Produk: kendaraan listrik

  • Peringati Hari Pelanggan Nasional, Direksi Pertamina Patra Niaga Tinjau Layanan SPBU MT Haryono – Page 3

    Peringati Hari Pelanggan Nasional, Direksi Pertamina Patra Niaga Tinjau Layanan SPBU MT Haryono – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka memperingati Hari Pelanggan Nasional, jajaran Direksi Pertamina Patra Niaga bersama para Pengamat Energi melakukan tinjauan  layanan ke SPBU MT Haryono, Jakarta pada 4 September 2025 

    Rangkaian kunjungan tersebut meliputi peninjauan uji tera kualitas dan kuantitas BBM, pengecekan fasilitas swapping station untuk kendaraan listrik, hingga program penukaran minyak jelantah melalui UCollect Box yang tersedia di SPBU.

    Jajaran direksi berinteraksi langsung dengan pelanggan berupa edukasi tentang safety saat berada di SPBU, semisal bagaimana perilaku yang aman saat mengisi bahan bakar agar tidak berisiko. Tak hanya itu, rombongan turut menyapa langsung para pelanggan yang mengisi BBM di SPBU. Interaksi hangat ini menjadi wujud apresiasi sekaligus cara memaknai Hari Pelanggan Nasional 2025.

    Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra mengatakan bahwa kunjungan ini adalah bagian dari upaya menjaga kualitas layanan di SPBU.

    “Hari ini kami hadir langsung di SPBU untuk memastikan pelayanan berjalan dengan baik. Kami juga didampingi para Pengamat Energi serta Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) untuk melihat bagaimana pelayanan diberikan kepada masyarakat. Kepercayaan publik adalah amanah besar yang harus terus kami jaga,” jelas Mars Ega.

    Dalam kesempatan yang sama, Ketua YLKI, Niti Emiliana, mengapresiasi langkah Pertamina Patra Niaga yang transparan dalam menunjukkan kualitas layanan.

    “Pertamina Patra Niaga pasti sudah memiliki standar pelayanan yang baik. Yang perlu diperhatikan adalah isu-isu yang beredar di masyarakat. Melalui kegiatan ini, isu-isu yang tidak terbukti bisa dipatahkan dengan adanya pembuktian uji, dan hal ini menjadi poin penting untuk edukasi publik. Karena itu, saya mengapresiasi kegiatan ini sebagai bagian dari peringatan Hari Pelanggan Nasional,” ujar Niti. 

    Hari Pelanggan Nasional menjadi momentum bagi Pertamina Patra Niaga untuk terus melayani dengan sepenuh hati, menghadirkan energi yang aman, andal, dan berkelanjutan bagi masyarakat.

  • Awas Kaget, Setelah 2 Tahun Harga Mobil Listrik Turun Segini!

    Awas Kaget, Setelah 2 Tahun Harga Mobil Listrik Turun Segini!

    Jakarta

    Harga jual kembali mobil listrik turun drastis sekalipun baru dua tahun. Bahkan penurunannya cukup tajam.

    Harga mobil listrik bekas anjlok. Ini menjadi salah satu sorotan bagi mereka yang mau membeli mobil dan mempertimbangkan harga jual kembali sebagai faktor utama. Bukan rahasia lagi, harga jual kembali masih menjadi faktor krusial bagi orang RI sebelum membeli mobil. Penurunan harga mobil listrik bekas itu cukup drastis. Bahkan baru dua tahun pemakaian, penurunannya bisa mencapai 70 persen.

    “Untuk BEV (Battery Electric Vehicle), resale value sering kali lebih rendah, rata-rata nilainya tinggal 50-70 persen setelah dua tahun,” ungkap Pengamat Otomotif sekaligus Akademisi Institut Teknologi Bandung Yannes Pasaribu saat dihubungi detikOto belum lama ini.

    Dijelaskan Yannes, depresiasi harga mobil listrik bekas itu bukan tanpa alasan. Kekhawatiran akan penurunan fungsi baterai menjadi salah satu faktor utamanya. Tak cuma itu, infrastruktur pengecasan yang masih terbatas juga dinilai jadi faktor lainnya.

    “Dan ketidakpastian teknologi akibat teknologi baterai yang begitu cepat berubah–daya simpan makin besar yang artinya daya jangkau makin jauh, tetapi harga baterai semakin murah,” lanjut Yannes.

    Meski begitu, tidak semua orang Indonesia menyorot soal harga bekas mobil listrik yang anjlok. Menurut Yannes, ada juga kalangan yang tak menjadikan resale value mobil listrik itu jadi pertimbangan. Mereka adalah generasi milenial dan juga generasi Z (gen Z).

    “Generasi muda lebih menekankan keberlanjutan lingkungan, teknologi, dan biaya operasional rendah. Situasi minat Gen Z terhadap kendaraan listrik meski resale value-nya rendah memperlihatkan pergeseran paradigma ini,” ujar Yannes.

    Situasi ini berbeda dengan generasi baby boomers dan generasi X yang menjadikan harga jual kembali faktor utama sebelum membeli mobil. Sebab, mereka menganggap bahwa pembelian kendaraan adalah aset finansial jangka panjang untuk stabilitas ekonomi keluarganya.

    (dry/rgr)

  • Astra & PLN Duet Garap Proyek SPKLU di Sumbar dan Jabar

    Astra & PLN Duet Garap Proyek SPKLU di Sumbar dan Jabar

    Jakarta

    PT Velasto Indonesia (Velasto Indonesia), anak usaha PT Astra Otoparts Tbk (Astra Otoparts) bersama PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (PLN Enjiniring), anak usaha PT PLN (Persero), membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) tipe pole mounted charger pertama di Indonesia.

    SPKLU tipe pole mounted charger di PLN ULP Belanti, Padang, Sumatrea Barat telah diresmikan pada 17 Agustus 2025, sekaligus menandai pengoperasian 19 unit lainnya di dua provinsi, yaitu 18 unit di Sumatra Barat (Sumbar) dan 1 unit di Jawa Barat (Jabar).

    Sebagai tahap awal, kolaborasi Velasto Indonesia dan PLN Enjiniring akan menghadirkan 122 unit SPKLU tipe pole mounted charger, yang terdiri dari 30 unit di Sumatera Barat dan 92 unit di Jawa Barat.

    Selanjutnya, inisiatif ini dapat diperluas dalam skala yang lebih besar guna membangun jaringan infrastruktur pengisian daya yang merata sekaligus memperkuat kontribusi strategis kedua perusahaan dalam mendukung percepatan ekosistem kendaraan listrik.

    SPKLU tipe pole mounted charger merupakan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum yang perangkat pengisian daya (charging unit) dan kelengkapannya dipasang langsung pada tiang listrik yang sudah ada.

    Jadi, tidak membutuhkan lahan tambahan dan menjadi solusi efisien dalam mempercepat perluasan infrastruktrur kendaraan listrik di Indonesia

    Seluruh unit SPKLU tipe pole mounted charger memiliki desain yang praktis, modern, dan dirancang dengan standar keamanan dan berkualitas, sekaligus dilengkapi dengan teknologi AC Charging 7kW. Fasilitas ini juga terintegrasi dengan Internet of Things untuk pengendalian jarak jauh secara digital melalui sistem PLN.

    Pelanggan dapat mengakses layanan tersebut dengan mudah melalui Super App PLN Mobile, mulai dari mencari lokasi SPKLU, memulai
    pengisian, hingga memantau proses pengisian daya secara real time.

    Presiden Direktur Velasto Indonesia Dian Metias, mengatakan bahwa kehadiran SPKLU tipe pole mounted charger pertama di Indonesia ini merupakan wujud nyata dari kolaborasi inovasi dan teknologi dalam mendukung solusi pemerataan infrastruktur di wilayah Indonesia.

    “Kami berkomitmen menyediakan perangkat pengisian daya yang berkualitas guna mendukung operasional SPKLU yang aman, modern, dan dapat menjangkau masyarakat luas,” ujar Dian dalam keterangan tertulis, Rabu (3/9/2025).

    Velasto Indonesia berkomitmen untuk menjadi mitra strategis dengan menghadirkan teknologi yang andal, efisien, dan menyediakan solusi yang relevan dengan kebutuhan mobilitas masa depan, sekaligus memberikan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan.

    (hns/hns)

  • Pengamat Sebut Ini soal Prabowo ke China Ketemu Xi-Putin & Kim Jong Un

    Pengamat Sebut Ini soal Prabowo ke China Ketemu Xi-Putin & Kim Jong Un

    Jakarta, CNBC Indonesia– Presiden Prabowo Subianto hadir dalam parade militer memperingati 80 tahun kemenangan China dan menyerahnya Jepang, Rabu (3/9/2025). Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi membenarkan hal tersebut Selasa malam, setelah sebelumnya mengatakan penundaan pada Sabtu.

    Menurutnya hal tersebut karena permohonan China langsung. Prabowo-pun akan segera kembali Rabu malam.

    Menurut sejumlah pengamat kehadiran Prabowo menunjukkan Indonesia sebagai middle power ingin mendengar langsung apa posisi negara-negara lain, yang saat ini sedang merasa tertekan oleh kekuatan-kekuatan lain. “Dan harapan saya, Presiden menindaklanjuti dengan menjaga situasi global tetap tenang dan tidak terprovokasi juga dengan berapi-apinya Xi,” ujar praktisi dan pengajar hubungan internasional, Dinna Prapto Raharja, menanggapi perjalanan Prabowo, kepada CNBC Indonesia.

    Hal sama juga disorot Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira. Ia menyebut posisi China yang sangat penting dalam ekonomi Indonesia berperan dalam keputusan kehadiran Prabowo.

    “Ya ini karena posisi China sebagai investor dan juga mitra dagang sangat signifikan bagi Indonesia. Dan, Ini juga coba meredam kunjungan Prabowo, bahwa kondisi Indonesia sangat terkendali,” ujarnya menjawab CNBC Indonesia.

    Meski demikian, menurut Bhima, kesempatan ini justru bisa dimanfaatkan oleh Prabowo untuk bertemu Xi Jinping. Khususnya untuk memperbaiki kualitas kerja sama.

    “Seperti dari sisi kualitas tenaga kerjaan, investasi-investasi China dihilirisasi, permasalahan terkait dengan lingkungan, limbahnya, masyarakat lokal di sekitar lokasi nikel… Ini harus disampaikan oleh Prabowo ke Xi Jinping,” jelasnya.

    “Sehingga hubungan kerja sama win-win, termasuk mendorong peningkatan nilai tambah pada hilirisasi. Jangan hanya sekedar berhenti pada smelter. Kemudian China akhirnya membangun investasi pabrik mobil listrik. Tetapi yang diharapkan kekosongan di tengah industri atau hollow in the middle, di mana antara smelter sampai menjadi kendaraan listrik itu butuh investasi antara. Itu investasi intermediary yang jauh lebih besar,” katanya berharap China nantinya bisa bekerja sama baik dengan BUMN ataupun Danantara.

    Trump dan Perang Dagang

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga berkomentar. Dalam unggahannya di media sosial, Trump menuduh pertemuan ketiga pemimpin itu “berkonspirasi melawan Amerika Serikat”.

    “Semoga Presiden Xi dan rakyat China yang luar biasa merayakan hari perayaan yang agung dan abadi. Mohon sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin, dan Kim Jong Un, saat kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat,” tulis Trump.

    Menurut Bhima, sejak Indonesia bergabung di BRICS, sebagian menilai Indonesia makin dekat dengan China. Ini, kata dia, membuat Indonesia, seolah lebih pro terhadap China.

    “Nah ini yang memang dikhawatirkan. Kalau Presiden AS masih Trump, maka Trump akan menekan Indonesia dengan berbagai hambatan tarif yang lebih tinggi, hambatan non tarif yang akan melukai pelaku usaha,” kata Bima.

    “Memang mem-balancing itu penting, balance itu penting sehingga Indonesia bisa menjadi negara yang tetap non blok. Itu sebenarnya bisa untuk mengamankan posisi Indonesia. Sebenarnya kalau eskalasi perang dagangnya tetap berlanjut. Ya Indonesia bisa bersiap kehilangan pasar di AS. Nah sementara untuk negara BRICS selain China, penetrasi dagang kita masih kecil, mungkin sama India,” tambahnya.

    Ia meminta risiko tadi dicermati. Sehingga jangan sampai Indonesia terlihat seperti pro Beijing atau memberikan insentif-insentif perpajakan tertentu hanya untuk perusahaan-perusahaan China.

    Dina sendiri melihat imbas lain. Ini dikhawatirkan berdampak ke Jepang.

    “Efeknya yang pasti sebagai salah satu mitra investasi, dagang dan pembangunan. Acara China kan ingin menohok Jepang,” katanya.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Orang Indonesia Beli Mobil Emang Masih Mikirin Harga Jual Kembali?

    Orang Indonesia Beli Mobil Emang Masih Mikirin Harga Jual Kembali?

    Jakarta

    Ada ragam pertimbangan orang Indonesia sebelum membeli. Apakah harga jual kembali masih jadi salah satu pertimbangan utama?

    Membeli mobil baru bukan perkara mudah. Salah-salah pilih yang ada malah menyesal di kemudian hari. Maka dari itu, ada banyak faktor yang dipertimbangkan sebelum membeli mobil. Mulai dari model, harga, dan tak kalah penting harga jual kembali.

    Dijelaskan Pengamat Otomotif sekaligus akademisi Institut Teknologi Bandung Yannes Pasaribu, harga jual kembali masih menjadi faktor krusial sebelum orang RI membeli mobil baru.

    Yannes mengungkap berdasarkan riset tim kendaraan listrik ITB, dalam perbandingan generasi antara pembeli, generasi baby boomers dan Gen X (usia 40 tahun ke atas) cenderung lebih memprioritaskan resale value sebagai aset investasi, dengan 65-75 persen responden dalam survei nasional memasukkannya sebagai kriteria utama untuk ICE dan HEV karena pertimbangan finansial jangka panjang.

    “Kelompok konsumen yang secara dominan mempertimbangkan nilai jual kembali (resale value) mobil sebagai bagian dari investasi mencakup generasi baby boomers dan Gen X (usia di atas 40 tahun), merekalah yang sering kali melihat pembelian kendaraan sebagai aset finansial jangka panjang untuk menjaga stabilitas ekonomi keluarganya,” terang Yannes kepada detikOto belum lama ini.

    Yannes menyebut beberapa kendaraan bermesin konvensional harga jual kembalinya masih stabil bahkan 70-80 persen setelah digunakan tiga tahun. Sebut saja merek-merek seperti Daihatsu, Suzuki, Toyota, hingga Honda, harga jual kembalinya masih kompetitif.

    Kondisi ini justru berbeda dengan generasi milenial dan gen Z dengan usia 40 tahun ke bawah yang mulai mengesampingkan faktor tersebut. Hanya sekitar 40-50 persen yang menjadikan resale value itu prioritas sebelum membeli mobil. Bahkan mereka lebih menyoroti faktor lingkungan sekaligus teknologi canggih yang mengarah ke mobil listrik.

    “Semakin tinggi income-nya, generasi muda ini semakin tidak memperhatikan resale value. Generasi muda lebih menekankan keberlanjutan lingkungan, teknologi, dan biaya operasional rendah,” lanjut Yannes.

    Seiring berjalannya waktu, menurut Yannes tak menutup kemungkinan harga jual kembali itu makin tak dilihat. Ini beriringan dengan pergantian generasi kelompok pembeli dari baby boomers ke gen millenial ataupun gen Z.

    (dry/rgr)

  • Harga HR-V Hybrid Jadi Lebih Murah, Honda Bersyukur Dapat Insentif Pemerintah

    Harga HR-V Hybrid Jadi Lebih Murah, Honda Bersyukur Dapat Insentif Pemerintah

    Jakarta

    Harga Honda HR-V kini lebih murah dibandingkan versi sebelumnya. Honda pun berterima kasih ke pemerintah yang memberikan insentif untuk mobil hybrid.

    Mobil hybrid buatan lokal dapat insentif dari pemerintah. Ya, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Roda Empat Tertentu dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Bus Tertentu serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Roda Empat Emisi Karbon Rendah Listrik Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2025, tarif PPnBM mobil hybrid bisa jadi lebih rendah.

    Tarif PPnBM mobil hybrid yang harusnya 6-8 persen jadi hanya 3-5 persen. Mobil dengan teknologi mild hybrid pajaknya beda lagi. Tarifnya sebesar 8-12 persen tergantung dari emisi gas buang yang dihasilkan. Dengan adanya insentif, tarif PPnBM mobil mild hybrid menjadi 5-9 persen. Mobil berjenis plug-in hybrid juga dapat insentif. Harusnya dikenai 5 persen berkat insentif jadi hanya 2 persen.

    Adanya insentif itu membuat harga mobil jadi lebih murah. HR-V termasuk salah satunya. Buktinya saat peluncuran HR-V Hybrid belum lama ini, harganya bahkan lebih murah. Khusus varian hybrid, harga paling mahalnya bahkan tak sampai Rp 500 juta. HR-V paling mahal saat ini harganya Rp 488 juta. Sebagai perbandingan, pada model turbo RS, harga HR-V itu sebelumnya Rp 540 jutaan.

    “Karena hybrid produksi lokal itu dapat insentif pajak tambahan jadinya bisa lebih murah daripada HR-V sebelumnya, itu alasannya kita bisa considering harga lebih murah,” ungkap Communication Strategy Sub-Division Head PT Honda Prospect Motor Yulian Karfili ditemui di Surabaya belum lama ini.

    Menurut Arfi, insentif tersebut sudah cukup membantu pabrikan. Namun demikian, lantaran memiliki emisi rendah dan juga punya mode berkendara ala mobil listrik, mobil hybrid seharusnya bisa mendapat keistimewaan ganjil genap di Jakarta.

    “Sebenarnya di dalam kota kalau tujuannya mengurangi emisi, di dalam kota tuh hybrid mostly listrik yang jalan, mode ev, di dalam kota tuh hampir pasti. Jadi kalau lihat tujuannya dibuat insentif nonfiskal untuk mobil listrik ya hybrid sama aja, akan sangat membantu kalau ada,” tambah Arfi.

    Seperti diketahui bersama, saat ini kebijakan nonfiskal berupa penerapan ganjil genap hanya didapat oleh kendaraan listrik murni bertenaga baterai. Kendaraan tanpa asap itu bebas melintas kapan pun di jalanan Jakarta.

    (dry/rgr)

  • Manufaktur Mulai Menggeliat Meski Daya Beli Masih Lesu

    Manufaktur Mulai Menggeliat Meski Daya Beli Masih Lesu

    Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja sektor manufaktur Indonesia menunjukkan sinyal pemulihan di tengah tantangan pelemahan daya beli. Hal ini tercermin dalam laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di level 51,5 pada Agustus 2025 atau ekspansif.

    Berdasarkan laporan S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia berada di level 51,5 pada Agustus 2025 atau naik dari bulan sebelumnya 49,2 pada Juli 2025 atau di bawah ambang batas 50.

    Adapun, kinerja PMI manufaktur Indonesia sebelumnya telah terkontraksi sejak April 2025 lalu yang anjlok ke angka 46,7. 

    Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti mengatakan pada pertengahan triwulan ketiga 2025, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan kembali pada kondisi operasional untuk pertama kali dalam lima bulan.

    “Perusahaan mencatat pertumbuhan baru pada output dan pesanan baru, dengan pesanan ekspor mencatat kenaikan tercepat dalam hampir dua tahun,” kata Bhatti dalam laporan terbarunya pada Senin (1/9/2025). 

    Ekspansi Agustus ini didorong oleh peningkatan baik pada produksi maupun volume pesanan baru. Menanggapi hal ini, perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian dan jumlah tenaga kerja pada pertengahan triwulan ketiga untuk menyesuaikan kebutuhan produksi tambahan. Industri juga menambah stok pembelian, tetapi inventaris barang jadi menurun karena digunakan untuk memenuhi pesanan.

    Ke depannya, bisnis di sektor manufaktur Indonesia masih dinilai masih prospektif bahwa volume produksi akan naik pada tahun mendatang. Tingkat optimisme tergolong kuat dan meningkat dibanding bulan Juli, meskipun masih di bawah rata-rata jangka panjang. 

    Tak hanya itu, sentimen positif didukung oleh harapan bahwa kondisi ekonomi akan membaik, mendorong peluncuran produk baru. Harapan bahwa daya beli pelanggan akan meningkat sehingga mendorong pertumbuhan output.

    Pengusaha Masih Tahan Ekspansi

    Sementara itu, meski PMI manufaktur mulai menggeliat, tetapi pengusaha hulu tekstil masih menahan diri untuk ekspansi dan menunggu pemerintah melakukan pembenahan sektoral.

    Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan, meskipun kondisi PMI manufaktur Indonesia naik ke level ekspansi 51,5 pada Agustus 2025, sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) masih kontraksi.

    “Di sektor TPT masih sama, utilisasi rata-rata masih di bawah 50%,” kata Redma kepada Bisnis, Senin (1/9/2025).

    Apalagi, belakangan pihaknya mengeluhkan banjir impor produk tekstil yang membuat industri hulu sulit ekspansi usaha. Kondisi ini yang memicu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga 250.000 orang pada 2023-2024. 

    Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) juga menilai ekspansi produktivitas industri pengolahan atau manufaktur pada Agustus 2025 tak sepenuhnya menggambarkan kondisi riil lapangan, meski terdapat sinyal positif perbaikan.

    Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengatakan, kondisi ekspansi yang disebutkan dalam laporan tersebut harus disikapi dengan tetap waspada. Pasalnya, laporan PMI manufaktur bukan volume output riil, melainkan indikator arah pergerakan ekonomi.

    “Artinya, capaian ini lebih merupakan sinyal pemulihan awal daripada jaminan bahwa seluruh tantangan telah teratasi,” kata Shinta kepada Bisnis, Senin (1/9/2025). 

    Dalam laporan S&P Global disebutkan bahwa kondisi industri kembali bergairah dikarenakan pesanan baru dan output produksi yang mulai meningkat. Hal ini mendorong ekspansi dari fase kontraksi empat bulan sebelumnya.

    Apindo melihat hal ini dengan optimistis, tetapi tetap berhati-hati. Apalagi, Shinta menilai industri padat karya dan subsektor berorientasi ekspor belum sepenuhnya pulih karena masih menghadapi tantangan beban usaha yang tinggi, ketidakpastian global, dan daya beli yang masih menurun.

    “Jadi, PMI ini valid sebagai early indicator bahwa momentum pemulihan mulai berjalan, tetapi tidak berarti semua masalah struktural hilang,” jelasnya.

    Di samping itu, dia juga menyebutkan terdapat tantangan seperti volatilitas rantai pasok, tekanan nilai tukar rupiah dan biaya operasional yang tinggi menjadi faktor yang mesti diatur kembali.

    Proyeksi Kinerja Manufaktur

    Lebih lanjut, Shinta mengatakan sentimen pelaku usaha saat ini mulai membaik karena ada harapan pemulihan daya beli domestik dan potensi peningkatan ekspor. Akan tetapi, dia juga mengingatkan penguatan kinerja manufaktur ini dapat terjadi jika diiringi dukungan stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.

    “Namun, kita tidak bisa mengabaikan faktor politik domestik dan global yang berpengaruh terhadap investor confidence serta arus modal,” ujarnya.

    Sementara itu, laporan riset dari Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) memproyeksikan sektor manufaktur Indonesia akan melanjutkan pemulihannya hingga sisa tahun 2025. Optimisme ini didukung oleh permintaan eksternal yang kuat, peningkatan konsumsi domestik, dan dukungan kebijakan.

    “Namun, kami tetap berhati-hati terhadap potensi risiko penurunan, termasuk penguatan USD [dolar AS] yang berkepanjangan, ketidakpastian permintaan global, dan gangguan rantai pasokan,” tulis SSI dalam laporan terbarunya. 

    Lebih lanjut, SSI juga melihat permintaan ekspor yang lebih kuat, terutama di sektor-sektor utama berorientasi ekspor, seperti nikel, minyak kelapa sawit (CPO), dan produk terkait kendaraan listrik, diperkirakan akan membantu menstabilkan neraca perdagangan Indonesia di tengah ketidakpastian global.

    Permintaan domestik juga terus menguat didukung oleh pemulihan daya beli yang solid dan prospek positif belanja konsumen menjelang periode liburan akhir tahun.

    Dari sisi harga, inflasi biaya input relatif terkendali, mendekati level terendah dalam 5 tahun dan jauh di bawah rata-rata jangka panjang, berkat harga energi domestik yang stabil dan biaya logistik yang moderat. 

  • Mobil China Perang Harga, Kualitas Jadi Taruhannya

    Mobil China Perang Harga, Kualitas Jadi Taruhannya

    Jakarta

    Kualitas mobil China jadi sorotan di tengah perang harga. Sebab, laporan akan kerusakan mobil tercatat mengalami kenaikan.

    Perang harga tengah dilakukan sejumlah produsen mobil China. Nggak cuma mobil listrik, mobil bensin pun ikutan perang harga untuk berlomba-lomba memikat konsumen. Namun kualitas mobil justru jadi taruhannya. Dalam pemberitaan China Daily, kualitas mobil bensin baru di China menurun secara berturut-turut dalam dua tahun terakhir lantaran persaingan harga.

    Menurut survei yang dilakukan J.D Power, soal kualitas menunjukkan bahwa masalah yang dilaporkan pemilik mobil meningkat menjadi 229 per 100 kendaraan, naik 17 kasus dibandingkan tahun 2024.

    Penurunan terjadi secara luas, merek domestik dan merek massal melaporkan masing-masing 18 kasus per 100 mobil. Merek premium juga mencatat penurunan kualitas seiring dengan kenaikan kerusakan 13 kasus.

    “Di tengah tekanan kompetitif yang beragam dalam hal teknologi, konfigurasi, dan harga, kinerja mobil berbahan bakar konvensional mengalami penurunan signifikan secara tahunan,” ungkap General Manager of Auto Product Practice di J.D Power China.

    Dia mengingatkan bahwa untuk mempertahankan pangsa pasar sembari meningkatkan kualitas akan menjadi tantangan utama bagi produsen berbahan bakar konvensional selama transisi ke kendaraan energi baru.

    Dalam laporan itu juga diketahui cacat desain dan cacat produksi pada beberapa produk mengalami kenaikan. Keluhan soal sistem hiburan, kursi, dan fungsi bantuan pengemudi menjadi yang paling sering. Keluhan itu juga menyoroti risiko yang ditimbulkan lantaran terburu-buru menambahkan fitur digital.

    Pemilik kendaraan menjelaskan permasalahan yang sering terjadi seperti pengenalan suara tidak akurat, layar sentuh tidak responsif, dan koneksi Bluetooth lemah dan lainnya.

    Dalam studi itu juga menyoroti kesenjangan yang makin lebar antara permintaan konsumen akan fitur canggih dan kemampuan produsen untuk memastikan produknya andal. Semua kategori yang dipantau, kecuali sistem transmisi, mencatat keluhan yang tinggi. Di ranah segmen premium, kerusakan yang dialami Land Rover tercatat paling banyak yakni 208 kasus per 100 mobil. Pada segmen kendaraan massal, ada GAC Honda dan merek domestik ada Chery dengan 220 kasus. Sementara merek-merek yang tak banyak bermasalah di antaranya Porsche, Cadillac, Dongfeng Honda, GAC Toyota, SAIC Volkswagen, GAC Trumpchi, dan Geely.

    Sementara itu, dibandingkan mobil bermesin konvensional, kualitas mobil hybrid cenderung lebih bagus. Ini menjadi senjata tersendiri bagi pabrikan yang ingin bersaing dengan startup kendaraan listrik.

    (dry/din)

  • Agar Indonesia Tetap Jadi Raja Otomotif ASEAN

    Agar Indonesia Tetap Jadi Raja Otomotif ASEAN

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia tahun ini anjlok. Jangan sampai Indonesia tergusur dari titel raja otomotif Asia Tenggara.

    Penjualan mobil di Malaysia hampir menyalip Indonesia. Asosiasi Otomotif Malaysia (MAA) merilis data penjualan kendaraan bulan Juli 2025. Data year to date atau penjualan kendaraan dari Januari sampai Juli 2025, Malaysia mencatatkan angka 443.777 unit. Angka itu turun 5 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.

    Penjualan year to date atau Januari-Juli 2025 di Malaysia itu hampir mengalahkan Indonesia. Berdasarkan data retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) yang dicatat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sepanjang Januari sampai Juli 2025 sebanyak 453.278 unit mobil baru dikirim ke garasi konsumen Indonesia. Angka itu turun 10,8 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunannya lebih tajam dibanding Malaysia.

    Selama ini, Indonesia menjadi raja otomotif ASEAN dengan penjualan kendaraan domestik terbanyak di Asia Tenggara. Malaysia sudah berhasil menggeser Thailand di posisi dua. Indonesia harus mempertahankan posisinya sebagai raja otomotif ASEAN.

    “Untuk mempertahankan dominasi Indonesia dalam industri otomotif ASEAN di tengah persaingan ketat dari negara seperti Malaysia dan Thailand, strategi ekonomi harus difokuskan pada langkah-langkah taktis yang segera diterapkan untuk peningkatan daya beli masyarakat middle income class kita melalui perbaikian ekosistem ekonomi makro yang lebih pro pada kelompok ini,” kata akademisi dari ITB sekaligus pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu kepada detikOto.

    Selain itu, lanjut Yannes, upaya yang harus dilakukan adalah kebijakan belanja pemerintah yang pro pada stabilisasi pasar serta peningkatan daya saing harga jugal kendaraan. Misalnya mereformasi kebijakan fiskal dengan harmonisasi pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor maksimal 10 persen, mengerem opsen dan berbagai retribusi lainnya pada kendaraan. Hal itu dapat mengurangi beban kepemilikan dan meningkatkan keterjangkauan bagi konsumen kelas menengah.

    “Sekaligus memperpanjang insentif LCGC untuk mendongkrak penjualan segmen entry-level hingga 15-20 persen per tahun, disertai subsidi agresif untuk infrastruktur BEV guna mempercepat adopsinya,” sebut Yannes.

    Lebih lanjut, Yannes menyebut juga diperlukan upaya peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang benar-benar memastikan pabrik milik lokal yang membuat komponennya.

    “Selanjutnya segera mempercepat investasi dalam diversifikasi rantai pasok dan lokalisasi untuk mencapai Tingkat Komponen Dalam Negeri 80 persen pada 2030, dengan membangun kemitraan global guna memperoleh transfer teknologi inti dan mengurangi ketergantungan impor, sambil mendorong kebijakan berorientasi ekspor untuk memanfaatkan pertumbuhan pasar otomotif ASEAN, Afrika, dan Timur Tengah, baik untuk ICE, HEV maupun BEV melalui pabrik-pabrik yang ada di Indonesia,” ujar Yannes.

    Hal itu dapat mengurangi risiko dari ketidakpastian geopolitik global dan memperkuat ketahanan terhadap lonjakan kendaraan listrik dari pesaing.

    “Terakhir, segerakan aturan yang mendorong industri mobil HEV hingga BEV yang berjualan di Indonesia menggunakan baterai produksi dalam negeri. Jika semua dijalankan dengan teliti dan konsisten dengan dukungan kontrol yang ketat serta kesiapan untuk segera memodifikasi setiap kebijakan begitu ada perubahan di pasar, diperkirakan pada akhirnya dapat memposisikan Indonesia sebagai basis mobilitas berkelanjutan regional dan mencegah hilangnya pangsa pasar yang dapat mengurangi aliran investasi langsung asing serta penciptaan lapangan kerja di sektor tersebut,” katanya.

    (rgr/din)

  • Denza D9 Menyapa Orang Kaya Jawa Timur

    Denza D9 Menyapa Orang Kaya Jawa Timur

    Jakarta

    Setelah mencatat respon positif sejak peluncuran perdana awal tahun ini dan sukses menarik perhatian di ajang GIIAS Jakarta 2025, kini Denza resmi menandai debutnya di Jawa Timur melalui GIIAS Surabaya 2025. Mobil premium pesaing Toyota Alphard ini pun siap merayu konsumen di Jawa Timur.

    Sebagai salah satu pasar otomotif terbesar di Indonesia, Provinsi Jawa Timur dinilai memiliki potensi besar dalam perkembangan kendaraan listrik. Denza hadir bukan hanya menjual mobil listrik premium, tapi juga dibekali teknologi terkini, desain elegan, serta kenyamanan maksimal.

    “Debut Denza di Jawa Timur melalui GIIAS Surabaya 2025 merupakan langkah strategis kami untuk menghadirkan kendaraan listrik premium yang tidak hanya menawarkan teknologi terkini dan kemewahan, tetapi juga komitmen kuat terhadap keberlanjutan. Jawa Timur sebagai pasar otomotif yang besar dan dinamis sangat potensial untuk mempercepat adopsi mobil listrik, dan kami bangga dapat menjadi bagian dari transformasi ini,” ujar Eagle Zhao, Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia.

    Hingga semester pertama 2025, BYD dan Denza mencatat penjualan lebih dari 22.600 unit kendaraan listrik di Indonesia. Dari jumlah itu, lebih dari 16.400 unit berasal dari BYD, sementara Denza berhasil membukukan penjualan lebih dari 6.200 unit. Khusus di Jawa Timur, keduanya telah mengantongi penjualan lebih dari 800 unit, memperkuat posisi sebagai pemimpin pasar EV di kawasan tersebut.

    Selain fokus pada penjualan, Denza juga berkomitmen memperluas jaringan layanan. Showroom dan fasilitas purna jual akan segera hadir di Surabaya, melengkapi jaringan yang sebelumnya sudah ada di Jakarta, Tangerang, dan Bali.

    “Pembangunan jaringan dealer Denza akan terus diperluas untuk menghadirkan pengalaman dan kepemilikan kendaraan listrik premium yang lebih dekat dengan pelanggan,” kata Luther Panjaitan, Head of Public & Government Relations PT BYD Indonesia.

    Melalui ekspansi jaringan serta partisipasi aktif di berbagai pameran otomotif, Denza ingin semakin dekat dengan konsumen sekaligus memperkuat posisinya sebagai pilihan utama kendaraan listrik premium di Indonesia.

    (lua/din)