Produk: kendaraan listrik

  • Penerimaan Bea Masuk Merosot 5,8 Persen Imbas Tidak Ada Impor Beras – Halaman all

    Penerimaan Bea Masuk Merosot 5,8 Persen Imbas Tidak Ada Impor Beras – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan menyatakan, penerimaan bea masuk menurun 5,8 persen salah satunya karena tidak ada impor beras di awal tahun 2025.

    Dirjen Bea Cukai Askolani mengatakan, penerimaan bea dan cukai pada triwulan I 2025 mencapai Rp 77,5 triliun atau setara 25,7 persen dari target. Rinciannya, bea keluar tumbuh 110 persen, cukai tumbuh 5,3 persen sementara penerimaan bea masuk mencapai Rp 11,3 triliun.

    “Kalau kami lihat sumber daripada tumbuh negatifnya daripada penerimaan bea masuk 2025 itu pertama oleh tidak ada kuota impor lagi untuk beras kepada bulog,” kata Askolani saat RDP dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (7/5/2025).

    Sedangkan hal lain karena kebijakan pemerintah untuk insentif kendaraan bermotor khususnya kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang tidak dibebankan bea masuk.

    “Sehingga kemudian tarifnya 0 walaupun volumenya banyak tapi kemudian oleh tarif bea masuknya 0 kemudian ini menyebabkan biaya masuk kita di 2025 ini lebih kecil dari kendaraan bermotor dibandingkan di tahun 2024,” papar dia.

    Adapun penerimaan bea keluar disumbang oleh kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) dan kebijakan ekspor tembaga kembali diberlakukan sejak Maret 2025.

    Kata Askolani, penerimaan bea keluar melalui ekspor tembaga menguat sejak tahun 2021 sampai 2022 sebelum adanya kebijakan pembatasan ekspor tembaga. Namun, di tahun 2023 sampai 2024, CPO jadi penerimaan bea keluar yang cukup dominan.

    “Ini tentunya BK CPO ini dalam berapa bulan kebelakang ini mengalami sedikit kenaikan sebab harga CPO mengalami peningkatan yang biasanya hanya sekitar 800 dolar per metric ton, tetapi dalam enam bulan kebelakang ini naik ke 900 sampai dengan 1000 dolar tentunya berdampak kepada penerimaan BK yang CPO yang lebih tinggi,” ungkapnya.

  • DFSK-Seres dan Wuling boyong sukses di PEVS 2025

    DFSK-Seres dan Wuling boyong sukses di PEVS 2025

    Jakarta (ANTARA) – Dua merek otomotif asal China, DFSK-Seres dan Wuling, sukses meraup ratusan pemesanan dan memborong sejumlah penghargaan dalam pameran kendaraan listrik (electric vehicle/EV) terbesar di Indonesia, Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2025, yang berlangsung pada 29 April hingga 4 Mei 2025.

    “Ini memotivasi kami untuk terus berinovasi demi menyediakan solusi mobilitas terbaik bagi pelanggan kami,” kata Director of Sales Center PT Sokonindo Automobile, Cing Hok Rifin, dalam keterangannya, sebagaimana dikutip Xinhua di Jakarta, Rabu.

    PT Sokonindo Automobile, yang menaungi merek DFSK dan Seres, membukukan total 782 unit pemesanan kendaraan selama enam hari pameran. Penyumbang utamanya adalah mobil listrik terbaru mereka Seres 3 dan mobil listrik niaga DFSK Gelora E, yang masing-masing membukukan lebih dari 300 unit pemesanan.

    Selain itu, DFSK-Seres juga berhasil mengantongi tiga penghargaan, di antaranya Seres 3 untuk peluncuran mobil terbaik, Seres E1 sebagai mobil EV paling terjangkau, dan DFSK Gelora E sebagai mobil niaga favorit.

    Merek asal China lainnya, Wuling, melaporkan total 282 unit pemesanan, mayoritas dari mobil mini Air EV. Di samping itu, mereka juga meraih tiga penghargaan, di antaranya mobil perkotaan terbaik untuk Wuling Air EV, mobil penumpang 2-Box (hatchback) medium terbaik untuk Wuling Cloud EV, serta debut mobil favorit untuk mobil listrik baru Wuling EV Van

    Kinerja penjualan Wuling dalam PEVS 2025 meningkat 12 persen dibandingkan tahun lalu. “Pencapaian ini menjadi langkah penting bagi Wuling untuk terus berperan dalam perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia,” kata Sales Operation Director Wuling Motors, Kharismawan Awangga.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Ade P Marboen
    Copyright © ANTARA 2025

  • Eramet: Peluang kerja sama dengan Danantara perkuat sektor baterai EV

    Eramet: Peluang kerja sama dengan Danantara perkuat sektor baterai EV

    Eramet saat ini tengah berdiskusi dengan Danantara, lembaga investasi milik pemerintah. Danantara, sejak didirikan beberapa bulan lalu, telah menunjukkan minat besar untuk berinvestasi di rantai nilai mineral kritis di Indonesia,

    Jakarta (ANTARA) – Eramet Indonesia mengungkapkan kerja sama dengan Danantara berpotensi menjadi peluang strategis untuk mempererat hubungan antara Eropa dan Indonesia dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik (electric vehicle).

    Dalam pernyataan menjawab ANTARA dari Jakarta, Rabu, afiliasi perusahaan tambang dan metalurgi asal Prancis itu mengakui sedang melakukan diskusi dengan Danantara Indonesia, mengenai potensi kerja sama di bidang mineral kritis.

    “Eramet saat ini tengah berdiskusi dengan Danantara, lembaga investasi milik pemerintah. Danantara, sejak didirikan beberapa bulan lalu, telah menunjukkan minat besar untuk berinvestasi di rantai nilai mineral kritis di Indonesia,” menurut Eramet dalam jawaban tertulisnya saat dikonfirmasi.

    Kerja sama dengan Danantara, menurut Eramet, berpotensi menjadi peluang strategis untuk memperkuat posisinya dalam sektor mineral kritis Indonesia.

    “Sekaligus mempererat hubungan antara Eropa dan Indonesia dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik,” menurut Eramet.

    Disinggung lebih lanjut, Eramet belum merinci proyek perdana yang akan menjadi bagian kerja sama dengan Danantara, termasuk nilai investasi yang akan digulirkan.

    “Diskusi ini masih berada pada tahap awal dan terlalu dini untuk memberikan pernyataan lebih lanjut,” kata Eramet.

    Adapun pimpinan Eramet Group sebelumnya melakukan pertemuan dengan jajaran pemerintah Indonesia untuk membicarakan kerja sama di sektor mineral kritis, terutama dalam pengembangan ekosistem nikel.

    Dalam pertemuan dengan CEO Eramet Group Christel Bories pada Maret lalu, Menteri Investasi yang juga CEO Danantara Rosan Roeslani menyatakan, perusahaan asal Prancis tersebut berencana melakukan eksplorasi wilayah baru di Sulawesi Selatan dan Papua, serta bakal melakukan pengembangan proyek responsible green electric vehicle (RGEV) yang nantinya akan melibatkan berbagai mitra strategis.

    Rosan mengatakan, kolaborasi antara pemerintah dan Eramet akan turut berkontribusi pada peningkatan lapangan kerja dan pemajuan kualitas teknologi di Tanah Air.

    “Selain mempercepat pertumbuhan industri EV di Indonesia, kolaborasi ini juga berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan transfer teknologi,” ujar Rosan.

    Berdasarkan data di laman resmi Eramet, perusahaan tambang asal Prancis ini pada 2022 mendirikan anak perusahaan PT Eramet Indonesia Mining. Sebelum mendirikan Eramet Indonesia Mining pada 2022, Eramet pada 2006 berinvestasi dalam eksplorasi nikel di Halmahera, Maluku Utara, setelah mengakuisisi Strand Minerals.

    Grup tersebut melakukan studi pertambangan bijih nikel melalui PT Weda Bay Nickel (WBN). Pada 2020, WBN memulai operasi pertambangan.

    Pada 2022, Eramet dan perusahaan kimia terkemuka asal Jerman, BASF, pernah merencanakan pembangunan pabrik hidrometalurgi di Halmahera, yang disebut Sonic Bay.

    Proyek ini dirancang untuk memproses nikel dan kobalt yang merupakan bahan penting untuk baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik. Namun Eramet dan BASF mundur dari rencana investasi tersebut.

    Pewarta: Indra Arief Pribadi
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

  • Menperin kenalkan “green mobility” untuk fasilitasi industri otomotif

    Menperin kenalkan “green mobility” untuk fasilitasi industri otomotif

    Apapun perkembangan teknologi otomotif, kami menyambut baik dan berkomitmen memfasilitasi kebijakannya melalui ‘green mobility’

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita memperkenalkan konsep green mobility sebagai pendekatan kebijakan yang mengintegrasikan teknologi ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi, berdaya saing tinggi, mendukung keberlanjutan mobilitas, serta memfasilitasi teknologi otomotif.

    “Apapun perkembangan teknologi otomotif, kami menyambut baik dan berkomitmen memfasilitasi kebijakannya melalui konsep green mobility. Kebijakan ini akan lebih adaptif dan sustain bagi industri otomotif nasional terutama menjawab perkembangan pesat teknologi otomotif yang ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi, mendukung mobilitas penduduk dan melindungi investasi otomotif yang telah ada di Indonesia selama ini,” ujar Menperin di Jakarta, Rabu.

    Dijelaskannya, konsep ini hadir karena Industri otomotif Indonesia sedang mengalami disrupsi teknologi baik dari sisi produksi maupun produk yang dihasilkan.

    Hal ini terlihat dari berbagai produk otomotif berteknologi tinggi dan ramah lingkungan telah memasuki pasar domestik, seperti kendaraan menggunakan teknologi Internal Combustion Engine (ICE), hybrid, baterai listrik dan fuel cell hydrogen.

    Menperin menyampaikan, konsep ini mempertimbangkan investasi otomotif yang sudah berlangsung lama di tanah air.

    Pemerintah misalnya telah memfasilitasi investor yang memproduksi kendaraan berteknologi ICE dalam bentuk insentif bagi produk Low Cost Green Car (LCGC) , dan program biofuel.

    Pemerintah juga telah menerbitkan kebijakan dan insentif yang mendorong terciptanya ekosistem kendaraan listrik melalui insentif PPNBM DTP serta hilirisasi sumber daya alam yang mendukung industri baterai kendaraan listrik.

    Selain itu, dikatakannya, pemerintah turut memberikan insentif untuk produksi kendaraan hybrid.

    Terbaru, Indonesia tengah menyiapkan kebijakan dan insentif bagi investor yang memproduksi kendaraan berteknologi fuel cell hydrogen.

    “Selain memfasilitasi teknologi otomotif terbaru, kami juga tetap akan melindungi investasi otomotif yang sudah lama berproduksi di Indonesia. Prinsipnya, selama investasi industri otomotif lama atau baru tersebut menghasilkan produk otomotif lebih ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi dan mendukung mobilitas masyarakat, maka akan kami fasilitasi melalui kebijakan green mobility,” ujar Menperin

    Selain itu, Agus mengatakan pasar otomotif Indonesia masih memiliki ruang untuk tumbuh dan berkembang serta dapat diisi oleh produk otomotif dalam negeri.

    Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepemilikan mobil Indonesia yang relatif lebih rendah dibanding dengan rasio kepemilikan mobil di negara tetangga ASEAN.

    Menperin menyebut rasio kepemilikan kendaraan roda empat di Indonesia hanya 99 unit per 1.000 orang penduduk, sedangkan jumlah penduduk Indonesia mencapai 281 juta orang pada tahun 2024.

    Jika dibandingkan rasio kepemilikan kendaraan motor roda empat di Malaysia, sebesar 490 unit per 1.000 orang penduduk. Sementara Malaysia hanya memiliki sekitar 35 juta penduduk.

    Di sisi lain, Thailand juga menunjukkan rasio kepemilikan mobil yang lebih tinggi dibanding Indonesia. Dengan jumlah penduduk sekitar 70 juta orang, negara itu mampu mencatat rasio kepemilikan mobil sebanyak 275 unit per 1.000 orang.

    “Di Singapura 211 unit per 1.000 orang, Korea Selatan 530 unit per 1.000 orang, dan Jepang 670 unit per 1.000 orang,” kata Agus.

    Konsep green mobility diharapkan mendukung upaya pemerintah untuk pencapaian target Net Zero Emission (NZE) sektor manufaktur pada tahun 2050.

    “Kami mengakselerasi target NZE di sektor industri manufaktur dapat tercapai pada tahun 2050 atau 10 tahun lebih cepat daripada target yang ditetapkan oleh pemerintah. Kami juga telah melakukan koordinasi dengan para pelaku industri, termasuk sektor otomotif. Alhamdulillah, mereka siap untuk mendukung tercapainya target NZE di sektor manufaktur tersebut,” kata Menperin.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • CATL Siapkan Investasi Jumbo, Cari Pinjaman 1 Miliar Dolar Demi Bangun Pabrik Baterai di RI – Halaman all

    CATL Siapkan Investasi Jumbo, Cari Pinjaman 1 Miliar Dolar Demi Bangun Pabrik Baterai di RI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Produsen baterai kendaraan listrik kondang asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) berencana melebarkan ekspansi dengan membangun pabrik di Indonesia.

    Untuk merealisasikan rencana itu, kini CATL tengah mencari pinjaman sekitar 1 miliar dolar AS atau setara Rp16,4 triliun demi mendanai investasi di Indonesia.

    Rencananya pabrik baterai rakitan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) CATL akan di bangun di Karawang, Jawa Barat.

    Hal itu terungkap usai sumber yang tidak ingin diungkapkan identitasnya menyebutkan bahwa CATL tengah mencari pendanaan untuk mendanai investasi di pangsa Indonesia.

    “CATL, pembuat baterai terkemuka dunia, sedang mencari pinjaman sekitar 1 miliar dolar untuk mendukung investasinya di Indonesia,” ujar sumber yang tidak ingin diungkapkan identitasnya mengutip Tech In Asia.

    “Pinjaman tersebut mungkin memiliki jangka waktu lima hingga tujuh tahun,” imbuhnya.

    Untuk merealisasikan rencana ekspansi, CATL kabarnya akan menjalin kesepakatan kerja sama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC), yang belakangan disebut dengan Proyek Dragon.

    Investasi raksasa baterai China pada Proyek Dragon dilakukan lewat Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), usaha patungan bersama dengan Brunp dan Lygend.

    Dua perusahaan yang disebut terakhir punya keahlian pada pembuatan bahan baku baterai setrum. 

    CATL belum memberikan komentar publik mengenai inisiatif ini.

    Namun sejauh ini diskusi dengan calon pemodal masih berlangsung, dan ketentuan pinjaman dapat berubah.

    Perjalanan Ekspansi CATL di RI

    CATL masuk ke Indonesia melalui anak usahanya, Ningbo Contemporary Brunp Legend Co. Ltd. (CBL), yang menjalin kemitraan strategis dengan PT Industri Baterai Indonesia (IBC) pada 16 Oktober 2024.

    Kolaborasi ini kemudian melahirkan proyek bernama Dragon yang fokus pada pengembangan industri baterai EV terintegrasi.

    Pada kesepakatan awal, CATL mengumumkan nilai investasi untuk proyek Dragon sebesar 1,18 miliar dolar AS dengan kapasitas produksi mencapai 15 gigawatt hour (GWh) per tahun.

    Namun, nilai tersebut kemudian dikoreksi menyusul persetujuan Outward Direct Investment (ODI) dari pemerintah China.

    Terpisah, Indonesia dipilih menjadi target utama karena memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, salah satu bahan baku utama dalam produksi baterai kendaraan listrik (EV).

    Selain itu Indonesia berada di posisi geografis strategis di Asia Tenggara, sehingga memungkinkan CATL untuk mengakses pasar lebih luas.

    Melalui ekspansi ini, CATL memperkuat rantai pasok globalnya dari hulu ke hilir, termasuk pengolahan bahan mentah hingga perakitan baterai.

    Selain itu, distribusi produk baterai ke negara-negara seperti India, Vietnam, Thailand akan jauh lebih efisien.

    Jika berhasil, ekspansi ini akan membawa investasi besar, transfer teknologi, dan lapangan kerja baru di sektor industri hijau.

    Ini juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam ekosistem kendaraan listrik dunia.

    CATL Dominasi Industri Baterai

    Sejak tahun 2017, CATL telah menempati posisi nomor satu dunia dalam penjualan baterai EV dan mempertahankan dominasinya hingga kini.

    Data dari tahun 2023 menunjukkan pangsa pasar global CATL mencapai sekitar 36–37 persen,  mencapai  sepertiga dari seluruh baterai EV di dunia.

    Sementara data terbaru dari SNE Research asal Korea Selatan, mengungkap bahwa CATL tercatat sebagai produsen baterai EV terbesar di dunia dengan pangsa pasar global sebesar 38,2 persen per Januari–Februari 2025.

    Jauh mengungguli pesaing seperti LG Energy Solution (Korea Selatan), BYD (Tiongkok), dan Panasonic (Jepang).

    CATL terus memperkuat posisinya lewat investasi besar dalam riset dan pengembangan (R&D)., lebih lanjut CATL juga mengarahkan strategi ke arah energi bersih dan berkelanjutan,

    Untuk mempertahankan dominasinya, CATL aktif membangun pabrik di berbagai negara.

    Per 30 September 2024, CATL telah memiliki 13 lokasi produksi baterai secara global, termasuk pabrik di Thuringia, Jerman, yang telah memulai produksi massal, dan proyek pembangunan pabrik di Hungaria yang masih berjalan.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Transjakarta Uji Coba Mobil Listrik buat Armada Jaklingko

    Transjakarta Uji Coba Mobil Listrik buat Armada Jaklingko

    Jakarta

    Transjakarta resmi menguji coba mobil listrik buatan Foton untuk armada mikrotrans alias Jaklingko. Ini menjadi salah satu upaya mewujudkan transportasi umum yang lebih ramah lingkungan dan efisien di Jakarta.

    Adapun unit mobil yang akan dijajal Transjakarta adalah Foton eTruckmate. Mobil ini merupakan kendaraan niaga ringan bertenaga listrik yang dirancang memenuhi beragam kebutuhan transportasi modern. Unit ini juga dikembangkan untuk mendukung fungsi angkutan penumpang, menjadikannya solusi mobilitas yang fleksibel dan multifungsi.

    Dengan kapasitas angkut optimal dan dimensi yang kompak, eTruckmate diklaim ideal untuk menjangkau area-area padat dan jalur distribusi sempit di jalan perkotaan. Meski
    berukuran kecil, kendaraan ini menawarkan performa tinggi tanpa emisi, serta biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan kendaraan berbahan bakar konvensional.

    Uji coba ini akan difokuskan pada operasional harian armada Foton eTruckmate di berbagai jalur distribusi strategis di Jakarta. Aspek yang diuji meliputi efisiensi penggunaan energi, performa teknis kendaraan di berbagai kondisi jalan, kemudahan pengisian daya, serta dampak penggunaan kendaraan listrik terhadap produktivitas transportasi umum. Hasil dari uji coba ini akan menjadi dasar untuk pengembangan model distribusi transportasi umum masa depan yang lebih bersih dan efisien.

    Dalam keterangan resminya dijelaskan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari dukungan terhadap program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam upaya mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kualitas udara. Pemanfaatan kendaraan listrik dinilai sebagai langkah efektif dalam mencapai target Net Zero Emission di sektor transportasi, sekaligus memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan kota yang lebih sehat dan berkelanjutan.

    Melalui uji coba ini, PT Indomobil Global Transportasi, PT Transportasi Jakarta, dan PT Green Logistic Solution berharap dapat membuka jalan bagi penggunaan mobil listrik secara lebih luas, tidak hanya di sektor transportasi umum, tetapi sektor-sektor lain yang relevan.

    Selain itu, keberhasilan integrasi kendaraan listrik dalam ekosistem Mikrotrans/bus kecil Transjakarta. juga diharapkan dapat menjadi model penerapan transportasi hijau untuk kota-kota lain di Indonesia. Langkah ini menunjukkan bahwa inovasi dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan dalam menciptakan mobilitas yang lebih cerdas, efisien, dan ramah lingkungan.

    Penandatanganan MoU ini menegaskan bahwa perubahan besar menuju masa depan transportasi rendah emisi memerlukan kolaborasi erat antara berbagai pihak. Dengan sinergi yang kuat, Indonesia mampu mempercepat transformasi menuju era transportasi hijau yang modern dan berdaya saing global.

    (lua/dry)

  • Subsidi Motor Listrik Masih Digodok Pemerintah, Kapan Diputuskan?

    Subsidi Motor Listrik Masih Digodok Pemerintah, Kapan Diputuskan?

    Jakarta

    Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) masih menggodok aturan mengenai subsidi motor listrik di Indonesia. Mereka memastikan, prosesnya masih berjalan hingga sekarang.

    Ketika ditanya kapan aturan tersebut diputuskan, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita belum bisa mengungkapnya. Intinya, aturan tersebut masih dirumuskan pemerintah.

    “(Aturan soal subsidi motor listrik) sedang dibahas di internal pemerintah,” ujar Agus Gumiwang Kartasasmita saat ditemui di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (6/5).

    Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Agus juga belum bisa bicara saat ditanya mengenai skema subsidi yang sedang dirumuskan pemerintah. Sebelumnya, bantuan tersebut berbentuk potongan langsung atau diskon sebesar Rp 7 juta. Namun, ada wacana diubah menjadi PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah).

    “Itu (juga) masih dibahas, masih touching up,” ungkapnya.

    Sebelumnya, Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko meminta agar pemerintah segera mengumumkan subsidi motor listrik. Sebab, jika tidak, konsumen akan terus-terusan menunda pembelian kendaraan.

    Moeldoko berharap, skema subsidinya berbentuk potongan langsung sebesar Rp 7,5 juta per unit. Namun, jika tak memungkinkan, dia terbuka dengan berbagai opsi yang tersedia.

    “Ya itu, kita berharap tetap ada subsidi dalam bentuk yang seperti kemarin, direct ya, direct Rp 7,5 juta (untuk motor listrik baru) dan Rp 10 juta untuk konversi. Kita harapnya seperti itu,” ujar Moeldoko di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pekan lalu.

    “Tapi kalau pemerintah menganggap bahwa oh ada kebijakan baru yang lebih bagus, oh kita juga terima, mungkin dialihkan ke PPN, bisa diterima, yang penting segera ada kepastian, dunia usaha menunggu itu,” tambahnya.

    Meski demikian, Moeldoko menegaskan, pihaknya belum diajak diskusi pemerintah mengenai skema subsidi motor listrik. Kini, kata dia, segalanya masih di tahap menunggu.

    “Kita belum diajak bicara oleh pemerintah, kita tunggu khususnya, kita menunggu, karena ini masih dibicarakan di internal pemerintah,” kata dia.

    (sfn/dry)

  • Mobil Listrik Polytron Cuma Rebadge Produk China?

    Mobil Listrik Polytron Cuma Rebadge Produk China?

    Jakarta

    Polytron merespons tudingan produk mobil listrik pertamanya yang disebut rebadge mobil China. Polytron menegaskan G3 bukan sekadar rebadge dari model Skyworth Auto.

    “Rebadge tidak sepenuhnya benar, kalau dicari, di sana tidak ada yang sama speknya dengan yang kita bawa ke sini. Sebetulnya kita juga melakukan beberapa adjustment, disesuaikan dengan karakter di Indonesia,” kata Direktur Komersial Polytron Tekno Wibowo di Jakarta, Selasa (6/5/2025).

    Skyworth Auto merupakan produsen kendaraan listrik asal Tiongkok yang didirikan pada tahun 2017 dan berpusat di Nanjing. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari Skywell New Energy Automobile Group, yang juga memiliki Nanjing Golden Dragon Bus. Skyworth Auto dikenal melalui beberapa model kendaraan listrik, seperti Skyworth K dan CE11.

    “Kita lakukan adalah sharing platform, sebenarnya sangat lazim ya di industri otomotif, kita kerja sama, kita cari produk apa yang mereka sesuai karakter Indonesia,” kata Tekno.

    Dalam situs resmi Skyworth EV dijelaskan, K dipasarkan dalam tiga opsi LHD (Left Hand Drive), RHD (Right Hand Drive), dan i LHD. Mobil itu punya dimensi yang cukup bongsor: panjang 4.720 milimeter (mm), lebar 1.908 mm, tinggi 1.696 mm, dan jarak poros roda depan ke belakang 2.800 mm.

    Untuk dimensi memiliki kemiripan. Namun ditelisik dari segi performa, ada perbedaan yang ditawarkan dari Polytron G3.

    Soal kemampuannya Skyworth K punya jarak tempuh hingga 620 km, berdasarkan pengetesan NEDC. Perjalanan itu didukung dengan baterai 85.97 kWh. Sebagai pembanding, Polytron G3 dan G3+ punya jarak tempuh 402 kilometer (CLTC) karena menggunakan baterai 51.916 kWh.

    Performanya bisa melesat dari titik nol ke 100 km/jam dalam waktu 9,6 detik. Pembeda lainnya, Polytron menyematkan audio XBR by Poltron dengan woofer yang powerful dan tweeter.

    Polytron menjalin kerjasama dengan Skyworth Auto.

    Tekno menceritakan awal mula kolaborasi antara Polytron dengan Skyworth Auto.

    “Awal kerjasamanya, pertama yang kita lakukan mencari partner yang punya visi yang sama dengan kita. Kemudian kedua mencari produknya yang sesuai atau tidak, kalau sesuai baru akan melakukan penyesuaian-penyesuaian sehingga produknya cocok untuk masyarakat Indonesia,” kata Tekno.

    Skyworth dan Polytron akan mendirikan pabrik perakitan di Indonesia. Pabrik ini bertujuan untuk merampingkan rantai pasokan, mengurangi biaya, dan meningkatkan daya saing produk dengan melokalisasi produksi. Kedua perusahaan berencana untuk memproduksi hampir 10.000 kendaraan Skyworth selama tiga tahun ke depan.

    “Saat ini kita masih kerja sama dengan PT Handal untuk merakitnya. Sambil kita siapkan fasilitas sendiri, jadi kita mulai investasi di peralatannya, sementara ini,” kata Tekno.

    (riar/dry)

  • Ada 7 Merek Bangun Pabrik Mobil Listrik di RI, Salah Satunya VW

    Ada 7 Merek Bangun Pabrik Mobil Listrik di RI, Salah Satunya VW

    Jakarta

    Menteri Investasi dan Hilirisasi RI sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Danantara, Rosan Roeslani mengungkap ada tujuh merek mobil listrik yang mulai bangun pabrik di Indonesia selama 2024-2025. Salah satunya, kata dia, Volkswagen alias VW.

    Menurutnya, ketujuh pabrik tersebut punya kapasitas produksi gabungan hingga 281 ribu unit kendaraan setahun. Sementara nilai investasinya diklaim mencapai Rp 15,4 triliun!

    “Ada tujuh produsen kendaraan listrik yang menyatakan investasinya dan sudah mulai membangun konstruksinya dengan nilai total Rp 15,4 triliun untuk rencana memproduksi mobil listrik 281 ribu unit setahun,” ujar Rosan di SCBD, Jakarta Selatan, Selasa sore (7/5).

    “Itu ada BYD, Citroen, Aion, Maxus, Geely, Vinfast dan VW. Mereka itu yang sudah menyatakan komitmen dan terus berjalan,” tambahnya.

    Menteri Investasi Rosan P Roeslani Foto: Ignacio Geordi Oswaldo

    Sayangnya, ketika ditanya lebih lanjut mengenai VW di sesi doorstop, Rosan terkesan tutup mulut. Dia meninggalkan lokasi tanpa menjawab pertanyaan tersebut. Bahkan, dia juga tak menjelaskan, apakah investasi itu terkait pabrik baterai atau pabrik kendaraan.

    Kabar mengenai VW bangun pabrik di Indonesia telah berhembus sejak lama. Isunya makin menguat ketika Jokowi sempat bertemu petinggi anak perusahaan VW, PowerCO SE, dua tahun lalu. Namun, hingga hari ini, belum ada kelanjutan kabarnya.

    Di kesempatan yang sama, Rosan menargetkan, kemunculan-kemunculan pabrik baru itu bisa membuat produksi kendaraan listrik di Indonesia tembus 2,5 juta unit setahun pada 2030. Dia juga mengklaim, pemerintah telah menyiapkan sejumlah insentif untuk mencapai angka tersebut.

    “Produksi kendaraan listrik ini diprediksi akan terus meningkat, dan pada 2030 nanti kami memprediksi produksi kendaraan listrik mencapai 2,5 juta unit dalam setahun,” ungkapnya

    “Tentunya kita pun akan memberikan insentif lebih besar lagi apabila mereka melakukan TKDN. Jadi konsepnya kita ubah dengan TKDN lebih tinggi, insentif diperbesar. Harapannya, paling penting, kalau EV battery, charging-nya harus ada,” kata dia menambahkan.

    (sfn/dry)

  • China Sapu Bersih Proyek Hilirisasi Prabowo

    China Sapu Bersih Proyek Hilirisasi Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah investor asal China tengah menjajaki peluang investasi di proyek hilirisasi nikel hingga batu bara di Tanah Air.

    Salah satu proyek hilirisasi yang diminati investor China adalah hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Proyek yang produknya diproyeksikan sebagai subtitusi liquefied petroleum gas (LPG) ini mandek usai ditinggal oleh investor asal Amerika Serikat, Air Products & Chemical Inc (APCI). Kini, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto kembali mendorong pengembangan proyek ini.

    Untuk diketahui, Air Product semula berkomitmen mengembangkan dua proyek strategis nasional hilirisasi batu bara, salah satunya proyek gasifikasi batu bara menjadi DME di Muara Enim, Sumatra Selatan dengan membentuk joint venture bersama PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).

    Baru-baru ini, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengungkapkan bahwa Perseroan telah mendekati sejumlah perusahaan China untuk mencari mitra pengganti Air Product dalam proyek DME.

    Calon mitra yang telah dijajaki, yaitu CNCEC, CCESCC, Huayi, Wanhua, Baotailong, Shuangyashan, dan ECEC. Dari sejumlah perusahaan itu, hanya ECEC yang berminat sebagai mitra investor.

    “Dari seluruh calon mitra tersebut baru ECEC gitu ya, yang menyatakan minat menjadi mitra investor meskipun belum dari dalam skema investasi penuh atau full investment,” kata Arsal dalam RDP Komisi XII, Senin (5/5/2025).

    Merujuk pada paparan PTBA dalam rapat tersebut, ECEC telah menyampaikan preliminary proposal coal to DME pada November 2024.

    Di samping penjajakan yang masih berlanjut, PTBA masih terus mempersiapkan proyek DME ini secara paralel. Hingga saat ini, PTBA telah berhasil melakukan pembebasan lahan seluas 198 hektare atau sekitar 97% dari total kebutuhan lahan sebesar 203 hektare.

    “Itu merupakan komitmen dari kesiapan kami dalam menjalankan proyek ini. Nah, kami juga terus menjalin tentunya koordinasi intensif dengan berbagai pemangku kepentingan seperti Satgas Hilirisasi, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Perindustrian, dan lembaga terkait lainnya untuk memproyek arahan dan dukungan kebijakan yang kami butuhkan,” tutur Arsal.

    Dominasi China di Proyek Hilirisasi Nikel

    Selain DME, investor asal China juga akan menggarap proyek hilirisasi nikel menjadi baterai kendaraan listrik (EV). Terbaru, pemerintah telah menunjuk Zhejiang Huayou Cobalt Co menjadi mitra strategis dalam megaproyek rantai pasok baterai. Huayaou akan menggantikan konsorsium asal Korea Selatan yang dipimpin LG Energy Solution yang semula akan berinvestasi senilai US$8,6 miliar atau Rp145 triliun di Proyek Titan. 

    Terpilihnya Huayou semakin menancapkan dominasi China dalam proyek hilirisasi nikel di Tanah Air. Hal ini mengingat mayoritas smelter nikel dalam negeri saat ini dimiliki oleh raksasa-raksasa logam China, seperti Tsingshan Group dan Jiangsu Delong Nickel Industry Co.

    Tak hanya itu, raksasa baterai China, Contemporary Amperex Technology Co Ltd. (CATL), juga telah berkomitmen menanamkan investasi dalam megaproyek rantai pasok baterai bernama Proyek Dragon. Melalui anak usahanya CBL International Development Pte Ltd, CATL membentuk joint venture dengan konsorsium BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun pabrik sel baterai dengan kapasitas produksi sebesar 15 gigawatt hour (GWh) per tahun. Nilai investasinya mencapai US$1,18 miliar atau sekitar Rp19,13 triliun.

    Terkait Huayou, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan P Roeslani mengungkap pemerintah mempercayakan Huayou untuk menggantikan LG karena pemerintah melihat minat Huayou yang tinggi. Pemerintah juga menilai kemampuan Huayou yang telah mumpuni lantaran sudah lama berinvestasi di Indonesia dalam bidang yang sama. 

    Rosan mengungkapkan bahwa saat ini investasi yang telah ditanamkan Huayou di RI sebesar US$8,8 miliar atau setara Rp147 triliun.

    “Huayou saja investasi di Indonesia per hari ini itu sudah mencapai US$8,8 miliar, sudah menanamkan investasi loh, sudah selesai. Mereka menyampaikan potensi untuk investasi dari Grup Huayou ini ke depannya menurut perhitungan mereka bisa akan mencapai US$20 miliar tambahan,” kata Rosan kepada wartawan, Selasa (29/4/2025).

    Rosan menyebut, pihak Huayou meminta waktu untuk mematangkan rencana proyek baru tersebut. Rencana investasi proyek ini dijadwalkan akan dibeberkan secara terperinci pada pekan ketiga Mei 2025.

    Dalam hal ini, tak hanya sebagai pengganti LG Energy Solution di proyek rantai pasok baterai Indonesia, Huayou juga berencana untuk mengembangkan kawasan industri di Pomala, Sulawesi Tenggara.

    “Mereka sudah pelajari dan ingin mereka investasikan di Indonesia, termasuk adalah pengembangan klaster industrial park seperti yang di Morowali dan di Weda Bay. Yang di Weda Bay mereka adalah pemegang saham minoritas, nah mereka sekarang ingin mengembangkan juga sendiri,” jelasnya.

    Oleh karena itu, tak heran jika Huayou berencana untuk meningkatkan investasi jumbo di Indonesia. Menurut Rosan, untuk membangun industrial park seperti Morowali atau Weda Bay membutuhkan ongkos yang besar.

    “Tidak hanya dari Huayou, saya pun sudah bertemu lagi dari perusahaan lain yang ingin membangun yang sama dan nanti mereka akan bisa masuk investasi dari negara-negara lain juga,” pungkasnya.

    Meski menggandeng Huayou, pemerintah juga menegaskan tetap terbuka terhadap investasi dari negara lain untuk proyek hilirisasi dalam negeri. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa akan ada investor baru yang akan menjadi mitra Huayou dalam proyek baterai. 

    Menurutnya, calon investor itu merupakan salah satu dari tujuh perusahaan besar di dunia. 

    “Nanti kita umumkan ya. Ini salah satu perusahaan yang masuk tujuh besar di dunia. Enggak mungkin dong kami memasukkan partner yang belum comply dan belum teruji. Semuanya sudah teruji,” ucap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Senin (28/4/2025) sore.

    Namun, Bahlil belum bisa memerinci mitra baru tersebut berasal dari negara mana. Namun, dia menekankan bahwa pemerintah tak terpaku pada negara asal.

    “Kita sekarang tidak menghitung mau China, mau Arab, mau Eropa, mau Korea, yang mau ke Indonesia aku enggak membedakan,” katanya. (Afiffah Rahmah Nurdifa)