Produk: lemak

  • Punya Kebiasaan Ini Tiap Pagi? Hati-hati, Kemungkinan Kena Serangan Jantung Tinggi

    Punya Kebiasaan Ini Tiap Pagi? Hati-hati, Kemungkinan Kena Serangan Jantung Tinggi

    Jakarta

    Serangan jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Di Inggris, setiap tiga menit satu orang meninggal akibat penyakit jantung.

    Data British Heart Foundation mencatat, penyakit jantung koroner menewaskan sekitar 480 orang per hari atau lebih dari 170 ribu orang per tahun di negara tersebut. Namun, seorang dokter mengungkap fakta mengejutkan. Sebanyak 90 persen kasus serangan jantung ternyata berkaitan dengan satu kebiasaan pagi hari, dan itu bukan soal pola makan atau stres.

    Dokter Sana Sadoxai, yang memiliki lebih dari 42 ribu pengikut di TikTok dan rutin membagikan edukasi medis, menjelaskan bahaya justru dimulai sejak seseorang bangun tidur, tetapi tetap pasif bergerak.

    “Masalah sebenarnya dimulai saat bangun dan tetap diam,” beber dr Sana dalam videonya.

    Ia menjelaskan, banyak orang memulai pagi dengan pola yang sama, bangun tidur, langsung bermain ponsel, duduk terlalu lama, lalu terburu-buru berangkat kerja. Kebiasaan ini membuat tubuh berada dalam kondisi minim gerak dan tinggi peradangan, yang secara perlahan merusak metabolisme.

    Menurut dr Sana, rutinitas pagi yang pasif dapat mempercepat resistensi insulin, penumpukan lemak di perut, tekanan darah tinggi, peradangan kronis tanpa gejala, gangguan metabolik. Kondisi-kondisi tersebut sangat meningkatkan risiko serangan jantung dini, terutama pada individu dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Padahal, solusinya sangat sederhana.

    “Cukup lima hingga tujuh menit bergerak di pagi hari, berjalan cepat, peregangan, atau latihan pernapasan, sudah mampu melancarkan sirkulasi, mengaktifkan metabolisme, menstabilkan gula darah, dan melindungi jantung,” jelasnya. Ia menekankan bahwa berat badan, metabolisme, dan kesehatan jantung saling berkaitan erat. Mengabaikan kebiasaan bergerak di pagi hari disebutnya sebagai ancaman senyap yang mematikan.

    dr Sana juga mengingatkan, gejala seperti obesitas, lemak perut yang membandel, mudah lelah, sesak napas, hingga diabetes merupakan tanda peringatan dini gangguan metabolik yang tidak boleh diabaikan.

    “Ambil kendali sebelum berubah menjadi risiko kardiovaskular,” tegasnya.

    Unggahan tersebut memicu beragam respons warganet. Salah satu pengguna TikTok berkomentar, “Jadi bangun tidur lalu langsung buru-buru kerja itu perlahan membunuh kita.”

    Netizen lain ikut merespons. “Saya bangun, minum teh dengan santai 30 menit, lalu bersiap kerja. Saran ini masuk akal.” Sementara itu, NHS Inggris menjelaskan serangan jantung atau myocardial infarction terjadi ketika aliran darah ke jantung terhambat, umumnya akibat bekuan darah.

    Setiap tahun, sekitar 100 ribu orang dirawat di rumah sakit akibat serangan jantung di Inggris, rata-rata satu kasus setiap lima menit. NHS menegaskan, siapa pun yang mengalami gejala serangan jantung harus segera menghubungi layanan darurat. Sambil menunggu ambulans, konsumsi aspirin 300 mg dapat membantu, selama pasien tidak alergi.

    Untuk menurunkan risiko serangan jantung, masyarakat dianjurkan berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, menerapkan pola makan rendah lemak dan tinggi serat, mengonsumsi buah dan sayur minimal lima porsi per hari, berolahraga aerobik intensitas sedang minimal 150 menit per minggu. Dokter mengingatkan, perubahan kecil di pagi hari bisa berdampak besar bagi kesehatan jantung. Lima menit bergerak setelah bangun tidur disebut bisa menjadi perbedaan antara hidup sehat dan risiko serangan jantung di masa depan.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Gejala SePeLe Mata Kering Jangan Disepelekan, Atasi dengan Insto Dry Eyes

    Gejala SePeLe Mata Kering Jangan Disepelekan, Atasi dengan Insto Dry Eyes

    Jakarta

    Pernah merasakan mata sepet, perih, dan lelah setelah seharian beraktivitas? Banyak orang menganggap kondisi ini wajar dan akan hilang dengan sendirinya. Padahal, tiga gejala yang sering dianggap SePeLe (SEpet, PErih, LElah) ini merupakan tanda umum mata kering yang berisiko tanpa disadari.

    Hal ini biasanya dialami oleh para pekerja yang sehari-hari berkutat dengan aktivitas digital. Diffa Rezy (22) misalnya, sebagai seorang Copywriter, layar laptop dan smartphone menjadi alat kerja yang jarang absen digunakan. Ia menghabiskan waktu 8-9 jam di depan layar sehingga kerap mengganggu penglihatannya.

    “Aku kerja sebagai Copywriter, kurang lebih 8-9 jam di depan laptop. Itu kadang memang bikin mata aku perih sih dan ganggu produktivitas juga,” ujarnya kepada detikHealth baru-baru ini.

    Diffa sadar bahwa kebiasaan menatap layar laptop terlalu lama ini dapat berisiko bagi kesehatan matanya. Namun, ia tak mengetahui bahwa membiarkan gejala mata kering itu juga sama berisikonya.

    “Aku paling cuma cuci muka atau dikucek aja,” katanya.

    Sementara itu, gejala mata kering juga pernah dialami oleh Shalli Irda (22). Dia mengakui sebagai seorang Content Writer dengan rutinitas kerja shift malam membuat matanya mudah lelah. Terlebih faktor cuaca Jakarta akhir-akhir ini yang disertai angin kencang juga mengganggu penglihatannya.

    “Aku biasa kerja shift malam dari jam 3 sampai jam 10. Itu kadang bikin mata aku capek, lelah, dan sepet. Karena kalau pulang malam sekarang itu di jalan anginnya kencang banget, mata aku cepet kering karena debu, jadi sering kelilipan,” jelasnya.

    Shalli mengaku sering membawa obat tetes mata INSTO untuk mengatasi keluhan tersebut. Hal itu diakuinya bisa melembapkan dan mengurangi rasa tidak nyaman di mata.

    “Takutnya kalau dikucek infeksi, jadi aku sedia obat tetes INSTO,” ungkapnya.

    4 dari 10 Orang Alami Gangguan Mata Kering

    Diketahui, berdasarkan data survei INSTO pada 710 responden usia 15 tahun ke atas, mata kering memang menjadi masalah kesehatan yang sangat signifikan di wilayah Jabodetabek dan Bandung, dengan prevalensi mencapai 41%. Artinya 4 dari 10 orang populasi produktif ini mengalami gangguan mata kering. Kondisi ini jadi sangat umum ditemukan di kawasan urban.

    Namun, ada kesenjangan besar dalam aspek kesadaran, di mana jumlah penderita yang tidak menyadari kondisi mata kering (20%) hampir setara dengan mereka yang sudah sadar (21%). Fenomena ini menunjukkan bahwa hampir separuh dari yang mengalami mata kering tidak mampu mengenali gejala yang mereka alami, sehingga potensi risiko kerusakan mata jangka panjang akibat pembiaran kondisi ini menjadi cukup tinggi di masyarakat.

    Selain itu, dalam hal penanganan, mayoritas responden belum menggunakan solusi yang tepat, bahkan pada kelompok yang sudah sadar, hanya 8% yang menggunakan tetes mata khusus untuk mata kering. Sisanya cenderung hanya menggunakan tetes mata reguler atau tidak melakukan pengobatan sama sekali.

    Hal ini mengindikasikan perlunya edukasi yang lebih masif mengenai pentingnya diagnosis mandiri dan pemilihan produk tetes mata yang memiliki formula spesifik untuk mengatasi masalah mata kering secara efektif.

    Tak heran, Dokter Spesialis Mata dari JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. Eka Octaviani Budiningtyas, SpM, mengatakan pasien yang datang karena mata kering jumlahnya sangat banyak. Sebagian besar pasien mata kering datang ketika kondisinya sudah cukup parah dan mereka tidak sadar bahwa mereka terkena mata kering, padahal gejala awal seperti mata terasa sepet, perih, dan lelah sudah muncul sejak lama.

    “Jika mereka sadar gejalanya dan ditangani sejak awal, kondisi ini bisa dicegah agar tidak berkembang menjadi lebih berat. Jika seseorang mengalami gejala mata kering, maka dapat datang berkonsultasi dengan dokter spesialis mata. Hal ini dimaksudkan agar dapat dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap derajat, penyebab, dan tatalaksana mata kering apa yang sesuai,” jelasnya.

    Gejala Mata Kering yang Sering Diabaikan

    Adapun gejala SePeLe bukan sekadar rasa tidak nyaman biasa. Ketiga gejala ini saling berkaitan dan menandakan bahwa mata Anda kekurangan pelumasan alami.

    1. Sepet

    Mata terasa berat, kaku, dan tidak segar. Sensasi ini sering muncul setelah menatap layar gadget terlalu lama atau berada di ruangan ber-AC.

    2. Perih

    Mata terasa seperti terbakar atau tertusuk, terutama saat berkedip. Rasa perih muncul akibat permukaan mata yang kering dan teriritasi.

    3. Lelah

    Mata cepat lelah meskipun aktivitas tidak terlalu berat. Kondisi ini bisa disertai pandangan kabur atau sulit fokus.

    Jika gejala SePeLe sering Anda alami, bisa jadi itu adalah sinyal mata kering yang membutuhkan perhatian khusus.

    Mata Kering Tidak Boleh Disepelekan

    Mata kering terjadi ketika produksi air mata berkurang atau kualitasnya tidak optimal. Air mata berfungsi menjaga kelembapan, melindungi mata dari iritasi, dan membantu penglihatan tetap jelas. Bila mata kering dibiarkan:

    Kenyamanan mata menurunAktivitas sehari-hari menjadi tergangguRisiko iritasi dan infeksi mata bisa meningkat

    Beberapa kebiasaan dan kondisi berikut dapat memicu mata kering:

    Penggunaan gadget atau komputer dalam waktu lamaJarang berkedip saat fokus bekerjaPaparan AC, polusi, atau asapKurang istirahatUsia dan perubahan hormon

    Cara Mengatasi Mata Kering

    Mengutip saran medis dari berbagai literatur kesehatan internasional, berikut adalah langkah-langkah yang bisa diambil:

    1. Tetes Air Mata Buatan (Artificial Tears)

    Ini adalah langkah pertolongan pertama yang paling umum. Tetes mata khusus mata kering, seperti INSTO Dry Eyes, dapat bekerja sebagai pelumas untuk menggantikan cairan mata yang hilang dan memberikan kenyamanan instan.

    2. Terapkan Aturan 20-20-20

    Untuk mencegah kelelahan mata akibat layar digital, setiap 20 menit sekali, alihkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik. Ini membantu otot mata rileks dan mendorong frekuensi berkedip yang normal.

    3. Modifikasi Lingkungan

    Gunakan humidifier (pelembap udara) jika Anda sering berada di ruangan ber-AC. Selain itu, hindari mengarahkan kipas angin atau ventilasi AC langsung ke arah wajah.

    4. Kompres Hangat

    Menempelkan kompres hangat pada kelopak mata selama beberapa menit dapat membantu membuka kelenjar minyak yang tersumbat, sehingga kualitas air mata menjadi lebih baik.

    5. Konsumsi Nutrisi yang Tepat

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi asam lemak Omega-3 (seperti yang terdapat pada ikan salmon atau suplemen minyak ikan) dapat membantu mengurangi peradangan pada permukaan mata dan meningkatkan produksi air mata.

    INSTO Dry Eyes, Solusi Mengatasi Gejala Mata Kering

    Sebagai informasi, INSTO, merek tetes mata dari Combiphar, melalui produk INSTO Dry Eyes telah meluncurkan kampanye ‘Bebas Mata SePeLe’. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang mata SEpet, PErih, LElah (SePeLe) yang merupakan gejala mata kering.

    INSTO Dry Eyes diformulasikan khusus dengan Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC). Kandungan bahan aktif ini bahkan diajukan oleh International Council of Ophtalmology (ICO) ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai guideline terapi untuk mengatasi gejala mata kering, karena dapat bekerja sebagai pelumas yang menyerupai air mata dan meringankan iritasi akibat kurangnya produksi air mata.

    “Sebagai pemimpin pasar kategori tetes mata yang telah dipercaya lebih dari 50 tahun di Indonesia, INSTO memiliki komitmen besar terhadap kesehatan mata masyarakat Indonesia. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang mata kering mendorong kami meluncurkan kampanye ‘Bebas Mata SePeLe’ untuk meningkatkan kesadaran akan gejala mata kering dan pentingnya penanganan mata kering sejak dini,” pungkas Direktur PT Combiphar Weitarsa Hendarto.

    (akd/ega)

  • Cara Mudah Mencegah Lonjakan Gula Darah usai Santap Nasi

    Cara Mudah Mencegah Lonjakan Gula Darah usai Santap Nasi

    Jakarta

    Nasi merupakan makanan pokok bagi banyak orang, tak terkecuali di Indonesia. Namun, di balik rasa yang mengenyangkan, nasi sering dikaitkan dengan lonjakan kadar gula darah.

    Untungnya, ada cara sederhana yang mencegah dampak lonjakan gula darah dari nasi. Hal ini ditemukan dalam sebuah studi kecil yang diterbitkan dalam jurnal Nutrition and Diabetes.

    Cara Mudah Mencegah Lonjakan Gula Darah dari Konsumsi Nasi

    Mengonsumsi nasi yang dipanaskan kembali bisa memperlambat lonjakan gula darah pada pengidap diabetes. Dikutip dari laman Business Insider, sekelompok peneliti Polandia dari Universitas Ilmu Kedokteran Poznan mempelajari 32 pasien dengan diabetes tipe 1. Mereka membandingkan kadar gula darah peserta setelah mengonsumsi dua jenis makanan uji yang berbeda.

    Satu makanan berupa nasi putih bulir panjang sekitar 46 gram karbohidrat yang disiapkan dan disajikan segera. Makanan lainnya adalah porsi yang sama, tetapi tapi didiamkan dalam lemari es selama 24 jam, kemudian dipanaskan kembali dan disajikan.

    Para peneliti menemukan, ketika peserta mengonsumsi nasi yang sudah dingin, kadar gula darah mereka secara signifikan lebih stabil, dengan kenaikan keseluruhan yang lebih rendah, dan waktu mencapai puncak gula darah yang lebih singkat, dibandingkan saat mengonsumsi nasi yang baru dimasak.

    Hasil penelitian menunjukkan, karbohidrat dingin seperti nasi bisa membantu mengontrol kadar gula darah, berkat jenis karbohidrat tertentu yang disebut dengan pati resisten. Porsi nasi dingin dalam penelitian mengandung pati resisten yang jauh lebih banyak dibandingkan nasi yang baru dimasak.

    Bukti menunjukkan bahwa pati resisten dicerna lebih lambat. Akibatnya, pati resisten bisa membantu menyeimbangkan penyerapan karbohidrat lain untuk menyeimbangkan kadar gula darah, mirip dengan serat.

    Meski penelitian ini berskala kecil dan fokus pada populasi tertentu, penelitian sebelumnya mendukung gagasan bahwa pendinginan makanan kaya karbohidrat bisa mengubah cara penyerapannya.

    Studi lainnya yang serupa pada tahun 2015 dengan orang tanpa diabetes menemukan hasil yang sebanding. Nasi dingin menyebabkan lonjakan gula darah yang lebih rendah.

    Para ahli mengatakan, mendapat lebih banyak pati resisten dari karbohidrat yang didinginkan juga memberi manfaat lain, seperti mengatur nafsu makan agar merasa kenyang setelah makan, mencegah penurunan energi atau membantu menurunkan berat badan.

    “Jika orang-orang sedang berupaya menurunkan lemak tubuh dan ingin menstabilkan kadar gula darah mereka, atau jika mereka ingin meningkatkan produktivitas dan menghindari kelelahan di sore hari, mengonsumsi lebih banyak pati resisten bisa bermanfaat,” kata ahli nutrisi Rhianon Lambert kepada Insider.

    Perhatikan Asupan Makanan Lainnya

    Dalam mengelola diabetes, ahli gizi Dr dr Tan Shot Yen, M Hum menekankan untuk berkonsultasi dengan pakar. Hal ini penting untuk lebih memahami masalah pola hidup dan gaya makan yang akan diterapkan.

    Menurut dr Tan, menurunkan kadar gula darah tak hanya dengan nasi yang didinginkan. Penting untuk memerhatikan makanan pendamping atau lauk yang dikonsumsi dengan nasi.

    “Jadi percuma saja kita makan nasi kering kemarin sudah dari kulkas kalau misalnya menu makannya adalah gorengan, masih ditambah kecap, minumnya masih teh manis, bubar,” beber dr Tan dikutip dari detikTV.

    “Daripada makannya yang sudah nggak enak, nasinya kering, dingin lagi, sementara penyebabnya nggak semata-mata hanya karena faktor nasi,” tuturnya.

    Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan Ilmu Gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    (elk/naf)

  • 7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Bisa Muncul di Kaki, Termasuk Perubahan Warna

    7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Bisa Muncul di Kaki, Termasuk Perubahan Warna

    Jakarta

    Tingginya kadar kolesterol bisa menyebabkan terbentuknya plak di pembuluh darah. Plak ini terdiri dari kolesterol, lemak, kalsium, dan zat lainnya yang secara bertahap menumpuk di dinding bagian dalam arteri.

    Sering berjalannya waktu, penumpukan ini bisa mempersempit arteri, membatasi aliran darah ke berbagai bagian tubuh, termasuk anggota badan. Ketahui beberapa gejala kolesterol yang bisa muncul di kaki.

    Gejala Kolesterol Tinggi Tak Terduga yang Bisa Muncul di Kaki

    Ada beberapa gejala kolesterol tinggi di kaki yang mungkin tidak banyak diketahui. Berikut di antaranya.

    1. Nyeri Kaki saat Beraktivitas Fisik

    Dikutip dari laman Redcliffe Labs, nyeri kaki ketika beraktivitas fisik atau yang dikenal dengan klaudikasi bisa mengindikasikan kolesterol tinggi. Kondisi ini terjadi saat arteri yang menyempit dan tersumbat membatasi aliran darah ke otot-otot kaki.

    Akibatnya, otot tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi agar berfungsi dengan baik, sehingga menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Biasanya, rasa sakit mereda saat aktivitas dihentikan dan otot diberi kesempatan untuk beristirahat.

    2. Kaki Terasa Berat atau Lelah

    Sensasi berat atau kelelahan di kaki juga bisa menjadi tanda dari kolesterol tinggi. Sering kali, kondisi tersebut digambarkan sebagai rasa lemah, lelah, atau beban berat yang menekan kaki. Sensasi ini bisa memburuk jika terlalu lama berdiri atau berjalan.

    3. Rasa Dingin atau Mati Rasa pada Anggota Tubuh

    Merasakan kaki yang dingin di cuaca dingin adalah hal biasa. Namun, jika kaki terasa dingin tanpa alasan yang jelas, bisa jadi hal itu pertanda bahwa kadar kolesterol sedang bermasalah. Jadi, penting untuk memerhatikan gejala ini dan mempertimbangkan untuk melakukan tes darah.

    4. Sering Mengalami Kram

    Tak hanya mengganggu, kram kaki yang sering terjadi juga bisa mengindikasikan kadar kolesterol tinggi. Meski umumnya dikaitkan dengan kelelahan otot atau dehidrasi, kram kaki bisa dikaitkan dengan sirkulasi darah yang buruk karena kolesterol tinggi.

    Dikutip dari laman UM Surabaya, menurut dosen fakultas ilmu kesehatan prodi D3 Keperawatan UM Surabaya, Suyatno, Hadi Saputro, gejala ini sering kali dirasakan pada bagian tumit, kaki bagian depan, dan jari kaki. Gejala ini sering muncul pada malam hari, terutama saat tidur.

    5. Kesulitan Berjalan

    Selanjutnya, tanda peringatan dari kadar kolesterol tinggi adalah rasa lemas atau kesulitan berjalan. Kolesterol yang menumpuk di arteri membatasi aliran arah dan pasokan oksigen ke otot. Hal tersebut menyebabkan kelemahan dan kesulitan berjalan.

    6. Perubahan Warna Kulit

    Gejala kolesterol juga bisa muncul pada kulit. Kadar kolesterol yang tinggi bisa menyebabkan terbentuknya endapan kecil berwarna kekuningan yang dikenal dengan xanthoma, yang mungkin muncul di bawah kulit.

    7. Penyembuhan Luka yang Lama

    Penyembuhan luka yang lama pada anggota tubuh menunjukkan sirkulasi darah yang tidak memadai. Kondisi tersebut berpotensi disebabkan oleh kadar kolesterol tinggi.

    “Terakhir adalah luka di kaki yang susah sembuh. Ketika aliran darah menuju kaki terganggu, maka kaki akan kekurangan nutrisi dan oksigen dan lukanya biasanya berubah warna menjadi kecokelatan atau kehitaman (jaringan mati),” kata Suyatno.

    (elk/naf)

  • Kronologi Wanita Diet Cuma Makan Ayam-Brokoli Rebus 6 Bulan, Berujung Masalah Pankreas

    Kronologi Wanita Diet Cuma Makan Ayam-Brokoli Rebus 6 Bulan, Berujung Masalah Pankreas

    Jakarta

    Seorang wanita di China menjalani diet ekstrem selama 6 bulan. Ia hanya mengonsumsi ayam dan brokoli rebus.

    Wanita 25 tahun itu membagikan perjalanan dietnya. Meski tidak mengonsumsi makanan berlemak dan karbohidrat, tapi sesekali ia makan potongan kecil kentang.

    Namun, masalah kesehatan mulai dia alami yang terus diabaikan. Wanita yang tidak disebut namanya itu, seperti wajah tampak kusam, kelelahan, hingga tubuh lemas. Sampai akhirnya ia mengalami kram perut yang hebat, hingga dilarikan ke Rumah Sakit Rakyat Xi’an.

    Didiagnosis Peradangan Pankreas

    Setelah diperiksa dokter, ia didiagnosis mengidap pankreatitis akut berat. Itu merupakan kondisi peradangan pada pankreas yang biasanya terjadi saat enzim pencernaan menyerang jaringan pankreas sendiri.

    Kondisi tersebut bisa memicu nyeri perut, gangguan pencernaan, hingga komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.

    “Kadar amilase dalam serum darahnya mencapai 10 kali lipat dari batas normal, yang merupakan kondisi mengancam nyawa,” terang dokter yang melakukan pemeriksaan, dikutip dari The Star.

    Amilase merupakan enzim yang diproduksi pankreas dan kelenjar ludah untuk membantu memecah karbohidrat. Penumpukan enzim di pankreas ini yang menyebabkan organ itu, seolah ‘mencerna dirinya sendiri’ dan peradangan para yang terjadi berujung pada pankreatitis akut.

    Penyebab Gejala yang Dikeluhkan

    Dokter mengungkapkan gejala yang dialami wanita itu mungkin disebabkan pola makan yang sangat rendah lemak dalam jangka waktu lama. Ia menjelaskan diet yang terlalu hambar atau terlalu rendah kalori.

    Mungkin terlihat sehat, tapi sebenarnya dapat mengganggu proses normal pengeluaran enzim pencernaan.

    “Mereka yang menurunkan berat badan untuk tetap berada dalam defisit kalori, tetapi sambil mempertahankan pola makan yang seimbang,” pungkas dokter.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Terungkap Alasan Satu Kebiasaan Bangun Tidur Ini Bisa Picu Serangan Jantung

    Terungkap Alasan Satu Kebiasaan Bangun Tidur Ini Bisa Picu Serangan Jantung

    Jakarta

    Serangan jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Namun, ternyata pemicunya bukan selalu makanan berlemak atau stres.

    Dokter umum yang aktif mengedukasi lewat media sosial Dr Sana Sadoxai, mengatakan ada satu kebiasaan saat bangun tidur bisa berkontribusi menyebabkan serangan jantung. Hal yang dimaksud adalah minimnya gerak setelah bangun tidur.

    Bahkan, ia mengklaim hingga 90 persen kasus serangan jantung berkaitan dengan pola ini.

    “Bahaya sebenarnya dimulai saat Anda bangun tidur dan tetap diam,” kata Dr Sadoxai yang dikutip dari Mirror UK.

    Kebiasaan Main Ponsel saat Bangun Tidur

    Menurutnya, banyak orang mengawali hari dengan langsung duduk, memegang ponsel, scrolling media sosial, lalu terburu-buru untuk berangkat kerja tanpa melakukan aktivitas fisik sama sekali.

    Rutinitas ini yang membuat tubuh tetap berada dalam kondisi pasif, dengan peradangan yang meningkat sejak pagi. Tanpa disadari, kebiasaan tersebut memicu serangkaian masalah kesehatan.

    Mulai dari resisten insulin, penumpukan lemak di perut, tekanan darah tinggi, peradangan tersembunyi, hingga gangguan metabolisme. Kombinasi faktor ini secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung, terutama pada orang obesitas atau berat badan berlebih.

    Padahal, risikonya bisa ditekan dengan cara yang sangat sederhana. Dr Sadoxai menekankan aktivitas ringan selama 5-7 menit di pagi hari sudah cukup memberikan dampak besar.

    “Jalan cepat, peregangan ringan, atau latihan pernapasan bisa membantu melancarkan sirkulasi darah, mengaktifkan metabolisme, menstabilkan gula darah, dan melindungi kesehatan jantung,” jelasnya.

    Faktor Lainnya, Obesitas

    Dr Sadoxai menegaskan berat badan, metabolisme, dan kesehatan jantung saling berkaitan. Mengabaikan kebiasaan pagi yang sehat bisa menjadi ancaman tersembunyi.

    “Perubahan sederhana di pagi hari bisa berdampak besar bagi kesehatan jangka panjang,” tutur dia

    Ia juga mengingatkan sejumlah tanda awal gangguan metabolisme yang kerap diabaikan, seperti obesitas, lemak perut yang sulit hilang, mudah sesak napas, diabetes, hingga kelelahan kronis.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Dokter Ungkap 90 Persen Serangan Jantung Dipicu 1 Kebiasaan Pagi, Apa Itu?

    Dokter Ungkap 90 Persen Serangan Jantung Dipicu 1 Kebiasaan Pagi, Apa Itu?

    Jakarta

    Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Seorang dokter mengungkapkan 90 persen kasus serangan jantung dapat ditelusuri pada satu kebiasaan pagi yang sering diabaikan dan kebiasaan tersebut bukan terkait makanan atau stres.

    Seorang dokter umum yang sering membagikan edukasi kesehatan di media sosial, Dr Sana Sadoxai, menyoroti bahaya rutinitas pagi yang minim gerak. Menurutnya, risiko serangan jantung justru dimulai sejak seseorang bangun tidur dan langsung pasif.

    “Bahaya sebenarnya dimulai saat Anda bangun dan tetap diam,” kata Dr Sadoxi, dikutip dari Mirror UK.

    Dr Sadoxi menjelaskan banyak orang bangun tidur langsung memegang ponsel, duduk terlalu lama, lalu buru-buru berangkat tanpa aktivitas fisik sama sekali. Pola ini membuat tubuh berada dalam kondisi kurang bergerak dan peradangan tinggi.

    Kebiasaan tersebut secara perlahan mempercepat resistensi insulin, penumpukan lemak perut, tekanan darah tinggi, peradangan tersembunyi, hingga gangguan metabolisme. Seluruh faktor itu secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung dini, terutama pada orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas.

    Padahal, hanya dengan 5 hingga 7 menit aktivitas ringan saat pagi, risiko tersebut bisa ditekan. Aktivitas sederhana seperti jalan cepat, peregangan, atau latihan pernapasan dapat membantu melancarkan sirkulasi darah, mengaktifkan metabolisme, menstabilkan kadar gula darah, dan melindungi kesehatan jantung.

    “Berat badan, metabolisme, dan kesehatan jantung saling terkait. Mengabaikan kebiasaan pagi ini merupakan ancaman tersembunyi. Mengubahnya bisa menyelamatkan nyawa,” tegasnya.

    Dr Sadoxai juga mengingatkan keluhan seperti, obesitas, lemak perut yang sulit hilang, mudah sesak napas, diabetes, hingga kelelahan kronis dapat menjadi tanda awal gangguan metabolisme yang tidak boleh diabaikan.

    Berbagai respons pun datang dari para warganet yang mengikutinya di media sosial. Ada yang mengatakan bangun tidur lalu langsung terburu-buru ke kantor itu perlahan membunuh kita.

    “Saya bangun, minum teh dengan santai 30 menit sebelum bersiap kerja. Saran ini masuk akal,” kata pengguna lainnya.

    Gejala dan Pencegahan Serangan Jantung

    Menurut NHS, serangan jantung atau infark miokard terjadi saat aliran darah ke jantung terhambat, yang umumnya akibat gumpalan darah.

    Gejala yang paling umum adalah nyeri dada, seperti rasa tertekan, berat, atau sesak. Tanda lain yang perlu diwaspadai antara lain nyeri menjalar ke lengan, rahang, leher, punggung, atau perut, pusing, keringat dingin, sesak napas, mual, hingga rasa cemas berlebihan.

    Untuk menurunkan risiko serangan jantung, masyarakat disarankan berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat, serta rutin berolahraga. Orang dewasa dianjurkan melakukan aktivitas fisik intensitas sedang setidaknya 150 menit per minggu.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: dr. Dhika Raspati Ungkap Bahaya Cardiac Arrest bagi Pelari Trail”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Riset Ungkap Keju Bisa Lindungi Otak dari Demensia, Pendapat Pakar Terbelah

    Riset Ungkap Keju Bisa Lindungi Otak dari Demensia, Pendapat Pakar Terbelah

    Jakarta

    Keju dan krim tinggi lemak sedikit melindungi otak dari demensia, menurut studi observasional terbaru yang mengikuti hampir 28.000 orang di Malmö, Swedia, selama hampir 25 tahun.

    Keju tinggi lemak seperti cheddar, Brie, dan Gouda mengandung lebih dari 20 persen lemak jenuh, menurut penelitian tersebut. Namun, para pakar independen yang diwawancarai CNN menilai laporan ini belum cukup kuat untuk merekomendasikan peningkatan konsumsi produk susu full-fat.

    “Temuan mereka terkait keju berada di batas signifikansi statistik dan mereka menganalisis banyak jenis makanan, sehingga hasil ini bisa saja terjadi secara kebetulan,” kata peneliti gizi terkemuka Dr. Walter Willett, profesor epidemiologi dan nutrisi di Harvard T.H. Chan School of Public Health serta profesor kedokteran di Harvard Medical School, Boston.

    “Saya tidak akan buru-buru langsung membeli keju, setelah ada temuan tersebut,” ujar Willett dalam surel.

    Salah satu keterbatasan utama studi ini adalah pola makan peserta hanya dicatat pada satu waktu, yakni saat awal penelitian pada 1991, tanpa pemantauan rutin selama 25 tahun berikutnya. Peneliti hanya melakukan analisis lanjutan pada sebagian kecil peserta setelah lima tahun untuk melihat apakah pola makan mereka berubah.

    “Namun dengan pendekatan ini, hubungan antara konsumsi keju dan krim tinggi lemak menjadi tidak signifikan, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang kekuatan kesimpulan mereka,” tulis Dr Tian-Shin Yeh dalam editorial yang diterbitkan bersamaan dengan studi tersebut.Yeh adalah profesor madya sekaligus dokter di Fakultas Kedokteran Taipei Medical University, Taiwan.

    Yeh juga menuliskan manfaat keju tinggi lemak paling terlihat ketika keju menggantikan makanan dengan kualitas gizi yang jelas lebih rendah, seperti daging merah olahan atau berlemak tinggi. “Bukan berarti keju tinggi lemak itu sendiri bersifat melindungi saraf, melainkan karena keju merupakan pilihan yang relatif kurang berbahaya dibandingkan daging merah dan olahan,” ujarnya.

    Berbagai studi sebelumnya telah menunjukkan makanan tinggi lemak jenuh berkontribusi terhadap penyakit jantung dan kematian dini.

    Manfaat kecil bagi otak

    Studi yang dipublikasikan Rabu di jurnal Neurology ini menemukan orang yang mengonsumsi 50 gram (sekitar 2 ons) atau lebih keju tinggi lemak per hari memiliki risiko demensia 13 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang mengonsumsi kurang dari 15 gram (0,5 ons).

    Sementara itu, mereka yang mengonsumsi 20 gram (0,7 ons) atau lebih krim tinggi lemak per hari memiliki risiko demensia 16 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi krim sama sekali. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 1,4 sendok makan krim kental, menurut studi.

    “Penelitian kami menunjukkan orang yang mengonsumsi lebih banyak keju tinggi lemak memiliki risiko sedikit lebih rendah mengalami demensia di kemudian hari,” kata penulis utama studi Emily Sonestedt, dosen senior dan profesor madya nutrisi di Lund University, Swedia.

    “Ini tidak membuktikan bahwa keju mencegah demensia, tetapi menantang anggapan bahwa semua produk susu tinggi lemak buruk bagi otak,” ujarnya melalui surel.

    Temuan ini mungkin disambut oleh sebagian kelompok Make America Healthy Again (MAHA) yang meyakini lemak jenuh baik bagi kesehatan.

    Menteri Kesehatan AS Robert F Kennedy Jr. diketahui mempromosikan mentega dan lemak sapi, meski banyak studi menunjukkan keduanya berdampak buruk bagi kesehatan. Namun, penelitian ini tidak menemukan manfaat otak dari mentega, susu, produk susu fermentasi seperti kefir, buttermilk, dan yogurt, maupun produk susu rendah lemak.

    Bahkan, data terkait produk susu rendah lemak cukup mencolok, kata Dr. David Katz, pakar kedokteran preventif dan gaya hidup serta pendiri organisasi nirlaba True Health Initiative. Katz tidak terlibat dalam studi tersebut.

    “Kelompok yang mengonsumsi produk susu rendah lemak memiliki beban gangguan kesehatan awal yang jauh lebih tinggi, termasuk diabetes, dislipidemia, dan penyakit jantung koroner,” kata Katz melalui surel.

    “Ini menunjukkan faktor risiko utama demensia adalah kesehatan yang buruk atau penyakit kronis, dan beralih ke produk susu rendah lemak mungkin merupakan strategi ‘pertahanan diri’ bagi mereka yang menyadari risikonya.”

    Peran asam lemak omega-3

    Alasan lain mengapa hasil studi ini tidak sepenuhnya representatif adalah sapi perah di Swedia lebih banyak diberi pakan rumput dibandingkan sapi di Amerika Serikat, kata ahli saraf Dr. Richard Isaacson, direktur riset Alzheimer di Institute for Neurodegenerative Diseases, Florida.

    Sapi yang diberi pakan rumput cenderung menghasilkan susu, krim, dan keju dengan kandungan asam lemak omega-3 lebih tinggi.

    “Asam lemak omega-3, menurut saya, baik untuk kesehatan otak,” ujar Isaacson.

    “Namun manfaatnya terutama terlihat pada orang dengan varian gen APOE4, yang meningkatkan risiko Alzheimer.”

    “Yang menarik, studi ini justru menemukan perlindungan lebih besar pada orang tanpa gen APOE4. Temuan ini membingungkan, dan meski menarik, saya tentu tidak akan menyarankan orang makan keju tinggi lemak untuk mencegah Alzheimer.”

    Sonestedt juga mengakui hasil penelitian ini mungkin tidak bisa digeneralisasi ke populasi di Amerika Serikat dan negara Barat lainnya.

    “Orang Swedia dan Amerika mengonsumsi jumlah keju yang kurang lebih sama per kapita, tetapi jenisnya berbeda,” kata Sonestedt.

    “Di Swedia, kebanyakan adalah keju keras hasil fermentasi, sedangkan di AS lebih banyak keju olahan atau keju yang dikonsumsi dalam konteks makanan cepat saji. Kami ingin temuan ini direplikasi di lebih banyak negara dan populasi sebelum menarik kesimpulan yang pasti,” pungkasnya.

  • Berencana Ngetrip saat Liburan Akhir Tahun? Ini Tips Bawa Bekal Agar Tak Mudah Basi

    Berencana Ngetrip saat Liburan Akhir Tahun? Ini Tips Bawa Bekal Agar Tak Mudah Basi

    Jakarta

    Menjelang liburan panjang, banyak orang bersiap melakukan perjalanan jauh, baik untuk mudik ke kampung halaman maupun berlibur. Membawa bekal sendiri saat perjalanan jauh seringkali menjadi solusi praktis sekaligus hemat. Namun, tidak sedikit kasus makanan cepat basi, berbau, bahkan memicu gangguan pencernaan selama perjalanan.

    Dalam standar keamanan pangan internasional, makanan yang dibawa untuk perjalanan jauh tidak diperlakukan sama dengan makanan rumahan. Codex Alimentarius, standar pengolahan pangan yang disusun oleh Food and Agriculture Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO) maupun sistem Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) menempatkan transportasi sebagai tahapan kritis dalam rantai pangan karena melibatkan kontrol suhu dan waktu yang lebih sulit.

    Selama perjalanan, makanan berisiko lebih lama berada di zona bahaya suhu 5-60 derajat Celsius, kondisi yang mempercepat pertumbuhan bakteri patogen (penyebab penyakit) dan bakteri pembusuk. Oleh karena itu, jenis makanan dan cara penyimpanannya perlu disesuaikan, terutama untuk perjalanan panjang tanpa pendingin.

    Lantas, bagaimana cara mengolah dan menyimpan makanan agar tidak cepat basi? Untuk menjawabnya, penting memahami terlebih dahulu faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan makanan selama perjalanan jauh.

    Mengapa Makanan Mudah Basi Saat Dibawa Bepergian?

    Selama perjalanan jauh, makanan lebih rentan basi karena disimpan dalam kondisi yang kurang ideal, terutama tanpa pendingin dan terpapar suhu ruang dalam waktu lama. Tinjauan ilmiah dalam jurnal Food Bioscience oleh Mafe dan rekan-rekan (2024) menjelaskan bahwa mikroorganisme seperti bakteri, ragi, dan jamur memanfaatkan zat gizi dalam makanan sebagai sumber energi, lalu menghasilkan senyawa sisa metabolisme yang memicu bau tidak sedap, rasa berubah, hingga tekstur berlendir.

    Risiko pembusukan makin besar jika makanan disimpan dalam kemasan yang tidak kedap udara. Paparan oksigen bukan hanya mempercepat pertumbuhan mikroba, tetapi juga memicu oksidasi lemak yang menyebabkan aroma tengik, sementara enzim alami dalam bahan pangan tetap aktif merusak struktur makanan. Tak heran, kombinasi suhu hangat, waktu simpan panjang, dan kadar air tinggi menjadi alasan utama mengapa bekal perjalanan lebih mudah basi dan mengapa memilih jenis makanan yang lebih tahan simpan jadi langkah penting sebelum bepergian.

    Jenis Makanan yang Lebih Tahan Lama Dibawa Berpergian

    Tidak semua makanan mudah basi saat dibawa bepergian. Makanan yang relatif lebih tahan simpan umumnya memiliki kadar air rendah, dimasak hingga matang sempurna, serta disimpan dalam kemasan yang rapat. Contohnya antara lain ayam serundeng, abon, kering tempe, dendeng, hingga lauk berbumbu kering lainnya.
    Proses memasak yang lama, ditambah penggunaan garam, gula, serta rempah-rempah, memang dapat membantu menekan pertumbuhan mikroba dengan menurunkan water activity. Namun, efek ini baru optimal jika digunakan dalam kadar yang cukup dan dikombinasikan dengan teknik lain seperti pengeringan serta penyimpanan yang tepat-bukan sekadar membuat makanan terasa asin atau pedas.

    Sebaliknya, beberapa jenis makanan sebaiknya dihindari sebagai bekal perjalanan jauh. Makanan berkuah atau bersantan seperti opor ayam, gulai, dan sayur lodeh cenderung cepat basi karena kandungan air dan lemaknya tinggi.

    Hal serupa berlaku pada tumisan basah, olahan telur setengah matang, makanan laut, serta sambal segar yang tidak dimasak lama. Jenis makanan ini lebih mudah terkontaminasi bakteri, seperti Salmonella dan Escherichia coli, yang berisiko memicu gangguan pencernaan berupa diare, mual, muntah, hingga nyeri perut jika dikonsumsi selama perjalanan jauh.

    Oleh karena itu, selain memilih jenis makanan yang tepat, cara penyimpanan bekal juga memegang peran penting untuk menjaga makanan tetap aman hingga waktu makan.

    Dendeng vs Abon vs Serundeng: Mana yang Paling Awet?

    Berbagai teknik pengawetan makanan, baik tradisional maupun modern, pada dasarnya bekerja dengan menurunkan water activity yakni jumlah air bebas yang dibutuhkan mikroba untuk tumbuh sehingga makanan menjadi lebih tahan lama dan tidak cepat rusak.

    Ketiga lauk ini sama-sama dikenal awet karena diolah dengan teknik yang menurunkan water activity, yakni jumlah air bebas yang dibutuhkan mikroba untuk tumbuh. Namun, daya simpannya berbeda karena proses pengolahan yang tidak sama. Dendeng dibuat dari irisan daging tipis yang diasinkan, dibumbui, lalu dikeringkan dan digoreng, sehingga kadar airnya rendah, meski tetap perlu disimpan rapat agar tidak lembap. Abon menjadi yang paling tahan lama karena daging dimasak, disuwir, lalu dimasak kembali hingga sangat kering dan berserat, membuat ketersediaan air bebas sangat minim dan mikroba sulit berkembang. Sementara itu, serundeng berada di posisi tengah. Parutan kelapa dan daging dimasak lama hingga kering, tetapi kandungan minyak dari kelapa membuatnya lebih rentan tengik jika terpapar udara. Karena itu, dibandingkan dendeng dan serundeng, abon umumnya paling awet untuk bekal perjalanan jauh, asalkan disimpan dalam kemasan kedap udara.

    Selain dendeng, abon, dan serundeng, beberapa contoh makanan lain yang relatif awet untuk dibawa bepergian antara lain kering tempe, kentang mustofa, ikan asin, telur asin, sambal kering, serta lauk kemasan vakum atau kaleng. Jenis makanan ini umumnya memiliki kadar air rendah atau diolah dengan proses pengawetan tertentu sehingga lebih tahan disimpan di suhu ruang, asalkan dikemas rapat, tidak sering dibuka, serta dijauhkan dari paparan udara dan panas berlebih yang dapat mempercepat pembusukan dan ketengikan.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Menkes Imbau Sopir Bus Cek Kesehatan Jelang Libur Nataru 2025”
    [Gambas:Video 20detik]
    (fti/up)

  • Ternyata Ini Alasan Makin Banyak yang Kena Asam Urat, Termasuk Usia Muda

    Ternyata Ini Alasan Makin Banyak yang Kena Asam Urat, Termasuk Usia Muda

    Jakarta

    Orang yang terkena asam urat dilaporkan terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Asam urat adalah radang sendi yang terjadi saat kadar asam urat dalam darah terlalu tinggi, dan membentuk kristal tajam di persendian.

    Kondisi ini memicu nyeri hebat yang datang tiba-tiba, disertai bengkak, kemerahan, dan rasa panas, paling sering di jempol kaki. Serangan bisa berlangsung berhari-hari, hingga berminggu-minggu dan dapat kambuh berulang jika tidak ditangani.

    Jika dulu asam urat kerap dikaitkan dengan konsumsi alkohol dan makanan tertentu. Kini, penyakit tersebut menyerang lebih luas.

    Dikutip dari Times of India, jutaan orang di dunia mengalaminya, dan jumlah orang yang mengalaminya terus bertambah. Studi global menunjukkan dalam 20 tahun terakhir kasus asam urat meningkat lebih dari 60 persen.

    Bahkan, penelitian memprediksi jumlah orang yang mengidapnya akan terus melonjak hingga 2050 akibat penuaan penduduk, obesitas, serta pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat.

    Tak hanya orang lanjut usia, asam urat juga mulai banyak ditemukan pada usia muda. Penelitian terbaru menunjukkan peningkatan kasus pada remaja dan dewasa muda, terutama di daerah dengan angka kelebihan berat badan yang tinggi.

    Para ahli menilai perubahan gaya hidup berperan besar dalam mencegah dan mengendalikan asam urat. Salah satunya dengan cukup minum air putih agar ginjal membantu membuang asam urat dari tubuh.

    Olahraga ringan hingga sedang secara rutin, seperti jalan kaki, berenang, atau bersepeda, juga dianjurkan untuk menjaga berat badan dan kesehatan metabolik. Selain itu, pola makan juga perlu diperhatikan.

    Makanan tinggi purin seperti jeroan, daging merah, beberapa makanan laut, minuman manis, dan alkohol, terutama bir. Sebaiknya, semua makanan ini dibatasi karena dapat meningkatkan kadar asam urat.

    Sebaliknya, pilihlah makanan yang lebih sehat seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, produk susu rendah lemak, serta sumber protein nabati.

    Pola makan Mediterania dan DASH dinilai bermanfaat karena kaya sayur, serat, dan lemak sehat. Jika serangan asam urat sering kambuh, dokter dapat meresepkan obat seperti allopurinol atau colchicine untuk menurunkan kadar asam urat dan meredakan peradangan.

    Kesimpulannya, asam urat bukan lagi penyakit yang terjadi pada orang tua. Lonjakan kasus dipicu obesitas, gangguan metabolik, dan gaya hidup modern.

    Meski begitu, risiko dan kekambuhan asam urat bisa ditekan dengan langkah sederhana, mulai dari minum air yang cukup, makan lebih sehat, menjaga berat badan, rutin bergerak, hingga menjalani pengobatan sesuai anjuran dokter.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)