Produk: KRL

  • Pramono Sebut Stasiun KRL di JIS Segera Beroperasi

    Pramono Sebut Stasiun KRL di JIS Segera Beroperasi

    Jakarta

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyebutkan Stasiun Jakarta International Stadium (JIS) di kawasan Tanjung Priok, Jakarta bakal dioperasikan untuk naik turun penumpang KRL dalam waktu dekat. Meski begitu, ia belum mengungkapkan pasti tanggal Stasiun itu beroperasi.

    “Alhamdulillah minggu-minggu depan ini (KRL) sudah bisa berhenti di sana,” kata Pramono di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (10/12/2025).

    Pramono mengatakan keberadaan transportasi publik dalam hal ini akses KRL merupakan kunci agar kawasan JIS dapat berfungsi optimal. Pasalnya, jika akses tranportasi publik tidak ada, maka ia menilai JIS akan menjadi masalah baru bagi Jakarta.

    “JIS kalau tidak ada transportasi baik, maka akan ada problem. Apa yang saya lakukan. Saya datang ke Kemenhub minta KRL berhenti di bawah JIS,” katanya.

    Pramono mengatakan, Pemprov DKI juga tengah menghubungkan JIS dengan kawasan Ancol melalui pembangunan jembatan sepanjang 350 meter.

    “Ketika ini dihubungkan, JIS akan menjadi legasi baru. Di Ancol orang bisa parkir 10 ribu mobil, 30 ribu motor. Ketika parkir di JIS macet kemana-mana,” katanya.

    Sebelumnya, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengatakan Stasiun Jakarta International Stadium (JIS) dan Stasiun Karet dan BNI City bakal beroperasi sebelum libur Natal 2025 dan Tahun Baru (Nataru).

    “(Sebelum Nataru) kami usahakan. Saya lagi ngejar yang Stasiun JIS. Janjinya kan Desember (dibuka),” ujar Dudy dalam acara media briefing, di Jakarta, Jumat, (5/12/2025).

    Lihat juga Video: Menelusuri Stasiun KRL Warna-warni di Jakarta

    (eds/eds)

  • Pramono Sebut Stasiun KRL di JIS Segera Beroperasi

    Pramono Sebut Stasiun KRL di JIS Segera Beroperasi

    Jakarta

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyebutkan Stasiun Jakarta International Stadium (JIS) di kawasan Tanjung Priok, Jakarta bakal dioperasikan untuk naik turun penumpang KRL dalam waktu dekat. Meski begitu, ia belum mengungkapkan pasti tanggal Stasiun itu beroperasi.

    “Alhamdulillah minggu-minggu depan ini (KRL) sudah bisa berhenti di sana,” kata Pramono di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (10/12/2025).

    Pramono mengatakan keberadaan transportasi publik dalam hal ini akses KRL merupakan kunci agar kawasan JIS dapat berfungsi optimal. Pasalnya, jika akses tranportasi publik tidak ada, maka ia menilai JIS akan menjadi masalah baru bagi Jakarta.

    “JIS kalau tidak ada transportasi baik, maka akan ada problem. Apa yang saya lakukan. Saya datang ke Kemenhub minta KRL berhenti di bawah JIS,” katanya.

    Pramono mengatakan, Pemprov DKI juga tengah menghubungkan JIS dengan kawasan Ancol melalui pembangunan jembatan sepanjang 350 meter.

    “Ketika ini dihubungkan, JIS akan menjadi legasi baru. Di Ancol orang bisa parkir 10 ribu mobil, 30 ribu motor. Ketika parkir di JIS macet kemana-mana,” katanya.

    Sebelumnya, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengatakan Stasiun Jakarta International Stadium (JIS) dan Stasiun Karet dan BNI City bakal beroperasi sebelum libur Natal 2025 dan Tahun Baru (Nataru).

    “(Sebelum Nataru) kami usahakan. Saya lagi ngejar yang Stasiun JIS. Janjinya kan Desember (dibuka),” ujar Dudy dalam acara media briefing, di Jakarta, Jumat, (5/12/2025).

    Lihat juga Video: Menelusuri Stasiun KRL Warna-warni di Jakarta

    (eds/eds)

  • Napas Terengah di Stasiun Kampung Bandan, Penumpang Berjuang Taklukan Tangga yang Curam
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        10 Desember 2025

    Napas Terengah di Stasiun Kampung Bandan, Penumpang Berjuang Taklukan Tangga yang Curam Megapolitan 10 Desember 2025

    Napas Terengah di Stasiun Kampung Bandan, Penumpang Berjuang Taklukan Tangga yang Curam
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
     Setiap hari, para penumpang KRL di Stasiun Kampung Bandan, Jl. Mangga Dua VIII No.16, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, harus naik turun tangga manual yang menjadi satu-satunya akses menuju peron atas dan bawah.
    Di stasiun lama yang melayani rute ke Jakarta Kota, Tanjung Priok, Angke, Duri, hingga Bekasi dan Cikarang itu, fasilitas berupa lift maupun
    eskalator
    belum tersedia sejak pertama kali dibangun.
    Pengamatan
    Kompas.com
    di lokasi, Selasa (9/12/2025), menunjukkan arus penumpang yang padat berpindah antarperon. Beberapa di antaranya terlihat terengah-engah setelah menjejaki puluhan anak tangga.
    Di tengah kondisi tersebut, cerita para penumpang menunjukkan bahwa naik-turun tangga di stasiun ini menjadi perjuangan harian.
    Santo (60), salah satu penumpang KRL, tampak menuruni tangga peron atas dengan perlahan.
    Rambutnya yang sudah memutih terlihat jelas, sementara di tangannya ia membawa kantong plastik berisi beberapa barang belanjaan dari pasar.
    “Kalau naik tangga di sini memang harus hati-hati. Saya ini sudah tua, otot-otot sudah beda,” katanya sambil tertawa kecil saat ditemui
    Kompas.com
    , Selasa.
    Setiap hari, Santo berangkat dari
    Stasiun Kampung Bandan
    untuk menuju tempat kerjanya di Angke, Jakarta Barat. Ia mengaku sudah terbiasa dengan kondisi tangga, tetapi tubuhnya tidak lagi sekuat dulu.
    “Tadi saya sampai harus pegangan kuat di tulang tepi tangga, biar nggak goyang,” ujarnya.
    Menurut Santo, kondisi stasiun saat ini seharusnya sudah bisa diperbarui. Terlebih, ia pernah melihat beberapa lansia hampir jatuh.
    “Kasihan yang sudah sepuh-sepuh. Kalau tersandung sedikit bisa bahaya,” katanya.
    Meski demikian, ia tetap bersyukur masih bisa naik turun tangga seorang diri tanpa ada yang membantu.
    “Tapi ya kalau bisa ada lift sih lebih bagus. Saya juga manusia, tenaganya ada batasnya,” ucapnya sambil melanjutkan langkah.
    Penumpang lain, Bibah (63), berdiri di tepi peron bawah sambil memegangi pegangan besi. Napasnya masih tampak berat setelah menuruni tangga curam yang menghubungkan peron atas dan bawah.
    Ia mengenakan kerudung biru muda, tas selempang kecil, dan tangannya masih sedikit bergetar.
    “Dari dulu jalurnya begini terus, harus naik turun tangga tinggi,” ujarnya membuka percakapan.
    Bibah mengaku sudah bertahun-tahun berangkat dari Stasiun Kampung Bandan, terutama ketika hendak ke rumah anaknya di daerah Duri, Jakarta Barat.
    Saat ditanya apakah ketiadaan eskalator atau lift menyulitkannya, Bibah langsung mengangguk.
    “Jujur saja iya. Saya kalau naik begini sering berhenti dulu karena napas suka pendek. Tangganya tinggi, banyak juga. Kalau lagi ramai tambah susah karena harus ikut arus orang,” kata dia sambil sesekali mengusap dahinya yang berkeringat.
    “Kalau sendiri, saya lebih pelan jalannya. Kalau ada dia, ya lumayan dibantuin,” ucapnya.
    Bibah mengenang momen ketika ia hampir kehilangan keseimbangan beberapa tahun lalu. Saat itu, kepadatan penumpang membuatnya terdesak di tengah arus naik.
    “Pernah waktu itu kaki saya goyang, mau jatuh. Untung ada orang baik yang pegangin,” katanya.
    Ia pun berharap agar stasiun menyediakan fasilitas ramah lansia.
    “Kalau bisa dibangun eskalator bagus ya, Nak. Biar saya nggak ngos-ngosan tiap mau naik kereta,” ucapnya sambil tersenyum kecil meski lelahnya masih tampak jelas.
    Setelah Bibah selesai bercerita, giliran putranya, Fauzi, yang menjelaskan bagaimana ia mendampingi sang ibu setiap kali berjalan di stasiun ini.
    Fauzi tampak masih memegangi tas kecil ibunya sambil sesekali melihat ke anak tangga.
    “Iya, kalau lewat Kampung Bandan memang harus ekstra hati-hati. Tangganya curam dan tidak ada fasilitas bantu, jadi mau enggak mau harus dituntun,” katanya.
    Fauzi mengaku sudah hafal bagian tangga mana yang paling licin, curam, dan kapan waktu terpadat biasanya terjadi.
    Ia selalu memilih jam-jam sepi agar ibunya tidak harus berebut jalur dengan penumpang lain. Pengalaman buruk pernah terjadi beberapa bulan lalu.
    “Ibu sempat hampir terpeleset karena pijakan tangganya kecil dan licin saat hujan. Saya sampai panik waktu itu,” katanya.
    “Makanya sekarang saya benar-benar perhatikan langkahnya, terutama kalau naik. Turun juga riskan, tapi naik itu lebih berat,” tutur dia.
    Menurut Fauzi, kehadiran lift atau eskalator sudah menjadi kebutuhan mendesak.
    “Minimal lift atau eskalator, terutama untuk lansia, ibu hamil, dan orang yang bawa barang berat. Apalagi ini stasiun transit, penumpangnya banyak. Kondisinya bertahun-tahun sama saja,” kata Fauzi.
    Di sisi lain peron, tampak seorang perempuan muda bernama Wilya (29) menggendong anak laki-laki berusia dua tahun.
    Ia baru saja turun dari peron atas menuju jalur bawah. Wajahnya tampak memerah akibat lelah.
    “Iya, saya mau ke Jakarta Kota. Habis dari rumah saudara di Mangga Dua,” ujarnya sambil mengatur napas.
    Wilya bercerita, ia harus naik dan turun tangga panjang sambil menggendong anaknya, Dafa (2).
    Berat tubuh anaknya membuat keseimbangannya tidak stabil, dan itu terasa sangat melelahkan di tengah tangga curam.
    “Tadi sempat berhenti di tengah tangga, pegangin besi. Berat ya, sesek juga napas jadinya,” ujarnya.
    Ketika ditanya apa yang paling menyulitkan, Wilya langsung menunjuk ke arah tangga di belakangnya.
    “Tangganya itu. Enggak ada eskalator, enggak ada lift. Sementara orang lain banyak yang buru-buru, jadi saya yang bawa anak harus lebih hati-hati,” kata Wilya.
    Ia mengatakan bahwa fasilitas pendukung berupa lift akan sangat membantu, terutama saat membawa anak kecil.
    “Kan banyak juga yang bawa anak, ibu hamil, atau orang tua. Tangga setinggi ini enggak ramah buat mereka,” ucapnya.
    Wilya lalu membandingkan kondisi Stasiun Kampung Bandan dengan stasiun lain.
    “Banyak stasiun sudah jauh lebih enak. Di sini masih sangat manual. Padahal pengguna ramai dan jadi jalur transit juga,” tutur dia.
    Hanna (26) berdiri di tepi peron atas sambil memeriksa jadwal kereta ke Bekasi, Jawa Barat.
    Meski usianya masih muda, ia mengaku tetap kewalahan ketika harus naik tangga tinggi di Stasiun Kampung Bandan.
    “Saya muda saja capek. Apalagi yang bawa anak atau orang tua,” ujarnya.
    Hanna menggunakan rute Kampung Bandan Manggarai untuk berangkat kerja. Baginya, naik tangga setiap hari bukan hanya melelahkan, tapi juga berisiko. Ia berharap perbaikan fasilitas bisa menjadi prioritas.
    “Kalau stasiun lain saja bisa dibangun eskalator, harusnya di sini juga bisa. Penggunanya kan banyak,” kata dia.
    Vice President Corporate Secretary KAI Commuter, Karina Amanda, menjelaskan bahwa KAI Commuter terus berupaya meningkatkan layanan melalui penyediaan fasilitas yang telah ada.
    Fasilitas itu berupa
    water station
    ,
    payment gateway
    , kartu disabilitas, pin ibu hamil,
    commuter shelter bike
    , serta layanan untuk pengguna prioritas.
    Terkait fasilitas khusus berupa lift dan eskalator, Karina menyebut idealnya setiap stasiun memang memiliki akses ramah pengguna prioritas.
    Namun, pengembangan infrastruktur dilakukan bertahap dan dikoordinasikan bersama Kementerian Perhubungan dan PT KAI.
    Untuk rencana pembangunan eskalator atau lift di Stasiun Kampung Bandan, Karina menyarankan agar informasi lebih lanjut dikonfirmasi kepada Kementerian Perhubungan.
    “KAI Commuter sebagai operator menjalankan layanan Commuter Line, sementara pengembangan infrastruktur berada dalam koordinasi pihak terkait,” ujar Karina saat dihubungi
    Kompas.com
    , Selasa.
    Selama fasilitas tersebut belum tersedia, pengguna prioritas dapat meminta bantuan petugas stasiun.
    “Petugas siap membantu naik turun tangga atau kebutuhan lain di area stasiun,” kata Karina.
    Pengamat transportasi Deddy Herlambang menilai keadaan Stasiun Kampung Bandan mencerminkan keterbatasan ruang dan usia bangunan.
    “Kalau memang perlu, bisa dibangun
    ramp
    panjang untuk difabel. Tapi secara realistis sulit dikembangkan lagi karena stasiun ini warisan era Hindia Belanda. Kiri-kanan stasiun juga sudah padat penduduk,” jelas Deddy saat dihubungi.
    Deddy menilai risiko bagi pengguna prioritas sangat tinggi.
    “Lansia, ibu hamil, disabilitas mereka berisiko besar tidak kuat naik tangga manual,” ujarnya.
    Ia menyebut regulasi saat ini memang mewajibkan stasiun baru memiliki lift dan eskalator. Namun, untuk stasiun lama seperti Kampung Bandan, kewajiban itu tidak berlaku.
    “Lift dan eskalator tidak masuk standar SPM PM Nomor 63 Tahun 2019, jadi tidak wajib. Tapi kalau bisa dibangun, itu akan sangat membantu,” kata dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Komisi XI Setujui PMN 2025 Rp 11,5 Triliun untuk 4 BUMN

    Komisi XI Setujui PMN 2025 Rp 11,5 Triliun untuk 4 BUMN

    Liputan6.com, Jakarta – Komisi XI DPR RI resmi menyetujui pencairan Penyertaan Modal Negara (PMN) tunai dalam APBN 2025 senilai total Rp 11,5 triliun untuk empat BUMN. Salah satunya untuk PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang memperoleh PMN Rp 1,8 triliun untuk pengadaan trainset dan retrofit KRL Jabodetabek.

    Selain KAI, PMN juga diberikan kepada PT Industri Kereta Api (INKA) sebesar Rp 473 miliar, PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) sebesar Rp 2,5 triliun, serta PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) sebesar Rp 6,684 triliun.

    “Karena sudah sepakat semua, maka kesimpulan rapat ini saya nyatakan disetujui,” kata Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun dalam Rapat Kerja bersama Menteri Keuangan dan Kepala BP BUMN dikutip dari Antara, Selasa (9/12/2025). 

    Adapun PMN kepada INKA, Pelni, dan SMF diarahkan untuk memperkuat industri perkeretaapian nasional, modernisasi armada kapal penumpang, serta penyediaan pembiayaan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) lewat program 3 juta rumah.

     

  • Aturan Ganjil Genap Jakarta Berlaku Selasa 9 Desember 2025, Pengendara Perlu Siaga!

    Aturan Ganjil Genap Jakarta Berlaku Selasa 9 Desember 2025, Pengendara Perlu Siaga!

    Liputan6.com, Jakarta – Aturan pembatasan kendaraan kembali diterapkan pada awal pekan kedua Desember. Selasa (9/12/2025) yang bertepatan dengan tanggal ganjil membuat pengguna jalan perlu lebih memperhatikan ketentuan mobilitas sebelum memulai aktivitas.

    Meski sudah menjadi rutinitas harian di Jakarta, tetap penting untuk memahami kembali bagaimana mekanisme pembatasan diberlakukan agar perjalanan tetap aman dan bebas gangguan.

    Penerapan pembatasan mobilitas ini masih menggunakan pola yang sama seperti periode sebelumnya, yaitu membatasi kendaraan berdasarkan angka terakhir pada pelat nomor.

    Pada hari ini Selasa (9/12/2025) bertepatan dengan tanggal ganjil, kendaraan berpelat nomor akhir kendaraan ganjil yakni 1, 3, 5, 7, dan 9 diizinkan melintas di koridor tertentu.

    Sementara, kendaraan berpelat nomor akhir genap yaitu 0, 2, 4, 6, dan 8 disarankan mengatur ulang rencana perjalanan mereka. Ketentuan ini ditetapkan untuk mengendalikan kepadatan lalu lintas yang biasanya meningkat drastis ketika aktivitas masyarakat kembali penuh pada awal minggu.

    Rentang waktu pemberlakuan pembatasan juga tidak berubah. Pengawasan dimulai pada pagi hari pukul 06.00 hingga 10.00 WIB, kemudian dilanjutkan kembali pada sore sampai malam pukul 16.00 hingga 21.00 WIB.

    Di luar rentang waktu tersebut, lalu lintas bersifat bebas sehingga kendaraan dengan pelat nomor berbeda tetap bisa melintas tanpa risiko terkena sanksi. Pengendara yang sering beraktivitas pada jam sibuk disarankan merencanakan mobilitas secara lebih cermat untuk menghindari potensi penundaan.

    Jangan lupa, peraturan ganjil genap Jakarta ini hanya berlaku saat hari kerja Senin sampai Jumat dan tidak berlaku akhir pekan Sabtu Minggu serta tanggal merah hari libur nasional.

    Peraturan ganjil genap Jakarta ini sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 88 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Pergub Nomor 155 Tahun 2018 tentang Pembatasan Lalu Lintas dengan Sistem Ganjil Genap.

    Pelanggaran terhadap kebijakan ganjil genap Jakarta dapat dikenai sanksi berdasarkan Pasal 287 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

    Ancaman hukuman berupa denda maksimal Rp 500.000 atau kurungan paling lama dua bulan tetap berlaku, termasuk bila pelanggaran terdeteksi oleh kamera pengawas yang tersebar di sejumlah titik.

    Selain itu, juga terdapat acuan dari Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 26 Tahun 2022 dan Surat Edaran Menteri Perhubungan Nomor 46 Tahun 2022, yang semuanya menjadi dasar hukum pelaksanaan pengendalian lalu lintas di wilayah Jakarta.

    Penindakan terhadap pelanggar dengan sistem pemantauan berbasis kamera pengawas elektronik atau kamera Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) dan tilang elektronik saat ganjil genap Jakarta berlaku.

    Untuk pengguna mobil yang pelat nomornya tidak sesuai dengan ketentuan tanggal, beberapa langkah sederhana bisa membantu menjaga kelancaran aktivitas. Salah satunya adalah beralih ke transportasi umum.

    Moda seperti MRT, bus, atau KRL dapat menjadi solusi agar perjalanan tetap efisien tanpa harus berhadapan dengan pembatasan. Selain itu, menyesuaikan waktu keberangkatan di luar jam pembatasan bisa menjadi pilihan efektif jika pekerjaan atau aktivitas harian memungkinkan fleksibilitas.

    Bagi yang tetap harus berkendara, aplikasi navigasi digital dapat membantu memantau kepadatan lalu lintas secara langsung. Aplikasi tersebut umumnya memberikan peringatan area yang sedang diberlakukan pembatasan sehingga pengendara dapat menghindari risiko pelanggaran.

    Tidak ada salahnya pula menambahkan waktu ekstra sekitar 20–30 menit sebelum bepergian, terutama pada pagi hari ketika volume kendaraan meningkat signifikan.

    Kebijakan Ganjil-Genap (GaGe) di DKI Jakarta kembali berlaku hari ini, Senin (06/06/2022). Setidaknya pemberlakuan GaGe terjadi di 25 ruas jalan.

  • Kali Ancol Meluap, Jalan RE Martadinata Depan JIS Terendam Rob
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Desember 2025

    Kali Ancol Meluap, Jalan RE Martadinata Depan JIS Terendam Rob Megapolitan 7 Desember 2025

    Kali Ancol Meluap, Jalan RE Martadinata Depan JIS Terendam Rob
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Jalan RE Martadinata
    tepat di depan Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara, kembali terendam rob pada Minggu (7/12/2025) siang.
    Menurut warga setempat, air rob dari
    Kali Ancol
    mulai meluap ke jalan sejak pukul 08.30 WIB.
    “Ini meluap sudah dari pagi, sekitar pukul 08.30 WIB,” ujar Deden (38), salah seorang warga, saat ditemui
    Kompas.com
    di lokasi.
    Pantauan
    Kompas.com
    , genangan air membentang sepanjang 200 hingga 250 meter. Ketinggian air tercatat mencapai 20–30 sentimeter pada pukul 10.30 WIB. Air rob merembes dari bawah tanggul yang retak hingga menggenangi jalan.
    Di sisi kanan jalan, petugas Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Jakarta Utara tampak siaga dengan pompa
    mobile
    untuk menyedot air.
     
    Selain itu, Sudin SDA juga menutup area tanggul retak dengan karung berisi pasir agar aliran air tidak semakin meluas ke jalan.
    Genangan air membuat sebagian pengendara mobil dan motor yang hendak melintas ke arah Stasiun Ancol memilih putar balik.
    Beberapa pengendara nekat melewati Jembatan Ancol untuk menghindari kerusakan kendaraan akibat menerobos banjir di Jalan RE Martadinata.
    Selain jalan, air rob juga mulai menggenangi rel kereta api di samping jalan. Meski demikian, KRL dan kereta barang masih bisa melintas karena ketinggian air di rel baru mencapai sekitar 10 sentimeter, sehingga masih aman dilalui.
    Hingga pukul 11.30 WIB, banjir di Jalan RE Martadinata dilaporkan belum surut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dokter Ortopedi Sebut Tulang Rangka Cowok Beda tapi Tak Berarti Duduknya Harus Ngangkang

    Dokter Ortopedi Sebut Tulang Rangka Cowok Beda tapi Tak Berarti Duduknya Harus Ngangkang

    Jakarta

    Kebiasaan duduk rada ngangkang beberapa pengguna transportasi publik dinilai meresahkan. Bukan hanya memakan space, tapi juga bikin penumpang lain merasa tidak nyaman.

    Tidak selalu, tapi seringkali kebiasaan duduk ngangkang seperti itu dilakukan para cowok. Sebenarnya, apa yang bikin cowok-cowok sesulit itu duduk dengan posisi yang biasa saja?

    “Memang bentuk pinggul pada perempuan dan laki-laki sedikit berbeda,” kata dr Benedictus Deriano, SpOT, AIFO-K, seorang dokter ortopedi, saat berbincang dengan detikcom, Jumat (5/12/2025).

    Perbedaan tersebut, menurut dokter yang akrab disapa dr Ben tersebut antara lain berkaitan dengan fungsi reproduksi. Panggul cewek cenderung lebih lebar karena secara struktur dibutuhkan untuk hamil dan melahirkan.

    Namun demikian, ia menegaskan perbedaan tersebut tidak sampai membuat para cowok tidak bisa duduk normal. Secara anatomi, struktur tulang cowok sangat memungkinkan untuk duduk biasa saja tanpa ada risiko cedera serius.

    “Jadi, pada laki-laki duduk, tidak ada bagian anatomi yang mengharuskan untuk lebih melebar (ngangkang),” tegas dr Ben.

    Sependapat dengan dr Ben, Zizu seorang pengguna KRL Commuter Line juga menganggap kebiasaan duduk ngangkang umumnya bukan sesuatu yang disengaja. Meski memang makan tempat, berdasarkan pengalamannya para penumpang yang duduk agak mengangkang akan segera memperbaiki posisi duduknya ketika diingatkan.

    “Risih sih yang nggak terlalu. Bisa aja, kita tinggal minta duduk,” sarannya jika memang butuh berbagi tempat di bangku panjang.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Buka Puasa saat di KRL-Transjakarta? Simak Aturannya!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dgh/up)

  • Cowok Duduk Ngangkang di Transportasi Umum, Risih atau Biasa Saja? Ini Kata Penumpang

    Cowok Duduk Ngangkang di Transportasi Umum, Risih atau Biasa Saja? Ini Kata Penumpang

    Jakarta

    Pengguna transportasi publik pasti pernah mengalami susahnya mencari bangku untuk duduk. Dalam situasi tersebut, rasanya pasti jengkel sekali jika mendapati ada penumpang lain duduk dalam posisi rada ngangkang sehingga memakan space.

    Tidak hanya bikin susah cari tempat duduk, kebiasaan duduk rada ngangkang yang umumnya dilakukan oleh penumpang cowok tersebut juga bisa bikin penumpang lain merasa tidak nyaman. Kesannya egois banget!

    Salma, seorang pengguna Transjakarta mengaku risih jika menemukan penumpang cowok duduknya tidak bisa rapat. Menurutnya, tempat duduk yang tersedia bisa menampung lebih banyak orang jika para penumpang bisa duduk rapi.

    “Apalagi kalau jam pulang kantor, makin kasian sama yang lain,” keluhnya, saat berbincang dengan detikcom, Jumat (5/12/20205).

    Seorang pengguna KRL ‘Greenline’ jurusan Rangkasbitung-Tanah Abang, Zizu, mengganggap kebiasaan duduk ngangkang yang memakan space bisa dihindari jika semua penumpang punya kesadaran diri. Menurutnya, perilaku semacam itu terkadang muncul tanpa disengaja, terutama saat kelelahan atau membawa banyak barang bawaan.

    Meski kadang merasa terganggu, ia berusaha untuk berempati dengan apapun situasi yang mungkin dialami penumpang lain. Jika memang membutuhkan tempat duduk, maka tinggal minta baik-baik dan biasanya penumpang yang rada ngangkang tersebut langsung memperbaiki posisi duduknya.

    “Kalau lagi sepi atau bukan jam-jam kantor, sebenernya gapapa juga sih. Karena semuanya pasti kan capek yaa,” katanya.

    Shalli, pengguna Transjakarta ‘jalur langit’ CSW-Tegal Mampang juga mengaku tidak nyaman jika melihat penumpang duduk ngangkang ketika kondisi bus sedang ramai. Bukan hanya memakan tempat, menurutnya hal tersebut bisa ‘mengganggu pemandangan’.

    “Mungkin ke depannya untuk memberikan edukasi melalui media sosial, serta meningkatkan awareness dengan hal-hal seperti ini,” katanya.

    Halaman 2 dari 2

    (dgh/up)

  • Prabowo Suntik KAI Rp 5 T Tambah 30 KRL Baru, Kemenhub: Sedang Proses

    Prabowo Suntik KAI Rp 5 T Tambah 30 KRL Baru, Kemenhub: Sedang Proses

    Jakarta

    Kementerian Perhubungan bersama PT Kereta Api Indonesia (Persero) berencana melakukan pengadaan 30 rangkaian kereta (train set) baru untuk memperkuat layanan KRL Commuter Line Jabodetabek.

    Rencana pengadaan rangkaian baru ini didukung Presiden Prabowo Subianto dengan suntikan dana Rp 5 triliun dan ditargetkan rampung setahun

    Dirjen Perkeretaapian Allan Tandiono menjelaskan saat ini proses pengadaan 30 rangkaian KRL baru masih dalam tahap percepatan. Di saat yang bersamaan, pihaknya berencana untuk meningkatkan kapasitas kelistrikan di jalur-jalur kereta yang ada.

    “Terkait tambahan 30 rangkaian ini PT KAI kan sedang proses ya percepatan pengadaannya. Tentunya paralel kita juga perlu tingkatkan kelistrikan yang ada. Sehingga ini semua bisa berjalan paralel,” kata Allan dalam Press Briefing Operasi Penyelenggaraan Angkutan Nataru, Jakarta Pusat, Jumat (5/12/2025).

    Penambahan 30 rangkaian KRL baru ini tidak hanya dimaksudkan untuk mengganti rangkaian lama yang sudah harus pensiun, namun juga untuk menyeragamkan jumlah gerbong di setiap rangkaian KRL menjadi 12.

    “Bukan hanya kereta tua yang perlu diganti dengan kereta baru, tapi terkait satu rangkaian yang sekarang ini kurang dari 12, kalau kita bisa ganti mayoritas rangkaian kereta itu ada 12 gerbong kereta. Itu akan mengangkut lebih banyak penumpang,” ucapnya.

    “Dengan demikian kelistrikannya itu butuh ditingkatkan. Karena daya listrik yang dibutuhkan akan tambah, dan ini yang perlu kita kejar juga bersamaan dengan pengadaan kereta baru oleh PT KAI,” jelas Allan lagi.

    Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menambahkan penambahan 30 rangkaian KRL ini akan didatangkan dari produksi INKA dan impor. Namun ia tidak menjelaskan lebih rinci berapa rangkaian yang diproduksi INKA dan berapa rangkaian yang diimpor.

    “Kalau dilihat dari kemarin KAI membagi ada yang dipesan dari INKA dan juga ada yang dipesan dari luar. Karena mungkin dilihat dari kapasitas produksi yang bisa dilakukan oleh INKA,” terangnya.

    “Harapan kita supaya cepat sehingga masyarakat bisa mendapatkan kereta yang baru. Jadi kami mendorong agar PT KAI dapat segera merealisasikan kereta-kereta yang baru untuk mengganti kereta-kereta yang sudah yang lama. Target Presiden 1 tahun,” kata Dudy.

    Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

    Sebelumnya Presiden Prabowo Subianto menyatakan dirinya telah menyetujui permintaan PT KAI untuk menambah 30 rangkaian kereta baru. Permintaan itu disampaikan langsung Dirut PT KAI Bobby Rasyidin.

    Prabowo mengatakan Bobby mengajukan anggaran senilai Rp 4,8 triliun untuk melakukan pengadaan kereta baru 30 rangkaian secara langsung. Rinciannya per rangkaian butuh US$ 9 juta atau sekitar Rp 150 miliar.

    Namun, karena kereta menjadi kebutuhan masyarakat Prabowo justru melebihkan alokasinya, dari Rp 4,8 triliun ditambah jadi Rp 5 triliun. Namun di saat yang bersamaan dirinya menargetkan waktu pengadaan KRL baru itu maksimal 1 tahun.

    “Satu rangkaian butuh uang US$ 9 juta. Benar? Beliau ajukan totalnya Rp 4,8 triliun. Saya setujui bahkan akan saya alokasikan. Bahkan beliau mengajukan Rp 4,8 T. Saya setujui tidak Rp 4,8 T, tapi Rp 5 T saya setujui. Kalau untuk rakyat banyak, saya tidak ragu-ragu,” tegas Prabowo saat meresmikan Stasiun Tanah Abang Baru, Jakarta Pusat, Selasa (4/11/2025).

    “Bisa berapa bulan, Dirut KAI? Berapa? Ini didengar loh. 6 bulan? Sudah lah kita kasih 1 tahun. Nanti dia stres tidak bisa tidur ya kan? Kalau kau bisa 6 bulan, oke. Tapi 1 tahun harus. Ini rakyat yang saksi ya,” kata Prabowo lagi menekankan.

    Halaman 2 dari 2

    (igo/hns)

  • Stasiun Karet-BNI City dan JIS Ditarget Beroperasi Sebelum Nataru

    Stasiun Karet-BNI City dan JIS Ditarget Beroperasi Sebelum Nataru

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menargetkan pembukaan Stasiun JIS dan integrasi Stasiun Karet—BNI City dilakukan sebelum Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). 

    Pemerintah berencana untuk mengintegrasikan Stasiun Karet dengan BNI City. Alhasil, nantinya naik turun penumpang tidak lagi dilakukan di Stasiun Karet, tetapi di Stasiun BNI City, tanpa menutup Stasiun Karet. 

    “[Sebelum Nataru] Kami usahakan [dibuka]. Saya juga lagi ngejar yang di Stadion JIS. Janjinya kan Desember [dibuka],” ujarnya dalam Media Briefing, Jumat (5/12/2025). 

    PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI pun telah melakukan sejumlah renovasi untuk menyambungkan Stasiun Karet dengan BNI City, termasuk pemasangan kanopi, agar penumpang dapat dengan nyaman berjalan. 

    Sejatinya, Dudy mengharapkan adanya dua pintu masuk ke BNI City dari arah Karet, yakni arah Manggarai maupun Tanah Abang. Namun, kondisi tanah untuk arah Manggarai, tidak memungkinkan dibuat sambungan. 

    “Jadi kalau teman-teman yang dari Tanah Abang yang masuk dari Karet, tetap dibuka, jadi bisa jalan, tetapi naik keretanya BNI. Jadi agak sedikit jalan lah,” tuturnya. 

    Dudy melihat integrasi ini pun selayaknya yang terjadi di Stasiun Tanah Abang yang baru dan lama. Sejumlah kereta berhenti di Stasiun Tanah Abang Baru, dan penumpang yang akan menggunakan Green Line atau arah Rangkasbitung harus berjalan ke stasiun lama. 

    Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Allan Tandiono menyampaikan bahwa pihaknya terus berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT KAI. 

    Saat ini, integrasi masih dalam tahap pengerjaan peningkatan fasilitas pejalan kaki, yang dikerjakan bersama Pemprov dan PT KAI. Pasalnya, jalur pejalan kaki tersebut milik Pemprov DKI Jakarta. 

    Nantinya, para penumpang KRL yang akan menuju JL. KH Mas Mansyur dapat keluar dari sisi Stasiun Karet, sementara bagi yang akan menuju Sudirman dapat melalui BNI City. 

    Allan menegaskan bahwa integrasi ini sebagai langkah untuk mengurai kepadatan yang terjadi di Stasiun Karet. 

    “[Dibukanya] ini tergantung peningkatan. Jadi Pemprov DKI dan juga PT KAI sedang melakukan langkah percepatan untuk meningkatkan kenyamanan,” tuturnya. 

    Sebelumnya, Bisnis mencoba menyusuri peron penghubung dua stasiun tersebut. Waktu tempuh dari pintu masuk Stasiun Karet ke BNI City memakan sekitar 5 menit dengan berjalan santai. Jarak itu mungkin tak terasa jauh, tetapi cukup untuk membuat napas sedikit tersengal bila harus mengejar jadwal kereta di bawah panas matahari pada siang hari. 

    Stasiun BNI City memang lebih modern. Peronnya lebar, gerbang tiketnya terdapat lima buah yakni empat untuk umum dan satu khusus kereta bandara. Setiap rangkaian KRL bisa berhenti penuh di sana, berbeda dengan Stasiun Karet yang sebagian peronnya masih pendek.