Produk: lemak

  • Dokter Gizi Jelaskan Alasan Logis Minyak Babi Tak Sesehat Minyak Zaitun

    Dokter Gizi Jelaskan Alasan Logis Minyak Babi Tak Sesehat Minyak Zaitun

    Jakarta – Terlepas dari status non halal, minyak babi memang bukan termasuk minyak yang sehat. Setidaknya dibanding minyak-minyak nabati seperti minyak zaitun dan minyak canola.

    “Sebetulnya, nah itu tadi. Pengolahannya. Aku tidak pernah melihat ya minyak babi itu buat dressing salad,” kata dokter gizi klinis, dr Dessy Suci R SpGK, dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (30/5/2025).

    “Pasti akan dipanaskan gitu. Soalnya gurih,” lanjutnya.

    Pemanasan pada suhu tinggi saat menggoreng, menurut dr Dessy, mengubah kandungan saturated fatty acid atau asam lemak jenuh menjadi lemak trans. Jenis lemak ini berkaitan dengan berbagai risiko kesehatan seperti stroke hingga serangan jantung.

    “Artinya si ikatan-ikatan yang ada di lemaknya itu, dia juga akan rusak,” jelas dr Dessy.

    Selain itu, kandungan lemak jenuh juga berkaitan dengan peningkatan kadar kolesterol di dalam tubuh. Di dinding pembuluh darah, kolesterol bisa memicu penumpukan plak yang menyebabkan penebalan dan pengerasan atau atheroschlerosis.

    (up/up)

  • Buka-bukaan Dokter Gizi soal Lemak Jahat di Balik Ayam Goreng Minyak Babi

    Buka-bukaan Dokter Gizi soal Lemak Jahat di Balik Ayam Goreng Minyak Babi

    Jakarta

    Minyak babi atau lard tengah jadi perbincangan gara-gara ketahuan dipakai di Ayam Goreng Widuran, Solo. Bukan hanya karena non halal, polemik minyak babi juga mengingatkan soal bahaya lemak jahat yang terkandung di dalamnya.

    Secara umum, Spesialis Gizi dari Alia Hospital, dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK mengatakan kandungan lemak dalam minyak goreng punya risiko meningkatkan kolesterol. Tak terkecuali, minyak babi.

    “Dari segi kalori pun, minyak ini, kalau lemak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat dia memang kalorinya paling tinggi,” jelasnya kepada detikcom, Jumat (30/5/2025).

    “Artinya kalau penumpukan kalori-kalori yang cukup tinggi ini, berarti dia akan menyumbang kalori yang cukup besar, yang nanti akhirnya ke surplus kalori yang menyebabkan obesitas,” jelasnya.

    Ayam Goreng Widuran Solo jadi polemik karena menggunakan lard atau minyak babi yang notabene non halal. Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng

    Kadar kolesterol yang tinggi di dalam tubuh, menurut dr Dessy, berhubungan dengan timbunan plak di pembuluh darah. Salah satu dampaknya adalah atherosclerosis, yakni penebalan dan penyempitan dinding pembuluh darah yang disertai pengerasan, yang sewaktu-waktu bisa memicu stroke maupun serangan jantung.

    Kandungan lain yang perlu diwaspadai adalah saturated fatty acid atau asam lemak jenuh yang di dalam minyak babi komposisinya kira-kira mencapai 40 persen. Di kalangan medis, asupan lemak jenuh dalam jangka panjang banyak dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan.

    “Apalagi dia dipanaskan di suhu tinggi ya. Artinya si ikatan-ikatan yang ada di lemaknya itu, dia juga akan rusak, yang nantinya juga bisa beralih lagi jadi trans fat yang lebih sering kita dengar ya. Lemak trans itu yang kurang bagus buat kesehatan,” terangnya.

    NEXT: Pepes dan alternatif minyak yang lebih sehat

    Bicara soal alternatif minyak, dr Dessy menyebut beberapa minyak nabati punya kandungan lemak yang lebih sehat. Di antaranya olive oil atau minyak zaitun, serta minyak canola.

    Meski demikian, proses pemasakan tetap perlu diperhatikan. Minyak zaitun misalnya, tetap akan kehilangan manfaatnya jika digunakan untuk deep fry. Lebih sehat jika minyak ini digunakan untuk dressing salad yang memang tidak dipanaskan.

    Lalu bagaimana dengan ayam goreng?

    “Ya nggak usah digoreng, jadi kaya pepes tuh. Pepes kan nggak digoreng,” saran dr Dessy.

    Dengan menghindari goreng menggoreng, dr Dessy menyebut bukan cuma risiko lemak jahat yang bisa dihindari. Risiko kerusakan protein akibat pemanasan terlalu tinggi juga lebih minimal dengan alternatif pengolahan selain goreng.

    “Kalau goreng itu suhunya itu sekitar 180-300 (derajat celcius), artinya protein yang waktu digorengnya itu pun akan banyak rusak karena suhu yang terlalu tinggi,” jelas dr Dessy.

    Simak Video “Video: Mengenal Lemak Trans yang Berisiko Munculkan Penyakit Jantung”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Dokter Gizi Jelaskan Alasan Logis Minyak Babi Tak Sesehat Minyak Zaitun

    Gurih-Renyah Cuma di Lidah, Ini Risiko Jangka Panjang Mengonsumsi Minyak Babi

    Jakarta – Minyak babi mengandung lemak jenuh yang tidak baik untuk kesehatan. Di luar faktor non halal, minyak babi dapat menimbulkan risiko berbagai penyakit jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

    Spesialis Gizi dari Alia Hospital, dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK mengatakan minyak babi biasanya digunakan untuk menggoreng atau menumis. Karena faktor pemanasan, konsumsi minyak babi bisa berpotensi meningkatkan kolesterol.

    “Jadi dia akan menyebabkan peningkatan kolesterol. Kemudian dari segi kalori pun, minyak ini, kalau lemak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat dia memang kalorinya paling tinggi,” kata dr Dessy kepada detikcom, Jumat (30/5/2025.)

    “Artinya kalau penumpukan kalori-kalori yang cukup tinggi ini, berarti dia akan menyumbang kalori yang cukup besar, yang nanti akhirnya ke surplus kalori yang menyebabkan obesitas. Nah obesitasnya ini dia juga berisiko ke penyakit metabolik. Selain dari penumpukan si plak kolesterolnya itu, yang sering kita dengar atherosclerosis itu ya. Kemudian kondisi obesitasnya ini sendiri, dia juga menyebabkan penyakit metabolik, seperti diabetes, hipertensi,” tambahnya

    Menurut dr Dessy, dari komposisinya saja, minyak babi sudah kurang baik, yaitu mengandung saturated fatty acid atau asam lemak jenuh. Ditambah dengan proses pemanasan dalam menggoreng, struktur lemaknya berubah jadi lemak jahat.

    “Jadi tetap disarankannya adalah dengan minyak-minyak yang nabati tadi yang kandungannya lebih baik, jadi seperti olive oil, minyak canola,” kata dr Dessy.

    Selain itu, minyak ikan juga lebih direkomendasikan. Meski demikian, proses memasaknya tetap perlu diperhatikan.

    “Kalaupun pakai minyak zaitun, sebetulnya tidak diperbolehkan untuk deep fried itu juga. Strukturnya akan rusak dan akhirnya tidak memberikan manfaat juga.
    Jadi lebih baik adalah kita perhatikan juga cara pengolahan makanannya itu bukan yang dengan menggoreng dengan minyak yang banyak itu deep fried itu, tapi lebih ke minyaknya Itu tadi bisa untuk dressing salad, Seperti itu yang tidak dipanaskan,” tambah dr Dessy.

    (elk/up)

  • Industri Rokok di Tengah Perubahan Aturan Pemerintah, Apa Dampaknya?

    Industri Rokok di Tengah Perubahan Aturan Pemerintah, Apa Dampaknya?

    Jakarta

    Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan menuai kritik. Regulasi yang seharusnya menjadi tonggak penguatan sistem kesehatan nasional justru dinilai minim koordinasi antarkementerian dan berpotensi menimbulkan dampak luas yang merugikan banyak sektor, terutama industri strategis seperti tembakau dan makanan-minuman.

    Beberapa pasal dalam PP 28/2024 ini mengatur pembatasan konsumsi Gula-Garam-Lemak (GGL), serta larangan penjualan rokok dalam radius 200 meter dan iklan rokok di luar ruang dalam radius 500 meter dari satuan pendidikan dan tempat bermain anak. Kebijakan ini memicu kekhawatiran karena dinilai mengancam keberlangsungan ekosistem industri yang menyerap jutaan tenaga kerja, mulai dari petani, buruh pabrik, hingga pedagang kecil.

    Minimnya koordinasi lintas kementerian menjadi sorotan utama Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana yang menekankan pentingnya sinergi dalam penyusunan kebijakan lintas sektor.

    “PP 28/2024 ini sebenarnya ketentuan yang bisa meredam ego sektoral dari satu kementerian ke kementerian lain dan bagaimana pemerintah kita membuat aturan yang lebih adil. Adil bagi para pelaku usahanya, perkebunan sebagai suatu industri strategis di Indonesia, perusahaan-perusahaan rokok, dan adil juga bagi konsumen,” ujar dia dalam keterangannya, Jumat (30/5/2025).

    Menurutnya, regulasi yang baik harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan agar tidak terjadi tumpang tindih kebijakan yang kontraproduktif. “Kementerian Kesehatan (Kemenkes) walaupun mereka akan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), tapi harus berkoordinasi dengan kementerian-kementerian lainnya. Nah, di sinilah pentingnya Menteri Koordinator (Menko). Menko sekarang sudah ada beberapa Menko itu harus bisa memastikan bahwa kepentingan kita, kepentingan kementerian-kementerian itu semua terakomodasi,” tegasnya.

    Selain PP 28/2024, salah satu isu paling kontroversial adalah rencana penyeragaman kemasan rokok tanpa identitas merek (plain pacakging), yang tengah disusun dalam Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) sebagai aturan turunan dari PP 28/2024. Kebijakan ini dinilai berpotensi merusak ekosistem pertembakauan nasional.

    Dampaknya diprediksi luas: mulai dari meningkatnya peredaran rokok ilegal hingga ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor hilir. Lebih jauh, kebijakan ini disebut-sebut mengadopsi prinsip dari Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), yang secara resmi tidak diratifikasi oleh Indonesia, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan intervensi asing dalam kebijakan domestik.

    Kritik juga datang dari Wakil Menteri Hukum dan HAM, Edward Omar Sharif Hiariej, yang menyoroti potensi cacat prosedural dalam penyusunan PP 28/2024.

    “Kalau misalnya terbukti PP (28/2024) dibuat tanpa ada partisipasi. Ya berarti secara prosedur cacat. Berarti dibatalkan, secara formilnya tidak terpenuhi. Cacat. Itu kita belum bicara substansi loh,” kata Eddy Hiariej.

    Ia mendorong pihak-pihak yang merasa dirugikan untuk menempuh jalur hukum melalui uji materiil dan formil (Judicial Review) ke Mahkamah Agung (MA), baik secara materiil dan fomil. Jika terbukti bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, PP 28/2024 bisa dibatalkan secara hukum.

    (fdl/fdl)

  • Kenapa Babi Diharamkan dalam Islam? Ini Alasan Ilmiah dan Syariatnya

    Kenapa Babi Diharamkan dalam Islam? Ini Alasan Ilmiah dan Syariatnya

    Jakarta, Beritasatu.com – Restoran Ayam Goreng Widuran, belakangan ramai diperbincangkan publik karena ternyata tidak halal. Tempat makan yang berdiri sejak 1973 itu diketahui menggunakan minyak babi dalam proses memasaknya. 

    Hal ini memicu reaksi netizen, terutama muslim, karena menyangkut prinsip syariat. Kasus ini kembali mengingatkan kita tentang kenapa babi haram dalam Islam dan apa saja alasan ilmiahnya.

    Hukum Mengonsumsi Babi Menurut Syariat Islam

    Larangan mengonsumsi babi dalam Islam ditegaskan secara eksplisit dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Salah satunya adalah Surah Al-Baqarah ayat (173):

    اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

    Artinya: “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Akan tetapi, siapa yang terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al-Baqarah: 173).

    Ayat ini menegaskan bahwa daging babi termasuk dalam kategori makanan yang haram tanpa syarat. Artinya, meskipun babi diternak dengan cara higienis atau divaksinasi hingga bebas penyakit, tetap saja dagingnya tidak boleh dikonsumsi oleh umat Islam. 

    Hal ini menunjukkan bahwa larangan tersebut bukan semata-mata karena faktor kesehatan, tetapi juga merupakan perintah langsung dari Allah Swt yang wajib dipatuhi.

    Alasan Ilmiah Mengapa Babi Haram

    Selain alasan syariat, berbagai penelitian dan data ilmiah juga mendukung alasan mengapa babi haram dikonsumsi. Berikut beberapa alasan ilmiah yang perlu diketahui:

    1. Babi tidak berkeringat

    Babi adalah hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat. Racun dan zat-zat sisa dalam tubuhnya tidak bisa dikeluarkan melalui keringat, sehingga semua racun itu tertimbun di dalam daging. Kondisi ini membuat daging babi berisiko tinggi mengandung zat berbahaya jika dikonsumsi.

    2. Potensi penyakit

    Mengonsumsi daging babi dapat meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit, seperti: Radang sendi, reumatik, peradangan lambung, infeksi selaput, dan gangguan pada kantong empedu.

    3. Struktur DNA babi mirip manusia

    Menurut Kementerian Agama Sumatra Barat, struktur DNA babi memiliki kemiripan tinggi dengan DNA manusia, baik secara internal maupun pada kulitnya. Karena itu, babi sering digunakan sebagai objek praktik dalam dunia kedokteran. Namun, kemiripan ini justru membuat daging babi sulit dicerna dan berisiko bagi metabolisme tubuh manusia.

    Prof Rachman Noor M Rur dalam bukunya Rahasia dan Hikmah Pewarisan Sifat menjelaskan bahwa babi memiliki tingkat kesamaan elemen genetik SINE dan LINE yang sangat tinggi dengan manusia. Dalam pandangan ilmiah, memakan daging babi bahkan bisa disamakan dengan praktik kanibalisme karena kesamaan tersebut.

    4. Kandungan kimia yang merugikan

    Daging babi mengandung kadar asam urat tinggi dan memiliki sifat kimia yang tidak layak dikonsumsi. Lemak punggungnya (back fat) mudah mengalami oksidasi, yang dapat memicu racun dalam tubuh jika dikonsumsi. 

    Selain itu, air seni babi yang melimpah seringkali meresap ke jaringan tubuhnya, menyebabkan bau daging lebih amis dan kualitasnya buruk dibanding hewan ternak lain.

    Sikap Umat Islam terhadap Konsumsi Daging Babi

    Dalam Islam, mematuhi larangan Allah Swt adalah bagian dari ketaatan yang mendasar. Namun, Islam juga memberi kelonggaran dalam kondisi darurat. Jika seseorang tidak sengaja atau terpaksa memakan babi, maka tidak berdosa selama bukan karena kesengajaan atau melanggar batasan yang telah ditetapkan.

    Kasus seperti yang terjadi pada Ayam Goreng Widuran menjadi pelajaran penting agar umat Muslim lebih berhati-hati dalam memilih makanan. Label halal dan transparansi dalam pengolahan makanan menjadi aspek penting untuk memastikan bahwa tidak ada unsur babi haram yang masuk ke dalam konsumsi sehari-hari.

    Daging babi haram dikonsumsi oleh umat Islam karena alasan syariat yang jelas tertulis dalam Al-Qur’an serta diperkuat oleh bukti-bukti ilmiah mengenai risiko kesehatannya. Larangan ini tidak hanya soal spiritual, tetapi juga menyangkut keamanan fisik dan keturunan manusia.

  • Dokter Gizi Bicara Minyak Babi, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan

    Dokter Gizi Bicara Minyak Babi, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan

    Jakarta – Ayam Goreng Widuran Solo belakangan viral karena menggunakan lard atau minyak babi. Selain karena non halal, ternyata minyak babi juga jadi sorotan karena risikonya bagi kesehatan.

    Minyak babi biasanya diambil dari lemak subkutan atau dari bawah kulit, bagian tubuh yang memiliki banyak kandungan lemak. Meski ada kandungan omega 9 serta omega 3 dan omega 6 yang memberikan manfaat untuk tubuh, penting dicatat bahwa minyak babi juga mengandung lemak jenuh.

    Spesialis gizi klinik di Alia Hospital Depok, dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK, menjelaskan lemak jenuh menjadi salah satu risiko yang perlu diwaspadai dari minyak babi. Jenis lemak ini berisiko meningkatkan kolesterol.

    “Kalau kita lihat lagi dia itu sekitar 40 persennya itu ada lemak jenuhnya. Artinya kurang bagus juga,” jelasnya kepada detikcom, Jumat (30/5/2025).

    Menurut dr Dessy, lemak jenuh dalam minyak babi dapat meningkatkan risiko penumpukan di pembuluh darah. Kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang dipicu oleh penyumbatan, penyakit jantung iskhemik.

    “Apalagi dia dipanaskan di suhu tinggi ya. Artinya si ikatan-ikatan yang ada di lemaknya itu, dia juga akan rusak, yang nantinya juga bisa beralih lagi jadi trans fat yang lebih sering kita dengar ya. Lemak trans itu yang kurang bagus buat kesehatan,” jelasnya.

    (elk/up)

  • Kebiasaan Sederhana yang Bisa Cegah Kanker Prostat Menurut Studi, Apa Saja?

    Kebiasaan Sederhana yang Bisa Cegah Kanker Prostat Menurut Studi, Apa Saja?

    Jakarta – Kanker prostat adalah salah satu jenis kanker yang paling sering menyerang pria, terutama mereka yang berusia di atas 50 tahun. Meski hingga saat ini belum ada cara yang benar-benar terbukti bisa mencegah kanker prostat, sejumlah penelitian dan saran pakar menyebutkan gaya hidup sehat bisa menurunkan risiko.

    Perubahan pola makan, menjaga berat badan, hingga penggunaan obat tertentu, tetapi tetap dengan pengawasan medis. Berikut rangkumannya, dikutip dari Mayo Clinic:

    1. Kurangi Makanan Tinggi Lemak

    Beberapa studi menunjukkan konsumsi lemak berlebih, terutama dari produk hewani, seperti daging merah dan susu tinggi lemak, bisa meningkatkan risiko kanker prostat.

    Alih-alih memilih makanan daging berlemak, lebih disarankan daging tanpa lemak (lean meat), susu rendah lemak atau tanpa lemak. Studi juga menyarankan pengurangan penggunaan minyak saat memasak.

    Selain membantu menekan potensi risiko kanker, langkah ini juga bagus untuk jantung dan menjaga berat badan tetap ideal.

    2. Perbanyak Buah dan Sayur

    Buah dan sayur mengandung banyak vitamin, mineral, serta antioksidan yang bisa membantu melawan pertumbuhan sel kanker. Selain itu, buah dan sayur juga membantu merasa kenyang lebih lama, sehingga bisa mengurangi konsumsi makanan tidak sehat.

    Tips untuk meningkatkan asupan sayur:

    – Tambahkan satu jenis buah atau sayur di setiap kali makan
    – Jadikan buah sebagai camilan di sore hari
    – Buat jus atau smoothie tanpa tambahan gula

    3. Produk Susu

    Beberapa penelitian menemukan pria yang mengonsumsi produk berikut dalam jumlah besar, seperti susu, keju, dan yogurt, memiliki risiko kanker prostat sedikit lebih tinggi. Namun hasil penelitian tersebut masih dianalisis lebih lanjut.

    4. Jaga Berat Badan Ideal

    Obesitas atau kelebihan berat badan sering dikaitkan dengan risiko kanker prostat yang lebih ganas atau sudah menyebar. Indeks massa tubuh (IMT) di atas 30 dikategorikan sebagai obesitas.

    Bila berat badan sudah berlebih, mulai kurangi kalori dari makanan dan tingkatkan aktivitas fisik. Bisa dengan memulai langkah kecil:

    – Kurangi makan gorengan dan makanan cepat saji
    – Perbanyak jalan kaki
    – Tidur cukup dan hindari stres

    Semua itu bisa berdampak besar dalam jangka panjang.

    5. Rajin Olahraga, Minimal 150 Menit per Minggu

    Olahraga terbukti membantu menurunkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk prostat. Penelitian menyebut pria yang aktif secara fisik punya peluang lebih kecil terkena kanker ini dibanding yang pasif.

    Target ideal:

    – 150-300 menit aktivitas sedang per minggu (jalan cepat, bersepeda ringan), atau
    – 75-150 menit aktivitas berat (lari, berenang cepat), atau komhinasikan keduanya.

    Jika belum terbiasa olahraga, mulai saja dari hal simpel seperti naik tangga, jalan kaki saat istirahat makan siang, atau parkir agak jauh supaya bisa lebih banyak jalan.

    6. Hindari Merokok

    Meskipun belum ada bukti kuat merokok menyebabkan kanker prostat, beberapa studi menunjukkan pria dengan kanker prostat yang merokok lebih berisiko mengalami kekambuhan dan penyebaran kanker ke organ lain.

    Konsultasikan ke dokter atau gunakan bantuan program dalam upaya berhenti merokok.

    7. Hati-hati dengan Suplemen Vitamin

    Awalnya, suplemen seperti vitamin E dan selenium sempat diklaim bisa mencegah kanker prostat. Namun, sebuah studi besar bernama SELECT (Selenium and Vitamin E Cancer Prevention Trial) justru menemukan suplemen ini tidak menurunkan risiko, bahkan vitamin E berpotensi meningkatkan risiko kanker prostat.

    Selain itu, asupan kalsium dari makanan dan suplemen juga perlu diperhatikan. Konsumsi berlebihan bisa sedikit meningkatkan risiko, tetapi ini tidak berlaku untuk pasien yang direkomendasikan dokter untuk tetap mengonsumsi kalsium.

    Disarankan untuk tidak mengonsumsi suplemen sembarangan tanpa saran dokter.

    (naf/kna)

  • Awas Keliru! Ini Beda Gejala Maag, GERD, Gastritis & Cara Penanganannya

    Awas Keliru! Ini Beda Gejala Maag, GERD, Gastritis & Cara Penanganannya

    Jakarta – Kesibukan sehari-hari seringkali membuat pola makan tidak teratur. Kegiatan yang padat bikin makan terburu-buru, bahkan tak jarang jadi melewatkan waktu makan.

    Awas jika dibiarkan, kebiasaan ini dapat memicu berbagai masalah pencernaan. Keluhan perut kembung, nyeri ulu hati, atau sensasi panas di dada sering dikira sebagai Maag. Padahal gejala ini juga bisa menandakan penyakit lambung lainnya, seperti Gastritis (radang lambung) atau GERD (asam lambung naik).

    Ketiganya memiliki gejala dan faktor pemicu yang mirip. Karena itu penting untuk memahami perbedaannya agar dapat ditangani dengan tepat. Lantas apa bedanya?

    Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Internist) Konsultan Hati & Saluran Cerna Mayapada Hospital Surabaya, dr. Gunady Wibowo R, Sp.PD, KGEH memberikan panduan lengkap mengenai maag, gastritis, dan GERD, serta perbedaannya.

    Pertama, penyakit lambung yang sering kita kenali ialah Maag. Atau yang dalam istilah medis disebut dispepsia.

    “Dispepsia merupakan sekumpulan gejala gangguan pencernaan yang terjadi di saluran pencernaan atas, dengan keluhan berupa nyeri hingga rasa terbakar di area ulu hati (epigastrium), perut terasa penuh, cepat kenyang, mual, bahkan muntah,” jelas dr. Gunady dalam keterangan tertulis, Jumat (30/5/2025).

    Lebih lanjut dia menjelaskan Gastritis adalah kondisi peradangan pada dinding lambung. Umumnya penyakit lambung ini ditandai dengan nyeri yang terasa panas atau perih di ulu hati, perut kembung, mual dan muntah, nafsu makan menurun, cegukan, serta cepat kenyang. Jika peradangan semakin parah, kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan pada saluran cerna, yang ditandai dengan feses berwarna hitam dan muntah darah.

    Sedangkan GERD atau gastroesophageal reflux disease terjadi akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan. Adapun gejalanya meliputi sensasi terbakar di dada (heartburn), rasa asam atau pahit di mulut, nyeri di dada, sensasi mengganjal di tenggorokan, serta perut kembung. Pada kondisi tertentu, GERD dapat semakin parah jika penderita makan dalam porsi besar, langsung berbaring setelah makan, atau saat beristirahat malam.

    “Kondisi ini disebabkan oleh melemahnya otot di bagian bawah kerongkongan (lower esophageal sphincter/ LES), sehingga asam lambung naik dan menyebabkan iritasi,” jelas dr. Gunady.

    GERD dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk obesitas, kehamilan, usia lanjut, kebiasaan tidur setelah makan, serta konsumsi obat-obatan tertentu. Selain itu, kondisi seperti melemahnya dinding lambung (Gastroparesis), hernia hiatus, atau riwayat operasi di area dada dan perut bagian atas juga dapat meningkatkan risiko GERD.

    Baik Gastritis maupun GERD umumnya dipicu oleh pola hidup yang kurang sehat, seperti makan yang tidak teratur, konsumsi makanan tinggi lemak, garam, pedas, atau asam secara berlebihan. Risiko penyakit ini juga meningkat dengan penggunaan obat pereda nyeri yang terlalu sering, kebiasaan merokok (baik aktif maupun pasif), stres, dan faktor usia. Selain itu, beberapa kondisi medis seperti penyakit autoimun, HIV/AIDS, penyakit Crohn, riwayat operasi besar, hingga gangguan ginjal atau liver juga bisa berkontribusi terhadap masalah lambung.

    Bagi Anda yang mengalami salah satu masalah pencernaan di atas, Dokter Gunady memberikan beberapa tips untuk mencegahnya. Ia mengingatkan untuk menerapkan pola makan yang teratur guna menjaga kesehatan pencernaan. Selain itu juga penting untuk melakukan manajemen stres.

    “Usahakan memberi jeda 4-6 jam antara sarapan, makan siang, dan makan malam, serta konsumsi camilan sehat agar perut tidak kosong. Selain itu, batasi makanan pedas, asam, dan kopi, serta kelola stres dengan baik untuk mencegah gangguan pencernaan,” tuturnya.

    Jika gejala penyakit lambung tidak kunjung membaik, lakukan pengobatan sesuai anjuran dokter. Namun, jika kondisi semakin memburuk, dokter akan merekomendasikan prosedur endoskopi. Prosedur ini bertujuan untuk memeriksa saluran pencernaan menggunakan endoskop, yaitu selang fleksibel dengan kamera di ujungnya. Dengan alat ini, dokter dapat melihat kondisi esofagus, lambung, dan saluran cerna lainnya melalui layar monitor.

    Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Internist) Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Muhamad Yugo Hario Sakti Dua, Sp.PD-KGEH menjelaskan endoskopi dilakukan untuk melihat langsung kondisi lambung, termasuk lokasi peradangan, seberapa parah kondisinya, serta kemungkinan penyebab lain.

    “Dari hasil pemeriksaan, dokter dapat menentukan pengobatan yang paling tepat. Pada kasus gastritis yang sering kambuh, endoskopi juga bisa membantu mencari penyebab lain, misalnya penyakit radang usus (IBD),” paparnya.

    Tak hanya berfungsi sebagai alat diagnostik, endoskopi juga sebagai prosedur medis, seperti mengangkat polip, menghentikan perdarahan di saluran cerna, atau mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk analisis lebih lanjut.

    “Endoskopi dapat digunakan untuk mendiagnosis, sekaligus mengobati berbagai penyakit, seperti batu empedu, gangguan pankreas, varises di saluran makan atas, polip atau kanker usus besar, serta kerusakan lapisan kerongkongan (Barrett’s Esophagus),” jelas dr. Hario.

    Jika gejala penyakit lambung tidak kunjung membaik, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Gastrohepatology Center Mayapada Hospital menyediakan layanan komprehensif dengan tim dokter multidisiplin yang bersinergi dalam pemeriksaan, diagnosis, dan pengobatan gangguan saluran cerna. Dengan teknologi medis terkini, seperti USG Abdomen, CT Scan, MRI, Endoskopi, hingga Laparoskopi, pasien dapat memperoleh deteksi dini dan penanganan yang lebih optimal.

    Untuk kemudahan akses layanan kesehatan, Mayapada Hospital menghadirkan aplikasi MyCare, yang memungkinkan Anda membuat janji temu dengan dokter, hingga menggunakan fitur Emergency Call dalam kondisi darurat.

    Akses berbagai informasi kesehatan tentang lambung di fitur Health Articles & Tips, serta pantau kondisi tubuh Anda dengan fitur Personal Health yang terhubung ke Google Fit dan Health Access untuk melacak langkah harian, detak jantung, dan Body Mass Index (BMI).

    Unduh MyCare di Google Play Store atau App Store sekarang dan nikmati reward berupa potongan harga bagi pengguna baru untuk layanan kesehatan di seluruh Mayapada Hospital.

    (akd/ega)

  • Hati-hati Ginjal Rusak gegara Kebanyakan Makan saat Libur Long Weekend

    Hati-hati Ginjal Rusak gegara Kebanyakan Makan saat Libur Long Weekend

    Jakarta

    Liburan sering kali identik dengan kebebasan, termasuk dalam hal makanan. Menikmati kuliner khas daerah, jajanan kaki lima, atau sajian ‘all-you-can-eat’ terasa begitu menggoda, apalagi ketika dilakukan bersama keluarga. Namun, konsumsi makanan secara berlebihan selama masa libur dapat membawa dampak serius bagi kesehatan tubuh.

    Dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, menjelaskan makan berlebihan berarti tubuh menerima asupan makanan yang melebihi kebutuhan gizi harian. Ketika tubuh tidak mampu membakar seluruh kalori yang dikonsumsi, kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai lemak.

    “Nah yang terjadi pertama adalah kegemukan, yang kedua adalah deposit substansi, komponen-komponen hasil metabolisme tubuh yang kemudian akan memberikan dampak negatif,” katanya saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Selain kegemukan, makan berlebihan juga dapat meningkatnya kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat di dalam tubuh. Terlebih, kandungan garam yang tinggi dalam makanan juga dapat memicu terjadinya hipertensi.

    “Belum lagi kita berbicara kalau kita makan makanan yang sifatnya mengganggu liver dan ginjal yang menjadi organ regulator untuk makanan yang masuk dalam tubuh,” ucapnya lagi.

    “Nah ini akan mengganggu juga organ-organ tersebut, jadi semua dalam tubuh manusia itu tidak ada yang lebih tinggi lebih baik, lebih rendah lebih baik,” ucapnya.

    Karenanya, dr Ray menyarankan agar mengonsumsi makanan sesuai dengan porsi yang tepat dan kebutuhan gizi tubuh, serta tidak berlebihan saat liburan. Hal ini penting untuk mencegah berbagai dampak negatif yang bisa timbul akibat kelebihan asupan.

    “Semua ada proporsinya, ada range normal yang harus kita jaga supaya di situlah area kita bisa melakukan sesuatu. Sebagai contoh makan, tidak boleh makan lebih dari 300 gram yang sudah diatur, sesuai dengan kecukupan gizi tubuh kita masing-masing. Ketika berlebihan, hal-hal tersebut kemudian akan menjadi dampak atau akibat,” tutupnya.

    (suc/kna)

  • Ciri-ciri Orang Terkena Kanker Hati, Salah Satunya Bisa Terlihat Lewat Urine

    Ciri-ciri Orang Terkena Kanker Hati, Salah Satunya Bisa Terlihat Lewat Urine

    Jakarta

    Hati merupakan salah satu organ terpenting, karena manusia tidak bisa hidup tanpa hati. Beberapa jenis kanker bisa terbentuk di organ ini.

    Jenis kanker yang paling umum adalah karsinoma hepatoseluler. Mendeteksi tanda-tanda kanker hati bisa menjadi langkah penting untuk tindakan penyembuhan.

    Tanda-tanda Kanker Hati

    Banyak orang yang tidak mengalami tanda dan gejala pada tahap awal kanker hati. Namun, dikutip dari Md Anderson dan Mayo Clinic, gejala yang muncul meliputi:

    Penurunan berat badanKehilangan nafsu makanNyeri perut bagian atasMual dan muntahKelelahanPembengkakan perutPerubahan warna menjadi kuning pada kulit dan bagian putih mataKotoran berwarna putih dan berkapurMerasa kenyang setelah makan sedikitUrine berwarna gelapPembengkakan pembuluh darah di perutBenjolan keras di bawah tulang rusuk sebelah kanan

    Stadium Kanker Hati

    Ada 4 stadium kanker hati yang ditandai dengan perkembangan gejala hingga ukuran tumor.

    Stadium I/stadium O: Ada satu tumor di hati berukuran kurang dari 2 cm.Stadium II/stadium A: Ada satu tumor berukuran 5 cm. Selain itu, terdapat beberapa tumor lain berukuran lebih kecil dari 3 cm. Stadium kanker ini mencakup kanker hati yang menyebar ke pembuluh darah.Stadium III/stadium B: Ada lebih dari satu tumor dan atau satu tumor berukuran 5 cm atau lebih besar. Kemungkinan kanker hati berada di kelenjar getah bening, pembuluh darah besar, atau organ lain.Stadium IV: Ada kanker hati di bagian tubuh lain, seperti paru-paru atau tulang.

    Faktor Risiko Kanker Hati

    Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker hati yaitu:

    Infeksi kronis dengan virus hepatitis B (HBV) atau virus hepatitis C (HCV)Adanya sirosis, yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut di hati dan meningkatkan risiko terkena kanker hatiMengidap diabetesAdanya penumpukan lemak di hatiKonsumsi alkohol berlebihan

    Cara Mencegah Kanker Hati

    Dapatkan vaksin hepatitis BBerhenti merokokHentikan konsumsi alkoholPertahankan berat badan yang sehat

    (elk/kna)