Produk: Kredit Usaha Rakyat (KUR)

  • Taman Indah di Rumah Karya UMKM Binaan BRI

    Taman Indah di Rumah Karya UMKM Binaan BRI

    Jakarta, Beritasatu.com – Di tengah hiruk-pikuk kota Bekasi yang sibuk, ada sebuah oase ketenangan yang menyambut siapa saja yang ingin sejenak melupakan kesibukan sehari-hari. Sebuah taman indah yang baru saja selesai dibangun pelaku UMKM binaan BRI yang bergerak di bidang jasa pembuatan taman.

    Taman ini menghadirkan paduan sempurna antara elemen alam yang segar dan desain yang estetis. Sebuah kolam mini dengan gemercik air yang menghadirkan suasana menenangkan. Di sekitar kolam dihiasi rumput hijau yang rapi dan tanah yang subur. Sungguh pemandangan yang alami. 

    Bunga-bunga dengan berbagai warna turut memperindah taman. Setiap jenis bunga dipilih dengan cermat oleh Anwar, pemilik UMKM binaan BRI, untuk menghasilkan kombinasi warna yang menyegarkan mata.

    “Taman ini saya buat sesuai permintaan pemilik rumah yang ingin menjaga estetika dan keindahan alam di dalam rumah,” ujar Anwar kepada Beritasatu.com beberapa waktu lalu.

    Setiap sudut taman ini dirancang dengan teliti, sehingga menghadirkan ruang yang sempurna untuk bersantai atau sekadar menikmati suasana. 

    Terkadang ada juga yang meminta dibuatkan gazebo mini untuk bersantai di rumah. “Saya membuat dengan kualitas yang baik karena saya percaya taman adalah tempat bagi orang untuk merasakan kedamaian dan keindahan alam, meskipun di tengah kota yang sibuk,” tambahnya.

    Keindahan taman bukan hanya terletak pada desain, juga pada upaya merawat taman tersebut. Dengan menggunakan bahan berkualitas dan teknik yang ramah lingkungan, taman ini mampu bertahan dalam waktu lama tanpa mengurangi keindahannya.

    “Saya kasih garansi 2 bulan dan seminggu sekali kunjungan untuk perawatan. Kalau ada yang mati, kami pasti ganti,” jelasnya.

    Pengerjaan dengan kualitas baik dan perawatan rutin akan membuat pemilik puas. Hasil yang memuaskan otomatis menjadi sarana pemasaran gratis untuk usahanya.

    “Kalau pemilik taman puas, dia pasti akan merekomendasikan kepada orang lain. Ini adalah pemasaran ampuh. Promosi dari mulut ke mulut itu lebih bagus karena langsung bisa melihat hasilnya,” jelasnya.

    Selain menjual jasa pembuatan taman, penyediaan rumput dan bunga, gazebo, dan kolam mini, Anwar juga menyediakan relief tebing. Pembelinya berasal dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, hingga Karawang.

    Besarnya usaha Anwar tidak terlepas dari peran BRI dalam program kredit usaha rakyat (KUR). Pada 2017, saat mendapatkan proyek dengan nilai besar, Anwar kehabisan modal. Saat itu, klien hanya mampu memberikan uang muka 30 persen. Anwar pun langsung mengajukan KUR Rp 25 juta. 

    Pinjaman tersebut digunakan untuk modal operasional dan berbagai kebutuhan usaha. Setelah 2 tahun lunas, Anwar kembali mengajukan pinjaman Rp 100 juta. Dengan manajemen yang kini lebih baik, dia telah memiliki mobil pikap untuk pengiriman dan operasional.

    “Sangat terbantu oleh BRI. Saya transaksi juga selalu menggunakan BRI Mobile. Bisa langsung dicek,” katanya.

    Langkah yang dilakukan Anwar sejalan dengan program “BRI Menanam – Grow & Green”. BRI memiliki komitmen besar dalam upaya nyata melawan perubahan iklim. Bank BUMN ini terus berkontribusi melalui program yang dirancang untuk tidak hanya menjaga keasrian alam, tetapi memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.

    Dalam program itu, BRI menanam lahan kritis seluas 28 hektare dengan menyalurkan bantuan 2.500 bibit tanaman durian yang telah ditanam sejak Juni 2023. Tak hanya itu, program ini juga berhasil menyerap 2.987 kg karbon dioksida per tahun, sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga di Tanjung Prepat, Berau, Kalimantan Timur.

    Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan sebagai upaya meningkatkan geliat ekonomi, pada tahun ini pemerintah akan mengucurkan KUR sampai Rp 300 Triliun. Hal itu dilakukan sebagai upaya mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2028.

    Airlangga Hartarto juga menyebut UMKM, termasuk binaan BRI, memiliki peran penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8 persen yang menjadi target Presiden Prabowo Subianto. Jumlah UMKM saat ini mencapai 99 persen atau 64 juta unit usaha, dan kontribusinya mencapai 60 persen terhadap PDB dengan penyerapan tenaga kerja 97 persen.

  • Nenek 75 Tahun Sukses Bangun Usaha Olahan Lidah Buaya

    Nenek 75 Tahun Sukses Bangun Usaha Olahan Lidah Buaya

    Jakarta, Beritasatu.com – Kisah inspiratif datang dari berbagai pihak, termasuk Warsiti, seorang nenek berusia 75 tahun yang berhasil mengembangkan usaha olahan tanaman lidah buaya (Aloe vera) dari nol hingga berhasil menjualnya ke berbagai daerah di Indonesia.

    Meski usianya kini 75 tahun, semangat nenek Warsiti untuk terus berinovasi dan memperkenalkan produk lokal tidak pernah surut. Kegigihannya patut menjadi inspirasi, terutama bagi generasi muda, untuk tidak takut mengejar impian dan berani memulai dari yang kecil. Tekad dan usaha yang gigih membuat segala hal mungkin tercapai.

    Warsiti memulai bisnis dari usaha membuat pupuk organik dari sampah-sampah dapur rumah tangga pada 2006. Dia lalu mencoba menanam lidah buaya karena memiliki beragam manfaat. Ia tak mengira pupuk organiknya membuat tanaman lidah buaya tumbuh subur.

    “Awalnya iseng-iseng ya, dari lima pot, kemudian saya ajak tetangga juga menanam,” katanya.

    Seiring bertambahnya waktu dan banyaknya lidah buaya, Warsiti mulai berinovasi dan mencoba mengolahnya menjadi minuman sesuai dengan literatur yang ia baca.

    Warsiti yang tergabung dalam kelompok wanita tani mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan pihak kecamatan. Warsiti pun mencoba membuat serbuk lidah buaya. Dia berkali-kali gagal membuatnya hingga akhirnya berhasil. Serbuk lidah buaya pun dijual. Tak disangka, lidah buaya di tangannya laku terjual hingga menemukan harapan besar memajukan ekonominya.

    Dia pun mengajak tetangga untuk membudidayakan lidah buaya karena memiliki nilai ekonomi. Beberapa orang tertarik untuk bergabung.

    Untuk mengembangkan usahanya, Warsiti membutuhkan modal. Dia mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) ke PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebesar Rp 5 juta. Modal itu digunakan untuk membeli bahan baku dan pengemasan.

    Tidak hanya mendapat modal kerja, Warsiti mengaku kerap diajak mengikuti pameran yang digelar oleh bank BUMN tersebut. Kesempatan itu digunakan untuk menawarkan produk lidah buayanya. Akhirnya pada 2010, rekan Warsiti yang merupakan agen obat herbal bersedia mendistribusikan produk lidah buayanya.

    Semula, dia membuat kemasan serbuk lidah buaya dalam botol berukuran 150 mililiter (ml). Kemudian, ada permintaan untuk membuat kemasan 250 ml. Pasokan utama lidah buaya produksinya berasal dari tetangganya. Ia membelinya dengan harga bervariasi, tergantung kualitasnya, mulai Rp 3.000 per kg sampai Rp 7.000 per kg.

    Sertifikat HKI

    Warsiti aktif mengikuti pelatihan dan pameran UMKM yang digagas BRI serta lembaga lain. Bahkan, dia sempat mengikuti pameran produk di mancanegara, seperti di Brunei Darussalam dan Singapura. Atas pengalaman panjangnya, Warsiti mendirikan toko bernama FaFa, diambil dari nama depan kedua cucunya.

    Produk lidah buaya Warsiti telah mendapat sertifikasi Halal. Ia lalu mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat hak kekayaan intelektual (HKI) pada 2015. Masa berlakunya 10 tahun dan saat ini sedang dalam proses perpanjangan. Pada 2020, Warsiti mendirikan perseroan terbatas (PT) perorangan dengan nama PT Ummi Aloe Vera Indonesia.

    Dia pun terus berinovasi dengan lidah buaya. Produk minuman segar lidah buaya hingga beberapa jenis makanan ringan yang mengandung lidah buaya ikut dipasarkan. Serbuk instan lidah buaya dijual dengan harga Rp 30.000, sari lidah buaya ukuran 0,5 kg Rp 20.000, dan minuman Rp 10.000 per botol.

    “Penghasilan dari serbuk lidah buaya sekitar Rp20 juta per bulan,” katanya.

    Warsiti juga sudah mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2023. Izin edar ini berlaku selama 5 tahun. 

    Nenek berusia 75 tahun ini ingin mewarisi bisnis lidah buaya kepada cucu pertamanya. Saat ini, sang cucu kerap mendampinginya dalam berbagai pertemuan UMKM. Bahkan, cucunya pernah mengikuti pameran produk UMKM di Turki pada 2020.

    Peran UMKM

    Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut UMKM memiliki peran penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8 persen yang menjadi target Presiden Prabowo Subianto. Jumlah UMKM saat ini mencapai 99 persen atau 64 juta unit usaha, dan kontribusinya mencapai 60 persen terhadap PDB dengan penyerapan tenaga kerja 97 persen.

    Sebagai upaya mendongkrak geliat ekonomi, pada 2025 pemerintah akan mengucurkan KUR sampai Rp 300 Triliun. Hal itu dilakukan sebagai upaya mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen.

    “Kerja sama perlu dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2028,” jelasnya.

    Pada kesempatan lain, Menteri UMKM, Maman Abdurrahman, menyebut masih ada pekerjaan rumah untuk mengembangkan UMKM. Salah satunya, data yang belum terintegrasi. Saat ini belum ada data sentral untuk mendiagnosis masalah yang ada pada tubuh UMKM.

    Maman juga menyebutkan peluang besar bagi UMKM, termasuk usaha lidah buaya nenek berusia 75 tahun, yang dijamin pemerintah.  Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Dalam PP 7/2021, negara mewajibkan porsi belanja sebesar 40% bagi UMKM dari APBN/APBD.

  • Prospek UMKM Pembuatan Taman yang Mengoptimalkan Teknologi

    Prospek UMKM Pembuatan Taman yang Mengoptimalkan Teknologi

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemanfaatan teknologi telah menjadi kunci sukses bagi banyak pelaku usaha. Begitulah yang dialami Anwar, yang menjadikan internet sebagai toko, sekaligus alat pemasaran untuk UMKM-nya yang bergerak di bidang lanskap dan pemeliharaan atau yang biasa dikenal dengan jasa pembuatan taman. Anwar menangkap adanya pergeseran besar pada kebiasaan masyarakat dalam melakukan aktivitas, termasuk mencari berbagai produk, yang kini menggunakan internet. Kini, tak perlu lagi kantor fisik dan beralih ke platform digital. Situs web menjadi “kantor” utama.

    “Usaha saya bergerak di bidang lanskap dan pertamanan. Saya tidak punya lapak (toko fisik), saya menjalankan dan memasarkan usaha saya secara online melalui situs wen. Saya memaksimalkan internet,” kata Anwar saat ditemui Beritasatu.com di Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

    Situs web pembuattanam.com berfungsi sebagai etalase produk dan jasa yang ditawarkan, sekaligus menjadi saluran komunikasi dengan pelanggan.  Penggunaan teknologi internet memungkinkan usahanya beroperasi tanpa batasan ruang dan waktu. 

    Dengan berlangganan di Google AdWords seharga Rp 50.000 per hari, situs web milik Anwar dapat muncul pertama saat pelanggan melakukan pencarian. Sistem periklanan ini dapat menjangkau lebih banyak calon konsumen secara tepat sasaran. Dia bisa menargetkan calon pembeli yang relevan tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk beriklan, seperti memasang papan reklame.

    “Sekarang, orang mencari tukang taman atau jasa taman, pasti lewat Google. Di sana, nomor kontak dan informasi usaha saya tersedia. Calon konsumen bisa langsung menghubungi saya. Perkembangan zaman dan teknologi memudahkan saya berusaha,” jelasnya.

    Sebelum menggunakan kemajuan teknologi, Anwar yang memulai bisnis sejak 2008, memasarkan jasa dan barangnya secara manual. Dia berkeliling ke perumahan-perumahan mewah yang belum memiliki taman. Setiap Sabtu dan Minggu, saat pemilik rumah ada, dia berkeliling membawa proposal penawaran dalam bentuk kertas. Selain waktu dan tenaga yang terkuras, jangkauan pasarnya juga sangat terbatas.

    Kemudian pada 2013, mulai masuk berbagai layanan digital, seperti BlackBerry Messenger (BBM). Sejak saat itu, Anwar mulai memasarkan jasanya melalui BBM hingga menggunakan situs web. Pemanfaatan teknologi juga berhasil menghemat biaya operasional, serta memberikan cara yang lebih terukur dan efektif untuk memperluas jangkauan pasar. Berkat perkembangan teknologi, usaha Anwar memiliki peluang yang sama besar untuk berkembang dan bersaing.

    “Kalau secara konvensional, saya harus sewa tempat. Saya juga harus beli tanaman dan peralatan, serta menggaji orang untuk merawatnya. Pengeluaran jadi besar. Dengan situs web, saya bisa memasarkan usaha dengan lebih efisien,” katanya. 

    Setiap calon pembeli yang membuka situs web milik Anwar akan diperlihatkan berbagai jasa pembuatan taman, taman rumput dan bunga, seperti gazebo, pembuatan kolam minimalis, juga relief tebing. Calon konsumen juga bisa mengajukan permintaan khusus. 

    Calon pembeli yang tertarik akan menghubungi Anwar untuk membuat perencanaan dan desain yang diinginkan. Setelah itu akan dilakukan diskusi dan jika disepakati akan dibuat rencana anggaran biaya (RAB), yang meliputi harga, spesifikasi jenis tanaman, dan lainnya. Setelah semuanya disepakati, pengerjaan bisa dimulai.

    Pelanggannya datang dari beberapa daerah, seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, bahkan hingga Karawang. Sementara pilihan bahan baku, seperti tanah, rumput, bambu, dan berbagai tanaman, seperti bunga, akan diserahkan kepada konsumen.

    “Ozset saya bervariasi, tergantung proyeknya. Kadang dalam satu bulan bisa dapat dua proyek, kadang bisa lebih banyak atau bahkan tidak ada sama sekali. Untuk proyek besar, seperti taman perkantoran, bisa bernilai lebih dari 100 juta,” katanya.

    Bantuan KUR BRI

    Sejak mulai menjajaki usaha, Anwar merupakan nasabah setia Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pada 2017, saat mendapatkan proyek dengan nilai besar, Anwar kehabisan modal. Saat itu, klien hanya mampu memberikan uang muka 30 persen.

    Anwar pun langsung mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) Rp 25 juta. Pinjaman tersebut digunakan untuk modal operasional dan berbagai kebutuhan usaha. Setelah 2 tahun lunas, Anwar kembali mengajukan pinjaman Rp 100 juta. Dengan manajemen yang kini lebih baik, dia telah memiliki mobil pikap untuk pengiriman dan operasional.

    Anwar menyebut program KUR BRI memiliki bunga pinjaman yang terjangkau bagi UMKM pembuatan taman miliknya. Selain itu, BRI juga memiliki teknologi untuk bertransaksi dengan cara yang lebih mudah dan praktis menggunakan BRI mobile.

    “Semua transaksi menggunakan BRImo. Transaksi lebih simpel dan bisa langsung dilihat,” jelasnya.

    Dilansir dari akun Instagram resmi BRI, tercatat hingga periode 2024 aset kredit UMKM mencapai Rp 1.110,37 triliun. Konsistensi BRI mendukung UMKM menbuat bank pelat merah ini berhasil mencetak laba Rp 60,64 Triliun.

    Sementara itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut UMKM memiliki peran penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8 persen yang menjadi target Presiden Prabowo Subianto. Jumlah UMKM saat ini mencapai 99 persen atau 64 juta unit usaha dan kontribusinya 60 persen terhadap PDB dengan penyerapan tenaga kerja 97 persen.

    Tahun ini, pemerintah mengucurkan KUR sampai Rp 300 triliun, terutama KUR sektor perdagangan. UMKM pembuatan taman milik Anwar merupakan salah satu contoh pelaku usaha yang mendapatkan kredit murah dari pemerintah melalui BRI. 

  • Ivan Moningka Merawat Kenangan di Kampoeng Gallery

    Ivan Moningka Merawat Kenangan di Kampoeng Gallery

    Jakarta, Beritasatu.com – Matahari mulai terbenam di ufuk barat, berganti dengan sorot lampu-lampu kaca di pinggiran kawasan Kebayoran Lama, Jakarta. Di antara lapak para pedagang barang bekas terlihat lapak bertulis “Kampoeng Gallery” yang disambangi beberapa pemuda.

    Saat memasuki lapak terdengar suara bising kereta. Lapak Kampoeng Gallery memang terbilang dekat dengan dengan Stasiun Kebayoran Lama. Saat masuk ke lapak, suasana berubah seolah menyusuri lorong waktu masa lampau. Berbagai koleksi lawas, seperti buku, piringan hitam, kaset, majalah langka, poster, jam-jam antik, kamera lawas, dan perhiasan vintage terpajang rapi sesuai kategori.

    Dengan beberapa warna lampu kuning khas dan berbagai hiasan masa lampu, suasana lapak semakin asri. Suasana itulah yang diharapkan Ivan Moningka, pendiri Kampoeng Gallery. Ia mengharapkan suasana kampung yang bisa dinikmati oleh masyarakat di tengah gemerlap Kota Jakarta.

    “Saya ingin mengajak masyarakat, khususnya anak muda, untuk menyenangi literasi dengan suasana kampung halaman. Saya ingin ajak mereka tahu bahwa kemajuan teknologi, musik, dan ilmu pengetahuan melalui proses panjang yang tidak bisa dilupakan. Di sini, koleksi-koleksi itu bisa dilihat dan dibeli,” kata Ivan Moningka kepada Beritasatu.com saat ditemui beberapa waktu lalu.

    Ivan Moningka. – (Beritasatu.com/Erfan Maruf)

    Ivan Moningka kemudian mengenang pendirian Kampoeng Gallery. Semua ini berawal dari hobinya sejak remaja, seperti membaca buku, mendengar musik, dan bertualang. Hobinya itu membuat koleksi buku dan kaset terus menumpuk di rumah hingga membuat ruangan rumah menjadi sesak.

    Setelah mendapat desakan sang istri atas kondisi rumah yang terlihat kumuh oleh barang-barang kuno, pada 2010 Kampoeng Gallery didirikan. Dengan modal seadanya, Ivan kemudian memilih dan memilah barang yang dapat dijual atau hanya dapat dinikmati di tempat. Jika koleksi hanya ada satu, maka Ivan tidak  akan sudi menjual.

    “Saya sortir mana yang layak dijual, mana yang layak saya pertahankan. Akhirnya, saya jual di sini dan yang lain hanya bisa dinikmati sebagai literasi,” ujar Ivan.

    Suasana Kampoeng Gallery di Jakarta. – (Beritasatu.com/Erfan Maruf)

    Sama seperti usaha pada umumnya, tahun-tahun awal berjalan penuh tantangan. Ivan mengalami kekurangan penghasilan untuk keluarganya. Sebagai mantan karyawan periklanan, Ivan mulai goyah, tetapi dikuatkan oleh sang istri dan ibu.

    Karena dedikasi dalam mendirikan Kampoeng Gallery seperti anak kandung, lapak yang awalnya berisi barang-barang yang sebagian besar dimilikinya terus bertambah. Banyak orang yang memiliki barang lawas menghibahkannya ke Kampoeng Gallery.

    Dengan semakin bertambahnya barang, Kampoeng Gallery menambah lapak yang notabene milik keluarga Ivan. Bahkan Ivan juga menyewakan tempat untuk orang lain yang memiliki hobi seperti dirinya. Banyak orang muda yang menikmati kehadiran Kampoeng Gallery. Banyak juga yang berusia senja terlihat di lapak Ivan untuk bernostalgia.

    Di tengah berkembangnya usaha, Ivan juga menerima kritik dari pengunjung untuk menyediakan makanan ringan dan kopi bertema vintage di Kampoeng Gallery. Ivan menjual beberapa makanan khas kampung sehingga pengunjung dapat membaca buku secara gratis di lokasi sembari menikmati makanan.

    “Kami menyediakan masakan tradisional dan juga buku untuk dibaca. Kami menjual nilai yang kuat tentang kampung dan literasi,” jelasnya.

    Bertumbuhnya usaha tentu perlu didukung modal yang memadai. Ivan sempat ragu apakah dirinya akan mendapatkan kredit modal dari bank, mengingat jenis usahanya yang tidak biasa. Pada 2018, Ivan melakukan riset untuk mencari tambahan modal. Dari hasil riset, Ivan mengaku BRI menjadi satu-satunya bank yang memiliki kompetensi dan memberikan bantuan kepada UMKM melalui program kredit usaha rakyat (KUR). Setelah melakukan survei tempat dan wawancara, Ivan mendapatkan sokongan modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar Rp 60 juta.

    “Saya ambil 60 juta, tenornya 4 tahun. Sudah lunas. Saat itu saya pakai untuk renovasi atap dan lantai,” jelasnya.

    Tak hanya sekali, BRI memberi pinjaman lebih besar mencapai Rp100 juta, sehingga Kampoeng Gallery bisa berkembang sesuai yang dia harapkan. Pinjaman kedua digunakan untuk melakukan perbaikan manajemen usaha, sehingga lebih menarik.

    “Ternyata, membangun manajemen juga tidak sedikit modalnya,” ujar Ivan.

    Suasana Kampoeng Gallery di Jakarta. – (Beritasatu.com/Erfan Maruf)

    Dia memberdayakan anak muda yang hobi dan mau bekerja untuk mengisi waktu kosong. Remaja perlu diberikan aktivitas yang bermanfaat untuk mengurangi kenakalan mereka.  

    Dalam beberapa kesempatan, Ivan juga menggelar diskusi dengan komunitas maupun mahasiswa. Baginya, usaha tidak hanya mengenai uang atau materi, juga ada nilai lebih yang harus diusung.

    “Kami diskusi dengan mahasiswa di Universitas Tri Sakti juga komunitas-komunitas di Jakarta. Kami ingin mendukung literasi sesuai yang kami mampu,” pungkasnya.

    Lapak Ivan merupakan satu dari 4 juta debitur atau pelaku UMKM di seluruh wilayah Indonesia yang mendapatkan bantuan KUR. Bantuan yang diberikan melalui KUR mencapai Rp 184,98 triliun selama 2024.

    Kepala Departemen Usaha Mikro BRI RO Jakarta 2, Erwin Sapari mengatakan BRI ingin tetap berkomitmen memberikan pembiayaan yang terjangkau. Pihaknya berkomitmen memberikan akses yang mudah bagi UMKM mendapatkan modal usaha.

    Sekitar 47 persen pelaku usaha yang mengakses KUR BRI di wilayahnya bergerak di bidang perdagangan, kemudian 17 persen industri pengolahan, serta 16 persen usaha jasa.

    KUR BRI menawarkan bunga yang relatif lebih rendah dibanding pinjaman dari pihak lain, termasuk bagi pemilil Kampoeng Gallery. KUR mikro dengan pinjaman Rp 10 juta sampai Rp 100 juta dikenakan bunga sekitar 6 persen atas Rp 100 juta sekitar 9 persen.

  • Berkah Ramadan bagi Pedagang Gorengan Binaan BRI

    Berkah Ramadan bagi Pedagang Gorengan Binaan BRI

    Jakarta, Beritasatu.com – Langit berwarna jingga. Matahari mulai terbenam di ufuk barat. Suasana sore pada bulan suci Ramadan selalu menjadi kenangan manis bagi para pemburu takjil dan pedagang makanan dan berbagai minuman segar. Salah satu pedagang yang selalu senang ketika Ramadan tiba adalah Khamid. Dia adalah seorang pedagang gorengan yang siap menjajakan penganan mulai pukul 14.00 WIB. Baginya, momen itu sangat berharga dan tidak dapat mundur maupun maju.

    Dalam waktu singkat, sekitar 500 gorengan yang dibuat sejak pagi ludes untuk berbuka saat azan magrib tiba. Baginya, Ramadan tidak hanya bulan mulia untuk beribadah, juga bulan yang mudah mengumpulkan uang.

    “Saya senang kalau bulan puasa. Jualan banyak, habisnya cepat. Waktunya habis asar, langsung habis. Memang itu ciri khas,” kata Khamid kepada Beritasatu.com, Selasa (29/3/2025).

    Bahkan, dia mengakui, meski banyak warung dadakan yang buka ketika puasa, gorengannya tetap cepat ludes terjual. Tidak jarang ada yang memesan gorengan buatan Khamid.

    “Alhamdulillah terkenal warung ngapak ini. Kata orang, masakannya enak,” katanya.

    Pria asal Cilacap, Jawa Tengah itu, mengaku tidak ada resep rahasia yang ia gunakan saat memasak. Dia menyebut dagangannya laris karena konsisten dengan rasa yang enak. Berbagai jenis gorengan ia sediakan, seperti bakwan jagung, tempe goreng, bakwan sayur kubis, dan tahu.

    “Jangan dikurangi bumbunya. Alhamdulillah gorengan aku, kata orang, tidak ada duanya,” katanya.

    Pada bulan-bulan di luar Ramadan, omzetnya sekitar Rp 500.000, tetapi pada Ramadan, bisa meningkat dua kali lipat menyentuh Rp 1 juta.

    Khamid mengakui kondisinya saat ini tidak dapat dilepaskan dari bantuan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dia menyebut telah menerima manfaat dari bantuan kredit usaha rakyat (KUR) saat diterjang badai Covid-19.

    Dia memulai usaha pada 2004. Dia menjajakan makanan berat dengan berbagai macam sayur dan lauk. Dia menyajikan sayur asam, sop, tempe orek, mi goreng, teri, serta ayam dengan berbagai rasa, seperti balado dan rica-rica.

    Dia merintis usaha dengan sang istri hingga mampu mempekerjakan lima karyawan. Saat itu, dia mampu mengantongi omzet Rp 3 juta dalam sehari. Namun, setelah belasan tahun, usahanya tiba-tiba ambruk saat terjadi pandemi Covid-19.

    Karena tak lagi memiliki modal usaha, Khamid pun mencari informasi bantuan usaha ke berbagai bank. Akhirnya, dia mendapatkan bantuan KUR BRI yang selama ini memang dikenal getol membantu UMKM. Pada 2021. dia meminjam Rp 30 juta dengan tenor 2 tahun sebagai modal awal untuk kembali membangun usahanya.

    Baginya, pandemi Covid-19 merupakan badai besar yang tak akan ia lupakan, bahkan sampai meninggal. Beruntung ada bantuan KUR, sehingga dia mampu bertahan hingga saat ini, bahkan mampu mengantarkan anaknya untuk mengambil pendidikan singkat perawat.

    Tidak hanya bantuan KUR, Khamid menyebutkan BRI juga terus melakukan berbagai inovasi untuk membangun usahanya. BRI menyediakan layanan pembayaran QRIS kepada para pelanggannya.

    “Ya pokoknya kita enggak boleh kalah sama keadaan,” tegasnya.

    Konsumsi Meningkat

    Deputi Bidang UKM Kementerian UMKM Temmy Satya Permana menyebut pada momentum bulan suci Ramadan, banyak produk UMKM yang digemari masyarakat. 

    “Konsumsi pada Ramadan ini meningkat. Masyarakat sekarang lebih senang dengan produk-produk lokal,” katanya kepada jurnalis Beritasatu.com.

    Produk yang paling digemari masyarakat saat Ramadan ialah produk makanan dan minuman atau yang biasa dikenal food and beverage (FnB). Selain FnB, produk lain yang digemari masyarakat ialah fashion.

    “FnB menjadi salah satu sektor yang meraup untung pada momen Ramadan. Salah satunya lewat fenomena takjil war yang sudah berlangsung sejak tahun lalu,” pungkasnya.

  • Perajut Harapan dari Jarum Jahit ke Limbah Kayu Jati, Karya Bien Craft Solo – Halaman all

    Perajut Harapan dari Jarum Jahit ke Limbah Kayu Jati, Karya Bien Craft Solo – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chrysnha Pradipha

    TRIBUNNEWS.COM, SOLO – Di tengah denting tawa anak-anak dan nyala lampu warna-warni pasar malam Ngarsopuro, Solo, tampak seorang perempuan duduk tenang. 

    Tangannya cekatan mengelus permukaan sebuah vas mungil dari kayu jati. Bukan sekadar kerajinan, benda itu menyimpan kisah perjuangan panjang, ketekunan, dan cinta.

    Namanya Liem Lie Bien, tapi banyak yang mengenalnya hanya sebagai Bu Bien.

    Dari lapak kecil bernomor 08, ia menyulam harapan dari serpihan-serpihan kayu yang nyaris terlupakan. 

    Di antara hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, Bien Craft, merek usaha yang ia rintis sendiri, menjadi oase seni dan kearifan lokal.

    Namun, kisah ini tidak dimulai dari sini. Dulu, Bu Bien hanyalah seorang penjahit biasa.

    Jarumnya tajam, tangannya lincah, tapi hatinya sering tercabik oleh desakan pelanggan yang tak mau bersabar hanya untuk mengantre.

    Ia mulai lelah. Menjahit yang dulu ia cintai, lambat laun menjadi beban.

    Tapi ia tak menyerah. Di sela kesibukan menjahit, ia mulai mencipta.

    Tas bordir, pouch kecil, hingga gantungan kunci adalah karyanya. Tangannya terus berkarya, meski hatinya masih gamang.

    Lalu, pada tahun 2019, secercah cahaya datang. Ia mengikuti Lomba Cipta Kriya Oleh-oleh khas Surakarta.

    Dengan penuh harap, ia kirimkan tas batik dan gantungan kunci dari limbah kayu jati. Tak disangka, ia menyabet juara dua.

    “Itu momen yang mengubah segalanya,” ceritanya yang nenjadi mula kelahiran Bien Craft, saat berbincang dengan Tribunnews pada Sabtu (29/3/2025).

    Pilihan Bu Bien jatuh pada limbah kayu jati. Bukan karena mudah, justru karena tantangannya.

    Limbah-limbah itu ia kumpulkan dari sisa mebel di Kota Solo hingga Kalijambe, Sragen.

    Di tangan Bu Bien, setiap potongan kayu yang terbuang itu mendapat napas baru.

    Ia selektif, hanya memilih limbah jati dengan ketebalan tertentu.

    Dari sana lahir tatakan gelas, asbak, hingga vas mini yang kini menghiasi banyak sudut ruang dengan elegan yang sederhana.

    Konsep datang dari hati, desain ia rancang sendiri, lalu para perajin lokal mewujudkannya.

    Sebuah kolaborasi indah antara ide dan tangan-tangan trampil.

    Dari Lapak ke Lobi Hotel

    Liem Lie Bien (kanan) pemilik usaha Bien Craft, UMKM asal Kota Solo dengan produk dari limbah kayu jati. (Dok Pribadi)

    Kerajinan Bien Craft tidak lagi hanya menghuni lapak kecil.

    Kini, ia telah menjelajah lobi megah Hotel The Royal Surakarta Heritage.

    Di sana, di antara aroma kopi pagi dan derap langkah para tamu hotel bintang lima, karya-karya Bu Bien diam-diam menyapa, menjadi oleh-oleh yang membekas.

    Tak hanya itu. Bien Craft kini juga tampil di Gedung DPRD Surakarta, Museum Heritage Palace di Kartasura, dan berbagai pameran UMKM.

    Karyanya melampaui pasar, menyentuh rasa. Dan ia terus mencipta.

    Baru-baru ini, ia meluncurkan produk baru: syal lurik.

    Ia paham, lurik mudah luntur dan menyusut.

    Maka, ia olah kainnya dengan proses washing.

    Hasilnya? Syal lembut yang tetap anggun meski berkali dicuci.

    Dukungan dan Dorongan

    Liem Lie Bien, pemilik Bien Craft memamerkan produk kerajinan tangan di lapaknya, Night Market Ngarsopuro (Tribunnews.com/Chrysnha)

    Perjalanan Bien tak lepas dari dukungan berbagai pihak.

    Sejak 2016, ia menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI.

    Plafon pertama yang diajukan adalah Rp 10 juta.

    Tiga tahun berselang, Rp 20 juta. Lalu Rp 11 juta untuk pengajuan ketiga kalinya.

    Dengan dana itu, usaha Bien berkembang, bahkan dirinya bisa mengumpulkan pundi-pundi lewat tabungan juga berdonasi.

    Ia pun mulai merambah digitalisasi, satu di antaranya juga menggunakan fasilitas transaksi pembayaran QRIS.

    “QRIS memudahkan,” ujarnya. “Tak perlu repot uang kembalian, pembeli juga senang.”

    KUR BRI

    Grafis Pengajuan KUR BRI

    BRI telah menyalurkan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) tahun 2024 sebesar Rp 184,98 triliun.

    Sepanjang tahun 2024, BRI berhasil menyalurkan KUR sebesar Rp 184,98 triliun.

    Demikian menjadikan BRI sebagai perbankan dengan penyaluran KUR terbesar dibanding perbankan nasional lainnya.

    Penyaluran KUR BRI itu pun menjangkau lebih dari 4 juta debitur atau pelaku UMKM di seluruh wilayah Indonesia, memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

    Keberhasilan penyaluran KUR BRI tersebut juga diikuti dengan kualitas kreditnya yang terjaga.

    Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, strategi pengelolaan KUR yang diterapkan BRI berhasil menjaga tingkat Non-Performing Loan (NPL) tetap sehat, yaitu di level 2 persen. Hal ini menunjukkan pengelolaan risiko yang baik dalam penyaluran kredit kepada segmen UMKM.

    “KUR itu 100 persennya berasal dari bank. Dana bank dihimpun dari masyarakat, deposito, tabungan, dan giro. KUR diberikan kepada masyarakat yang belum bankable namun feasible. Jadi, ketika terjadi kredit macet, 70 persen risiko dibayar oleh asuransi, dan 30 persen ditanggung bank. Dan itu kita sekarang bisa di-manage NPL KUR itu di sekitar 2 persen,” ujar Sunarso dalam siaran pers, Kamis (23/1/2025).

    Sunarso menambahkan bahwa tingkat NPL sebesar 3 persen pada kredit di segmen UMKM masih dianggap ideal, mengingat karakteristik segmen tersebut berbeda dengan kredit korporasi.

    Menurutnya, pada tahap awal (front-end), fokusnya adalah menjangkau sebanyak mungkin nasabah baru tanpa proses seleksi yang terlalu ketat. 

    Kemudian, pada tahap mid-end dilakukan maintenance.

    Apabila terjadi kredit macet, tahap back-end berperan untuk mengelola risiko, mencakup penagihan yang diwujudkan dalam recovery rate untuk menjaga kualitas kredit.

    Strategi ini memungkinkan BRI untuk terus mendukung pertumbuhan UMKM dengan tetap menjaga kesehatan portofolio kredit.

    Upaya BRI tersebut sejalan dengan Asta Cita Pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang menapaki 100 hari kerja.

    Dalam hal ini Asta Cita ketiga yaitu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, dan juga Asta Cita keenam khususnya dalam hal mendorong pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.

    Sementara itu, Kementerian BUMN RI berupaya mempercepat implementasi Asta Cita tersebut.

    Menteri BUMN RI Erick Thohir menjabarkan bahwa inisiasi tersebut mulai dari hilirisasi, pembangunan infrastruktur, pelayanan masyarakat, stabilisasi harga pangan, hingga pengembangan sumber daya manusia dan energi berkelanjutan.

    Baginya, kolaborasi lintas kementerian dan badan menjadi momentum strategis untuk menjawab tantangan pembangunan yang semakin kompleks.

    “Dalam waktu kurang dari 100 hari, kita telah menunjukkan langkah nyata dan dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat. Hal ini menjadi bukti bahwa gotong royong adalah kunci keberhasilan,” pungkas Erick Thohir.

    (*)

  • Gultik Bulungan Menjaga Kelestarian Menu Nusantara

    Gultik Bulungan Menjaga Kelestarian Menu Nusantara

    Jakarta, Beritasatu.com – Senja itu meneduhkan suasana di tengah kemacetan Jakarta. Di antara raungan motor yang lalu lalang, seorang pria bernama Purnomo Setiawan (40) mulai merapikan lapak dagangannya di trotoar Jalan Bulungan, Jakarta Selatan. Setelah menata kursi dan bangku, Purnomo memasang lampu dan payung untuk menerangi dan menutupi gerobak sumber rezekinya. Tertulis jelas pada gerobak yang menjadi merek dagangnya “Gultik Bang Gusto”.  Gultik ini menjadi salah satu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memeriahkan malam-malam di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan. 

    Gultik milik Purnomo tepat berada di seberang SMA Negeri 70 Jakarta. Nama gultik merupakan brand yang diberikan para pelajar di kawasan itu. Kepanjangannya, gulai tikungan. Bang Gusto ialah nama orang yang melayani pembeli, meski sesekali Purnomo juga ikut melayani.

    Gultik Bang Gusto di Bulungan buka sejak pukul 18.00 hingga habis. Purnomo mematok harga gultik Rp 10.000 per piring dan berbagai macam satai Rp 2.000 per tusuk. Alasannya agar terjangkau oleh pelajar SMA Negeri 70 Jakarta atau anak muda yang hobi nongkrong di sekitar Bulungan.

    “Harganya tetap sama Rp 10.000 walaupun sudah bertahun-tahun,” kata Purnomo saat ditemui Beritasatu.com, beberapa waktu lalu.

    Menurutnya, bagi laki-laki, sepiring gultik masih kurang dan perlu ditambah sepiring lagi agar kenyang, sedangkan buat perempuan, biasanya cukup ditambah beberapa tusuk satai.

    Bagi Purnomo, menikmati gultik bukan masalah kenyang atau tidak, tetapi ada hal lain yang patut diresapi masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Menurutnya, gultik merupakan makanan khas Sukoharjo, Jawa Tengah, yang dipadu dengan berbagai campuran rempah Nusantara.

    “Gultik itu berasal dari Sukoharjo, tetapi kami modifikasi rasa. Kami pakai rempah dari berbagai daerah, termasuk Padang, Sumatera, biar cocok untuk lidah masyarakat Jakarta. Kalau aslinya lebih manis. Kalau pakai rempah Nusantara, ada rasa pedasnya juga,” katanya.

    Gultik berbahan dasar daging sapi yang dimasak dalam kuah bersantan dan kaya akan rempah Nusantara. Gultik yang kini telah banyak diperjualbelikan di Bulungan berawal dari 10 pedagang.

    Purnomo pun bercerita tentang masa awal menekuni kuliner gultik. Pada 2003, dia ikut membantu pamannya sambil bekerja sebagai petugas keamanan. Kemudian, dia memulai usaha gultik sendiri sejak 2007 dan tetap bekerja sebagai petugas sekuriti di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.

    Bermodalkan Rp 500.000 dari gajinya, Purnomo mantap mengelola gultik bersama rekannya. Rekannya yang memasak dan berjualan, Purnomo tinggal menerima pembagian hasil jualan. Saat itu, dia dan rekannya mendapat omzet sekitar Rp 1 juta.

    Pada 2017, dia memutuskan berhenti bekerja dan fokus berjualan gultik bersama lima rekannya. Dia mengambil langkah itu karena penghasilannya mencapai tiga kali lipat gaji petugas sekuriti. Kini pendapatan bersihnya Rp 3 juta seminggu.

    Musibah datang saat pandemi Covid-19. Purnomo terkena dampaknya. Usaha gultiknya terpaksa ditutup. Dirinya terpaksa pulang kampung dan bertahan hidup dari bantuan pemerintah.

    “Utang di mana-mana. Mau makan besok saja belum tahu. Apalagi, saat itu anak masih kecil yang butuh popok dan susu. Tiap hari bingung,” katanya. 

    Setelah pemerintah memberi kelonggaran berdagang pada 2022, Purnomo kembali berjualan gultik. Untuk memulainya, dia mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dia mendapatkan KUR BRI pada Maret 2024 dengan nilai Rp 100 juta. Purnomo harus membayar Rp 4,43 juta per bulan dalam jangka waktu 2 tahun.

    “Untung saat itu ada BRI, menolong banget. Saya bersama keluarga bisa bertahan dan melunasi utang,” ujarnya.

    Namun, Purnomo mengakui pendapatannya menurun pasca-Covid-19. Sejumlah warga yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) ikut berjualan gultik. Kini, lebih dari 50 penjual gultik di Bulungan, sehingga omzetnya pun menurun.

    “Dahulu, sesama penjual saling kenal. Sekarang, sudah enggak kenal kalau pedagang baru,” katanya.

    Purnomo tidak ingin berhenti pada titik yang sama. Dia berharap usaha gultiknya dibeli kalangan pejabat dan swasta saat menggelar pertemuan. Dia berjanji memberi penyajian dan pelayanan terbaik bagi para pemesan.

    Pembinaan UMKM

    Pada kesempatan terpisah, Kepala Departemen Usaha Mikro BRI RO Jakarta 2, Erwin Sapari mengatakan selain menyalurkan KUR, pihaknya juga berkomitmen memberikan pembinaan kepada UMKM. Pihaknya akan menggelar pelatihan-pelatihan bagi UMKM.

    Langkah itu diambil untuk meningkatkan kualitas produk yang diperjualbelikan. Jika mendapatkan pelatihan yang baik, pelaku UMKM bisa memperluas pasar dan menambah nilai jual produknya. Pihaknya bisa mengikutsertakan pelaku UMKM dalam berbagai pameran untuk memperluas pasar, sekaligus memperkenalkan produk-produk baru. 

    Penggunaan teknologi baru juga diperkenalkan kepada pelaku UMKM. termasuk penjual gultik di Bulungan, untuk menunjang keberanjutan usaha. “Kami mengenalkan e-commerce untuk meningkatkan omzet,” kata Erwin.

  • Kisah Pedagang Nasi Sayur yang Survive dari Badai Ekonomi berkat BRI

    Kisah Pedagang Nasi Sayur yang Survive dari Badai Ekonomi berkat BRI

    Jakarta, Beritasatu.com – Di sebuah warung sederhana di pinggir Jalan Abuserin Tiga, Radio Dalam, Jakarta Selatan, seorang pria paruh baya tengah sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk jualannya. Sebuah perjuangan pedagang nasi sayur untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 

    Khamid, pemilik warung nasi sayur, mengangkat beberapa belanjaan dari pasar dan dimasukkan ke beberapa wadah. Di dapur yang sederhana terlihat berbagai jenis sayur dan lauk mentah serta berbagai bumbu masakan.

    Dia pun memotong beberapa sayuran segar dan menyiapkan berbagai rempah. Meski wajahnya terlihat lelah, senyuman hangat tak pernah hilang seolah ia menikmati setiap proses yang dijalaninya. Baginya, dapur adalah tempat segala keajaiban rasa dimulai.

    Di dapur itu, Khamid meramu nasi yang harum, sayur yang segar, serta sambal pedas manis yang menggoda, untuk dinikmati pembeli. Makanan yang ia sajikan tidak hanya untuk mengisi perut, juga untuk membawa kenangan akan masakan rumah yang hangat.

    “Saya ingin setiap orang yang makan di sini merasa seperti di rumah sendiri. Makan di sini bukan hanya soal kenyang, juga soal kenyamanan dan kenangan,” ujar Khamid kepada Beritasatu.com beberapa waktu lalu.

    Khamid mulai bercerita bahwa usahanya telah dimulai lebih dari 15 tahun lalu, tepatnya pada 2004 dengan modal yang sangat terbatas. Berbekal keterampilan memasak, ia mulai berjualan nasi dan sayur di pinggir jalan.

    “Setelah buka warung nasi sayur saya menikah dan ajak istri dari Cilacap ke Jakarta. Setahun kemudian, saya punya anak pertama. Senang banget kalau ingat itu,” kata Khamid.

    Khamid dan istri terus membangun usaha hingga mampu mempekerjakan lima karyawan. Selain menambah karyawan, anak kedua pun lahir yang membuat keduanya semakin bahagia.

    Sebagai pedagang, Khamid tidak hanya memasak nasi sayur, juga memberikan perhatian pada setiap bahan yang digunakan.

    “Saya selalu memilih bahan yang segar. Saya juga tidak pernah mengurangi bumbu-bumbu agar tidak memengaruhi rasa,” ujarnya.

    Hidupnya ibarat roda yang selalu berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Usaha makan yang ia besarkan mulai goyang pada awal 2016, saat layanan antar jemput makanan mulai tumbuh. Saat itu usahanya mulai sepi, tetapi tetap berjalan. Puncaknya saat terjadi pandemi Covid-19. Seperti badai yang menerjang kapal hingga terbalik, usahanya seketika tak diperbolehkan beroperasi dan membuatnya hancur.

    “Makan aja susah. Saya hampir putus asa soal masa depan keluarga,” kata Khamid.

    Namun, secercah harapan muncul setelah pandemi usai. Masyarakat diperbolehkan kembali membuka usaha. Khamid pun memutar otak untuk mendapatkan bantuan hingga akhirnya memilih menggunakan kredit usaha rakyat (KUR), salah satu program BRI.

    Pada 2021, dia mengajukan pinjaman Rp 30 juta dalam rentang waktu 2 tahun. Baginya, KUR menjadi penyelamat agar tetapi survive dalam kehidupan, sekaligus membangkitkan asa. Dia kembali memulai usahanya hingga mampu mengantarkan anaknya menempuh pendidikan singkat menjadi perawat.

    “Tertolong banget oleh KUR. Saya kembali bersemangat untuk kembali membangun usaha,” jelasnya.

    Setelah itu, dia meminjam lagi Rp 40 juta ke BRI untuk meningkatkan usahanya. Dia yakin bantuan yang didapat dari BRI dapat meningkatkan pendapatannya.

    Tidak hanya KUR, Khamid mengakui BRI juga terus berusaha melakukan berbagai inovasi untuk membangun usahanya. BRI menyediakan layanan pembayaran QRIS bagi para pelanggannya.

    Akses Pembiayaan

    Kepala Departemen Usaha Mikro BRI RO Jakarta 2, Erwin Sapari, mengatakan program KUR bertujuan mengangkat pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) dengan membuka akses pembiayaan agar terjangkau. Pinjaman KUR dapat diberikan untuk membantu pengusaha UMKM menambah modal usaha, seperti untuk membeli bahan baku, meningkatkan produksi, dan memperluas jaringan distribusi.

    “Dengan tambahan modal usaha, pelaku UMKM bisa menambah kapasitas produksi, bahkan membuka cabang baru ataupun mendiversifikasi produk,” kata Erwin beberapa waktu lalu.

    KUR BRI menawarkan bunga yang relatif lebih rendah dibandingkan pinjaman dari pihak lain. Untuk pinjaman Rp 10 juta sampai Rp 100 juta, bunga yang dikenakan sekitar 6 persen, sementara di atas Rp 100 juta sekitar 9 persen.

    Di wilayahnya, pelaku usaha yang mengakses KUR BRI sekitar 47 persen berasal dari usaha perdagangan, 17 persen dari industri pengolahan, dan 16 persen dari jasa. Selain KUR, BRI juga memberikan pembinaan melalui pelatihan-pelatihan bagi pelaku UMKM, termasuk pedagang nasi sayur. 

  • Semerbak Bunga Papan dari Sudut Jakarta

    Semerbak Bunga Papan dari Sudut Jakarta

    Jakarta, Beritasatu.com – Matahari di kawasan Jakarta sayup-sayup mulai redup. Suasana kota yang selalu pekat dengan asap kendaraan bermotor memudar ketika memasuki kawasan Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Aroma harum bunga dengan warna-warni yang mencolok memanjakan mata. Di area depan pemandangan indah itu terpampang jelas tulisan “Pasar Ikan Hias dan Bunga Papan Radio Dalam”. 

    Di antara beberapa toko bunga papan dengan desain memukau terlihat deretan bunga segar tersusun rapi dalam berbagai bentuk dan warna. Kesan cerah dan penuh warna pun tercipta.

    Beberapa penjual bunga papan dengan cekatan menata rangkaian bunga sesuai dengan pesanan, baik untuk ucapan selamat maupun acara penting lainnya. Terlihat juga beberapa bunga hidup dalam pot menghiasi halaman ruko. Salah satunya ruko bertulis “Toko Bunda Florist”. Ruko ini milik Mukaror (43), pelaku usaha bunga papan yang telah berpengalaman.

    “Ini baru mekar, kan dipetik terus dibawa ke sini. Kuncup, terus taruh di pot, kasih air, mekar lagi dia,” kata Mukaror yang akrab disapa Roy, pada Sabtu (29/3/2025).

    Roy mengaku bunga yang menjadi inti dari usaha bunga papan itu diambil dari berbagai tempat. Bunga di tokonya paling banyak didatangkan dari kawasan Puncak, Cianjur, Jawa Barat. 

    Sebelum memiliki toko di pusat bunga Radio Dalam, ia membuka lapak di kawasan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Awalnya pada 1996, ia menjual bunga anggrek. Ia mendirikan Toko Bunda Florist dan menjadi salah satu penyuplai anggrek ke beberapa toko di kawasan Jakarta dan sekitarnya.

    Penjual bunga papan di i kawasan Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. – (Beritasatu.com/Erfan Maruf)

    Lambat laun, bisnis bunga anggrek mengalami kemerosotan, sehingga ia beralih ke usaha bunga papan hias. Masih berkaitan dengan bunga, saat itu ia menjadi salah satu perintis usaha bunga papan di pasar tersebut.

    Roy dianggap sebagai salah satu perintis usaha bunga papan di Pasar Radio Dalam yang berawal pada 2004. Saat itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Sutiyoso merelokasi penjual bunga hias dan ikan hias. Para pedagang, termasuk Roy, dipindahkan ke Pasar Impres Radio Dalam pada awal 2004.

    “Tadinya pasar kebakaran, dibangun ulang. Toko bunga hias dan ikan hias dari Barito dipindah ke Radio Dalam,” katanya.

    Karena berada di tempat baru, Roy menata ulang toko bunga papan hiasnya bersama para pedagang lainnya yang masih sedikit. Dekorasi toko masih sederhana. Roy biasa hanya membeli beberapa jenis bunga di Pasar Rawa Belong, Jakarta Barat. Seiring permintaan yang meningkat, Roy mulai mendapat suplai langsung dari petani bunga di Desa Cimacan, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sejak 2009. Ia menerima kiriman bunga aster dan krisan dengan berbagai warna setiap pekan pada Rabu malam. Ia juga membeli bunga mawar dari petani di Bandung. Saat ini, ia dapat memesan 1.000 tangkai dalam sepekan untuk memenuhi kebutuhan.

    “Bisa kita pesan, antara merah, kuning, putih. Untuk pelengkap ada (bunga) pikok,” ujarnya.

    Selain bunga, bahan baku lain yang harus disiapkan ialah stirofoam dan spons. Ia sudah memiliki pemasok tetap, termasuk tiang bambu dari Sukabumi, Jawa Barat.

    KUR

    Saat ini usahanya berkembang pesat. Beberapa pejabat negara, pihak kementerian, dan perusahaan swasta, menjadi pelanggannya. Bahkan, kini ia telah memiliki empat karyawan, tiga kios di Pasar Radio Dalam, dan satu unit mobil pikap untuk mengirim pesanan bunga papan.

    Pesanan bunga papan melonjak pada akhir pekan, terutama pada Sabtu dan Minggu, saat acara pernikahan atau wisuda digelar. Ia mematok harga satu bunga papan hias ukuran 1 x 2 meter dengan dekorasi sederhana sekitar Rp 500.000. Papan bunga berukuran lebih besar, harganya bisa mencapai Rp 3 juta karena membutuhkan lebih banyak bunga.

    Di tengah usahanya yang terus berkembang, Roy memanfaatkan kredit usaha rakyat (KUR) BRI sebagai modal untuk menambah alat produksi. Dengan mesin baru, Roy bisa mencetak semua pesan di papan bunga.

    Roy pertama kali mengajukan KUR ke BRI KCP Cipulir sebesar Rp 10 juta pada 2019. Setelah lunas, ia kembali meminjam Rp 25 juta di BRI Unit Blok A dengan tenor 2 tahun dan cicilan Rp 1,6 juta per bulan. Roy mengaku terbantu dengan cicilan tersebut karena bunga yang ditetapkan BRI rendah.

    “KUR sangat membantu pedagang kecil seperti kami,” kata Roy.

    Toko yang menjual bunga papan di i kawasan Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. – (Beritasatu.com/Erfan Maruf)4 Juta Debitur

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatatkan penyaluran KUR sebesar Rp 184,98 triliun selama 2024. KUR BRI menjangkau lebih dari 4 juta debitur atau pelaku UMKM di seluruh wilayah Indonesia.

    Komitmen BRI untuk mendorong ekonomi kerakyatan itu bahkan disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. Dalam rapat bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Presiden Prabowo Subianto memberikan arahan KUR diperluas.

    “Bapak Presiden mengarahkan agar KUR didorong untuk meningkatkan pembiayaan usaha produktif,” kata Airlangga kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/3/2025).

    Dia menjabarkan, distribusi KUR masih didominasi oleh sektor perdagangan (48,4%), sementara sektor produktif, seperti pertanian (29%), perikanan (1,7%), dan industri pengolahan (7,6%).

    Airlangga menyebut Presiden Prabowo meminta agar sektor-sektor produktif, termasuk usaha bunga papan, diperkuat guna meningkatkan daya saing ekonomi nasional. Selain itu, dia menyebutkan akan ada revisi keputusan presiden mengenai KUR karena akan melibatkan menteri koordinator bidang pangan dan menteri koordinator pemberdayaan masyarakat.

  • Janji Pemerintah untuk UMKM Terhadang Situasi Makro – Page 3

    Janji Pemerintah untuk UMKM Terhadang Situasi Makro – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah sejak periode sebelumnya telah menetapkan sejumlah target bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar bisa naik kelas. Mulai dari 40 persen belanja negara untuk produk UMKM, hingga rasio kredit untuk UMKM tembus 30 persen, semisal lewat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).

    Sayangnya, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad membeberkan, berbagai janji pemerintah tersebut masih belum terlaksana sesuai target.

    “Kalau dari sisi kredit kan masih sekitar 19 persen dari target 30 persen, tidak berkembang beberapa tahun terakhir. KUR juga stagnan, walaupun besar tapi tidak akan cepat,” kata Tauhid kepada Liputan6.com, dikutip Sabtu (29/3/2025).

    Menurut dia, penyaluran kredit kepada UMKM ini masih terkendala dari sisi permintaan (demand) yang belum tumbuh cepat. Lantaran terganjal oleh situasi makro ekonomi saat ini.

    “Jadi walaupun uangnya dikucurin, tapi demand-nya kan enggak tumbuh berkembang. Karena tadi, UMKM kita sangat tergerak oleh sektor perdagangan. Sektor perdagangan tergantung kondisi makro,” ungkapnya.

    “Karena itu ditumbuhkan yang sektor produksi, industri, dan sebagainya. Itu butuh inovasi dan sebagainya. Itu yang saya kira penting untuk dilakukan,” dia menekankan.

    Oleh karenanya, ia berharap demand terhadap UMKM tidak hanya digerakkan oleh pemerintah, tapi juga pihak swasta maupun BUMN. Itu bisa terwujud dengan pelibatan UMKM terhadap suatu proyek yang memberikan efek berganda, alias multiplier effect.

    “Industri-industri yang saya kira bisa memberikan multiplier effect besar itu yang kemudian bisa ditumbuhkan. Misalnya industri otomotif, besi dan baja, elektronik, kimia, alas kaki, tekstil. Itu yang sebenarnya bisa mendorong pekerja kita lebih banyak,” paparnya.