Produk: kendaraan listrik

  • Tak Ada Insentif Otomotif Tahun Depan, Harga Mobil Listrik-Hybrid Bakal Naik!

    Tak Ada Insentif Otomotif Tahun Depan, Harga Mobil Listrik-Hybrid Bakal Naik!

    Jakarta

    Insentif buat industri otomotif kabarnya tak akan berlanjut tahun depan. Siap-siap harga mobil listrik hingga mobil hybrid bakal naik.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut tidak ada insentif buat industri otomotif tahun depan. Menurut Airlangga, tak berlanjutnya insentif tersebut lantaran industri otomotif Indonesia sudah cukup kuat.

    “Insentif tahun depan tidak ada, karena industrinya sudah cukup kuat,” kata Airlangga belum lama ini.

    Berbanding terbalik dengan Airlangga, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita justru menyebut pemerintah bakal tetap memberikan insentif buat industri otomotif dalam negeri. Menurut Agus, pemberian insentif sangat penting untuk keberlanjutan industri otomotif Tanah Air yang sedang lesu-lesunya.

    “Jadi memang pemerintah itu, sudah seharusnya juga menyiapkan insentif buat sektor otomotif di tahun 2026. Jangan tanya jenis insentif-nya, bentuk insentif-nya itu sekarang sedang kita susun,” ujar Agus.

    Harga Mobil Listrik-Mobil Hybrid Bakal Naik?

    Diketahui saat ini memang ada beberapa insentif yang berlaku di industri otomotif. Pertama insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk kendaraan listrik. Pemerintah memberikan insentif PPN DTP atas mobil listrik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Kendaraan listrik produksi lokal dengan TKDN tertentu berhak mendapatkan PPN DTP. Jadi, PPN yang ditanggung pembeli lebih kecil.

    Insentif ini bisa dimanfaatkan sejumlah produsen yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Syaratnya, mobil listrik tersebut harus diproduksi lokal dan memiliki TKDN minimal 40 persen. Jika memenuhi syarat, mobil listrik itu hanya akan dikenakan PPN sebesar 2 persen dari normalnya 12 persen. Karena PPN 10 persennya akan ditanggung pemerintah. Alhasil berkat insentif PPN tersebut harga mobil listrik jadi lebih murah. Bila insentif ini tak berlanjut tahun depan, harga mobil listrik dipastikan bakal naik.

    Tak cuma mobil listrik, mobil hybrid juga mendapatkan insentif PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Insentif tersebut diatur dalam peraturan yang sama dengan insentif mobil listrik. Dalam aturan dijelaskan, tiga jenis mobil hybrid yang terdiri dari mobil full hybrid, mild hybrid dan plug-in hybrid bisa mendapatkan insentif dari pemerintah. PPnBM yang ditanggung pemerintah untuk mobil hybrid adalah sebesar 3 persen. Tarif PPnBM mobil hybrid yang harusnya 6-8 persen jadi hanya 3-5 persen.

    PPnBM yang ditanggung Pemerintah diberikan untuk Masa Pajak Januari 2025 sampai dengan Masa Pajak Desember 2025. Pemberian insentif itu juga membuat sejumlah mobil hybrid yang dijual di Indonesia harganya jadi turun. Adapun mobil hybrid yang mendapat insentif di Indonesia yaitu Suzuki XL7 Hybrid, Suzuki Ertiga Hybrid, Toyota Yaris Cross Hybrid, hingga Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid. Bila insentif ini tak berlanjut, maka harga mobil hybrid juga bakal terkerek.

    Selanjutnya adalah insentif buat motor listrik senilai Rp 7 juta. Per tahun 2025, harusnya insentif tersebut juga diberikan ke sejumlah produsen motor listrik. Nyatanya, hingga masuk bulan ke-12 tahun 2025, nasib kelanjutan insentif motor listrik tak kunjung jelas. Hingga saat ini, insentif yang dijanjikan tak ada. Produsen motor listrik pun dibuat merana lantaran insentif itu tak muncul juga. Akibatnya, tanpa insentif, tak ada potongan Rp 7 juta pada motor listrik yang dijual di Indonesia dengan kriteria tertentu.

    (dry/rgr)

  • Berkunjung ke Markas EHang, Taksi Terbang Hingga Penyelamat Bencana

    Berkunjung ke Markas EHang, Taksi Terbang Hingga Penyelamat Bencana

    EHang sejatinya dikenal juga sebagai pesawat listrik. Ehang sejalan dengan kebijakan Indonesia yang mendorong transisi energi hijau, termasuk pengembangan kendaraan listrik dan ekosistem baterai. 

    “Pesawat listrik ramah lingkungan sangat sesuai dengan arah kebijakan nasional Indonesia,” ujarnya.

    Teknologi eVTOL menawarkan penerbangan bebas emisi dengan tingkat kebisingan lebih rendah dibanding helikopter konvensional.

    Terkait operasional bisnis, EHang kini belum memiliki kantor cabang di Indonesia, namun telah menggandeng sejumlah mitra lokal di sektor otomotif listrik, pariwisata, dan kerja sama dengan instansi pemerintah. He menambahkan,  jika pasar berkembang pesat, perusahaan berencana membuka pabrik, pusat perawatan armada, dan fasilitas after-sales di Indonesia. 

    “Ketika jumlah unit yang beroperasi mencapai ribuan, kami akan melakukan lokalisasi servis dan produksi,” ujar He.

    Menutup pembicaraan, He menyebut Indonesia sebagai salah satu pasar paling potensial di Asia Tenggara, mengingat industri penerbangan nasional yang sudah maju dan besarnya kebutuhan transportasi antar pulau. 

    “Indonesia bisa menjadi pasar terbesar kami berikutnya,” tutupnya.

    Diketahui, Ehang 216 memiliki tinggi 1.77 meter dengan lebar 5.61 meter. Pesawat listrik ini dapat mengangkut muatan hingga 220 kg dan jarak terbangnya dengan muatan maksimal 35 km, waktu terbang 21 menit serta kecepatan maksimal di 130 km per jam.

     

  • Adopsi EV Pesat, Pemerintah Geber Pengembangan Industri Semikonduktor

    Adopsi EV Pesat, Pemerintah Geber Pengembangan Industri Semikonduktor

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengarahkan strategi percepatan pengembangan industri semikonduktor nasional dengan memanfaatkan momentum pertumbuhan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan penguatan hilirisasi mineral, khususnya pasir silika. 

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah menilai bahwa pengembangan ekosistem EV membuka peluang kuat untuk membangun fondasi industri semikonduktor dalam negeri. 

    “Terkait dengan pengembangan EV, ini membuka arah baru menuju pengembangan industri semikonduktor,” kata Airlangga dalam agenda Rapimnas Kadin Indonesia 2025, Senin (1/12/2025). 

    Indonesia saat ini tengah menyiapkan kolaborasi internasional untuk mempercepat lahirnya talenta dan pusat riset cip nasional. 

    Pemerintah telah menggandeng West Arizona University dan Purdue University, yang keduanya berencana bekerja sama dengan Universitas Indonesia untuk pengembangan chip designer.

    Selain itu, Indonesia juga akan mendorong hilirisasi pasir silika yang menjadi bahan baku pembuatan silicon feedstock hingga wafer semikonduktor. Upaya ini diharapkan mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan memperkuat rantai pasok industri cip.

    “Indonesia juga akan melakukan hilirisasi dari pasir silika yang tentunya ini menjadi bahan baku untuk silicon feed dan juga cip semikonduktor atau wafer di bidang assembling,” tuturnya. 

    Pada tahap assembling, testing, dan packaging (ATP), Indonesia disebut sudah memiliki pijakan awal. 

    “Kita sekarang sudah mulai di Pulau Batam, kapasitasnya sudah 9% dari total pasar yang ada di Indonesia sendiri,” ujarnya.

    Pemerintah juga menggunakan kebijakan percepatan adopsi kendaraan listrik untuk memacu permintaan terhadap komponen berbasis cip. Sepanjang Januari–September 2025, pertumbuhan motor listrik dan mobil listrik tercatat mencapai 18,27%. 

    “Pemerintah menyalurkan insentif untuk sektor otomotif Rp7 triliun dalam 2 tahun,” katanya.

    Dorongan tersebut mulai menarik komitmen investasi besar dari sejumlah produsen EV global. BYD tercatat telah merealisasikan 90% dari total investasinya senilai Rp11,2 triliun, dengan kapasitas produksi 150.000 unit per tahun.

    CERI juga menambah investasi Rp5,2 triliun dan memiliki 2–3 merek kendaraan hingga 2030. Wuling menggelontorkan Rp9,3 triliun untuk otomotif serta Rp7,5 triliun untuk pabrik baterai. Sementara itu, VinFast dari Vietnam menginvestasikan Rp3,7 triliun dengan kapasitas produksi 50.000 unit per tahun.

    Hyundai turut memperbesar ekspansinya melalui investasi tambahan Rp20 triliun untuk pengembangan kendaraan listrik. Meski begitu, pemerintah juga mencatat bahwa pasar kendaraan berbahan bakar internal combustion engine (ICE) masih mendominasi. 

    “Walaupun investasi di electric vehicle masih tinggi, pasaran IC atau internal combustion engine juga masih besar, masih 80%,” pungkasnya. 

  • Beda Versi 2 Kementerian soal Insentif buat Otomotif

    Beda Versi 2 Kementerian soal Insentif buat Otomotif

    Jakarta

    Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan tidak ada insentif untuk industri otomotif tahun depan. Di sisi lain, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bilang industri otomotif perlu diselamatkan karena kondisinya sedang terpuruk.

    Airlangga menilai, industri otomotif di Indonesia sudah cukup kuat. Apalagi banyak didukung oleh pameran otomotif, baik skala nasional maupun internasional.

    “Karena industrinya sudah cukup kuat. Apalagi udah pameran di sini. Kuat banget,” sambung politisi Partai Golkar tersebut baru-baru ini.

    “Lagi dikaji (rencana pemberian insentif pemberian otomotif). Dikaji, tapi belum (ada keputusan),” sambung Airlangga.

    Dikutip Antara, Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto mengatakan, belum ada usulan resmi terkait insentif otomotif untuk tahun 2026. Namun, Kemenko Perekonomian membuka ruang untuk pembahasan jika ada usulan baru.

    “Saat ini kami belum ada pembahasan kembali dan belum menerima usulan insentif dari Kementerian/Lembaga pembina sektor,” kata Haryo.

    Haryo juga menilai, dalam beberapa tahun terakhir, industri otomotif menunjukkan penguatan yang cukup signifikan, khususnya pada segmen kendaraan listrik. Pertumbuhan kendaraan listrik dan realisasi investasi yang signifikan menunjukkan fondasi industri yang semakin kuat.

    “Kami berpendapat bahwa industri otomotif saat ini sudah cukup kuat. Hal ini dibuktikan dengan penjualan kendaraan listrik roda empat meningkat signifikan hingga 18,27 persen dari pangsa pasar tahun 2025 dan investasi untuk KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai) sebesar Rp5,66 triliun di tahun 2025,” ujar Haryo.

    Di sisi lain, segmen kendaraan konvensional masih mendominasi pasar sekitar 80,6 persen, sementara pasar roda dua juga terus menunjukkan pertumbuhan baik dari sisi permintaan domestik maupun ekspor.

    “Pertanyaannya, apakah masih diperlukan insentif jika suatu industri sudah cukup kuat? Kami melihat ruang kebijakan yang ada dapat mulai dipertimbangkan untuk memperkuat sektor-sektor prioritas lain yang membutuhkan dukungan lebih besar, sembari tetap menjaga momentum positif industri otomotif,” sebutnya.

    Insentif buat Selamatkan Industri Otomotif

    Di sisi lain, Kementerian Perindustrian menilai industri otomotif saat ini sangat membutuhkan insentif untuk memperkuat ekosistem industrinya dari hulu ke hilir. Insentif tersebut diperlukan untuk mempertahankan utilisasi produksi, melindungi investasi dan pekerja industrinya dari PHK, serta meningkatkan daya saing produk otomotif dalam negeri.

    Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief mengatakan, memang penjualan mobil listrik meningkat signifikan. Namun kenaikan penjualan ini sebagian besar berasal dari mobil listrik impor. Dari total penjualan kendaraan EV tahun 2025 sebesar 69,146 unit, 73 persennya merupakan kendaraan EV impor yang nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja industrinya berada di negara lain. Sementara segmen kendaraan lain yang diproduksi di dalam negeri dan memiliki share terbesar dalam pasar otomotif nasional terus mengalami penurunan penjualan signifikan, bahkan jauh di bawah jumlah produksi tahunan kendaraan pada segmen tersebut.

    “Jadi, keliru jika kita menyatakan industri otomotif sedang dalam kondisi kuat dengan hanya mengandalkan indikator pertumbuhan kendaraan pada segmen tertentu. Penurunan tajam penjualan kendaraan bermotor roda empat jauh di bawah angka produksinya di kala penjualan kendaraan EV impor naik tajam adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Dan, harus menjadi indikator pertumbuhan industri otomotif nasional saat ini. Kami memandang bahwa dibutuhkan insentif untuk membalikkan keadaan tersebut,” ujar Febri dikutip dari keterangan tertulisnya.

    Selain itu, banyaknya pameran bukan berarti menunjukkan bahwa industri otomotif sedang kuat. Kuat-tidaknya industri otomotif nasional hanya bisa disimpulkan berdasarkan data penjualan dan produksi otomotif.

    “Banyaknya pameran otomotif diberbagai tempat Indonesia juga bukan ukuran industri otomotif sedang kuat. Sebaliknya, banyak pameran otomotif adalah upaya dan perjuangan industri untuk tetap mempertahankan demand di tengah anjlok penjualan domestiknya dan sekaligus melindungi pekerjanya dari PHK. Sekali lagi, kita harus menggunakan data statistik yang ada untuk menggambarkan kondisi obyektif industri otomotif saat ini dan tidak menggunakan jumlah event pameran otomotif,” ujar Febri.

    Kondisi Industri Otomotif

    Saat ini, industri otomotif mengalami penurunan penjualan. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil selama Januari-Oktober 2025 secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) hanya sebanyak 634.844 unit. Angka itu turun 10,6 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 711.064 unit. Sedangkan secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) tercatat sebanyak 660.659 unit pada Januari-Oktober 2025. Angka itu turun 9,6 persen dari tahun lalu yang mencapai 731.113 unit.

    Data yang dihimpun Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) menunjukkan produksi kendaraan juga mengalami penurunan menjadi 957.293 unit dari 996.741 unit pada 2024.

    Penurunan paling dalam terjadi pada segmen kendaraan yang justru menjadi tulang punggung industri otomotif nasional, yaitu segmen entry dengan harga di bawah Rp 200 juta. Segmen itu anjlok hingga 40 persen. Selain itu, segmen low dengan harga Rp 200-400 juta juga merosot 36 persen, serta segmen kendaraan komersial turun 23%. Ketiga segmen tersebut selama ini menyasar konsumen domestik, terutama kelompok masyarakat kelas menengah, serta menjadi basis produksi terbesar di dalam negeri.

    Oleh karena itu, Kemenperin menegaskan bahwa insentif otomotif menjadi instrumen krusial dalam upaya memulihkan pasar kendaraan bermotor sekaligus menjaga keberlangsungan industri otomotif nasional.

    Febri menyatakan, kebijakan insentif tidak hanya penting bagi pelaku industri, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sebagai konsumen. Menurutnya, insentif akan menciptakan ruang bagi penurunan harga kendaraan, memperbaiki sentimen pasar, serta mempertahankan daya beli masyarakat, khususnya kelompok kelas menengah dan pembeli mobil pertama yang sangat sensitif terhadap perubahan harga.

    “Walaupun Kemenperin belum merumuskan jenis, bentuk dan target insentif/stimulus, tapi usulannya akan mengarah ke segmen kelas menengah-bawah dan didasarkan pada nilai TKDN.,” ungkapnya.

    Menurut Febri, pelemahan pasar yang terjadi secara simultan dapat berdampak pada penurunan utilisasi pabrik, penurunan investasi, serta berpotensi mengancam keberlanjutan lapangan kerja di industri otomotif dan sektor komponen. “Tidak adanya intervensi kebijakan akan membuat tekanan ini semakin dalam, dan efeknya dapat memengaruhi struktur industri secara keseluruhan,” katanya.

    (rgr/dry)

  • Perusahaan Teknologi China Topband Penetrasi EBT di Indonesia

    Perusahaan Teknologi China Topband Penetrasi EBT di Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan teknologi global asal China Topband, resmi meluncurkan Ecosolex di Indonesia sebagai bagian dari upaya memperluas ketersediaan solusi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pengisian daya kendaraan listrik (EV Charger).

    General Manager APAC Topband Bevan Zhang menyampaikan bahwa perusahaan telah mengembangkan teknologi baterai dan sistem penyimpanan energi sejak 2009, beriringan dengan pertumbuhan kebutuhan energi baru secara global. Saat ini, Topband mengoperasikan lima lini usaha utama, termasuk perangkat rumah tangga, power tools, energi terbarukan, automation, dan solusi teknologi informasi.

    “Peluncuran ini menjadi bagian dari langkah strategis Topband dalam memperluas investasi serta mendukung percepatan transisi energi bersih di Indonesia,” jelasnya dalam siaran pers, Senin (1/12/2025).

    Ekosistem teknologi yang dikembangkan Topband mencakup produksi battery cell, sistem manajemen baterai (BMS), hingga perangkat konversi energi, yang menjadi fondasi bagi pengembangan sistem penyimpanan energi (ESS). Ecosolex hadir sebagai sub-brand yang mengintegrasikan beberapa teknologi tersebut untuk menjawab kebutuhan sektor residensial, komersial, hingga industri.

    Riko Sugiyanto, Country Manager Topband Indonesia, menyampaikan kehadiran Ecosolex merupakan langkah strategis untuk memperluas pemanfaatan energi terbarukan di berbagai sektor.

    “Prinsip keberlanjutan, efisiensi, dan kolaborasi menjadi dasar kami dalam memperkuat integrasi energi bersih di berbagai wilayah di Indonesia,” ujar Riko.

    Riko menambahkan bahwa tren penggunaan PLTS semakin terlihat dengan meningkatnya minat terhadap sistem off-grid dan hybrid. Penurunan harga komponen utama, seperti baterai LFP, turut mendorong pertumbuhan tersebut, terutama di kawasan yang selama ini menghadapi tantangan pasokan listrik seperti pertambangan, perkebunan dan daerah terpencil.

    Untuk mendukung implementasi Ecosolex di Indonesia, Topband menunjuk PT Sirus Eco Energy sebagai distributor resmi. Penunjukan ini mencakup tanggung jawab dalam penyediaan stok lokal dan layanan purna jual, serta ketersediaan unit pengganti apabila terjadi cacat produksi.

    CEO PT Sirus Eco Energy Agustinus Sitorus menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung keandalan ekosistem energi bersih.

    “Kami memastikan produk Ecosolex tersedia di gudang lokal dan siap dikirim kapan pun dibutuhkan. Jika ada kendala teknis, kami tidak hanya memperbaiki, tetapi siap mengganti unit baru agar operasional mitra tidak terganggu,” ujarnya.

    Agustinus menambahkan bahwa Sirus Eco Energy tidak hanya bertindak sebagai distributor, tetapi juga mitra strategis untuk membangun ekosistem bersama kontraktor, developer, dan reseller di berbagai wilayah Indonesia.

    Dengan hadirnya Ecosolex, Topband dan Sirus Eco Energy berharap dapat memperkuat ekosistem energi terbarukan serta mendukung perluasan infrastruktur PLTS dan pengisian kendaraan listrik yang sejalan dengan agenda nasional.

  • Antusiasme Booth Tinggi, Atto 1 Jadi Primadona di Area Test Drive

    Antusiasme Booth Tinggi, Atto 1 Jadi Primadona di Area Test Drive

    JAKARTA – Selama penyelenggaraan GJAW yang telah berjalan sembilan hari, booth BYD menjadi salah satu tujuan utama pengunjung. Mereka banyak yang menjajal langsung area test drive.

    Berdasarkan data yang diterima per Minggu 30 November, BYD mencatat lebih dari 1.100 sesi test drive telah dilakukan pengunjung GJAW. Tingginya minat publik itu demi bisa merasakan sensasi langsung teknologi elektrifikasi BYD.

    Dari seluruh model yang tersedia, BYD ATTO 1 tercatat sebagai salah satu model yang paling diminati dengan lebih dari 600 sesi test drive, dipuji karena kelincahan, stabilitas, dan kemudahannya bagi pengguna baru yang pertama kali mencoba kendaraan listrik.

    Model lain pun tidak kalah menarik perhatian, BYD Sealion 7 juga mencatat lebih dari 190 sesi test drive, disusul BYD ATTO 3 dengan lebih dari 140 sesi, memperlihatkan kuatnya minat pengunjung terhadap lini SUV listrik BYD yang dikenal dengan performa responsif dan kenyamanan berkendara.

    Sementara itu, BYD M6, BYD Seal, dan BYD Dolphin juga memperoleh respons positif dari pengunjung yang ingin membandingkan karakter berkendara antar segmen, menunjukkan keluasan portofolio BYD dalam memenuhi berbagai kebutuhan mobilitas.

    Antusiasme ini memperlihatkan besarnya ketertarikan publik terhadap pilihan model serta teknologi yang dihadirkan BYD selama GJAW 2025.

    Pengunjung yang datang juga berasal dari berbagai kalangan, mulai dari keluarga muda, konsumen yang membutuhkan kendaraan efisien untuk mobilitas harian, pecinta teknologi, hingga penggemar otomotif.

    Banyak di antara pengunjung juga memberikan apresiasi setelah melihat dan merasakan langsung performa, kenyamanan, serta fitur kendaraan listrik BYD. Pengalaman berkendara ini dianggap memberi perspektif baru mengenai stabilitas, kehalusan, serta kemudahan penggunaan kendaraan listrik. Teknologi BYD turut menarik perhatian, terutama platform, kekuatan baterai, serta sistem keselamatan yang dikenal andal.

    Head of Public and Government Relations PT BYD Motor Indonesia, Luther Panjaitan, sangat mengapresiasi tingginya antusiasme para pengunjung yang telah hadir dan mengeksplorasi booth BYD di GJAW 2025.

    “Sambutan positif ini terlihat bukan hanya dari keramaian booth, tetapi juga dari banyaknya pengunjung yang mencoba langsung performa dan kenyamanan kendaraan listrik BYD di area test drive,” katanya, dalam keterangan resminya yang diterima, Minggu, 30 November.

    Lebih lanjut, ia mengatakan, antusiasme ini menunjukkan bahwa pengalaman berkendara memainkan peran penting dalam membangun kepercayaan publik terhadap kendaraan listrik, sekaligus menandai semakin besarnya minat konsumen untuk beralih ke mobilitas dengan teknologi berkelanjutan.

    “Dengan teknologi terdepan dan pilihan model yanglengkap, BYD berkomitmen menghadirkan pengalaman berkendara listrik yang efisien, aman, dan menyenangkan,” ujarnya.

    Area test drive BYD menjadi salah satu titik ramai sepanjang GJAW 2025. Dengan rute yang cukup luas, pengunjung dapat merasakan berbagai aspek performa mulai dari akselerasi, kelincahan, pengendalian di manuver sempit, hingga kenyamanan suspensi.

    Beberapa konsumen juga mengatakan bahwa pengalaman langsung ini membantunya semakin memahami karakter dan keunggulan kendaraan BYD, mulai dari rasa berkendara yang halus, stabilitas yang konsisten, hingga kemudahan adaptasi berkat fitur-fitur cerdas yang intuitif. Kombinasi ini membuat banyak pengunjung merasa lebih yakin bahwa kendaraan listrik dapat menjadi pilihan mobilitas harian yang nyaman dan praktis.

    “Saya datang karena belakangan ini makin sering lihat mobil listrik di jalan, dan banyak juga yang dari BYD. Jadi penasaran apakah memang senyaman itu untuk dipakai sehari-hari. Saya mulai coba BYD ATTO 1 dulu, ukurannya compact, lincah, dan ternyata cukup nyaman untuk mobil kecil. Setelah itu saya tes BYD ATTO 3, dan di situ rasa nyamannya beda lagi kabinnya lebih lega, suspensinya halus, dan interiornya bikin saya lebih rileks,” papar Caradith Gayatri sebagai salah satu konsumen BYD di GJAW 2025.

  • Bos VinFast Indonesia Beberkan Upaya Dukung Indonesia Emas di GJAW 2025

    Bos VinFast Indonesia Beberkan Upaya Dukung Indonesia Emas di GJAW 2025

    Tangerang

    Chief Executive Officer (CEO) VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto (Kerry) menegaskan pihaknya berupaya untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Dalam gelaran GAIKINDO Jakarta Auto Week 2025 (GJAW) yang digelar di Indonesia Convention Exhibiton (ICE) BSD, Kabupaten Tangerang, Kerry mengatakan VinFast membawa semangat untuk ‘memajukan rakyat, memajukan bangsa’.

    “Seperti yang Anda ketahui, VinFast lahir dari VinGroup, perusahaan swasta terbesar di Vietnam, dan salah satu korporasi paling visioner di kawasan. Berpegang pada filosofi menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat, VinGroup telah membangun ekosistem dinamis yang mencakup enam pilar utama, yaitu industri dan teknologi, real estate dan layanan infrastruktur, energi hijau, budaya, serta usaha sosial,” kata Kerry, di acara GJAW, Jumat (21/11/2025).

    Foto: Andhika Prasetia/detikcom

    Semuanya disatukan oleh satu tujuan, yaitu meningkatkan kualitas hidup dan menginspirasi kemajuan. Di dalam ekosistem kuat tersebut, VinFast hadir sebagai simbol transformasi, perwujudan revolusi hijau, dan semangat kebangkitan Asia Tenggara.

    “VinFast merepresentasikan aspirasi kita bersama untuk menembus batas, menguasai teknologi global dengan kecerdasan, ketangguhan, dan tekad tak tergoyahkan dari masyarakat kita,” ujar Kerry.

    Dalam kesempatan itu, Kerry menyebut Indonesia bukan sekadar target pasar, tetapi rumah kedua bagi VinFast. Hal itulah yang membuat VinFast Indonesia berupaya untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045.

    “Di sini kami melihat sebuah visi nasional yang besar dan menginspirasi, Indonesia Emas 2045. Sebuah visi tentang kekuatan, kemakmuran, dan pembangunan berkelanjutan,” kata Kerry.

    Oleh karena itu, VinFast Indonesia berkomitmen membangun ekosistem mobilitas ramah lingkungan dan menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat RI. Kerry mengatakan dalam waktu kurang dari dua tahun, VinFast Indonesia telah menghadirkan beragam lini kendaraan listrik seperti VF 3 (mini-SUV), VF 5 (A-SUV), VF 6 (B-SUV), VF e34, hingga VF 7 (C-SUV), yang menyasar berbagai kebutuhan mobilitas, dari penggunaan pribadi hingga keluarga, dari perkotaan hingga pedesaan.

    “Dan ini tentu saja baru memulai. Dalam waktu dekat, kami akan memperkenalkan sepeda motor listrik, serta lebih banyak kendaraan ramah lingkungan lainnya,” kata Kerry.

    Kerry menegaskan kontribusi VinFast Indonesia dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045 tidak hanya hadir melalui produk kendaraan listrik. Lebih dari itu, komitmen tersebut diwujudkan melalui pembangunan ekosistem lengkap dari hulu ke hilir.

    Salah satunya yaitu pabrik VinFast Indonesia yang tengah dibangun di Subang, Jawa Barat. Adapun pabrik tersebut ditargetkan beroperasi pada Maret 2026.

    Kapasitas pabrik VinFast Indonesia mencapai 50 ribu unit per tahun dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.000 hingga 3.000 orang. Fasilitas pabrik VinFast Indonesia di Subang ini akan mencakup beberapa area produksi utama, seperti Body Shop, General Assembly Shop, Paint Shop, area pengujian, dan masih banyak lainnya.

    “Upaya kita mendukung Indonesia Emas tentu melalui mobilitas hijau itu sendiri, dari sisi produk dan juga ekosistem lengkap yang kita bangun, mulai dari pabrik, charging, BSM, hingga taksi listrik,” jelasnya.

    Ia menambahkan bahwa keberadaan pabrik VinFast Indonesia di Subang akan membawa dampak berganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional. Tak sekadar memenuhi target penjualan, melalui pembangunan pabrik, VinFast Indonesia juga mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge), mentransfer teknologi (transfer of technology), dan menyerap tenaga kerja.

    “Dampak ekonomi yang tercipta akan mendukung pencapaian Indonesia Emas. Jadi kontribusinya hadir dari hulu ke hilir,” tutur Kerry.

    Debut Model Baru: Limo Green-VF Wild Jadi Sorotan

    Foto: Andhika Prasetia/detikcom

    Pada GJAW 2025, VinFast Indonesia memberikan ‘Exclusive First Look’ dua model baru, salah satunya Limo Green, yang menjadi highlight booth produsen otomotif asal Vietnam ini – menandai semakin agresifnya VinFast Indonesia di pasar kendaraan listrik RI.

    Mobil listrik 7 seater VinFast Limo Green diklaim cocok buat keluarga di Indonesia. Tak hanya itu, mobil ini juga diklaim cocok buat digunakan sebagai armada taksi atau fleet.

    Dengan dimensi 4.730 mm (P) x 1.870 mm (L) x 1.690 mm (T) dan wheelbase 2.840 mm, MPV ini menawarkan kabin yang luas dan kenyamanan optimal di seluruh tiga baris kursinya. Berbekal teknologi baterai litium ferrofosfat (LFP), model ini mampu menempuh jarak hingga 470 km dalam sekali pengisian. Limo Green sudah bisa mulai dipesan dengan harga indikatif Rp319.000.000, sehingga bukan sekadar preview saja.

    Selain Limo Green, VinFast Indonesia juga membawa produk mobil konsep pikap double cabin bernama VF Wild. VF Wild memiliki dimensi impresif mencakup panjang 5.324 mm dan lebar 1.997 mm.

    Inovasi desainnya tampak pada bak belakang yang dapat diperpanjang secara otomatis melalui mekanisme jendela belakang dan kursi baris kedua yang dapat dilipat, sebuah fitur yang memaksimalkan kapasitas kargo tanpa mengorbankan kenyamanan penumpang.

    Daya tarik futuristiknya semakin diperkuat dengan panoramic glass roof dan digital side mirrors, meningkatkan tampilan estetik sekaligus performa aerodinamisnya.

    Dengan memberikan ‘Exclusive First Look’ terhadap model-model yang inovatif, VinFast Indonesia menegaskan kembali upayanya dalam menghadirkan teknologi canggih, desain berkelas, dan membangun kepercayaan pelanggan di pasar Indonesia.

    “Berbeda dari Limo Green, kehadiran model ini memiliki tujuan untuk mendengar dan belajar. Masukan Anda mengenai desain, kebutuhan fungsional, hingga persaingan harga yang diharapkan akan membantu VinFast lebih memahami aspirasi konsumen di Indonesia,” pungkasnya.

    (akn/ega)

  • Teaser Mobil Listrik Nasional Terbaru Malaysia Buatan Perodua

    Teaser Mobil Listrik Nasional Terbaru Malaysia Buatan Perodua

    Jakarta

    Merek mobil nasional Malaysia, Perodua, siap meluncurkan mobil listrik pertama mereka, QV-E. Peluncuran Perodua QV-E diklaim jadi agenda nasional penting bagi Malaysia karena akan menjadi tonggak penting bagi industri otomotif negeri jiran tersebut.

    Dalam teaser video singkat berdurasi 9 detik di kanal YouTube Perodua, menampilkan lekuk bodi QV-E yang bersudut dengan karakter agresif juga modern. Bilah lampu LED membentang lebar di bagian depan dan belakang. Sekilas, QV-E tampak lebih futuristis dibanding model Perodua pada umumnya.

    Presiden dan CEO Perodua, Datuk Seri Zainal Abidin Ahmad, sebelumnya mengungkapkan bahwa Perodua memegang hak kekayaan intelektual penuh untuk desain dan juga platform EV ini. Meski demikian, baterai yang digunakan adalah tipe LFP yang dipasok oleh CATL. QV-E juga akan menjadi mobil penumpang pertama di Malaysia yang menerapkan skema sewa baterai.

    Spesifikasi baterainya pun telah terungkap. QV-E akan menggendong baterai 52,5 kWh dengan jarak tempuh real diperkirakan mencapai 400-410 km. Angka ini membuatnya sebanding dengan Proton eMas 7. Target performanya pun agresif untuk ukuran EV kompak, yaitu akselerasi 0-100 km/jam dalam 6-7 detik dengan kecepatan puncak sekitar 160 km/jam.

    Dari gambar teaser yang telah dipamerkan sebelumnya, QV-E terlihat lebih besar dari Perodua Myvi, serta mendekati dimensi Proton X50. Profilnya lebih rendah serta sporty, membuatnya memiliki karakter yang lebih premium. Dengan ukuran tersebut, QV-E diproyeksikan dibanderol sekitar RM 80 ribu atau setara Rp 322,3 juta.

    Pemerintah Malaysia pun memberi perhatian serius pada kelahiran EV pertama Perodua ini. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyebut peluncuran mobil ini sebagai ‘agenda nasional penting’.

    “Saya akan menginstruksikan kabinet agar peluncuran kendaraan listrik baru Perodua menjadi agenda nasional yang besar, menggabungkan tata kelola, tanggung jawab sosial, dan perlindungan lingkungan,” ujar Anwar dikutip dari Paultan.

    (lua/din)

  • Penggerak Belakang, Jarak Tempuh 395 Km

    Penggerak Belakang, Jarak Tempuh 395 Km

    Jakarta

    Geely EX2 resmi diperkenalkan dan dibuka pemesanannya di ajang Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2025. Mobil dengan klaim jarak tempuh 395 km ini punya spesifikasi unik, karena dia menggunakan sistem penggerak belakang alias RWD disaat sebagian besar mobil listrik menggunakan penggerak roda depan FWD. Apa alasannya?

    Antusiasme pengunjung GJAW 2025 terhadap EX2 terasa sejak hari pertama. Mayoritas peminat berasal dari kalangan profesional muda, keluarga muda hingga mereka yang mulai melirik kendaraan listrik sebagai mobil utama. Tercatat 800 orang sudah melakukan test drive Geely EX2.

    Geely EX2 Foto: Geely

    “Respons terhadap Geely EX2 positif sekali. Banyak pengunjung mengatakan bahwa mobil ini adalah EV yang sesuai buat gaya hidup mereka, kompak tapi lapang, stylish tapi tetap fungsional, dan nyaman untuk keluarga,” ujar Constantinus Herlijoso, Sales & Channel Director Geely Auto Indonesia, dalam keterangannya.

    Sebagai model terlaris di Tiongkok pada segmennya, EX2 membawa standar desain yang bersih dan modern. Pilihan warna seperti Aurora Pink, Nebula Beige, dan Star Silver menjadi favorit karena tampilannya yang fresh dan fotogenik. Elemen Smile Front Grille dan LED Feather-Flow Headlights bikin tampilannya hangat namun tetap futuristis.

    Salah satu keunggulan terbesar EX2 diklaim ada di konfigurasi penggerak roda belakang (RWD). Setup ini memberi karakter berkendara yang stabil dan lincah, terlebih ketika bermanuver di perkotaan. Dipadukan dengan suspensi multi-link dan radius putar kecil, EX2 terasa praktis di jalan sempit.

    “Ekspektasi saya Geely EX2 bakal sempit dan biasa saja, tapi ternyata kabinnya lega banget. Ride dan handling-nya enak serta terasa stabil saat belok,” bilang Kevin Sunardi, salah satu pengunjung yang mencoba test drive.

    Geely EX2 Foto: Geely

    EX2 juga diklaim memiliki efisiensi pemanfaatan ruang hingga 85%, dengan tambahan front trunk 70 liter dan banyak kompartemen penyimpanan lain. Kabinnya mengusung konsep Wraparound Comfort Cabin yang hangat, dihiasi Urban Starlight Ambient Lighting 256 warna dan layar sentral HD 14,6 inci berbasis Flyme Auto.

    Dibangun di atas platform GEA, EX2 menawarkan jarak tempuh hingga 395 km. Ada fitur fast charging 30-80% dalam 25 menit, Geely Battery Safety System, regenerative braking, kamera 540°, 6 airbags, hingga ADAS 12 fungsi menjadikannya pilihan lengkap untuk mobilitas harian masyarakat urban.

    Tertarik beli?

    Geely EX2 Foto: Geely

    (lua/din)

  • Bank Indonesia Anugerahkan Wuling Penghargaan Mitra Strategis 2025

    Bank Indonesia Anugerahkan Wuling Penghargaan Mitra Strategis 2025

    Bandung

    Komitmen Wuling dalam mendukung penguatan ekosistem ekonomi daerah kembali mendapat pengakuan. PT SGMW Motor Indonesia (Wuling) resmi menerima penghargaan sebagai Mitra Strategis Pendukung Asesmen Ekonomi dan Keuangan Daerah dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat.

    Penghargaan ini diserahkan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025 yang digelar di The Trans Luxury Hotel, Bandung, Jumat (28/11/2025). Deputi Kepala Perwakilan BI Jawa Barat, Muslimin Anwar, menyerahkan penghargaan tersebut secara langsung kepada Chief Financial Officer PT SGMW Motor Indonesia Yan Kaili.

    Penghargaan ini memiliki makna strategis karena PTBI 2025 mengusung tema besar “Tangguh dan Mandiri: Sinergi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi dan Berdaya Tahan”. Tema tersebut menekankan pentingnya kolaborasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dunia usaha, dan berbagai pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas, mempercepat transformasi ekonomi, serta mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

    Dalam konteks itu, apresiasi yang diberikan BI Jabar kepada Wuling menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya hadir sebagai produsen otomotif, tetapi juga mitra aktif dalam mendukung penguatan perekonomian daerah-mulai dari hilirisasi industri, penciptaan lapangan kerja, hingga dukungan terhadap asesmen dan pemetaan ekonomi yang dilakukan Bank Indonesia.

    Wuling memandang penghargaan ini sebagai bentuk kepercayaan sekaligus dorongan untuk melanjutkan komitmen dalam membangun mobilitas yang berkelanjutan dan menciptakan dampak positif bagi masyarakat Jawa Barat. Dengan berbagai model kendaraan yang diproduksi di Indonesia, termasuk kendaraan listrik, Wuling terus berupaya memperluas kontribusinya dalam menciptakan ekosistem industri otomotif yang mendukung transformasi ekonomi regional.

    Bagi Wuling, kolaborasi dengan Bank Indonesia dan pemerintah daerah bukan sekadar kerja sama jangka pendek, tetapi bagian dari perjalanan panjang perusahaan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang tangguh dan mandiri-sejalan dengan pesan utama PTBI 2025.

    (ega/ega)