan yang paling umum, terutama setelah berdiri atau berjalan dalam waktu lama.

    Beberapa orang juga mengeluhkan rasa nyeri, kram di malam hari, atau pembengkakan di sekitar pergelangan kaki. Sayangnya, karena sering dianggap hanya sebagai gangguan estetika, banyak orang tidak menyadari bahwa varises bisa berkembang menjadi komplikasi medis yang lebih serius. Padahal, semakin dini kondisi ini ditangani, semakin besar peluang untuk mencegah perburukan.

    “Sebenarnya mungkin masalah varises ini, selain masalah medis juga, orang kadang pikir hanya masalah estetika saja sih. Padahal sebenarnya ini gabungan keduanya, jadi ada medis, ada estetika juga,” kata spesialis dermatologi, venerologi dan estetika dari JVC, dr. Nana Novia Jayadi, Sp. DVE, dalam kesempatan yang sama.

    Dari segi jenis kelamin, kasus varises memang lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Meski begitu, kondisi ini masih tergolong underdiagnosed di Indonesia. Hingga kini, belum ada data pasti mengenai prevalensinya secara nasional.

    Namun, berdasarkan data secara global, sekitar 1 hingga 20 persen pria dewasa mengalami insufficiency vena chronic, sementara pada perempuan angkanya bisa mencapai hingga 35 – 40 persen.

    “Jadi kalau melihat prevalensinya, antara laki-laki dan perempuan, memang lebih banyak perempuan,” kata dr. Melisa.

    dr. Nana juga mengakui banyak pasien perempuan yang kerap datang ke Jakarta Varices Clinic (JVC). Kebanyakan pasien datang dengan keluhan di kaki. Namun, kasus pelebaran pembuluh darah atau disebut spider vein di wajah juga cukup sering ditemukan.

    Sementara dari segi usia, risiko varises memang meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, bukan berarti usia muda bebas dari kondisi ini. Tidak sedikit pasien berusia 30-an hingga 40-an yang sudah mengalami varises dan datang untuk konsultasi. Meski jumlahnya tidak sebanyak kelompok usia 50 tahun ke atas, kasus pada usia lebih muda tetap ada dan perlu diperhatikan.

    Varises Tak Hanya di Kaki

    Adapun lokasi paling umum munculnya varises adalah di tungkai bawah. Ini karena kaki berada di posisi paling bawah dari tubuh saat berdiri, sehingga aliran darah balik ke jantung harus melawan gaya gravitasi.

    Tungkai juga menjadi tempat penampungan darah sementara sebelum akhirnya dipompa kembali ke jantung. Saat katup vena tidak berfungsi dengan baik, darah lebih mudah terkumpul di daerah tersebut.

    Meski pada dasarnya kerap ditemukan di kaki, pelebaran pembuluh darah juga bisa terjadi di bagian tubuh lain, misalnya wajah. Tak sedikit orang yang menyebut kondisi ini sebagai varises wajah. Padahal, istilah yang lebih tepat untuk kondisi ini adalah spider vein.

    “Tapi kalau di wajah penyebabnya agak berbeda, sehingga memang tidak lazim kalau kita sebutnya itu varises juga,” kata dr. Nana.

    “Tidak bisa serta-merta kita sebut varises pada wajah, tapi mungkin lebih ke spider vein pada wajah. Kalau kaki memang kita lazim sebut dengan varises seperti itu,” sambungnya lagi.

    Spider vein merupakan pelebaran pembuluh darah kapiler kecil yang tampak seperti garis merah atau biru di permukaan kulit. Meski tampak mirip, spider vein berbeda dari varises karena ukurannya lebih kecil dan penyebabnya pun berbeda.

    Penyebab Varises dan Spider Vein

    Spider vein pada wajah biasanya disebabkan oleh paparan sinar matahari yang berlebihan, penuaan, penipisan lapisan lemak kulit, atau penggunaan produk wajah tertentu seperti krim steroid dalam jangka panjang.

    “Pemakaian krim-krim yang sifatnya iritatif sehingga kulitnya jadi tipis atau mungkin pemakaian krim steroid yang tanpa pengawasan dokter dalam jangka waktu lama, sehingga muncul urat-urat baru yang terlihat,” kata dr. Nana.

    Sering kali, spider vein tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi bisa mengganggu secara estetika. Pada orang dengan kulit terang, pembuluh darah ini juga lebih mudah terlihat, meskipun belum tentu merupakan gangguan medis.

    Sementara itu, penyebab varises di kaki cukup kompleks dan sering kali merupakan gabungan dari berbagai faktor. Genetik memiliki peran besar, saat seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan varises lebih rentan mengalami kondisi yang sama.

    Perubahan hormonal, kelebihan berat badan, kebiasaan berdiri atau duduk terlalu lama tanpa bergerak, kurangnya aktivitas fisik, hingga kehamilan juga bisa memicu munculnya varises.

    dr. Melisa menegaskan meski varises bisa dipicu oleh kondisi seperti kehamilan, bukan berarti wanita dengan varises tidak boleh hamil. Varises memang bisa muncul atau bertambah selama masa kehamilan, tetapi dalam banyak kasus, kondisi ini bisa membaik setelah melahirkan.

    Selain itu, kebiasaan buruk seperti merokok juga turut berkontribusi dalam merusak struktur pembuluh darah, bukan hanya arteri tetapi juga vena. Karena itu, gaya hidup sehat sangat penting untuk mencegah maupun mengurangi gejala varises.

    “Jangan salah ya, sekarang ini semua orang mungkin sudah tahu rokok itu merusak dinding pembuluh darah arteri, jadi sebenarnya yang dirusak bukan cuma pembuluh darah arteri, tapi vena juga,” tutur dr. Melisa.

    Dampak Varises

    Apabila tak segera ditangani, varises di kaki maupun spider vein di wajah dapat memberikan dampak, bahkan bisa mengganggu kualitas hidup pengidapnya. dr. Melisa menjelaskan, varises di kaki memiliki tahapan atau staging yang akan terus berkembang seiring waktu.

    Jika dibiarkan, keluhan akan semakin parah. Awalnya mungkin hanya terasa pegal setelah berjalan jauh, namun lama-lama bisa muncul hanya dengan berjalan sebentar. Kondisi ini membuat pengidapnya enggan beraktivitas. Bukan karena malas, tapi karena rasa tidak nyaman yang semakin mengganggu.

    Kurangnya aktivitas fisik bisa meningkatkan risiko terkena penyakit lain, seperti hipertensi dan diabetes. dr. Melisa mengatakan beberapa data menunjukkan bahwa sekitar 20 persen pengidap insufficiency vena chronic berisiko mengalami kematian akibat gangguan jantung atau pembuluh darah lainnya.

    Sementara dari sisi estetika dan psikologis, kondisi ini juga dapat mengganggu kepercayaan diri pengidapnya. dr. Nana menjelaskan bahwa varises di kaki maupun spider vein yang muncul di wajah sering membuat seseorang merasa kurang nyaman dengan penampilannya.

    Meski masih berada dalam tahap awal atau early stage, dan belum membahayakan secara medis, kondisi ini tetap berdampak pada kualitas hidup, misalnya dalam hal berpakaian hingga ketidakpercayaan diri.

    Spider vein yang muncul di wajah sering kali langsung terlihat sehingga bisa memengaruhi kepercayaan diri sejak awal kemunculannya. Masalah ini tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik, tetapi juga berdampak pada aspek emosional dan sosial.

    “Even in the early stage itu juga bisa mempengaruhi seseorang, sama seperti jerawat, dan lain-lainnya, jadi inginnya tentu, secara penampilan bersih, dan tentunya juga sehat.” kata dr. Nana.

    Bagaimana Cara Mengatasinya?

    dr. Nana mengatakan seseorang yang mengidap varises di kaki maupun spider vein di wajah umumnya tak akan hilang dengan sendirinya, sehingga membutuhkan pengobatan atau perawatan lebih lanjut. Misalnya spider vein, pembuluh darah kecil yang sudah terbentuk di permukaan kulit memiliki kemungkinan sangat kecil untuk menutup secara alami.

    Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mencari tahu penyebab utama munculnya spider vein tersebut. Apakah karena faktor genetik, penggunaan skincare yang tidak tepat, atau adanya penyakit kulit seperti rosacea. Begitu juga dengan varises di kaki.

    Bila terdapat kondisi medis yang mendasari, maka penyakit itulah yang harus diobati terlebih dahulu. Setelah kondisi dasar terkendali, barulah tindakan seperti laser treatment bisa dilakukan untuk menghilangkan sisa pembuluh darah yang terlihat.

    Ini menunjukkan bahwa tidak semua kasus varises di kaki maupun spider vein di wajah bisa langsung ditangani dengan tindakan estetika saja, terkadang dibutuhkan pendekatan medis lebih dulu.

    Pilihan penanganan pun juga sangat beragam dan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Di klinik Jakarta Varices Clinic (JVC), tersedia berbagai metode terapi seperti Cryolaser Therapy Micro Sclerotherapy, Ultrasound-Guided Sclerotherapy, hingga UVLT (Ultrasound-Guided Vein Laser Therapy).

    Bagi pasien dengan varises yang sudah cukup besar, bahkan sampai menimbulkan luka, terdapat pula opsi UVLT yang menggunakan teknologi laser dari luar pembuluh darah. Semua metode ini disesuaikan dengan kondisi pasien dan derajat varises maupun spider vein yang dialami.

    Terkait treatment, baik spider vein di wajah maupun varises di kaki umumnya memerlukan beberapa kali sesi perawatan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Jumlah sesi tergantung pada ukuran pembuluh darah yang terlihat. Semakin besar diameternya, maka semakin banyak sesi yang dibutuhkan.

    “Untuk leg (kaki) yang kita butuhkan sampai 2-3 kali, ada yang 1 kali sudah hilang. Memang secara teori kita membutuhkan sampai beberapa tahun, beberapa sesi,” kata dr Melisa.

    Selain perawatan, perubahan gaya hidup juga penting untuk mencegah kekambuhan atau munculnya varises di bagian tubuh lain. Begitu juga dengan aktivitas yang menyebabkan tekanan pada pembuluh darah seperti terlalu lama duduk atau berdiri juga harus diperhatikan.

    Bagi mereka yang pekerjaannya mengharuskan posisi tersebut, disarankan menggunakan stoking kompresi sebagai solusi pencegahan varises di kaki. Stoking kompresi berfungsi untuk membantu aliran darah dari tungkai ke bagian atas tubuh. Saat otot tungkai berkontraksi, darah akan terdorong ke atas.

    Tekanan dari stoking membuat proses aliran darah menjadi lebih efektif. Aliran yang lebih lancar tak hanya menurunkan risiko varises, tapi juga membantu meredakan keluhan seperti nyeri, bengkak, dan rasa berat di kaki setelah lama berdiri atau duduk.

    Dalam beberapa kasus, stoking kompresi perlu dipakai setiap hari selama periode tertentu. Setelahnya, kondisi pasien akan dievaluasi ulang untuk menentukan apakah terapi masih perlu dilanjutkan atau bisa dihentikan.

    Sementara itu, untuk spider vein di wajah, dr. Nana menjelaskan bahwa salah satu penyebab utamanya adalah paparan sinar matahari atau sinar ultraviolet (UV) yang berlebihan. Faktor ini cukup sulit dihindari, terutama bagi mereka yang sering beraktivitas di luar ruangan.

    Karena itu, langkah pencegahan perlu dilakukan sejak dini. Salah satunya adalah rutin memakai sunscreen. dr. Nana menyarankan penggunaan sunscreen dengan minimal SPF 30 setiap hari untuk melindungi kulit wajah dari efek buruk sinar UV.

    Jika berada di luar ruangan dalam waktu lama, sunscreen perlu dipakai ulang setiap dua hingga tiga jam agar perlindungannya tetap efektif. Selain itu, sebaiknya hindari paparan langsung sinar matahari pada jam-jam dengan intensitas tertinggi, yaitu antara pukul 10 pagi hingga 4 sore.

    Sebagai perlindungan tambahan, disarankan untuk menggunakan topi, kacamata hitam, atau payung. Berteduh di tempat yang terlindung juga bisa membantu mengurangi paparan sinar UV.

    dr. Nana menambahkan, banyak orang khawatir menghindari matahari bisa mengurangi asupan vitamin D. Padahal, tubuh tetap bisa menyerapnya dari bagian lain yang tidak tertutup.

    “Masih ada penyerapan dari tempat-tempat (tubuh) lain sebenarnya. Tapi hindari terpaparnya juga di atas jam 10, jadi lebih baik di bawah jam 10 atau setelah jam 4 sore,” ucapnya.

    Pemilihan produk skincare juga perlu diperhatikan. dr. Nana menjelaskan beberapa bahan aktif dalam skincare dapat bersifat iritatif dan berisiko memperburuk kondisi kulit jika digunakan tanpa pengawasan.

    Karenanya, ia menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan produk yang mengandung bahan aktif, terutama jika produk tersebut memiliki efek pengelupasan. Jika muncul tanda-tanda iritasi, sebaiknya pemakaian dihentikan segera untuk mencegah efek samping yang lebih parah.

    Jakarta Varices Clinic (JVC) Foto: detikHealth/Suci Risanti Rahmadania

    Di sisi lain, Jakarta Varises Clinic menyediakan layanan dari dokter spesialis jantung (cardiologist), dokter kulit (dermatologist), dan ahli gizi atau nutritionist. Dengan bantuan ahli gizi, pasien bisa mengontrol berat badan agar risiko kekambuhan atau munculnya varises di bagian tubuh lain setelah perawatan bisa diminimalkan.

    Baik spider vein di wajah maupun varises di kaki, semuanya perlu ditangani dengan pendekatan menyeluruh yang memperhatikan aspek medis, estetika, dan gaya hidup pasien.

    Di JVC juga tersedia Ladies Team yang terdiri dari dokter perempuan, perawat, hingga ahli gizi perempuan. Kehadiran tim khusus ini bukan hanya untuk memberikan kenyamanan lebih bagi pasien perempuan yang mungkin merasa enggan saat menjalani pemeriksaan, tapi juga berangkat dari pemahaman mendalam terhadap kebutuhan dan perspektif perempuan.

    Masalah varises, yang banyak dialami oleh perempuan, sering kali tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada kepercayaan diri karena faktor estetik.

    Sayangnya, pemeriksaan dan penanganan varises di Indonesia belum sepopuler keluhan kesehatan lainnya, bahkan kerap dianggap sepele. Banyak perempuan juga merasa tidak nyaman jika harus ditangani oleh tenaga medis laki-laki, apalagi jika area yang diperiksa termasuk area kaki yang sensitif.

    Karena itulah, Ladies Team di JVC dibentuk untuk menjawab kebutuhan ini. Dari wanita untuk wanita, tim ini hadir untuk memberikan perawatan menyeluruh yang tidak hanya fokus pada pengobatan, tetapi juga membantu pasien perempuan merasa lebih percaya diri dan nyaman selama proses perawatan.

    (suc/up)

  • Segini Durasi Ideal Jalan Kaki dalam Sehari Biar BB Cepat Turun

    Segini Durasi Ideal Jalan Kaki dalam Sehari Biar BB Cepat Turun

    Jakarta

    Jalan kaki memang bisa dibilang olahraga yang ‘murah meriah’. Selain tidak membutuhkan perlengkapan khusus, jalan kaki juga bisa dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja.

    Meski simpel, jalan kaki memiliki manfaat yang besar. Sejumlah penelitian menunjukkan jalan kaki dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan, termasuk dalam mengelola berat badan.

    Pertanyaannya, berapa sih durasi jalan kaki dalam sehari agar bisa menurunkan berat badan?

    Menurut tinjauan terbaru, berjalan kaki 50 menit setiap hari, empat hari dalam seminggu, dapat membantu menurunkan berat badan dan mengurangi lemak di perut.

    Kendati demikian, seseorang tidak harus memaksakan diri berjalan kaki 50 menit dalam satu waktu. Jika memang tidak mungkin untuk berjalan kaki selama 50 menit, cobalah untuk membaginya menjadi dua sesi jalan kaki dengan durasi minimal 25 menit per sesi.

    Bahkan, para peneliti menemukan mereka yang berjalan dua kali sehari selama 25 menit setiap kali, enam hari seminggu, dapat kehilangan lebih banyak berat badan dibandingkan mereka yang berjalan selama 50 menit satu kali setiap hari.

    Pembakaran kalori saat berjalan kaki dipengaruhi sejumlah faktor, mulai dari usia, berat badan, tingkat kebugaran, dan kecepatan berjalan. Secara umum, semakin berat bobot tubuh, semakin banyak pula kalori yang dapat dibakar.

    Apakah Jumlah Langkah Penting?

    Beberapa penelitian menyarankan untuk berjalan kaki 10.000 langkah setiap hari. Memang, lebih banyak langkah kerap dikaitkan dengan berat badan yang lebih sedikit.

    Namun, sebuah studi menemukan manfaat jalan kaki mencapai titik jenuh pada 7.500 langkah. Artinya, berjalan kaki hingga 10.000 langkah sehari mungkin tidak diperlukan untuk memperoleh manfaat kesehatan yang optimal.

    Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan berjalan kaki untuk menurunkan berat badan:

    1. Catat Jumlah Langkah

    Lacak langkah dan cari peluang untuk menambah jumlah langkah sehingga memenuhi target langkah harian.

    2. Tetap Aktif Sepanjang Hari

    Carilah cara untuk membagi hari dengan berdiri atau mengerjakan pekerjaan rumah. Bergerak lebih banyak dapat membantu membakar ratusan kalori tambahan setiap hari.

    3. Masukkan ke Jadwal Harian

    Hal ini membantu memastikan target jalan kaki harian terpenuhi. Penelitian juga menunjukkan hal ini dapat membentuk kebiasaan, terutama jika berjalan pada waktu yang sama setiap hari.

    4. Cari teman untuk berjalan kaki bersama

    Memiliki teman berjalan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan memperkecil kemungkinan melewatkan latihan berjalan.

    5. Luangkan Waktu untuk Istirahat

    Para ahli menyarankan untuk berjalan kaki setidaknya empat kali seminggu, tetapi tidak lebih dari lima hari seminggu. Jika berjalan kaki setiap hari, tubuh mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk beristirahat dan memperbaiki cedera ringan.

    (ath/naf)

  • Hindari Makanan Bersantan Jika Kamu Termasuk 3 Kelompok Ini

    Hindari Makanan Bersantan Jika Kamu Termasuk 3 Kelompok Ini

    Jakarta

    Di Indonesia, santan seakan sudah menjadi bahan pokok dalam membuat makanan, baik untuk masakan berkuah maupun makanan ringan. Santan membuat makanan menjadi gurih dan nikmat.

    Cairan yang berasal dari daging kelapa tua ini sebenarnya juga memiliki manfaat kesehatan jika dikonsumsi dalam batas wajar. Namun jika santan terlalu banyak masuk ke dalam tubuh, maka bisa menimbulkan masalah kesehatan.

    Orang yang masih muda atau berkondisi normal mungkin akan toleran dengan santan. Namun ada kelompok orang dengan kondisi tertentu yang sebaiknya membatasi atau bahkan menghindari makanan bersantan untuk mencegah dampak buruk.

    Siapa saja kelompok yang sebaiknya menghindari makanan bersantan? Simak penjelasannya dalam artikel ini.

    Kelompok yang Harus Membatasi Konsumsi Santan

    Santan mengandung lemak yang tinggi. Ini dapat berpengaruh buruk terhadap kelompok orang dengan kondisi kesehatan tertentu. Berikut ini tiga kelompok yang harus membatasi konsumsi santan.

    1. Penderita Maag dan GERD

    Kelompok pertama adalah orang-orang dengan kondisi maag maupun GERD (gastroesophageal reflux disease). Mereka harus membatasi konsumsi makanan bersantan karena kandungan lemak jenuhnya yang tinggi.

    Dilansir dari situs Medical News Today, satu cangkir santan (sekitar 240 gram) dapat mengandung hingga 57 gram lemak. Lemak jenuh membutuhkan waktu yang lama untuk dicerna, sehingga merangsang produksi asam lambung lebih banyak.

    Asam lambung yang banyak berisiko menyebabkan maag dan GERD. Untuk itu, sebaiknya orang yang punya riwayat maag dan GERD menghindari atau membatasi makanan bersantan.

    2. Orang dengan Kolesterol Tinggi

    Sama seperti yang dijelaskan di atas, kandungan lemak jenuh pada santan cukup tinggi. Jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan bersantan, maka lemak dapat dengan mudah meningkatkan kolesterol dalam tubuh.

    Pada orang normal, mungkin hal ini tidak begitu masalah. Namun jika seseorang sudah diketahui memiliki kolesterol tinggi, maka kadar kolesterolnya akan mudah melonjak.

    Apalagi sudah menjadi kebiasaan banyak orang yang mengolah makanan berlemak dengan tambahan santan. Ini tentu semakin membuat makanan semakin berlemak tinggi.

    3. Orang dengan Penyakit Jantung

    Dengan kandungan lemak yang tinggi dan bisa menyebabkan kadar kolesterol naik, maka ini bisa mengakibatkan pembuluh darah tersumbat. Dampaknya, kinerja jantung akan semakin berat.

    Ketika jantung terus bekerja keras, maka bisa akan meningkatkan risiko penyakit jantung seperti serangan jantung. Pemeriksaan kolesterol sebaiknya dilakukan rutin oleh orang dengan kelompok ini.

    Itulah tadi tiga kelompok yang sebaiknya menghindari atau membatasi konsumsi makanan bersantan. Meski tergoda pada makanan lezat, sebaiknya detikers tetap menghindarinya demi tubuh yang sehat.

    (bai/row)

  • Bea Cukai: Kebijakan Trump belum berpengaruh di Sulut

    Bea Cukai: Kebijakan Trump belum berpengaruh di Sulut

    Manado (ANTARA) – Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Sulawesi Bagian Utara (Sulbagtara) mengatakan bahwa kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump belum berpengaruh di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

    “Saya rasa kebijakan Trump akan tarif terhadap impor, belum berpengaruh di Sulut,” kata Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Sulawesi Bagian Utara (Sulbagtara) Erwin Situmorang dalam acara Halal bi Halal Bank Indonesia bersama pemerintah dan pelaku usaha di Manado, Kamis.

    Dia mengatakan bahwa belum berpengaruh di Sulut karena sebagian besar produk impor Sulut masuk melalui Pelabuhan di Jakarta dan Surabaya.

    Trump mengumumkan tentang pengenaan tarif resiprokal terhadap impor dari sejumlah negara yang masuk ke Amerika Serikat (AS) pada 2 April 2025 lalu.

    Indonesia dikenakan tarif 32 persen. Awalnya tarif resiprokal ditetapkan berlaku mulai 9 April 2025.

    Apalagi, katanya, Sulut terus mengalami surplus neraca perdagangan setiap bulan, bahkan nilai impor mengalami penurunan.

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Aidil Adha mengatakan bahwa neraca perdagangan Provinsi Sulawesi Utara pada Maret 2025 mengalami surplus sebesar 83,83 juta dolar AS.

    “Nilai ekspor Provinsi Sulawesi Utara pada Maret 2025 tercatat 92,36 juta dolar AS, sementara impor hanya senilai 8,52 juta dolar AS,” kata Aidil.

    Dia mengatakan bahwa komoditas ekspor terbesar pada Maret 2025 masih didominasi lemak dan minyak hewani/nabati senilai 65,49 juta dolar AS atau 70,91 persen dari total ekspor.

    Sedangkan untuk komoditas impor terbesar adalah bahan bakar mineral senilai 6,98 juta dolar AS atau 81,93 persen dari total impor.

    Negara tujuan ekspor terbesar Provinsi Sulawesi Utara pada Maret 2025 adalah
    China, yakni 30,93 juta dolar AS atau 33,49 persen dari total ekspor.

    Malaysia, katanya, menjadi negara asal impor terbesar pada bulan Maret 2025 yang mencapai 6,98 juta dolar AS atau sebesar 81,93 persen dari total impor.

    Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
    Editor: Iskandar Zulkarnaen
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pakar Temukan Partikel Plastik Kecil di Arteri Pasien Stroke, dari Mana Asalnya?

    Pakar Temukan Partikel Plastik Kecil di Arteri Pasien Stroke, dari Mana Asalnya?

    Jakarta

    Para ilmuwan menemukan adanya partikel plastik di dalam pembuluh darah yang tersumbat pada pasien stroke. Jumlah partikel plastik yang ditemukan 50 kali lebih banyak daripada arteri orang yang sehat.

    Jumlah mikronanoplastik tertinggi ditemukan pada sejumlah orang yang pernah mengalami stroke, mini-stroke, atau kehilangan penglihatan sementara karena pembuluh darah yang tersumbat.

    Mikronanoplastik atau sering disebut nanoplastik, adalah potongan plastik kecil yang dibuat selama proses industri atau dari objek plastik yang lebih besar saat terurai di laut atau tanah. Ukurannya beragam dan biasanya merupakan campuran ukuran plastik mikro dan nano.

    Mikroplastik biasanya berukuran 5 mm, sedangkan nanoplastik bersifat mikroskopis dan tidak terlihat oleh mata telanjang. Hal ini yang membuatnya lebih mudah tersebar, mampu menembus sel, hingga jaringan organisme hidup.

    “Jenis plastik ini umumnya ditemukan di lingkungan, terutama ditumpukan sampah laut. Banyak orang yang mengira bahwa mikro dan nanoplastik terutama berasal dari penggunaan peralatan plastik, talenan, kemasan, botol air, dan barang plastik lainnya,” beber penulis utama studi, Ross Clark, yang merupakan seorang ahli bedah vaskular di University of New Mexico, Albuquerque.

    “Namun, sumber utamanya adalah makanan dan air yang kita makan dan minum,” sambungnya, dikutip dari The Sun.

    Para peneliti membandingkan kadar mikronanoplastik yang ditemukan di karotis, atau pembuluh darah utama di kedua sisi leher dari peserta studi. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok, yakni:

    Peserta yang memiliki arteri sehat.Peserta yang memiliki plak, tetapi tidak bergejala.Peserta yang mengalami gejala akibat penumpukan plak.

    Para peneliti juga membandingkan plak dengan kadar plastik rendah dan tinggi untuk menilai efek mikronanoplastik pada penanda peradangan, aktivitas gen sel imun (makrofag), dan sel induk yang membantu menstabilkan plak.

    Hasil Penelitian

    Ditemukan konsentrasi mikronanoplastik di arteri karotis 16 kali lebih tinggi pada plak di antara orang-orang tanpa gejala, dibandingkan dengan kadar yang ditemukan pada di dinding arteri donor jaringan yang meninggal tanpa plak.

    Mikronanoplastik juga ditemukan 51 kali lebih tinggi pada plak dari orang-orang yang pernah mengalami stroke, mini-stroke atau kehilangan penglihatan sementara karena penyumbatan aliran darah ke retina.

    Sejauh ini, tidak ditemukan hubungan antara jumlah mikroplastik dan tanda-tanda peradangan mendadak.

    “Temuan ini menunjukkan bahwa efek biologis mikronanoplastik pada timbunan lemak lebih kompleks daripada sekadar menyebabkan peradangan tiba-tiba,” jelas Clark.

    Di tahap berikutnya, para ahli fokus untuk lebih memahami efek imunologis mikronanoplastik pada arteri yang tersumbat.

    “Sangat penting untuk mempelajari apa yang dilakukan bahan-bahan ini pada tubuh kita. Tetapi, kita harus berhati-hati dengan hasil awal penelitian ini,” terang Clark.

    “Kita tidak akan sepenuhnya memahami efek biologisnya selama bertahun-tahun mendatang,” tambahnya.

    Penelitian ini memang memiliki beberapa keterbatasan. Misalnya, tidak dapat dibuktikan bahwa mikronanoplastik dalam plak adalah penyebab gejala penyakit arteri karotis.

    Mikronanoplastik mungkin merupakan tanda masalah kesehatan lain yang menyebabkan gejala-gejala tersebut.

    “Kami terus meningkatkan metode kami untuk mengurangi jumlah lipid dalam sampel guna mengurangi dampaknya pada hasil,” pungkasnya.

    (sao/naf)