Produk: kendaraan listrik

  • Bisa Swap Baterai, Kapan Mobil Listrik AION Rp 100 Jutaan Masuk RI?

    Bisa Swap Baterai, Kapan Mobil Listrik AION Rp 100 Jutaan Masuk RI?

    Jakarta

    Di China, AION punya mobil listrik ‘murah’ yang baterainya bisa di-swap seperti motor listrik ojek online (ojol), yakni AION UT Super. Kapan kendaraan seharga Rp 100 jutaan itu akan masuk ke Indonesia?

    Andry Ciu selaku Chief Executive Officer (CEO) AION Indonesia mengatakan, untuk membawa masuk mobil listrik dengan skema swap baterai, pihaknya harus menyiapkan fasilitas khusus di dalam negeri. Itulah mengapa, kata dia, rencana tersebut agak susah diwujudkan.

    “AION UT di China ada versi yang bisa swap baterai. Kalau kita ada fasilitas swap baterai itu, kita cukup waktu semenit aja (untuk ganti baterai),” ujar Andry Ciu saat dikonfirmasi detikOto di pameran Gaikindo Jakarta Auto Week atau GJAW 2025.

    “Tapi kita lagi pertimbangkan apakah investasi fasilitas itu diperlukan atau tidak. Kalau penggunanya taksi online, tentu hal ini sangat dibutuhkan. Kalau penggunanya retail, dengan wall charger di rumah, kebutuhan mereka sudah terpenuhi,” tambahnya.

    GAC Aion UT Super Foto: Dok. GAC Aion

    Diberitakan detikOto sebelumnya, AION UT Super telah meluncur di China. Kendaraan listrik untuk konsumen perkotaan tersebut dibanderol mulai dari 45.400 yuan atau sekitar Rp 106 jutaan.

    Dikutip CNEV Post, GAC AION mengatakan model tersebut merupakan kreasi bersama antara JD.com, GAC Group, dan CATL. JD.com menyediakan sumber daya dalam wawasan pengguna, penjualan kendaraan, dan pemeliharaan. Sedangkan CATL menyediakan baterainya.

    Mobil listrik ini dibangun dengan teknologi battery swap Choco-SEB (swapping electric block) dari CATL. AION UT Super hadir dengan paket baterai 54 kWh dengan daya jangkau 500 km.

    AION UT Super adalah model yang dilengkapi dengan teknologi battery swap CATL pertama yang menargetkan pasar kendaraan penumpang umum. Sebelumnya, mobil listrik dengan teknologi battery swap sudah jamak digunakan di China sebagai taksi. GAC AION mengklaim, model tersebut dapat menyelesaikan penukaran baterai dalam 99 detik.

    Stasiun penukaran baterai CATL di China saat ini tersebar di 800 lokasi. CATL menargetkan 1.000 stasiun penukaran baterai hingga akhir tahun ini. Raksasa baterai China itu berencana untuk memperluas jaringannya ke lebih dari 2.500 stasiun di lebih dari 120 kota di China pada tahun 2026.

    (sfn/rgr)

  • Pendapatan NFC Indonesia (NFCX) Turun 37%, Bisnis Agregator Produk Digital Lesu

    Pendapatan NFC Indonesia (NFCX) Turun 37%, Bisnis Agregator Produk Digital Lesu

    Bisnis.com, JAKARTA — PT NFC Indonesia Tbk. (NFCX) perusahaan yang bergerak di bidang jasa informasi, digital dan telekomunikasi mengalami penurunan pendapatan pada kuartal III/2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, rugi bersih perusahaan membaik. 

    Merujuk pada laporan keuangan perusahaan, Selasa (25/11/2025), pendapatan NFCX pada kuartal III/2025 tercatat sebesar Rp3,07 triliun atau turun 37,2% secara Year on Year (YoY). Adapun, pada kuartal III/2024 perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp4,88 triliun.

    Pendapatan itu berasal dari bisnis agregator produk digital sebesar Rp2,80 triliun atau turun 39,4% YoY. Bisnis iklan berbasis cloud sebesar Rp165,8 miliar atau meningkat naik 29,36% YoY. Produk layanan energi bersih sebesar Rp95,36 miliar atau turun 6,33% YoY. Konten dan hiburan sebesar Rp235, 85 juta.

    Pada kuartal III/2025 NFCX menghapus bisnis grosir digital yang pada kuartal III/2024 membubukan pendapatan Rp17,3 miliar. 

    Di tengah penurunan pendapatan, beban pokok perusahaan juga menurun 37,6% menjadi Rp2,97 triliun pada kuartal III/2025, yang didominasi oleh barang tersedia untuk dijual persediaan akhir dan beban pokok penjualan.

    Sejalan dengan pencapaian tersebut, rugi bersih berjalan NFC Indonesia menurun dari Rp99,3 miliar menjadi Rp17,7 miliar pada kuartal III/2025. Angka tersebut menurun signifikan sebesar 82,2% di bandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Dari sisi aset, aset lancar NFCX tercatat mengalami kenaikan sebesar Rp30,94 miliar. Pada 2025, perusahaan memiliki aset lancar senilai Rp896 miliar, meningkat dari Rp865 miliar pada kuartal III/2024. Dengan demikian, aset lancar NFCX tumbuh sekitar 3,57%. 

    NFC Indonesia sendiri menyediakan infrastruktur kendaraan listrik (EV) yang lengkap mulai dari pembuatan sepeda motor listrik hingga stasiun pertukaran baterai.

    Tidak hanya berfokus pada sektor kendaraan listrik, perseroan juga menawarkan berbagai solusi platform aktivasi pemasaran, seperti aggregator produk digital, iklan berbasis cloud, layanan grosir digital, serta konten dan hiburan

    Pada Juli 2025, anak usaha NFC Indonesia, Volta Indonesia Semesta, bekerja sama dengan PT Gesits Motor Nusantara menghadirkan produk baru GV1 Gesits by Volta. Motor listrik ini tampil lebih fresh dan modern cocok untuk wilayah urban. 

    CEO Volta Group Okie Octavia Kurniawan mengatakan, kolaborasi antara Gesits dan Volta bertujuan untuk memperkuat jaringan distribusi yang dimiliki kedua pihak dalam menghadirkan produk dengan teknologi dan inovasi terkini guna mendorong percepatan program kendaraan listrik nasional yang berkelanjutan. 

  • Peran Wuling Jadi Penggerak Industri Kendaraan Listrik Indonesia

    Peran Wuling Jadi Penggerak Industri Kendaraan Listrik Indonesia

    Jakarta

    Wuling menjadi salah satu pembuka jalan industri kendaraan listrik di Indonesia. Tak hanya jualan mobil listrik impor, sejak awal kelahirannya mobil listrik Wuling sudah diproduksi di dalam negeri. Atas dasar itu, Wuling meraih penghargaan ” Penggerak Industri Kendaraan Listrik Indonesia” di ajang detikcom Awards 2025.

    Wuling membuktikan keseriusannya di industri kendaraan listrik Indonesia dengan meluncurkan produk dalam negeri sedari awal. Tak mau coba-coba, sejak pertama kali meluncurkan kendaraan listrik di Indonesia, mobil listrik Wuling sudah diproduksi di dalam negeri. Bahkan, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mobil listrik Wuling terbilang tinggi.

    Kini, produk buatan dalam negeri Wuling semakin beragam. TKDN mobil listrik Wuling pun meningkat seiring perkembangan waktu. Berdasarkan data Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri (P3DN) Kementerian Perindustrian, mobil listrik Wuling saat ini sudah ada yang memiliki 50 persen TKDN.

    Untuk kendaraan listrik produk lokal, Wuling mengandalkan ABC Stories, yang terdiri dari Air ev, BinguoEV, dan Cloud EV. Selain itu, produk mobil listrik buatan dalam negeri Wuling terus bertambah.

    Terbaru, Wuling juga telah meluncurkan MPV listrik Wuling Darion. Sama seperti ABC Stories, Wuling Darion juga sudah diproduksi lokal di pabrik PT SGMW Motor Indonesia (Wuling) di Cikarang, Jawa Barat. Indonesia jadi negara pertama di dunia yang memperkenalkan dan memproduksi Wuling Darion. Berdasarkan data P3DN, TKDN Wuling Cortez Darion sudah mencapai 42,5 persen.

    Untuk mendukung roda ekonomi, Wuling juga menyajikan kendaraan komersial bertenaga listrik, Wuling Mitra EV.

    Langkah Wuling memproduksi kendaraan di Indonesia tidak hanya soal perakitan, tapi juga menanamkan investasi pabrik produksi kendaraan yang berdiri di Cikarang, Jawa Barat, sejak 2017.

    detikcom Awards 2025 digelar untuk memberikan apresiasi bagi yang berkontribusi nyata untuk Indonesia. Tahun ini, ajang penghargaan mengusung tema ‘Apresiasi Karya Insan Nusantara, Merajut Indonesia Gemilang’.

    Penghargaan ini ditujukan bagi individu, pelaku usaha, dan unsur pemerintah yang telah menorehkan prestasi serta memberi dampak signifikan bagi bangsa.

    Awards ini menyoroti karya, tata kelola, dan pencapaian unggul di berbagai bidang. Ajang ini menjadi salah satu cara detikcom untuk menjaga semangat berkarya, berdedikasi, dan bertransformasi dalam ‘rumah besar’ Indonesia.

    (rgr/dry)

  • Investor China Serbu Gudang dan Pabrik Indonesia

    Investor China Serbu Gudang dan Pabrik Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Leads Property Services Indonesia mencatat permintaan sewa pabrik dan gudang di Indonesia melonjak tajam sepanjang tahun ini, dengan 90% permintaan datang dari perusahaan-perusahaan China. 

    Head of Industrial Services Leads Property Esti Susanti menilai lonjakan ini menjadi angin segar bagi pelaku kawasan industri dan pergudangan, meskipun di sisi lain menyimpan potensi risiko jangka panjang akibat dinamika geopolitik global.

    Tingginya minat investor China terlihat merata di sejumlah sektor, mulai dari elektronik, komponen otomotif terutama kendaraan listrik, hingga fashion premium.

    “Sampai akhir tahun ini saja, 90% permintaan itu masih dari China. Sisanya sekitar 10% datang dari Eropa,” ujarnya kepada Bisnis dikutip, Senin (24/11/2025).

    Alih-alih membeli tanah atau pabrik bekas, investor China umumnya memilih sewa bangunan siap pakai agar produksi dapat segera berjalan. Tingginya kebutuhan mendadak ini ikut mengerek permintaan gudang berukuran fleksibel, dari 2.000 meter hingga lebih dari 10.000 meter persegi.

    Data Leads Property mencatat hingga akhir tahun 2025, permintaan sewa gudang dan pabrik di Jawa mencapai 310.000 meter persegi. 

    Sementara itu, pasokan pergudangan dan pabrik sewa di Jakarta dan sekitarnya hingga akhir tahun ini mencapai total lebih dari 2,5 juta meter persegi.

    Tingkat hunian pasokan gudang dan pabrik sewa berkisar di antara 90%-92%.

    Lonjakan investor China ini tak hanya

    karena Indonesia sebagai pasar konsumsi besar, sehingga mendorong China untuk mendekat ke pasar/pelanggan utama.

    Selain itu juga pasar domestik negeri Tirai Bambu serta tekanan ekspor akibat perang dagang dengan AS dan negara maju lainnya.

    “Secara umum, kita memang diuntungkan perang dagang ini juga,” ujarnya.

    Melihat peluang yang besar, pengembang kawasan industri Indonesia, paparnya, tak tinggal diam. Banyak dari mereka kini aktif melakukan promosi langsung ke China, memetakan sektor-sektor yang belum punya basis produksi di Indonesia, lalu mendatangi perusahaan-perusahaan tersebut dengan jemput bola.

    Menariknya, permintaan dari Eropa, meski kecil, datang dari sektor elektronik yang sebelumnya pernah memiliki basis produksi di Indonesia. Setelah tersingkir akibat kompetisi inovasi dengan China, sejumlah pemain Eropa kini kembali melirik Indonesia sebagai lokasi produksi.

    Namun demikian dibalik derasnya arus investasi, pelaku kawasan industri mengingatkan adanya karakteristik unik dari investor China, yakni kemampuan memindahkan pabrik secara cepat.

    Dengan mesin-mesin berteknologi tinggi dan investasi yang relatif kecil dibandingkan pabrik tradisional, mereka dapat berpindah lokasi hanya dengan kontrak sewa lima tahun.

    “Karena inovasi teknologi mereka tinggi, mereka bisa produksi di lahan 5.000 meter yang dulu butuh 10.000 meter. Mereka efisien dan sangat mudah pindah kalau ada lokasi yang lebih murah,” jelasnya.

    Hal ini membuat pengembang kawasan industri perlu mengantisipasi potensi investasi yang tidak menetap dalam jangka panjang.

    Senada, Managing Director Asia Tenggara JLL Michael Glancy memperkirakan sektor logistik dan industri tetap menjadi area dengan potensi pertumbuhan besar. 

    Tercatat pasokan gudang logistik modern di wilayah Jabodetabek telah meningkat tiga kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir, dengan tingkat hunian mencapai 94% (dibandingkan 86% di kawasan APAC), serta permintaan baru yang diperkirakan mendekati 1 juta meter persegi dalam tiga tahun ke depan. 

    Berdasarkan data JLL, sekitar setengah dari total permintaan berasal dari perusahaan China. Tren permintaan pabrik juga bergeser dari fasilitas yang dibangun khusus menjadi solusi sewa siap pakai. 

    Menurutnya lonjakan permintaan dari perusahaan-perusahaan asal China adalah tren signifikan, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga untuk seluruh Asia Tenggara, dan mencerminkan evolusi strategi diversifikasi properti yang dilakukan oleh China. 

    Produsen berpengalaman dari China, tekannya, kini aktif mendiversifikasi rantai pasokan mereka, dan sektor industri serta logistik Indonesia yang kuat semakin memantapkan posisinya sebagai tujuan utama dalam jaringan manufaktur dan distribusi yang terus berkembang ini.   

  • Ekspor Bahan Mentah Dilarang, Investasi Hilirisasi Melonjak jadi Rp431,4 Triliun

    Ekspor Bahan Mentah Dilarang, Investasi Hilirisasi Melonjak jadi Rp431,4 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah mencatat realisasi investasi hilirisasi mencapai Rp431,4 triliun sepanjang Januari–September 2025, meningkat 58,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan ini terjadi seiring diperketatnya kebijakan pemerintah yang tidak lagi mengizinkan ekspor bahan mentah dan mewajibkan proses pengolahan dilakukan di dalam negeri.

    ‎Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu menegaskan bahwa hilirisasi kini menjadi fondasi utama transformasi ekonomi Indonesia.

    “Kita sudah masuk ke kebijakan yang tidak lagi mengizinkan sumber daya alam diekspor dalam bentuk raw material. Setidaknya proses tier pertama harus dilakukan di dalam negeri,” ujarnya, dikutip dari siaran pers, Senin (24/11/2025).

    Dia menjelaskan bahwa hilirisasi telah menjadi kerangka kebijakan nasional yang dirancang secara strategis oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi. Pemerintah membangun peta jalan yang memuat 28 komoditas prioritas dalam delapan kelompok besar, dengan tujuan menarik investasi berorientasi ekspor dan menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi ekonomi nasional.

    ‎Menurut Todotua, kenaikan realisasi investasi yang mencapai Rp431,4 triliun didorong terutama oleh sektor mineral, diikuti perkebunan dan kehutanan, migas, serta perikanan. Ia menyebut, capaian tersebut menandai perubahan struktural dalam komposisi investasi Indonesia.

    “Tahun lalu totalnya hanya sekitar Rp42,9 triliun. Kenaikan tahun ini membuktikan bahwa hilirisasi memberikan impak langsung pada peningkatan investasi nasional,” katanya.

    ‎Dalam paparannya, Todotua menegaskan bahwa kekayaan sumber daya alam Indonesia merupakan modal besar yang tidak dimiliki banyak negara. Dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa dan posisi geopolitik yang berada pada tulang punggung jalur perdagangan global, Indonesia menurutnya memiliki peluang strategis untuk mempercepat industrialisasi.

    “Indonesia ini luar biasa. Apa yang dicari ada di sini. Kita berada pada backbone geopolitik timur–barat dan utara–selatan, dengan ALKI II [alur laut kepulauan Indonesia] sebagai penggerak ekonomi internasional,” ujarnya.

    ‎Ia mengatakan bahwa sektor nikel menjadi salah satu rantai industri yang struktur hilirnya sudah hampir lengkap, mulai dari smelter hingga industri baterai. Pemerintah kini tengah menata hilirisasi bauksit, tembaga, dan timah agar rantai pasok domestik lebih kuat dan tidak bergantung pada pasar luar.

    Namun, Todotua juga mengingatkan bahwa pembangunan smelter yang tidak terkendali berisiko memunculkan overcapacity dan menekan daya saing produk dalam jangka panjang.

    ‎Di sektor energi, pemerintah mempercepat proyek gasifikasi batu bara. Todotua menyebut, proyek coal to synthetic gas yang dijalankan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama PDN dan Pusri akan diarahkan untuk produksi amonia dan metanol, sekaligus mengurangi impor yang selama ini masih tinggi.

    “Impor metanol kita masih 2,2 juta sampai 3 juta ton, padahal gas dan batu bara kita punya. Permintaan meningkat karena program B40 yang membutuhkan campuran metanol dengan CPO. Kita harus mengejar negara seperti China yang 40% batu baranya dipakai untuk produk turunan,” katanya.

    ‎Percepatan hilirisasi juga terlihat pada ekosistem yang dikembangkan oleh MIND ID. Di sektor aluminium, proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 telah resmi beroperasi. Ke depan fasilitas yang berada di Mempawah, Kalimantan Barat ini akan semakin kuat dengan hadirnya SGAR Fase II dan smelter aluminium baru yang saat ini tengah dibangun. Langkah ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan alumina dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor.

    Di sektor timah, PT Timah Tbk. tengah mematangkan hilirisasi produk turunan mulai dari solder hingga tin chemicals untuk masuk ke pasar elektronik, otomotif, dan kimia global.

    Sementara itu, PT Vale Indonesia Tbk. terus memperluas investasi dalam memperkuat produksi nikel matte dan produk turunan berstandar rendah karbon sebagai bagian dari ekosistem baterai kendaraan listrik melalui pengembangan tiga proyek strategis yakni Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa, Morowali, dan Sorowako.

    Proyek-proyek ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat kapasitas produksi nikel sekaligus membangun fondasi bagi ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia.

    Di sisi lain, PT Freeport Indonesia menyiapkan penguatan hilirisasi tembaga dari smelter Gresik dan precious metals refinery (PMR), yang menjadi fondasi penting bagi industri listrik, energi terbarukan, dan teknologi global.

    ‎Todotua mengatakan bahwa proyek-proyek hilirisasi MIND ID menjadi tulang punggung upaya pemerintah dalam membangun rantai pasok mineral strategis yang menyeluruh, dari hulu hingga hilir. Pemerintah memperkirakan hilirisasi akan memberikan dampak ekonomi hingga 2040 dengan nilai investasi mencapai US$618 miliar dan nilai tambah US$235,9 miliar, serta potensi ekspor kumulatif mencapai US$857 miliar dan penciptaan lebih dari 3 juta lapangan kerja.

    ‎“Hilirisasi adalah strategi agar Indonesia tidak lagi berada pada posisi sebagai negara pengekspor bahan mentah, tetapi menjadi pemain utama dalam rantai nilai global,” ujar Todotua.

  • VinFast Bawa Minio Green ke GJAW 2025, Mobil Listrik Mungil yang Punya Kabin Lega

    VinFast Bawa Minio Green ke GJAW 2025, Mobil Listrik Mungil yang Punya Kabin Lega

    Jakarta

    Tak hanya membawa mobil pikap konsep VF Wild dan MPV 7 seater Limo Green ke GJAW (Gaikindo Jakarta Auto Week) 2025, VinFast juga memperkenalkan mobil listrik kecil Minio Green. Mobil listrik berdimensi kompak ini memiliki kabin lega dan diklaim bisa menampung hingga empat penumpang.

    VinFast memberikan Exclusive First Look Minio Green untuk publik. Model ini menandai debut internasional pertamanya sebagai mobil listrik kompak, menegaskan kapabilitas VinFast dalam pengembangan kendaraan di berbagai segmen, sekaligus memperkuat komitmen perusahaan dalam mendorong mobilitas berkelanjutan.

    Minio Green merupakan kendaraan listrik kompak perkotaan dua pintu, berukuran 3.090 mm x 1.496 mm x 1.625 mm (mengacu pada spesifikasi model yang diperkenalkan di Vietnam). Ini merupakan model terkecil dalam lini produk global VinFast, di bawah VF 3, namun tetap memiliki wheelbase 2.065 mm yang memberikan kenyamanan bagi empat penumpang.

    Mobil ini dibekali motor listrik tunggal yang menghasilkan 26,8 dk dan torsi 65 Nm, dan kecepatan maksimum 80 km/jam. Baterai 18,5 kWh mendukung pengisian cepat dari 10 persen ke 70 persen dalam sekitar 30 menit. Berdasarkan standar NEDC, satu kali pengisian penuh mampu menempuh jarak hingga 210 km, sesuai untuk mobilitas harian di perkotaan.

    Interior kabin dirancang dengan tata letak yang minimalis dan fungsional, dilengkapi layar infotainment, jok berbahan kain dengan pengaturan manual, serta kaca spion dua mode. Fitur keselamatan inti mencakup airbag pengemudi, sistem pengereman ABS, dan traction control.

    Minio Green merupakan bagian dari lini kendaraan listrik Green, yang dikembangkan untuk mendukung layanan transportasi komersial maupun kebutuhan pengguna pribadi. Dengan efisiensi operasional dan performa yang fleksibel, model ini menjadi alternatif ideal bagi pengguna motor yang ingin beralih ke kendaraan listrik untuk mobilitas dalam kota, sekaligus berkontribusi pada modernisasi transportasi perkotaan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

    “Exclusive First Look Minio Green di GJAW 2025 semakin menegaskan posisi strategis Indonesia dalam peta global VinFast. Hal ini juga menunjukkan komitmen kami yang kuat untuk menghadirkan lini produk yang beragam, berkualitas tinggi, dan mudah diakses bagi pasar massal. Dari mobil perkotaan kompak hingga model berukuran lebih besar, tujuan kami adalah memenuhi beragam kebutuhan konsumen serta menyediakan solusi mobilitas yang praktis dan berkelanjutan untuk masa depan,” bilang Kariyanto Hardjosoemarto selaku CEO VinFast Indonesia dalam keterangan resminya.

    Sejak memasuki pasar Indonesia, VinFast terus memperkuat kehadirannya melalui ekspansi jaringan penjualan, layanan purna jual, dan infrastruktur pengisian daya, yang didukung oleh kebijakan kepemilikan kendaraan listrik yang kompetitif. Pada saat yang sama, perusahaan memprioritaskan produksi lokal serta menjalin kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan terpercaya untuk meningkatkan kesadaran merek, memperluas basis pelanggan, dan membangun ekosistem kendaraan listrik yang terpadu. Upaya-upaya ini menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan jangka panjang VinFast sekaligus menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung transisi Indonesia menuju transportasi hijau dan energi berkelanjutan.

    (lua/dry)

  • Punya 40% Cadangan Nikel Dunia, Indonesia Bisa Jadi Pusat Rantai Pasok Kendaraan Listrik

    Punya 40% Cadangan Nikel Dunia, Indonesia Bisa Jadi Pusat Rantai Pasok Kendaraan Listrik

     

    Liputan6.com, Jakarta Dalam perhelatan Konferensi Perubahan Iklim Dunia COP30, MIND ID Group menegaskan bahwa masa depan industri nikel Indonesia hanya dapat berkelanjutan apabila dibangun di atas fondasi hijau dan teknologi rendah karbon.

    PT Vale Indonesia Tbk, sebagai bagian dari MIND ID, menyampaikan bahwa transformasi menuju nikel hijau menjadi kunci bagi Indonesia untuk memperkuat posisi sebagai pemain global mineral kritis di era transisi energi.

    ‎Director and Chief Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale Indonesia Tbk, Budi Awansyah, menekankan bahwa kontribusi Indonesia terhadap agenda iklim dunia tidak cukup diukur dari besarnya cadangan mineral kritis yang dimiliki negara ini.

    Yang lebih menentukan adalah bagaimana industri nikel dikelola dengan standar lingkungan dan keberlanjutan yang mampu menjawab tuntutan global.

    ‎Budi mengingatkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 40 persen cadangan nikel dunia, menjadikannya pusat strategis dalam rantai pasok kendaraan listrik dan baterai. Namun, ia menilai persepsi publik terhadap sektor pertambangan masih diwarnai kekhawatiran atas perubahan bentang alam dan tekanan terhadap hutan.

    Untuk itu, transformasi menjadi industri hijau harus menjadi prioritas yang berjalan konsisten dan terukur.

    ‎Di hadapan peserta COP30, Budi menegaskan bahwa smelter merupakan salah satu penyumbang emisi terbesar dalam industri ekstraktif. Karena itu, bila Indonesia ingin memimpin ekosistem mineral kritis global, maka industri nikel nasional harus lebih dahulu menunjukkan kepemimpinan melalui operasi rendah karbon, efisiensi energi, dan tata kelola yang lebih ketat.

    ‎PT Vale Indonesia Tbk, menurut Budi, telah menjalankan berbagai langkah dekarbonisasi, mulai dari penggunaan energi bersih seperti hydropower, peningkatan efisiensi smelter, optimalisasi panas buangan, hingga pemanfaatan gas CO dan hidrogen dalam proses produksi.

     

  • Mobil Listrik atau Hybrid, Mana yang Dapat Insentif Lebih Banyak?

    Mobil Listrik atau Hybrid, Mana yang Dapat Insentif Lebih Banyak?

    Lebih lanjut, Riyanto menilai bahwa kendaraan listrik murni dan hybrid akan memiliki segmentasi pasar yang berbeda. Pasar daerah cenderung akan lebih menerima kendaraan hybrid faktornya karena belum seluruh wilayah memiliki kesiapan dalam memfasilitasi BEV, terutama Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sebagai ekosistem penting bagi pengoperasian BEV. 

    “Ya kalau BEV pasti konsumen di kota karena perlu SPKLU. Untuk hybrid perlu lebih banyak sosialisasi ke daerah terutama luar Jawa, banyak yang belum tahu hybrid,” katanya.

    Dia menambahkan, dengan berakhirnya insentif untuk BEV CBU, pasar kendaraan hybrid dan BEV produksi ataupun rakitan lokal diprediksi akan kembali menggeliat. “Insentif BEV CBU akan berakhir. Dampaknya BEV CKD dan HEV akan meningkat pasarnya. Tentu saja industri HEV akan bergairah kembali,” ujar Riyanto.

    Bahkan, menurutnya, pemerintah layak untuk memperpanjang sekaligus memperkuat kebijakan insentif bagi produsen hybrid, terutama jika mampu meningkatkan kandungan lokal dalam proses produksinya. “Insentif kendaraan hybrid layak dilanjutkan dan diberikan tambahan dengan penambahan produksi komponen lokal,” sebutnya.

    Senada dengan itu, Pengamat Otomotif Bebin Djuana juga menilai kendaraan hybrid seharusnya mendapat perhatian lebih besar dari sisi kebijakan fiskal. “Jika fokus kita pada emisi tentunya hybrid perlu diperhitungkan, bukan hanya BEV. BEV memang tidak menyumbang emisi, sedangkan hybrid mengurangi emisi, pada saat yang sama juga mengurangi pemakaian BBM. Sudah sepatutnya pajaknya dikurangi. Jika hal ini terjadi tentu market hybrid akan meningkat,” sebut Bebin.

    Ia menilai potensi pertumbuhan kendaraan hybrid akan sangat bergantung pada besarnya insentif pajak yang diberikan serta kecepatan produsen dalam menghadirkan model-model baru di pasar.

    “Besarnya peningkatan tergantung berapa besar potongan pajak dan kecepatan pabrik menyerahkan model-model terbaru karena konsumen kita selalu menginginkan model-model terbaru dalam waktu sesingkat-singkatnya,” ungkap  Bebin.

     

  • Lengkap dan Futuristik, Booth BYD yang Pamerkan 6 Lini EV Unggulan Jadi Sorotan di GJAW 2025

    Lengkap dan Futuristik, Booth BYD yang Pamerkan 6 Lini EV Unggulan Jadi Sorotan di GJAW 2025

    JAKARTA – BYD membawa seluruh jajaran portofolionya yang hadir di berbagai segmen pada pameran Gaikindo Jakarta Auto Week, yang berlangsung hingga 30 November mendatang.

    Dalam area seluas 1,575 meter persegi, BYD menampilkan 10 unit dari 6 model EV yang mewakili kekuatan portofolionya di berbagai segmen, dan bisa menjadi pilihan menarik untuk konsumen di Indonesia.

    Pengunjung dapat melihat langsung BYD ATTO 1 yang menjadi simbol efisiensi, easy driving dan easy parking compact city car BYD ATTO 3 yang menonjolkan kenyamanan dan performa, BYD Dolphin yang ramah perkotaan, BYD Seal, sedan listrik berperforma tinggi, serta BYD Sealion 7, SUV modern dengan teknologi mutakhir, hingga BYD M6 sebuah MPV elektrik yang menjawab kebutuhan keluarga Indonesia.

    Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao, mengungkapkan, Indonesia memang menjadi salah satu pasar yang kami prioritaskan sehingga penting bagi kami dalam memperkuat posisi sebagai pemimpin transisi menuju mobilitas hijau, baik secara nasional maupun global.

    “Kami hadir kembali di GJAW 2025 dengan membawa lini produk yang lengkap dan semangat untuk menghadirkan inovasi terbaik BYD, memperluas edukasi kendaraan listrik, serta mendukung percepatan ekosistem EV Indonesia,” katanya, saat ditemui di ICE BSD,belum lama ini.

    Kehadiran jajaran kendaraan ini memberikan gambaran menyeluruh mengenai kemampuan BYD dalam menyediakan solusi mobilitas yang relevan bagi ragam kebutuhan konsumen.

    BYD juga memperkuat pengalaman edukatif melalui BYD Technology Area, sebuah zona yang menampilkan E-Platform unggulan BYD secara komprehensif. Di sini, pengunjung dapat menyaksikan projector mapping yang menggambarkan perjalanan inovasi BYD, proses R&D global, serta keunggulan teknologi baterai dan arsitektur kendaraan yang telah membawa BYD menjadi pemimpin pasar kendaraan listrik dunia.

    Visualisasi ini dirancang bukan hanya untuk memperlihatkan teknologi, tetapi juga untuk memperlihatkan perjalanan BYD selama tiga dekade. Pengunjung juga dapat menjelajahi berbagai elemen storytelling lainnya, mulai dari Brand Matrix yang menampilkan kekuatan lini produk BYD secara global, Wall of Moments yang memamerkan tonggak-tonggak penting dari berbagai negara, hingga BYD Milestones yang menelusuri perjalanan 30 tahun inovasi tanpa henti dari produksi baterai, pencapaian 10 juta kendaraan listrik, hingga ekspansi global ke lebih dari 70 negara.

    Untuk melengkapi pengalaman, BYD menghadirkan sudut khusus yang disiapkan bagi pengunjung untuk menikmati minuman, beristirahat, dan meresapi atmosfer futuristik booth sebelum kembali menjelajahi inovasi BYD. Tidak hanya itu, BYD juga menyediakan program spesial untuk semua tipe kendaraan listrik BYD berupa penawaran eksklusif trade-in dan pengalaman berkendara secara langsung di area test drive selama GJAW 2025 berlangsung.

    “Kami memberikan apresiasi besar kepada seluruh konsumen, masyarakat, mitra dan seluruh pelaku industri otomotif Indonesia, atas kepercayaan kepada BYD yang terus tumbuh dan menjadi fondasi dari berbagai pencapaian perusahaan sepanjang tahun ini,” tambahnya.

  • Ekonom dorong insentif otomotif berbasis elektrifikasi yang setara

    Ekonom dorong insentif otomotif berbasis elektrifikasi yang setara

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Riyanto menyatakan pemerintah perlu menerapkan insentif untuk kendaraan berbasis listrik, seperti battery electric vehicle (BEV) dan hybrid EV (HEV), dengan prinsip yang setara.

    “Segmen ini perlu diberikan kebijakan yang lebih fair dengan basis reduksi emisi dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). Insentif untuk HEV saat ini belum fair,” kata Riyanto dalam pernyataan di Jakarta, Senin.

    Saat ini insentif yang diberikan untuk BEV yakni berupa pembebasan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) nol persen dengan tujuan untuk tes pasar, namun yang menikmati insentif itu kebanyakan kendaraan listrik impor.

    Sedangkan kendaraan hybrid yang diproduksi di dalam negeri hanya mendapat insentif serupa 3 persen.

    Menurut dia, dorongan terhadap insentif kendaraan hybrid juga menjadi relevan karena semakin banyak produsen yang telah merakit model hybrid secara domestik dengan TKDN yang cukup tinggi.

    Honda misalnya, kini merakit HR-V e:HEV di pabriknya di Karawang, Wuling Indonesia memproduksi Almaz Hybrid di Bekasi, dan terbaru Toyota resmi merakit Veloz Hybrid secara lokal.

    Kehadiran model-model hybrid rakitan lokal ini telah menyerap ribuan tenaga kerja, mulai dari lini produksi, rantai pasok komponen, hingga sektor logistik dan penjualan.

    Menurut dia, aktivitas produksi yang terus meningkat ini berkontribusi langsung pada perputaran ekonomi nasional, terutama karena rantai pasoknya lebih panjang dibanding kendaraan impor utuh.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.