Produk: lemak

  • Cegah Obesitas, Mulai Cermat Baca Label Gizi pada Kemasan Makanan – Halaman all

    Cegah Obesitas, Mulai Cermat Baca Label Gizi pada Kemasan Makanan – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Direktur Standarisasi Pangan Olahan, Badan POM RI Dra. Dwiana Andayani, Apt menyebut,  mayoritas masyarakat belum memahami pentingnya membaca label kemasan dengan cermat, terutama terkait kandungan gula, garam, dan lemak dalam pangan olahan.

    Ketika membeli dan sebelum mengonsumsi ada baiknya memperhatikan Informasi Nilai Gizi (ING) yang mencantumkan jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi utama seperti lemak, lemak jenuh, protein, dan karbohidrat (termasuk gula), serta persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) per sajian.

    Selain itu, label Front-of-Pack Nutrition Labelling dan pesan kesehatan pada kemasan dapat membantu konsumen dalam memilih produk yang lebih sehat.

    “Kami telah menetapkan regulasi yang mewajibkan pencantuman informasi nilai gizi pada kemasan produk,” tutur dia dalam media briefing di Jakarta, Selasa (4/2/2025).
     
    Diketahui, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan aturan dalam sehari masyarakat dapat mengonsumsi gula tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan), garam tidak lebih dari 5 gram (setara 1 sendok teh), dan lemak tidak lebih dari 67 gram (setara 5 sendok makan).

    Dwiana mengatakan, dengan membaca informasi nilai gizi ini menjadi upaya promotif dan preventif dalam penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM).

    “Agar produk makanan atau minuman yang dibeli sesuai dengan kebutuhan gizi kita. Cermati dan batasi konsumsi gula, garam dan lemak sehari sesuai dengan anjuran dalam pesan kesehatan,” jelas Dwiana.

    Ditambahkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid bahwa obesitas tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik tapi juga pada masalah sosial dan ekonomi.

    Pemerintah sangat mendukung kolaborasi berbagai pihak dalam menanggulangi kasus obesitas di Indonesia, termasuk sektor swasta yang secara konsisten mengedukasi masyarakat.

    “Pengendalian obesitas dapat berjalan efektif jika kebijakan pemerintah didukung oleh partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang telah disediakan pemerintah untuk mendukung gaya hidup sehat,” kata Siti Nadia.

    Obesitas merupakan masalah global yang mengancam kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia.

    Di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terjadi peningkatan obesitas yang cukup signifikan, dari 8 persen di tahun 2007 menjadi 21,8 persen di tahun 2018.

    Obesitas dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat sejak dini, dengan mencermati pola konsumsi Gula Garam dan Lemak (GGL), baca label kemasan pada kemasan pangan olahan dan latihan fisik secara rutin.

    Bertepatan dengan Hari Obesitas Sedunia pada hari ini, Nutrifood bersama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM mengajak masyarakat meningkatkan literasi nilai gizi pada makanan kemasan dan memahami bahan tambahan pangan pada makanan untuk cegah obesitas.

    Sebagai salah satu industri makanan dan minuman, Head of Strategic Marketing Nutrifood Susana, mengatakan, pihaknya mendukung kampanye #BatasiGGL dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI sejak 2013.

    “Kami berupaya memberikan edukasi mengenai pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, lemak dan membaca label kemasan agar orang semakin banyak orang terhindar dari risiko obesitas yang bisa menyebabkan prediabetes, diabetes dan penyakit tidak menular lainnya,” ujar Susana.

  • Bangun Mepet Imsak, Ini Saran Dokter Buat yang Terpaksa Sahur dengan Mi Instan

    Bangun Mepet Imsak, Ini Saran Dokter Buat yang Terpaksa Sahur dengan Mi Instan

    Jakarta

    Mi instan kerap dijadikan salah satu menu andalan untuk sahur. Tak mengherankan, makanan satu ini memang sangat simpel untuk dibuat dan memiliki rasa yang enak.

    Tapi muncul pertanyaan, sebenarnya aman nggak sih mengonsumsi mi instan pada saat sahur? Berkaitan dengan hal tersebut, spesialis penyakit dalam dr Yunita Indah Dewi, SpPD menjelaskan sebaiknya mi instan tidak dijadikan menu utama ketika sahur.

    Selain rendah nutrisi, mi instan juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan lambung, khususnya pada orang-orang yang memang memiliki riwayat masalah asam lambung.

    “Sebaiknya tidak konsumsi mie instan saat sahur karena mie instan rendah serat dan protein, serta tinggi lemak. Dan untuk pada pengidap maag meningkatkan resiko kambuh saat puasa,” kata dr Yunita ketika berbincang dengan detikcom, Selasa (18/2/2025).

    Apabila memang terpaksa harus mengonsumsi mi instan, dr Yunita sangat menyarankan pembatasan jumlah porsinya. Selain itu, pastikan mi instan yang dikonsumsi juga sudah dikombinasikan dengan sayur dan sumber protein agar lebih bernutrisi.

    “Tapi apabila terpaksa mengonsumsi mi instan saat sahur, dibatasi konsumsinya, lalu dikombinasikan dengan sayur dan sumber protein. Ini perlu dilakukan agar kebutuhan gizi tubuh tetap terpenuhi,” tambahnya.

    Selain rendah nutrisi, perlu diperhatikan juga bahwa mi instan memiliki kalori yang sangat tinggi. Mengonsumsi makanan tinggi kalori terlalu sering dapat meningkatkan risiko kenaikan berat badan selama bulan puasa.

    dr Rudy Kurniawan SpPD ketika dihubungi terpisah menuturkan bahwa salah satu faktor kenaikan berat badan selama bulan puasa adalah mengonsumsi makanan secara berlebihan pada saat sahur dan berbuka. Ini perlu menjadi catatan karena seringkali masyarakat menjadi kalap saat makan selama bulan puasa.

    “Faktor utamanya (kenaikan berat badan) itu karena asupan kalori berlebih. Itu disebabkan konsumsi makanan tinggi gula, lemak, dan porsi besar saat berbuka dan sahur,” ujar dr Rudy.

    “Selain itu, faktornya juga bisa dari penurunan aktivitas fisik selama berpuasa. Pengurangan gerak menyebabkan surplus energi yang disimpan lemak. Selain itu gangguan regulasi hormon juga berpengaruh, karena kurang tidur meningkatkan ghrelin (hormon lapar) dan menurunkan leptin (hormon kenyang), yang memicu overeating,” tandasnya.

    (avk/kna)

  • Olahraga saat Perut Kosong di Bulan Puasa, Benarkah Lebih Efektif Pangkas BB?

    Olahraga saat Perut Kosong di Bulan Puasa, Benarkah Lebih Efektif Pangkas BB?

    Jakarta

    Fasted cardio atau berolahraga saat perut kosong diyakini banyak orang lebih efektif dalam membakar lemak, sehingga bisa membuat berat badan ikut turun. Hal ini membuat banyak orang mencoba melakukannya di bulan puasa.

    Tapi apakah benar berolahraga saat perut kosong dapat benar-benar membakar lemak secara efektif?

    Menjawab hal ini, spesialis olahraga dr Andhika Raspati, SpKO mengatakan masih banyak orang yang salah mengerti tentang fasted cardio atau olahraga dengan keadaan perut kosong.

    “Jadi fasted cardio itu dia memang lebih membakar lemak, tapi belum tentu efektif mengurangi lemak. Membakar lemak dan mengurangi lemak itu beda loh ya,” kata dr Dhika saat dihubungi detikcom, Minggu (23/2/2025).

    “Jadi mengurangi lemak itu bicaranya bukan apa yang dibakar, tapi bagaimana keseimbangan kalori,” sambungnya.

    Proses membakar lemak ini, lanjut dr Dhika, memiliki dua sumber energi, yakni dari proses pembakaran lemak itu sendiri atau pembakaran gula dalam tubuh.

    “Kalau kita bicara latihan yang sifatnya santai, apalagi dalam kondisi berpuasa, maka dia cenderung menggunakan bahan bakar lemak. Kalau kalori mungkin sedikit yang dibakar,” katanya.

    “Misalnya dia jogging saat puasa, itu sumber energinya 80 persen mungkin itu dari lemak. Tapi tidak cukup banyak lemak yang dipakai untuk membuat lemak di tubuhnya berkurang,” sambungnya.

    Jika seseorang ingin memangkas berat badan dengan mengurangi lemak dalam tubuh, dr Dhika mengatakan yang perlu diperhatikan adalah harus membakar kalori lebih banyak.

    “Dan untuk membakar kalori lebih banyak, kita butuh latihan dengan intensitas tinggi, lebih intens. Olahraga intens biasanya nggak bakar lemak, dia bakar gula,” kata dr Dhika.

    “Tapi setelah dia selesai olahraga, ada yang namanya afterburn, proses pembakaran lemak yang terjadi saat dia beristirahat. Jadi kalau bicara mengurangi lemak, nggak melulu kita bicara olahraga yang sifatnya membakar lemak, ini suatu kekeliruan,” tutupnya.

    (dpy/kna)

  • Pilih Makanan Sahur yang Tepat, Anak Lebih Kuat Puasa Seharian

    Pilih Makanan Sahur yang Tepat, Anak Lebih Kuat Puasa Seharian

    Jakarta, Beritasatu.com – Memilih makanan sahur yang tepat sangat penting agar anak tetap bertenaga dan tidak mudah lapar selama berpuasa. Kuncinya adalah mengonsumsi karbohidrat kompleks, yang dapat memberikan energi tahan lama.

    Menurut Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Harjoedi Adji Tjahjono, nasi adalah sumber karbohidrat kompleks yang baik dikonsumsi saat sahur karena dicerna lebih lambat oleh tubuh.

    “Karbohidrat kompleks dipecah lebih lama di dalam tubuh, sehingga energi dilepaskan bertahap sepanjang hari. Contohnya adalah nasi dan roti gandum,” ujar Harjoedi dalam media briefing IDAI secara virtual, Selasa (4/3/2025).

    Selain nasi, roti gandum juga menjadi pilihan makanan sahur mengandung karbohidrat kompleks, yang baik untuk anak karena memberikan efek kenyang lebih lama.

    Selain karbohidrat kompleks, protein juga berperan penting dalam menjaga rasa kenyang lebih lama dan mendukung pertumbuhan anak. Protein bisa diperoleh dari telur, ayam, tempe, dan tahu.

    “Untuk lemak, pilih yang sehat, seperti alpukat, kacang-kacangan, atau minyak zaitun. Ini bisa menjadi sumber energi tahan lama bagi anak,” tambahnya.

    Agar anak tetap terhidrasi selama puasa, pastikan konsumsi sayur dan buah kaya air seperti bayam, brokoli, melon, dan jeruk. Kombinasi gizi yang seimbang ini akan membantu anak menjalani puasa dengan lebih segar dan bertenaga sepanjang hari.

    Dengan pola makan sahur yang tepat, anak bisa menjalani puasa dengan lebih nyaman dan tetap sehat selama Ramadan.

  • Tips Jitu Atasi Asam Urat Kambuh Saat Puasa Ramadan

    Tips Jitu Atasi Asam Urat Kambuh Saat Puasa Ramadan

    Pola makan memegang peranan penting dalam mengendalikan asam urat. Saat sahur, fokuslah pada makanan rendah purin seperti nasi merah, oat, telur, kacang-kacangan, dan sayur mayur rendah purin (ubi jalar, terung, tomat, brokoli, kentang). Hindari makanan tinggi purin seperti jeroan, daging merah, dan makanan olahan. Pastikan Anda tetap terhidrasi dengan minum cukup air putih.

    Untuk berbuka puasa, mulailah dengan kurma dan air putih untuk mengembalikan energi dan hidrasi. Kemudian, lanjutkan dengan makanan bergizi seimbang, termasuk karbohidrat kompleks (nasi, kentang), protein (daging tanpa lemak, ikan, tempe), sayur dan buah-buahan rendah purin (jeruk, stroberi, semangka, mentimun, alpukat, ceri). Hindari makanan dan minuman manis, berminyak, dan tinggi lemak. Makan dalam porsi kecil dan sering untuk menghindari beban pencernaan yang berat.

    Makanan yang direkomendasikan selama puasa antara lain jeruk, stroberi, alpukat, ceri, mentimun, semangka, kentang, daging ayam tanpa lemak, sayuran rendah purin, teh hijau, yoghurt, ikan salmon, telur, dan karbohidrat kompleks. Namun, selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk memastikan menu tersebut sesuai dengan kondisi Anda.

  • 6 Makanan yang Bikin Kenyang Lebih Lama, Cocok Dikonsumsi saat Sahur

    6 Makanan yang Bikin Kenyang Lebih Lama, Cocok Dikonsumsi saat Sahur

    Jakarta

    Memilih makanan yang tepat bisa membantu tubuh mendapatkan rasa kenyang yang lebih lama, terutama saat sedang berpuasa. Pemilihan yang cermat kni akan membuat tubuh lebih berenergi seharian, sehingga tetap fokus meski sedang berpuasa.

    Dikutip dari Medical News Today, ada beberapa makanan yang memiliki kandungan gizi memadai, seperti tinggi protein dan serat. Lalu, apa saja makanan-makanan tersebut?

    1. Kentang

    Baik direbus atau dipanggang, kentang merupakan pilihan makanan yang tepat jika mengincar rasa kenyang lebih lama. Kentang adalah makanan yang sangat padat dan kaya akan pati, vitamin C, dan beberapa nutrisi sehat lainnya.

    Sebuah studi pada tahun 2013 yang diterbitkan dalam Annals of Nutrition & Metabolism menemukan bahwa makanan berbahan dasar kentang efektif dalam mengurangi nafsu makan, dibandingkan dengan bahan lainnya.

    2. Kacang-kacangan

    Kacang-kacangan juga merupakan karbohidrat yang lambat dicerna oleh tubuh. Selain itu makanan ini mengandung protein dan serat yang tinggi, sehingga akan terasa lebih mengenyangkan.

    Kacang-kacangan merupakan makanan yang baik untuk mengimbangi rasa lapar dan mengatur asupan kalori, menurut sebuah studi tahun 2010 dalam jurnal Advances in Nutrition.

    3. Makanan Tinggi Serat

    Serat yang tinggi diketahui dapat membantu tubuh merasa lebih kenyang. Serat memiliki banyak fungsi seperti membantu mengendalikan kadar gula darah dan kolesterol.

    Makanan berserat tinggi dapat ditemukan pada oat, roti gandum utuh, sayuran seperti wortel atau bit, buah-buahan seperti pisang dan jeruk.

    4. Produk Susu Rendah Lemak

    Sebuah studi dalam jurnal Appetite menemukan bahwa produk susu rendah lemak seperti greek yogurt berprotein tinggi, efektif untuk mengimbangi rasa lapar, meningkatkan rasa kenyang, dan mengurangi rasa ingin makan berlebih.

    5. Telur

    Telur merupakan makanan yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral. Telur juga memiliki efek menguntungkan dalam mengurangi rasa lapar dan membuat tubuh merasa kenyang lebih lama.

    Sebuah studi dari tahun 2011 dalam International Journal of Food Sciences and Nutrition memberi peserta makan siang berupa telur dadar, kentang goreng, atau sandwich ayam. Mereka yang mengonsumsi telur dadar merasa lebih kenyang daripada mereka yang mengonsumsi kentang goreng atau sandwich ayam.

    6. Daging Rendah Lemak dan Ikan

    Daging rendah lemak bisa didapatkan pada dada ayam atau daging sapi bagian tenderloin. Sementara, untuk pilihan ikan lebih banyak, seperti ikan kakap, ikan tuna, ikan halibut.

    Mengonsumsi makanan-makanan ini dapat membuat perut terasa lebih kenyang, karena kandungan proteinnya yang tinggi.

    (dpy/suc)

  • Batu Empedu Bisa Dialami Anak Muda, Waspadai Gejala yang Muncul di Bagian Tubuh Ini

    Batu Empedu Bisa Dialami Anak Muda, Waspadai Gejala yang Muncul di Bagian Tubuh Ini

    Jakarta – Batu empedu pada dasarnya kerap diidap oleh wanita yang berusia di atas 40 tahun dan memiliki berat badan yang berlebih. Namun karena pola hidup yang buruk, anak muda berusia 20-an juga bisa terkena.

    Dokter spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno SpPD-KGEH mengatakan anak muda yang memiliki berat badan berlebih dan kerap mengonsumsi makan terlalu tinggi lemak, bahkan kurang serat, bisa menjadi faktor risiko batu empedu.

    Batu empedu, lanjut dr Aru, umumnya tak memicu gejala yang signifikan pada tahap awal. “Tetapi bila sudah mulai besar maka sering menimbulkan infeksi. Selain itu batu empedu yang lepas dan keluar dari kantong empedu bisa menyebabkan penyumbatan saluran empedu,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (3/3/2025).

    Adapun gejala yang perlu diwaspadai adalah muncul nyeri pada perut kanan atas di bawah iga yang menjalar ke punggung seperti ditusuk.

    Apabila sudah terjadi infeksi atau gangguan aliran empedu akibat sumbatan, pengidap juga dapat mengalami gejala ikterus atau kuning, paling terlihat pada mata.

    Di sisi lain, dr Aru mengatakan jika ada indikasi batu empedu harus dibuang, biasanya dokter akan mengangkatnya bersama kantong empedunya. Hal ini dikarenakan cukup sulit apabila hanya mengambil batu empedunya saja.

    Ini yang Dirasakan Pengidap Jika Kantong Empedunya Diangkat

    Menurut dr Aru, kantong empedu adalah penampungan atau reservoir dari cairan empedu yang diproduksi oleh hati.

    “Jadi bila diangkat maka cadangan empedunya jadi tidak ada. Akibatnya bila kita makan terlalu berlemak maka perut kadang menjadi begah dan kembung,” katanya.

    “Kadang juga ada diare akibat empedu yang langsung keluar ke usus tidak disimpan di kantong empedu. Tetapi secara umum tidak ada gejala lain ataupun tidak juga menjadi lebih mudah sakit. karena empedu berperan dalam membantu mencerna terutama lemak,” sambungnya lagi.

    (suc/suc)

  • Pengakuan Wanita Jaksel Hidup Tanpa Kantong Empedu, Ini yang Dirasakan

    Pengakuan Wanita Jaksel Hidup Tanpa Kantong Empedu, Ini yang Dirasakan

    Jakarta

    Batu empedu biasanya diidap wanita berusia di atas 40 tahun. Namun karena pola hidup yang tak sehat, orang muda berusia 20-an juga bisa terkena. Seperti misalnya, Dece (29), seorang wanita asal Jakarta Selatan yang harus menjalani operasi pengangkatan kantong empedu pada usia 22 tahun setelah terdiagnosis batu empedu.

    Penyakit ini baru terdeteksi pada tahun 2018, saat ia dirawat di rumah sakit akibat gejala tipes. Selama seminggu menjalani perawatan, dokter awalnya menanyakan apakah ada keluhan lain sebelum Dece diperbolehkan pulang.

    Dece pun mengaku dirinya sering merasakan nyeri di bagian pinggang kanan atas serta pegal ketika lelah. Berdasarkan keluhan tersebut, dokter menyarankannya untuk menjalani USG pencernaan.

    “Yaudah pas besokannya diperiksa di USG, itu lambung, ginjal, aman kan,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (3/3/2025).

    “Pas (kantong) empedu, dokter yang memeriksa USG bilang, Mbak ini tuh banyak batu di empedunya. Terus kan aku kaget sih pas dibilang kayak gitu, ‘hah batu gitu’,” sambungnya lagi.

    Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat banyak batu empedu, dengan ukuran terbesar mencapai 1,6 cm. Dokter pun menyarankannya untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter bedah digestif guna menentukan langkah penanganan yang tepat.

    Seminggu setelahnya, Dece menemui dokter bedah digestif untuk berkonsultasi mengenai kondisi kantong empedunya. Dalam pertemuan tersebut, dokter mengevaluasi hasil pemeriksaan dan mendiskusikan kemungkinan tindakan operasi. Dokter juga menanyakan apakah Dece memiliki riwayat kolesterol tinggi sebagai faktor risiko batu empedu.

    Dece mengaku bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan kadar kolesterolnya normal. Meski begitu, ia menyadari pola makannya kurang sehat. Ia kerap mengonsumsi makanan tinggi lemak seperti junk food dan jarang mengonsumsi makanan berserat seperti sayur.

    Awalnya, Dece ragu untuk menjalani operasi dan ingin mencari alternatif lain. Namun, dokter menjelaskan bahwa jika kantong empedu tidak segera diangkat, batu empedu tersebut bisa pecah di dalam tubuh, menyebabkan kulitnya menguning, serta berisiko menimbulkan komplikasi serius, bahkan koma.

    Menyadari bahayanya, Dece akhirnya memutuskan untuk menjalani operasi pengangkatan kantong empedu. Setelah menjalani operasi tersebut, ia mengaku lebih merasa cepat lelah dan sakit perut jika mengonsumsi makanan yang tak sehat seperti gorengan dan santan.

    Terkait kondisi itu, dokter spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno SpPD-KGEH apabila ada indikasi batu empedu harus dibuang, biasanya dokter akan mengangkatnya bersama kantong empedunya. Hal ini dikarenakan cukup sulit apabila hanya mengambil batu empedunya saja. Menurut dr Aru, kantong empedu adalah penampungan atau reservoir dari cairan empedu yang diproduksi oleh hati.

    “Jadi bila diangkat maka cadangan empedunya jadi tidak ada. Akibatnya bila kita makan terlalu berlemak maka perut kadang menjadi begah dan kembung,” katanya kepada detikcom, Senin (3/3)

    “Kadang juga ada diare akibat empedu yang langsung keluar ke usus tidak disimpan di kantong empedu. Tetapi secara umum tidak ada gejala lain ataupun tidak juga menjadi lebih mudah sakit. karena empedu berperan dalam membantu mencerna terutama lemak,” sambungnya.

    (suc/suc)

  • 6 Tanda Metabolisme Tubuh Lambat, Termasuk Ngidam Makan yang Manis

    6 Tanda Metabolisme Tubuh Lambat, Termasuk Ngidam Makan yang Manis

    Jakarta

    Metabolisme merupakan suatu proses dalam tubuh yang mengubah makanan menjadi energi. Hal ini penting untuk berbagai fungsi tubuh, seperti pencernaan, sirkulasi darah, pernapasan, dan lain sebagainya.

    Beberapa faktor, seperti genetik, kondisi kesehatan, dan gaya hidup dapat menentukan seberapa cepat laju metabolisme. Metabolisme yang lambat berarti tubuh membakar lebih sedikit kalori, yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan berat badan.

    Lantas, apa saja tanda metabolisme tubuh lambat? Dikutip dari Health, berikut ulasannya.

    1. Sering Merasa Lelah

    Merasa lelah sepanjang waktu tanpa alasan yang jelas bisa menjadi salah satu tanda metabolisme lambat.

    Bila laju metabolisme menurun, proses pemecahan makanan menjadi energi juga akan berjalan lambat. Akibatnya, tubuh kekurangan energi dan terus-menerus kelelahan.

    2. Kulit Kering

    Kulit kering atau kusam biasanya terjadi pada cuaca dingin. Namun jika mengalaminya terus-menerus, in bisa menjadi gejala metabolisme lambat.

    Hormon tiroid yang membantu mengatur kecepatan metabolisme juga terlibat dalam menjaga tingkat hidrasi kulit. Jadi, ketika terjadi ketidakseimbangan fungsi tiroid dan perlambatan metabolisme, kulit mungkin mengalami dehidrasi yang tidak normal.

    3. Kedinginan

    Merasa kedinginan, bahkan saat cuaca panas, sering kali menjadi gejala disfungsi metabolisme.

    Panas tubuh dihasilkan melalui proses metabolisme, dan memiliki suhu tubuh yang lebih dingin dikaitkan dengan metabolisme yang lebih lambat.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan hipotiroidisme (tiroid kurang aktif) dan orang dengan obesitas mungkin memiliki suhu tubuh lebih rendah dari biasanya karena metabolisme yang melambat.

    4. “Ngidam” Makanan Manis dan Berlemak

    Mengidam makanan tertentu, terutama makanan tinggi gula dan lemak, bisa jadi disebabkan oleh metabolisme yang lambat.

    Penelitian telah menunjukkan bahwa keinginan makan berhubungan dengan kesehatan metabolisme, khususnya pola makan yang rendah makanan bergizi, pola makan yang tidak sehat, dan komposisi tubuh yang tidak seimbang (dikaitkan dengan massa otot rendah dan massa lemak tinggi).

    Keinginan ini juga bisa menjadi tanda bahwa metabolisme tidak berhasil mengubah makanan menjadi energi dan nutrisi yang dibutuhkan, sehingga tubuh mencari lebih banyak energi melalui makanan.

    5. Perubahan Suasana Hati

    Perubahan suasana hati yang terjadi sesekali bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Namun, perubahan suasana hati yang sering terjadi dapat disebabkan oleh metabolisme yang melambat.

    Tingkat energi yang rendah dan ketidakseimbangan hormon yang menyertai metabolisme yang melambat dapat menyebabkan perasaan seperti mudah tersinggung dan frustasi. Penelitian terdahulu juga menunjukkan adanya hubungan potensial antara memiliki masalah kesehatan mental dan mengalami metabolisme yang lambat.

    6. Gangguan Pencernaan

    Proses pencernaan dan laju metabolisme saling berhubungan erat.

    Perubahan pada metabolisme, penurunan laju metabolisme, dapat memengaruhi pencernaan. Metabolisme yang kurang aktif dapat mengakibatkan gejala pencernaan yang tidak biasa seperti sembelit, kembung, atau diare.

    (ath/kna)

  • 6 Tips Agar Puasa Lancar Bagi Penderita GERD

    6 Tips Agar Puasa Lancar Bagi Penderita GERD

    Jakarta: Bagi penderita Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), menjalankan ibadah puasa bisa menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, kondisi ini menyebabkan naiknya asam lambung yang menyebabkan ketidaknyamanan. 

    GERD atau penyakit refluks asam lambung adalah gangguan pencernaan di mana cairan asam lambung ‘naik’ dari lambung ke kerongkongan dan mengiritasi lapisan bagian dalam saluran pencernaan tersebut.

    “Gejala yang biasa terjadi saat asam lambung naik adalah rasa asam atau pahit di mulut (regurgitasi asam) dan sensasi perih atau panas terbakar di dada dan ulu hati (heartburn). Selain itu, penderita GERD juga kerap merasakan mual dan muntah, begah, nyeri dada, bahkan gangguan pernapasan,” ungkap Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi, Lianda Siregar.

    Lantas, bagaimana penderita GERD bisa lancar berpuasa tanpa khawatir kondisinya akan kambuh? Berikut ini tips yang bisa diterapkan:
     
    1. Jangan melewatkan sahur

    Sahur akan memberikan tenaga yang dibutuhkan ketika berpuasa. Kenali makanan dan minuman yang memicu naiknya asam lambung Anda, karena hal ini bisa jadi berbeda bagi setiap orang. Pilih makanan yang ‘aman’ untuk lambung, seperti karbohidrat, produk olahan dari biji-bijian, buah-buahan, sayuran yang tinggi serat, serta protein nabati dan hewani.
     
    2. Hindari makanan tinggi lemak

    Hindari makanan tinggi lemak, pedas, ataupun asam. Hindari pula makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, cokelat, dan teh pekat.
     
    3. Jangan menunda berbuka puasa

    Berbuka puasa adalah waktu untuk memulihkan energi dan mengisi kembali semua nutrisi dan vitamin yang telah hilang sepanjang hari atau yang tidak diperoleh selama sahur. 

    Ketika waktu berbuka tiba, jangan menundanya terlalu lama. Mulailah berbuka dengan makanan yang lembut dan mudah dicerna, seperti air putih hangat, kurma atau buah dan sayuran yang tidak bersifat asam.
     
    4. Makan secukupnya, jangan berlebihan

    Makan dalam porsi besar sekaligus dapat membuat lambung bekerja lebih keras dan memicu naiknya asam lambung. Sebaiknya makan dengan perlahan dan dalam porsi yang cukup, baik saat sahur maupun berbuka. Jika masih merasa lapar, beri jeda sebelum makan kembali agar kerja lambung tidak terbebani.
     
    5. Hindari berbaring setelah makan

    Hal lain yang tidak kalah penting adalah jangan langsung berbaring setelah makan. Beri jeda kurang lebih 3 jam setelah waktu makan untuk tidur, demi mencegah terjadinya gejala refluks. Dengan demikian, penderita GERD tidak disarankan tidur kembali setelah sahur.
     
    6. Konsultasi dengan dokter

    Sebelum memutuskan untuk berpuasa, penderita GERD sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam atau gastroenterologi. Dokter akan memberikan rekomendasi obat-obatan yang aman dikonsumsi selama puasa serta waktu yang tepat untuk mengonsumsinya agar tetap efektif dalam mengontrol asam lambung.

    Jakarta: Bagi penderita Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), menjalankan ibadah puasa bisa menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, kondisi ini menyebabkan naiknya asam lambung yang menyebabkan ketidaknyamanan. 
     
    GERD atau penyakit refluks asam lambung adalah gangguan pencernaan di mana cairan asam lambung ‘naik’ dari lambung ke kerongkongan dan mengiritasi lapisan bagian dalam saluran pencernaan tersebut.
     
    “Gejala yang biasa terjadi saat asam lambung naik adalah rasa asam atau pahit di mulut (regurgitasi asam) dan sensasi perih atau panas terbakar di dada dan ulu hati (heartburn). Selain itu, penderita GERD juga kerap merasakan mual dan muntah, begah, nyeri dada, bahkan gangguan pernapasan,” ungkap Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi, Lianda Siregar.

    Lantas, bagaimana penderita GERD bisa lancar berpuasa tanpa khawatir kondisinya akan kambuh? Berikut ini tips yang bisa diterapkan:
     

    1. Jangan melewatkan sahur

    Sahur akan memberikan tenaga yang dibutuhkan ketika berpuasa. Kenali makanan dan minuman yang memicu naiknya asam lambung Anda, karena hal ini bisa jadi berbeda bagi setiap orang. Pilih makanan yang ‘aman’ untuk lambung, seperti karbohidrat, produk olahan dari biji-bijian, buah-buahan, sayuran yang tinggi serat, serta protein nabati dan hewani.
     

    2. Hindari makanan tinggi lemak

    Hindari makanan tinggi lemak, pedas, ataupun asam. Hindari pula makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, cokelat, dan teh pekat.
     

    3. Jangan menunda berbuka puasa

    Berbuka puasa adalah waktu untuk memulihkan energi dan mengisi kembali semua nutrisi dan vitamin yang telah hilang sepanjang hari atau yang tidak diperoleh selama sahur. 
     
    Ketika waktu berbuka tiba, jangan menundanya terlalu lama. Mulailah berbuka dengan makanan yang lembut dan mudah dicerna, seperti air putih hangat, kurma atau buah dan sayuran yang tidak bersifat asam.
     

    4. Makan secukupnya, jangan berlebihan

    Makan dalam porsi besar sekaligus dapat membuat lambung bekerja lebih keras dan memicu naiknya asam lambung. Sebaiknya makan dengan perlahan dan dalam porsi yang cukup, baik saat sahur maupun berbuka. Jika masih merasa lapar, beri jeda sebelum makan kembali agar kerja lambung tidak terbebani.
     

    5. Hindari berbaring setelah makan

    Hal lain yang tidak kalah penting adalah jangan langsung berbaring setelah makan. Beri jeda kurang lebih 3 jam setelah waktu makan untuk tidur, demi mencegah terjadinya gejala refluks. Dengan demikian, penderita GERD tidak disarankan tidur kembali setelah sahur.
     

    6. Konsultasi dengan dokter

    Sebelum memutuskan untuk berpuasa, penderita GERD sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam atau gastroenterologi. Dokter akan memberikan rekomendasi obat-obatan yang aman dikonsumsi selama puasa serta waktu yang tepat untuk mengonsumsinya agar tetap efektif dalam mengontrol asam lambung.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)