Jokowi Sebut Kereta Whoosh Bukan Cari Laba, Pengamat Transportasi: Persoalannya KAI Enggak Sanggup Tanggung Rp 2,2 Triliun
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com –
Pengamat transportasi dari Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menyoroti sejumlah aspek pembangunan dan operasional Kereta Cepat Whoosh Jakarta–Bandung.
Mulai dari skema pembiayaan, tarif, hingga rute yang tidak langsung menghubungkan pusat kota.
Djoko menilai proyek kereta cepat sebaiknya diposisikan sebagai prototipe, bukan sebagai prioritas nasional, mengingat daya beli masyarakat dan kebutuhan transportasi di luar Pulau Jawa yang dinilai lebih mendesak.
“Persoalannya yang nanggungnya itu PT Kereta Api Indonesia (KAI), itu yang jadi berat karena sebenarnya dia enggak sanggup lah sebesar itu Rp 2,2 triliun. Tapi kalau masuk APBN, saya juga enggak setuju. APBN itu jangan hanya bangun untuk di Jawa, di luar Jawa juga butuh. Lebih tepat memang itu ya (dikelola) di Danantara,” ujar Djoko saat dihubungi, Senin (27/10/2025).
Menurutnya, pembiayaan proyek Whoosh melalui skema Danantara lebih tepat dibandingkan membebani APBN.
Ia menilai opsi pendanaan dari anggaran negara tidak adil bagi wilayah lain yang juga membutuhkan pembangunan transportasi.
Djoko menjelaskan, skema konsesi jangka panjang seperti pada jalan tol dapat diterapkan dalam pengelolaan Whoosh.
Ia mencontohkan praktik di Belanda yang bahkan mencapai 100 tahun masa konsesi.
Terkait tarif, Djoko menilai harga ideal tiket Rp 750.000 belum bisa diterapkan saat ini karena daya beli masyarakat belum mendukung.
“Masalahnya bukan soal perubahan perilaku masyarakat, tapi kemampuan ekonomi untuk menggunakan fasilitas tersebut,” ujarnya.
Djoko pun menyarankan agar kenaikan tarif dilakukan bertahap, menyesuaikan kondisi ekonomi masyarakat agar tidak memberatkan pengguna.
Lebih lanjut, Djoko mengkritik rute Kereta Cepat Whoosh yang tidak menghubungkan pusat kota seperti di negara lain.
Rute yang dimulai dari Stasiun Halim (Jakarta) dan berakhir di Tegalluar (Bandung) disebut menyulitkan penumpang karena harus berpindah moda transportasi untuk mencapai pusat kota.
“Whoosh ini dari awal juga saya bilang ini aneh kereta cepat Indonesia. Di luar negeri kereta cepat dari tengah kota menuju pusat kota, kita enggak dari pinggir kota menuju pinggir kota. Coba berangkatnya dari Manggarai atau Gambir masuk tengah Bandung,” lanjutnya.
Menanggapi wacana perpanjangan jalur Whoosh hingga Surabaya, Djoko menilai hal itu tidak mendesak karena Pulau Jawa sudah memiliki konektivitas kuat melalui jalan tol dan kereta konvensional.
Ia menilai pembangunan jalur baru berisiko mematikan moda transportasi lain, termasuk pesawat dan kereta logistik.
“Justru Jawa itu yang dibutuhkan sekarang angkutan perkotaan, angkutan perdesaan, lalu integrasinya, dan yang keempat (KAI) dapat mengaktifkan jalan rel. Sudah itu saja. Kalau Whoosh dibangun sampai di Surabaya, ada yang dimatikan. Pesawat mati. Padahal bandaranya sudah investasi dan sudah terbangun,” ujarnya.
Djoko mendorong pemerintah untuk mengalihkan fokus pembangunan transportasi ke luar Jawa, seperti Aceh dan wilayah selatan Indonesia yang belum memiliki sistem perkeretaapian memadai.
“Sudah selesai cukup Jakarta–Bandung prototipe-nya kan. Pokoknya kita punya aja lah kereta cepat walaupun pendek. Meskipun enggak efisien kan ya sudah,” tuturnya.
Sebelumnya, Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh dibangun bukan untuk mencari keuntungan finansial, melainkan sebagai investasi sosial bagi masyarakat.
Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi saat ditemui di Mangkubumen, Banjarsari, Kota Solo, pada Senin (27/10/2025).
Jokowi menjelaskan, pembangunan dan operasional Whoosh berawal dari masalah kemacetan parah yang telah melanda wilayah Jabodetabek dan Bandung selama 20 hingga 40 tahun terakhir.
“Dari kemacetan itu negara rugi secara hitung-hitungan. Kalau di Jakarta saja sekitar Rp 65 triliun per tahun. Kalau Jabodetabek plus Bandung kira-kira sudah di atas Rp 100 triliun per tahun,” ujar Jokowi.
Menurutnya, kerugian ekonomi akibat kemacetan menjadi pendorong utama pemerintah membangun berbagai moda transportasi massal, seperti KRL, MRT, LRT, Kereta Bandara, hingga Whoosh.
“Tujuannya agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal sehingga kerugian akibat kemacetan dapat ditekan,” jelas Jokowi.
Jokowi menegaskan, prinsip dasar pembangunan transportasi massal bukan untuk mencari laba, melainkan untuk memberikan layanan publik.
“Prinsip dasar transportasi massal itu layanan publik, bukan mencari laba. Jadi, transportasi umum tidak diukur dari keuntungan finansial, tetapi dari keuntungan sosial,” tegasnya.
Menurut Jokowi, keuntungan sosial yang dimaksud meliputi penurunan emisi karbon, peningkatan produktivitas masyarakat, pengurangan polusi udara, serta efisiensi waktu tempuh.
“Di situlah keuntungan sosial dari pembangunan transportasi massal. Jadi, kalau ada subsidi, itu adalah investasi, bukan kerugian seperti MRT,” ujarnya.
Jokowi menilai pembangunan proyek seperti Whoosh adalah langkah jangka panjang untuk menciptakan sistem transportasi yang efisien, ramah lingkungan, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, bukan keuntungan semata.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Produk: KRL
-
Kabar Baik! Jawa Tengah Bakal Punya KRL, Ini Bocoran Rutenya
Bisnis.com, JAKARTA — PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI mengungkap rencana pengembangan jaringan kereta berbasis listrik atau commuterline (KRL) di wilayah Jawa Tengah.
Executive Vice President (EVP) of Corporate Secretary, KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji menjelaskan Pengembangan KRL itu bakal menghubungkan wilayah industri dan permukiman di sekitar Jawa Tengah. Salah satunya, seperti relasi Semarang – Batang – Pekalongan serta arah timur menuju Demak.
“Pola perjalanan pekerja di Jawa Tengah cukup dinamis. Dengan adanya sistem commuter line, mobilitas tenaga kerja dapat terlayani dengan lebih baik sekaligus mengurangi ketergantungan pada transportasi jalan raya,” kata Raden Agus dalam keterangan resmi, Minggu (26/10/2025).
Selain itu, PT KAI juga berencana untuk mengembangkan jaringan rel untuk mendukung ekosistem logistik di Jawa Tengah. Di mana, wacana tersebut telah dilakukan pembahasan dengan Gubernur dan Bupati setempat.
“Ada dua hal utama yang tadi dibahas bersama Gubernur dan Bupati Batang. Pertama, rencana pembangunan dry port untuk mendukung angkutan logistik terpadu di wilayah Jawa Tengah. Kedua, pengembangan sistem aglomerasi transportasi penumpang agar mobilitas masyarakat dan pekerja dapat terlayani dengan lebih baik,” ujar Agus.
Dia menambahkan, pembangunan dry port di wilayah Kabupaten Batang merupakan langkah strategis dalam mengantisipasi pesatnya pertumbuhan kawasan industri di Jawa Tengah.
Saat ini, sejumlah kawasan industri seperti Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang, Kawasan Industri Kendal, dan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) menunjukkan perkembangan signifikan dengan potensi ratusan tenant besar yang membutuhkan dukungan logistik efisien dan berkelanjutan.
Dia merinci, pengangkutan barang menggunakan moda kereta api memiliki keunggulan efisiensi yang signifikan dibandingkan transportasi jalan raya.
Sementara dari sisi konsumsi bahan bakar, angkutan berbasis rel juga diklaim 6–8 kali lebih hemat dibandingkan moda truk, sehingga dapat menekan biaya logistik nasional sekaligus mendukung pengurangan emisi karbon.
“Efisiensi ini menjadi alasan kuat mengapa kami ingin memperkuat jaringan logistik berbasis rel. Ke depan, dry port yang akan dibangun di Batang akan dirancang semodern mungkin dengan sistem bongkar muat (loading dan unloading) yang cepat, aman, dan terintegrasi dengan kawasan industri di sekitarnya,” imbuhnya.
-

Kereta Cepat China Ukir Rekor Dunia, Picu Diskusi Panas Netizen
Jakarta –
Prototipe kereta cepat China, CR450, baru-baru ini mencetak rekor dunia sebagai kereta api berkecepatan tinggi tercepat dengan angka 453 kilometer per jam selama pengujian. Keberhasilan ini memicu diskusi hangat di kalangan netizen, terutama di Korea Selatan, setelah media setempat melaporkan prestasi tersebut.
Dengan laju melampaui kereta tercepat China saat ini, CR400, yang beroperasi pada 350 km/jam, CR450 menegaskan posisi Negeri Tirai Bambu sebagai pemimpin dalam teknologi kereta api berkecepatan tinggi.
Kecepatan CR450 yang mencapai 453 km/jam ini unggul 103 km/jam dibandingkan CR400 dan jauh melampaui kereta cepat Korea Selatan, KTX-Sancheon, yang memiliki kecepatan maksimum 305 km/jam. Diskusi di media sosial Korea mencuatkan beragam pandangan.
Seorang netizen memuji, “Teknologi kereta api berkecepatan tinggi China memang terdepan di dunia.” Namun, ada pula yang berkomentar, “China punya wilayah luas dan bisa berlari kencang. Korea Selatan kecil dan tidak perlu kecepatan seperti itu.”
Saat ini, CR450 sedang menjalani tahap “penilaian operasional” untuk memastikan kelayakannya sebelum digunakan untuk mengangkut penumpang. Menurut persyaratan teknis, kereta ini harus menempuh jarak 600.000 kilometer dengan memenuhi sejumlah indikator kinerja. Proses ini menjadi langkah krusial untuk memastikan keandalan dan keamanan CR450 dalam operasional sehari-hari.
Dari segi desain, CR450 memiliki kepala lokomotif yang lebih panjang, mencapai 15 meter, dibandingkan 12,5 meter pada kereta berkecepatan 350 km/jam. Desain kepala lokomotif yang lebih tajam dan tipis ini mampu mengurangi hambatan udara secara signifikan.
Selama lima tahun terakhir, tim peneliti dan pengembang (R&D) China telah bekerja keras untuk meningkatkan efisiensi aerodinamis. Dengan pengurangan hambatan sebesar 0,1% sebagai unit terkecil, mereka berhasil menekan hambatan keseluruhan kereta hingga 22%.
Keunggulan CR450 juga terlihat pada akselerasinya. Kereta ini hanya membutuhkan waktu 4 menit 40 detik untuk mencapai kecepatan 350 km/jam dari posisi diam, jauh lebih cepat dibandingkan kereta Fuxing yang membutuhkan 6 menit 20 detik. Artinya, siklus akselerasi CR450 dipersingkat hingga 100 detik, menunjukkan peningkatan signifikan dalam performa.
Prototipe CR450 terdiri dari dua model, yaitu CR450AF dan CR450BF, yang masing-masing diproduksi oleh CRRC Sifang Co., Ltd. dan Changchun Railway Vehicles Co., Ltd. Mengusung formasi 8 gerbong dengan konfigurasi 4 gerbong penggerak dan 4 gerbong belakang, CR450 dilengkapi dengan fasilitas modern seperti kursi bisnis, ruang pribadi multifungsi, kursi kelas satu, dan kursi kelas dua.
Kereta Cepat China KRL CR450 Foto: MyDrive
Selain itu, kereta ini menawarkan pengurangan bobot sebesar 10%, penurunan kebisingan interior hingga 2 desibel, peningkatan indeks kenyamanan, dan ruang layanan kompartemen penumpang yang bertambah 4%.
Keberhasilan CR450 ini tidak hanya menegaskan dominasi Tiongkok dalam teknologi kereta api berkecepatan tinggi, tetapi juga memperkuat posisinya dalam persaingan global di bidang transportasi modern. Dengan desain inovatif dan performa luar biasa, CR450 berpotensi mengubah standar industri kereta cepat di masa depan.
(afr/afr)
-
/data/photo/2014/07/09/092245420140522-120825780x390.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
6 Kala Gerbong Perempuan Malah Jadi Momok Penumpang Wanita Megapolitan
Kala Gerbong Perempuan Malah Jadi Momok Penumpang Wanita
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com –
Gerbong khusus perempuan di rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) semula dirancang sebagai ruang aman bagi penumpang wanita.
Namun, bagi sebagian pengguna, kenyamanan di gerbong ini justru dirasakan semakin menurun, terutama pada jam sibuk ketika arus penumpang membludak.
Widya (33), penumpang asal Stasiun Cikoya, mengaku lebih memilih gerbong umum karena suasananya terasa lebih tertib.
“Walaupun saya perempuan, saya lebih nyaman di gerbong umum soalnya perempuan itu suka lebih ganas,” ujar Widya saat ditemui di Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2025).
Menurutnya, situasi di gerbong khusus perempuan sering kali tidak kondusif saat jam sibuk.
“Mungkin sama-sama enggak mau ngalah kali ya, jadi suasananya cepet-cepetan masuk,” tambahnya.
Meski demikian, Widya tidak menampik bahwa keberadaan gerbong perempuan tetap penting.
Namun, efektivitasnya menurun saat kepadatan penumpang meningkat akibat keterlambatan perjalanan.
“Sebenarnya efektif, cuman karena padet akibat keterlambatan jadi mereka enggak ada yang mau ngalah,” katanya.
Pandangan serupa disampaikan Nurin (20), penumpang dari Rangkasbitung.
Ia menilai gerbong khusus perempuan memberikan rasa aman lebih baik, namun lokasi gerbong di ujung rangkaian membuatnya sulit dijangkau, terutama saat stasiun sedang padat.
“Kalau saya biasanya sih tetap di gerbong umum ya soalnya kalau wanita itu harus jalan lagi ke ujung, jadi jauh,” kata Nurin.
Ia berharap PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dapat menambah jumlah gerbong agar penumpang lebih tersebar dan tidak saling berebut ruang.
“Berharap KRL itu ditambahin lagi gerbongnya, jadi lebih banyak lagi,” ujarnya.
Tim
Kompas.com
yang menjajal langsung KRL
green line
pada Kamis (23/10/2025) pagi di Stasiun Pondok Ranji, Ciputat, menemukan kondisi padat yang hampir tak tertahankan.
Hingga pukul 08.00 WIB, penumpang terus berdesakan untuk masuk ke kereta yang sudah penuh bahkan sebelum tiba di peron.
Petugas keamanan tampak mendorong penumpang agar bisa masuk ke gerbong terakhir sebelum pintu tertutup.
Begitu berada di dalam, udara panas bercampur keringat segera terasa menyengat, sementara pendingin udara tak mampu menandingi rapatnya tubuh-tubuh yang berdiri.
Beberapa penumpang hanya bisa bertahan sambil berpegangan pada tiang, sementara lainnya bahkan tak sempat berpegangan karena ruang yang begitu sempit.
Kepadatan semakin parah ketika kereta berhenti di Stasiun Kebayoran. Meski petugas berulang kali mengimbau agar penumpang tidak memaksakan diri naik, antrean tetap tak surut.
“Hati-hati bagi penumpang dan tidak memaksakan diri saat menaiki kereta,” bunyi pengumuman dari pengeras suara stasiun.
Namun, imbauan itu sulit diindahkan. “Kalau enggak maksa sekarang, bisa telat banget sampai kantor,” ujar Dita (27), pegawai swasta yang setiap hari harus menempuh perjalanan dari selatan Jakarta ke pusat kota.
Yeni (29), penumpang lain, mengaku sudah menunggu hampir satu jam sebelum akhirnya berhasil naik.
“Dari jam 07.10 WIB baru naik tadi. Hampir sejam nunggu, enggak tahu ini kenapa, biasanya juga enggak kayak gini,” katanya.
Ia yang bekerja di Matraman menyebut, keterlambatan dan kepadatan berulang membuat perjalanan terasa semakin melelahkan.
“Enggak buru-buru cumanya kalau enggak maksa masuk, bisa telat sampai kantor,” ujar Yeni.
Bagi pengguna KRL
green line
, desakan dan antrean panjang sudah menjadi rutinitas. Iqbal (34), penumpang dari Ciputat, mengatakan situasi serupa terjadi hampir setiap hari.
“Setiap pagi begini. Apalagi kalau mau ke arah Tanah Abang, pasti padat banget,” ucapnya.
Ia berharap pemerintah dan KAI Commuter segera menambah rangkaian kereta agar kapasitas lebih memadai.
“Kalau bisa ada penambahan gerbong biar enggak numpuk-numpuk gini,” ujarnya.
Keluhan serupa disampaikan kembali oleh Widya. Menurutnya, sejumlah titik seperti Stasiun Rawabuntu dan Sudimara sering menyebabkan antrean panjang karena gangguan sistem tap in.
“Kadang
tap
-nya itu suka lama, kaya jadi telat begitu, enggak tahu karena enggak ada sinyal atau gimana. Jadi, dia numpuk di stasiun tersebut,” jelasnya.
Ia menambahkan, waktu tempuhnya bisa molor hingga 30 menit dari biasanya. Meski begitu, ia tetap mengandalkan KRL sebagai moda transportasi tercepat.
“Cukup puas sih, cuma memang harus siap desak-desakan. Paling riskannya itu kalau keterlambatan kereta, sekarang sudah tiga hari gini terus,” katanya.
(Reporter: Intan Afrida Rafni | Editor: Tim Redaksi)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

KRL Rangkasbitung-Tanah Abang Gangguan Imbas Kereta Anjlok, Cek Rekayasa Rute!
Bisnis.com, JAKARTA — PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter mengumumkan tengah terjadi gangguan perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL) Tanah Abang – Rangkas Bitung akibat insiden kereta anjlok pada Rabu (22/10/2025).
Kejadian tersebut menyebabkan perjalanan KRL Line Tanah Abang-Rangkasbitung hanya dapat dilayani di jalur 4 Stasiun Rangkasbitung secara bergantian.
“Untuk mengurangi keterlambatan, ΚΑΙ Commuter juga akan melakukan rekayasa perjalanan,” kata manajemen KAI Commuter di akun Instagram resmi, dikutip Rabu (22/10/2025).
Dalam rekayasa tersebut, KAI Commuter menetapkan perjalanan Commuter Line Rangkasbitung hanya sampai Stasiun Citeras untuk kembali ke Stasiun Tanah Abang.
Sejalan dengan itu, KAI Commuter mengimbau agar penumpang memperhatikan hal tersebut. Selain itu, penumpang juga diminta untuk dapat senantiasa mengikuti arahan yang disampaikan petugas dilapangan.
“Kami imbau pengguna untuk tetap mengutamakan keselamatan dan ikuti arahan petugas. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya,” pungkas KAI Commuter.
Hingga saat ini belum diketahui pasti apa penyebab anjloknya KRL tersebut. KAI Commuter juga belum mengumumkan secara resmi kapan insiden itu terjadi.
Hanya saja insiden anjloknya KRL itu mulai beredar di social media pada sekitar pukul 13.00 WIB. Dalam video yang beredar,tampak posisi ambles KRL berada take jauh Dari sebuah stasiun.
-

Pramono resmikan “Bunda Clinic” di Stasiun MRT Dukuh Atas
Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo meresmikan “Bunda Clinic” di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas, Jakarta Pusat untuk mempermudah para pengguna moda transportasi publik, komuter, pekerja, dan warga sekitar dalam mengakses layanan kesehatan.
“Saya sangat berbahagia hari ini bisa menambah fasilitas baru di MRT untuk pengecekan kesehatan secara cepat. Kehadiran klinik ini merupakan langkah nyata menghadirkan layanan kesehatan yang dekat, mudah dijangkau, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat urban,” kata Pramono di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Rabu.
“Bunda Clinic” merupakan hasil kolaborasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, PT MRT Jakarta, dan PT Bundamedik Tbk, yang menghadirkan inovasi layanan kesehatan di kawasan integrasi transportasi publik Jakarta.
Menurutnya, lokasi klinik sangat strategis karena kawasan Dukuh Atas merupakan titik pertemuan berbagai moda transportasi yang menghubungkan MRT, KRL, LRT, Transjakarta, dan jaringan BRT.
Data MRT Jakarta mencatat lebih dari 122.000 pengguna memanfaatkan moda transportasi umum terintegrasi di kawasan ini setiap hari.
“Kesehatan masyarakat adalah pondasi utama kualitas hidup perkotaan. Klinik ini bukan sekadar fasilitas kesehatan baru, tetapi simbol perubahan paradigma bahwa mobilitas dan kesehatan dapat berjalan beriringan,” kata Pramono.
Dengan mobilitas masyarakat yang tinggi, kehadiran “Bunda Clinic” MRT Dukuh Atas menjadi terobosan dalam memberikan layanan kesehatan bagi warga Jakarta.
Pramono berharap, kehadiran “Bunda Clinic” menjadi model layanan kesehatan perkotaan yang bisa direplikasi di berbagai stasiun transportasi publik strategis lainnya di Jakarta.
“Inilah contoh bagaimana kita membangun kota yang berpusat pada manusia dan mendukung penerapan konsep Fifteen-Minute City, di mana warga dapat mengakses layanan publik dengan mudah dan cepat,” ujar Pramono.
Pramono pun menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah bersinergi dalam menghadirkan layanan ini. “Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan terus mendukung kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota global yang sehat, inklusif, dan berdaya saing,” katanya.
Sementara itu, Komisaris Utama PT Bundamedik Tbk, Dr. dr. Ivan Rizal Sini, menyampaikan, klinik ini menyediakan berbagai layanan pemeriksaan kesehatan umum, medical check-up, layanan “wellness”, hingga infus vitamin untuk menjaga stamina.
Dalam momentum peresmian ini, RS Bunda juga menyediakan 100 mini medical check-up gratis bagi pengguna MRT.
“Kami ingin masyarakat bisa dengan mudah mengetahui kondisi kesehatannya. Misalnya, ketika seseorang ingin tahu kadar gula atau tekanan darahnya, cukup datang ke klinik ini dan langsung bisa diperiksa dengan cepat,” jelas Ivan.
Ivan menambahkan, Bunda Clinic MRT Dukuh Atas merupakan bagian dari komitmen jangka panjang PT Bundamedik untuk mendukung program Pemprov DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memperkuat ekosistem kota sehat.
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
/data/photo/2025/09/20/68ce256611c99.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)


/data/photo/2025/10/27/68ff183278963.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5313017/original/056663700_1754981087-ten3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)