Produk: kendaraan listrik

  • Pemerintah Belum Kepikiran Kasih Insentif Mobil Hidrogen

    Pemerintah Belum Kepikiran Kasih Insentif Mobil Hidrogen

    Jakarta

    Pemerintah belum berencana memberikan insentif untuk mobil bertenaga hidrogen. Alasannya, mobil ramah lingkungan ini belum banyak digunakan di Indonesia.

    “Oh belum ada. Insentif mobil hidrogen belum ada. Teknologinya saja kan masih belum,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita usai acara Mata Lokal Fest 2025 di Shangri-La Jakarta, Kamis (8/5/2025).

    Namun Agus menilai pengembangan mobil hidrogen bisa menjadi salah satu alternatif kendaraan ramah lingkungan di Indonesia. Karena itu bisa saja ke depan pemerintah akan mengeluarkan insentif untuk mobil hidrogen ini jika memang diperlukan.

    “Sejak enam tahun yang lalu saya ditunjuk sebagai Menperin, bagi kami semua teknologi otomotif itu kami persilakan untuk berkembang di Indonesia dengan catatan dia bisa menunjukkan semakin lama semakin ramah lingkungan,” terang Agus.

    Menurut Agus masing-masing teknologi bahan bakar kendaraan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai contoh Agus mengatakan mobil dengan teknologi Internal Combustion Engine (ICE) alias berbahan bakar minyak (BBM) bisa lebih ramah lingkungan dari yang ada sebelumnya.

    Kemudian dibanding kendaraan hidrogen, mobil hybrid yang ramah lingkungan sudah lebih dulu berkembang di Indonesia, bahkan penjualannya mencapai ribuan unit per bulan.

    “Jadi intinya semua teknologi otomotif di mata Kemenperin itu terbuka selama dia menunjukkan progres menuju ramah lingkungan,” ucap Agus.

    Sebagai informasi, sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menekankan insentif untuk kendaraan hidrogen diberikan jika sudah ada investor yang masuk. Saat ini, hidrogen sebagai pengganti bensin sedang dikembangkan.

    “Kita lagi tanya siapa yang masuk, siapa yang melakukan investasi. Kita minta proposal mereka. Kalau itu oke, kita akan jalankan,” kata Bahlil dalam acara Global Hydrogen Ecosystem 2025 Summit & Exhibition yang diselenggarakan di Jakarta International Convention Centers (JCC), Selasa (15/4/2025).

    Menurut Bahlil pemberian insentif nanti akan seperti investor untuk kendaraan listrik. Contohnya ketika Hyundai membangun pabrik mobil listrik di Karawang, Jawa Barat.

    “Sama dengan dulu ketika Hyundai ingin membangun pabrik mobil listrik di Karawang, Jawa Barat. Itu pertama kali. Waktu itu saya masih Menteri Investasi dan saya pikir modusnya akan seperti juga dengan mobil hidrogen. Tinggal kita lihat, variabel mana yang pemerintah hadir untuk memberikan insentif agar visibel ketika dia melakukan investasi,” kata Bahlil.

    Tonton juga “Pemerintah Beri Rp 265,6 T untuk Insentif PPN Bahan Pokok-Pendidikan” di sini:

    (igo/hns)

  • Mobil Listrik Honda Banyak Mengaspal di China, Sinyal Kuat Masuk Indonesia? HPM Beri Tanggapan

    Mobil Listrik Honda Banyak Mengaspal di China, Sinyal Kuat Masuk Indonesia? HPM Beri Tanggapan

    JAKARTA – Honda telah bertransformasi tidak hanya menyediakan kendaraan bermesin bensin saja, melainkan juga memperluas jajaran elektrifikasi dengan menawarkan lebih banyak kendaraan listrik untuk pasar China.

    Segmen kendaraan listrik (EV) telah booming di negeri tirai bambu sehingga membuat Honda juga tidak mau kalah dalam persaingan di pasar tersebut.

    Di China, pabrikan berlogo “H” tegak ini telah memiliki lini kendaraan listrik seperti e:NS2, e:NP2, S7, P7, dan model GT yang akan datang.

    Banyaknya kendaraan listrik yang ditawarkan di China, membuka peluang apakah sejumlah model ini akan dipasarkan di negara besar lainnya seperti Indonesia.

    Sales and Marketing & After Sales Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy mengatakan pihaknya sedang memantau hal ini sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa model dari China akan menyapa pasar Indonesia.

    “Saat ini memang masih untuk pasar China ya, tapi kami monitor terus,” kata Billy saat wawancara dengan media di Sunter, Jakarta, Selasa, 6 Mei.

    Ia pun juga belum bisa memastikan tanggal kepastian sejumlah mobil tersebut dibawa ke pasar Indonesia dan peluangnya sedang dipelajari saat ini.

    “Apakah nanti dibawa ke Indonesia? Kami sedang pelajari peluangnya,” tambah Billy.

    Di Indonesia, Honda baru menawarkan e:N1 sebagai satu-satunya lini kendaraan listrik yang dihadirkan dalam format berlangganan dengan opsi biaya kepemilikan setelahnya.

    SUV berwujud kompak ini memiliki motor listrik bertenaga 204 ps dengan baterai berkapasitas 68,8 kWh yang memberikan jarak tempuh mencapai 500 km menurut siklus NEDC.

    Hanya tersedia sebanyak 300 unit, pabrikan dari Jepang ini menawarkan skema penyewaan sebesar Rp22 juta per bulan selama lima tahun tanpa uang muka.

  • Investasi Otomotif di Indonesia Selama 2020-2024 Tembus Rp 157 T

    Investasi Otomotif di Indonesia Selama 2020-2024 Tembus Rp 157 T

    Jakarta

    Menteri Investasi dan Hilirisasi RI sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Danantara, Rosan Roeslani mengklaim, realisasi investasi otomotif di Indonesia selama 2020-2024 mencapai ratusan triliun rupiah. Hal itu membuktikan betapa besarnya kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian nasional.

    “Kontribusi otomotif (terhadap ekonomi negara) sangat besar. Kalau kita lihat lagi, industri otomotif ini selama 2020-2024 mencapai realisasi investasi lebih dari Rp 157 triliun,” ujar Rosan di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa sore (6/5).

    “Kontribusi investasi terhadap PDB kita itu nomor dua terbesar setelah konsumsi domestik, porsinya mencapai sedikit di atas 29 persen,” tambahnya.

    Dari porsi tersebut, industri manufaktur tercatat menyumbang 18,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan industri otomotif menjadi salah satu sektor kunci. Dalam lima tahun terakhir, kontribusi otomotif terhadap PDB manufaktur rata-rata mencapai 7,6 persen.

    Pabrik mobil di Karawang. Foto: Khairul Imam Ghozali

    Rosan menjelaskan, pencapaian tersebut tak terlepas dari potensi Indonesia sebagai ‘tuan rumah’ untuk kendaraan listrik. Sebab, menurutnya, Indonesia punya seluruh modal yang dibutuhkan untuk membangun ekosistem EV, mulai dari tambang nikel hingga fasilitas daur ulang baterai.

    “Mungkin banyak saudara-saudara sekalian yang belum tahu bahwa di Indonesia ini untuk ekosistem EV battery sudah paling lengkap,” tuturnya.

    “Dari pertambangannya, dari nikelnya… dari nikel ke nikel made, nikel sulfate, precursor, cathode, anode, kemudian cell battery, battery pack, kemudian sampai recycle battery itu semua investasi sudah ada di Indonesia. Jadi the whole ecosystem ini sudah ada,” tambahnya.

    Lebih jauh, Rosan juga menargetkan, pada 2029 atau empat tahun lagi, 36 persen produk kendaraan listrik Indonesia masuk dalam rantai nilai global. Namun, hal tersebut sudah dimulai sejak sekarang.

    “Dan yang paling penting juga, pertumbuhan penjualan kendaraan listrik berbasis baterai pada 2024 mencapai 151,4 persen year-on-year (YoY). Tapi rata-rata pertumbuhan YoY 2019-2024 mencapai 331 persen. Jadi sangat signifikan,” kata dia.

    (sfn/dry)

  • MIND ID Dorong Perguruan Tinggi Perkuat R&D untuk Hilirisasi dan Inovasi Berkelanjutan – Page 3

    MIND ID Dorong Perguruan Tinggi Perkuat R&D untuk Hilirisasi dan Inovasi Berkelanjutan – Page 3

    Dany mencontohkan bijih pembawa timah yang dikelola PT Timah Tbk. masih mengandung logam tanah jarang (Rare Earth Element/REE) yang saat ini tengah dikembangkan lebih lanjut. Rare earth element ini terdiri dari kurang lebih 15 unsur, dengan unsur dominan antara lain Cerium, Lantanum, Neodymium dan Praseodimium dapat menjadi bahan baku strategis yang sangat dibutuhkan seperti magnet permanen, baterai hybrid, elektronik, dan katalis.

    Anggota Grup MIND ID, PT Bukit Asam Tbk juga memiliki batubara yang saat ini tengah diupayakan agar dapat dikonversi menjadi artificial graphite dan anodized sheet yang akan memberikan manfaat besar bagi pengembangan ekosistem industri baterai kendaraan listrik di Indonesia. Selanjutnya, Grup MIND ID juga memiliki selenium dari bijih tembaga, yakni unsur yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi bahan baku mikrokonduktor.

     

    Dany menekankan, perguruan tinggi dapat ikut mendukung pengembangan produk mineral ini. Dengan program R&D yang lebih kuat disertai dengan penggunaan teknologi, maka pengembangan mineral turunan dapat terwujud guna meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam mineral Indonesia.

    “Pengembangan mineral-mineral ini adalah amanat dari Undang-Undang, dan kami berharap perguruan tinggi turut bersama kami menjalankan tugas mulia ini,” ungkapnya.

     

    (*)

  • 10 Startup Teratas di Program NextDev Telkomsel, dari Gigi sampai AI

    10 Startup Teratas di Program NextDev Telkomsel, dari Gigi sampai AI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Telkomsel kembali menggelar ajang tahunan NextDev Summit 2025, yang menjadi puncak dari rangkaian program inkubasi digital bagi startup teknologi di Indonesia.

    Dalam acara ini, Telkomsel mengumumkan 10 startup terbaik yang berhasil melalui proses kurasi dan inkubasi sejak Desember 2024 lalu.

    Menurut Hadi Sucipto, Manager CSR Education and Public Community Development Telkomsel, NextDev telah mengalami transformasi signifikan sejak pertama kali diluncurkan pada 2015.

    “Kalau tahun pertama di 2015 itu programnya masih competition-based. Tapi dalam lima sampai enam tahun terakhir, NextDev telah bertransformasi menjadi program inkubasi yang fokus pada peningkatan kapabilitas dan skill para founder startup,” ungkap Hadi saat ditemui di NextDev Summit 2025 yang digelar di Kawasan SCBD, Jakarta, Kamis (8/5/2025).

    Ia menjelaskan bahwa fokus utama NextDev saat ini bukan semata-mata mencari investasi, tetapi membangun fondasi bisnis yang kuat dan berkelanjutan bagi startup tahap awal.

    “Dalam tiga tahun terakhir, kami mengklaim NextDev sebagai impact incubator bagi early-stage digital startup. Harapannya, startup yang kami bimbing bisa memberikan dampak nyata bagi ekosistem digital di Indonesia,” lanjutnya.

    Tahun ini, lebih dari 250 startup mendaftar mengikuti program NextDev. Setelah melalui proses kurasi ketat, hanya 32 startup yang lolos ke tahap selanjutnya dan dibagi ke dalam tiga kategori, yakni Emerging Technology, Digital Lifestyle, dan Productivity Enhancement.

    Dari jumlah tersebut, akhirnya terpilih 10 startup terbaik yang tampil dalam NextDev Summit 2025.

    Dalam summit ini, kesepuluh startup terpilih berkesempatan untuk pitching di hadapan publik dan calon kolaborator dari berbagai sektor industri. Mereka mempresentasikan produk, model bisnis, serta perjalanan selama program inkubasi.

    Dari 10 startup ini akan dipilih lagi 3 finalis terbaik yang akan dinobatkan sebagai Best of the Best. Mereka akan mendapat hadiah berupa dana hibah dari Telkomsel dan kesempatan benchmarking internasional.

    Hadi menambahkan bahwa keberhasilan startup bukan hanya diukur dari daya saing produk, tetapi juga dari kemampuan mereka menyerap ilmu selama mentoring.

    “Kompetisi ini bagian dari gimmickfication agar selama inkubasi tidak flat. Tapi yang paling penting adalah bagaimana mereka mengadopsi ilmu yang diberikan mentor,” pungkasnya.

    Beriku 10 Startup yang Lolos ke NextDev Summit 2025, berdasarkan kategori atau track yang diikuti:

    Productivity Enhancement:

    1. Luarkampus

    Platform berbasis AI yang membantu para pelajar mencari beasiswa luar negeri. Dengan fitur personalisasi, Luarkampus memastikan mahasiswa mendapatkan rekomendasi beasiswa yang paling sesuai dengan profil dan tujuan mereka.

    2. On Journey

    Platform digital yang membuat pemesanan layanan travel jadi lebih mudah dan terorganisir. Mulai dari tiket transportasi hingga akomodasi, semuanya bisa diakses hanya dengan beberapa klik.

    3. eHealth

    Aplikasi rekam medis digital yang dirancang untuk mempermudah dokter, klinik, dan rumah sakit dalam mengelola data pasien.

    Emerging Technologies:

    4. KendAli

    Platform berbasis AI yang fokus pada manajemen dan deteksi hama di industri makanan dan minuman.

    5. MOLCA

    Startup penyedia solusi digital twin dan AR/VR berbasis AI untuk industri manufaktur dan konstruksi.

    6. SATUPLATFORM

    Platform all-in-one untuk manajemen ESG (Environmental, Social, and Governance), karbon, dan laporan keberlanjutan.

    7. EON Energy

    Penyedia SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) berlisensi yang mendukung infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia.

    Digital Lifestyle:

    8. Boonda

    Aplikasi pengasuhan anak dengan fitur seperti panduan parenting, rekomendasi daycare terdekat, hingga tips MPASI.

    9. GoDentist

    Aplikasi teledentistry berbasis AI yang memungkinkan pengguna memeriksa kesehatan gigi hanya dengan mengunggah foto.

    10. difotoin.id

    Startup ini menyediakan vending machine fotografi, photo booth, dan photo box outdoor.

    (dem/dem)

  • Sewa Baterai Mobil Listrik Polytron Rp 1,2 Juta per Bulan, Gimana Kalau Nggak Bayar?

    Sewa Baterai Mobil Listrik Polytron Rp 1,2 Juta per Bulan, Gimana Kalau Nggak Bayar?

    Jakarta

    Polytron menyediakan opsi sewa baterai dalam pembelian mobil listrik. Lewat cara ini harga jual mobil listrik Polytron G3 dan G3+ bisa kompetitif.

    “Inovasi Battery-as-a-Service (BaaS) kami dapatkan inspirasi dari kisah sukses motor listrik kami di mana mayoritas memilih menggunakan skema sewa baterai. BaaS ini turut kami hadirkan di Polytron G3 dan G3+ agar kendaraan listrik bisa lebih mudah diakses dan dimiliki oleh lebih banyak orang,” kata Direktur Komersial Polytron Tekno Wibowo di Jakarta, belum lama ini.

    Polytron menyediakan opsi sewa baterai dengan tarif Rp 800 per kilometer. Sewa baterai itu minimal jaraknya 1.500 km. Harga bulanan yang perlu dibayar Rp 1,2 juta.

    “Minimum, dengan bayar Rp 1,2 juta, konsumen berhak menjalankan sampai 1.500 km,” kata Tekno.

    “Nanti kalau ada kelebihannya ada Rp 800 per kilometer,” jelas dia lagi.

    Lantas bagaimana jika ada konsumen yang tidak melakukan perpanjangan sewa baterai?

    “Kita sebetulnya kita tanamkan juga teknologinya untuk bisa immobilizer, jadi mobilnya tidak bisa dihidupkan,” jelas dia.

    Sebagai pembanding jika melakukan pembelian dengan opsi sewa baterai, harga mobil listrik Polytron terpangkas lebih jauh.

    Polytron G3 opsi sewa baterai itu dijual Rp 299 juta, sedangkan jika memilih opsi pembelian termasuk baterai dikenakan harga Rp 419 juta. Ada selisih Rp 120 juta saat pembelian di awal.

    Kemudian G3+ dijual Rp 339 juta (opsi sewa baterai) sedangkan untuk pembelian termasuk baterai Rp 459 juta.

    Adapun Polytron G3 itu mengusung bentuk Sport Utility Vehicles (SUV), mirip dengan Skyworth EV K yang sudah melantai di China.

    Soal kemampuannya, dua varian itu memiliki jarak tempuh 402 kilometer (CLTC). Kecepatan tertingginya 150 km/jam. Di atas kertas dari titik nol ke 100 km per jam bisa berlari selama 9,6 detik.

    Polytron memberi garansi 5 tahun untuk kendaraan. Garansi baterai seumur hidup untuk opsi battery subscription (sewa), dan garansi 8 tahun untuk non-subscription.

    (riar/rgr)

  • Satgas Pemberantas Premanisme Resmi Dibentuk, Yakin Bakal Efektif? – Page 3

    Satgas Pemberantas Premanisme Resmi Dibentuk, Yakin Bakal Efektif? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Jenderal (Purn) Moeldoko merasa geram dengan tingkah polah ormas yang mengganggu dunia investasi. Mantan Panglima TNI itu menegaskan, gangguan ormas ini tak bisa ditolerir karena dapat mempengaruhi lapangan pekerjaan di Indonesia.

    “Jadi siapa pun tidak boleh ganggu, makanya saya katakan kalau ada preman ganggu habisin saja. Karena preman ini akan mengganggu segitu banyak orang yang mencari pekerjaan,” ucap Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) ini di JiExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa 29 April 2025 lalu.

    Gangguan ormas pada investasi otomotif dialami dua produsen baru, BYD dan Vinfast. Kedua merek itu memperoleh gangguan kala membangun pabrik perakitan mobil listrik di Subang, Jawa Barat.

    BYD mendirikan pabrik di kawasan Subang Smartpolitan, Subang, Jawa Barat dengan nilai investasi Rp11,7 triliun. Perusahaan meyakini fasilitas manufaktur itu siap beroperasi 2026. Sementara Vinfast juga telah memulai pembangunan pabrik di Subang dengan dana tahap awal sebesar US$200 juta atau Rp3,2 triliun sejak 2024.

    Merespons situasi ini, Kemenko Polkam menggelar rapat koordinasi lintas kementerian, Selasa 6 Mei 2025. Pertemuan membahas tentang pembentukan Satgas Terpadu Operasi Penanganan Premanisme dan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas).

    Rapat melibatkan lintas kementerian dan instansi yaitu Kementerian Sekretaris Negara, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Kementerian Hukum, Kementerian Luar Negeri, Kementerian HAM, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi, UMKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kejaksaan Agung, TNI, Polri, Kantor Staf Kepresidenan, Kantor Komunikasi Kepresidenan, BIN, serta BSSN.

    “Pemerintah menegaskan komitmen dalam menjaga stabilitas nasional dan kepastian hukum dengan membentuk Satgas Terpadu Operasi Penanganan Premanisme dan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang meresahkan masyarakat dan mengganggu investasi,” kata Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Jenderal (Purn) Budi Gunawan, Rabu 7 Mei 2025.

    Budi menegaskan, pemerintah tidak akan ragu-ragu dalam menindak tegas segala bentuk premanisme dan aktivitas ormas yang meresahkan masyarakat. Gangguan ini berpotensi mengganggu jalannya investasi maupun kegiatan usaha.

    Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Arthur Josias Simon Runturambi mengapresiasi pembentukan tim terpadu untuk menanggulangi aksi premanisme. Namun, ia mengingatkan pentingnya kejelasan definisi dan target dari operasi tim tersebut agar tidak menimbulkan resistensi di masyarakat.

    “Saya sih mengapresiasi dulu ya. Ada tim terpadu yang melibatkan banyak pihak. Harapannya tentu bisa mengurangi aksi-aksi premanisme yang meresahkan, terutama yang mengganggu investasi,” ujar Simon dalam keterangannya, Rabu (7/5/2025).

    Meski begitu, ia menyoroti perlunya penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan premanisme agar tidak terjadi salah sasaran di lapangan. Menurutnya, premanisme memiliki bentuk yang beragam, mulai dari aksi jalanan hingga kejahatan yang lebih terorganisir.

    “Pertama identifikasi dulu. Maksudnya premanisme ini apa? Kalau premanisme jalanan, itu kan sifatnya situasional. Tapi kalau yang saya maksud adalah bentuk organized crime, ini yang lebih bahaya,” tegasnya.

    Simon menyebutkan, tidak sedikit organisasi yang berbadan hukum tetapi melakukan pelanggaran di bidang ekonomi maupun politik. Oleh karena itu, ia menilai perlu kejelasan jenis premanisme mana yang menjadi fokus tim terpadu tersebut.

    “Tim ini harus menjelaskan kategori mana yang jadi target. Supaya masyarakat tidak bingung dan bisa ikut membantu. Kalau tidak jelas, malah bisa jadi bumerang,” katanya.

    Ia juga mengingatkan adanya potensi resistensi dari organisasi kemasyarakatan (ormas) bila langkah tim tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Resistensi tersebut bisa datang bukan hanya dari ormas, tapi juga dari masyarakat jika tindakan yang diambil dirasa tidak adil.

    “Kalau yang disebut-sebut ternyata berbeda dengan realitasnya, itu bisa timbul resistensi. Bahkan masyarakat bisa balik mendukung ormas. Ini harus diantisipasi sejak awal supaya tidak kontraproduktif,” ujarnya.

    Selain soal sasaran, Simon juga menekankan pentingnya kewenangan dan daya tekan tim terpadu untuk memastikan lembaga terkait—baik di tingkat Polres maupun pemerintah daerah—melaksanakan tugasnya.

    “Tim ini harus punya power. Misalnya, bisa mendorong Polres atau Pemkot untuk segera selesaikan kasus premanisme yang terjadi di wilayahnya. Bukan hanya struktur besar yang tak bergerak,” jelasnya.

    Ia menduga aksi premanisme yang mengganggu investasi tidak terjadi secara kebetulan. Simon menduga ada kebocoran informasi atau kurangnya koordinasi antara pemerintah dan pihak investasi, sehingga memberi celah bagi pihak-pihak tertentu untuk mencari keuntungan.

    “Jangan sampai informasi investasi bocor lewat jalur belakang, lalu jadi ajang cari cuan. Ini yang sangat merugikan. Satgas pemberantasan premanisme ini seharusnya juga bisa masuk ke lembaga-lembaga yang terkait investasi untuk mengamankan dari awal,” ungkapnya.

    Terkait efektivitas satgas ini, Simon menyebut itu akan bergantung pada seberapa rinci tugas dan fungsi (tupoksi) yang dijelaskan kepada publik.

    “Mereka harus bisa menjabarkan kembali tupoksi mereka. Jelaskan mana yang meresahkan, mana yang tidak, mana yang kasat mata. Klasifikasikan dulu. Baru bisa efektif,” tutupnya.

    Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai pembentukan satgas ini sebagai langkah positif. Namun, ia mengingatkan bahwa fungsi pembinaan ormas sebenarnya sudah diatur di bawah kewenangan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) di tingkat daerah.

    “Ini langkah yang baik, tapi saya khawatir Satgas ini malah menimbulkan kerancuan. Ormas-ormas yang berbau premanisme bisa saja tidak lagi mengakui kewenangan Kesbangpol atau Kemendagri. Padahal pembinaan itu domain mereka,” ujar Trubus saat diwawancarai Liputan6.com, Rabu (7/5/2025).

    Ia juga menekankan pentingnya kejelasan kriteria dalam membedakan ormas yang bersifat premanisme dan yang tidak. Jika tidak hati-hati, langkah penindakan berisiko menimbulkan diskriminasi.

    “Kita kan juga kriteriannya harus jelas, jangan kemudian nanti ada diskriminatif, kan. Ada yang merasa diperlakukan seperti preman, padahal mereka tidak preman,” kata Trubus.

    Trubus juga mengingatkan bahwa ormas di Indonesia sangat beragam, tidak hanya ormas politik, tetapi juga keagamaan. Jika pendekatan Satgas tidak tepat, dikhawatirkan bisa memicu ketegangan yang lebih luas, termasuk dengan ormas besar seperti Muhammadiyah atau Nahdlatul Ulama.

    “Ya, karena itu juga harus dipikirkan, jangan sampai, karena Ormas itu kan tidak hanya Ormas ini. Ada juga Ormas keagamaan juga, tidak hanya Ormas politik,” ucap Trubus

    “Itu kan nanti (bisa) melebar kemana-mana. Artinya, bisa menyinggung yang besar-besar kayak Muhammadiyah, PBNU, itu nanti jadi muncul ini lagi,” sambungnya

    Ia  menyarankan agar pemerintah lebih fokus memperkuat lembaga yang selama ini memang memiliki kewenangan membina organisasi masyarakat, yakni Kesbangpol dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) atau juga Polri.

    Trubus menegaskan, dengan ketidaktegasan pemerintah dalam menghadapi ormas dan kelompok premanisme yang meresahkan bukan semata soal kelemahan hukum, melainkan karena adanya keterkaitan antara sebagian ormas dengan elite kekuasaan.

    Secara regulasi, kata dia, sebenarnya sudah ada dasar hukum yang kuat untuk menindak ormas bermasalah. Salah satunya tercantum dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan, khususnya Pasal 59

    “Kalau lihat di Undang-Undang 16, mengenai Ormas. Pasal 59 itu sudah jelas di situ. (Bahwa) Ormas dilarang (untuk melakukan tindakan kekerasan). (Namun) jika dilanggar dikasih sanksinya itu harus sanksi yang tidak hanya administrasi,” jelas Trubus.

     

    Ia juga menyoroti bahwa banyak ormas saat ini justru memiliki backing kuat dari partai politik atau elite kekuasaan. Karenanya, ada dugaan keterkaitan langsung antara sejumlah anggota parlemen dengan ormas-ormas bermasalah tersebut.

    “Selama ini mereka dipelihara oleh elite itu untuk mempertahankan kekuasaannya, (agar nantinya) terpilih kembali ke depannya. Bahkan banyak juga diduga orang-orang yang duduk di parlemen, di DPR, DPRD misalnya,” kata Trubus.

    Trubus juga menyoroti pentingnya penguatan sistem pengawasan terhadap organisasi kemasyarakatan (ormas), terutama dalam aspek keuangan. Ia menilai pengelolaan dana ormas perlu diaudit secara ketat mengingat banyak anggotanya yang berasal dari kalangan pengangguran dan rentan dimanfaatkan.

    “Jadi, buka ke publik. Maksudnya, kita mulailah pendekatan yang namanya transparansi publik dan akuntabilitas publik. Bertanggung jawab publik itu seperti apa,” dia menandaskan.

     

  • Industri Kimia Masih Prospektif Meski Digempur Perang Dagang & Banjir Impor

    Industri Kimia Masih Prospektif Meski Digempur Perang Dagang & Banjir Impor

    Bisnis.com, JAKARTA – Investasi asing di sektor kimia mengalami perlambatan pada awal tahun ini. Biang keroknya disinyalir polemik pasar domestik yang dibanjiri produk impor serta konflik panas perang dagang.

    Tak heran, jika merujuk pada realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) sektor industri kimia dan farmasi, nilainya turun 15,11% menjadi US$913,72 juta (year on year/yoy). Sementara itu, pada kuartal I/2024, realisasi investasi sektor tersebut tercatat mencapai US$1,08 miliar.

    Kendati demikian, secara kuartal realisasi PMA di sektor kimia dan farmasi naik 1,46% dibanding periode sebelumnya (quarter to quarter/qtq). Pada kuartal IV/2024, PMA di sektor itu senilai US$900,6 juta.

    Asosiasi Kimia Dasar Anorganik Indonesia (Akida) tak memungkiri kondisi industri tertekan imbas kebijakan relaksasi impor yang memicu produk impor mudah masuk ke pasar dalam negeri. Dinamika global seperti pengenaan tarif impor oleh Amerika Serikat juga memperparah kondisi usaha. 

    Ketua Umum Akida Halim Chandra mengatakan, meski dihadapkan tantangan tersebut, pihaknya masih melihat peluang pertumbuhan, utamanya lewat penguatan program hilirisasi dan peningkatan daya saing produk lokal. 

    “Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar sebagai bahan baku industri kimia dan ini adalah potensi yang perlu dioptimalkan,” kata Halim kepada Bisnis, dikutip Rabu (7/6/2025). 

    Potensi industri kimia sebagai basis bahan baku untuk berbagai industri pengguna dinilai masih prospektif. Akida, yang menaungi industri kimia anorganik untuk bahan penolong bagi industri primer, seperti pupuk, sabun, makanan dan lainnya, berperan krusial. 

    Tak terkecuali pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) sebagai pasar yang tak kalah menarik. Halim meyakini investasi kimia akan terus menggeliat mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk yg besar, sumber alam yang melimpah, dan letak geografis yang strategis.

    “Ini membuat Indonesia menjadi alternatif negara untuk berinvestasi saat ini. Khususnya, sumber baterai EV, untuk kendaraan masa depan yang bebas CO2,” tuturnya. 

    Di sisi lain, dia juga menyorot pengenaan tarif oleh AS terhadap produk China dan negara lain yang menciptakan disrupsi rantai pasok global. Namun, bagi Indonesia, hal ini juga membuka peluang bagi industri kimia untuk mengisi kekosongan di pasar ekspor tertentu.  

    “Tantangan tetap besar jika kita tidak memperkuat struktur industri nasional, terutama dari sisi teknologi, efisiensi energi, dan kapasitas produksi. Jadi, tarif ini bisa menjadi peluang, asalkan kita cepat merespons dan melakukan pembenahan struktural,” jelasnya.

    Namun, Halim menegaskan berbagai peluang tersebut perlu didukung kebijakan yang konsisten dan proindustri agar investasi ini dapat direalisasikan optimal. Menurut halim, Indonesia perlu menentukan industri strategis yang perlu dikembangkan secara konsisten.  

    Hal ini untuk memberikan arah yang jelas bagi investor. Sebab, para investor dan fund manager, pasti mempunyai perhitungan sendiri dalam berinvestasi. Pengalaman membuktikan bahwa pasar domestik, selalu sebagai anchor business dibandingkan dengan pasar ekspor. 

    Beberapa langkah untk mendorong kembali potensi investasi kimia dalam negeri yaitu perlindungan pasar dalam negeri melalui pengawasan ketat atas relaksasi impor dan penegakan SNI.

    Selain itu, insentif investasi untuk pembangunan pabrik bahan baku kimia dasar dan menengah yang terarah, penguatan infrastruktur industri, termasuk pasokan energi dan logistik, serta peningkatan SDM melalui pelatihan vokasi dan riset industri.

    Tak kalah penting, kolaborasi riset dan teknologi antara industri dan lembaga pendidikan untuk mendorong inovasi produk kimia bernilai tambah tinggi.

    “Pekerjaan pemerintah adalah mencegah barang impor ilegal, pengawasan kualitas yang masuk harus sesuai dengan SNI yang ada, insentif bagi dunia usaha lokal yang melakukan ekspansi, mempunyai fasilitas logistik dalam negeri milik Indonesia, seperti kapal antarpulau, kontainer yang cukup karena 85% kapal dan kontainer yang beredar di Indonesia adalah milik asing,” jelasnya. 

    Lebih lanjut, dia juga meminta pemerintah melibatkan asosiasi industri terkait untuk setiap investasi dari luar negeri di Indonesia melalui BKPM dan Kementerian Perindustrian, atas kebutuhan bahan baku dan bahan jadi investor, agar potensi kebutuhan bahan baku dari dalam negeri bisa dioptimalkan.

  • Nissan Leaf Bakal Di-rebadge Jadi Mobil Listrik Mitsubishi

    Nissan Leaf Bakal Di-rebadge Jadi Mobil Listrik Mitsubishi

    Jakarta

    Nissan Leaf bakal di-rebadge atau didesain ulang mereknya menjadi mobil listrik Mitsubishi. Sementara itu Mitsubishi gantian akan menyuplai teknologi Plug-in Hybrid (PHEV) buat Nissan.

    Seperti dikutip laman Response, Mitsubishi Motors telah mengumumkan bahwa mereka akan memiliki mobil listrik baru mengambil basis Leaf generasi ketiga. Nantinya mobil tersebut akan dipasarkan di Amerika Utara pada paruh kedua tahun 2026.

    Model kembaran Nissan ini termasuk dalam rencana produk Mitsubishi 2030 untuk Amerika Serikat, yang diumumkan tahun lalu, dan sedang dipertimbangkan untuk diperluas ke Australia dan pasar lain, dimulai dengan pasar Amerika Utara.

    Sebagai informasi, Nissan Leaf generasi terbaru menggunakan platform modular CMF-EV Nissan. Platrofm itu telah digunakan di model Nissan Ariya. Model ini diklaim memiliki energi yang efisien, desain ramping, dan performa meningkat berkat powertrain EV 3-in-1 Nissan yang baru.

    Sementara itu di sisi lain, Mitsubishi Motors berencana untuk menyediakan teknologi PHEV (Plug-in Hybrid) buat mobil-mobil ramah lingkungan Nissan. Nissan berencana buat menggunakan teknologi ini untuk mengembangkan model baru buat pasar Amerika Utara pada 2026 dan memasoknya ke Mitsubishi Motors sebagai produk OEM.

    Kedua perusahaan berencana untuk lebih memperluas hubungan kolaboratif mereka. Melalui penguatan jajaran kendaraan listrik mereka, diharapkan bisa mempercepat upaya menuju pencapaian netralitas karbon, masalah mendesak dalam industri otomotif.

    Kemitraan ini juga dilihat sebagai bagian langkah untuk memperdalam kerja sama aliansi Nissan-Mitsubishi-Renault, dengan tujuan mengurangi biaya pengembangan dan juga memperkuat daya saing melalui berbagi teknologi. Karena industri otomotif bergerak cepat menuju elektrifikasi, kolaborasi strategis antara kedua perusahaan, yang memanfaatkan kekuatan mereka, diharapkan akan terus berkembang.

    (lua/rgr)

  • Pengusaha Lakukan Efisiensi Imbas Harga Nikel Anjlok

    Pengusaha Lakukan Efisiensi Imbas Harga Nikel Anjlok

    Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha ancang-ancang melakukan efisiensi imbas harga nikel yang jeblok. Hal ini juga tak lepas dari biaya produksi yang tinggi.

    Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan, penurunan harga nikel tak lepas dari melemahnya permintaan dari China. Menurutnya, industri stainless steel atau baja anti karat di China tengah lesu.

    Padahal, pasokan nikel untuk industri baja anti karat Negeri Tirai Bambu berasal dari Indonesia. Hal ini pun membuat demand nikel RI anjlok sehingga harga turun.

    “Dengan meningkatnya biaya operasional, sementara harga turun membuat perusahaan terus melakukan efisiensi,” kata Hendra kepada Bisnis, Rabu (7/5/2025).

    Hendra pun mengingatkan pemerintah untuk memberikan dukungan kepada para pengusaha. Salah satunya dengan meninjau kembali beberapa regulasi yang membebani perusahaan.

    Dia mengatakan, regulasi yang perlu ditinjau ulang itu seperti pengenaan kewajiban retensi dana hasil ekspor (DHE) sebesar 100% selama 12 bulan. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan evaluasi pada kebijakan penyesuaian tarif royalti nikel.

    Pemerintah telah menetapkan tarif royalti nikel terbaru melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2025, yang mulai berlaku efektif pada 26 April 2025. Untuk bijih nikel (ore), tarif royalti naik dari sebelumnya 10% menjadi 14% hingga 19%, tergantung pada harga mineral acuan (HMA).

    Menurut Hendra, tarif royalti baru cukup memberatkan pengusaha di tengah pelemahan harga nikel. Tak hanya itu, pengusaha juga tengah dibebankan biaya operasional tinggi (infrastruktur, energi, dan pengolahan) akibat kenaikan biaya biosolar yaitu B40 yang signifikan hingga kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) 12%. 

    “Kami harapkan dukungan dari pemerintah dapat meninjau kembali beberapa regulasi yang membebani perusahaan apalagi di tengah tren harga yang rendah,” ucap Hendra.

    Sementara itu, Ketua Umum Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) Arif Perdana Kusumah mengatakan, industri nikel RI tengah menghadapi tantangan imbas melemahnya permintaan dari China.

    Adapun, harga mineral acuan (HMA) nikel untuk periode pertama Mei 2025 dipatok US$15.049,23 per dmt. Harga ini pun turun dibanding HMA pada periode pertama April 2025, yakni US$16.126,33 per dmt.

    Sementara itu, FINI mencatat harga nikel global saat ini turun drastis sebesar 16% dalam 1 bulan terakhir dan 23% dalam 6 bulan terakhir, menyentuh level US$13.800 per ton. Angka ini merupakan titik terendah sejak 2020.

    “Di tengah lonjakan produksi yang menyeret harga nikel dunia turun terus sejak 2023. Saat ini, harga nikel mendekati level terendah sejak tahun 2020, dan dampaknya mulai dirasakan di dalam negeri,” kata Arif.

    Dia juga mengatakan pelemahan permintaan dari Negeri Panda dipicu oleh perang dagang yang semakin meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan China.

    “Ini membuat permintaan nikel untuk industri stainless steel dan bahan baku baterai kendaraan listrik berbasis nikel semakin melemah,” ucapnya.

    Sementara itu, Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, pihaknya telah melakukan strategi untuk menstabilkan harga mineral dan batu bara, termasuk nikel. Menurutnya, strategi itu dibuat berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) dengan pada ahli di Universitas Gadjah Mada (UGM).

    “Untuk strategi stabilitas harga, perlu kami sampaikan juga pada 2021 kami mencoba melakukan FGD dengan UGM bagaimana cara harga ini tetap stabil di angka harga yang tinggi,” kata Tri dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Selasa (6/5/2025). 

    Adapun, strategi itu seperti perencanaan produksi sesuai dengan kebutuhan nasional dan rencana ekspor.

    Lalu, feasibility study (FS) atau studi kelayakan dan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses RKAB. Kemudian, evaluasi terhadap persetujuan produksi pada RKAB yang telah diberikan.

    Selanjutnya, penetapan harga batu bara acuan (HBA) dan HMA serta harga patokan batu bara (HPB) dan harga patokan mineral (HPM) sebagai batas bawah harga penjualan sesuai Kepmen ESDM Nomor 72 Tahun 2025 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan Untuk Penjualan Komoditas Mineral Logam dan Batu bara).

    Selain itu, Kementerian ESDM juga melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penambangan agar sesuai dengan good mining practice.