Produk: kendaraan listrik

  • Honda Janji Beri Kejutan di IMOS 2025, Motor Baru?

    Honda Janji Beri Kejutan di IMOS 2025, Motor Baru?

    Jakarta

    PT Astra Honda Motor (AHM) akan memberikan kejutan pada ajang Indonesia Motorcycle Show (IMOS) 2025 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang, Banten pada 24 – 28 September 2025. Nah, kira-kira bakal meluncurkan produk apa?

    “Kami menyiapkan beberapa kejutan nanti, ditunggu saja,” ujar Ahmad Muhibbudin selaku General Manager Coorporate Communication PT AHM disela-sela sesi test ride New ADV 160 di Kab. Bekasi, Jawa Barat, Senin (15/9/2025).

    Namun pria yang disapa Muhib ini tidak membeberkan apakah kejutan baru itu merupakan produk anyar.

    “Nanti kita lihat apa yang akan kami tampilkan di IMOS. Pasti kita berusaha memberikan sesuatu yang berbeda di IMOS,” kata Muhib.

    IMOS menjadi salah satu pameran otomotif yang dipakai Honda untuk mendekatkan motor listrik ke masyarakat. Buktinya, AHM mengumumkan roadmap sepeda motor listrik pada IMOS 2022. Honda akan memasarkan kendaraan listrik sebagai bagian dari Honda e:Technology berupa moped listrik dan sepeda motor listrik Honda hingga tahun 2030 untuk pecinta sepeda motor di Indonesia.

    Honda kemudian menjadi pabrikan Jepang yang sudah berani menjual motor listrik di Indonesia, beberapa produk yang sudah dipasarkan antara lain ICON e:, CUV e:, EM1 e: dan EM1 e: Plus.

    Dalam presentasi lalu, AHM akan membagi lantai pameran menjadi beberapa zona, yakni EV Zone, Fashion Zone, Urban Zone, Lifestyle Zone, Big Scooter Zone, Explorer Zone, Racing Zone, dan #Cari_Aman Area.

    Pameran roda dua tentu berbeda dengan roda empat. Sebab, harga kendaraannya jauh lebih terjangkau. Dia berharap dengan pameran yang lebih meriah bisa berdampak besar terhadap transaksi penjualan.

    “Mudah-mudahan bisa membuat IMOS tahun ini lebih ramai, harapannya. Ramai pengunjung, dan ramai transaksi juga,” kata Muhib.

    IMOS 2025 diramaikan 60 merek otomotif dari berbagai lini bisnis, mulai dari produsen motor, pelumas, helm, aksesori kendaraan dan masih banyak lagi. Sementara merek roda yang terlibat ada 14 nama, yakni Honda, Yamaha, Suzuki, TVS, ALVA, Benda, Harley-Davidson, Italjet, Keeway, Kupprum, Morbidelli, Polytron, Royal Enfield dan Scomadi.

    (riar/dry)

  • Ada Moratorium Alih Fungsi Lahan Sawah, Bagaimana Nasib Pabrik BYD & Vinfast?

    Ada Moratorium Alih Fungsi Lahan Sawah, Bagaimana Nasib Pabrik BYD & Vinfast?

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) mengungkap kelanjutan pembangunan pabrik kendaraan listrik BYD Dan VinFast di Subang, Jawa Barat.

    Pasalnya, lahan pengembangan pabrik kedua perusahaan tersebut mencakup sejumlah area persawahan. Di mana, saat ini pemerintah sendiri tengah mengeluarkan moratorium alih fungsi lahan sawah guna mendukung target swasembada pangan yang menjadi program prioritas Presiden Prabowo Subianto.

    “Kita lihat dulu [lokasi pembangunan pabrik BYD dan Vinfast] nanti kayak apa, kecuali kalau untuk PSN ya kan ada kelonggaran-kelonggaran kalau untuk PSN,” kata Nusron saat ditemui di Kompleks Parlemen RI, Jakarta, Senin (15/9/2025).

    Lebih lanjut, Nusron menekankan bahwa apabila nantinya lahan pembangunan pabrik tersebut mencakup area persawahan, maka yang bersangkutan perlu melakukan penggantian lahan produktif 3 kali lipat dari total area sawah yang digunakan. 

    “Selama tidak LP2B [Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan] gitu bisa, tapi kalau LP2B harus mengganti 3 kali lipat,” ujarnya.

    Sebagai informasi, Kementerian ATR/BPN telah mengumumkan moratorium terbatas alih fungsi lahan sawah menjadi area non-persawahan.

    Pada tahap awal, moratorium terbatas akan diterapkan terhadap layanan rekomendasi perubahan penggunaan tanah di wilayah yang datanya belum sinkron antara kondisi fisik dan dokumen tata ruang. 

    Proses ini akan disertai dengan cleansing data sawah, untuk mengatasi ketidaksesuaian yang selama ini kerap ditemukan.

    “Tujuan utama kita adalah menahan laju alih Fungsi lahan sawah menjadi non-sawah demi menjaga ketahanan pangan,” jelas Nusron.

    Sementara itu, berdasarkan catatan Bisnis, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman sempat melakukan pertemuan dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ihwal penyelarasan lahan untuk pembangunan pabrik kendaraan listrik BYD dan VinFast di Subang, Jawa Barat. 

    Amran memaparkan bahwa terdapat area persawahan di lahan pabrik sejumlah perusahaan seperti BYD dan VinFast tersebut, sehingga perlu untuk diselesaikan bersama.

    “Kebetulan di sebagian lahan itu adalah lahan persawahan, kita nanti akan selesaikan bersama dan percepat, karena ini kita akan dorong investor untuk investasi agar terbuka lapangan kerja khususnya Jawa Barat,” kata Amran dalam konferensi pers di Kantor Kementan, Jakarta Selatan, Rabu (13/8/2025).

    Dalam laporannya, merek kendaraan listrik atau EV asal China, BYD tengah membangun pabrik di Subang, Jawa Barat dengan kapasitas produksi 150.000 unit per tahun. Rencana investasinya sekitar Rp11,7 triliun. 

    Sementara itu, merek kendaraan listrik asal Vietnam, VinFast juga sedang dalam proses pembangunan pabrik senilai US$1,2 miliar dengan kapasitas produksi 50.000 unit per tahun. Jenama asal China lainnya seperti Geely berinvestasi Rp43,86 miliar dengan kapasitas produksi 20.000 unit per tahun.

  • Gara-gara Mobil Listrik, 60 Persen SPBU Sampai Tutup

    Gara-gara Mobil Listrik, 60 Persen SPBU Sampai Tutup

    Jakarta

    Maraknya mobil listrik di China membuat sebagian besar stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) tutup. Hal itu disampaikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia.

    Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, China yang saat ini menjadi pemimpin dalam kendaraan listrik global mengalami dampak terhadap bisnis pom bensin. Banyak SPBU di China yang tutup. Bahkan lebih dari 60 persen.

    “Jadi kalau kita lihat dari SPBU yang ada di China, tutupnya sudah lebih dari 60%. Dari ini kondisi yang ada. Jadi kan kita melihat ini karena ada perubahan penggunaan energi juga, ya ini mungkin itu dampaknya adalah terhadap ini kilang-kilang secara global,” ujar Yuliot seperti dikutip CNBC Indonesia.

    Menurutnya, menjamurnya kendaraan listrik kemungkinan akan menjadi salah satu penyebab bisnis kilang perusahaan secara global ikut terdampak. Apalagi, industri kendaraan secara global juga mengarah pada penggunaan energi bersih.

    “Jadi untuk kilang global, ya mungkin itu karena ada transisi energi. Jadi kan seperti di China, itu kan mereka populasi kendaraan listrik, itu ya termasuk kendaraan pribadi, angkutan umum, sampai dengan angkutan berat, juga shipping, itu kan mereka sudah menggunakan baterai,” kata Yuliot.

    Industri Komponen Otomotif Juga Terancam

    Maraknya penjualan mobil listrik juga menjadi kekhawatiran bagi industri komponen kendaraan. Menurut pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, kehadiran kendaraan listrik bisa berdampak kepada pemasok komponen otomotif.

    “Di Indonesia juga sudah sejak 2 tahun lalu dibahas oleh para perakit dan industri pemasok part tier 3 dan 2, bahwa sekitar 45 persen industri komponen, khususnya yang membuat parts mesin motor bakar akan tutup secara bertahap,” kata Yannes kepada detikOto beberapa waktu lalu.

    Untuk itu, produsen otomotif maupun pemasok komponen harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Selain menghadirkan kendaraan listrik, kendaraan dengan bahan bakar terbarukan bisa dikembangkan.

    “Beda Thailand dan Indonesia ada di model kebijakannya. Kalau Thailand full ke EV, sedangkan Indonesia memilih kebijakan teknologi berbasis energi baru dan terbarukan yang sifatnya bauran, alias campur sari. Karena, jika Thailand hanya punya sangat sedikit tambang nikel dan lithium, Indonesia terbesar di dunia. Thailand tidak punya sawit, Indonesia terbesar dunia,” ujar Yannes.

    (rgr/din)

  • Harga Tembaga Indonesia Naik Imbas Permintaan Global – Page 3

    Harga Tembaga Indonesia Naik Imbas Permintaan Global – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga Patokan Ekspor (HPE) rata-rata komoditas konsentrat tembaga (Cu ≥ 15 persen) untuk periode kedua September 2025 ditetapkan sebesar USD 4.745,52 per Wet Metric Ton (WMT). 

    Angka ini meningkat 2,29% dibandingkan periode pertama September 2025 yang tercatat USD 4.639,10 per WMT. Penetapan harga patokan ekspor tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 1899 Tahun 2025 tanggal 12 September 2025 tentang Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar, dan berlaku pada 15-30 September 2025.

    Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Tommy Andana mengatakan kenaikan HPE konsentrat tembaga sejalan dengan meningkatnya harga tembaga sebesar 1,13%. 

    “Kenaikan tersebut didorong tingginya permintaan global, terutama dari industri energi terbarukan seperti panel surya, kendaraan listrik, dan manufaktur perangkat elektronik,” ungkap Tommy dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (14/9/2025).

    Terbatasnya pasokan akibat gangguan produksi di sejumlah tambang besar dunia serta fluktuasi nilai tukar turut memperkuat harga komoditas logam.

    Logam ikutan seperti emas (Au) dan perak (Ag) juga mencatat kenaikan harga, masing-masing 3,12% dan 3,96%. Kenaikan ini dipicu tingginya minat investor terhadap logam mulia sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.

     

  • Video: Wamenperin Ungkap Skema Insentif Kendaraan Listrik

    Video: Wamenperin Ungkap Skema Insentif Kendaraan Listrik

    Jakarta, CNBC Indonesia – Keberlanjutan insentif untuk kendaraan listrik, baik mobil maupun motor, masih menjadi pembahasan pemerintah. Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyatakan, diskusi mengenai skema insentif kendaraan listrik berbasis nikel (nickel-based) maupun LFP-based belum rampung.

    Menurut Faisol, pemerintah tengah mencari skema yang seimbang agar hilirisasi berbasis nikel dapat berjalan sekaligus tetap memberikan ruang bagi pelaku usaha yang mendukung net zero emission dan pengembangan sektor otomotif berbasis LFP. Faisol menambahkan, nantinya kebijakan yang dikeluarkan akan lebih spesifik dan detail serta ada peluang memisahkan insentif untuk LFP-based dan nickel-based sehingga mendukung pertumbuhan industri kendaraan listrik secara berkelanjutan.

    Selengkapnya saksikan dialog Andi Shalini bersama Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza di Program Evening Up CNBC Indonesia, Jumat (12/09/2025).

  • Dari Holden Torana hingga Armada Ramah Lingkungan, Perjalanan Setengah Abad Lebih Blue Bird – Page 3

    Dari Holden Torana hingga Armada Ramah Lingkungan, Perjalanan Setengah Abad Lebih Blue Bird – Page 3

    Kini, 25 Holden Torana tersebut telah beranak pinak. Hingga akhir 2024, total armada Blue Bird mencapai sekitar 24.200 unit di 20 kota.

    Blue Bird kini memiliki 19 anak perusahaan dengan jaringan distribusi lebih dari 600 titik eksklusif di hotel, mal, pusat belanja, dan saluran reservasi daring. Layanannya juga berkembang, mencakup taksi, rental mobil, bus carter, shuttle service, hingga logistik.

    Selain itu, Blue Bird telah mengoperasikan sekitar 337 kendaraan listrik dan memperluas infrastruktur pendukung seperti SPKLU di Bali. Target pengurangan emisi karbon hingga 50% pada 2030 terus dikejar melalui kombinasi armada listrik, CNG, dan optimasi rute.

    Secara kinerja, Blue Bird mencatat pendapatan Rp 2,67 triliun hingga Juni 2025, tumbuh 15% dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih naik 27,4% menjadi Rp 339,1 miliar, sementara EBITDA tumbuh 21% menjadi Rp 671,9 miliar.

     

  • Memanas Gara-gara Tarif Impor, Meksiko Bakal Bicara dengan Perwakilan China

    Memanas Gara-gara Tarif Impor, Meksiko Bakal Bicara dengan Perwakilan China

    JAKARTA – Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan pejabatnya akan berbicara dengan perwakilan China minggu depan mengenai rencana tarif Meksiko atas barang-barang dari negara Asia tersebut. Ditegaskan Sheinbaum, tarif tersebut tidak dimaksudkan sebagai tindakan pemaksaan.

    Presiden Meksiko mengatakan langkah-langkah yang diusulkan, yang akan berdampak pada ratusan barang dari negara-negara yang tidak memiliki perjanjian dagang dengan Meksiko, terutama mobil yang dikirim dari China, tidak ditujukan terhadap negara mana pun secara khusus.

    Tiongkok sebelumnya mengkritik kenaikan tarif otomotif dari Beijing, dengan mengatakan langkah tersebut akan merusak kepercayaan investor dan “berdampak serius pada lingkungan bisnis Meksiko.”

    “Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Tiongkok dan kami ingin mempertahankan hubungan yang sangat baik dengan mereka,” ujar Sheinbaum dalam konferensi pers pada Jumat, 12 September dilansir Reuters.

    Langkah-langkah tarif baru ini ditargetkan pada sektor-sektor yang perlu meningkatkan produksi nasional.

    Korea Selatan juga telah menghubungi pejabat Meksiko untuk memulai perundingan.

    Kamar Dagang Meksiko-China pada Kamis meminta Meksiko untuk mempertimbangkan kembali tindakan tersebut, dengan alasan tindakan tersebut mengancam daya saing barang yang dijual di Meksiko dan adopsi kendaraan listrik di negara tersebut.

    Meksiko adalah produsen utama mobil yang sebagian besar diekspor ke Amerika Serikat, tetapi juga mengimpor ratusan ribu kendaraan setiap tahun.

  • Harga Rp 140 Jutaan, Begini Spesifikasi Mobil Listrik Pesaing BYD Dolphin

    Harga Rp 140 Jutaan, Begini Spesifikasi Mobil Listrik Pesaing BYD Dolphin

    Jakarta

    Anak perusahaan BAIC di China, Arcfox, resmi meluncurkan Arcfox T1 untuk pasar domestik. Kendaraan listrik yang digadang-gadang sebagai penantang BYD Dolphin itu punya sejumlah kelebihan, mulai dari harga yang terjangkau hingga fitur hiburan yang lengkap!

    Disitat dari Carnewschina, Sabtu (13/9), Arcfox T1 dibanderol mulai dari 62.800 yuan atau Rp 140 jutaan di China. Meski termasuk murah, namun spesifikasi kendaraan tersebut setara mobil listrik mid-range atau kelas menengah.

    Di China, Arcfox T1 akan bersaing dengan nama-nama populer, seperti Geely Xingyuan dan BYD Dolphin. Keduanya sama-sama berstatus sebagai produk terlaris di kelasnya.

    Nah, dengan harganya yang sangat terjangkau, bagaimana spesifikasi Arcfox T1? Berikut hasil rangkuman kami.

    Spesifikasi Arcfox T1

    Desain

    Mobil listrik Arcfox T1. Foto: Doc. BAIC

    Desain Arcfox T1 mengusung filosofi “Arc-Flow” yang menciptakan tampilan modern dan aerodinamis. Dari samping, mobil itu tampil elegan berkat penggunaan velg aluminium alloy 18 inci dengan desain multi-spoke. Dimensinya pun cukup besar untuk sekelasnya, yakni panjang 4.337 mm, lebar 1.860 mm, tinggi 1.572 mm, dan wheelbase 2.770 mm.

    Bagian yang paling menarik dari mobil listrik tersebut ada di area depan. Sebab, pabrikan benar-benar menonjolkan nuansa yang clean dan minimalis. Headlamp atau lampu utamanya dirancang terhubung, kemudian logonya dibuat kecil dan samar di area sentral.

    Fitur

    Mobil listrik Arcfox T1. Foto: Doc. BAIC

    Masuk ke interior, Arcfox T1 dibekali kabin dengan nuansa futuristik. Di balik kemudi terdapat panel instrumen LCD 8,8 inci, dipadukan dengan layar sentral floating 15,6 inci yang menjadi pusat kontrol utama. Fitur tersebut memberikan kesan mewah sekaligus canggih untuk mobil sekelasnya.

    Arcfox T1 juga menonjolkan kenyamanan dan kebersihan kabin lewat fitur “Extreme Clean Cabin”. Ruang kabinnya menggunakan lapisan anti-noda nano yang diklaim aman untuk bayi, serta memiliki tingkat VOC (Volatile Organic Compounds) rendah, bau kabin yang minim, dan emisi polusi rendah.

    Soal kepraktisan, mobil tersebut dibekali cup holder di bagian depan, dua kompartemen untuk smartphone, ruang penyimpanan di bawah konsol tengah, dan bagasi dengan desain cekung yang menambah kapasitas angkut.

    Mesin dan Baterai

    Mobil listrik Arcfox T1. Foto: Doc. BAIC

    Arcfox T1 hadir dalam lima varian yang terbagi ke dalam dua pilihan jarak tempuh, yakni 320 km dan 425 km. Menariknya, versi 425 km sudah bisa langsung dikirim ke konsumen, sementara varian 320 km dijadwalkan mulai dikirim pada pertengahan bulan depan.

    Arcfox T1 menggunakan motor listrik berdaya 70 kW (setara 94 hp). Untuk varian jarak tempuh 425 km, mobil tersebut mengandalkan baterai LFP 42,3 kWh buatan CALB. Sementara spesifikasi baterai varian 320 km belum dijelaskan secara rinci, namun diyakini tetap efisien untuk penggunaan dalam kota.

    (sfn/dry)

  • Nasib Proyek Kilang Minyak RI saat Tren Global Berguguran

    Nasib Proyek Kilang Minyak RI saat Tren Global Berguguran

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah memastikan pengembangan kilang minyak di dalam negeri akan terus dilakukan meski bisnis kilang secara global tengah tertekan.

    Bisnis kilang dari perusahaan migas dunia saat ini kesulitan mendapatkan margin lantaran rendahnya harga minyak serta kondisi kelebihan pasok (oversupply) minyak mentah dan produk kilang.

    Berdasarkan data yang dicatat PT Pertamina (Persero), oversupply minyak dunia saat ini mencapai sekitar 2 juta barel per hari. Kelebihan ini disebabkan oleh tambahan suplai dari kilang baru yang beroperasi atau onstream.

    Kondisi tersebut menyebabkan profitabilitas atau spread produk kilang rendah. Rerata spread (selisih antara harga produk kilang dan harga minyak mentah), khususnya gasoline, berada di bawah biaya operasi (processing cost).

    Imbasnya sebanyak 26 kilang di berbagai dunia diperkirakan akan tutup menjelang 2030. Lebih terperinci, pada 2027, diperkirakan akan ada sembilan kilang yang tutup di AS, Eropa, Asia, Australia, dan Selandia Baru. Lalu, sebanyak 17 kilang di Afrika, Uni Eropa, dan Asia diperkirakan tutup pada 2030.

    Sementara itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menuturkan bahwa Indonesia masih perlu menambah kapasitas kilang minyak seiring masih terus meningkatnya konsumsi BBM dalam negeri.

    Menurutnya, tutupnya kilang minyak di sejumlah negara maju disebabkan transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan.

    “Ini kan ada yang diolah di dalam kilang dalam negeri, ada yang berasal dari impor. Jadi ini kita lihat, ini bagaimana optimalisasi kilang yang ada dalam negeri,” kata Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (12/9/2025).

    Dia mencontohkan, transisi energi di China yang masif dilakukan lewat shifting kendaraan listrik, termasuk kendaraan pribadi, angkutan umum, hingga angkutan berat yang menggunakan baterai.

    Kondisi shifting penggunaan energi di sektor transportasi China saat ini disebut telah mencapai 50% menggunakan baterai listrik. Bahkan, Yuliot menyebut SPBU BBM di China telah tutup lebih dari 60% dari kondisi awal.

    “Jadi kan kita melihat ini karena ada perubahan penggunaan energi juga, ya ini mungkin itu dampaknya adalah terhadap ini kilang-kilang secara global,” tuturnya,

    Namun, jika dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi BBM atau bahan bakar dari fosil masih tinggi mengikuti daya beli masyarakat saat ini. Adapun, kebutuhan BBM nasional saat ini mencapai 1,5 juta barel per hari.

    Bahkan, kebutuhan tersebut belum sejalan dengan kemampuan produksi dari kilang dalam negeri. Alhasil, pemerintah masih perlu mengimpor minyak dari negara dengan tetap mempertimbangkan neraca perdagangan.

    “Kalau tidak tercukupi dari kilang dalam negeri, berarti kita harus melakukan impor dari luar negeri, tapi ini dalam neraca trade balance, ya kita juga harus mengulangi komitmen kita,” tuturnya.

    Adapun, saat ini terdapat 18 proyek kilang modular dengan nilai investasi sekitar Rp160 triliun. Proyek prioritas hilirisasi dan ketahanan energi ini diserahkan oleh Satgas Hilirisasi kepada BPI Danantara.

    Selain itu, terdapat sejumlah proyek kilang yang menjadi proyek strategis nasional (PSN), antara lain Kilang Bontang, Kilang Minyak Tuban (ekspansi), Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit (RU) VI Balongan, dan RDMP RU IV Cilacap (rescoping).

    Terkait tantangan bisnis kilang, Pjs. Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Milla Suciyani mengatakan bahwa pihaknya masih terus fokus dalam pengembangan operasional kilang, baik dari sisi kapasitas maupun pengembangan produk melalui inovasi-inovasi.

    “KPI juga terus menjaga komitmen untuk mendukung ketahanan energi untuk Indonesia,” ujar Milla kepada Bisnis, Jumat (12/9/2025).

    Tantangan Keekonomian

    Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, prospek bisnis kilang minyak di Indonesia bisa sangat menarik jika dikembangkan dengan tepat.

    “Ini butuh peran pemerintah juga dan tadi saya bilang, keekonomian kilang di Indonesia kan enggak terlalu bagus. Jadi harus ada yang bisa ditawarkan sebagai tambahan, seperti petrokimia atau enggak jaminan dari pemerintah, misalkan untuk investor di kilang minyak,” kata Moshe kepada Bisnis.

    Dia pun menyoroti rencana investasi Danantara Indonesia untuk membangun 17 kilang minyak modular senilai US$8 miliar bersama perusahaan asal Amerika Serikat (AS).

    Menurut Moshe, kilang modular tidak berisiko dari segi kapasitas yang terbilang kecil yakni di kisaran 100.000 barel ke bawah. Meskipun risikonya rendah, dari segi nilai keekonomian tetap dinilai rentan.

    “Jadi, risiko harus berbagi jangan semua risiko itu diserap oleh Danantara itu sendiri. Jadi kita harus cari partner sama-sama untuk mengurangi risiko, dari sisi keekonomian itu juga sangat rentan,” ujarnya.

    Dalam hal ini, dia menegaskan bahwa investasi di kilang berisiko dari segi keekonomian karena cost over run atau biaya tidak terduga yang bisa membengkak.

    “Misalkan US$100 juta, tiba-tiba membengkak jadi US$200 juta, pembengkakan biaya itu yang menjadi risiko. Pengembangan kilang itu sendiri apalagi kalau keekonomiannya tipis,” jelasnya.

    Apalagi daya beli masyarakat di Indonesia terbilang rendah sehingga kilang di dalam negeri harus menyesuaikan harga agar tidak terlalu tinggi. Untuk itu, dia mendorong untuk menambah manfaat kilang untuk produksi petrokimia.

    “Jadi saya pikir bukan karena itu yang jadi masalah di Indonesia, kilang ini kan memang dari awal memang sudah dibilang proyek yang risiko tinggi dengan keekonomian yang tidak begitu besar,” tuturnya.

    Di sisi lain, dia juga menerangkan bahwa tren kilang global yang diperkirakan akan tutup tidak akan berpengaruh ke sentimen di Indonesia. Pasalnya, kebutuhan dalam negeri masih terus tumbuh tinggi.

    Senada, Founder & Advisor Research Institute for Mining and Energy Economics (ReforMiner Institute) Pri Agung Rakhmanto menilai penambahan kapasitas kilang minyak dalam negeri menjadi keniscayaan untuk mendukung ketahanan energi nasional.

    Dia mengatakan, bagi negara-negara berkembang di wilayah Asia Pasifik, kebutuhan kapasitas kilang terus meningkat, utamanya negara yang tidak masuk dalam The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). 

    “Indonesia, sebagaimana tergolong non-OECD yang masih memerlukan fosil untuk pertumbuhan ekonomi, jelas memerlukan penambahan kapasitas kilang,” kata Pri.

    Sementara itu, dia menilai negara Uni Eropa dan AS belakangan ini tidak menambah kapasitas kilang karena telah menerapkan energi baru terbarukan yang dapat diandalkan.

    “Sementara di Middle East [Timur Tengah] juga karena memang overcapacity, dan juga karena akan pembaruan, untuk dibangun kilang-kilang baru yang juga sekaligus kilang petrokimia, untuk menghasilkan nilai tambah lebih tinggi. Beda konteks dengan keadaan dan kebutuhan Indonesia,” tuturnya. 

    Bahkan, negara-negara OECD cenderung mempertahankan bahkan mengurangi kapasitas kilang dalam beberapa dekade terakhir. Sementara itu, negara non-OECD terus mengembangkan industri kilang hingga saat ini. 

    Dalam catatannya yang dikutip dari berbagai sumber, terdapat 25 rencana penambahan kilang hingga tahun 2028. Adapun, 5 kilang di antaranya akan dibangun China, 11 kilang di India, 2 kilang Iran, Bahrain, Iraq, Jordan, Oman, Arab Saudi, Nigeria, dan Meksiko. 

    Pada 2000, hampir separuh kapasitas kilang dunia 45% tercatat berada di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Jepang. Namun, beberapa tahun terakhir, kapasitas kilang di Timur Tengah, China dan India tumbuh hampir setiap tahun dan lebih dari 34% kapasitas kilang dunia pada 2024. 

    Kondisi inilah yang juga terjadi di Indonesia. Pri menilai RI justru harus lebih ekspansif membangun kilang, pasalnya dia justru melihat Indonesia masih stagnan dalam pengembangan ekosistem di hulu migas ini. 

    “Jadi, membangun kilang, untuk Indonesia, saya melihatnya positif dan itu memang kebutuhan ya. Dari perspektif kebijakan energi, itu memang bagian dari hilirisasi migas untuk ketahanan energi yang kita perlukan. Bukan hanya untuk ketahanan energi, tapi juga ketahanan ekonomi,” tuturnya. 

    Sebab, kemandirian energi lewat produksi minyak dalam negeri dapat mengurangi devisa impor migas dan membuat Indonesia terlepas dari kondisi pasar migas global. 

    Dia menegaskan bahwa pengembangan kilang menjadi keharusan bagi Indonesia. Sebab, selama ini pembangunan kilang dalam negeri stagnan dan tersendat aspek politik, pendanaan, serta prioritas pilihan investasi. 

    “Bagaimanapun, impor crude [minyak mentah] tetap lebih baik daripada dibandingkan impor hasil olahannya [bahan bakar]. Ada tahapan dan proses peningkatan nilai tambah ekonomi yang didapat dari keberadaan kilang yang mengolah itu,” pungkasnya. 

  • Harga Patokan Ekspor Konsentrat Tembaga Naik Terkerek Permintaan Global

    Harga Patokan Ekspor Konsentrat Tembaga Naik Terkerek Permintaan Global

    Bisnis.com, JAKARTA — ​​Harga Patokan Ekspor (HPE) rata-rata komoditas konsentrat tembaga (Cu ≥ 15%) untuk periode kedua September 2025 naik seiring dengan naiknya permintaan global.

    Kementerian Perdagangan menetapkan HPE konsentrat tembaga sebesar US$4.745,52 per Wet Metric Ton (WMT). Angka ini naik 2,29% dibandingkan periode pertama September 2025 yang tercatat berada di angka US$4.639,10 per WMT.

    Penetapan HPE tersebut tertuang dalam “Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 1899 Tahun 2025 tanggal 12 September 2025 tentang Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar”. HPE ini berlaku untuk periode 15–30 September 2025.

    “Kenaikan HPE konsentrat tembaga sejalan dengan meningkatnya harga mineral tembaga sebesar 1,13%. Kenaikan tersebut didorong tingginya permintaan global, terutama dari industri energi terbarukan seperti panel surya, kendaraan listrik, dan manufaktur perangkat elektronik,” kata Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Tommy Andana, dikutip dari siaran pers, Jumat (12/9/2025).

    Terbatasnya pasokan akibat gangguan produksi di sejumlah tambang besar dunia serta fluktuasi nilai tukar juga memperkuat harga komoditas logam. Logam ikutan seperti emas (Au) dan perak (Ag) juga mencatat kenaikan harga, masing-masing 3,12% dan 3,96%.

    Kenaikan ini didorong tingginya minat investor terhadap logam mulia sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.

    “Faktor-faktor tersebut secara keseluruhan mendorong kenaikan rata-rata harga konsentrat tembaga pada periode kedua September 2025,” ujar Tommy.

    Tommy pun menjelaskan, penetapan HPE mengacu pada data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta harga pasar internasional, yakni London Metal Exchange (LME) untuk tembaga dan London Bullion Market Association (LBMA) untuk emas dan perak.

    Proses penetapan HPE sendiri dilaksanakan secara berkala, kredibel, dan transparan, sehingga memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku industri.

    Selain itu, penetapan HPE juga melibatkan koordinasi lintas kementerian dan lembaga, antara lain Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perindustrian.

    “Sinergi tersebut diharapkan mendorong kebijakan HPE untuk mencerminkan dinamika pasar global secara objektif, sekaligus mendukung iklim usaha yang sehat dan berdaya saing,” kata Tommy.