Produk: lemak

  • Awas Diabetes! Ini Batas Konsumsi Gula yang Aman Menurut Kemenkes

    Awas Diabetes! Ini Batas Konsumsi Gula yang Aman Menurut Kemenkes

    Jakarta

    Konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes. Tak hanya dialami oleh orang dengan usia di atas 50 tahun, kini diabetes juga banyak dialami oleh usia muda.

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), Kemenkes RI, dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menyoriti tingginya konsumsi gula melebihi batas normal.

    “Kita bisa lihat di survei-survei kesehatan kita kan, berapa persen tuh? 50 persen masyarakat kita konsumsinya lebih dari batas normal yang seharusnya dia minum gitu,” kata dr Nadia dalam wawancara dengan detikcom, Jumat (31/10/2025).

    Menurut dr Nadia, rasa manis seperti adiksi, semakin sering merasakan manis, maka semakin membutuhkan yang lebih manis. Sebaliknya, jika tidak terbiasa dengan yang manis maka akan lebih sensitif merasakannya.

    “Kalau kita sudah biasa tidak manis, dikasih yang manis, itu kan kita merasa kayak manis banget,” ungkap dr Nadia.

    Untuk itu, Kementerian Kesehatan memiliki kampanye maksimal asupan 4 sendok makan gula dalam sehari. Sementara, untuk garam 1 sendok dan lemak 5 sendok sehari.

    “Kan sumbernya bukan hanya gula pasir kan, makanan lain itu intinya juga ada yang mengandung gula. Makanya kita mencoba untuk menurunkan dulu deh rasa manisnya,” tambahnya.

    Jika masyarakat bisa mematuhi asupan gula yang dianjurkan, maka risiko terkena penyakit tidak menular juga akan menurun.

    “Kalau kemudian kita bisa mengendalikan konsumsi gula. Itu penyakit jantung, stroke, dan penyakit-penyakit akibat penyakit tidak menular itu bisa turun 50 persen,” tambahnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/up)

  • Kemenkes Bicara Kebiasaan Minum Manis Warga +62, Penyumbang 30 Persen Kasus Diabetes

    Kemenkes Bicara Kebiasaan Minum Manis Warga +62, Penyumbang 30 Persen Kasus Diabetes

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis menjadi salah satu penyumbang tingginya kasus diabetes melitus di Indonesia. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi menuturkan prevalensi kasus diabetes Indonesia saat ini sebanyak 11,7 persen.

    Jika ditotal, kasus diabetes di Indonesia diperkirakan berada di angka sekitar 30 juta orang. dr Nadia menjelaskan pola konsumsi dari luar seperti mengonsumsi minuman manis dalam kemasan menyumbang sekitar 30 persen dari keseluruhan kasus diabetes.

    Oleh karena itu, pihaknya mendorong penerapan label nutri-level di produk minuman manis untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait konsumsi gula.

    “Kalau konsumsi dari luar itu 30 persen, tapi kemudian kan kita mau edukasi masyarakat,” ungkap dr Nadia pada detikcom, di Jakarta Selatan, Jumat (31/10/2025).

    “Kita belajar dari negara-negara lain, mereka juga mengaturnya dari makanan kemasan. Sebenarnya ini mau nitipin edukasi. Edukasi yang paling mudah kita bisa sama-sama lakukan menempelkan label pada produk makanan,” sambungnya.

    Proses penerapan label nutri-level pada kemasan produk minuman akan dilakukan secara bertahap dan saat ini sudah memasuki tahap edukasi. dr Nadia menegaskan label ini bukan untuk melarang konsumsi produk yang memiliki level ‘merah’.

    Label ini diberikan untuk memudahkan mengukur jumlah konsumsi gula harian agar nantinya tidak berlebihan.

    “Tidak ada larangan. Kalau mau makan 3-4 kali yang merah juga tidak apa-apa. Tapi mungkin kan besok Anda puasa atau olahraga, silahkan. Tapi artinya pola-pola itu yang sebenarnya kita inginkan,” sambung dr Nadia.

    dr Nadia mengatakan pola konsumsi tinggi gula garam lemak (GGL) paling banyak terjadi di rumah tangga. Misalnya, dari makanan atau minuman yang dibuat dan dikonsumsi sendiri.

    Rencana jangka panjangnya, label nutri-level akan diterapkan pada produk tinggi GGL, bukan tinggi gula saja. Selain itu, makanan siap saji rencananya juga akan masuk dalam aturan tersebut.

    Namun, dr Nadia menuturkan saat ini pihaknya bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tengah berfokus pada minuman manis dalam kemasan terlebih dahulu. Implementasi dilakukan secara perlahan sambil melakukan edukasi pada masyarakat serta koordinasi dengan pihak industri.

    “Jadi itu yang sebenarnya kita coba turunkan pelan-pelan. Jadi dua yang dibangun. Pemerintah memberikan informasi, masyarakat juga paham bahwa apa sih yang dia konsumsi,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/up)

  • Mengenal Pepaya Muda, Buah Sehat Kaya Manfaat untuk Kesehatan Tubuh

    Mengenal Pepaya Muda, Buah Sehat Kaya Manfaat untuk Kesehatan Tubuh

    JAKARTA – Banyak orang mengira pepaya muda hanyalah pepaya belum matang. Namun sebenarnya, pepaya muda memiliki karakteristik, kandungan nutrisi dan manfaat kesehatan yang cukup berbeda dibandingkan pepaya matang.

    Pepaya muda adalah salah satu jenis pepaya yang dipanen sebelum buahnya matang sepenuhnya. Berbeda dengan pepaya matang berwarna oranye kemerahan dan memiliki rasa manis, pepaya muda berwarna hijau dengan daging buah berwarna kuning kehijauan serta tekstur yang lebih keras menyerupai mangga.

    Pepaya ini diketahui berasal dari Meksiko dan juga dikenal sebagai Mexican papaya. Bentuknya menyerupai pir atau alpukat dan memiliki kantong biji di bagian tengah. Biji pepaya muda berwarna gelap dan memiliki rasa sedikit pedas sehingga sering dikeringkan dan digunakan sebagai bumbu atau penyedap seperti lada.

    Karena rasanya yang tidak semanis pepaya matang, pepaya muda lebih sering digunakan sebagai sayuran dalam masakan, seperti rujak, tumis, atau salad.

    Pepaya muda mengandung beragam nutrisi penting yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Di dalamnya terdapat vitamin C, A, dan E yang berperan sebagai antioksidan alami. Selain itu, pepaya muda juga kaya akan folat serta mineral seperti kalsium, magnesium, kalium, dan zat besi.

    Buah ini juga mengandung senyawa antioksidan seperti karotenoid, polifenol, dan likopen, serta asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Menariknya pepaya muda memiliki kandungan lemak dan kolesterol yang sangat rendah, serta hanya mengandung sekitar 40 kalori per 100 gram, sehingga cocok dikonsumsi bagi yang menjaga berat badan maupun menjalani gaya hidup sehat.

    Kandungan nutrisinya yang beragam membuat pepaya muda baik untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Berikut manfaat pepaya muda untuk kesehatan, seperti dilansir dari laman Organic Facts, Sabtu, 1 November 2025.

    1. Menjaga Kesehatan Kulit

    Pepaya muda kaya akan vitamin C, vitamin E, dan asam amino yang membantu merawat kulit. Kandungan ini dapat membantu mencegah penuaan dini seperti keriput, flek hitam, serta membantu meredakan peradangan pada kulit.

    2. Melancarkan Pencernaan

    Serat yang tinggi dalam pepaya muda sangat baik untuk sistem pencernaan. Mengonsumsi pepaya muda dapat membantu mencegah sembelit, menstabilkan asam lambung, dan meningkatkan penyerapan nutrisi.

    3. Baik untuk Kesehatan Jantung

    Kandungan kalium dalam pepaya muda membantu mengontrol tekanan darah. Kalium berfungsi melebarkan pembuluh darah sehingga dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi.

    4. Meningkatkan Sistem Imun

    Satu porsi pepaya muda dapat memenuhi lebih dari 70% kebutuhan vitamin C harian. Vitamin C berperan penting dalam meningkatkan produksi sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi dan penyakit.

    5. Meredakan Nyeri Haid

    Beberapa penelitian menunjukkan senyawa aktif dalam pepaya muda dapat membantu mengurangi rasa nyeri saat menstruasi dengan cara memengaruhi hormon dan mengurangi peradangan.

    6. Baik untuk Ibu Hamil

    Pepaya muda mengandung folat, yaitu vitamin B yang sangat penting dalam mencegah cacat tabung saraf pada janin. Namun, konsumsi pepaya muda saat hamil harus diperhatikan dan sebaiknya dikonsumsi setelah dimasak, bukan dalam bentuk mentah.

    Cara Mengonsumsi Pepaya Muda

    Pepaya muda bisa diolah menjadi berbagai hidangan seperti:

    – Salad atau rujak

    Dipotong tipis dan dicampur bumbu.

    – Tumis atau sup 

    Dipakai seperti sayuran pada masakan berkuah.

    – Smoothie atau jus 

    Dicampur dengan buah lain untuk rasa lebih segar.

    – Pelengkap hidangan

    Memberikan rasa segar dan sedikit manis pada makanan.

    Pepaya muda adalah pilihan yang tidak hanya lezat tetapi juga menyehatkan. Dengan kandungan nutrisi yang kaya, buah ini layak menjadi bagian dari menu makanan sehari-hari Anda.

  • Wanti-wanti Kemenkes RI soal Konsumsi Gula Berlebih, Bisa Picu Penyakit Ini

    Wanti-wanti Kemenkes RI soal Konsumsi Gula Berlebih, Bisa Picu Penyakit Ini

    Jakarta

    Mengonsumsi minuman dan makanan manis memang nikmat. Namun, di balik kenikmatan tersebut, hidangan dengan kandungan gula tinggi dapat memicu berbagai gangguan kesehatan.

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan konsumsi gula yang berlebih bisa memicu penyakit tidak menular, salah satunya diabetes.

    “Nah, nanti kalau penyakit gula ini terus kita tidak kendalikan, ujung-ujungnya kita akan bisa terkena penyakit jantung, stroke, ginjal, bahkan juga kanker,” ujarnya dalam acara detikcom Leaders Forum, Jumat (31/10/2025).

    dr Nadia menjelaskan, penyakit-penyakit tersebut tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga menjadi beban besar bagi sistem pembiayaan kesehatan nasional.

    Mengacu pada data, prevalensi diabetes di Indonesia kini mencapai 11,7 persen, naik hampir dua kali lipat dibandingkan satu dekade lalu yang hanya sekitar 6 persen. Dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta jiwa, diperkirakan lebih dari 30 juta orang Indonesia hidup dengan diabetes.

    Kondisi ini, lanjut dr Nadia, menjadi tantangan besar bagi Indonesia yang menargetkan lahirnya generasi emas 2045, generasi yang sehat, produktif, dan bebas dari beban penyakit kronis. Pemerintah menilai, upaya pengendalian penyakit tidak menular harus dimulai dari perubahan perilaku masyarakat.

    “Kalau kemudian kita bisa mengendalikan konsumsi gula, itu penyakit jantung, stroke, dan penyakit-penyakit akibat penyakit tidak menular itu bisa turun 50 persen,” kata dr Nadia.

    “Karena balik lagi ya, penyakit-penyakit PTM itu adalah penyakit yang perilaku. Dan salah satunya, kita tahu sedentary, apa-apa sekarang, kita cukup duduk manis, semua datang. Makanan datang, makanya itu perlu kita kendalikan pola konsumsi kita,” tuturnya.

    Karenanya, dr Nadia mengingatkan untuk tidak menunggu hingga sakit baru memeriksakan diri. Pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan secara rutin sebagai langkah pencegahan dini.

    Saat ini, pemerintah telah menyediakan program cek kesehatan gratis di seluruh puskesmas. Melalui program ini, masyarakat dapat memeriksa berbagai aspek kondisi tubuhnya, mulai dari berat badan, indeks massa tubuh (IMT), kebiasaan merokok, tingkat aktivitas fisik, hingga kadar gula darah.

    Bagi yang sudah terdiagnosis memiliki penyakit tidak menular seperti diabetes, layanan ini juga mencakup pemeriksaan lanjutan untuk kolesterol, tekanan darah, fungsi ginjal, dan kesehatan jantung. Semua layanan diberikan secara gratis untuk memastikan masyarakat memiliki akses mudah terhadap pemeriksaan dasar kesehatan.

    “Jadi jangan lupa nih, habis ini yuk periksa, cek kesehatan gratis, dan itu diberikan betul-betul gratis di seluruh puskesmas,” lanjutnya.

    dr Nadia juga menekankan pentingnya kesadaran individu dalam menjaga kesehatan. Ia menekankan untuk lebih pintar memilih makanan, menjaga pola makan seimbang, membatasi gula, garam, dan lemak, serta rutin berolahraga agar tetap sehat dan produktif hingga usia lanjut.

    “Supaya nanti kita usianya 100 tahun. Jadi tetap produktif ya. Tetap produktif, bukan bolak-balik ke rumah sakit,” sambungnya lagi.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • Perbandingan Model ‘Nutri-Level’ di Berbagai Negara, RI Bakal Ikut Mana?

    Perbandingan Model ‘Nutri-Level’ di Berbagai Negara, RI Bakal Ikut Mana?

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tengah menyiapkan penerapan label “Nutri Level” untuk produk pangan olahan. Diharapkan, sistem ini dapat mengedukasi konsumen terkait gula, garam, dan lemak (GGL).

    Sebagai informasi, Nutri-Level atau sistem pelabelan yang bertujuan memberi informasi nutrisi pada kemasan produk makanan dan minuman telah diterapkan di banyak negara. Tujuannya adalah menunjukkan kandungan GGL yang tinggi atau rendah pada suatu produk.

    Namun, sistem pelabelan atau Nutri-Level di setiap negara berbeda-beda.

    Label peringatan hitam atau warning label – diterapkan di Brasil, Uruguay, dan ChileLabel Multiple Traffic Light (merah, oranye, dan hijau) – diterapkan di Inggris, Iran, dan Arab SaudiHealthier Choice Logo – diterapkan di Belanda, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Brunei Darussalam.Health Star Rising – diterapkan di Australia dan Selandia Baru

    Lalu, Indonesia ingin mencontoh ‘Nutri-Level’ dari negara mana?

    Kepala BPOM RI Prof Taruna Ikrar mengatakan pihaknya telah mempelajari berbagai pendekatan terkait Nutri-Level dari banyak negara, termasuk Singapura, Amerika Serikat, dan Australia.

    Regulasi Nutri-Level merupakan tindak lanjut dari UU Kesehatan No.17 Tahun 2023 dan PP No.28 tentang pangan olahan.

    “73 persen penyebab kematian di negeri kita berasal dari penyakit non-infeksi. Sebagian besar dipicu oleh konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih. Karena itu, kami mengatur sistem Nutri-Level agar masyarakat bisa lebih cerdas memilih makanan,” ujar Taruna dalam acara detikcom Leaders Forum, Jumat (31/10/2025).

    Label ini nantinya menampilkan informasi kadar gula, garam, dan lemak dengan tanda huruf A-D serta warna hijau hingga merah, mirip seperti sistem Nutri-Grade di Singapura. Nantinya, label ini akan berada di depan kemasan atau Front of Pack Nutrition Labelling (FOPNL).

    detikcom Leaders Forum BPOM Foto: Rifkianto Nugroho/detikHealth

    Dimulai Bertahap

    BPOM sendiri akan memulai kebijakan ini secara bertahap. Tahap pertama adalah menyasar minuman siap konsumsi, termasuk minuman konsentrat baik yang berbentuk cai ataupun bubuk.

    Kebijakan akan diterapkan bersamaan dengan pangan olahan dan pangan siap saji.

    “Selain labeling Nutri-Level-nya kita juga ada stempel makanan sehat. Ternyata itu (logo pilihan lebih sehat) cukup berpengaruh,” kata Taruna.

    “Selama ini makanan sehat (logo) sudah berlaku selama tiga tahun sebetulnya. Selama 3 tahun ini ada beberapa produsen yang sudah mulai (menerapkan). Masyarakat tinggal milih kan, ini (ada logo) makanan sehat berarti ini bagus,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

  • RI Bakal Terapkan Nutri-Level, Ini Respons Pelaku Usaha

    RI Bakal Terapkan Nutri-Level, Ini Respons Pelaku Usaha

    Jakarta

    Pemerintah tengah menyiapkan sistem baru pelabelan informasi gizi pada produk pangan kemasan. Sistem pelabelan yang disebut Nutri Level ini, menurut rencana, akan dicantumkan di bagian depan kemasan untuk menunjukkan kadar gula, garam, dan lemak yang terkandung pada produk.

    CEO Nutrifood, Mardi Wu, menilai inisiatif ini merupakan langkah positif dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola makan sehat.

    “Ini inisiatif yang sangat baik dari pemerintah supaya masyarakat lebih aware dengan pilihan makanan yang sehat. Tentunya pelaku industri sangat mendukung kebijakan yang baik dari pemerintah,” ujar Mardi kepada detikcom.

    Menurut Mardi, pelaku industri membutuhkan waktu untuk menyesuaikan regulasi yang akan datang. Tetapi ia berharap sistem Nutri-Level dirancang secara komprehensif dan berlaku tidak hanya untuk pangan olahan, tetapi juga pangan siap saji agar tak terjadi “perpindahan” konsumen ke produk yang justru lebih tidak sehat.

    “Sistem Nutri-Level yang akan dibuat ini adalah sistem yang komprehensif. Artinya enggak cuma pangan olahan tapi juga pangan siap saji … supaya tidak berpindah dari satu tempat kemudian ke tempat yang lain malah lebih tidak sehat,” ungkap Mardi.

    CEO Nutrifood Mardi Wu di detikcom Leaders Forum Ancaman Gula Berlebih Foto: Rifkianto Nugroho/detikHealth

    Komitmen Pelaku Usaha

    Nutrifood sendiri menyebut telah sejak lama memproduksi produk dengan kontrol gula yang ketat. Mardi mengatakan bahwa sebagian besar produk mereka sudah berada dalam kategori yang lebih sehat dan siap mengikuti regulasi.

    Ia menambahkan, meski tiap industri memiliki tantangan berbeda, adaptasi tetap perlu dilakukan agar semua produk yang beredar di pasaran bisa memenuhi standar kesehatan.

    “Teman-teman industri lain mungkin butuh waktu untuk menyesuaikan, mereformulasi. Karena itu, sistem teknis untuk nutri level perlu memperhatikan berbagai masalah teknis agar produk yang disajikan benar-benar lebih sehat,” lanjutnya.

    Selain melakukan reformulasi, Nutrifood juga aktif mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya memahami batas konsumsi gula harian dan membaca label gizi dengan benar. Beberapa produk baru Nutrifood kini bahkan memiliki kadar gula di bawah 5 gram per gelas, sejalan dengan upaya perusahaan untuk mendukung pola hidup sehat masyarakat Indonesia.

    “Hampir semua produk kami dari dulu dibuat dengan gula yang terkontrol. Rata-rata minuman Nutrifood itu di bawah satu sendok makan gula, jadi sudah masuk kategori sehat,” ungkapnya.

    Mardi menilai, penerapan label Nutri Level akan membantu memperkuat upaya kolektif antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem pangan yang lebih sehat.

    “Tujuannya supaya Indonesia bisa lebih sehat. Konsumen diuntungkan karena lebih tahu apa yang mereka konsumsi, sementara industri juga termotivasi membuat produk yang lebih baik,” tutupnya.

    @detikhealth_official Mardi WU selaku CEO dari nutrifood memberi tanggapan mengenai penerapan Nutrilevel di Indonesia! 🧐 #Nutrilevel #Nutrifood #Guladarah #infosehat ♬ original sound – detikHealth

    Halaman 2 dari 2

    (kna/up)

  • Siasat BPOM Bantu Tekan Angka Diabetes di Indonesia, Siapkan Label Nutri-Level

    Siasat BPOM Bantu Tekan Angka Diabetes di Indonesia, Siapkan Label Nutri-Level

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar menyoroti tingginya angka kasus diabetes di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, prevalensi diabetes di Indonesia berada di angka 11,7 persen. Jika ditotal ada sekitar 30 juta kasus diabetes di Indonesia.

    Menurut Taruna, BPOM RI sebagai salah satu pihak regulator juga memiliki peran penting dalam hal ini. Hal ini berkaitan dengan konsumsi produk minuman manis dalam kemasan.

    Oleh karena itu, pihaknya saat ini tengah menggodok aturan label nutri-level. Nantinya, label nutri-level ini bisa dijadikan petunjuk untuk memilih produk minuman yang lebih rendah gula atau tidak mengandung gula sama sekali.

    Rencananya aturan label ini akan berlaku untuk mengatur kadar gula, garam, dan lemak (GGL) pada produk kemasan. Namun, saat ini pihaknya akan berfokus terlebih dulu pada minuman manis dalam kemasan.

    “Karena memang peraturan pemerintah nomor 28, ditambah yang payung hukumnya adalah Undang-Undang Kesehatan nomor 17 tahun 2023 itu, secara tegas kita diharapkan mengatur yang kita sebut dengan nutri-level itu,” ucap Taruna dalam acara detikcom Leaders Forum, Jumat (31/10/2025).

    “Karena tiga hal inilah (GGL) yang menyebabkan penyakit tidak menular, yang sebetulnya sangat membebani ekonomi nasional kita. Data yang saya dapatkan ada 73 persen penyebab kematian di negeri kita, itu disebabkan karena penyakit non-infeksi,” sambungnya.

    Pada saat ini, penerapan label nutri-level berada di tahapan edukasi pada masyarakat dan juga pelaku industri. Ia berharap penerapan nutri-level ini bisa diterapkan sesegera mungkin.

    Taruna mengungkapkan penerapan nutri-level memerlukan harmonisasi dari berbagai pihak. Misalnya dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Kesehatan, hingga pelaku industri.

    Jika nantinya harmonisasi itu sudah tercapai, Taruna menyebut aturan label nutri-level ini akan segera dibuat aturannya.

    “Aturan-aturan itu sebetulnya telah kita wadahi. Kita sekarang sudah melakukan pendekatan ke masyarakat termasuk pelaku usaha, dan beberapa tipologi yang telah kita dapatkan masukan itu,” ujar Taruna.

    “Baik apakah kita mengaturnya dalam bentuk label-nya itu di front label, tag-nya. Kemudian apakah bentuknya kita meniru, karena kan kita juga bisa ikutin beberapa negara-negara lain, Misalnya Singapura, yang lebih fokus pada nutri-level itu,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • Gen Z Catat! Kepala BPOM RI Ungkap Pentingnya Jaga Asupan Gula Agar Tak Berlebihan

    Gen Z Catat! Kepala BPOM RI Ungkap Pentingnya Jaga Asupan Gula Agar Tak Berlebihan

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar menyampaikan pentingnya menjaga asupan makanan dan minuman manis. Menurutnya, ini harus menjadi perhatian serius mengingat kini tren mengonsumsi makanan dan minuman manis begitu besar di Indonesia, khususnya pada anak muda.

    Ia menjelaskan konsumsi gula tambahan, dibarengi konsumsi garam dan lemak secara berlebih dapat memicu berbagai masalah kesehatan, khususnya penyakit tidak menular.

    “Ya, tentu kita ada hal yang sangat penting kita lakukan bahwa mengatur kadar gula, mengatur kadar garam dan lemak itu sangat penting karena ini merupakan awal dari berbagai penyakit tidak menular,” ucap Taruna ketika ditemui detikcom, Jumat (31/10/2025).

    “Penyakit tidak menular itu melibatkan penyakit diabetes, penyakit degeneratif dan angka kematiannya di negeri kita sangat tinggi dibanding negara lain,” sambungnya.

    Taruna menjelaskan 80 persen penyakit non-infeksi disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan. Konsumsi gula berlebihan dapat memicu masalah diabetes, yang dikenal sebagai ‘mother of disease’.

    Komplikasi dari diabetes jika tidak ditangani dengan baik dapat memicu berbagai masalah kesehatan lain, misalnya penyakit kardiovaskular.

    “Negeri kita sudah ada 30 juta pengidap diabetes, berarti sudah 11,8 persen penduduk kita kena diabetes. Nah, mengatur kadar gula makanan ini merupakan awal dari pencegahan penyakit ini,” ungkap Taruna.

    “Penyakit diabetes itu punya dampak yang sangat signifikan. Dia merupakan penyebab nanti penyakit kardiovaskuler, penyebab penyakit stroke, penyakit jantung, penyakit hipertensi, kidney disease, dan sebagainya,” sambungnya.

    Salah satu upaya yang dilakukan BPOM RI bersama Kemenkes adalah penerapan label nutri-level untuk minuman manis kemasan. Label ini nantinya akan membantu dalam memilih produk yang lebih sehat dan rendah gula.

    Meski rencananya penerapan label ini juga meliputi gula, garam, dan lemak, pemerintah rencananya akan berfokus pada kadar gula minuman manis dalam kemasan manis terlebih dulu.

    “Sehingga dengan harapan itu, indikatornya nanti insya Allah penyakit-penyakit non-infeksi kita menurun, dan yang kedua, penyakit diabetes di negara kita juga bisa dimitigasi supaya juga menurun jumlahnya,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • BPOM RI Ungkap Proses Harmonisasi dengan Industri Demi Terapkan Label Nutri-Level

    BPOM RI Ungkap Proses Harmonisasi dengan Industri Demi Terapkan Label Nutri-Level

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Minuman (BPOM) RI Taruna Ikrar mengungkapkan proses penerapan label nutri-level pada kemasan minuman manis berada di tahap harmonisasi dan edukasi. Sebagai informasi, label nutri-level nantinya akan akan digunakan sebagai indikator pada kemasan yang mengelompokkan jenis produk dari kadar gulanya.

    Rencananya, label nutri-level akan diterapkan pada produk makanan dan minuman kemasan yang mengandung gula garam lemak (GGL). Namun, saat ini aturan nutri-level masih difokuskan pada minuman manis dalam kemasan.

    Taruna mengatakan penerapan label-nutri level memerlukan keterlibatan banyak pihak, misalnya Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, dan khususnya pelaku industri.

    Menurutnya, harmonisasi dengan pelaku industri adalah salah satu faktor paling penting. Pihak industri tentu memerlukan reformulasi khusus pada produknya sehingga bisa memenuhi standar label nutri-level yang lebih baik.

    “Jadi kalau kita bicara tentang reformulasi, tentu itu akan dari pelaku usaha akan mengeluarkan modal lagi untuk melakukan perbaikan, penggantian, marketing, dan sebagainya,” ungkap Taruna Ikrar dalam acara detikcom Leaders Forum, Jumat (31/10/2025).

    “Kalau itu satu dua nggak seberapa, tapi ini bisa ribuan sampai jutaan produk, dan itu tentu biayanya besar. Oleh karena itu, dalam prosesnya itu kita berharap dilakukan secara bertahap,” sambungnya.

    Taruna berharap penerapan label nutri-level nantinya bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan awareness terkait konsumsi gula. Dengan pemahaman yang lebih baik, konsumsi gula menurun, dan angka diabetes di Indonesia bisa menurun secara perlahan.

    Tantangan Reformulasi Bagi Industri

    CEO Nutrifood, Mardi Wu sebagai pelaku industri mengungkapkan beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan label nutri-level. Reformulasi produk memang menjadi salah satunya.

    Mardi mengatakan pihaknya selaku pelaku industri ingin membuat sebanyak mungkin produk di level A dan B. Namun di sisi lain, produk yang direformulasikan juga tetap harus bisa diterima oleh masyarakat.

    “Untuk bisa mengurangi gula, karakter tiap-tiap makanan itu memang beda-beda. Minuman dengan pH yang lebih rendah, yang lebih asam, itu butuh gula yang cukup banyak untuk bisa diterima, untuk diminum,” katanya dalam kesempatan yang sama.

    Mardi menegaskan komitmennya sebagai pelaku usaha untuk menghadirkan produk-produk sehat. Mardi mengatakan sebagian besar produk yang dimilikinya sudah berada dalam kategori yang lebih sehat dan siap mengikuti regulasi.

    Mardi juga menekankan proses edukasi terkait label nutri-level yang sebaiknya dilakukan secara bertahap. Dengan cara ini, diharapkan nantinya masyarakat lebih menerima dan tidak kaget setelah aturan diberlakukan, ditambah reformulasi yang dilakukan oleh pihak industri.

    “Kalau langsung itu kaget, lidah kita itu mungkin nggak akan segampang itu orang akan cari pelariannya gitu. Jadi intinya mungkin kita perlu harmonisasi gimana supaya strateginya, intinya ujungnya sama,” tandas Mardi.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • BPOM Siapkan Label ‘Nutri Level’ untuk Produk Pangan Olahan, Ada Label A-B-C-D

    BPOM Siapkan Label ‘Nutri Level’ untuk Produk Pangan Olahan, Ada Label A-B-C-D

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tengah menyiapkan penerapan label “Nutri Level” untuk produk pangan olahan. Label ini akan menandai kadar gula, garam, dan lemak dalam produk dengan sistem huruf A-D dan warna hijau hingga merah.

    Kepala BPOM Prof Taruna Ikrar mengatakan, langkah ini diambil untuk menekan tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia. Menurut Taruna, kebijakan ini merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 28 dan UU Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023.

    “Kondisi masyarakat kita lumayan besar ya, 30 jutaan penduduk punya peluang menderita diabetes. Itu angka yang sangat besar, enam kalinya penduduk Singapura,” ujarnya.

    Ia menyebut, 73 persen penyebab kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular yang erat kaitannya dengan pola konsumsi masyarakat. Karena itu, Nutri Level diharapkan dapat membantu publik memilih makanan yang lebih sehat.

    Tahap awal Nutri Level akan difokuskan pada produk tinggi gula, sebelum diterapkan pula pada garam dan lemak. Aturannya kini tengah difinalisasi.

    “Draft-nya sudah rampung, kami tinggal menunggu harmonisasi dengan kementerian terkait,” tambahnya.

    Label Warna Hijau hingga Merah

    Sistem Nutri Level nantinya akan menampilkan kode warna dan huruf untuk menandai kategori produk:

    A (hijau): kandungan gula di bawah standar, tergolong sehat.B (hijau muda): masih dalam batas sehat, tetapi mendekati ambang batas.C (oranye): sudah perlu diwaspadai.D (merah): menunjukkan kandungan gula berlebihan.

    “Kalau sudah mulai dari C ke D, masyarakat diharapkan mulai waspada. Kita ingin masyarakat menjadi cerdas untuk memilih makanan mana yang tepat untuk mereka,” ujar Taruna.

    Tahap awal penerapan Nutri Level akan difokuskan pada produk dengan kandungan gula, sebelum nantinya diperluas untuk garam dan lemak.

    “Untuk sementara kita gula dulu, tentang garam dan lemak selanjutnya akan berjalan,” ucap Prof Taruna.

    Diabetes Naik Dua Kali Lipat dalam 10 Tahun

    Dari sisi kesehatan masyarakat, dr Nadia Tarmidzi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, menyoroti tren peningkatan kasus diabetes yang cukup tajam.

    “Saat ini prevalensi penyakit gula di masyarakat Indonesia 11,7 persen. Kalau dibandingkan 10 tahun lalu, itu hanya 6 persen,” ujar Nadia.

    Dengan populasi Indonesia sekitar 280 juta jiwa, artinya ada lebih dari 30 juta penduduk yang hidup dengan diabetes atau berisiko tinggi mengalaminya.

    “Kalau penyakit gula ini tidak kita kendalikan, ujung-ujungnya bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, ginjal, bahkan kanker. Dan itu semua penyakit yang biayanya besar,” jelasnya.

    Ia menambahkan, penyakit tidak menular umumnya dipicu oleh perilaku dan pola konsumsi.

    “Kita sekarang hidup serba duduk manis, semua datang, makanan datang. Jadi perlu kita kendalikan pola konsumsi kita,” tegas Nadia.

    Halaman 2 dari 3

    (kna/up)