Produk: lemak

  • Jangan Langsung Dibuang, Ini 3 Manfaat Kantong Teh Bekas untuk Kebutuhan Rumah Tangga

    Jangan Langsung Dibuang, Ini 3 Manfaat Kantong Teh Bekas untuk Kebutuhan Rumah Tangga

    JAKARTA – Jika sudah selesai minum teh, kantong teh bekas yang digunakan ada baiknya untuk tidak langsung dibuang begitu saja. Ini karena ternyata kantong teh bekas bisa dimanfaatkan ulang untuk berbagai kebutuhan rumah tangga.

    Dikutip dari How Stuff Works, pada Jumat, 8 Agustus 2025, kantong teh bekas bisa bermanfaat mulai dari untuk tanaman hingga di area dapur. Apa saja manfaatnya? Simak langsung di bawah ini.

    1. Sebagai pupuk alami

    Kantong teh bekas ternyata bisa bermanfaat dengan baik untuk tanaman di rumah, karena kandungan nutrisinya. Kantong teh bekas bisa menjadi pelengkap pupuk untuk menyuburkan tanaman.

    Cara menggunakannya adalah dengan memotong kantong teh, lalu kubur daun tehnya langsung di tanaman atau di kompos. Dauh teh tersebut akan membantu tanaman dalam mempertahankan kelembapan dan memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumubuhan tanaman lebih subur.

    2. Membersihkan kerak panci

    Untuk mengatasi kerak pada panci yang membandel, Anda bisa menggunakan kantong teh. Caranya mudah dengan merendam kantong teh bekas ke dalam panci atau wajan yang memiliki kerak.

    Diketahui, teh mengandung asam tanat yang dapat melarutkan lemak dengan mudah, termasuk pada kerak panci yang membandel.

    3. Mengurangi aroma tidak sedap

    Kantong teh bekas juga dapat bermanfaat untuk meningkatkan kebersihan dan aroma di dapur atau area rumah lainnya. Salah satunya dalam membersihkan kulkas, Anda bisa memanfaatkan kantong teh bekas untuk mengurangi aroma tak sedap.

    Caranya dengan mengeringkan kantong teh dan taruh di sudut kulkas. Teh diketahui memiliki keahlian untuk menyerap aroma tak sedap, sehingga area kulkas bisa tetap segar.

    Selain itu, teh juga berfungsi pada sepatu. Anda dapat memasukkan kantong teh bekas ke dalam sepatu untuk menghilangkan baunya yang tidak sedap.

  • Dokter Harvard Beberkan Tips Menjaga Kesehatan Hati Lewat 5 Makanan Ini

    Dokter Harvard Beberkan Tips Menjaga Kesehatan Hati Lewat 5 Makanan Ini

    Jakarta

    Liver atau hati merupakan salah satu organ dengan tugas yang cukup vital. Secara diam-diam, hati menangani 500 fungsi penting, termasuk detoksifikasi darah, memecah lemak, dan memproses nutrisi.

    Dikutip dari Times of India, saat ini pola makan manusia modern tanpa disadari dapat membebani kerja dari liver. Ini karena makanan-makanan tersebut penuh dengan gula, hingga lemak.

    Salah satu masalah yang bisa muncul, saat seseorang tidak menjaga pola makannya adalah fatty liver atau perlemakan hati. Penyakit ini muncul karena adanya penumpukan berlebih di organ hati.

    Seseorang dinyatakan mengalami kondisi ini saat berat organ hati melebihi ukuran normal, yaitu hingga 5-10 persen lebih berat. Penumpukan lemak yang terjadi menyebabkan pengidap fatty liver mengalami gangguan fungsi hati.

    Berikut makanan-makanan yang direkomendasikan oleh spesialis gastroenterologi dr Saurabh Sethi, MD, MPH di Harvard dan Stanford untuk mencegah fatty liver.

    1. Kopi Hitam

    Kopi hitam tanpa gula telah menunjukkan manfaat perlindungan hati dalam berbagai penelitian. Kopi dapat mengurangi risiko fibrosis hati dan meningkatkan kadar enzim.

    dr Sethi mengatakan kopi hitam adalah makanan terbaik di antara yang lainnya untuk mengatasi kondisi fatty liver.

    2. Alpukat

    Alpukat kaya akan lemak tak jenuh tunggal dan gluthatione, yang keduanya mendukung kesehatan hati. Menurut dr Sethi, alpukat berperan dalam menurunkan peradangan dan meningkatkan kolesterol baik atau high-density lipoprotein (HDL).

    3. Chia Seed

    Biji chia merupakan biji-bijian kecil dari tanaman Salvia hispanica, yang termasuk dalam keluarga tanaman mint. Biji ini kaya akan serat, protein, omega-3, omega-6, vitamin B, kalsium, fosfor, selenium, kalium, zat besi, dan magnesium.

    Menurut dr Sethu, biji chia membantu memperlambat penyerapan gula dan menurunkan kadar kolesterol.

    4. Buah Beri

    Buah-buahan seperti blueberry, raspberry, dan stroberi kaya akan polifenol dan antosianin, yakni senyawa yang telah dikaitkan dengan peningkatan fungsi hati dan pengurangan peradangan.

    5. Buah Bit

    Buah ini kaya akan betaine, senyawa yang mendukung jalur detoksifikasi hati mengurangi stres oksidatif. dr Sethi mendukung konsumsi buah bit untuk mereka yang memiliki kondisi fatty liver. Bit dapat dikonsumsi baik secara mentah, dijus, atau dipanggang.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • Pentingnya Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Menyusui

    Pentingnya Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Menyusui

    Jakarta

    Kelahiran seorang bayi bisa memunculkan beragam emosi yang kuat, mulai dari kebahagiaan dan antusiasme, hingga rasa takut dan cemas. Namun, di balik momen penuh haru ini, tak jarang muncul kondisi yang tak terduga: depresi.

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 10 persen Ibu hamil dan 13 persen Ibu yang baru melahirkan mengalami gangguan mental, terutama depresi. Di negara berkembang, angka ini bahkan lebih tinggi, yakni 15,6 persen selama kehamilan dan 19,8 persen setelah melahirkan.

    Sebagian besar Ibu baru akan mengalami kondisi yang dikenal sebagai baby blues setelah melahirkan. Gejalanya mencakup perubahan suasana hati, mudah menangis, rasa cemas, hingga gangguan tidur. Baby blues biasanya muncul dalam 2 hingga 3 hari pertama setelah persalinan dan dapat berlangsung hingga dua minggu.

    Namun, pada beberapa Ibu, gejala tersebut berkembang menjadi kondisi yang lebih serius dan berlangsung lebih lama, yaitu depresi pascapersalinan atau disebut postpartum depression, karena bisa muncul sejak masa kehamilan dan berlanjut setelah melahirkan. Dalam kasus yang sangat jarang, Ibu dapat mengalami gangguan suasana hati yang ekstrem yang dikenal sebagai postpartum psychosis atau psikosis pascapersalinan.

    Perlu dipahami bahwa depresi pascapersalinan bukanlah tanda kelemahan atau kekurangan pribadi. Ini adalah salah satu bentuk komplikasi medis yang dapat terjadi setelah melahirkan. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, gejala dapat dikelola, dan hubungan emosional antara Ibu dan bayi tetap dapat terjalin dengan kuat.

    Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) melaporkan 57 persen Ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Persentase ini disebut menjadikan angka Ibu yang mengalami baby blues di Indonesia tertinggi se-Asia.

    “Lima puluh tujuh persen Ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues, angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat tertinggi di Asia dengan risiko baby blues,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Kemendukbangga/BKKBN Nopian Andusti dalam sebuah sesi diskusi daring.

    Sementara itu menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, sekitar 9,1 persen Ibu mengalami keluhan saat masa nifas, 1,1 persen di antaranya mengalami baby blues.

    Guru Besar Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Endang Retno Surjaningrum, S.Psi, M.Appa, Psych, PhD, mengatakan pada 2019 tercatat prevalensi depresi postpartum pada rentang 20,5 hingga 25,4 persen, menjadikan satu dari lima perempuan mengalami kondisi kesehatan mental yang buruk.

    Ada berbagai faktor yang membuat seorang Ibu mengalami depresi dan gangguan mental, misalnya, perubahan hormon, stres fisik dan emosional, komplikasi kehamilan, hingga kurangnya dukungan sosial.

    “Ibu dengan masalah kesehatan mental berisiko mengalami komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Menyebabkan kunjungan ke perawatan antenatal dan postnatal terganggu, cakupan gizi yang tidak memadai, peningkatan risiko preeklamsia, melahirkan prematur, dan kesulitan menyusui,” papar Prof Endang, dikutip dari laman Universitas Airlangga (Unair).

    Ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan dapat mengalami penderitaan yang mendalam, hingga kesulitan untuk menjalani aktivitas dasar seperti makan, mandi, atau merawat diri sendiri. Kondisi ini meningkatkan risiko gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental.

    Menurut WHO, bayi baru lahir sangat sensitif terhadap lingkungan sekitarnya dan kualitas pengasuhan yang diterima. Karena itu, bayi sangat mungkin terdampak jika diasuh oleh Ibu yang mengalami gangguan kesehatan mental.

    Depresi atau gangguan mental yang berat dan berkepanjangan dapat menghambat ikatan emosional antara Ibu dan bayi, termasuk mengganggu proses menyusui dan pemberian Air Susu Ibu (ASI).

    Hubungan Kesehatan Mental Ibu dengan Kelancaran ASI

    Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada dasarnya dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran dan dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. Artinya, bayi hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain, termasuk air putih.

    Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan RI, dr Lovely Daisy, MKM, menjelaskan, ASI eksklusif sejak usia 0 hingga 6 bulan merupakan sumber gizi utama yang mengandung zat gizi terlengkap dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

    “ASI mengandung zat antibodi yang penting untuk kekebalan tubuh bayi dalam mencegah ataupun melawan penyakit infeksi,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Senin (21/7/2025).

    “Di dalam ASI terdapat kandungan Asam Lemak (DHA dan ARA) yang penting untuk perkembangan otak sehingga pemberian ASI Eksklusif sangat disarankan pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan. Menghemat pengeluaran keluarga dan negara jika dibandingkan dengan minuman selain ASI,” lanjutnya.

    Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, cakupan ASI eksklusif di Indonesia mencapai 68,6 persen. Provinsi dengan cakupan tertinggi antara lain Nusa Tenggara Barat (87,9 persen), Jambi (81,3 persen), dan Nusa Tenggara Timur (79,7 persen). Sementara itu, provinsi dengan cakupan terendah adalah Gorontalo (47,4 persen), Papua Barat Daya (47,7 persen), dan Sulawesi Utara (52 persen).

    Pentingnya Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Menyusui Foto: infografis detikHealth

    Sementara itu, menurut data terbaru dari Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2024 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 74,73 persen anak usia 0-5 bulan mendapatkan ASI eksklusif.

    Meski angkanya cukup tinggi, masih ada bayi yang mungkin tak mendapatkan ASI eksklusif. Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah gangguan kesehatan mental yang dialami Ibu pasca melahirkan.

    Gangguan seperti baby blues maupun depresi pascapersalinan dapat menghambat proses menyusui. Ibu yang mengalami kondisi ini sering kali merasa cemas, sedih, atau kelelahan secara emosional, sehingga kesulitan memberikan ASI secara optimal.

    Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Clinical Nutrition yang berjudul ‘Maternal stress in the Postpartum Period is Associated with Altered Human Milk Fatty Acid Composition’, stres yang dialami Ibu pada bulan pertama setelah melahirkan berhubungan dengan penurunan kadar total asam lemak (fatty acid) dalam ASI. Temuan ini mengindikasikan perubahan dalam komposisi ASI bisa menjadi salah satu jalur penularan dampak stres dari Ibu ke bayi.

    “Asam lemak dalam ASI sangat krusial untuk perkembangan anak, termasuk neurologis,” tulis para ilmuwan dalam jurnal tersebut.

    Meski begitu, penelitian lanjutan diperlukan untuk menentukan apakah perubahan ini berdampak terhadap perkembangan anak di masa depan.

    Studi lainnya yang dipublikasikan di International Breastfeeding Journal dengan judul ‘Association Between Postpartum Anxiety and Depression and Exclusive and Continued Breastfeeding Practices: a Cross-Sectional Study in Nevada, USA,’ juga mengatakan gejala kecemasan dan depresi pasca-persalinan Ibu sebagai faktor yang terkait dengan praktik menyusui yang lebih rendah di antara anak-anak di bawah usia dua tahun (0-23 bulan).

    “Adanya depresi serta adanya komorbiditas gejala kecemasan dan depresi pascapersalinan dikaitkan dengan Exclusive Breastfeeding (EBF) yang lebih rendah. Selain itu, gejala kecemasan pascapersalinan dikaitkan dengan (Continuous Breastfeeding) yang lebih rendah,” demikian laporan jurnal tersebut.

    Senada, Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Naomi Esthernita, SpA, SubspNeo(K) menjelaskan kesehatan mental Ibu sangat memengaruhi kelancaran menyusui, baik dari segi kuantitas maupun kualitas ASI yang dihasilkan.

    “Literatur banyak sekali yang membahas terutama mental. Itu ada anxiety, stress, dan depresi postpartum. Ibu-Ibu yang mengalami stress postpartum itu akan berbeda dalam hal ASI-nya berbeda kualitas dari efek fatty acid-nya. Jadi asam lemaknya beda. Dan setelah diteliti banyak hal, beberapa case juga kan skor stresnya tingginya si Ibu nih,” ucapnya kepada detikcom, Senin (21/7).

    Tak hanya itu, stres emosional juga menyebabkan peningkatan kadar hormon kortisol, yang pada gilirannya dapat menurunkan kadar prolaktin, hormon utama untuk produksi ASI. Bahkan, stres yang berkelanjutan juga bisa mengubah komposisi mikrobiota dalam ASI, yang penting untuk membentuk kekebalan tubuh bayi.

    “Berarti memang masalah kesehatan mental ini baik baby blues atau postpartum depression ini sangat mempengaruhi kualitas dan produksi ASI itu sendiri. Jadi komposisi ASI juga menurut literatur akan berbeda. Terus juga dengan stress volume asinnya juga bisa berkurang karena stres, cortisol nya naik, hormon prolaktinnya jadi turun,” lanjutnya.

    Karena itu, menurut dr Naomi, isu kesehatan mental seperti baby blues dan depresi pascapersalinan perlu mendapat perhatian serius karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Tanpa dukungan yang tepat, gangguan mental pada Ibu dapat menghambat keterikatan Ibu dan bayi, serta menurunkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

    Terlebih, anak yang tak mendapatkan ASI dikaitkan dengan risiko kesehatan, termasuk stunting. Menurut studi yang dipublikasikan di Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia dengan judul ‘Tinjauan Sistematis: Faktor Pelindung dari Risiko Stunting pada Masa Menyusui’, ASI mengandung berbagai nutrisi penting, mulai dari makronutrien seperti protein, karbohidrat, lemak, dan karnitin, hingga mikronutrien seperti vitamin, mineral, serta zat bioaktif yang dIbutuhkan oleh bayi dan anak di bawah lima tahun.

    “Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan risiko stunting, karena bayi dan anak di bawah lima tahun sangat membutuhkan nutrisi yang terkandung dalam ASI,” demikian bunyi studi tersebut.

    Sebaliknya, rendahnya cakupan pemberian ASI dapat berdampak buruk terhadap kualitas hidup anak di masa depan dan bahkan memengaruhi kondisi ekonomi suatu negara.
    “Upaya penurunan stunting di mana satu di antaranya adalah pemberian ASI eksklusif,” ucap dr Daisy.

    dr Daisy juga mengatakan penting pula menekankan proses menyusui secara langsung atau Direct Breastfeeding (DBF), karena dapat membangun ikatan emosional (bonding) antara Ibu dan bayi. Jika ASI diberikan tidak secara langsung, maka perlu menggunakan perantara seperti botol dan dot yang berisiko terkontaminasi jika tidak dicuci dan disterilkan dengan benar.

    Selain manfaat dari sisi psikologis, menyusui secara langsung juga memberikan stimulasi pada otak Ibu melalui isapan bayi. Proses ini merangsang pelepasan hormon prolaktin yang berfungsi memproduksi ASI, serta hormon oksitosin yang membantu mengalirkan ASI. Dengan demikian, produksi ASI cenderung lebih optimal ketika bayi menyusu langsung dari payudara.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Jangan Panik Moms Jika ASI Tak Langsung Keluar Setelah Melahirkan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

  • Daftar Buah yang Aman dan Tidak Boleh Dimakan Pengidap Asam Urat

    Daftar Buah yang Aman dan Tidak Boleh Dimakan Pengidap Asam Urat

    Jakarta

    Gout atau penyakit asam urat adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam urat (uric acid) dalam darah terlalu tinggi, sehingga membentuk kristal pada persendian. Hal ini dapat memicu nyeri hebat, bengkak, dan peradangan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

    Meskipun ada berbagai penyebab yang mungkin terlibat, termasuk faktor genetik dan kondisi medis tertentu, pola makan memiliki pengaruh langsung terhadap gout dan tingkat keparahannya. Kasus gout lebih sering ditemukan pada budaya atau pola makan yang tinggi konsumsi daging merah, makanan olahan, gula, serta makanan lain yang kaya purin.

    Karenanya, penting untuk mengontrol kadar asam urat dengan memperhatikan pola makan, termasuk memilih buah yang tepat.

    Tidak semua buah dapat dikonsumsi pengidap penyakit asam urat. Beberapa buah justru dapat memperburuk kondisi karena kandungan gula alami atau zat tertentu yang dapat meningkatkan kadar asam urat. Di sisi lain, ada pula buah-buahan yang kaya nutrisi dan aman dikonsumsi, bahkan dapat membantu mengurangi peradangan.

    Buah yang Aman Dikonsumsi

    Dikutip Vinmec, berikut beberapa buah yang aman dikonsumsi pengidap penyakit asam urat.

    1. Buah Citrus

    buah-buahan sitrus bisa menjadi pilihan yang baik. untuk membantu mengatasi penyakit asam urat. Jeruk bali (grapefruit), jeruk, nanas, dan stroberi kaya akan vitamin C, yang dapat membantu menurunkan kadar asam urat serta mencegah serangan akut gout.

    2. Alpukat

    Mengonsumsi lemak sehat diyakini dapat meningkatkan kadar antioksidan dalam tubuh. Alpukat merupakan buah yang kaya vitamin E, yaitu senyawa antiinflamasi yang dapat membantu mengurangi risiko terjadinya serangan gout akut.

    3. Ceri

    Buah ceri mengandung pigmen ungu tua yang dikenal sebagai antosianin. Pigmen ini memiliki efek antioksidan sekaligus membantu mengurangi peradangan dalam tubuh.

    Buah yang Sebaiknya Dihindari

    Beberapa buah dapat memperburuk kondisi karena mengandung fruktosa dalam jumlah tinggi. Fruktosa adalah gula alami yang terdapat pada berbagai buah dan sayuran, yang memberikan rasa manis alami pada makanan.

    Menurut Nidhi S, Ahli Gizi sekaligus Pendiri Half Life to Health, fruktosa menjadi salah satu zat yang dapat meningkatkan produksi asam urat dalam darah.

    1. Kismis

    Fruktosa per 100 gram: 26,54 gram

    Golden raisin atau kismis emas terbuat dari buah anggur yang mengandung purin. Mengonsumsi makanan kaya purin dapat semakin meningkatkan masalah asam urat dan meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

    Buah-buahan kering ini sebaiknya dihindari sepenuhnya oleh pengidap penyakit asam urat. Mengurangi konsumsi purin dapat membantu menjaga tingkat asam urat yang tepat dalam darah.

    2. Apel

    Fruktosa per 100 gram: 8,52 gram

    Apel juga kaya akan fruktosa alami. Terlalu banyak konsumsi apel bisa semakin memperburuk penyakit asam urat.

    3. Sawo

    Fruktosa per 100 gram: 8,6 gram

    Ini dianggap sebagai makanan tinggi fruktosa. Jadi, lebih baik hindari sawo untuk menjaga kadar asam urat tetap terkendali.

    (suc/suc)

  • 6 Fakta Menarik di Balik Struktur SARS-CoV-2, Virus Corona Penyebab COVID-19

    6 Fakta Menarik di Balik Struktur SARS-CoV-2, Virus Corona Penyebab COVID-19

    Jakarta

    Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). Nama COVID-19 sendiri merupakan singkatan dari:

    CO = coronaVI = virusD = disease (penyakit)19 = tahun ditemukannya, yaitu 2019.

    Awalnya, virus ini dikenal sebagai 2019-nCoV (novel coronavirus) dan menjadi penyebab pandemi global pada akhir 2019. Pada Mei 2023, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencabut status darurat kesehatan global (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC). Meski demikian, virus ini masih tetap ada dan dapat menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat.

    Dikutip dari Baylor College of Medicine, SARS-CoV-2 merupakan salah satu dari banyak jenis virus dalam keluarga coronavirus, yang dinamai demikian karena bentuknya yang seperti mahkota (corona) saat dilihat dengan mikroskop. Kelompok virus ini terdiri dari virus-virus yang saling berkerabat secara genetik, namun berbeda satu sama lain.

    Coronavirus bisa menyebabkan berbagai penyakit saluran pernapasan pada manusia,mulai dari yang ringan seperti flu biasa, hingga yang berat. Selain itu, beberapa jenis coronavirus juga bisa menginfeksi hewan dan menyebabkan berbagai penyakit.

    1. Coronavirus Sebelumnya yang Pernah Muncul

    Dalam dua dekade sebelum 2019, dua jenis coronavirus telah muncul dan menyebabkan infeksi pernapasan serius pada manusia:

    SARS-CoV – Muncul pada akhir 2002 di Provinsi Guangdong, China, menyebabkan penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).MERS-CoV – Muncul di Timur Tengah tahun 2012, menyebabkan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

    Berbeda dengan SARS-CoV-2, kedua virus ini tidak menyebabkan wabah global yang berkepanjangan. Ini karena orang yang terinfeksi SARS atau MERS umumnya hanya menularkan virus setelah menunjukkan gejala. Hal ini memudahkan isolasi dan pencegahan penularan. Sebaliknya, SARS-CoV-2 dapat menular bahkan saat penderitanya belum bergejala, sehingga lebih sulit dikendalikan.

    2. Asal Usul SARS-CoV-2

    Virus SARS-CoV-2 muncul pada akhir 2019 di Wuhan, China. Hingga kini, belum diketahui secara pasti bagaimana manusia pertama kali terinfeksi virus ini. Namun, semua bukti mengarah pada asal alami. Virus ini sangat mirip dengan coronavirus yang ditemukan pada kelelawar.

    Kemungkinan besar, virus berpindah dari kelelawar ke hewan perantara, lalu menular ke manusia yang berinteraksi dekat dengan hewan tersebut. Virus hewan umumnya tidak langsung bisa menular antarmanusia, kecuali sudah mengalami adaptasi tertentu. Proses perpindahan dari hewan ke manusia ini disebut zoonosis, dan juga terjadi pada penyakit lain seperti influenza dan HIV.

    3. Penularan COVID-19

    SARS-CoV-2 sangat mudah menular dari satu orang ke orang lain. Virus ini menyebar lebih efisien dibandingkan influenza, tapi tidak secepat campak (measles), salah satu virus paling menular yang diketahui.

    Orang yang terinfeksi akan melepaskan partikel virus melalui mulut dan hidung saat batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bernapas berat. Partikel virus ini terbawa dalam tetesan pernapasan besar dan kecil (aerosol). Tetesan besar akan cepat jatuh ke permukaan, sedangkan aerosol bisa bertahan lebih lama di udara dan menjangkau jarak yang lebih jauh.

    Penularan COVID-19 umumnya terjadi saat tetesan pernapasan dihirup atau menempel pada selaput lendir di mulut dan hidung orang yang berada dekat dengan penderita (kurang dari 2 meter).

    Dalam kondisi tertentu, terutama di ruangan tertutup dengan ventilasi buruk, penularan melalui aerosol juga bisa terjadi hingga jarak lebih dari 2 meter.

    Penularan melalui permukaan benda yang terkontaminasi juga mungkin terjadi, walau tidak umum. Jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi lalu menyentuh mulut, hidung, atau mata, ia bisa tertular. Meskipun risiko ini rendah, mencuci tangan secara teratur tetap dianjurkan.

    Risiko penularan tertinggi terjadi di tempat yang ramai, tertutup, dan berventilasi buruk, seperti bar, restoran, atau ruangan pertemuan. Risiko meningkat saat tidak ada yang menggunakan masker, baik pengidap maupun orang di sekitarnya.

    4. Gejala dan Komplikasi COVID-19

    Gejala COVID-19 sangat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umum meliputi:

    Demam dan menggigilBatukSesak napasKelelahanNyeri otot dan tubuhHilang penciuman atau perasa

    Gejala biasanya muncul 2-14 hari setelah terpapar. Orang dengan usia lanjut atau memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti diabetes, penyakit jantung, paru, atau obesitas berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius.

    Meski kebanyakan orang pulih dalam beberapa hari, sebagian pasien mengalami gejala berkepanjangan yang disebut long COVID. Gejalanya bisa berupa:

    KelelahanSesak napasBrain fog atau kesulitan konsentrasiNyeri kepalaGangguan pada jantung, paru, atau saraf

    Bahkan pasien dengan gejala awal yang ringan pun bisa mengalami gejala jangka panjang ini.

    5. Klasifikasi dan Struktur Virus

    Virus dari famili Coronaviridae dibagi menjadi empat kelompok: alfa, beta, gamma, dan delta. Virus dari kelompok alfa dan beta biasanya menginfeksi mamalia, sementara gamma dan delta umumnya menyerang burung. Dari tujuh jenis coronavirus yang diketahui dapat menginfeksi manusia (semuanya dari kelompok alfa dan beta), empat di antaranya hanya menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan dan menyumbang 10-30 persen dari kasus flu biasa. Tiga lainnya, SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2 , dapat menyebabkan penyakit berat dan termasuk dalam kelompok beta.

    Virus diklasifikasikan berdasarkan berbagai karakteristik, seperti jenis materi genetik yang dibawanya (DNA atau RNA) dan apakah virus tersebut diselimuti oleh lapisan lemak (envelope) atau tidak. Informasi genetik virus corona berada pada untaian RNA positif sepanjang 30.000 nukleotida, salah satu genom terbesar di antara virus RNA. Genom ini dilindungi oleh lapisan envelope.

    Partikel virus corona terdiri dari empat protein struktural utama:

    N (nukleokapsid): membungkus RNA genom.S (spike/duri): menonjol keluar dari envelope dan memberi virus bentuk seperti mahkota.M (membran) dan E (envelope): terintegrasi dalam envelope lipid.

    Protein S memainkan peran penting dalam proses infeksi karena berfungsi mengenali reseptor sel inang dan memungkinkan virus masuk ke dalam sel untuk mereplikasi diri. Oleh karena itu, protein ini menjadi target utama dalam pengembangan vaksin COVID-19.

    6. Varian COVID-19

    Dikutip dari Yale Medicine, satu hal yang pasti tentang SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, adalah sifatnya yang terus berubah. Sejak awal pandemi, kita telah melihat sejumlah varian menonjol, termasuk Alpha, Beta, Delta, dan Omicron.

    Meskipun kemunculan varian baru merupakan bagian alami dari evolusi virus, pemantauan terhadap setiap varian yang muncul tetap sangat penting. Hal ini bertujuan agar dunia selalu dalam kondisi siap siaga.

    Pemantauan menjadi semakin krusial jika varian baru tersebut terbukti lebih agresif, lebih mudah menular, kebal terhadap vaksin, menyebabkan gejala lebih parah, atau bahkan memiliki semua karakteristik tersebut dibandingkan varian asli virus.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan nama pada varian baru virus corona menggunakan huruf-huruf dari alfabet Yunani, dimulai dari varian Alpha yang muncul pada tahun 2020.

    (suc/suc)

  • Pengakuan Pria Malaysia Kena Stroke usai Makan 7 Durian dalam Sehari

    Pengakuan Pria Malaysia Kena Stroke usai Makan 7 Durian dalam Sehari

    Jakarta

    Seorang musisi di Malaysia, Mohd Shah Rosli, menceritakan pengalamannya saat mengalami stroke. Insiden itu terjadi pada Juli 2025.

    Menurut laporan Harian Metro, pria yang dikenal bernama Dino terkena stroke hingga bagian kanan tubuhnya mendadak lumpuh.

    “Sebelum mengalami stroke sekitar sebulan yang lalu, saya makan 7 buah durian sendiri dalam sehari. Keesokan harinya, saat bekerja, saya tiba-tiba pingsan,” kata pria 50 tahun itu, dikutip dari World of Buzz.

    Dino ini sangat suka makan durian. Setiap musim durian tiba, dia pasti akan membeli durian untuk dimakan. Saat mengalami stroke, ia meyakini salah satu pemicunya adalah durian.

    “Jadi, saat saya terkena stroke, saya tidak menutup kemungkinan bahwa itu mungkin ada hubungannya dengan pola makan saya. Saya juga suka makan-makanan yang manis. Bahkan, setelah dibawa ke dokter, bahkan saat saya berbicara, mulut saya masih berbau durian,” terangnya.

    Ternyata, selain suka dengan buah durian, Dino merupakan perokok berat sejak muda. Itu mungkin menjadi salah satu pemicu stroke lain yang dialaminya.

    Efek Kebanyakan Makan Durian

    Dikutip dari Hong Kong Adventist Hospital, durian memiliki kandungan gula yang tinggi. Hal ini dapat memberikan beban yang sangat berat pada jantung, meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah atau aritmia, hingga kematian mendadak akibat penyakit jantung.

    Selain itu, beberapa orang tidak cocok mengonsumsi durian. Buah ini dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit dalam kasus ringan, dan dalam kasus berat dapat mengancam jiwa.

    1. Pasien dengan penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

    Durian merupakan salah satu buah dengan kandungan karbohidrat dan lemak tertinggi, sehinga kandungan kalorinya juga termasuk yang tertinggi di antara buah-buahan lainnya.

    Konsumsi durian yang terlalu sering atau berlebihan dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bahkan pada kasus yang berat, efek dari durian dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah hingga menyebabkan stroke.

    2. Pasien diabetes

    Durian memiliki kandungan gula yang tinggi dan termasuk buah dengan indeks glikemik tinggi, yang dapat dengan mudah mempengaruhi kadar gula darah. Pasien diabetes sebaiknya menghindari konsumsi durian.

    3. Pasien dengan penyakit ginjal atau gangguan fungsi ginjal

    Durian kaya akan kalium, tetapi orang dengan gangguan fungsi ginjal tidak dapat membuang kelebihan kalium secara efektif. Oleh karena itu, mereka yang memiliki masalah tersebut harus berhati-hati dalam mengonsumsi durian.

    4. Orang dengan penyakit kulit

    Jika kondisi tubuh cenderung ‘panas’, seperti sensitif terhadap panas, rentan sembelit, mulut kering, lebih suka panas daripada dingin, atau mengalami gatal-gatal hingga jerawat perlu menghindari konsumsi durian. Sebab, buah ini dapat meningkatkan sekresi histamin, yang menyebabkan kulit sensitif dan gatal.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Penyebab Kematian Ozzy Osbourne Diungkap, Ada Masalah Jantung

    Penyebab Kematian Ozzy Osbourne Diungkap, Ada Masalah Jantung

    Jakarta

    Bintang rock heavy metal Ozzy Osbourne meninggal dunia pada 22 Juli 2025. Sebelumnya, ia dikabarka meninggal karena mengalami penyakit arteri koroner dan penyakit Parkinson.

    Penyebab kematian yang sesungguhnya telah terungkap melalui surat keterangan kematian pria yang meninggal di usia 76 tahun itu.

    “Osbourne meninggal pada 22 Juli karena (a) henti jantung (cardiac arrest) di luar rumah sakit, (b) infark miokard akut, serta (c) Penyakit arteri koroner dan penyakit parkinson dengan disfungsi otonom (penyebab sendi),” demikian bunyi surat keterangan tersebut, dikutip dari NBC News, Kamis (7/8/2025).

    Dikutip dari Mayo Clinic, serangan jantung (heart attack) terjadi saat aliran darah ke jantung sangat berkurang atau tersumbat. Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh penumpukkan lemak, kolesterol, dan zat lain di arteri jantung (koroner).

    Endapan lemak yang mengandung kolesterol disebut plak, yang menumpuk lewat proses aterosklerosis. Terkadang, plak dapat pecah dan membentuk gumpalan yang menghalangi aliran darah.

    Kurangnya aliran darah dapat merusak atau menghancurkan sebagian otot jantung. Serangan jantung juga kerap dikenal sebagai kondisi Infark miokard.

    Gejala serangan jantung dapat bervariasi. Beberapa orang mungkin mengalami gejala ringan, ada juga yang mengeluhkan gejala berat, bahkan ada yang tidak bergejala.

    Gejala serangan jantung umum meliputi:

    Nyeri dada yang mungkin terasa seperti tekanan, sesak, nyeri, diremas, atau sakit.Nyeri atau ketidaknyamanan yang menjalar ke bahu, lengan, punggung, leher, rahang, gigi, atau terkadang perut bagian atas.Keringat dingin.Kelelahan.Mulas atau gangguan pencernaan.Pusing atau sakit kepala mendadak.Mual.Sesak napas.

    Beberapa serangan jantung terjadi secara tiba-tiba. Tetapi, banyak orang memiliki tanda dan gejala peringatan beberapa jam, hari, atau minggu sebelumnya. Nyeri dada atau tekanan (angina) yang terus terjadi dan tidak hilang dengan istirahat mungkin merupakan tanda peringatan dini. Angina disebabkan oleh penurunan sementara aliran darah ke jantung.

    Sebelumnya, Osbourne menceritakan kondisinya di depan umum yang dialaminya beberapa tahun belakangan. Ia termasuk seorang pejuang yang melawan penyakit Parkinson.

    “Saya menjalaninya selangkah demi selangkah, dan jika saya bisa tampil lagi, saya akan melakukannya,” ujarnya dalam wawancara dengan majalah Rolling Stone pada November 2023, saat ia berusia 74 tahun.

    Osbourne mengatakan bahwa ia mengaitkan beberapa masalah kesehatannya dengan banyak obat-obatan terlarang dan alkohol yang dikonsumsi saat awal kariernya.

    “Saya memang bersyukur. Saya tidak tahu mengapa saya masih di sini dan terkadang saya merasa waktu saya hanya pinjaman,” tutur Osbourne.

    “Saya berkata kepada Sharon beberapa hari yang lalu, sungguh luar biasa hidup yang kita jalani dan sungguh pengalaman yang luar biasa,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Nggak Cuma Lezat, Ini Beragam Khasiat Kelapa Bakar untuk Kebugaran

    Nggak Cuma Lezat, Ini Beragam Khasiat Kelapa Bakar untuk Kebugaran

    Jakarta

    Kelapa merupakan salah satu buah yang populer di Indonesia. Buah ini sering diolah menjadi berbagai minuman menyegarkan untuk melepas dahaga, terutama saat cuaca panas. Namun, pernahkah mencoba kelapa bakar?

    Kelapa bakar dipercaya memiliki berbagai manfaat kesehatan, mulai dari melancarkan pencernaan, meningkatkan daya tahan tubuh, hingga membantu proses detoksifikasi. Tapi, benarkah klaim tersebut?

    Manfaat Kelapa Bakar

    Ketua perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr Inggrid Tania menjelaskan, membakar kelapa dapat memberikan efek pemanasan pada air dan daging kelapa. Ini dapat mengaktifkan antioksidan dan anti-inflamasi dalam kelapa, sehingga zat-zatnya bekerja lebih efektif untuk tubuh.

    Meski begitu, ia mengingatkan untuk tidak membakar kelapa terlalu lama. Hal ini karena pemanasan pada kelapa dapat mengurangi kandungan vitamin dan mineral di dalamnya.

    Oleh karena itu, mengonsumsi kelapa sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan. Kombinasikan kelapa bakar dan kelapa segar untuk konsumsi dan mendapatkan manfaat yang maksimal.

    “Cukup lima sampai tujuh menit dengan api yang kecil. Ada vitamin dan mineral yang berkurang jumlahnya. Misalnya, vitamin C dengan beberapa mineral lain itu ada yang berkurang kandungannya kalau dipanaskan,” kata dr Inggrid.

    “Kalau kita sedang sakit batuk pilek, influenza, common cold, itu kan kita butuh kandungan vitamin mineral, misalnya vitamin C,” tambahnya.

    Berikut ini sederet manfaat mengonsumsi kelapa bakar yang baik untuk kesehatan:

    1. Meningkatkan Energi

    Daging kelapa kaya akan sejenis lemak jenuh yang disebut medium-chain triglycerides (MCT) yang dapat dengan cepat diubah tubuh menjadi energi. Hal ini menjadikan kelapa sebagai pilihan bahan bakar yang baik sebelum atau sesudah berolahraga.

    “MCT adalah rantai molekul lemak yang lebih pendek atau sedang panjangnya dan langsung menuju ke hati. Ini memberikan dorongan energi yang hampir seketika bagi tubuh Anda,” jelas ahli gizi Natalie Romito, RD, LD dikutip dari Cleveland Clinic.

    2. Menjaga Kadar Gula Darah

    Kelapa juga dapat menurunkan kadar gula darah puasa dan mengubah mikrobiota usus untuk membantu kontrol gula darah. Ini disebabkan oleh kandungan rendah karbohidrat, tapi tinggi lemak dan serat dalam kelapa.

    Kandungan serat tinggi pada daging kelapa dapat memperlambat proses pencernaan dan berpotensi meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga membantu mengatur kadar gula darah. Penelitian juga menemukan kelapa dapat memperbaiki kadar trigliserida (jenis lemak) dan menurunkan gula darah puasa setelah 4 minggu dibanding kelompok kontrol.

    3. Meningkatkan Kesehatan Pencernaan

    Kelapa tinggi yang tinggi serat membantu membantu memperbesar volume feses dan menjaga keteraturan buang air besar, sehingga mendukung sistem pencernaan yang sehat.

    Kandungan MCT dalam daging kelapa telah terbukti memperkuat bakteri baik di usus, yang bisa melindungi dari peradangan dan kondisi seperti sindrom metabolik

    4. Mencegah Kanker dan Penyakit Kronis Lain

    Daging kelapa mengandung senyawa fenolik, yaitu antioksidan yang membantu melindungi sel dari kerusakan akibat oksidatif. Senyawa fenolik utama yang ditemukan meliputi asam galat, asam kafeat, asam salisilat, dan asam p-kumarat.

    Pengujian laboratorium terhadap daging kelapa menunjukkan kemampuannya menetralisir radikal bebas berbahaya yang berkontribusi terhadap penyakit kronis. Menurut studi lain dalam tabung reaksi, antioksidan tertentu dalam kelapa bahkan dapat membantu melindungi DNA dari kerusakan.

    Perlu diingat konsumsi kelapa saja tidak cukup untuk menjaga kesehatan tubuh. Ini perlu dikombinasikan dengan pola makan dan aktivitas fisik sehat secara menyeluruh.

    Dengan begitu, kelapa yang khususnya dibakar bisa membantu menurunkan risiko-risiko penyakit seperti alzheimer, penyakit jantung, dan kanker.

    (avk/suc)

  • 7 Tanaman Herbal yang Bisa Tingkatkan Kesehatan Ginjal, Fungsinya Jadi Optimal

    7 Tanaman Herbal yang Bisa Tingkatkan Kesehatan Ginjal, Fungsinya Jadi Optimal

    Jakarta

    Ginjal adalah organ yang berperan penting dalam menyaring limbah dan racun dari darah, serta menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Kendati demikian, gaya hidup modern atau kurang sehat bisa membebani fungsi ginjal.

    Dikutip dari laman Kidney Research UK, minum cukup cairan setiap hari menjadi bagian yang penting dalam kesehatan ginjal. Dehidrasi, terutama dehidrasi kronis bisa mengakibatkan produksi urine yang mengandung konsentrasi mineral dan produk limbah yang tinggi. Hal ini bisa menyebabkan pembentukan kristal yang memengaruhi fungsi ginjal.

    Selain air putih yang menjadi asupan penting, ada beberapa tanaman herbal yang dapat membantu menjaga fungsi ginjal. Apa saja?

    Tanaman Herbal untuk Menjaga Fungsi Ginjal

    Beberapa tanaman herbal yang dapat menjaga fungsi ginjal di antaranya seledri, basil, peterseli, hingga akar marshmallow.

    1. Seledri

    Seledri digunakan dalam beberapa pengobatan tradisional sebagai obat batu ginjal. Dikutip dari Healthline, sebuah studi menemukan, rata-rata partisipan perempuan dengan batu ginjal mengonsumsi lebih sedikit seledri dibandingkan dengan partisipan perempuan tanpa batu ginjal. Meski begitu, perlu diingat bahwa temuan ini hanya menunjukkan adanya hubungan, bukan bukti bahwa konsumsi seledri secara langsung mencegah terbentuknya batu ginjal.

    Sementara, pada sebuah studi tahun 2019, ekstrak seledri ditemukan bisa membantu memecah batu ginjal. Tapi, hasil ini mungkin tidak sama pada manusia. Hingga kini, belum ada penelitian pada manusia yang mengonfirmasi efek ini.

    2. Basil

    Basil kaya akan nutrisi. Secara tradisional, orang-orang telah menggunakan sari basil untuk mengatasi gangguan pencernaan dan peradangan.

    Basil mengandung antioksidan dan sifat anti-inflamasi. Studi tahun 2020 pada tikus menemukan tanaman ini bisa membantu mendukung fungsi ginjal. Kendati demikian diperlukan penelitian lebih lanjut pada manusia.

    Untuk mencobanya, gunakan basil segar atau kering untuk dibuat teh dan minum beberapa cangkir setiap hari. Basil juga bisa dibuat jus atau ditambahkan ke dalam smoothie.

    3. Bunga Dandelion

    Bagian tanaman dandelion bisa membantu membuang limbah, meningkatkan produksi urine, dan memperbaiki pencernaan.

    Sebuah studi menemukan, dandelion efektif dalam mencegah batu ginjal. Hal ini ditunjukkan dari sampel laboratorium dan masih dibutuhkan studi pada manusia untuk menemukan keamanan dan efektivitasnya.

    4. Peterseli

    Dikutip dari laman Medicine Net, peterseli membantu mencegah pembentukan batu ginjal dengan membuat urin menjadi lebih asam serta bertindak sebagai diuretik yang meningkatkan produksi urine.

    Minum teh peterseli dapat membantu tubuh mengeluarkan kelebihan racun, lemak. garam, dan air, sehingga mengurangi tekanan pada ginjal.

    5. Jahe Merah

    Dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada, tiga mahasiswa UGM berhasil mengolah jahe merah menjadi formula yang bisa menghambat penyakit ginjal kronik dengan faktor hipertensi. Menurut salah satu mahasiswa, Nada Hanifah, kandungan antioksidan dalam jahe merah bisa mengurangi stres oksidatif yang bisa mencegah kerusakan ginjal.

    Ekstrak jahe merah diformulasikan dengan teknologi nanoemulsi untuk meningkatkan kelarutan, stabilitas, dan khasiat ekstrak. Mereka menciptakan formula bernama ZAHA berdasarkan pengalaman pasien penyakit ginjal kronis.

    6. Akar Marshmallow

    Akar marshmallow berpotensi bertindak sebagai diuretik. Diuretik membantu tubuh mengeluarkan kelebihan cairan, sehingga juga membantu membersihkan ginjal dan kandung kemih.

    7. Lemon

    Lemon mengandung sitrat, zat kimia yang mencegah batu kalsium. Studi pada tahun 2020 menunjukkan, suplemen kalium sitrat bisa mengurangi faktor risiko yang terkait dengan batu ginjal pada orang yang sebelumnya memiliki bau ginjal. Kendati demikian, ini merupakan asupan kalium sitrat berdasarkan farmakologis, bukan asupan makanan.

    (elk/suc)

  • Gaduh Makanan-Camilan Asin Ikut Kena Cukai, Kemenkes Bilang Gini

    Gaduh Makanan-Camilan Asin Ikut Kena Cukai, Kemenkes Bilang Gini

    Jakarta

    Belum lama ini ramai camilan dan makanan asin akan ikut dikenakan cukai. Hal ini salah satunya dikaitkan dengan risiko peningkatan penyakit tidak menular (PTM).

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut hingga kini wacana yang berjalan baru menyasar minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). Targetnya diterapkan tahun ini, meski rencananya sudah dibahas sejak 2007.

    “Kalau di makanan siap saji belum ada rencana penerapan cukai, lebih pada minuman manis dalam kemasan,” tandas dr Nadia saat dihubungi detikcom Rabu (6/8/2025).

    Perlu diingat, masyarakat memang perlu mewaspadai risiko dari konsumsi tinggi garam atau berlebih. Pasalnya, kebiasaan tersebut rentan memicu tekanan darah tinggi.

    “Kalau konsumsi garam berlebihan, akan mempengaruhi kadar natrium dalam darah kita sehingga bisa memicu peningkatan tekanan darah,” jelas dia.

    Tekanan darah tinggi akibat konsumsi garam berlebih, terlebih setiap hari, bisa membuat ginjal otomatis bekerja lebih keras untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan.

    Strategi penerapan cukai pada makanan maupun minuman ditegaskan dr Nadia menjadi salah satu upaya pemerintah untuk menekan pola konsumsi tidak sehat di masyarakat. Pemerintah ingin mendorong lebih banyak pilihan makanan sehat yang bisa diakses lebih murah ketimbang pangan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL).

    “Karena kadang kadang pola konsumsi kita berubah karena apa yang tersedia di sekitar kita itu bukan yang sehat, jadi mendorong akhirnya mengonsumsi makanan terlalu manis maupun asin,” sebut dia.

    dr Nadia memberikan contoh tren fried chicken yang booming di Amerika Serikat misalnya, jelas menyumbang kasus obesitas yang meningkat signifikan.

    “Jadi tersedia makanan yang kadar gula garam dan lemak rendah, akan mendorong industri melakukan reformulasi dan mendorong perilaku masyarakat memilih makanan lebih sehat, sehingga otomatis faktor risiko penyakit tidak menular bisa dicegah,” pungkasnya.

    (naf/kna)