Produk: kendaraan listrik

  • Bos Indomobil Group Cerita Alasan Mobil Listrik Semakin Digemari

    Bos Indomobil Group Cerita Alasan Mobil Listrik Semakin Digemari

    Purwakarta

    Presiden Director of Indomobil Group Jusak Kertowidjojo cerita soal mobil listrik (EV) yang semakin ramai di pasaran. Saat ini tren otomotif sedang bergeser dari kendaraan bermesin pembakaran dalam (ICE) ke kendaraan listrik (EV) yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

    “Jadi, kenapa penetrasi EV ini makin lama makin tinggi? Yang pertama, soal environment (lingkungan). Kalau 10 tahun yang lalu saya ke Shanghai, ke Beijing, itu langitnya abu-abu, tapi sekarang kalau kita ke Beijing atau Shanghai itu langitnya biru,” buka Jusak saat memberi kata sambutan di peresmian pabrik GAC-Indomobil di Purwakarta, Selasa (10/6/2025).

    GAC AION dan Indomobil Group mengoperasikan pabrik perakitan di Purwakarta, Jawa Barat Foto: Dok. GAC AION Indonesia

    Ya, kehadiran mobil listrik bisa menjadi solusi untuk memperbaiki lingkungan, dengan cara menekan polusi udara yang biasanya dihasilkan dari gas pembuangan kendaraan konvensional.

    Selanjutnya adalah alasan efisiensi. Menurut Jusak, harga bahan bakar sekarang semakin mahal. Orang-orang mulai melirik mobil listrik, lantaran lebih ekonomis soal biaya operasional.

    “Ini juga terkait bahan bakar fosil. Kita masih ingat di Indonesia zaman dulu itu bensin cuma Rp 3.000 per liter. Sekarang harganya sudah Rp 12.000 per liter,” bilang Jusak lagi. Kata Jusak, harga bahan bakar yang semakin mahal berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang semakin banyak. Maka itu, harus ada energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan penduduk pengguna kendaraan pribadi.

    “Di Indonesia waktu saya SMA itu penduduk cuma 100 juta, sekarang sudah hampir 300 juta. Terus Waktu itu China kira-kira 600 juta, sekarang lebih dari satu miliar. India lebih-lebih lagi, penduduk makin banyak, jumlah kendaraan itu juga makin banyak, sehingga pemakaian bahan bakar fosil itu terus meningkat,” tambah Jusak.

    “Itu sebabnya harus ada alternatif lain. Dan Electric Vehicle (EV) jadi alternatifnya. Dan EV ini betul-betul dikembangkan di semua negara-negara besar di Asia, khususnya di China, juga di Eropa seperti di negara Jerman, juga dikembangkan di Amerika Serikat. Saya yakin juga di Indonesia penetrasi kendaraan listrik Itu juga makin lama semakin tinggi, sehingga itu sebabnya kita (Indomobil Group) bikin investasi khusus untuk memproduksi kendaraan listrik (bersama GAC AION),” bilang Jusak.

    (lua/din)

  • Pabrik Mobil Listrik Ini Catat Rugi Rp 11,6 T, Milik Tetangga Dekat RI

    Pabrik Mobil Listrik Ini Catat Rugi Rp 11,6 T, Milik Tetangga Dekat RI

    Jakarta, CNBC Indonesia –  Produsen mobil listrik asal Vietnam, VinFast, mencatatkan kerugian bersih sebesar US$712 juta (setara Rp11,6 triliun) pada kuartal I (Q1) 2025. Ini terjadi meskipun pengiriman kendaraan meningkat drastis.

    Dalam laporan yang dikutip Rabu (11/6/2025), VinFast menyebutkan telah mengirimkan 36.330 unit kendaraan listrik (EV) dalam tiga bulan pertama tahun ini. Angka itu melonjak 296% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Meski begitu pendapatan perusahaan mengalami peningkatan tajam, mencapai US$656,5 juta atau naik hampir 150% year-on-year (yoy). Ketua VinFast, Thuy Le, mengatakan lonjakan pengiriman ini merupakan “awal yang menggembirakan untuk 2025 di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut”.

    Sebenarnya, besarnya kerugian menyoroti tantangan yang dihadapi perusahaan dalam ekspansi global, khususnya dalam upaya menyaingi raksasa otomotif dunia seperti Tesla. Tahun lalu, VinFast mencatat kerugian lebih dari US$3 miliar meski pengiriman kendaraan hampir tiga kali lipat.

    VinFast merupakan bagian dari konglomerasi Vingroup, yang memiliki portofolio bisnis luas mulai dari properti, pendidikan, teknologi, hingga layanan kesehatan di Vietnam. Perusahaan ini juga menjadi simbol ambisi Vietnam untuk masuk dalam peta industri otomotif global.

    Di sisi lain, hubungan dagang Vietnam-Amerika Serikat (AS) sedang diuji, terutama setelah Presiden Donald Trump kembali melancarkan kebijakan tarif tinggi terhadap negara-negara eksportir. Pemerintah Hanoi disebut tengah berupaya keras meredam potensi tarif hingga 46% terhadap produk Vietnam.

    (sef/sef)

  • Prabowo Luncurkan ‘Pandu’, Mobil Taktis Listrik MV3 Made In RI

    Prabowo Luncurkan ‘Pandu’, Mobil Taktis Listrik MV3 Made In RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Prabowo Subianto meresmikan kendaraan listrik taktis Pindad MV3 EV yang diberi nama Pandu.

    Peluncuran ini dilakukan usai Prabowo membuka Indo Defence Expo and Forum 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (11/6/2025).

    Usai memberikan sambutan dan meresmikan acara, Prabowo langsung menuruni panggung dan disambut mobil Pindad MV3 EV Pandu. Bahkan ia juga menandatangani plat nomor mobil yang berwarna hijau dan hitam itu.

    Kemudian Prabowo menandatangani plakat bersama Menko Politik dan Keamanan Budi Gunawan dan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.

    Seperti diketahui, nama Pandu diambil dari tokoh Wiracarita Mahabarata sebagai perintis atau yang pertama. Diharapkan Pandu dapat memandu pengembangan kendaraan listrik nasional untuk masa depan.

    MV3 EV Pandu sendiri asalah kendaraan listrik taktis 4×4 pengembangan PT Pindad berbasis MV3 atau yang sering dikenal dengan Maung. Pada model ini sebelumnya sudah dikembangkan dengan berbagai varian, termasuk Garuda Limousine yang jadi kendaraan kepresidenan Prabowo.

    Adapun, spesifikasi MV3 EV Pandu ini memiliki spesifikasi yang serupa dengan Morino EV. MV3 EV adalah kendaraan roda 4 berbahan bakar elektrik yang ditujukan untuk mendukung operasi dengan mobilitas tinggi.

    Kendaraan ini dibekali dengan penggerak daya elektrik dengan daya 160 HP / 125kW, MV3 EV mampu dipacu dengan kecepatan aman 100 km/jam. Dengan kapasitas baterai 292 V (150.000 mAh), kendaraan EV ini mampu menjangkau jarak tempuh hingga 170 km.

    (haa/haa)

  • GAC AION Resmikan Pabrik Perakitan di Indonesia, Siap Dorong Produksi Mobil Listrik Nasional

    GAC AION Resmikan Pabrik Perakitan di Indonesia, Siap Dorong Produksi Mobil Listrik Nasional

    JAKARTA – GAC AION semakin serius menggarap pasar otomotif Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan mulai beroperasinya pabrik perakitan lokal yang dibangun melalui kerja sama dengan Indomobil Group lewat PT National Assemblers (NA).

    Mengusung konsep “Lighthouse Factory”, pabrik ini hadir sebagai simbol manufaktur cerdas berbasis teknologi tinggi, ramah lingkungan, dan terintegrasi secara digital. Kehadirannya dirancang untuk menjawab kebutuhan pasar yang terus berkembang, khususnya di segmen kendaraan listrik murni (EV).

    Sejalan dengan filosofi GAC yaitu “percepatan produksi dan pengembangan bertahap”, pabrik ini mengedepankan proses produksi yang fleksibel, efisien, dan berstandar global. GAC optimistis, fasilitas ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara.

    Dalam satu tahun terakhir, GAC bersama Indomobil telah memperkenalkan sejumlah model EV seperti AION Y Plus, AION V, dan Hyper HT. Kini, dengan diresmikannya pabrik perakitan ini, GAC menegaskan komitmen jangka panjangnya lewat slogan “Datang ke Indonesia, Untuk Indonesia”, sejalan dengan strategi global One GAC 2.0.

    “Indonesia merupakan pasar kunci dalam ekspansi global GAC. Dengan beroperasinya pabrik milik PT National Assemblers, kami ingin berkontribusi lebih dalam pada pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas industri, serta transformasi mobilitas berkelanjutan di Indonesia,” ujar President of GAC International Wei Haigang, saat peresmian pabrik.

    AION V Jadi Model Pertama yang Dirakit Lokal

    Model pertama yang akan dirakit secara lokal adalah AION V, SUV listrik modern dengan fitur canggih yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat urban. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam mendukung target pemerintah untuk menekan emisi karbon sekaligus mempercepat pengembangan ekosistem EV nasional.

    “Kami bangga bisa menjadi bagian dari masa depan otomotif Indonesia. Pabrik ini adalah wujud nyata komitmen kami untuk tumbuh bersama Indonesia — menciptakan lapangan kerja, serta mentransfer teknologi dan pengetahuan,” tambah Haigang.

    Seluruh proses perakitan mengadopsi sistem manufaktur pintar dari NEV Lighthouse Factories milik GAC di Tiongkok. Semua lini produksi terhubung 100 persen secara digital, memungkinkan efisiensi tinggi dan pengendalian kualitas yang presisi.

    Siap Produksi 4 Model, Termasuk Mobil 7-Seater

    Pabrik ini dirancang fleksibel untuk merakit lebih dari empat model kendaraan, mulai dari sedan, SUV, hingga MPV. Bahkan, GAC dan Indomobil telah menyiapkan model dengan konfigurasi tujuh tempat duduk guna memenuhi kebutuhan pasar Indonesia.

    Menariknya, pergantian lini produksi hanya memerlukan waktu 30 menit, memungkinkan proses yang cepat dan responsif. Saat ini, kapasitas pabrik mencapai 3 unit per jam (JPH) dan akan ditingkatkan menjadi 5 JPH seiring pertumbuhan permintaan.

    Pada tahap awal, kapasitas produksi mencapai 20.000 unit per tahun, dan akan dikembangkan menjadi 50.000 unit per tahun dalam beberapa tahun ke depan, guna memenuhi pasar domestik maupun ekspor.

    Tak hanya mobil listrik murni (EV), pabrik ini juga akan mendukung perakitan kendaraan hybrid (HEV dan PHEV) sesuai perkembangan strategi produk GAC di masa depan.

  • Tesla Hancur Lebur, Raksasa China Ramai-ramai Bantai Elon Musk

    Tesla Hancur Lebur, Raksasa China Ramai-ramai Bantai Elon Musk

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dominasi Tesla di pasar mobil listrik (EV) pelan-pelan mulai tergantikan. China makin gencar merilis produk EV dengan inovasi canggih. Di saat bersamaan, Tesla juga dihantam gerakan boikot yang membuat penjualannya merosot di beberapa negara.

    Raksasa EV China, BYD, menjadi pabrikan pertama yang mencoba menggeser dominasi Tesla dengan merilis mobil listrik canggih dan terjangkau. Kini, makin banyak pabrikan EV China lainnya yang unjuk gigi.

    BYD menghebohkan industri EV China pada awal tahun ini dengan menawarkan asisten driver yang disebut ‘God’s Eye’ secara gratis. Sistem serupa ditawarkan pula oleh Tesla, tetapi konsumen harus membayar US$9.000 (Rp146 jutaan) di China.

    “Dengan God’s Eye, strategi Tesla mulai hancur lebur,” kata investor BYD berbasis Shenzhen, Taylor Ogan, dikutip dari Reuters, Selasa (10/6/2025).

    Ogan merupakan orang AS yang memiliki beberapa unit Tesla. Ia juga mengendarai mobil BYD dengan God’s Eye dan blak-blakan menyebut sistem buatan China itu lebih andal ketimbang sistem Full Self-Driving (FSD) milik Tesla.

    Bukan cuma BYD, raksasa otomotif dan teknologi China lainnya juga ramai-ramai menawarkan sistem serupa FSD Tesla bagi konsumen dengan harga terjangkau.

    Misalnya Leapmotor dan Xpeng yang menawarkan sistem bantuan otomatis untuk mengemudi di jalan raya dan perkotaan pada mobil-mobil seharga US$20.000 (Rp325 jutaan). Beberapa pabrikan China lainnya juga berlomba-lomba menghadirkan teknologi serupa untuk EV, dengan dukungan pemerintah setempat.

    Biaya hardware sistem bantuan pengemudian otomatis BYD jauh lebih murah daripada Tesla, menurut analisis pakar. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa biaya BYD untuk mendapatkan komponen dan membangun sistem dengan radar dan lidar hampir sama dengan FSD Tesla, yang tidak memiliki sensor tersebut.

    Hal itu melemahkan pendekatan teknologi Tesla yang lebih minim dengan tujuan menghemat biaya. Tesla menghilangkan sensor penting dan hanya mengandalkan kamera dan kecerdasan buatan (AI) dalam sistem FSD-nya.

    Tantangan Besar Buat Tesla dan Elon Musk

    Meningkatnya persaingan dari pemain EV asal China merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi CEO Tesla Elon Musk setelah masa jabatannya yang sulit sebagai penasihat pemerintahan Trump.

    Sejak awal Mei 2025, Musk sudah sepenuhnya kembali fokus di kerajaan bisnisnya, termasuk Tesla. Namun, ia menghadapi tantangan penurunan penjualan Tesla dan sentimen negatif terkait perusahaannya tersebut.

    Taruhannya menjadi lebih tinggi dengan tantangan yang mengejutkan bulan ini di markas Tesla di Austin, Texas, tempat perusahaan berencana untuk meluncurkan uji coba robotaxi dengan 10 atau 20 kendaraan setelah satu dekade janji Musk yang tidak terpenuhi untuk menghadirkan mobil Tesla tanpa sopir.

    Tesla tak segera merespons permintaan komentar terkait para pesaingnya dari China. Sebelumnya, Musk mengatakan perusahaan-perusahaan mobil listrik China adalah yang paling kompetitif secara global.

    Persaingan dengan China merupakan salah satu faktor yang mendorong Tesla untuk beralih dari kendaraan listrik (EV) massal sejak tahun lalu. Kala itu, Reuters melaporkan bahwa mereka telah menggagalkan rencana untuk membangun EV baru dengan harga terjangkau di kisaran US$25.000 (Rp407 jutaan).

    Sejak saat itu, Musk telah mempertaruhkan masa depan Tesla pada robotaxi yang dapat mengemudi sendiri.

    Kini Tesla menghadapi persaingan ketat yang sama dalam hal kendaraan otomatis (AV) dari banyak produsen mobil China yang sama yang melemahkan rencana EV murah Tesla.

    Tantangan tersebut makin berat karena adanya perusahaan teknologi termasuk raksasa HP China Huawei, yang memasok teknologi mengemudi otomatis ke produsen mobil besar China.

    Tanpa sistem pengemudian otomatis penuh, sistem bantuan pengemudi saat ini menawarkan keunggulan kompetitif yang penting di China, pasar mobil terbesar di dunia, di mana penjualan Tesla menurun di tengah perang harga yang berkepanjangan di antara sejumlah merek kendaraan listrik lokal.

    Selain itu, Tesla makin terhambat oleh peraturan China yang melarangnya menggunakan data yang dikumpulkan oleh mobil Tesla di China untuk melatih (AI) yang mendasari FSD. Tesla telah bernegosiasi dengan pejabat China, tetapi sejauh ini tak menghasilkan apa-apa.

    Di sisi lain, para pesaing Tesla di China memang diuntungkan oleh subsidi dan dukungan kebijakan lain dari Beijing untuk teknologi pengemudian berbantuan yang canggih.

    Keunggulan mereka juga berasal dari faktor penting lainnya. Misalnya persaingan kendaraan listrik pintar yang ketat dan telah menjadi ciri industri mereka selama satu dekade terakhir.

    Ledakan EV yang dihasilkan menciptakan skala ekonomi dan kecenderungan industri untuk mengorbankan sebagian margin keuntungan guna memperluas penetrasi pasar teknologi baru dengan cepat, yang mengarah pada biaya produksi yang lebih rendah.

    (fab/fab)

  • Dulu Lempar Pujian, Trump Kini Mau Jual Tesla Miliknya

    Dulu Lempar Pujian, Trump Kini Mau Jual Tesla Miliknya

    Jakarta

    Donald Trump baru-baru ini beli Tesla Model S sebagai bentuk dukungan ke Elon Musk. Namun hubungan keduanya memanas, Trump pun berniat menjual Tesla miliknya itu.

    Tiga bulan lalu, Presiden AS Donald Trump berdiri di samping Elon Musk tepat di luar Gedung Putih untuk memilih mobil Tesla baru. Langkah itu ditempuh Trump sebagai bentuk dukungan kepada Elon Musk yang diteror rangkaian aksi vandalisme dan anjloknya saham Tesla. Trump kala itu juga berjanji untuk menghentikan aksi vandalisme terhadap sejumlah dealer Tesla di Amerika. Trump juga memuji Tesla dengan mengatakan mobil keluaran produsen yang bermarkas di Texas itu hebat.

    “Ini produk hebat, sebaik yang didapat,” katanya kala itu.

    Dia juga memuji Musk lantaran dianggap telah mengabdikan diri untuk pengembangan energi. Trump menilai Musk saat itu mendapat perlakuan yang tidak adil. Tapi kini kondisinya justru berbalik.

    Trump dan Elon Musk justru terlibat pertengkaran panas. Trump bahkan berniat untuk menjual Tesla Model S yang masih seumur jagung itu. Dilansir Business Insider, seorang pejabat senior Gedung Putih menyebut Trump tengah mempertimbangkan untuk menjual atau memberikan Tesla Model S berkelir merah. Mobil itu ditaksir punya harga USD 80.000 atau sekitar Rp 1,3 miliar (1 USD = Rp 16.270).

    Perselisihan antara keduanya itu juga membuat saham Tesla kembali anjlok. Nilai valuasi perusahaan juga turun. Sahamnya sudah kembali pulih, namun tetap tercatat menurun seperlima sepanjang tahun ini.

    Sebagai informasi tambahan, hubungan keduanya memburuk setelah kritik Musk terhadap RUU baru yang dijuluki Trump sebagai One Big Beautiful.

    Musk menyebut RUU tersebut berisiko memperparah defisit anggaran pemerintah. Trump tak tinggal diam. Ia menuding Musk menentang RUU karena adanya klausul yang mencabut insentif pembelian kendaraan listrik.

    Trump juga menampik anggapan bahwa dirinya menang pemilu tahun lalu berkat bantuan dana ratusan juta dolar dari Musk.

    “Saya sangat kecewa dengan Elon. Saya telah banyak membantu Elon, dia tahu setiap aspek dari RUU ini, dan dia tidak pernah punya masalah sampai setelah dia pergi,” cetus Trump dilansir detikInet.

    Musk membalas komentar tersebut lewat platform X. Ia menyatakan RUU itu tak pernah ditunjukkan kepadanya. Ia juga menyebut tak peduli dengan insentif kendaraan listrik, tapi ingin menurunkan utang nasional yang menurutnya merupakan ancaman eksistensial bagi negara.

    (dry/rgr)

  • Tiga Model EV Masa Depan BMW akan Dirakit di AS, Apa Saja?

    Tiga Model EV Masa Depan BMW akan Dirakit di AS, Apa Saja?

    JAKARTA – Produsen otomotif ternama dari Jerman, BMW tidak main-main dalam perencanaannya menghadirkan lebih banyak kendaraan listrik di masa depan yang dibuktikan dengan peluncuran konsep Vision Neue Klasse pada 2023 silam.

    Konsep tersebut memiliki sejumlah teknologi canggih dan bakal menjadi basis dari beberapa mobil listrik masa depannya, sebagai contoh X5, X6, dan X7 versi EV.

    Melihat pasar EV yang semakin berkembang di pasar seperti AS, BMW tidak hanya akan memperkenalkannya saja melainkan juga segera melokalisasi produksi model-model ini di negara tersebut.

    Melansir dari Wards Auto yang ditulis InsideEVs, Selasa, 10 Juni, model yang disebut sebagai iX5 dan iX7 akan dirakit di pabrik milik BMW tepatnya di Spartanburg, Carolina Selatan, AS dengan iX6 yang diharapkan dapat menyusul.

    Pabrik tersebut saat ini telah memproduksi tidak kurang dari delapan SUV bermesin pembakaran. Pada 2030, BMW ingin menambahkan setidaknya enam SUV listrik ke jalur perakitan.

    Model iX5 akan menjadi EV BMW pertama yang dirakit di pabrik AS pada tahun depan dan kemudian diikuti oleh produksi iX7 di 2027 mendatang.

    BMW iX5 akan memiliki ukuran sedang dan berpotensi menjadi pengganti dari iX yang ada saat ini. Di negeri paman Sam, model tersebut menjadi pesaing ideal bagi Tesla Model X.

    Untuk mengakomodir perakitannya, perusahaan berinvestasi sebanyak 700 juta dolar AS (Rp11,4 triliun) untuk membangun lini fasilitas baru untuk pembuatan baterai serta tambahan 1 juta miliar (Rp16,3 triliun) untuk jalur produksi kendaraan.

    Baik iX5 dan iX7 akan dibangun di atas arsitektur CLAR yang telah dimodifikasi, sehingga secara fleksibel dapat mendukung mobil bermesin bensin maupun EV murni.

    Keduanya akan mengusung teknologi serupa seperti konsep Vision Neue Klasse seperti motor listrik hingga baterai yang lebih efisien namun menghasilkan harga kompetitif.

    Sementara itu, model produksi pertama yang mengusung konsep ini yaitu iX3 belum dipastikan apakah akan dirakit di AS. Sumber lain menyebut bahwa SUV satu ini akan dirakit di Meksiko, di luar lini produksi utamanya di Debrecen, Hongaria.

  • Freeport: Permintaan tembaga berpotensi naik seiring transisi energi

    Freeport: Permintaan tembaga berpotensi naik seiring transisi energi

    Permintaan tembaga meningkat karena dibutuhkan dalam transisi energi, salah satunya untuk elektrifikasi

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan permintaan tembaga berpotensi untuk mengalami peningkatan seiring dengan tren transisi energi bersih dan hijau yang terjadi di berbagai negara.

    “Permintaan tembaga meningkat karena dibutuhkan dalam transisi energi, salah satunya untuk elektrifikasi,” kata Tony di sela-sela acara Indonesia Miner Conference & Exhibition 2025 Jakarta, Selasa.

    Ia menjelaskan, tembaga adalah bentuk logam yang sangat dibutuhkan untuk menunjang peralihan menuju energi bersih dan terbarukan, serta memegang peran kunci untuk target dekarbonisasi global.

    Tony mengatakan, 65 persen tembaga dunia digunakan dalam aplikasi konduktivitas listrik. Lalu, 1,5 ton/mw tembaga berperan dalam pembangkit listrik bertenaga angin dan 5,5 ton/mw tembaga dalam pembangkit listrik bertenaga surya.

    “Selain itu, kendaraan listrik (electric vehicle/EV) menggunakan tembaga lebih banyak daripada kendaraan konvensional,” ujar Tony.

    Ia mengatakan perusahaan berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui produksi tembaga dan emas, yang masing-masing produksinya ditargetkan menyentuh angka 1,6 miliar pound dan 1,65 juta ounces tahun ini.

    Selain itu, ia pun menyebutkan perusahaan telah menyetorkan hingga Rp7,78 triliun dari keuntungan bersih tahun 2024 kepada pemerintah, yang terdiri dari Rp3,1 triliun untuk pemerintah pusat dan Rp4,63 triliun untuk pemerintah daerah.

    “Kira-kira mungkin hampir sama seperti itu (untuk target tahun ini),” ujar Tony menambahkan.

    Di sisi lain, Tony yang juga Wakil Ketua Bidang Hilirisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti bagaimana komoditas tambang lain seperti nikel juga memiliki potensi besar bagi Indonesia, baik untuk agenda transisi energi maupun pertumbuhan ekonomi.

    “Prospek, ya, pasti bagus dong, kita one of the largest exporter, kemudian nikel juga bagus, baik, sudah downstreaming, peningkatan nilai tambahnya besar sekali,” kata dia.

    Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Freeport: Permintaan tembaga berpotensi naik seiring transisi energi

    Freeport: Permintaan tembaga berpotensi naik seiring transisi energi

    Permintaan tembaga meningkat karena dibutuhkan dalam transisi energi, salah satunya untuk elektrifikasi

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan permintaan tembaga berpotensi untuk mengalami peningkatan seiring dengan tren transisi energi bersih dan hijau yang terjadi di berbagai negara.

    “Permintaan tembaga meningkat karena dibutuhkan dalam transisi energi, salah satunya untuk elektrifikasi,” kata Tony di sela-sela acara Indonesia Miner Conference & Exhibition 2025 Jakarta, Selasa.

    Ia menjelaskan, tembaga adalah bentuk logam yang sangat dibutuhkan untuk menunjang peralihan menuju energi bersih dan terbarukan, serta memegang peran kunci untuk target dekarbonisasi global.

    Tony mengatakan, 65 persen tembaga dunia digunakan dalam aplikasi konduktivitas listrik. Lalu, 1,5 ton/mw tembaga berperan dalam pembangkit listrik bertenaga angin dan 5,5 ton/mw tembaga dalam pembangkit listrik bertenaga surya.

    “Selain itu, kendaraan listrik (electric vehicle/EV) menggunakan tembaga lebih banyak daripada kendaraan konvensional,” ujar Tony.

    Ia mengatakan perusahaan berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui produksi tembaga dan emas, yang masing-masing produksinya ditargetkan menyentuh angka 1,6 miliar pound dan 1,65 juta ounces tahun ini.

    Selain itu, ia pun menyebutkan perusahaan telah menyetorkan hingga Rp7,78 triliun dari keuntungan bersih tahun 2024 kepada pemerintah, yang terdiri dari Rp3,1 triliun untuk pemerintah pusat dan Rp4,63 triliun untuk pemerintah daerah.

    “Kira-kira mungkin hampir sama seperti itu (untuk target tahun ini),” ujar Tony menambahkan.

    Di sisi lain, Tony yang juga Wakil Ketua Bidang Hilirisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti bagaimana komoditas tambang lain seperti nikel juga memiliki potensi besar bagi Indonesia, baik untuk agenda transisi energi maupun pertumbuhan ekonomi.

    “Prospek, ya, pasti bagus dong, kita one of the largest exporter, kemudian nikel juga bagus, baik, sudah downstreaming, peningkatan nilai tambahnya besar sekali,” kata dia.

    Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • GAC AION Produksi Mobil Listrik di Purwakarta

    GAC AION Produksi Mobil Listrik di Purwakarta

    Jakarta

    Produsen asal China, GAC AION, resmi memproduksi mobil di Indonesia. Berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat, pabrik ini merupakan kolaborasi antara Indomobil Group dan GAC AION.

    Presiden Director of Indomobil Group Jusak Kertowidjojo mengatakan, peresmian pabrik ini menunjukkan komitmen dan keseriusan Indomobil bersama GAC AION untuk memproduksi dan mengembangkan kendaraan listrik secara lokal di Indonesia.

    “Kenapa kendaraan listrik? Jadi, nomor satu penetrasi kendaraan listrik dari tahun ke tahun itu meningkat terus. Dulu sekali dimulai dari Amerika dengan Tesla. Di Eropa ada Volkswagen, Stellantis, dan Renault. Di Jepang ada Nissan, Korea ada Hyundai dan Kia. Kemudian juga masuk ke India dan yang paling luar biasa adalah di China,” buka Jusak di sela-sela peresmian pabrik GAC-Indomobil di Purwakarta, Selasa (10/6/2025).

    Jusak menambahkan, inisiatif Indomobil Group untuk menggandeng produsen mobil listrik dari China telah dilakukan sejak 2018. Namun kemudian pada prosesnya terjadi pandemi Covid-19, sehingga proses memasukkan merek mobil listrik China ke Indonesia sedikit terganggu.

    “Dan begitu China dibuka (setelah pandemi Covid-19, kita langsung ke China. Dan kini kita lihat, perkembangan dari elektrik di China itu luar biasa. Jauh lebih maju dari negara lain yang kita tahu,” sambung Jusak.

    Jusak juga tak segan-segan menyebut China sebagai negara produsen otomotif terbesar di dunia dengan market nomor satu di dunia.

    “China terus growing, sekarang sudah lebih dari 20 juta passenger car itu terjual di China. AS hanya sekitar 15 juta. The whole Europe cuma sekitar 14 juta,” terang Jusak lagi.

    Sebagai tahap awal, pabrik GAC-Indomobil ini akan memproduksi mobil listrik AION V. Pabrik ini bisa memproduksi hingga 20 ribu mobil per tahunnya dan direncanakan bisa memproduksi hingga kapasitas maksimal 50 ribu unit mobil per tahunnya. Pabrik yang memakan nilai investasi sebesar Rp 1 triliun ini menempati lahan seluas kurang lebih 11 hektare.

    President of GAC International Wei Haigang merasa senang dengan berdirinya pabrik ini sesuai waktu yang ditargetkan. Diketahui, saat ini GAC AION menjadi satu-satunya produsen mobil listrik asal China yang menjalin kemitraan dengan perusahaan lokal melalui skema joint venture.

    “Sejauh ini GAC adalah pabrikan China pertama yang joint venture di Indonesia bersama Indomobil Group. Kolaborasi ini tidak hanya ditujukan bagi konsumen

    Indonesia, melainkan juga keberlangsungan implementasi New Energy Vehicle di dalam negeri,” terang Wei Haigang.

    (lua/dry)